Vous êtes sur la page 1sur 9

PROPOSAL

PENGADAAN POJOK DIABET


DI PUSKESMAS PUCANG SAWIT SURAKARTA

OLEH :
DM DAN EDUKATOR

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIV KEPERAWATAN
2015

PROPOSAL
PENGADAAN POJOK DIABET
DI PUSKESMAS PUCANG SAWIT SURAKARTA
1.1

Latar Belakang
Pembangunan dalam bidang kesehatan diarahkan guna mencapai
pemecahan masalah kesehatan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar
dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pada umumnya masalah
kesehatan dipengaruhi oleh pola hidup, pola makan, faktor lingkungan kerja,
olah raga dan stress. Perubahan gaya hidup di kota-kota besar menyebabkan
meningkatnya prevalensi penyakit degeneratif, termasuk juga Diabetes Melitus
(Sarwono, 2002).
Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif kronis yang
semakin meningkat prevalensinya (Setiawati, 2004). Penderita diabetes mellitus
di dunia meningkat tajam setiap tahunnya pada tahun 1994 sebesar 110,4 juta
menjadi 150 juta penderita dan pada tahun 2010 sebesar 279,3 juta dan tahun
2020 sebesar 300 juta (Hendromartono, 2000). Tahun 2011 diperkirakan 366 juta
penduduk dunia menderita diabetes melitus tipe 2 dan 71,4 juta diantaranya
berasal dari Asia Tenggara (WHO, 2010).
Data yang tercantum dalam IDF Diabetes Atlas, Sicree et.al. (2009)
menjelaskan bahwa perkiraan jumlah pasien DM tipe 2 di dunia pada tahun
2010 sebanyak 285 juta jiwa dari total populasi dunia sebanyak 7 miliar jiwa dan
meningkat sebanyak 439 juta jiwa pada tahun 2030 dari total populasi dunia
sebanyak 8,4 miliar jiwa. Kenaikan insidensi pasien DM tipe 2 juga terjadi di
Asia Tenggara. Total populasi di Asia Tenggara pada rentang usia 20-79 tahun
sebanyak 838 juta jiwa pada tahun 2010. Dari total populasi tersebut, terdapat
58,7 juta jiwa (7,6%) pasien DM tipe 2. Jumlah tersebut meningkat pada tahun
2030, yaitu dari total populasi pada rentang usia 20-79 tahun sebanyak 1,2
miliar, terdapat 101 juta (9,1%) pasien DM tipe 2.
Menurut WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 di dunia setelah India,
China, dan USA dengan jumlah pasien DM tipe 2 sebanyak 8,4 juta jiwa. dunia
pada tahun 2010 dan diperkirakan meningkat pada tahun 2030 sebanyak 21,3
juta jiwa (Wild et.al., 2004).

