Vous êtes sur la page 1sur 18

STIKES AMANAH MAKASSAR

2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam asuhan
keperawatan Strain,Sprain dan Dislokasi.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Sekian dan terima kasih.
Makassar,09 November 2012
penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
BAB II KONSEP MEDIS
1. STRAIN
A. Pengertian
B. Etiologi
C. Tanda dan Gejala

D.
E.
F.
G.
H.
I.
2.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
3.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.

Patofiologi
Klasifikasi Strain
Manifestasi klinis
Komplikasi
Penatalaksanaan
Rencana Perawatan
SPRAIN
Pengertian
Tingkatan Sprain
Patofisiologi
Tanda Dan Gejala
Pemeriksaan Diagnostik
Penatalaksanaan
DISLOKASI
Pengertian
Etiologi
Patofiologi
Klasifikasi
Manifestasi klinis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis/Kriteria Diagnosis
Penatalaksanaan
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

1.
A.
B.
2.
A.
C.

STRAIN DAN SPRAIN


Pengkajian
Diagnosa, Intervensi, Rasional
DISLOKASI
Pengkajian
Diagnosa, Intervensi, Rasional

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trauma pada jaringan muskuloskeletal dapat melibatkan satu jaringan yang spesifik
seperti ligament, tendon atau satu otot tunggal, walaupun injury pada satu jaringan tunggal
jarang terjadi. Kejadian yang lebih umum adalah beberapa jaringan mengalami injury dalam
suatu insiden traumatik seperti fraktura yang berhubungan dengan trauma kulit, saraf dan
pembuluh darah.
Injury yang kurang alamiah sifatnya melibatkan lebam atau kontusio pada kulit ; kram
(regangan) atau strain pada serabut tendon atau ligament, keseleo (koyak) atau sprain yang
pada beberapa banyak atau semua tendon, ligament bahkan juga tulang dan sekeliling sendi.
Karena keadaan di atas yaitu kram dan keseleo mempunyai tanda inisial yang mirip (dengan
beberapa perbedaan).
Di antara kelainan yang timbul pada banyak organ tubuh manusia akibat penuaan
adalah atrofi, yang berarti organ tersebut menjadi lebih kecil. Atrofi dapat terjadi pada otot,
kerangka tulang, kulit, otak, hati, ginjal sertajantung. Atrofi disebabkan karena kurang aktif
dari organ tersebut, tidak cukup nutrisi, dan kurang stimulasi hormonal (osteoporosis wanita
menopause), dan kehilangan sel. Atrofi pada otot menimbulkan tungkai mengecil (menjadi
lebih kurus), tenag berkurang/menurun. Atrofi pada hati menurunnya kemampuan untuk

mengeliminasi obat-obatan dan minuman keras (alkohol). Atrofi pada saraf menyebabkan
saraf kehilangan serabut myelin, sehingga kecepatan hantaran saraf berkurang serta refleks
menjadi lebih lambat.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan trauma muskuloskeletal : strain,
sprain dan dislokasi.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengidentifikasi pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala,
manifestasi

klinis,

pemeriksaan

penunjang

dan

penatalaksanaan

tentang

trauma

muskuloskeletal : strain,sprain dan dislokasi.

BAB II
KONSEP MEDIS
1. STRAIN
A. Pengertian
1. Strain adalah tarikan otot akibat penggunaan berlebihan,peregangan berlebihan,atau stress
yang berlebihan.
2. Strain adalah robekan mikroskopis tidak komplit dengan perdarahan ke dalam jaringan.
(Smeltzer Suzame, KMB Brunner dan Suddarth)
3. Strain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada struktur
muskulotendinous (otot atau tendon).
Strain akut pada struktur muskulotendious terjadi pada persambungan antara otot dan
tendon. Tipe cedera ini sering terlihat pada pelari yang mengalami strain pada hamstringnya.
Beberapa kali cedera terjadi secara mendadak ketika pelari dalam melangkahi penuh.

B. Etiologi
Pada strain akut :
Ketika otot keluar dan berkontraksi secara mendadak
Pada strain kronis :
Terjadi secara berkala oleh karena penggunaaan yang berlebihan/tekanan berulangulang,menghasilkan tendonitis (peradangan pada tendon).
C.

D.

Tanda dan Gejala


1.

Kelemahan

2.

Mati rasa

3.

Perdarahan yang ditandai dengan :

4.

Perubahan warna

5.

Bukaan pada kulit

6.

Perubahan mobilitas, stabilitas dan kelonggaran sendi.

7.

Nyeri

8.

