Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
II.
Tujuan
a. Mengisolasi suatu senyawa alam.
b. Mempelajari teknik ekstraksi padat-cair
c. Mempelajari titik kritis pada proses ekstraksi
Dasar Teori
Alkaloid adalah senyawa organik mirip alkali yang mengandung atom
nitrogen yang bersifat basa dalam cincin heterosiklik. Karena bersifat basa,
tumbuhan yang mengandung alkaloid biasanya terasa pahit. Keberadaan alkaloid
pada tumbuhan sendiri tidaklah merupakan zat metabolisme, namun lebih
merupakan senyawa metabolit sekunder yang memiliki lebih banyak fungsi
eologis daripada fungsi merabolisme itu sendiri. Beberapa ahli menyatakan bahwa
alkaloid berfungsi sebagai pelindung tumbuhan dari serangan hama dan penyakit,
pengatur
tumbuh,
atau
sebagai
basa
mineral
untuk
mempertahankan
keseimbangan ion.
Dari segi biogenetik, alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam
amino yaitu ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan
tirosin yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dan triftopan yang
menurunkan alkaloid indol. Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa
alkaloid adalah reaksi mannich antara suatu aldehida dan suatu amina primer dan
sekunder, dan suatu senyawa enol atau fenol. Biosintesis alkaloid juga melibatkan
reaksi rangkap oksidatif fenol dan metilasi. Jalur poliketida dan jalur mevalonat
juga ditemukan dalam biosintesis alkaloid.
Tipe alkaloid yang digunakan dalam praktikum ini adalah kafein yang
diekstraksi dari daun teh yang telah dikeringkan.
Bahan
Spektrofotometer shimadzu
Di Kloro Metana
Pipet tetes
Aquadest
Cara Kerja
V.
Tambahkan 75 mL
aquadest, panaskan
hingga larutan teh
mendidih
Lakukan dekantasi,
cuci sisa teh dengan
air panas
Dinginkan hingga
suhu kamar
Filtrat dipindahkan
kedalam corong
pisah dan ekstraksi
dengan 10 mL dikloro
metana (DCM)
Diamkan selama 24
jam
Buat sederetan
larutan standar
kafein dengan
kosentrasi 2,4,6,8
dan 10 ppm dalam
HCl 0,2 N
Data Pengamatan
Proses
Keterangan
LAPORAN ISOLASI KAFEIN DARI DAUN TEH
Tehyangdigunakanadalahtiga
kantungtehsariwangi.
Tehdipanaskanuntukmengeluarkan
kafeindariteh,karenakafeindapat
larutdalamairpanas.Larutan
berwarnahitam.
Penyaringandilakukanuntuk
menyaringlarutandaritehyang
berbentukpadatan
TerdapatduafasayaitufasaDCM
danfasateh
Tehdiestrakdenganmenggunakan
DCM
KarenakafeinlarutdalamDCM,
makakafeinakanberadapadafasa
DCM.
FasaDCMberadadibawahdanfasa
tehberadadiatas.
Ekstraksifiltrat(DCM+Kafein)
denganHCl0.2N
KafeinterbawadifasaHCl
membentukgaramnya.
Atas=HCl+Kafein
Bawah=DCM
Larutanindukkafein1000ppm
HCL0,2Nyangdigunakansebagai
pelarutlarutanstandarkafeindan
padaekstraksiteh
Larutanstandarkafein0ppm,2
ppm,4ppm,6ppm,8ppmdan10
ppm
VI.
Pengolahan Data
Pembuatan Larutan HCl 0,2 N dalam 500 ml
Diketahui :
Konsentrasi HCl = 36%
BJ = 1,18 gr/l
Ditanyakan : ml yang dipipet
ekiv
Jawab = N = V
0,2 =
ekiv
0,5 L
Ekiv = 0,1
Gr
ekiv = BE
0,1 =
Gr
36,5
Gr = 3,65 gram
m
=
v
3,65 gr
v
1,18 gr/ml =
V = 3,09 ml
Jadi HCl pekat yang dipipet sebanyak 3,09 mL
. V1
N2
V2
= 2,5 mL
N1
N1
. V1
N2
V2
. V1
N2
V2
= 0 mL
V1
= 0,1 mL
N1
N1
. V1
N2
V2
. V1
N2
V2
= 0,2 mL
V1
= 0,3 mL
N1
N1
. V1
N2
V2
= 0,4 mL
. V1
N2
V2
= 0,5 mL
Absorban
0
0.311
0.551
0.788
LAPORAN ISOLASI KAFEIN DARI DAUN TEH
8
10
Sampel
Sampel 50x pengenceran
0.957
1.221
3,436
0,346
Kurva Kalibrasi
Kurva Kalibrasi
1.4
1.2
1
0.8
Absorbansi
0.6
0.4
0.2
0
10
11
Konsentrasi (ppm)
0.3460.0 978
0.11 1 3
= 2,2301 ppm
Berat kafein dalam sampel
2,2 30 1
= 5575,25
g
ml
x 50 x 50 mL
g
6
= 5575,25 x 10
gram
= 0,0056 gram
Rendemen
0,0 056
5
x 100%
x 100%
= 0.11 %
VII.
Pembahasan
Kafein merupakan senyawa alkaloid yang terkandung secara alami pada lebih dari
60 jenis tanaman terutama teh (1-4,8%), kopi (1-1,5%), dan biji kola (2,7-3,6%) (Misra
et al, 2008). Kafein memiliki berat molekul 194.19 dengan rumus kimia C 8H10N8O2 dan
pH 6.9 (larutan kafein 1% dalam air). Praktikum kali ini dilakukan penentuan kadar
kafein di dalam sampel teh.