Data dari hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2013


menunjukkan bahwa prevalensi nasional DM berdasarkan hasil pengukuran gula
darah pada penduduk umur > 15 tahun yang bertempat tinggal di perkotaan
adalah 5,7 %. Riset ini juga menunjukkan bahwa prevalensi Toleransi Glukosa
Terganggu (TGT) pada penduduk berumur > 15 tahun yang bertempat tinggal di
perkotaan sebesar 10,2 % (Balitbangkes,2008).
Sedangkan menurut Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2009,
prevalensi Diabetes Melitus Tipe I di Provinsi Jawa Tengah sebesar 0,19%,
mengalami peningkatan bila dibandingkan prevalensi tahun 2008 sebesar 0,16%.
Prevalensi kasus Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin lebih dikenal dengan
Diabetes Mellitus tipe II, mengalami penurunan dari 1,25% menjadi 0,62% pada
tahun 2009. Tetapi prevalensi tertinggi adalah di Kota Surakarta sebesar 5,11%.
Berdasarkan laporan rumah sakit dan puskesmas, prevalensi diabetes
mellitus tergantung insulin di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2008 sebesar
0,16%, mengalami peningkatan bila dibandingkan prevalensi tahun 2007 sebesar
0,09%. Sedangkan prevalensi kasus diabetes mellitus tidak tergantung insulin
atau yang lebih dikenal dengan DM tipe II, mengalami peningkatan dari 0,83%
pada tahun 2006, menjadi 0,96% pada tahun 2007, dan 1,25% pada tahun 2008
(Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2008).
Dalam melakukan penanganan terhadap penderita Diabetes Militus
dikenal dengan adanya empat pilar utama pengelolaan Diabetes Millitus,
keempat pilar tersebut saling terkait satu dengan yang lain. Keberhasilan
pengelolaan penderita Diabetes Millitus akan dipengaruhi oleh keempat pilar
utama pengelolaan Diabetes Militus tersebut. Keempat pilar utama pengelolaan
Diabetes Militus tersebut meliputi : penyuluhan, perencanaan makan, latihan
jasmani atau fisik dan pengobatan.
Penyuluhan merupakan pilar pertama dalam pengelolaan Diabetes
Melitus. Sasaran penyuluhan adalah pasien dan keluarga penderita Diabetes
Mellitus. Penyuluhan merupakan cara untuk menyampaikan maksud dan
manfaat dari penatalaksanaan Diabetes Melitus agar pasien dan keluarganya
memahami dan ikut membantu dalam pelaksanaannya (Surbekti, 1999).
Penelitian terhadap penyandang DM mendapatkan 80% diantaranya
menyuntik insulin dengan cara yang tidak tepat, 58% memakai dosis yang salah,
dan 75% tidak mengikuti diet yang dianjurkan. Untuk mengatasi ketidakpatuhan

tersebut, penyuluhan bagi penyandang DM diperlukan. Penyuluhan diperlukan


karena penyakit diabetes adalah penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup.
Pengaturan jumlah serta jenis makanan dan olahraga merupakan pengobatan
yang tidak dapat ditinggalkan, walaupun ternyata banyak diabaikan oleh
penyandang diabetes itu sendiri. Berhasilnya pengobatan diabetes bergantung
pada kerjasama antara petugas kesehatan dengan penyandang diabetes.
Penyandang diabetes yang mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
diabetes,

kemudian

selanjutnya

mengubah

perilakunya,

akan

dapat

mengendalikan kondisi penyakitnya sehingga dapat hidup lebih berkualitas


(Basuki, 2005).
Pada dasarnya tujuan penyuluhan diabetes adalah perawatan mandiri
sehingga seakan-akan pasien menjadi dokternya sendiri dan juga mengetahui
kapan ia harus pergi ke dokter untuk mendapatkan pengarahan lebih lanjut.
Dengan demikian dapat dikatakan penyuluhan diabetes adalah suatu proses
pemberian pengetahuan dan ketrampilan bagi penderita diabetes melitus yang
diperlukan untuk merawat diri sendiri, mengatasi krisis serta gaya hidupnya agar
dapat menangani penyuluhan dengan baik (Basuki, 1999). Suatu survei yang
diadakan Depkes bekerja sama dengan Perkeni dalam pemeriksaan glukosa
darah acak di masyarakat umum, didapatkan sebanyak 8,29% memiliki kadar
glukosa darah sewaktu melebihi 200 mg/dL, dan 15,63% dengan kadar glukosa
darah 140199 mg/dl (Ngurah & Ketut Suastika, 2008).
1.2

Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Menurunkan angka prevalensi kejadian diabetes dan komplikasinya
dengan meningkatkan pelaksanaan program pojok diabet.
1.2.2

Tujuan Khusus
1. Melaksanakan edukasi pada prediabetes dan diabetes.
2. Melaksanankan pengaturan diet bagi prediabetes dan diabetes.
3. Melaksanakan aktivitas fisik bagi prediabetes dan diabetes.
4. Melaksanakan kontrol rutin bagi prediabetes dan diabetes.
5. Melaksanakan program pengobatan (OHO dan insulin) pada
diabetes.

