Vous êtes sur la page 1sur 30

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA SISTEM

PENDENGARAN DAN PENGHIDUAN


Diposkan oleh Rizki Kurniadi

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada kasus gawat darurat pada system pendengaran, pada saat melihat korban
hendaknya memperhatikan : korban bernapas atau tidak, kesadaran dan perdarahan.
Keadaan ini dapat terjadi pada kondisi apapun. Tingginya tingkat kecelakaan lalu lintas
dan rendah perhatian orang tua terhadap kondisi anak sehingga menyebabkan
munculnya kegawat daruratan pada pendengaran seperti trauma tumpul yang
menyebabkan kehilangan pendengaran bahkan keseimbangan.
Keadaan gawat darurat ini dapat terjadi pada system penghidu karena bagian tubuh
kita ini terletak menonjol paling depan, makan bagian nini yang akan terbentur lebih
dahulu. Juga karena adanya lubang pernapasan, maka bila tersumbat atau terganggu
akan menyebabkan gawat darurat pernapasan.
Disfungsi penciuman dapat timbul dari berbagai penyebab dan sangat dapat
mempengaruhi kualitas hidup pasien. Sekitar 2 juta orang Amerika mengalami
beberapa jenis disfungsi penciuman. Penelitian telah menunjukkan bahwa disfungsi
penciuman mempengaruhi setidaknya 1% penduduk di bawah usia 65 tahun, dan lebih
dari 50% dari populasi lebih dari 65 tahun. Indera penciuman menentukan rasa
makanan dan minuman dan juga berfungsi sebagai sistem peringatan dini untuk
mendeteksi bahaya lingkungan, seperti makanan basi, buruk dapat mempengaruhi
preferensi makanan, asupan makanan dan nafsu makan. Salah satunya trauma
hidung . Meskipun fraktur hidung adalah patah tulang wajah yang paling umum, mereka
sering tidak diketahui oleh dokter dan pasien.Pasien dengan hidung patah tulang
biasanya hadir dengan beberapa kombinasi deformitas, nyeri, perdarahan, edema,
ecchymosis, ketidakstabilan, dan kertak, namun, fitur tersebut tidak mungkin ada atau
mungkin sementara.
Dari uraian diatas kelompok tertarik untuk menyusun makalah yang berjudul asuhan
keperawatan gawat darurat pada system pendengaran dan penghidu.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum

2.
a.
b.
c.
d.
e.

Untuk mendapatkan gambaran asuhan keperawatan gawat darurat pada sisten


pendengaran dan penghidu sehingga dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa
dalam asuhan keperawatan gawat darurat pada system pendengaran dan penghidu.
Tujuan Khusus
Mampu melakukan pengkajian pada askep gawat darurat pada system pendengaran
dan penghidu
Mampu menetapkan diagnosa keperawatan pada askep gawat darurat pada system
pendengaran dan penghidu
Mampu membuat rencana keperawatan pada askep gawat darurat pada system
pendengaran dan penghidu
Mampu mengimplementasikan rencana keperawatan pada askep gawat darurat pada
system pendengaran dan penghidu
Mampu mengevaluasi rencana keperawatan yang telah diimplementasikan pada askep
gawat darurat pada system pendengaran dan penghidu

BAB II
ASKEP GAWAT DARURAT
PADA SISTEM PENDENGARAN
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Gawat darurat telinga adalah suatu keadaan yang menyebabkan terjadinya
penurunan pendengaran bahkan kkehilangan pendengaran yang disebabkan oleh
beberapa factor diantaranya trauma tumpul seperti kecelakaan lalu lintas,dll baik dalam
waktu akut maupun kronis.
2. Etiologi
a. Telinga kemasukan benda asing seperti air, biji bijian, manic manic, bulir padi,
lintah,
b. Trauma telinga penyebabnya menyelam,trauma tumpul seperti benda keras yang
mengenai telinga dan trauma tajam seperti kecelakaan sehingga menyebabkan telinga
menjadi putus.
c.

Barotrauma (Perbedaan Tekanan)

d.

Racun
Aminoglycoside antibiotics
Ethacrynic acid oral

Aspirin
Chloroquine
Quinidine
e.

Keterkaitan dengan Usia:


Keterkaitan karena Usia (presbycusis), manula tidak dapat mendengar suara yang memiliki frekuensi tinggi

f.

Pekerjaan harian:
Pekerjaan yang berdekatan dengan suara keras yang berlangsung secara berulang-ulang, hari demi hari dapat
mengalami kehilangan pendengaran yakni kerusakan saraf. Peningkatan konsentrasi pada kondisi ruang kerja dengan
nyata dapat mengurangi kehilangan pendengaran

g.

Berikut ini pekerjaan yang beresiko kehilangan pendengaran :


- Petani yang menggunakan traktor
- Musik konser
- Perbaikan landas pacuan udara
- Mesin kapal, pabrik
- Konstruksi

h.

Lainnya
Penyakit Meniere
Akustik Neuroma (Tumor)

i.

Kehilangan pendengaran sementara bisa disebabkan


Mengkorek kuping pada lubang telinga
Benda asing yang mendekam didalam lubang telinga
Luka pada kepala
Alergi
Eustachian rongga terblokir
Gendang telinga yang tertusuk
Infeksi telinga
Reaksi terhadap obat-obatan

3.
a.
1)
2)
3)
4)
b.
1)
2)

Tanda dan gejala


Telinga kemasukan air
Memang benar kemasukan air
Telinga kurang dengar
Telinga kadang kadang terasa sakit dibagian dalam
Telinga mendengar seperti suara berdengung
Telinga kemasukan benda asing
Adanya benda yang secara tidak sengaja masuk kedalam telinga
Setelah daun telinga ditarik keatas dan kebelakang akan terlihat benda asing

3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
4.

Rasa sakit di telinga


Kadang kadang keluar darah dan bengkak
Trauma telinga
Rasa sakit didalam telinga
Rasa mendengung dalam telinga
Rasa tebal atau tuli dalam telinga
Keluar darah telinga
Penatalaksanaan
Berikan tampon yang mengandung antibiotic, pembersihan telinga secara
menyeluruh ( aural Toilet ), tetes dekongestan hidung, pemberian analgesic dan
miringiotomi bahkan pembedahan ( mastoidektomi ) dan meminimalkan terjadinya
kommplikasi

B.
1.
a.
b.
1)

Konsep Asuhan Keperawatan


Pengkajian
Data demografi yaitu tempat tinggal, keadaan wilayah, umur, jenis kelamin.
Riwayat kesehatan
RKS
Nyeri telinga, rasa penuh pada telinga, kehilangan pendengaran, serumen keras, nyeri
berat, bahkan penurunan pendengaran, adanya cairan yang keluar dari kanalis auditorius
eksternus, nyeri tekan pada aural, demam, selulitis, tinnitus, persisten bau busuk
RKD
Adanya infeksi pada laring atau faring, adanya benda asing yang masuk, Trauma tulang,
hantaman keras pada telinga, reaksi alergi, adanya riwayat ISPA.
RKK
Adanya riwayat keluarga yang menderita penyakit yang sama pada klien atau menderita
ISPA
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Adnya otorea, dengan otoskopi : eritema, edema, lesi, adanya benda asing, cairan
abnormal yang keluar dan terjadi peradangan pada membrane timpani dan edema
bahkan hematoma pada sekitar telinga.
Palpasi
Adanya nyeri tekan pada aural dan sekitar telinga

2)

3)

c.
1)

2)

2. Diagnosa Yang Mungkin Muncul

a.
b.
c.
d.
e.

Nyeri bd inflamasi telinga eksterna atau iritasi local,benda asing atau infeksi telinga
media
Ansietas bd potensial kehilangan pendengaran
Perubahan persepsi audiotorius bd kerusakan N. VII dan N. VIII kehilangan
pendengaran
Risiko terjadinya trauma bd kesulitan keseimbangan, kerusakan N.VII dan N. VIII
Kurangnya pengetahuan bd kurangnya terpajan informasi

3. Intervensi
a. Nyeri bd inflamasi telinga eksterna atau iritasi local,benda asing atau infeksi telinga
media
1) Kaji laporan nyeri, catat lokasi, lama intensitas dan karakteristiknya
2) Berikan tindakan kenyamanan
3) Lakukan pembersihan telinga dari eksudat dan darah : bilas telinga,irigasi telinga,
tampon telinga, obat tetes telinga dan salf telinga
b. Ansietas bd potensial kehilangan pendengaran
1) Kaji tingkat ansietas klien
2) Dorong klien mendiskusikan ansietas dan gali informasi dari klien tentang penyebabnya
3) Ajarkan klien teknik penatalakksanaan stress
4) Berikan upaya kenyamanan dan hindari aktivitas yyang menyebabkan stress
5) Instruksikan klien dalam aspek program pengobatan
c. Perubahan persepsi audiotorius bd kerusakan N. VII dan N. VIII kehilangan
pendengaran
1. Kurangi kegaduhan lingkungan
2. Memandang pasien ketika berbicara
3. Berbicaara tegas dan jelas tanpa berteriak
4. Berikan pencahayaan yang cukup jika pasien bergantung dalam membaca gerakan bibir
5. Menggunakan tanda non verbal
6. Libatkan keluarga selama proses pengobatan dan perawatan.

