Vous êtes sur la page 1sur 16

Makalah ASKEB IV

Varicella (Cacar Air)

Disusun oleh:
Diana Ramdaniati
Hendrika Dina Samara
Liana Cahyani
Puji Astuti
Restu Puji Noviatri
Kelas : IV B

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA


Jurusan DIII Kebidanan
Jl. Surya Kencana No.1
Pamulang-TangSel
2012/2013

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan kasih dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ASKEB IV yang berjudul Varicella (Cacar Air)
dengan baik dan semaksimal mungkin.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun tugas makalah ini kami banyak menumukan berbagi
hambatan ataupun kesulitan. Namun atas bantuan dari banyak pihak maka kami pun dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah membantu penyelesaian dari
makalah ini
Tak lupa kami mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kesalahan dalam penulisan
makalah ini. kami sadar bahwa manusia tidak ada yang sempurna oleh karena itu kami
mengharapkan kebesaran hati dari para pembaca dengan memberikan kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan.

Pamulang, Maret 2013


Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................
Daftar Isi .............................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ........................................................................
1.2
Tujuan .....................................................................................
1.3
Manfaat ...................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Varicella ................................................................
2.2
Diagnosis .................................................................................
2.3
Tanda dan Gejala ....................................................................
2.4
Penyebab Varicella ..................................................................
2.5
Patogenesis ..............................................................................
2.6
Dampak Terhadap Kehamilan .................................................
2.7
Dampak Bagi Ibu Hamil dan Janin ..........................................
2.8
Pencegahan ...............................................................................
2.9
Penatalaksanaan dan manajemen kebidanan ............................
BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN
3.1
Kesimpulan .............................................................................
3.2
Saran ........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

!
!
1
3
3
4
6
6
7
9
9
11
14
16
21
22

BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Varicella, yang biasa dikenal di Amerika Serikat sebagai cacar air, disebabkanoleh virus
varicella-zoster. Penyakit ini umumnya dianggap sebagai penyakit virusringan, membatasi diri
dengan komplikasi sesekali. Sebelum vaksinasi varicella menjadi luas di Amerika Serikat,
penyakit ini menyebabkan sebanyak 100 kematian setiap tahunnya. Karena vaksin varicella
diperkenalkan diAmerika Serikat pada tahun 1995, insiden penyakit telah secara substansial
menurun.
Bahkan saat ini, varicella tidak benar-benar jinak. Satu studi menunjukkan bahwa hampir 1:50
kasus varicella yang terkait dengan komplikasi. Di antara sebagian besar komplikasi serius
varicella pneumonia dan ensefalitis, keduanya terkait dengan angka kematian yang tinggi. Selain
itu, kekhawatiran telah dikemukakan mengenai hubungan varicella dengan invasif parah
penyakit streptococcus grup A.
Amerika Serikat mengadopsi vaksinasi universal terhadap varicella pada tahun 1995, yang
mengurangi tingkat mortalitas dan morbiditas dari penyakit ini. Untuk alasan yang jelas, anak
yang tidak divaksinasi tetap rentan. Anak dengan varicellamengekspos kontak dewasa di rumah
tangga, sekolah, dan pusat penitipan anak dengan risiko berat, penyakit bahkan fatal. Varicella
adalah umum dan sangatmenular dan mempengaruhi hampir semua anak-anak rentan sebelum
remaja.
Kedua kasus dalam rumah tangga sering lebih parah. Sekolah atau hubungi pusat penitipan anak
berkaitan dengan tingkat transmisi yang lebih rendah namun masih signifikan. Anak-anak yang
rentan jarang mendapatkan penyakit dengan kontak dengan orang dewasa dengan zoster.
Ttransmisi maksimum terjadi selama akhir musim dingin dan musim semi.
Varicella dikaitkan dengan respon imun humoral dan sel-dimediasi. Respon ini menginduksi
kekebalan yang tahan lama. Ulangi infeksi subklinis dapat terjadi pada orang-orang ini, namun
serangan kedua dari cacar air sangat jarang terjadi diorang imunokompeten. Reexposure dab
infeksi subklinis dapat berfungsi untuk meningkatkan kekebalan yang diperoleh setelah episode
cacar air, ini dapat berubah di era post vaksin.
Varicella Zooster Virus (VZV) adalah penyebab dari sindroma klinik Varicella atau Chickenpox.
Varicella merupakan penyakit yang biasanya tidak berat, sembuh dengan sendirinya, dan
merupakan infeksi primer. Zooster sebagai kesatuan klinis yang berbeda, disebabkan oleh
reaktivitas dari VZV setelah infeksi primer, dimana VZV (disebut juga Human Herpes Virus 3 /
HVH-3) sendiri adalah virus dengan DNA double-stranded yang termasuk Alphaherpesvirinae.
Setelah infeksi primer, VZV menempati sistem saraf sensoris terutama di Geniculatum,
Trigeminal, atau akar Ganglia Dorsalis dan dormant disana untuk beberapa tahun. Dengan
bertambahnya umur atau keadaan immunocompromised, virus menjadi aktif kembali dan turun
dari sistem saraf sensoris ke kulit sehingga muncul erupsi di kulit atau keluhan lain seperti nyeri
tanpa manifestasi yang nampak di kulit.

