Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Kelompok 5
Tingkat II B
1. Litha Dwi P
Sari
2. Lusiana Dewi
Muhlisin
4. Nidea
5. Oktario
Pengertian
Gout adalah gangguan suatu
peradangan sendi sebagai
manifestasi dari akumulasi
endapan kristal monosoium urat,
yang terkumpul di dalam sendi
sebagai akibat dari tingginya
kadar asam urat di dalam darah
(hiperurisemia). Ini dapat
mempengaruhi sendi tetapi lebih
umum mempengaruhi kaki. Secara
khas, sendi metatarsofalangeal
pertama dari ibu jari kaki besar
adalah sisi primer yang terlibat.
Sendi lain yang terlibat dapat
meliputi lutut dan pergelangan.
Etiologi
Gout disebabkan oleh adanya kelainan metabolik
dalam pembentukan purin atau ekresi asam urat
yang kurang dari ginjal yang menyebakan
hiperurisemia.
Hyperuricemia pada penyakit ini disebabkan oleh :
1. Pembentukan asam urat yang berlebih.
Goutprimer metabolik disebabkan sistensi
langsung yang bertambah.
Goutsekunder metabolik disebabkan
pembentukan asam urat berlebih karena
penyakit lain, sepertileukimia.
2.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik dibagi atas dua jenis yaitu artritis gout
tipikal dan artitis gout antipikal.
Artitis Gout Tipikal
Beratnya serangan artitis mempunyai sifat tidak bisa
berjalan, tidak dapat memakai sepatu dan mengganggu tidur.
Rasa
nyeri digambarkan sebagai excrutiating pain dan
mencapai puncak dalam waktu 24 jam.
Serangan biasanya bersifat monoartikuler dengan tanda
inflamasi yang jelas seperti merah, bengkak, nyeri, terasa
panas dan sakit jika digerakkan.
Hiperurisemia.
Faktor pencetus adalah trauma sendi, alkohol, obat-obatan
dan tindakan pembedahan.
PATOFISIOLOGI
Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
Pemeriksaan cairan synovia didapatkan adanya
Kristal monosodium urat intraseluler.
Pemeriksaan serum asam urat meningkat >7mg/dL.
Urinalis 24 jam didapatkan ekskresi >800 mg asam
urat
Urinalis untuk mendeteksi resiko batu asam urat.
2. Radiodiagnostik
Radiografi untuk mendeteksi adanya kalsifikasi sendi.
Radiografi didapatkan adanya erosi pada permukaan
sendi dan kapsul sendi.
Penatalaksanaan
1. Medikasi
Obat-obat yang diberikan pada serangan akut
antara lain:
Kolkisin
OAINS
OAINS yang paling sering digunakan adalah
indometasin.
Kortikosteroid
Analgesik
Diberikan bila rasa nyeri sangat hebat.
2. Perawatan
Diet
Dianjurkan menurunkan berat badan pada pasien yang
gemuk. Hindari makanan tinggi purin (hati, ikan sarden,
daging kambing, dan sebagainya), termasuk roti manis.
Meningkatkan asupan cairan (banyak minum).
Hindari obat-obatan yang mengakibatkan hiperurisemia
seperti tiazid, diuretik, aspirin, dan asam nikotinat yang
menghambat ekskresi asam urat dari ginjal.
Mengurangi konsumsi alcohol (bagi peminum alkohol).
Tirah baring
Pengkajian
1. Anamnesis
Meliputi nama, jenis kelamin (lebih sering
pada
pria
daripada
wanita),
usia
(terutama pada usia 30-40 thn), alamat,
agama, bahasa yang digunakan, status
perkawinan,
pendidikan,
pekerjaan,
asuransi kesehatan, golongan darah,
nomor register, tanggal masukrumah
sakit, dan diagnosis medis.
Pada umumnya keluhan utama pada kasus gout adalah nyeri pada
sendi metatarsofalangeal ibu jari kaki. Untuk memperoleh pengkajian
yang lengkap tentang nyeri klien,perawat dapat menggunakan
metode PQRST.
Provoking Incident: hal yang menjadi factor presipitasi
nyeriadalah gangguan metabolism puroin yang ditandai dengan
hiperurisemia dan serangan sinovitis akut berulang.
Quality of pain: nyeri yang dirasakan bersifat menusuk.
