Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem pernapasan dimana
alveoli(mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang bertanggung jawab untuk menyerap
oksigen dari atmosfer) menjadi radang dan dengan penimbunan cairan.
Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya
konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993)
Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh agent infeksi
Sejarah Pneumonia
Gejala-gejala dari pneumonia yang digambarkan oleh Hippocrates(c.460 BC-380BC):
Peripneumonia dan pleuritis dapat diamati jika demam akut,dan jika sa kit pad salah satu bagian
atau keduanya jika bernapas,jika ada batuk dengan pengeluaran sputum berwarna kemerahan
atau kelabu kehitaman atau juga encer,berbusa dan kemerah-merahan atau memiliki karakter lain
yang berbeda dari keadaan... ketika pneumonia menjadi parah,kasus ini terlalu sulit ditolong,jika
dia tidak menyingkirkan,jika ada sesak dan sedikit jumlah urine dan bau tajam,berkeringat
sekitar leher dan kepala,berkeringat seperti itu keadaan buruk beralih ke mati lemas,rales dan
memperoleh siksaan yang sangat dari penyakit tersebut.
Bagaimanapun,Hippocrates sendiri mengarahkan pneumonia sebagai suatu penyakit
istilah kuno.Dia juga melaporkan hasil pengaliran empyema melalui pembedahan.
Maimonides(1138-1204 AD) mengamatidasar gejala-gejala terjadinya pneumonia dan tidak
pernah ketinggalan meninjau,demam akut,pita perekat sakit pada samping(pleuritis), laju nafas
pendak,denyut yang bergerigi dan batuk.
Klasifikasi Pneumonia
Bakterial
untuk tiap orang berbeda tergantung dari jenis pneumonia, pengobatan yang tepat,ada
tidaknya komplikasi dan kesehatan orang tersebut.
2. Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:
paru,atau secara tak langsung dari penyakit lain seperti kanker paru atau penggunaan
alkohol
3. Tanda dan Gejala
Sesak nafas
Batuk non produktif
Ingus (nasal discharge)
Suara napas lemah
Retraksi intercosta
Penggunaan otot bantu nafas
Demam
Ronchii
Cyanosis
Leukositosis
Thorax photo menunjukkan infiltrasi melebar
4. Patofisiologi
Gejala dari infeksi pneumonia disebabkan invasi pada paru-paru oleh
mikroorganisme dan respon sistem imun terhadap infeksi.Meskipun lebih dari seratus
jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan pneumonia, hanya sedikit dari mereka
yang bertanggung jawab pada sebagian besar kasus.Penyebab paling sering pneumonia
adalah virus dan bakteri. Penyebab yang jarang menyebabkan infeksi pneumonia ialah
fungi dan parasit.
Virus
penyakit yang serius atau bahkan fatal seperti septik syok dengan tekanan darah
rendah dan kerusakan pada bagian-bagian tubuh seperti otak,ginjal,dan jantung.
Bakteri juga dapat berjalan menuju area antara paru-paru dan dinding
dada(cavitas pleura) menyebabkan komplikasi yang dinamakan empyema.Penyebab
paling umum dari pneumoni yang disebabkan bakteri adalah
Streptococcus
mulut
dari
orang
sehat.
Streptococcus
pneumoniae,
sering
coli,Pseudomonas
aeruginosa,dan
Moraxella
catarrhalis.Bakteri ini sering hidup pada perut atau intestinal dan mungkin
memasuki paru-paru jika muntahan terhirup.Bakteri atipikal yang menyebabkan
pneumonia termasuk Chlamydophila pneumoniae,Mycoplasma pneumoniae,dan
Legionella pneumophila.
Jamur
Pneumonia yang disebabkan jamur tidak umum,tetapi hal ini mungkin
terjadi pada individu dengan masalah sistem imun yang disebabkan AIDS,oba tobatan imunosupresif atau masalah kesehatan lain.patofisiologi dari pneumonia
yang disebabkan oleh jamur mirip dengan pneumonia yang disebabkan
bakteri,Pneumonia yang disebabkan jamur paling sering disebabkan oleh
Histoplasma capsulatum,Cryptococcus neoformans,Pneumocystis jiroveci dan
Coccidioides immitis.Histoplasmosis paling sering ditemukan pada lembah sungai
komplikasi
yang
mendasari
pneumonia
yang
disebabkan
Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala
: riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda
Intervensi
Evaluasi
Kriteria keberhasilan:
Berhasil
Tuliskan kriteria keberhasilannya dan tindakan dihentikan
Tidak berhasil
Tuliskan mana yang belum berhasil dan lanjutkan tindakan.