Varicella atau Chickenpox merupakan penyakit yang banyak ditemukan pada anak usia sekolah,
dimana lebih dari 90% kasus diderita anak usia kurang dari 10 tahun. Penyakit ini tidak berat
pada anak yang sehat, meskipun morbiditas meningkat pada orang dewasa dan pada pasien
dengan immunocompromised.
Data lain menyebutkan bahwa morbiditas penyakit ini 4000 kasus di rumah sakit dalam satu
tahun, dan mortalitasnya 50 100 kematian dalam satu tahun, dengan perkiraan biaya perawatan
mencapai 400 juta dollar sehingga pada tahun 1995 diadopsilah vaksinasi untuk penyakit ini
(1,2).
1.2
Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu membuat Asuhan pada Bayi dan Balita denganVaricella.
2. Tujuan Khusus
Penulis diharapkan dapat :
a. Memahami tentang penyakit varicella (definisi, diagnosis, tanda dan gejala, penyebeb,
patogenesis, dampak pada kehamilan, dampak bagi ibu hamil dan janin, pencegahan dan
penatalaksanaan).
b. Memahami asuhan kebidanan pada pasien dengan varicella.
1.3
Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memberikan gambaran tentang penyakit herpes, CMV dan Varicella.
2. Sebagai bahan masukan untuk memperluas dan memperdalam pemahaman tentang penyakit
herpes, CMV dan Varicella.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Varicella
Varicella / chickenpox atau sering disebut cacar air adalah suatu infeksi virus menular, yang
menyebabkan ruam kulit berupa sekumpulan bintik bintik kecil yang datar maupun menonjol,
lepuhan berisi cairan serta keropeng, yang menimbulkan rasa gatal.
Infeksi varicella akut ( chicken pox , cacar air , waterpoken ) disebabkan oleh virus varicella
zoster yang merupakan virus herpes DNA ( famili herpesviridae) dan ditularkan melalui kontak
langsung atau via pernafasan. Hampir seluruh tubuh bisa terkena benjolan yang akan menyebar
ke seluruh bagian tubuh dan tanpa terkecuali pada bagian muka, kulit kepala, mulut bagian
dalam, mata, termasuk bagian tubuh yang paling intim.
Penyakit kulit ini pun merupakan salah satu penyakit kulit yang penularannya sangat cepat dan
timbulnya pun secara tiba-tiba. Penyakit ini paling sering terjadi pada anak-anak. Namun, orang
dewasa juga bisa terkena penyakit ini kalau daya tahan tubuh menurun. Biasanya, penyakit cacar
air ini terjadi selama 17-21 hari. Cacar air biasanya menyerang anak-anak yang dimulai dengan
demam dan diikuti munculnya bintil merah berair. Bintil-bintil ini baru akan hilang selama 17-24
hari.
Jika seseorang pernah menderita cacar air, maka dia akan memiliki kekebalan dan tidak perlu
divaksin lagi. Lamanya perlindungan dari vaksin ini belum dapat diketahui secara pasti. Tapi
biasanya, vaksinasi ulangan diberikan setelah 4-6 tahun. Tetapi virusnya bisa tetap tertidur
didalam tubuh manusia, lalu kadang menjadi aktif kembali dan menyebabkan herpes zoster.
Ibu hamil merupakan salah satu dalam kelompok orang dewasa yang rentan terhadap penyakit
ini, apabila pada masa mudanya tidak atau belum pernah terkena penyakit cacar air ini. Pada usia
kehamilan 1-3 bulan bisa terjadi komplikasi terhadap janin bayi, seperti keguguran, kelahiran
mati atau bahkan bayinya terkena sindrom congenital varicella atau infeksi pada janin bulan
pertama yang cukup berbahaya baik bagi sang janin maupun si ibunya tersebut. Namun,
prevelensi ibu hamil penderita cacar air ini yang mendapat komplikasi ini masih rendah.
Ibu hamil trimester pertama yang menderita cacar air akan dapat menularkan cacar air kepada si
janin. Bahayanya, bayi sangat mungkin terkena herpes zooster pada usia 10 tahun. Bila mengenai
wanita hamil trimester kedua, virus ini dapat menyebabkan gangguan kehamilan. Sementara itu,
ibu hamil yang terkena cacar air pada saat akan melahirkan, akibatnya bisa lebih berat lagi, yaitu
kematian.
Attack Rate pada individu yang rentan sekitar 90%.
*Gambar mikrograf virus varicella zoster
2.2
Diagnosis
Diagnosa ditegakkan atas dasar gambaran klinik meskipun usaha diagnosa juga dapat ditegakkan
dengan melakukan biakan virus dari vesikel dalam jangka waktu 4 hari setelah munculnya ruam
ruam kulit pada varicella didaerah punggung