Region, Radiation, Relief: Nyeri pada sendi metatarsofalangeal
ibu jari kaki.
Severity (Scale) of pain: Nyeri yang dirasakan antara 1-3 pada
rentang pengukuran 0-4. Tidak ada hubungan antara beratnya
nyeri dan luas kerusakan yang terlihat pada pemeriksaan
radiologi.
Time: Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakahbertambah
buruk pada malam hari atau siang hari.
Riwayat psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya
danperan klien dalam keluarga dan masyarakat.
2. Pemeriksaan fisik
B1 (Breathing)
Inspeksi: bila tidak melibatkan system pernafasan, biasanya
ditemukan kesimetrisan rongga dada, klien tidak sesak
nafas, tidakada penggunaan otot bantu pernafasan.
Palpasi: Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi: Suara resonan pada seluruh lapang paru.
Auskultasi: Suara nafas hilang/ melemah pada sisi yang
sakit,biasanya didapatkan suara ronki atau mengi.
B2 (Blood)
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering ditemukan
keringat dingin dan pusing karena nyeri. Suara S1 dan S2
tunggal.
B3 (Brain)
Kepala dan wajah: Ada sianosis.
Mata: Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva anemispada
kasus efusi pleura hemoragi kronis.
Leher: Biasanya JVP dalam batas normal.
B4 (Bladder)
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada
keluhanpada sistem perkemihan, kecuali penyakit gout sudah
mengalami komplikasi ke ginjal berupa pielonefritis, batu asam
urat, dan gagal ginjal kronik yang akan menimbulkan
perubahan fungsi pada system ini.
B5 (Bowel)
Kebutuhan eliminasi pada kasus gout tidak ada gangguan,
tetapi tetap perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna, serta bau
feses. Selain itu, perlu dikaji frekuensi, kepekatan, warna, bau,
danjumlah urine. Klien biasanya mual, mengalami nyeri
lambung. Dan tidak nafsu makan, terutama klien yang
memakan obat alnagesikdan anti hiperurisemia.
B6 ( Bone ).
Pada pengkajian ini di temukan:
Look: Keluhan nyeri sendi yang merupakan keluhan utama
yang mendorong klien mencari pertolongan (meskipun
mungkin sebelumnya sendi sudah kaku dan berubah
bentuknya). Nyeribiasanya bertambah dengan gerakan dan
sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu
kadang menimbulkan nyeri yang lebih dibandingkan dengan
gerakan yang lain.
Feel: Ada nyeri tekan pada sendi kaki yang membengkak.
Move: Hambatan gerak sendi biasanya semakin
bertambahberat.
3. Pemeriksaan diasnostik. Gambaran radiologis pada
stadium dini terlihat perubahan yang berarti dan mungkin
terlihat osteoporosis yang ringan. Pada kasus lebih lanjut,
terlhat erosi tulang seperti lubang-lubang kecil (punch out).
Diagnosa Keperawatan
Nyeri sendi b/d peradangan sendi, penimbunan
Kristal pada membrane sinovia, tulang rawan
artikular, erosi tulang rawan, prolifera sinovia dan
pembentukan panus.
Hambatan mobilitas fisik b/d penurunan rentang
gerak, kelamahan otot pada rentang gerakan,
dan kekakuan pada sendi kaki sekunder akibat
erosi tulang rawan dan pembentukan panus.
Gangguan citra diri b/d perubahan bentuk kaki
dan terbentuknya tofus.
Diagnosa 2
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien mampu
melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria hasil:
Klien ikut dalam program latihan
Tidak mengalami kontraktur sendi
Kekuatan otot bertambah
Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
dan mempertahankan koordinasi optimal.
Intervensi:
Kaji mobilitas yang ada dan observasi adanya peningkatan
kerusakan.
Ajarkan klien melakukan latihan ROM dan perawatan diri
sesuai toleransi.
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien.
Diagnosa 3
Tujuan : Citra diri meningkat.
Kriteria hasil:
Klien mampu mengatakan
dan mengkomunikasikan
dengan orang terdekat
tentang situasi dan
perubahan yang terjadi
Mampu menyatakan
penerimaan diri terhadap
situasi.
Mengakui dan
menggabungkan dalam
konsep diri.
Intervensi:
a.Kaji perubahan persepsi dan
hubungan dengan derajat
ketidakmampuan
Tengs for
attention.
..