Odema

Patofiologi
Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak
langsung (overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah,kontraksi
otot yang berlebihan atau ketika terjadi kontraksi ,otot belum siap,terjadi pada bagian groin
muscles (otot pada kunci paha),hamstring (otot paha bagian bawah),dan otot guadriceps.
Fleksibilitas otot yang baik bisa menghindarkan daerah sekitar cedera memar dan
membengkak.

E.

Klasifikasi Strain

1. Derajat I/Mild Strain (Ringan)

Derajat i/mild strain (ringan) yaitu adanya cidera akibat penggunaan yang berlebihan
pada penguluran unit muskulotendinous yang ringan berupa stretching/kerobekan ringan pada
otot/ligament.
a. Gejala yang timbul :
Nyeri local
Meningkat apabila bergerak/bila ada beban pada otot
b. Tanda-tandanya :
Adanya spasme otot ringn
Bengkak
Gangguan kekuatan otot
Fungsi yang sangat ringan
c. Komplikasi
Strain dapat berulang
Tendonitis
Perioritis
d. Perubahan patologi
Adanya inflasi ringan dan mengganggu jaringan otot dan tendon namun tanda perdarahan
yang besar.
e. Terapi
Biasanya sembuh dengan cepat dan pemberian istirahat,kompresi dan elevasi,terapi latihan
yang dapat membantu mengembalikan kekuatan otot.
2. Derajat II/Medorate Strain (Ringan)
Derajat ii/medorate strain (ringan) yaitu adanya cidera pada unit muskulotendinous
akibat kontraksi/pengukur yang berlebihan.
a.

Gejala yang timbul

Nyeri local
Meningkat apabila bergerak/apabila ada tekanan otot
Spasme otot sedang
Bengkak
Tenderness
Gangguan kekuatan otot dan fungsi sedang
b. Komplikasi sama seperti pada derajat I :
Strain dapat berulang
Tendonitis
Perioritis
c. Terapi :
Impobilisasi pada daerah cidera

Istirahat
Kompresi
Elevasi
d. Perubahan patologi :
Adanya robekan serabut otot
3. Derajat III/Strain Severe (Berat)
Derajat III/Strain Severe (Berat) yaitu adanya tekanan/penguluran mendadak
yangcukup berat. Berupa robekan penuh pada otot dan ligament yang menghasilkan
ketidakstabilan sendi.
a. Gejala :
Nyeri yang berat
Adanya stabilitas
Spasme
Kuat
Bengkak
Tenderness
Gangguan fungsi otot
b. Komplikasi ;
Distabilitas yang sama
c. Perubahan patologi :
Adanya robekan/tendon dengan terpisahnya otot dengan tendon.
d. Terapi :
Imobilisasi dengan kemungkinan pembedahan untuk mengembalikan fungsinya.
F.

G.

Manifestasi klinis
1.

Biasanya perdarahan dalam otot, bengkak, nyeri ketika kontraksi otot

2.

Nyeri mendadak

3.

Edema

4.

Spasme otot

5.

Haematoma

Komplikasi
1.

Strain yang berulang

2. Tendonitis

H. Penatalaksanaan
Istirahat akan mencegah cidera tambah dan mempercepat penyembuhan
Meninggikan bagian yang sakit,tujuannya peninggian akan mengontrol pembengkakan.
Pemberian kompres dingin. Kompres dingin basah atau kering diberikan secara intermioten
20-48 jam pertama yang akan mengurangi perdarahan edema dan ketidaknyamanan.
Kelemahan biasanya berakhir sekitar 24 72 jam sedangkan mati rasa biasanya
menghilang dalam 1 jam. Perdarahan biasanya berlangsung selama 30 menit atau lebih
kecuali jika diterapkan tekanan atau dingin untuk menghentikannya. Otot, ligament atau
tendon yang kram akan memperoleh kembali fungsinya secara penuh setelah diberikan
perawatan konservatif.

I.

Rencana Perawatan
1. Kemotherapi.
Dengan analgetik seperti Aspirin (300 600 mg/hari) atau Acetaminofen (300 600
mg/hari).
2. Elektromekanis.

Penerapan dingin.
Dengan kantong es 24 0C
Pembalutan atau wrapping eksternal.
Dengan pembalutan atau pengendongan bagian yang sakit.
Posisi ditinggikan atau diangkat.
Dengan ditinggikan jika yang sakit adalah ekstremitas.
Latihan ROM.
Latihan pelan-pelan dan penggunaan semampunya sesudah 48 jam.
Penyangga beban.
Semampunya dilakukan penggunaan secara penuh.