BAB III
ASKEP GAWAT DARURAT PADA SISTEM PENGHIDU
A. Konsep Dasar penyakit
1. Pengertian
a. Pendarahan Hidung ( epistaksis )
Bagian atas rongga hidung mendapat pendarahan dari a.etmoid anterior dan posterior
yang merupakan cabang dari a. oftalmika dari a. karotis interna. Bagian bawah rongga

hidung mendapat pendarahan dari cabang a. maksilaris interna, di antaranya ialah ujung
a. palatina mayor dan a. sfenopalatina yang keluar dari foramensfenopalatina bersama n.
sfenopalatina dan memasuki rongga hidung di belakang ujung posterior konka media.
Bagian depan hidung mendapat pendarahan dari cabang-cabang a. fasialis. Padabagian
depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang a. sfenopalatina, a.
etmoidanterior, a. labialis superior dan a. palatina mayor, yang disebut pleksus
Kiesselbach (Littlesarea). Pleksus Kiesselbach letaknya superfisial dan mudah cedera
oleh trauma, sehingga sering menjadi sumber epistaksis (perdarahan hidung), terutama
pada anak. Vena-vena hidung mempunyai nama sama dan berjalan berdampingan
denganarterinya. Vena di vestibulum dan struktur luar hidung bermuara ke v. oftalmika
yang berhubungan dengan sinus kavernosus. Vena-vena di hidung tidak memiliki katup,
sehinggamerupakan faktor predisposisi untuk mudahnya penyebaran infeksi sampai ke
intrakranial.
b. Hidung terkena cidera atau trauma
Hal ini sering terjadi pada olahraga tinju, karate, dan sepak bola. Sekarang ini lalu
lintas yang padat dan cepat sering terjadi kecelakaan lalu lintas dan juga perkelahian
yang menyebabkan terjadinya trauma.
c.

Hidung kemasukan benda asing


Terkadang tanpa sengaja ada benda yang masuk kehidung. Benda asing disini
biasanya berupa biji bijian yang kecil seperti jagung, kacang, dan juga kedelai, manic
manic, kapur barus, nyamuk, lalat, kerikil dan lainnya. Mula mula benda teresebut
berada pada dilubang hidung senelah luar kemudian terdorong kearah dalam ketika tarik
nafas dalam dan menyebabkan sesak nafas.

d. Sinusitis
Sinusitis merupakan penyakit infeksi yang mengenai sinus paranasal, yaitu berada
disekitar hidung. Sinusitis terjadi akibat komplikasi dari penyakit jalan napas atas. Jalan
napas atas terdiri dari hidung, tenggorokan, dan telinga serta jalan nafas bawah adalah
paru paru. Sinusitis melatarbelakangi penyakit penyakit lain seperti congek, sesak
nafas atau bronchitis kronis, serta infeksi lambung kronis atau gastritis kronis.
2. Etiologi
1. Trauma atau benturan benda tumpul
2. Benda asing seperti biji bijian yang kecil seperti jagung, kacang, dan juga kedelai,
manic manic, kapur barus, nyamuk, lalat, kerikil dan lainnya

3. Peningkatan suhu tubuh


4. Peningkatan tekanan pada hidung, DBD, Campak dan terlalu lam berjemur dibawah
sinar matahari
5. Infeksi virus dan bakteri
3.
a.
1.
2.
3.
4.
b.
1)
2)
3)
4)
c.
1)
2)

Manifestasi Klinis
Trauma Hidung
Hidung bengkak, terkadang disertai perdarahan dibawah kulit atau hematoma
Sekitar mata dan hidung bengkak, terjadi perdarahan dibawah kulit ( brilla hematoma )
Bentuk hidung berubah bengkok
Hidung berdarah
Kemasukan benda asing pada hidung
Hidung tersumbat sebelah
Rasa pedas dan sakit dalam hidung
Hidung sampai berdarah
Hidung pilek sebelah dan berbau disertai darah bila sudah lama kejadiannya.
Mimisan atau epistaksis
Darah keluar dari hidung dengan menetes atau mengalir dengan deras
Darah dapat juga keluar lewat lubang bagian belakang yang terus menerus mengalir
pada mulut dapat seperti muntahan sarah
3) Adanya tanda tanda penyebab diatas
d. Sinusitis
Gejalanya hampir sama dengan flu seperti batuk pilek, dahak yang seperti susu dan
kental, sulit mengeluarkannya, dan flu yang menahun atau tidak dapat sembuh.
5.
a.
1.
2.
3.

Penatalaksanaan
Trauma hidung
Kompreslah daerah hidung dan sekitarnya dengan es dan sedikit si tekan
Bersihkan lubang hidung dari gumpalan darah
Sumbatlah liang hidung yang berdarah dengan lintingan daun sirihyang sudah diremas
atau lintingan kassa yang dibasahi lembab, peras dahulu sebelum dimasukkan kedalam
liang hidung dengan minyak paraffin atau minyak kelapa atau boorzalf, vasselin agar
besok tidak lengket bila dicabut.
4. Bawa segera kerumah sakit
b. Kemasukan benda asing

1. Bila yang masuk tidak teralu dalam dan masih bisa terlihat, bias diambil dengan
sebatang pinset. Secara perlahan pinset tersebut dimasukkan kedalam hidung tarik benda
tersebut dengan perlahan keluar dengan hati hati.
2. Bisa juga dilakukan dengan menutup liang hidung yang tidak tersumbat tarik nafas
dengan mulut lalu buang hembuskan kuatkuat udara hingga benda asing itu keluar
3. Bila gagal letakkan anak atau korban dalam posisi sedikit menunduk condong kedepan
coba lah benda asing dikait kearahh keluar dengan pengait yang ujungnya tumpul agar
tidak melukai
4. Bila gagal lagi, bawa segera kerumah sakit atau ahli THT
5. Apabila benda itu lintah maka jepit dengan kuat lintah tersebut, hidung yang tersumbat
ditetesi dengan air perasan tembakau sambil menarik jepitan tersebut. Perdarahan
disumbat seperti diatas.
c.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Mimisan atau epistaksis


Pencetlah kedua sisi hidung selama 20 menit
Kompreslah hidung dan kening dengan es
Carilah benda asing penyebabnya
Adakah tanda tanda darah tinggi, DHF, dan sebagainya
Korban ditidurkan bersandar dan tenanganlah
Jangan boleh mengeluarkan ingus atau bersin
Bila gagal, masukkan lentingan daun sirih yang telah diremas kedalam lubang hidung
lintingan kassa yang dibasahi lembab, peras dahulu sebelum dimasukkan kedalam liang
hidung dengan minyak paraffin atau minyak kelapa atau boorzalf, vasselin agar besok
tidak lengket bila dicabut. Lalu hidung diplester dengan diberikan sedikit tekanan
9. Bawa segera kerumah sakit atau ahli THT
d. Sinusitis
Dengan pemberian antibiotic dan cari penyebabnya serta lakukan pemeriksaan darah
lengkap dan urine, rontgen, dan lakukan chec up foto dada dan rekam jantung.
A.
1.
a)
1)
2)
3)

Konsep Asuhan Keperawatan


Pengkajian
Inspeksi
Adanya hematoma pada hidung dan sekitarnya
Adanya perubahan bentuk hidung yang abnormal
Terjadinya perdarahan dari hidung dengan menetes atau mengalir dengan deras bahkan
mengalir kebagian belakang kearah mulut.

4)
5)
6)
7)

Adanya nyeri pada hidung


Hidung tersumbat dan sulit bernapas
Pilek menahun dan berbau busuk pada hidung
Sputum timbul seperti susu bahkan terkadang terjadi komplikasi berlanjut seperti
congek atau OMK bahkan lebih lanjutnya timbul tanda tanda meningitis.

b) Pemeriksaan diagnostic
Terkadang
pada
sebagian
pasien
ditemukan
kekurangan
volume
darah( hipovolemia ), terjadinya peningkatan tekanan darah dan denyut nadi, pernapasan
dan suhu, pada sinusitis dan benda asing yang lama dalam rongga hidung terjadi
peningkatan jumlah leukosit karena terjadi infeksi yang lama. Dan kehilangan sensasi
bau pada penderita.
2. Diagnosa yang mungkin muncul
a) Gangguan sensori persepsi : penciuman bd perubahan sensori persepsi, perubahan
penerimaan sensori, stimulus lingkungan yang berlebihan
b)
c)
d)
e)
f)

Nyeri akut bd agen cidera fisik


Risiko infeksi bd trauma, pertahanan primer tak adekuat, penyakit sinusitis kronis
Ansietas bd stress, ancaman kematian, terpaparnya racun
Pola napas tidak efektif bd nyeri, penyumbatan saluran napas bagian atas
Risiko kekurangan volume cairan bd kehilangan aktif : perdarahan massif

3. Intervensi
a) Gangguan sensori persepsi : penciuman bd perubahan sensori persepsi, perubahan
penerimaan sensori, stimulus lingkungan yang berlebihan
1) Kaji seberapa besar kehilangan sensasi bau pada klien
2) Kenalkan pasien dengan berbagai sensasi bau seperti aroma makanan, parfum dll
3) Jelaskan pada pasien tentang keadaannya dan mekanisme bau sehingga pasien jelas
dengan keadaannya
4) Kolaborasikan pemeriksaan selanjutnya dan terapi
5) Libatkan keluarga dalam pengobatan dan perawaatan
b) Nyeri akut bd agen cidera fisik
1) Pastikan durasi atau episode masalah sehingga dapat dikonsulkan obat dan terapi yang
akan digunakan
2) Teliti keluhan nyeri, cata intensitas, karakteristik, lokasinya, factor yang memperburuk

3)
4)
5)
6)