Pada tes serologi IgM varicella zoster muncul pada minggu ke 2 melalui pemeriksaan ELISA
atau CFT. IgG juga meningkat dalam waktu 2 minggu setelah pemeriksaan IgM. Pemeriksaan
untuk menentukan imunitas seorang wanita adalah dengan menggunakan FAMA Fluorescent
Antibody Membrane Antigen.
2.3
Tanda dan Gejala
Pada penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan lemah. Gejalagejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa di dapatkan nyeri sendi,
sakit kepala dan pusing. Berapa hari kemudian timbullah kemerahan pada kulit yang berukuran
kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut. Gejalanya mulai timbul dalam
waktu 10-21 hari setelah terinfeksi.
Pada anak-anak yang berusia diatas 10 tahun, gejala awalnya berupa sakit kepala, demam sedang
dan rasa tidak enak badan. Gejala tersebut biasanya tidak ditemukan pada anak-anak yang lebih
muda, gejala pada dewasa biasanya lebih berat. Setelah 24-36 jam timbulnya gejala awal,
muncul bintik-bintik merah datar (makula).
Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding tipis. Ruam
kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk secara tidak sengaja. Jika
lenting ini tidak dibiarkan maka akan segera membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan
terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi). Bercak ini lamakelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan meninggalkan bekas lagi.
Proses ini memakan waktu selama 6-8jam. Selanjutnya akan terbentuk bintik-bintik dan lepuhan
yang baru.
Lain halnya jika lentingan cacar air tersebut dipecahkan. Krusta akan segera terbentuk lebih
dalam sehingga akan mongering lebih lama. Kondisi ini memudahkan infeksi bakteri terjadi pada
bekas luka garukan tadi, setelah mengering bekas cacar air tadi akan menghilangkan bekas yang
dalam. Terlebih lagi jika penderita adalah dewasa. Paada hari kelima biasanya sudah tidak
terbentuk lagi lepuhan yang baru, seluruh lepuhan akan mengering pada hari keenam dan
menghilang dalam waktu kurang dari 20 hari.
Pada bayi, misalnya bayi yang usianya belum genap satu tahun akan lebih menderita pada saat
terserang virus ini karena demamnya bisa sangat tinggi. Kulitnya pun akan bisa terinfeksi
bakteri. Mereka belum bisa mengeluarkan apa yang dirisaukannya kecuali menangis.
2.4
Penyebab Varicella
Secara morfologis identik dengan virus Herpes Simplex. Virus ini dapat berbiak dalam bahan
jaringan embrional manusia. Virus yang infektif mudah dipindahkan oleh sel-sel yang sakit.
Virus ini tidak berbiak dalam binatang laboratorium. Pada cairan dalam penderita, virus ini juga
dapat ditemukan. Antibodi yang dibentuk tubuh terhadap virus ini dapat diukur dengan tes ikatan
komplemen, presipitasi gel, netralisasi atau imunofluoresensi tidak langsung terhadap antigen
selaput yang disebabkan oleh virus.
Pada varicella neontal (karena kontak bayi dengan ibu pada saat kelahiran) angka kematian dapat
mencapai 20%. Anak-anak dengan penyakit defisiensi kekebalan tubuh, atau yang memperoleh
obat imunosupresor atau obat sitotoksik mempunyai resiko tinggi terkena varicella berat dan
kadang fatal.
Penyebab virus varicella :
Cara penularan melalui percikan ludah, kontak langsung dengan barang yang
digunakan penderita, udara.