2. SPRAIN (KESELEO)
A. Pengertian
Sprain Adalah kekoyakan pada otot, ligament atau tendon yang dapat bersifat sedang
atau parah.
B. Tingkatan Sprain
1. Sprain ringan / tingkat 1 :
Merupakan robekan dari beberapa ligament akan tetapi tidak menghilangkan dan
menurunkan fungsi sendi tersebut.
Pasien bisa merawat sendiri selama proses rehabilitasi, atau setelah mendapatkan
diagnosa dari dokter. Masa penyembuhan antara 2-6 minggu. Terjadi rasa sakit,
pembengkakan kecil, sedikit perdarahan tetapi tidak terjadi leksitas abnormal.
2. Sprain sedang / tingkat 2 :
Dimana terjadi kerusakan ligamen yang cukup lebih besar tetapi tidak sampai terjadi
putus total. Terjadi rupture pada ligament sehingga menimbulkan penurunan fungsi sendi.
Untuk pemulihannya membutuhkan bantuan fisioterapi dengan rentang waktu 2-6
minggu.Rasa sakit/nyeri,bengkak terjadi perdarahan yang lebih banyak.
3. Sprain tingkat 3 :
Terjadi rupture komplit dari ligament sehingga terjadi pemisahan komplit ligament
dari tulang. Untuk bisa pulih kembali maka diperlukan tindakan operasi dan fisioterapi dan
rata-rata memakan waktu 8-10 minggu. pada tingkatan ini ligamen pada lutut mengalami
putus secara total dan lutut tidak dapat digerakkan.
C.

Patofisiologi.
Kekoyakan (avulsion) seluruh atau sebagian dari dan disekeliling sendi, yang
disebabkan oleh daya yang tidak semestinya, pemelintiran atau mendorong / mendesak pada
saat berolah raga atau aktivitas kerja. Kebanyakan keseleo terjadi pada pergelangan tangan
dan kaki, jari-jari tangan dan kaki. Pada trauma olah raga (sepak bola) sering terjadi robekan
ligament pada sendi lutut. Sendi-sendi lain juga dapat terkilir jika diterapkan daya tekanan
atau tarikan yang tidak semestinya tanpa diselingi peredaan.

D.

Tanda Dan Gejala.

1. Sama dengan strain (kram) tetapi lebih parah.


2. Edema, perdarahan dan perubahan warna yang lebih nyata.
3. Ketidakmampuan untuk menggunakan sendi, otot dan tendon.
4. Tidak dapat menyangga beban, nyeri lebih hebat dan konstan
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Riwayat :
a. Tekanan
b. Tarikan tanpa peredaan
c. Daya yang tidak semestinya
2. Pemeriksaan Fisik :
Tanda-tanda pada kulit, sistem sirkulasi dan muskuloskeletal.
F. Penatalaksanaan
1. Pembedahan.
Mungkin diperlukan agar sendi dapat berfungsi sepenuhnya; pengurangan-pengurangan
perbaikan terbuka terhadap jaringan yang terkoyak.
2. Kemotherapi
Dengan analgetik Aspirin (100-300 mg setiap 4 jam) untuk meredakan nyeri dan
peradangan. Kadang diperlukan Narkotik (codeine 30-60 mg peroral setiap 4 jam) untuk
nyeri hebat.
3. Elektromekanis.
Penerapan dingin dengan kantong es 24 0C
Pembalutan / wrapping eksternal. Dengan pembalutan, cast atau pengendongan (sung)
Posisi ditinggikan. Jika yang sakit adalah bagian ekstremitas.
Latihan ROM. Tidak dilakukan latihan pada saat terjadi nyeri hebat dan perdarahan. Latihan
pelan-pelan dimulai setelah 7-10 hari tergantung jaringan yang sakit.
Penyangga beban. Menghentikan penyangga beban dengan penggunaan kruk selama 7 hari
atau lebih tergantung jaringan yang sakit.
3. DISLOKASI
A. Pengertian
Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi
berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi) (Brunner&Suddarth).