Catat kemungkinan patofisiologi yang khas seperti infeksi sinus,


Observasi adanya tanda tanda non verbal seperti ekspresi wajah
Berikan kompres es pada hidung dan dahi
Gunakan sentuhan terapeutik

c) Risiko infeksi bd trauma, pertahanan primer tak adekuat, penyakit sinusitis kronis
1. Kaji tanda tanda vital dengan sering. Catat adanya penurunan TD, Nadi, RR, dan
peningkatan Suhu
2. Catat adanya perubahan kesadaran
3. Pertahankan teknik aseptik pada penghentian perdarahan dan penggantian balutan
4. Kolaborasikan : ambil hapusan sputum, darah, dan berikan antibiotic

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keadaan gawat darurat ini dapat terjadi pada system penghidu karena bagian tubuh
kita ini terletak menonjol paling depan, makan bagian nini yang akan terbentur lebih
dahulu. Juga karena adanya lubang pernapasan, maka bila tersumbat atau terganggu
akan menyebabkan gawat darurat pernapasan. Disfungsi penciuman dapat timbul dari
berbagai penyebab dan sangat dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien.
.
B. Saran
1) Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang pembaca, terutama mahasiswa
keperawatan
2) Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan.
3) semoga makalah ini dapat menjadi pokok bahasan dalam berbagai diskusi dan forum
terbuka

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC


Sutawijaya, Bagus Risang. 2009. Gawat darurat Panduan Kesehatan Wajib di Rumah Anda. Yogyakarta : Aulia Publishing
NANDA, 2005 2006 . Diagnosa Keperawatan : defenisi dan klasifikasi. Prima medika

http://www.utmb.edu/otoref/grnds/Olfactory-2003-1126/Olfactory-2003-1126.html
http://emedicine.medscape.com/article/391863-overview
http://www.useironline.org/Prevention.htm
http://mirianto.com/articles/gangguan-pendengaran-dan-penyebabnya/
http://www.osnsupersite.com/view.aspx?rid=70896

MAKALAH GAWAT DARURAT PADA SYSTEM PENDENGARAN


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada kasus gawat darurat pada system pendengaran, pada saat melihat korban hendaknya memperhatikan : korban
bernapas atau tidak, kesadaran dan perdarahan. Keadaan ini dapat terjadi pada kondisi apapun. Tingginya tingkat
kecelakaan lalu lintas dan rendah perhatian orang tua terhadap kondisi anak sehingga menyebabkan munculnya
kegawat daruratan pada pendengaran seperti trauma tumpul yang menyebabkan kehilangan pendengaran bahkan
keseimbangan.
Salah satu contohnya yaitu otitis media yang merupakan peradangan sebagian atau seluruh mukuso telinga tengah,
tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas
seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah melalui tuba eustachius. Sebagai mana halnya
dengan infeksi saluran napas atas (ISPA), otitis media juga merupakan sebuah penyakit langganan anak-anak. Di
Amerika Serikat, diperkirakan sekitar 75% anak mengalamisetidaknya satu episode otitis media sebelum usia tiga
tahun dan hamper dari setengah mereka mengalami tiga kali atau lebih. Di Inggris, setidaknya 25% anak mengalami
minimal satu episode sebelum usia sepuluh tahun. Di negara tersebut otitis media paling sering terjadi pada usia 3-6
tahun.
Biasanya telinga tidak memerlukan banyak perawatan. Kotoran telinga yang menumpuk pada telinga bagian luar
mengandung zat yang dapat membunuh bakteria dan mencegah infeksi. Ingat, jangan memasukkan benda tajam ke
dalam telinga karena dapat merusak gendang telinga dan menyebabkan ketulian. Untuk membersihkan kotoran telinga
yang menumpuk, gunakan sediaan yang dapat dibeli di apotek. Jika telinga terasa tersumbat, periksakan ke dokter
untuk mendapatkan perawatan yang cukup. Jika kita sedang bepergian dengan kapal terbang, telinga kadang-kadang
merasa tidak enak. Hal ini disebabkan karena bagian dalam tidak sama dengan tekanan pada telinga bagian luar.
Keadaan ini menyebabkan telinga terasa tidak enak dan sakit sampai telinga mengeluarkan bunyi pop dan tekanan
menjadi seimbang.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa defenisi telinga ?
2. Apa etiologi daritelinga ?
3. Apa saja manifestasi klinik telinga ?
4. Bagaimana patofisiologi telinga ?
5. Bagaimana penatalaksanaan telinga ?
6. Apa saja bagian-bagian dari telinga ?
7. Apa saja kelainan yang terjadi pada telinga ?
8. Bagaiman pemeriksaan pada telinga ?
9. Bagaimana uji pendengaran pada telinga ?
10. Bagaimana konsep keperawatan pada system pendengaran ( telinga ) ?
11. Bagaimana penanganan gawat darurat pada system pendengaran ( telinga )?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui defenisi telinga
2. Untuk mengetahui etiologi dari telinga
3. Untuk mengetahui manifestasi telinga
4. Untuk mengetahui patofisiologi telinga
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan telinga
6. Untuk mengetahui bagian-bagian dari telinga
7. Untuk mengetahui kelainan yang terjadi pada telinga
8. Untuk mengetahui pemeriksaan pada telinga
9. Untuk mengetahui uji pendengaran pada telinga
10. Untuk mengetahui konsep keperawatan pada system pendengaran ( telinga )
11. Untuk mengetahui penanganan gawat darurat pada system pendengaran ( telinga )

BAB II
LANDASAN TEORI
A. DEFENISI
Telinga adalah organ penginderaaan berfungsi ganda dan kompleks pendengaran dan keseimbangan.
Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktifitas kehidupan sehari-hari, sangat penting
untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui
bicara tergantung pada kemampuan mendengar.
Gawat darurat telinga adalah suatu keadaan yang menyebabkan terjadinya penurunan pendengaran bahkan
kehilangan pendengaran yang disebabkan oleh beberapa factor diantaranya trauma tumpul seperti kecelakaan lalu
lintas,dll baik dalam waktu akut maupun kronis.
B. ETIOLOGI
a.
Telinga kemasukan benda asing seperti air, biji bijian, manic manic, bulir padi, lintah,
b.
Trauma telinga penyebabnya menyelam,trauma tumpul seperti benda keras yang mengenai telinga dan trauma
tajam seperti kecelakaan sehingga menyebabkan telinga menjadi putus.
c.
Barotrauma (Perbedaan Tekanan)
d.
Racun
Aminoglycoside antibiotics
Ethacrynic acid oral
Aspirin
Chloroquine
Quinidine
C. MANIFESTASI KLINIK
a.
Telinga kemasukan air
1)
Memang benar kemasukan air
2)
Telinga kurang dengar
3)
Telinga kadang kadang terasa sakit dibagian dalam
4)
Telinga mendengar seperti suara berdengung
b.
Telinga kemasukan benda asing
1)
Adanya benda yang secara tidak sengaja masuk kedalam telinga
2)
Setelah daun telinga ditarik keatas dan kebelakang akan terlihat benda asing
3)
Rasa sakit di telinga
4)
Kadang kadang keluar darah dan bengkak
5)
Trauma telinga
6)
Rasa sakit didalam telinga
7)
Rasa mendengung dalam telinga
8)
Rasa tebal atau tuli dalam telinga
9)
Keluar darah telinga
D. PATOFISIOLOGI
Gangguan pada telinga berawal ketika adanya invasi bakteri,kemudian bakteri tersebut menyebabakan infeksi pada
telinga tengah karena adanya bakteri,maka terjadilah proses peradangan.peradangan inilah yang menyebabkan
adanya rasa nyeri pada telinga tengah. Infeksi telinga tengah juga dapat meningkatkan produksi cairan serosa,karena
adanya akumulasi cairan mucus dan serosa,hantaran suara udara yang diterima menurun sehingga terjadi gangguan
persepsi sensori.
E. PENATALAKSANAAN
Berikan tampon yang mengandung antibiotic, pembersihan telinga secara menyeluruh ( aural Toilet ),tetes
dekongestan hidung, pemberian analgesic dan miringiotomi bahkan pembedahan ( mastoidektomi ) dan meminimalkan
terjadinya komplikasi.