1.3

Sasaran

Sasaran pada pojok diabet ditujukan pada diabetisi baik DM Tipe 1, DM Tipe 2,
maupun DM Gestasional, juga pada kelompok berisiko DM (prediabetes).
1.4

Kegiatan
Macam kegiatan pada pojok DM :
1. Screening berupa anamnesa keluhan dan kebiasaan hidup diabetesi
2.
3.
4.

menggunakan formulir pengkajian faktor risiko DM Tipe 2.


Pemeriksaan Diagnostik : cek gula darah puasa (GDP) dan atau GD2JPP.
Perhitungan IMT, BBI.
Pemeriksaan oleh dokter spesialis dan pemberian resep obat sesuai dengan

5.

dosis yang ditetapkan.


Perawatan diabetesi oleh perawat berkompeten : perawatan kaki sederhana
seperti potong kuku, perawatan kalus jika terdapat kalus, serta perawatan

6.

luka kaki jika terdapat luka kaki diabetes.


Pemberian informasi (edukasi) mengenai DM kepada diabetesi untuk
mengenal penyakitnya lebih jauh lagi, serta pemberian informasi mengenai
modifikasi gaya hidup meliputi aktivitas fisik, pengobatan dan diet
(pengaturan makan sederhana, secara rinci akan dijelaskan pada poli gizi
oleh ahli gizi).

Pembagian Tugas dan Alur Pemeriksaan pada Pasien Pre DM (Lama & Baru),
DM Tipe 1 (Lama & Baru) serta DM Tipe 2 (Lama & Baru) di Puskesmas dengan
Pelayanan Pojok Diabet
LOKET
(Tempat pendaftaran dan pembayaran
(khusus pasien umum) bagi pasien pre DM
& DM lama maupun baru)

PASIEN BARU

PASIEN LAMA

(Pre DM, DM type 1 &

(Pre DM, DM type 1 &

Type 2)

Type 2)
4

BP

POJOK DM

(Balai Pengobatan)

Dilakukan

Anamnesa :

Pemeriksaan

1. Keluhan yang

anamnesa

dirasakan
2. Riwayat

dari

lanjutan
pertemuan

sebelumnya,

penyakit

evaluasi

sebelumnya
3. Riwayat

dan

serta
terhadap

program yang telah


diberikan sebelumnya.

keluarga
Pemeriksaan (BB,TB &

POJOK DM
TTV) serta anjuran
1. Anamnesa detail
pemeriksaan
LAB (pekerjaan + aktivitas, pola makan metode 3J (jenis,jumlah & jadwal)
2. Pemeriksaan lingkar perut
(GDA)
3. Penentuan type DM
Bagi pasien Pre DM :
1. Pemeriksaan lanjutan (TTGO, GDP)
2. Pemberian Edukasi (Aktivitas = senam, olahraga, dll, pola makan secara umum, secara
detailnya dianjurkan ke poli gizi) serta pemberian informasi tentang penyakit DM dan
perawatan kaki secara umum

Alur
(Pre1 DM,
DM Type 1 & 2 setelah masuk BP (balai pengobatan)
Bagipasien
pasienbaru
Dm type
:
1. Monitor GD
LAB
2. Pemberian lembar jadwal penggunaan insulin eksogen
Pemeriksaan
: pengisian lembar jadwal penggunaan insulin eksogen,
3. Pemberian edukasi
tentang
1. Kadar
Gula insulin
Darah eksogen secara mandiri, dan edukasi mengenai
edukasi tentang cara
pemberian
2. Kadar Gula dalam urine
nutrisi pasien sesuai dengan kebutuhannya (secara umum)
Serta analisis
hasil
pemeriksaan
oleh petugas LAB
4. Pemberian informasi
tentang
pencegahan
komplikasi
Bagi pasien DM type 2 :
1.
2.
3.
4.