B. EMBOLI PARU
1. Pengertian
Emboli Paru adalah penyumbatan arteri pulmonalis (arteri paru-paru) oleh suatu
embolus, yang terjadi secara tiba-tiba. Suatu emboli bisa merupakan gumpalan darah
(trombus), tetapi bisa juga berupa lemak, cairan ketuban, sumsum tulang, pecahan tumor
atau gelembung udara, yang akan mengikuti aliran darah sampai akhirnya menyumbat
pembuluh darah.
Emboli paru adalah obstruksi salah satu atau lebih arteri pulmonalis oleh trombus
yang berasal dari suatu tempat. Embolisme pulmonal tersebut mengacu pada obstruksi
salah satu arteri pulmonal atau lebih oleh thrombus (trombi) yang berasal dari suatu
tempat dalam system venosa atau jantung sebelah kiri, yang terlepas, dan terbawa ke
paru. Kondisi ini merupakan kelainan umum yang berkaitan dengan trauma, bedah,
kehamilan, dan imobilitas yang berkepanjangan. Sebagian besar trombus berasal dari
vena tungkai.
2. Etiologi
Berdasakan hasil hasil penelitian dari autopsy paru pasien yang meninggal karena
penyakit ini menunjukan dengan jelas disebabkan oleh trombos pada pembuluh darah,
terutama vena ditungkai bawah atau dari jantung kanan. Sumber Emboli paru yang lain
misalnya tumor yang telah menginvasi sirkulasi vena (Emboli tumor), udara, lemak,
sumsum tulang dan lain lain. Kemudian material Emboli beredar dalam peredaran
darah sampai disirkulasi pulmonal dan tersangkut pada cabang cabang arteri pulmonal,
memberi akibat timbulnya gejala klinis.
Faktor-faktor predisposisi terjadinya emboli paru menurut virchow 1856 atau sering
disebut sebagai physiological risk factors meliputi :
Adanya aliran darah lambat (statis).
Kerusakan dinding pembuluh darah vena.
Bekuan darah.
Gelembung udara.
Lemak.
Gumpalan parasit.
Sel tumor.
penurunan
kadar
O2
dan
peningkatan
CO2.
(brunner
dan
suddarth,2001.621)
Konsekuensi himidinamik adalah peningkatan tahanan vascular paru akibat
penurunan ukuran jarring-jaring vascular pulmonal., menyebabkan peningkatan tekanan
arteri pulmonal dan akhirnya mningkatkan kerja ventrikel kanan untuk mempertahankan
aliran darah pulmonal. Bila kebutuhan ventrikel kanan melebihi kapasitasnya, maka akan
terjadi gagal ventrikl kanan yang mengarah pada penurunan tekanan darah sistemik dan
terjadinya syok. (brunner dan suddarth,2001.621)
Embolus berjalan keparu paru dan diam di pembuluh darah paru paru. Ukuran
dan jumlah emboli ditentukan oleh lokasi. Aliran darah terobstruksi sehingga
menyebabkan penurunan perfusi dari bagian paru paru yang disuplai oleh pembuluh
darah.
Akibat buruk yang paling awal terjadi tromboemboli adalah obstruksi komplit atau
parsial aliran darah arteri pulmonalis bagian distal. Obstruksi ini akan mengakibatkan
serangkaian kejadian patofisiologik yang dapat dikelompokkan sebagai Pernapasan dan
Hemodinamik sebagai akibat trombo emboli paru paru (TEP).
Konsekuensi Pernapasan
Obstruksi akibat emboli adalah menyebabkan daerah paru paru yang
berventilasi tidak mampu melakukan perfusi anatomical dead space intra
pulmonalis karena dead space tidak terjadi pertukaran gas, ventrikel daerah yang
nonperfusi ini sia sia dalam arti fungsional. Konsekuensi potensial yang
ditimbulkan obstruksi emboli ini adalah konstruksi ruang udara dan jalan napas
pada daerah paru paru yang terlibat. Pneumokonstriksi ini dapat dilakukan
sebagai mekanisme homeostasis untuk mengurangi ventilasi yang terbuang,
kelihatannya disebabkan oleh hipokapnia bronkoalveolar yang merupakan hasil
penghentian aliran darah kapiler paru paru karena aliran tersebut dihilangkan oleh
inhalasi udara yang kaya dengan karbondioksida. Gangguan lain akibat obstruksi
emboli adalah hilangnya surfaktan alveolar, namun hal tersebut tidak terjadi dengan
cepat. Hipoksima arteri bisa dijumpai, walaupun sama sekali bukan merupakan
akibat dari tromboemboli paru paru.