G. BAGIAN BAGIAN DARI TELINGA


Telinga terdiri dari tiga bagian diantaranya :
1. Telinga luar
Bagian luar merupakan bagian terluar dari telinga. Telinga luar terdiri dari daun telinga, lubang telinga, dan saluran
telinga luar. Telinga luar meliputi daun telinga atau pinna, Liang telinga atau meatus auditorius eksternus, dan
gendang telinga atau membran timpani. Bagian daun telinga berfungsi untuk membantu mengarahkan suara ke dalam
liang telinga dan akhirnya menuju gendang telinga.
Rancangan yang begitu kompleks pada telinga luar berfungsi untuk menangkap suara dan bagian terpenting adalah
liang telinga. Saluran ini merupakan hasil susunan tulang dan rawan yang dilapisi kulit tipis.
Di dalam saluran terdapat banyak kelenjar yang menghasilkan zat seperti lilin yang disebut serumen atau kotoran
telinga. Hanya bagian saluran yang memproduksi sedikit serumen yang memiliki rambut. Pada ujung saluran terdapat
gendang telinga yang meneruskan suara ke telinga dalam
2. Telinga tengah
Telinga tengah meliputi gendang telinga, 3 tulang pendengaran (martil atau malleus, landasan atau incus, dan
sanggurdi atau stapes). Saluran Eustachius juga berada di telinga tengah.
Getaran suara yang diterima oleh gendang telinga akan disampaikan ke tulang pendengaran. Masing-masing tulang
pendengaran akan menyampaikan getaran ke tulang berikutnya. Tulang sanggurdi yang merupakan tulang terkecil di
tubuh meneruskan getaran ke koklea atau rumah siput.
Pada manusia dan hewan darat lainnya, telinga tengah dan saluran pendengaran akan terisi udara dalam keadaan
normal. Tidak seperti pada bagian luar, udara pada telinga tengah tidak berhubungan dengan udara di luar tubuh.
Saluran Eustachius menghubungkan ruangan telinga tengah ke belakang faring.
3. Telinga dalam
Telinga bagian dalam terdiri dari tiga bagian utama yaitu ke arah belakang terdapat tiga saluran semi sirkular,di
tengah tengahnya ada bagian yang di sebut vestibula,dan ke arah depan ada koklea yang juga dikenal nama rumah
siput telinga ( rumah siput ), Keseluruhan struktur ini berbentuk cekung dan mengandungcairan yang disebut
perilimfe.
Menggantung di dalam perilimfe oleh benang-benang lembut adalah labiri yang berselaput.ini merupakan serangkaian
kantong-kantong dan saluran nan rumit yang mengandung jenis cairan yang berbeda yang disebut endolimfa.
H. KELAINAN - KELAINAN PADA TELINGA
1. Telinga bagian luar
a. Benda asing dalam telinga
Ini terjadi kebanyakan pada anak-anak yang paling suka memasukkan benda-benda apa saja ke dalan hampir setiap
liang tubunya.lubang telinga mempunyai penarikan khusus,seperti seperti halnya lubang hidung.
Berbagai benda kecil pernah dimasukkan ke dalam lubang-lubang itu,paling umum adalah pecahan batu,mainan
plastic, biji buah-buahan, kacang, dan sebagainya.bahkan juga serangga kecil bias masuk ke lubang telinga atau
hidung tanpa dikehendaki.
Untuk mengeluarkan benda asing tersebut seperti serangga agak sulit karena badan serangga tersebut sudah menjadi
licin.tapi pada akhirnya serangga tersebut bias dikeluarkan tanpa akibat yang berbahaya.
Gejalanya :
Bisa timbul rasa tidak enak, atau berkurangnya pendengaran jika benda asing yang masuk berupa biji sayuran atau
buah-buahan yang cenderung menyerap cairan sehingga membesar dan menutup seluruh saluran.Akibatnya bias
terjadi infeksi.khususnya jika benda asing itu sudah berada di dalam telinga selama beberapa hari tanpa diperiksa.
Penyebab yang menganggu dan lazim di sini adalah menyelinapnya benda asing untuk sementara ke dalam saluran
telinga.ada orang yang mempunyai kebiasaan mengusap lubang telinga dengan sesuatu benda untuk mendapatkan rasa
geli yang menyenangkan.ini adalah salah satu cara terjadi infeksi,sehingga harus dihentikan sama sekali.
Perawatan :
Kecuali jika benda asing itu berada dekat dmulut liang dan bias dikeluarkan dengan sesuatu alat sederhana tanpa
menimbulkan rasa sakit, maka sebaiknya benda itu di biarkan tidak disentuh.

Dokter maupun perawat yang terlatih dapat dengan mudah memgeluarkannya dengan alat khusus.tapi untuk bendabenda yang terlalau masuk kedalam,apalagi disertai infeksi itu memerlukan anestesia.
2. Telinga bagian tengah dan dalam
a. Otitis media serosa
Otitis media serosa (efusi telinga tengah)mengeluarkan cairan,tanpa bukti adanya infeksi aktif dalam telinga tengah.
Secara teori,cairan ini sebagai akibat tekanannegatif dalam telinga tengah yang disebabkan obstruksi tuba eustachii.
Kondisi ini ditemikan terutama pada anak-anak,perlu dicatat bahwa bila terjadi pada orang dewasa penyebab lain
yang mendasari terjadinya disfungsi tuba eustahcii harus dicari.
Efusi telinga tengah sering terlihat pada pasien setelah menjalani radioterapi dan barotraumas (misalnya
penyelam)dan pada pasien disfungsi tuba eustahcii akibat infeksi atau alergi saluran nafas atas yang terjadi.
Barotraumas terjadi bila terjadi perubahan tekanan mendadak dalam telinga tengah akibat perubahan tekanan
barometric seperti seperti pada penyelam atau saat pesawat udara turun,dan cairan tertangkap didalam telinga
tengah.
Karsinoma yang menyumbat tuba eustachii harus disingkirkan pada orang dewasa yang menderita otitis media serosa
unilateral menetap.
Gejalanya :
Pasien mungkin mengeluh kehilangan pendengaran,rasa penuh dalam telinga atau perasaan bendungan dan bahkan
suara letup atau berderik yang terjadi ketika tuba eustahcii berusaha membuka. Membrane timpani Nampak kusam
pada otoskopi dan dapat terlihat gelembung udara dalam telinga tengah. Audiogram biasanya menunjukkan adanya
kehilangan pendengaran konduktif.
Perawatan :
Otitis media serosa tidak perlu ditangani secara medis kecuali terjadi infeksi (otitis media akut). Bila kehilangan
pendengaran yang berhubungan dengan efusi telinga tengah menimbulkan masalah bagi pasien,maka bias dilakukan
miringotomi dan dipasang tabung untuk menjaga telinga tengah tetap terventilasi. Kortikosteroid,dosis rendah,kadang
dapat mengurangi edema tuba eustahcii pada kasus barotrauma.
b. Peradangan / pendarahan pada telinga ( barotitis )
Barotitis adalah peradangan pada telinga yang disebabkan oleh perubahan tekanan atmosfer dan kondisi ini juga
disebut aerotitis. Barotitis merupakan masalah peradangan atau pendarahan pada telinga tengah disebabkan oleh
perbedaan antara tekanan udara di telinga tengah dan atmosfir seperti saat di ketinggian,menyelam,dan hampa
udara.
Gejala :
Sakit di telinga dan sakit gigi merupakan cirri khas penyakit ini
Perawatan :
Seseorang dengan infeksi akut pernafasan atas atau reaksi alergi dianjurkan untuk tidak terbang atau
menyelam,namun jika kegiatan tersebut terpaksa dilakukan perti phenyleprine 0,25 % dioleskan 30 menit sebelum
melakukan aktifitas penerbangan atau penyelam dapat membantu mengatasi masalah ini.
I. PEMERIKSAAN PADA TELINGA
Telinga luar diperiksa dengan inspeksi dan palpasi langsung,sementara membrane timpani diinspeksi seperti telinga
tengah dengan otoskop dan palpasi tak langsung dengan menggunakan otoskop pnemautik. Tak mungkin melakukan
inspeksi telinga dalam,nmun ada berbagai medote pengkajian yang dapat memberikan pengkajian kasar terhadap
fungsinya.pengkajian ketajaman auditorius harus dilakukan pada setiap pemeriksaan fisik.
a. Pengkajian fisik
Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering terlewat. Aurikulus dan jaringan
sekitarnya diinspeksi adanya deformitas,lesi,dan cairan begitupula ukuran,simetri dan sudut penempelan ke kepala.
Gerakan aurikulus normalnya tak menimbulkan nyeri. Bila maneuver ini terasa nyeri,harus dicurigai adanya otitis
eksterna akut nyeri tekan pada saat palpasi di daerah mastoid dapat menunjukkan mastoiditis akut atau inflamasi
nodus aurikula posterior.
b. Ketajaman auditorius
Perkiraan umum pendengaran pasien dapat disaring secara efektif dengan mengkaji kemampuan pasien mendengarkan
bisikan kata atau detakan jam tangan. Bisikan lembut oleh pemeriksa yang sebelumnya telah melakukan ekshalasi
penuh. Masing-masing telinga diperiksa bergantian.

J. UJI PENDENGARAN KLINIS


Uji pendengaran klinis memerlukan garpu tala. Garputala tunggal yang terbaik adalah garpu tala riverbank 512 Hz.
Garpu tala yang berfrekuensi lebih tinggi mungkin tak dapat mempertahankan terdengarnya nada cukup lama agar
memadai untuk uji pendengaran, sedangkan garpu tala dengan frekuensi lebihrendah merangsang sensasi getar pada
tulang yang adakalanya sulit dibedakan dengan pendengaran nada rendah.
Uji garpu tala dasar adalah uji rinne dimana uji ini digunakan untuk membandingkan lamanya hantaran tulang dengan
hantaran udara pada telinga yang diuji.penala 512 Hz digetarkan dan tangkainya ditempelkan pada tulang mastoid.
Pada telinga normal,penala terdengar hampir dua kali lebih lama pada hantaran udara dibandingkan hantaran tulang.
Sedangkan uji weber dimana uji ini menentukan apakah kerusakan pendengaran monoaural bersifat hantaran atau
saraf dengan membandingkan hantaran tulang pada kedua telinga. Penala 512 Hz dapat ditempelkan pada dahi
merupakan respon normal sedangkan pada gigi penala terdengar di sebelah kanan,jika telinga kanan merupakan
telinga yang sakit maka kehilangan pendengaran merupakan tuli hantaran. Apabila telinga kiri merupakan telinga yang
sakit mak kehilangan pendengaran adalah tipe sensorineural (tuli saraf).