Biasanya menyerang anak di bawah 10 tahun meskipun dapat juga menyeang


orang dewasa.
Pada anak dengan daya tahan tubuh cukup, penyakit ini bersifat ringan dan
jarang menimbulkan komplikasi, terapi pada anak dengan immunodefisiensi, maka penyakit ini
dapat menimbulkan komplikasi bahkan kematian.
Virus varicella termasuk golongan herpes virus yang disebut varicella herpes
virus (VZV).
Kontak pertama dengan virus akan menimbulkan kekebalan yang permanen
kecuali pada anak dengan immunodeficiency atau pada anak yang mendapatkan pengobatan
immunosupresif (hipostatiska).
Virus yang masuk ke dalam tubuh umumnya melalui saluran pernapasan,
kemudian masuk ke sirkulasi darah dan kelenjar getah bening dan akan brakhir dengan
manifestasi dengan kulit.
Mula-mula akan membentuk peradangan pada folikel kulit dan glandula
sebasea, kemudian membentuk makula (bentuknya hampir rata dengan sekitarnya) yang
berkembang cepat menjadi papula (bentuknya lebih menonjol) dan berubah lagi menjadi
vesikula (papula yang berisi cairan) dan akhirnya mengering menjadi krusta.
Pada pelapisan mukosa, terbentuknya makula, papula, dan vesikula tidak akan
menjadi krusta, namun biasanya vesikula akan pecah membentuk luka yang terbuka, tetapi luka
tersebut akan sembuh dengan cepat.
2.5
Patogenesis
Infeksi virus masuk bersama airborne droplet masuk ke traktus respiratorius, tidak tertutup
kemungkinan penularan juga lewat lesi kulit tapi penyebaran paling efektif melalui sistem
respirasi. Selanjutnya virus akan berkembang di dalam sistem retikuloendotelial, kemudian akan
terjadi virema disertai gejala konstitusi yang diikuti dengan munculnya lesi di permukaan virus.
Jalur transmisi varicella melalui inhalasi/droplet infection, yang dianggap mulai infeksius sejak
2hari sebelum lesi kulit muncul. Kemungkinan lain penularan terjadi melalui lesi di kulit. Lesi di
kulit dianggap tidak infeksius setelah semua menjadi krusta, dengan kemungkinan penularan
terjadi sampai 10-21 hari (rata-rata 15 hari, sejak awal muncul lesi kulit).
Tanda awal varicella mungkin mirip gejala flu, dengan malaise dan demam, diikuti munculnya
lesi kulit yang khas. Pada suatu periode waktu didapatkan lesi berupa makula, papula,
vesikel/pustula, dan krusta, dengan lokasi tersebar/tidak berkelompok.
Penyebarannya :
Biasanya mulai dar badan (dada), menyebar ke wajah dan ekstremitas.
Bentuk makula, papula vesikuladan krusta dapat terjadi pada waktu yang sama.
Bila terjadi infeksi skunder, cairan vesikula yang jernih akan berubah menjadi nanah
lymfodenopati.
2.6
Dampak Terhadap Kehamilan
5 10% wanita dewasa rentan terhadap infeksi virus varicella zoster.
Infeksi varicella akut terjadi pada 1 : 7500 kehamilan
Komplikasi maternal yang mungkin terjadi :
1. Persalinan preterm.
2. Ensepalitis