Monitoring gula darah puasa dan 2JPP


Membawa hasil LAB
Pemberian resep obat oleh dokter spesialis
Pemberian lembar jadwal konsumsi obat
Pemberian edukasi (cara pengisian lembar jadwal konsumsi obat, penggunaan obat
(dosis obat), efek samping obat, nutrisi secara umum, aktivitas seperti senam dan olah

raga lainnya yang cocok bagi pasien.


5. Pemberian informasi untuk pencegahan komplikasi (perawatan kaki, nutrisi dan
kestabilan tekanan darah)
5

Alur pasien lama (Pre DM, DM Type 1 & 2 pada waktu masuk POJOK DM
POJOK DM

Bagi pasien Pre DM :


1. Evaluasi kadar gula darah
2. Monitor GD
3. Evaluasi edukasi yang diberikan pada pertemuan sebelumnya.
Bagi pasien DM type 1 :
1. Evaluasi insulin (penggunaan insulin eksogen dan lembar jadwal penggunaan insulin
eksogen)
2. Evaluasi Gula Darah
3. Pemberian edukasi (nutrisi secara umum, pengobatan (insulin eksogen), aktivitas sesuai
dengan kebutuhan pasien)
4. Informasi pencegahan komplikasi
Bagi pasien DM type 2 :
1. Evaluasi obat (penggunaan dan lembar jadwal konsumsi obat)
2. Evaluasi Gula darah
3. Edukasi (nutrisi secara umum, aktivitas sesuai kebutuhan pasien, obat (alternatif
kombinasi bila diperlukan)
4. Informasi terhadap pencegahan komplikasi
6

Selanjutnya bagi pasien Pre DM, DM type 1 dan 2 lama maupun baru.

PASIEN BARU

PASIEN LAMA

(Pre DM, DM type 1 &

(Pre DM, DM type 1 &

Type 2)

Type 2)

POLI GIZI :
Pemberian konseling mengenai nurtrisi yang diperlukan secara detail, sesuai dengan kebutuhan
kalori dan modifikasi nutrisi guna pencegahan DM bagi pasien pre Dm dan pencegahan
terjadinya komplikasi yang diakibatkan pola makan berlebih bagi penderita

1.5

DM type
maupun 2.
Tenaga Kesehatan yang terlibat
dan1Perannya
1. Perawat
: melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik secara umum,

menghitung IMT, BBI, lingkar perut, perawatan kaki sederhana, membantu


pemeriksaaan GD, dokumentasi keadaan luka kaki diabetisi.
2. Edukator
: melakukan penyuluhan/ pendidikan kesehatan tentang
diabetes, meningkatkan motivasi diabetisi untuk patuh kontrol, minum obat,
diet, aktivitas, dll.
3. Dokter spesialis :

melakukan

anamnesa

dan

pemeriksaan

fisik,

menganjurkan pemeriksaan lab. dan menganalisa hasilnya, menetapkan


diagnosa medis, memberi terapi yang sesuai, mengidentifikasi adanya
komplikasi penyakit.
4. Ahli Gizi
: mengatur diet bersama pasien, mengatur program
penurunan BB (bagi pasien dengan obesitas).

5. Farmasis

: Menyediakan obat-obatan sesuai resep, menyediakan

alat cek gula darah/ tes yang lain.


1.6

Pencatatan dan Pelaporan


Melakukan dokumentasi tentang hasil anamnesa (data pasien, riwayat
penyakit, faktor-faktor resiko). Untuk pelaporan, dibuat daftar kunjungan harian,
meliputi identitas pasien, jumlah pasien baru dan pasien lama, terapi apa yang
diberikan, tindakan yang dilakukan, jaminan kesehatan yang digunakan.

Vous aimerez peut-être aussi