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
PADA SISTEM PENDENGARAN
A. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan meliputi penggambaran lengkap masalah telinga,termasuk infeksi,otalgia,otorea,kehilangan
pendengaran. Data dikumpulkan mengenai durasidan intensitas masalah,penyebab,dan penangan sebelumya.
2. Pengkajin fisik
Pengkajian fisik meliputi observasi adanya eritema,edema,otorea,lesi,dan bau cairan yang keluar.
B. Diagnosa
1. Ansietas yang berhubungan dengan prosedur pembedahan,potensial kehilangan pendengaran,potensial gangguan
pengecap,dan potensialkehilangan gerakan fasial.
2. Nyeri akut yang berhubungan dengan pembedahan mastoid
3. Perubahan persepsi sensori auditorius yang berhubungan dengan kelainan telinga/pembedahan
telinga/penyumpalan telinga
4. Risiko terhadap trauma/cedera yang berhubungan dengan kesulitan keseimbangan atau vertigo selama periode
pascaoperatif segera
C. Intervensi
1. Ansietas yang berhubungan dengan prosedur pembedahan,potensial pendengaran,potensial gangguan pengecap,dan
potensial kehilangan gerakan fasial
Tujuan : ansietas (kecemasan) hilang atau berkurang
Intervensi :
Kaji tingkat ansietas klien
Dorong untuk mendiskusikan setiap ansietas dan keprihatinan mengenai pembedahan
Berikan upaya kenyamanan dan hindari aktivitas yang menyebabkan stress
Ajarkan klien teknik penatalakksanaan stress
2. Nyeri akut yang berhubungan dengan pembedahan mastoid
Tujuan : bebas dari rasa tak nyaman
Intervensi :
Kaji laporan nyeri dan catat lokasi
Beriakan pasien obat analgetik sesuai dengan kebutuhan
Ajarkan tentang cara penggunaan dan efek samping obat

Berikan tindakan kenyamanan


3. Perubahan persepsi sensori auditorius yang berhubungan dengan kelainan telinga/pembedahan
telinga/penyumpalan telinga
Tujuan : memperbaiki komunikasi
Intervensi :
Memandang pasien ketika berbicara
Kurangi kegaduhan lingkungan
Berbicara tegas dan jelas tanpa berteriak
Menggunakan tanda non verbal
4. Risiko terhadap trauma/cedera yang berhubungan dengan kesulitan keseimbangan atau vertigo selama periode
pascaoperatif segera
Tujuan :menghilangkan rasa trauma
Intervensi :
Berikan tindakan kenyamanan
Ajarkan pasien mengenai efek yang diharapkan dan potensial efek samping obat
Memantau pasien mengenai adanya efek obat

BAB IV
PENANGANAN GAWAT DARURAT PADA SISTEM PENDENGARAN
1. Miringkan kepala korban ke sisi yang di kenai. jangan berusaha mengeluarkan benda dengan beberapa peralatan
2. Jika serangga dalam telinga, baringkan korban miring dengan telinga yang terkena lebih tinggi. Tuangkan dalam air
suam-suam,sehingga serangga tersebut akan terangkat keluar dengan sendirinya.
3. Jika tidak berhasil, lakukan rujukan pembedahan.

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Telinga adalah organ penginderaaan berfungsi ganda dan kompleks pendengaran dan keseimbangan.
Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktifitas kehidupan sehari-hari, sangat penting
untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui
bicara tergantung pada kemampuan mendengar.
Gawat darurat telinga adalah suatu keadaan yang menyebabkan terjadinya penurunan pendengaran bahkan
kkehilangan pendengaran yang disebabkan oleh beberapa factor diantaranya trauma tumpul seperti kecelakaan lalu
lintas,dll baik dalam waktu akut maupun kronis.
B. SARAN
1. Sebagai calon perawat hendaknya kita mengerti dan memahami tentang system pendengaran ( telinga ).
2. Demi kepentingan bersama dan kesempurnaan makalah ini, kritik, saran dan masukan yang bermanfaat dari teman
teman sangat kami butuhkan. Mohon di baca dengan teliti dan di mengerti.

DAFTAR PUSTAKA

Pracy. R , siegler. J, stell.P.M. 1993. Pelajaran Ringkas Telinga,Hidung,danTenggorokan. Jakarta : PT Gramedia


pustaka utama
Suddarth dan Brunner. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol.3 E/8. Jakarta : EGC
Skeet ,Muriel.1995.Buku Tindakan Paramedis Terhadap Kegawatan dan Pertolongan Pertama.Edisi 2. Jakatra:EGC
Rizki Kurniadi. Available from :
http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/02/asuhan-keperawatan-gawat-darurat-pada_26.html (diabdet
tanggal 26 februari 2012)
Webmaster. Available from :
http://setengahbaya.info/arsip/penyakit-pendarahan-telinga.html (diabdet tahun 2010)

40 BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada hari Rabu,
tanggal 30 Maret 2011, jam 11.00 di ruang Alamanda RSUD Tugurejo Semarang dengan
menggunakan metode wawancara pasien, keluarga pasien, observasi, dan catatan medis.
1. Identitas pasien dan penaggung jawab a. Identitas pasien Nama : An. Y Umur : 9
tahun Jenis kelamin : perempuan Suku bangsa : Jawa Indonesia Agama : islam Status
perkawinan : belum kawin Pendidikan : SD Pekerjaan : pelajar Alamat : jl. Purwosari
Perbalan, semarang Tanggal masuk : 30 Maret 2011 No. Register : 12.29.69 Diagnosa
medis : Adenomatonsilitis kronis 41 b. Identitas penanggung jawab Nama : Ny.Y Umur :
33 tahun Jenis kelamin : perempuan Pendidikan : SMP Pekerjaan : pedagang Hubungan
dengan pasien : ibu pasien 2. Riwayat kesehatan a. Keluhan Utama Tgl 30 Maret 2011 :
pasien mengatakan takut mau dioperasi. b. Riwayat Penyakit Sekarang Satu minggu
sebelum masuk rumah sakit, pasien diperiksakan di poli THT RSUD Tugurejo karena
radangnya kambuh, deman, tidak mau makan, pada saat tidur mengorok serta untuk
kontrol periksa telinga. Oleh dokter, pasien diberikan obat terlebih dahulu untuk
diminum di rumah dan disarankan untuk dilakukan operasi amandel minggu depannya
karena pasien didiagnosa tonsilitis kronis . Pada hari rabu tanggal 30 Maret 2011 pasien
kembali ke rumah sakit dan dirawat inap untuk menjalani operasi. Pada saat masuk
rumah sakit pasien mengatakan sudah tidak demam dan tidak nyeri tenggorok, pasien
mengatakan takut menjalani operasi. 42 c. Riwayat perawatan dan Kesehatan Dahulu
Pasien sudah 5 tahunan menderita radang amandel. Radang yang dialami pasien sering
kambuh dan menyebabkan demam dan sering kejang, pasien juga menjadi tidak nafsu
makan. Selain menderita tonsilitis pasien juga menderita otitis media kronis, keluar
cairan berbau dari telinganya, ketajaman pendengaran juga berkurang. Pasien sering
diperiksakan ke dokter apabila radangnya kambuh. Pasien pernah dirawat di rumah sakit
sebanyak 3 kali, karena kejang demam pada tahun 2005 dan 2006, karena Thypus pada
tahun 2011. d. Riwayat Kesehatan Keluarga Anggota keluarga pasien belum pernah ada
yang mengalami penyakit tonsilitis. Riwayat penyakit hipertensi, diabetes melitus
disangkal keluarga. Ibu pasien mempunyai riwayat penyakit Ashtma. e. Riwayat
imunisasi Ibu pasien mengatakan bahwa sejak bayi anaknya mendapatkan imunisasi
lengkap yaitu Hepatitis B,BCG,Polio 1, polio 2, polio 3, polio 4, DPT 1, DPT 2, DPT 3,
dan campak. 3. Pengkajian pola kesehatan fungsional a. Pola Persepsi dan Pemeliharaan
Kesehatan Ibu pasien mengatakan kalau kesehatan anaknya adalah hal yang sangat
penting. Oleh karena itu, apabila ada anggota keluarganya 43 yang mengalami masalah
kesehatan maka langsung diperiksakan ke Puskesmas atau ke dokter terdekat. b. Pola
Nutrisi dan Metabolik Sebelum dirawat, pasien susah makan, makan tidak teratur,
kadang 2 kali sehari, kadang 1 kali sehari. Menu makanan nasi dan lauk, pasien tidak
suka sayur. Makanan favorit yaitu mie instan. Pasien minum 8 gelas dalam sehari.
Setiap kali minum 200 cc. Minuman yang paling disukai yaitu es lilin. Selama dirawat,