3. Pneumonia
Penatalaksanaan terdiri dari terapi simptomatik namun harus dilakukan pemeriksaan sinar x
torak untuk menyingkirkan kemungkinan pneumonia mengingat bahwa komplikasi pneumonia
terjadi pada 16% kasus dan mortalitas sampai diatas 40%.
Bila terjadi pneumonia maka perawatan harus dilakukan di rumah sakit dan diterapi dengan
antiviral oleh karena perubahan dekompensasi akan sangat cepat terjadi.
Sindroma varicella kongenital dapat terjadi. Diagnosa sindroma didasarkan atastemuan IgM
dalam darah talipusatdan gambaran klinik pada neonatus antara lain :
Hipoplasia tungkai

Parut kulit

Korioretinitis

Katarak

Atrofi kortikal

mikrosepali

PJT simetrik

Resiko terjadinya sindroma fetal adalah 2% bila ibu menderita penyakit pada kehamilan antara
13 30 minggu ; dan 0.3% bila infeksi terjadi pada kehamilan kurang dari 13 minggu. Bila
infeksi pada ibu terlihat dalam jangka waktu 3 minggu pasca persalinan maka resiko infeksi janin
pasca persalinan adalah 24% . Bila infeksi pada ibu terjadi dalam jangka waktu 5 21 hari
sebelum persalinan dan janin mengalami infeksi maka hal ini umumnya ringan dan self
limiting
Bila infeksi terjadi dalam jangka waktu 4 hari sebelum persalinan atau 2 hari pasca persalinan,
maka neonatus akan berada pada resiko tinggi menderita infeksi hebat dengan mortalitas 30%.
Imunoglobulin varicella zoster (VZIG) harus diberikan pada neonatus dalam jangka waktu 72
jam pasca persalinan dan di isolasi. Plasenta dan selaput ketuban adalah bahan yang sangat
infeksius.
Pada ibu hamil yang terpapar dan tidak jelas apakah sudah pernah terinfeksi dengan virus
varicella zoster harus segera dilakukan pemeriksaan IgG. Bila hasil pemeriksaan tidak dapat
segera diperoleh atau IgG negatif, maka diberikan VZIG dalam jangka waktu 6 minggu pasca
paparan. Imunisasi varciella tidak boleh dilakuykan pada kehamilan oleh karena vaksin terdiri
dari virus yang dilemahkan/. Pada masa kehamilan angka kejadian Herpes Zoster tidak lebih
sering terjadi dan bila terjadi maka tidak menimbulkan resiko terhadap janin. Bila serangan
Herpes Zoster sangat dekat dengan saat persalinan maka varicella dapat ditularkan secara
langsung pada janin sehingga hal ini harus dicegah.
2.7
Dampak Bagi Ibu Hamil dan Janin
Jika Anda sedang hamil, sepatutnya perlu waspada jika tiba-tiba demam tinggi disertai bintikbintik seperti lepuhan kecil pada kulit. Kemungkinan besar Anda terkena cacar air. Berarti Anda
sudah terjangkit virus varicella zooster. Jika tidak ditangani secara cepat dan tepat, penyakit ini
menandatangkan masalah. Khusus untuk ibu hamil, cacar air juga bisa menyebabkan kematian.