Dislokasi adalah keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi


merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. (Arif Mansyur, dkk.
2000).
B. Etiologi
Etiologi tidak diketahui dengan jelas tetapi ada beberapa faktor predisposisi,
diantaranya :
1. Akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir
2. Trauma akibat kecelakaan
3. Trauma akibat pembedahan ortopedi
4. Terjadi infeksi di sekitar sendi
C. Patofisiologi
Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan congenital yang
mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi penurunan stabilitas sendi. Dari
adanya traumatic akibat dari gerakan yang berlebih pada sendi dan dari patologik karena
adanya penyakit yang akhirnya terjadi perubahan struktur sendi. Dari 3 hal tersebut,
menyebabkan dislokasi sendi. Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma jaringan dan
tulang, penyempitan pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas sehingga terjadi
perubahan struktur. Dan yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi. Dari dislokasi sendi, perlu
dilakukan adanya reposisi dengan cara dibidai.
D. Klasifikasi
a. Dislokasi congenital terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
b. Dislokasi patologik akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi.
c. Dislokasi traumatic kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan
mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami
pengerasan).
E. Manifestasi Klinis
1.

Nyeri

2.

Perubahan kontur sendi

3.

Perubahan panjang ekstremitas

4.

Kehilangan mobilitas normal

5.

Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi

6.

Deformitas

7.

Kekakuan

F. Pemeriksaan Fisik
1.
2.
3.
4.

Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang mengalami dislokasi.
Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang mengalami dislokasi.
Adanya nyeri tekan pada daerah dislokasi.
Tampak adanya lebam pad dislokasi sendi.
G. Pemeriksaan diagnostic

1. Foto X-ray untuk menentukan arah dislokasi dan apakah disertai fraktur
2. Foto rontgen menentukan luasnya degenerasi dan mengesampingkan malignasi
3. Pemeriksaan radiologi tampak tulang lepas dari sendi
4. Pemeriksaan laboratorium darah lengkap dapat dilihat adanya tanda-tanda infeksi seperti
peningkatan leukosit
H.

Diagnosis/Kriteria Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa :

Ada trauma
Mekanisme trauma yang sesuai, misalnya trauma ekstensi dan eksorotasi pada dislokasi
anterior sendi bahu
Ada rasa sendi keluar
I. Penatalaksanaan
1.

Dislokasi reduksi: dikembalikan ke tempat semula dengan menggunakan anastesi jika


dislokasi berat

2. Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke rongga sendi
3. Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga agar tetap
dalam posisi stabil
4. Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-4X sehari yang
berguna untuk mengembalikan kisaran sendi
5. Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa penyembuhan

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
B. STRAIN DAN SPRAIN
A. Pengkajian
1. Identitas pasien.
2. Keluhan Utama.
Nyeri, kelemahan, mati rasa, edema, perdarahan, perubahan mobilitas/ ketidakmampuan
untuk menggunakan sendi, otot dan tendon.
3. Riwayat Kesehatan.
a. Riwayat Penyakit Sekarang.
Kapan keluhan dirasakan, apakah sesudah beraktivitas kerja atau setelah berolah raga.
Daerah mana yang mengalami trauma.
Bagaimana karakteristik nyeri yang dirasakan.
b. Riwayat Penyakit Dahulu.
Apakah klien sebelumnya pernah mengalami sakit seperti ini atau mengalami trauma
pada sistem muskuloskeletal lainnya.
c. Riwayat Penyakit Keluarga.
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini.
4. Pemeriksaan Fisik.
a. Inspeksi :
Kelemahan
Edema
Perdarahanperubahan warna kulit
Ketidakmampuan menggunakan sendi

b. Palpasi :
Mati rasa
c. Auskultasi.
d. Perkusi.
5. Pemeriksaan Penunjang.
Pada sprain untuk diagnosis perlu dilaksanakan rontgen untuk membedakan dengan
patah tulang.
B. Diagnosa, Intervensi, Rasional
1.

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri / ketidakmampuan, ditandai dengan


ketidakmampuan untuk mempergunakan sendi, otot dan tendon.
Tujuan :

Meningkatkan / mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin.


Menunjukkan teknik memampukan melaksanakan aktivitas ( ROM aktif dan pasif ).
Intervensi :
Kaji derajat mobilitas yang dihasilkan oleh cedera / pengobatan dan perhatikan persepsi
pasien terhadap mobilisasi.
Ajarkan untuk melaksanakan latihan rentang gerak pasien / aktif pada ekstremitas yang sehat
dan latihan rentang gerak pasif pada ekstremitas yang sakit.
Berikan pembalutan, pembebatan yang sesuai.
2. Nyeri akut berhubungan dengan peregangan atau kekoyakan pada otot, ligament atau tendon
ditandai dengan kelemahan, mati rasa, perdarahan, edema, nyeri.
Tujuan :
Menyatakan nyeri hilang.
Intervensi :
Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips dan pembalutan.
Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena.
Pemberian kompres dingin dengan kantong es 24 0C.
Ajarkan metode distraksi dan relaksasi selama nyeri akut.
Berikan individu pereda rasa sakit yang optimal dengan analgesik.
3. Gangguan

konsep

diri

berhubungan

dengan

kehilangan

fungsi

tubuh.