pasien makan 3 kali sehari, menu makanan yaitu bubur dengan banyak kuah, pasien
tidak nafsu makan karena tenggorokanya tersa nyeri setelah dioperasi, pasien juga takut
menelan makanan. Pasien makan habis hanya 3 sendok, pasien sulit untuk disuapi.
Pasien minum 7 gelas dalam sehari, minum air putih dan es krim. Berat badan pasien
23 kg, Lingkar lengan 18 cm, Hb 11,3 g / dl, pasien tampak lemah. c. Pola Eliminasi
Sebelum dirawat, pasien buang air besar 1 kali dalam 2 hari, konsisitensi feses
berbentuk, warna kuning, dan bau khas. Pasien berkemih 5-6 kali dalam sehari dengan
warna urine kuning jernih dan bau khas. Selama dirawat, pasien buang air besar 1 kali
dalam 2 hari, konsisitensi feses berbentuk, warna kuning, dan bau khas. Pasien 44
berkemih 5 kali dalam sehari dengan warna urine kuning jernih dan bau khas. d. Pola
Aktivitas dan Latihan Sebelum dirawat, pasien aktif bermain dengan teman-temannya di
rumah, pasien juga dapat berangkat ke sekolah. Pasien dapat melakukan aktiviatas
mandiri tanpa tergantung pada ibunya. Selama dirawat, pasien lebih banyak melakukan
aktifitas di tempat tidur, pasien tidak dapat bermain dengan teman-tamannya di rumah. e.
Pola Sensori dan Kognitif Proses pikir, indra penciuman, penglihatan, dan perabaan
pasien masih berfungsi dengan normal. Terdapat penurunan ketajaman pada fungsi
pendengarannya. Orientasi tentang waktu, tempat, dan orang-oarang terdekat pasien
masih normal. Pasien dijadwalkan akan dilakukan tindakan adenomatonsilektomi pada
hari kamis, tanggal 31 Maret 2011 jam 09.00. Satu hari sebelum operasi yaitu pada
tanggal 30 Maret 2011, pasien mengatakan takut dioperasi, menangis, gelisah serta
selalu memeluk ibunya, ibu pasien juga menanyakan tentang bagaimana proses
operasinya besok. Setelah operasi pada tanggal 31 Maret 2011, sekiatar jam 11.00 pasien
sadar penuh lalu menangis dan mengeluh sakit ( nyeri ) pada tenggorokannya, pasien
juga terlihat selalu memegangi lehernya dan takut untuk berbicara. 45 Pengkajian nyeri
pada tanggal 31 Maret 2011 ( Post Operasi ) : 1) Paliatif Nyeri meningkat saat
digunakan untuk batuk, bicara, dan menelan. 2) Quality Nyeri yang dirasakan
berlangsung terus, nyeri seperti di sayatsayat 3) Regio Nyeri pada bagian tenggorokan 4)
Skala Skala nyeri 7 ( skala 0-10 ) 5) Time Nyeri yang dirasakan berlangsung terus dan
tidak menentu lamanya, berlangsung selama 40-50 detik. f. Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum dirawat, pasien tidur 8 jam dalam sehari. Pasien tidur nyenyak di malam hari,
pasien jarang tidur siang, tidur mengorok. Selama dirawat, pasien tidur 9 jam dalam
sehari, tidur tidak nyenyak dan sering terbangun karena merasakan tenggorokannya yang
sakit. 46 g. Pola persepsi dan Konsep Diri Gambaran Diri : Pasien mengatakan kalau
telinganya keluar cairan berbau. Identitas Diri : Pasien mengatakan namanya An. Y,
umur 9 tahun, dan seorang pelajar Peran Diri : Pasien sehari-hari beragkat untuk sekolah
dan juga bermain dengan teman-temannya, di rumah membantu ibu mengasuh adiknya
Ideal Diri : Pasien ingin segera cepat sembuh Harga Diri : Pasien kadang merasa malu
karena telingaya keluar cairan, tetapi itu tidak menjadikan hambatan pasien dalam

bergaul dengan temannya karena temannya juga tidak menjauhinya. h. Pola Hubungan
Sosial Hubungan pasien dengan keluarga baik, selama sakit pasien selalu ditunggui oleh
ibunya, ayahnya, dan keluarganya yang lain. Pasien orangnya ramah dan mudah bergaul,
dengan perawat atau penunggu pasien lain juga bercanda. i. Pola Seksualitas dan
Reproduksi Pasien seorang perempuan dan belum menikah. 47 j. Pola Mengatasi
Masalah Hidup Pasien selalu curhat dengan ibunya apabila ada masalah apapun,
termasuk keluhan dengan kondisi kesehatannya. k. Pola Nilai dan Kepercayaan Pasien
adalah seorang muslim. Pasien sudah belajar menjalankan sholat 5 waktu. Selama sakit,
pasien tetap berdoa agar dirinya lekas sembuh. 4. Pemeriksaan fisik a. Penampilan /
keadaan umum : Baik b. Tingkat kesadaran : Compos mentis c. Tanda tanda vital pada
tanggal 30 Maret 2011 Tekanan darah : 110/70 mmHg Nadi : 88 x/menit Suhu : 36,7C
Respiratory Rate : 22 x/menit d. Pengukuran Antropometri Berat badan : 23 kg Tinggi
badan : 126 cm Lingkar lengan : 18 cm IMT = 23 : ( 1,26 ) = 14,48 ( berat badan
kurang / Underweight ) e. Kepala : bentuk mesochepal, rambut hitam, pendek, agak ikal,
tidak terdapat benjolan atau luka. f. Mata : reflek pupil simetris, sklera tidak ikterik, 48
konjungtiva tidak anemis, fungsi penglihatan masih normal. g. Hidung : simetris, bersih,
tidak ada polip hidung, cuping hidung tidak ada. h. Telinga : simetris, terdapat serumen,
terdapat cairan kental berwarna kuning dan berbau pada telinga kiri, terdapat penurunan
fungsi pendengaran pada telinga kiri i. Mulut : bibir tidak sianosis, mukosa bibir lembab
j. Leher : terdapat nyeri telan, tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid. k. Paru-paru
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada lesi, pengembangan dada simetris Palpasi : tidak
ada nyeri tekan, vokal fremitus kanan sama dengan kiri Perkusi : sonor di semua lapang
paru Auskultasi : suara vesikuler, tidak ada ronkhi/ wheezing l. Jantung Inspeksi : ictus
cordis tidak tampak Palpasi : ictus cordis teraba pada IC ke V Perkusi : redup
Auskultasi : terdengar bunyi jantung I dan II ( Lup Dup ) 49 m. Abdomen Inspeksi :
datar, simetris Auskultasi : terdengar bising usus , 16 x/menit Perkusi : thympani
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan pada semua kuadran n. Genital : genital normal dan
tidak terpasang kateter o. Ekstremitas : kedua kaki tidak terdapat keterbatasan rentang
gerak, tidak terdapat oedema atau luka, pada tangan kiri terpasang infus. p. Kulit : kulit
berwarna sawo matang, turgor kulit cukup, tidak terdapat luka terbuka pada kulit 5.
Pengkajian tumbuh kembang Saat ini pasien berumur 9 tahun yaitu termasuk pada tahap
tumbuh kembang anak usia sekolah. Pertumbuhan fisik : Berat Badan : 23 kg Tinggi
Badan : 126 cm Lingkar lengan : 18 cm Motorik : pasien lebih mampu menggunakan
otot-otot kasar daripada otot halus. Pasien mampu bermain lompat tali dan bermain bola
tangan dengan temannya. Status Emosional : pasien lebih suka berada di luar rumah
untuk bermain dengan temannya, di sekolah pasien dapat berinteraksi dengan teman
sekolah dan guru. 50 6. Data penunjang a. Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 30
Maret 2011 PARAMETERS WBC 7,68 ( 10^3/UL ) M= 4,8-10,8 F= 4,8-10,8 RBC 4,32

( 10^6/UL ) M= 4,7-6,1 F= 4,2-5,4 HGB 11,3 ( g / dl ) M= 14-18 F=12-16 HCT 35,2 ( %


) M= 42-52 F=37-47 MCV 81,5 ( fL ) 79-99 MCH 26,2 ( pg ) 27-31 MCHC 32,1 ( g/dl )
33-37 PLT 432 ( 10^3/UL ) 150-450 RDW-CV 14,1 ( % ) 11,5-14,5 RDW-SD 40,9 ( fL )
35-47 PDW 7,9 ( fL ) 9-13 MPV 7,8 ( fL ) 7,2-11,1 P-LCR 9,5 ( % ) 15-25
DIFFERENTIAL NEUT # 3,36 ( 10^3/UL ) 1,8-8 LYMPH# 3,45 ( 10^3/UL ) 0,9-5,2
MONO# 0,46 ( 10^3/UL ) 0,16-1 EO# 0,40 ( 10^3/UL ) 0,015-0,44 BASO# 0,01
( 10^3/UL ) 0-0,2 NEUT% 43,8 ( % ) 50-70 51 LYMPH% 44,9 ( % ) 25-40 MONO%
6,0 ( % ) 2-8 EO% 5,2 ( % ) 2-4 BASO% 0,1 ( % ) 0-1 PT 12,5 Detik 9,7-13,1 APTT
41,1 Detik 25,5-42,1 b. Therapy Post Operasi : Infus D5 NS 15 tpm Injeksi IV Asam
traneksamat 3 x 250 mg Obat oral Amoxicillin syrup 3 x 2 sendok teh Parasetamol syrup
3 x 2 sendok teh c. Diit Bubur + kuah banyak d. Laporan Operasi Jenis operasi :
Adenotonsilektomi ( ATE ) Tanggal operasi : 31 Maret 2011 Jam mulai : 09.00-09.30
Jenis anestesi : general anestesi 52 B. Analisa Data ANALISA DATA Nama Pasien :
An.Y Umur : 9 tahun Pre Operasi ( Tanggal 30 Maret 2011 ) N O HARI/ TGL DATA
PROBLEM ETIOLOGI 1. Rabu, 30/3/2011 11.20 DS : a. Pasien mengatakan takut
dioperasi b. Pasien menanyakan sakit nggak mbak di operasi ? c. Ibu pasien
menanyakan tentang proses operasi yang akan dijalani anaknya. DO : a. Pasien
menangis dan sambil selalu memeluk ibunya b. Pasien tampak tegang dan gelisah
Cemas Kurang pengetahuan akan dilakukannya tindakan tonsilektomi 53 Post Operasi
( Tanggal 31 Maret 2011 ) NO HARI/ TGL DATA PROBLEM ETIOLOGI 1. Kamis,
31/3/2011 10.30 DS: a. Pasien mengeluh tenggorokannya sakit b. Interpretasi nyeri
P:Nyeri meningkat saat digunakan untuk batuk, bicara, dan menelan. Q:Nyeri yang
dirasakan berlangsung terus, seperti disayat-sayat R:Nyeri pada tenggorok S :Skala nyeri
7 (skala 0-10) T:Nyeri yang dirasakan berlangsung terus dan tidak menentu lamanya,
berlangsung Gangguan rasa nyaman : Nyeri Diskontinuitas jaringan 54 selama 40-50
detik. DO : a. Pasien tampak menangis dan memegangi lehernya b. Terdapat luka post
Operasi tonsil c. Pasien terlihat takut untuk bicara dan banyak diam. d. Tekanan darah
=110/70 mmHg Nadi = 88 x/menit Suhu = 36,7C Respiratory Rate = 22 x/menit 2.
Kamis, 31/3/2011 12.30 DS : a. Pasien mengatakan tidak mau makan, takut menelan. b.
Pasien mengatakan tenggorokannya pahit dan sakit DO : a. Pasien tampak lesu b. Pasien
sulit untuk Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Intake nutrisi tidak adekuat 55
disuapi makanan c. Makan bubur hanya habis 3 sendok d. BB =23 kg TB=126 cm e.
IMT= 23 : (1,26) =14,48 ( Underweight ) f. Hb 11,3 g / dl 56 C. Pathways Keperawatan
Kasus Kuman ( Streptococcus beta hemolyticus, Streptococcus viridans, dan
Streptococcus pyogenes ), Virus Reaksi antigen dan antibody dalam tubuh tidak dapat
melawan antigen kuman Virus dan bakteri menginfeksi tonsil Epitel terkikis Inflamasi
tonsil Pembengkakan tonsil Sumbatan jalan nafas Tonsilektomi Pre operasi Post Operasi
Kurang Terputusnya pengetahuan jaringan luka Diskontinuitas jaringan Nyeri menelan