Ibu hamil pada masa trimeter pertama biasanya kondisinya sedang lemah. Maklum, pada saat ini
biasanya sedang mual, muntah dan sering tidak mau makan, yang menyebabkan daya tahan
tubuh menurun. Pada saat sperti inilah kemungkinan cacar air bisa menyerangnya.
Jika terjadi pada trimester kedua dan ketiga, cacar air umumnya tak menyebabkan kelainan
bawaan. Namun kemungkinan bayi lahir prematur atau menderita bintil-bintil berisi air setelah
10 hari dilahirkan. Pencegahan hanya bisa dilakukan dengan vaksinasi.
Kehamilan cenderung memperburuk perjalanan penyakit varicella. Infeksi varicella pada
kehamilan meningkatkan resiko kejadian komplikasi pneumonia. Infeksi varicella pada trimester
awal kehamilan memunculkan resiko kelainan konginital, sebesar 0,4-2%. Pada infeksi yang
terjadi pada akhir kehamilan (secara kesepakatan ditetapkan 5 hari sebelum atau sesudah
kelahiran) memunculkan resiko transmisi vertikal.
Pada ibu hamil penyakit ini dapat menular kepada janinnya lewat plasenta. Namun yang lebih
fatal apabila varicella zooster terjadi pada ibu hamil yang beberapa hari lagi melahirkan, yang
penularannya lewat darah karena bayi belum punya antibody dari ibu sehingga teridentifikasi
baru yang bisa berakibat kematian dan mengakibtkan bayi baru lahir mengalami infeksi varicella
berat.
Menurut situs CDC (Center for Disease Control and Pravention), pada ibu hamil yang tidak
imun, terutama di empat bulan pertama kehamilan, penyakit cacar dapat membuat janin berisiko
terkena kelahiran bawaan yang disebut sindroma varicella. Kondisi ini ditandai oleh adanya
kelainan bawaan bisa berupa :

Kerusakan otak : ensefalitas (radang otak), mikrosefal (perkembangan otak


terhambat, shingga otaknya menjadi kecil), hidrosefal (gangguan sirkulasi cairan otak, sehingga
otaknya menjadi besar), aplasia otak, dan lain-lain.

Kerusakan mata : Mikro-oftalmik (ukurannya kecil) katarak, korioretinitis,


gangguan saraf mata, dan lain-lain.

Gangguan saraf : Kerusakan saraf spinal (tulang belakang), gangguan saraf motorik
(penggerak) dan sensorik (perasa), hilangnya refleks, sindroma horner, dan lain-lain.

Kerusakan tubuh : kegagalan pembentukan tungkai tubuh (jari, tangan, kaki),


gangguan anus dan otot kandung kencing, dan lain-lain.

Gangguan kulit : timbul jaringan parut ( seperti luka dalam ), gangguan warna kulit,
dan lain-lain.
Ibu hamil yang terkena cacar dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ultrasound secara rinci
setidaknya pada usia kehamilan 18-20 minggu, guna melihat ada tidaknya tanda-tanda kelainan
bawaan gangguan lain. Ada kalanya diperlukan konsultasi dengan ahli genetik untuk
membicarakan risiko yang akan timbul dan keputusan apa yang sebaiknya diambil.
Jika sakit cacar terjadi pada kehamilan tua dan lebih dari lima hari sebelum melahirkan,
kemungkinan kondisi bayi akan baik-baik saja. Ini karena lima hari setelah terinfeksi virus cacar,
tubuh si ibu membangun antibodi terhadap virus dan bayi mendapatkan antibody tersebut lewat
plasenta. Apabila ibu terkena cacar 5-21 hari sebelum bayi lahir, ada kemungkinan si bayi
terkena cacar beberapa hari setelah lahir. Namun, karena sudah ada antibody, kondisinya tidak
parah.
Akan lebih membahayakan jika penyakit cacar itu dialami ibu hamil antara 5 hari sebelum
melahirkan dan 2 hari setelah melahirkan. Si kecil beresiko terpapar virus dan bisa menjadi
serius karena tidak sempat mendapat kiriman antibody dari sang ibu. Pada kasus ini, 30-40 %