Konsekuensi Hemodinamik
Konsekuensi hemodinamik
utama
yang
diakibatkan
oleh
obstruksi
dan gagal ventrikel kanan akut. Takikardia dan kadang penurunan curah jantung
juga dapat terjadi.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium
Pemeriksaan darah tepi: Kadang kadang ditemukan leukositosis dan
lajuendap darah yang sedikit tinggi.
Kimia darah: Peningkatan kadar enzim SGOT, LDH
Analisis gas darah: Pao2 rendah (Hipoksemia), menurunnya Pa Co2 atau
dibawah 40 mmhg.
Elektrokardiografi
Kelainan yang ditemukan pada elektrokardiografi juga tidak spesifik untuk
emboli paru, tetapi paling tidak dapat dipakai sebagai pertanda pertama dugaan
adanya emboli paru, terlebih kalau digabungkan dengan keluhan dan gambaran
klinis lainnya.
Rontgen Thorax
Pada pemeriksaan foto rontgen dada pasien emboli paru, biasanya ditemui
kelainan yang sering berhubungan dengan adanya kelainan penyakit kronik paru
atau jantung pada pasien emboli paru tanda radiologi yang sering didapatkan adalah
pembesaran arteri pulmonalis desendens, peninggian diagfrakma bilateral,
pembesaran jantung kanan, densitas paru daerah terkena dan tanda westermark.
Gas darah arteri (GDA)
menunjukkan hipoksemia (PaO2 kurang dari 80MmHg)dan alkalosis
respiratori (PaCO2 kurang dari 35MmHg dan pH lebih tinggi dari 7,45). Alkalosis
respiratori dapat di sebabkan oleh hiperventilasi
Skanning paru-paru(skanning ventilasi dan perfusi) untuk mengetahui area yang
mengalami hipoperfusi
6. Komplikasi
Menurut Contran Kuman Rabbins (1996), komplikasi yang terjadi adalah :
Asma Bronkhial
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronchial dengan ciri
bronkospasme periodic (kontraksi spasme pada saluran napas). Asma merupakan
penyakit kompleks yang dapat diakibatkan oleh faktor biokimia, endokrin, infeksi,
otonomik, dan psikologi.
Efusi Pleura
Terapi
oksigen
diberikan
untuk
memperbaiki
hipoksia
dan
untuk
Eliminasi
Gejala: Penurunan frekuensi urin
Tanda: Urin kateter terpasang, bising usus samar
Nyeri / Kenyamanan
Gejala: Nyeri kepala, nyeri dada, nyeri tungkai tungkai
Tanda: Berhati hati pada daerah yang sakit, mengkerutkan wajah
Penafasan
Gejala: Kesulitan bernapas
Tanda: Peningkatan frekuensi / takipnea penggunaan asesori pernapasan
Neurosensori
Gejala:
Kehilangan
kesadaran
sementara,
sakit
kepala
daerah
frontal
Intervensi :
Identifikasi etiologi atau factor pencetus
R : Mengetahui etiologi dan faktor pencetus
Evaluasi fungsi pernapasan (napas cepat, sianosis, perubahan tanda vital.
R : Dapat mengkaji fungsi pernafasan
Auskultasi bunyi napas.
R : Dapat mendengarkan bunyi nafas normal atau tidak
Kriteria hasil :
Pasien mengatakan nyeri berkurang atau dapat dikontrol
Pasien tampak tenang
Intervensi :
Kaji terhadap adanya nyeri, skala dan intensitas nyeri.
R : Dapat mengetahui skala nyeri pada klien.
Ajarkan pada klien tentang manajemen nyeri dengan distraksi dan relaksasi.
R : Klien dapat mengerti tentang manajemen nyeri dengan distraksi dan relaksasi
Kaji keefektifan tindakan penurunan rasa nyeri.
R : Dapat mengurangi rasa nyeri yang diderita klien.
Berikan analgetik sesuai indikasi
R : dapat digunakan mengurangi rasa nyeri
Kriteria hasil : Klien akan menunjukkan pertukaran gas yang normal dan warna kulit
merah muda.
Intervensi :