Intake nutrisi tidak adekuat Cemas Nyeri Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
57 D. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada tanggal 30
Maret 2011 ( Pre Operasi ) : 1. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan akan
dilakukannya tindakan tonsilektomi ditandai dengan pasien tampak tegang dan
menangis. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada tanggal 31 Maret 2011( Post
Operasi) : 1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas
jaringan ditandai dengan adanya rasa sakit pad tenggorok, pasien menangis. 2.
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak
adekuat ditandai dengan pasien takut menelan makanan,makan habis 3 sendok. E.
Nursing Care Plan (NCP), Implementasi, Evaluasi 1. Nursing Care Plan ( NCP ) a. Pre
Operasi ( Tanggal 30 Maret 2011 ) 1) Diagnosa keperawatan 1 : Cemas berhubungan
dengan kurang pengetahuan akan dilakukannya tindakan tonsilektomi ditandai dengan
pasien tampak tegang dan menangis. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2x10 jam diharapkan cemas hilang/berkuarang. 58 Kriteria hasil : a) Ekspresi
wajah rileks b) Pasien tampak tenang Intervensi : a) Kaji tingkat kecemasan pasien
Rasional : mengetahui tingkat kecemasan yang dialami pasien b) Jelaskan prosedur
bedah kepada anak dan orang tua dengan menggunakan bahasa yang sederhana.
Rasional : informasi yang demikian dapat mengurangi rasa takut dan kecemasan dengan
mempersiapkan anak dan orang tua. c) Jelaskan bahwa tergtantung waktu pembedahan,
anak mungkin tidak diberi makan atau minum setelah tengah malam pada hari
pembedahan dilakukan untuk mencegah anak muntah dan aspirasi selama pembedahan.
Rasional : anak mungkin terjadi takut jika ia tidak memperoleh makanan atau minuman
sepanjang malam, atau pagi hari sebelum pembedahan. d) Jelaskan kepada orang tua
bahwa pembedahan mungkin tidak dilakukan jika anak memiliki tanda dan gejala infeksi
akut, termasuk peningkatan suhu, hidung terdapat sekret, dan nyeri pada telinga pada
hari pembedahan. 59 Rasional : pembedahan tidak dapat dilakukan dalam kondisi ini,
sehubungan dengan risiko septikemia atau infeksi meluas. e) Beri tahu orang tua tentang
kemungkinan lama pembedahan dan tempat mereka menungggu selama prosedur dan
periode pemulihan. Rasional : tidak mengetahui berapa lama pembedahan berlangsung
dapat membuat orang tua cemas selama pembedahan. f) Informasikan pasien/orang
terdekat tentang peran advokat perawat intraoperasi. Rasional : mengembangkan rasa
percaya diri pasien g) Jelaskan kepada anak dan orang tua tentang kemungkinan kondisi
pasca operasi Rasional : memahami apa yang akan terjadi setelah prosedur, dapat
mengurangi rasa cemas b. Post Operasi ( Tanggal 31 Maret 2011 ) 1) Diagnosa
keperawatan 1 : Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas
jaringan ditandai dengan adanya rasa sakit pada tenggorok, pasien menangis. Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 10 jam diharapkan nyeri berkurang /
hilang. Kriteria hasil : a) Melaporkan nyeri berkurang 60 b) Ekspresi wajah tampak

rileks c) Skala nyeri 3 Intervensi : a) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif


termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
Rasional : sebagai dasar penentuan intervensi berikutnya b) Ajarkan teknik non
farmakologi dengan distraksi / latihan nafas dalam. Rasional : teknik distraksi/latihan
nafas dalam dapat mengurangi nyeri c) Tingkatkan istirahat pasien Rasional : istirahat
dapat melupakan dari rasa nyeri d) Awasi batuk dan bicara karena akan mengiritasi luka
Rasional : aktifitas batuk dan bicara meningkatkan tekana intra abdomen dan dapat
mencetuskan perdarahan langitlangit. e) Anjurkan klien untuk mengurangi nyeri dengan:
1) Minum air dingin atau es 2) Hindarkan makanan panas, pedas, keras 3) Melakukan
teknik relaksasi 61 Rasional : tindakan non analgesik diberikan dengan cara alternatif
untuk mengurangi nyeri dan menghilangkan ketidaknyamanan f) Ciptakan lingkungan
tenang dan nyaman Rasional : menurunkan stres dan rangsangan berlebihan,
meningkatkan istirahat g) Pantau tanda-tanda vital Rasional : Perubahan frekuensi
jantung atau tekanan darah menunjukan bahwa pasien mengalami nyeri,khususnya bila
alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat 2) Diagnosa keperawatan 2 :
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak
adekuat ditandai dengan pasien takut menelan makanan,makan habis 3 sendok. Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 10 jam diharapkan perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi. Kriteria hasil : kebutuhan nutrisi pasien
adekuat, tidak ada tanda malnutrisi, makan habis porsi dari yang disajikan. Intervensi :
a) Awasi masukan dan berat badan sesuai indikasi Rasional : Memberikan informasi
sehubungan dengan kebutuhan nutrisi dan keefektifan terapi 62 b) Auskultasi bunyi usus
Rasional : Makanan hanya dimulai setelah bunyi usus membaik. c) Mulai dengan
makanan kecil dan tingkatkan sesuai toleransi Rasional : Kandungan makanan dapat
mengakibatkan ketidaktoleransian, memerlukan perubahan pada kecepatan. d) Berikan
diet nutrisi seimbang ( makanan cair atau halus ) atau makanan selang sesuai indikasi
Rasional : Mempertahankan nutrisi yang seimbang. e) Berikan porsi makan kecil tapi
sering Rasional : Mengoptimalkan asupan nutrisi pada pasien. 63 2. Implementasi
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Nama pasien : An.Y Umur : 9 tahun Implementasi
yang dilakukan pada saat Pre Operasi yaitu : NO. Dx HARI/ TANGGAL TINDAKAN
KEPERAWATAN RESPON PASIEN PARAF 1. 1. Rabu, 30-3-2011 13.00 Rabu, 30-32011 13.10 Mengkaji perasaan pasien tentang operasi yang akan dijalani Menjelaskan
prosedur bedah kepada anak dan orang tua dengan menggunakan bahasa yang
sederhana. S : anak mengatakan takut dioperasi dan teriak tidak mau. O: anak tampak
tegang dan menangis sambil memeluk ibunya S : orang tua menanyakan operasinya
besok lama ndak ? O : setelah diberi penjelasan kira-kira sekitar 1 jam dan tidak usah
Wulan Wulan 64 1. Rabu, 30-3-2011 15.00 Menjelaskan bahwa tergantung waktu
pembedahan, anak mungkin tidak diberi makan atau minum setelah tengah malam pada