Tujuan :
Mendemonstrasikan adaptasi kesehatan, penanganan keterampilan.
Intervensi :
Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan khususnya mengenai pandangan pemikiran
perasaan seseorang.

Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan, dan


prognosa kesehatan.
Berikan informasi yang dapat dipercaya dan perkuat informasi yang sudah diberikan.
Hindari kritik negatif.
Beri privasi dan suatu keamanan lingkungan.
C. DISLOKASI
A. Pengkajian
Identitas dan keluhan utama
Riwayat penyakit lalu
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat masa pertumbuhan
Pemeriksaan fisik terutama masalah persendian : nyeri, deformitas, fungsiolesa misalnya:
bahu tidak dapat endorotasi pada dislokasi anterior bahu.
B. Diagnosa, Intervensi, Rasional
1. Nyeri B. D spasme otot dan kerusakan sekunder terhadap fraktur / dislokasi.
Intervensi:
Pertahankan tirah baring sampai dislokasi berkurang.
Pertahankan traksi yang diprogramkan dan alat-alat penyokong sebagai contoh; belat, alat
fiksasi eksternal atau gips.
Rasional:
Nyeri dan spasme otot dikontrol oleh immobilisasi.
Untuk mengimmobilisasi fraktu ekstrimitas dan menurunkan nyeri.
2. Gangguan mobilitas fisik B. D traksi atau gips.
Intervensi:
Pada saat aktivitas diperbolehkan, tempatkan pasien pada Falls Protocol sesuai dengan
fasilitas protokol.
Rasional:
Salah satu fungsi utama dari sistem skeletal ada mobilitas. Resiko jatuh meningkat apabila
terdapat gangguan sistem skeletal.
3. Defisit perawatan diri B. D traksi / gips pada ekstrimitas.
Intervensi:
Berikan bantuan pada AKS sesuai kebutuhan, ijinkan pasien untuk merawat diri sesuai dengan
kemampuan.
Setelah reduksi, tempatkan kantung plastik diatas ekstrimitas yang sakit untuk
mempertahankan gips / belat / fiksasi eksternal tetap kering pada saat mandi.

Rasional.
AKS adalah fungsi dimana orang normal melakukannya tiap hari untuk memenuhi kebutuhan
dasar, merawat masuk kebutuhan dasar orang lain membantu mempertahankan harga diri.
Kantong plastik, melindungi alat-alat dari kelembaban yang berlebihan yang dapat
menimbulkan infeksi dan menyebabkan melunaknya gips.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Strain adalah tarikan otot akibat penggunaan berlebihan,peregangan berlebihan,atau stress
yang berlebihan.
Strain akut pada struktur muskulotendious terjadi pada persambungan antara otot dan tendon.
Tipe cedera ini sering terlihat pada pelari yang mengalami strain pada hamstringnya.
Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak
langsung (overloading).

Sprain Adalah kekoyakan pada otot, ligament atau tendon yang dapat bersifat sedang atau
parah.
Kebanyakan keseleo terjadi pada pergelangan tangan dan kaki, jari-jari tangan dan kaki.
Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi
berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi) (Brunner&Suddarth).
B. Saran
Pembuatan makalah ini tidak hanya untuk memenuhi tugas system musculoskeletal
tapi juga sebagai sumber ilmu yang dapat kita pahami tentang asuhan keperawatan
Strain,Sprain dan Dislokasi.Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberi sumbangan
pengetahuan kepada kita semua, dan saya harapkan kritik dan sarannya kepada pembaca
apabila terdapat kesalahan maupun kekeliruan dari isi makalah ini.Semoga selanjutnya kritik
dan saran itu yang memberikan saya dorongan untuk lebih menyempurnakan hasil karya saya
selanjutnya.Amin.

DAFTAR PUSTAKA

Rachmadi, Agus. 1993. Perawatan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Penerbit : AKPER Depkes,
Banjarbaru.
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Penerbit : EGC, Jakarta.
Nurachman, Elly. 1989. Buku Saku Prosedur Keperawatan Medical Bedah. Penerbit : EGC, Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. 1999. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8 . Penerbit : EGC, Jakarta.
Smelzer, Suzanne. C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Dan Suddarth. Ed 8.
Jakarta : EGC.
Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2. Jakarta. EGC.
Mansoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II. FKUI. Media Aesculapius
http://jatiarsoeko.blogspot.com/2012/04/makalah-askep-strain.html

Vous aimerez peut-être aussi