Proses ekstraksi kafein dalam teh antara lain praktikan melarutkan sampel teh
dalam aquadest, kemudian dipanaskan selama 10 menit hingga mendidih. Fungsinya
agar kafein yang berada dalam sampel dapat keluar karena proses pemanasan berfungsi
pula untuk menambah kelarutan dari kafein. Setelah mendidih, air teh disaring
menggunakan kertas saring. Penyaringan berfungsi untuk memisahkan suspensi dengan
kafein yang larut. Menghasilkan larutan filtrat yang sedikit berwarna teh tapi agak
bening tanpa suspensi. Filtrat tersebut di ekstraksi menggunakan corong pisah dengan
menggunakan pelarut organik yaitu dimetil klorida (DCM) dan didiamkan selama
beberapa hari. Kafein akan larut dengan DCM dan ikut ke fasa DCMnya dan terpisah
dari teh tersebut. DCM memiliki massa jenis lebih besar dibandingkan fasa air dan
tehnya sehingga fasa DCM yang didalamnya ada kafeinnya terletak di bagian bawahnya.
Warna larutan DCM + kafeinnya yaitu tak berwarna. Setelah itu, larutan DCM + Kafein
diekstraksi kembali menggunakan HCl 0,2 N untuk mengikat kafein dari DCM. HCl
pada kafein akan membentuk garam karena kafein memiliki sifat basa, sehingga kafein
dapat larut dalam pelarut polar. Berat jenis HCl kurang dari 1, oleh karena itu pada saat
pemisahan campuran HCl dengan kafein berada di atas.
Untuk menentukan kadar kafein dalam sampel teh dapat menggunakan metoda
spektro dengan sumber lampu UV (biasanya menggunakan lampu denterium). Untuk
LAPORAN ISOLASI KAFEIN DARI DAUN TEH
mengetahui besarnya adsorban pada kafein standard sampel diperlukan sumber radiasi
dengan panjang gelombang dibawah 350 nm. Pada penentuan kadar kafein ini alat yang
kamu gunakan adalah spektrofotometer Shimadzu. Spektrofotometer Shimadzu memiliki
2 sumber lampu yaitu sinar tampak dan UV, sinar tampak disebut visible, dan sinar tak
tampak sering disebut Ultra Violet (UV), sehingga spektrofotometer Shimadzu sering
disebut spektrofotometer UV-vis (Ultra Violet Visible) dan termasuk pada double beam
yang berarti merupakan sinar berkas ganda.
Praktikan menghitung panjang gelombang maksimum. Pengukuran panjang
gelombang maksimum menggunakan larutan standar kafein dengan lima variasi
konsentrasi yaitu 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, dan 10 ppm. Dan digunakan larutan
standar 6 ppm untuk menentukan panjang gelombang maksimum. Larutan blanko dari
penentuan kafein ini yaitu HCl 0,2 N. Larutan blanko berfungsi sebagai pengkondisian
agar ketika pengukuran sampel pereaksi yang ditambahkan pada sampel tidak merubah
nilai absorban pengukuran karena adanya faktor koreksi dengan blanko. Panjang
gelombang maksimum yang dihasilkan adalah 205,6 nm.
Setelah menentukan absorbansi setiap larutan standar, didapatkan kurva kalibrasi
yang linear dan konsentrasi sampel dapat ditentukan. Semakin besar konsentrasi maka
semakin besar pula nilai absorbannya. Didapatkan persamaan y= 0.1113x +0.0978 ,
dengan y adalah absorbansi, dan x adalah konsentrasi (ppm).
Konsentrasi sampel yang diukur harus berada diantara konsentrasi deret larutan
standar yang telah dibuat agar alat dapat membaca absorban dari sampel dengan optimal.
Ketika
Pada praktikum, hasil absorbansi sampel tanpa pengenceran sebesar 3.436.
Absorbansi dari sampel lebih dari 1 maka artinya kandungan kafein dalam sampel
terlampau pekat, dan harus diencerkan. Maka dilakukan pengenceran pada sampel
sebanyak 50 kali dan didapatkan absorban sebesar 0.346. Dan konsentrasi yang
didapatkan setelah dikalikan faktor pengenceran adalah sebesar 111.5 ppm. Berat kafein
didapat sebesar 0.0056 gr. Berat sampel teh sebesar 5 gr. Kadar kafein dalam sampel
sebesar 0.11 %.
VIII. Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa :
LAPORAN ISOLASI KAFEIN DARI DAUN TEH
IX.
Isolasi kafein dari daun teh bisa didapatkan dengan teknik ekstraksi padat-
cair.
Pengukuran
kadar
kafein
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan
Daftar Pustaka
Anonim. 2009. PEMISAHAN SENYAWA ORGANIK Ekstraksi: Isolasi Kafein dari Teh dan
Uji Alkaloid. http://fateisnotafake.wordpress.com/2009/09/07/pemisahan-senyawaorganik-ekstraksi-isolasi-kafein-dari-teh-dan-uji-alkaloid/ [ 27 April 2014 ]
Dwy, Ayu.2012.Penentuan Kadar Multikomponen Campuran Asetosal Parasetamol dan
Kafein Secara Spektrofotometer UV-Vis. http://semester4ayu.blogspot.com/2012/12/vbehaviorurldefaultvmlo_25.html [ 27 April 2014 ]
1
0