hari pembedahan dilakukan untuk mencegah anak muntah dan aspirasi selama
pembedahan. khawatir buk, lebih baik kita berdoa agar operasinya lancar Ibu tampak
paham. S : ibu menanyakan operasinya besok jam berapa dan puasanya mulai jam
berapa? O: setelah diberi penjelasan kalau operasinya pagi dan puasa mulai sekitar jam 1
dini hari, ibu terlihat paham dan memberikan pengertian lebih kepada anaknya. Wulan
65 1. 1. Rabu, 30-3-2011 15.30 Kamis, 31-3-2011 08.00 Menjelaskan kepada orang tua
bahwa pembedahan mungkin tidak dilakukan jika anak memiliki tanda dan gejala infeksi
akut, termasuk peningkatan suhu, hidung terdapat sekret, dan nyeri pada telinga pada
hari pembedahan. Memberi tahu orang tua dan anak tentang kemungkinan lama
pembedahan dan tempat mereka menungggu selama prosedur dan periode pemulihan.
S : anak mengatakan kalau telinganya tidak terasa sakit dan tidak demam O: ibu tampak
paham, anak tidak flu dan tidak demam S : ibu menanyakan nanti operasinya berapa
jam mbak, dan boleh ditunggu di luar tidak ? O : operasinya Cuma sebentar buk,
sekitar 1 jam...nanti ibu boleh menunggu di luar kok,, Wulan Wulan 66 1. 1. Kamis, 313-2011 08.10 Kamis, 31-3-2011 08.20 Mengkaji ulang tentang perasaan pasien,
mengobservasi keadaan umum pasien, dan menganjurkan pasien untuk berdoa
Memberikan support mental pada pasien dan menemani pasien serta mengantar pasien
keruang operasi beserta dengan ibu dan keluarganya. S : pasien mengatakan tidak terlalu
takut untuk dioperasi karena nanti dapat es krim. O : pasien tampak masih sedikit tegang
dan berdoa S : pasien mengatakan ingin ditunggui ibunya O : pasien tampak lebih
tenang dengan ditemani ibunya sebelum operasi. Wulan Wulan 67 Implementasi yang
dilakukan pada saat Post Operasi yaitu : NO. Dx HARI/ TANGGAL TINDAKAN
KEPERAWATAN RESPON PASIEN PARAF 1. 1. 1. Kamis, 31-3-2011 10.45 Kamis,
31-3-2011 10.50 Kamis, 31-3-2011 11.00 Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi. Mengajarkan teknik non farmakologi dengan latihan nafas dalam atau
dengan distraksi Menyarankan agar tidak terlalu sering batuk S : anak mengeluh sakit
sekali pada lehernya. O : anak tampak menagis dan memegangi lehernya. S : anak
mengatakan sakit. O : anak mulai mengalihkan perhatian dengan mainan Handphone. S :
ibu pasien mengatakan anaknya batukbatuk O : anak tampak mengerti agar tidak sering
Wulan Wulan Wulan 68 1. 1. 1. 2. Kamis, 31-3-2011 11.20 Kamis, 31-3-2011 11.40
Kamis, 31-3-2011 12.00 Kamis, 31-3-2011 12.20 Meningkatkan istirahat pasien dengan
menganjurkan untuk buat tidur saja Memberikan minum air es dan kompres es di leher
Mematau tandatanda vital Melakuakan Auskultasi bunyi usus batuk setelah diberi
penjelasan S : - O : pasien terlihat mengangguka n kepala S : pasien mengatakan lebih
enakan ,, O : pasien tampak lebih tenang dan tidak menangis lagi S: - O : TD = 100/70
mmHg, S= 36,5C, N= 88 x/menit S : - O : bising usus terdengar,16x/ menit Wulan
Wulan Wulan Wulan 69 2. 1. 1. 1. Kamis, 31-3-2011 13.00 Kamis, 31-3-2011 13.20

Jumat, 1-4-2011 11.00 Jumat, 1-4-2011 11.30 Memberikan diet nutrisi seimbang
( bubur halus dengan banyak kuah ) Memberikan obat sirup parasetamol 2 sendok dan
Amoxicillin 2 sendok Mengevaluasi keluhan nyeri yang dirasakan pasien Memantau
tandatanda vital S : Ibu pasien mengatakan anaknya takut makan O : anak makan hanya
sedikit, habis 3 sendok, terlihat takut menelan S: - O: obat masuk sedikit demi sedikit
dan tidak muntah S : anak mengatakan sudah tidak terlalu nyeri O : anak sudah mulai
bisa tersenyum dan bercanda S : ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak kesakitan
seperti kemarin Wulan Wulan Wulan Wulan 70 2. 2. 1,2 Jumat, 1-3-2011 12.00 Jumat,
1-3-2011 12.30 Jumat, 1-3-2011 12.45 Menimbang berat badan anak Menyuapi anak
untuk makan bubur halus dengan banyak kuah Menyarankan kepada ibu agar dirumah
anak diberikan makanan yang sesuai toleransi, yang halus dahulu, jangan makanan yang
pedas dan kasar O : Tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi 84x/menit, Suhu 36,5C,
respiratory rate 20 x/menit S: - O : BB stabil 23 kg S : anak mengatakan mau makan tapi
sedikit saja. O : anak makan habis 3 sendok S :ibu mengatakan akan membuatkan
anaknya bubur selama belum sembuh benar O: ibu tampak paham tentang diit yang tepat
untuk anaknya di rumah nanti Wulan Wulan Wulan 71 3. Catatan Perkembangan
CATATAN PERKEMBANGAN Nama pasien : An. Y Umur : 9 tahun Pre Operasi
( Tanggal 30 Maret 2011 dan 31 Maret 2011 ) NO. Dx HARI/ TANGGAL CATATAN
PERKEMBANGAN PARAF 1. 1 Rabu, 30-3-2011 18.00 Kamis, 31-3-2011 08.40 S :
pasien mengatakan masih agak takut di operasi besok dan minta dibelikan es krim
setelah operasi. O : pasien masih tampak murung, ibu sudah paham tentang prosedur
pembedahan serta mampu menenangkan anaknya. A : Masalah teratasi sebagian P :
Lanjutkan intervensi untuk memberikan suport mental serta anjurkan dampingan dari
keluarga untuk pasien. S : pasien mengatakan tidak terlalu takut dioperasi karena nanti
dapat es krim dan ingin ditemani ibunya sampai di ruang operasi Wulan Wulan 72 O : a.
Pasien tampak lebih tenang dengan ditemani ibunya saat akan dilakukan anestesi b.Ibu
paham akan prosedur pembedahan, selalu mendampingi anak dan menunggu di ruang
tunggu selama anak dioperasi A : masalah teratasi P : lnjutkan intervensi agar keluarga
tetap mendampingi anak setelah nanti operasi selesai Post Operasi ( Tanggal 31 Maret
2011 dan 1 April 2011) NO. Dx HARI/ TANGGAL CATATAN PERKEMBANGAN
PARAF 1. Kamis, 31-3-2011 13.00 S : ibu pasien mengatakan anaknya lebih tenang dan
bisa tidur setelah minum air dingin dan lehernya dikompres dengan es O : anak tampak
bisa istirahat, wajah masih cemberut A : Masalah teratasi sebagian P : lanjutkan
intervensi tingkatkan istirahat, awasi batuk dan bicara, serta kompres es pada leher.
Wulan 73 2. 1. 2. Kamis, 31-3-2011 16.00 Jumat, 1-4-2011 13.00 Jumat, 1-4-2011
13.20 S : ibu pasien mengatakan anaknya tidak mau makan,takut O : Anak makan bubur
hanya habis 3 sendok, anak sulit sekali untuk disuapi A : masalah belum teratasi P :
Lanjutkan intervensi untuk berikan diit makanan halus dengan banyak kuah dan beri

porsi makan kecil tapi sering. S : pasien mengatakan lehernya sudah tidak terlalu sakit
seperti kemarin, skala nyeri 3. O : a. paisen mulai tampak tersenyum sedikit-sedikit dan
mau bercanda b.Wajah tampak lebih rileks c. Tekanan darah 110/70 mmHg, suhu
36,5C,nadi 84 x/menit, respiratory rate 20 x/menit. A : masalah teratasi P : hentikan
intervensi S : ibu pasien mengatakan anaknya sudah mulai makan lebih Wulan Wulan 74
banyak,tetapi masih agak takut untuk makan O : anak makan bubur habis 5 sendok, BB
stabil 23 kg, anak masih agak sulit untuk disuapi makanan A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi untuk berikan diit makanan halus dengan banyak kuah dan beri
porsi kecil tapi sering. Wulan 4. Evaluasi EVALUASI Nama pasien : An.Y Umur : 9
tahun Pre Operasi ( Kamis, 31 Maret 2011) NO. Dx HARI/ TANGGAL EVALUASI
PARAF 1. Kamis, 31-3-2011 08.40 S : pasien mengatakan tidak terlalu takut dioperasi
tetapi ingin ditemani ibunya sampai di ruang operasi 75 O : a. Pasien tampak lebih
tenang dengan ditemani ibunya saat akan dilakukan anestesi b.Ibu paham akan prosedur
pembedahan, ibu selalu mendampingi anak dan menunggu di ruang tunggu selama anak
dioperasi A : masalah teratasi P : lanjutkan intervensi agar keluarga tetap mendampingi
anak setelah nanti anak sadar post operasi. Wulan Post Operasi ( Jumat, 1 april 2011)
NO. Dx HARI/ TANGGAL EVALUASI PARAF 1. Jumat, 1-4-2011 13.00 S : pasien
mengatakan lehernya sudah tidak terlalu sakit seperti kemarin, skala nyeri 3 O : a.
Pasien mulai tampak tersenyum sedikit-sedikit dan mau bercanda b.Wajah tampak lebih
rileks d.Tekanan darah 110/70 mmHg, suhu 36,5C,nadi Wulan 76 2. Jumat, 1-4-2011
13.20 84 x/menit, respiratory rate 20 x/menit. A : masalah teratasi P : petahankan
intervensi untuh Hindarkan makanan panas, pedas, keras dahulu. S : ibu pasien
mengatakan anaknya sudah mulai makan lebih banyak,tetapi masih agak takut untuk
makan O : anak makan bubur habis 5 sendok, BB stabil 23 kg, anak masih agak sulit
untuk disuapi makanan A : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi untuk
berikan diit makanan halus dengan banyak kuah dan beri porsi kecil tapi sering. Wulan

Vous aimerez peut-être aussi