beresiko mengalami varicella neonatal yang mungkin memerlukan penanganan jangka panjang,
bahkan sepanjang hidup. Keparahan ini bisa dikurangi dengan suntikan varicella zoster immune
globulin (VZIG) segera setelah lahir.
Adapun yang harus dilakukan oleh ibu hamil :
Ibu hamil harus diperiksa status imunitasnya sebelum hamil atau paling tidak pada
masa trimester pertama.
Pencegahan dengan mendapat suntikan VZIG (Varicella Zooster ImunoGlobulin)
atau obat anti virus lain jika diketahui ibu hamil kontak dengan penderita cacar air.
Jika sudah terlanjur terjangkit, ibu perlu dirawat untuk mencegah terjadinya
komplikasi.
Kalau terjangkit cacar menjelang masa persalinan sampai setelah melahirkan,
bayinya harus segera mendapat suntikan VZIG atau penanganan maksimal dari dokter yang
menangani ibu dan bayinya.
Pembeian vaksinasi kepada ivu hamil harus dilakukan dengan ekstra hati-hati agar
tidak menimbulkan dampak lain yang merugikan ibu maupun janin yang dikandung.
2.8
Pencegahan
Untuk mencegah cacar air diberikan suatu vaksin. Kepada orang yang belum pernah mengalami
komplikasi (misalnya penderita gangguan system kekebalan), bisa diberikan immunoglobulin
zoster atau immunoglobulin varicella-zoster. Vaksin varicella biasanya diberikan kepada anak
yang berusia 12-18 bulan.
Pencegahan varicella, selain dengan meningkatkan daya tahan tubuh, dapat ditempuh dengan
pemberian vaksinasi atau imunisasi immunoglobulin (IG) anti varicella. Vaksinasi diberikan
untuk mereka yang belum pernah terkena varicella. Immunoglobulin diberikan setelah tejadi
paparan (postexposure), terutama pada pasien dengan status imun rendah, bayi baru lahir (BBL),
dan ibu hamil. Bila sudah terjadi infeksi, prinsip terapi adalah suportif dan pemberian anti viral
sesuai indikasi. Anti viralterpilih adalah acyclovir, yang akan bekerja efektif bila diberikan 72
jam pertama sesudah munculnya lesi. Indikasi mutlak pemberian terapi anti viral meliputi status
imun rendah, manifestasi klinis berat, serta kehamilan trimester ke-3. Pasien dengan varicella
perlu dirawat bila keadaan umum lemah, lesi luas, atau untuk keperluan isolasi.
Adapun pemeriksaan khusus yang dilakukan pada kehamilan di setiap trimesternya ialah sebagai
berikut :
Trimester I
Selama trimester pertama (0-12 minggu) pemeriksaan dilakukan setiap 4 minggu atau setiap
bulannya.
1. Pap Smear
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya infeksi Chlamydia dan gonorea sehingga
bayi terhindar dari resiko infeksi mata, serta kanker leher rahim. Pemeriksaan dilakukan dengan
mengambil contoh lendir dari leher rahim. Dilakukan pada kunjungan pertama namun tidak perlu
dilakukan bila sebelumnya sudah melakukan pemeriksaan ini.
2. TORCH

Mengetahui apakah janin terkena 5 jenis infeksi mikroorganisme seperti, toxoplasma, rubella,
virus cytomegalovirus,dan herpes simpleks. Infeksi virus rubella pada trimester pertama bisa
menyebabkan buta,tuli, atau gagal jantung.
Trimester II
Pada trimester kedua (13-26 minggu) pemeriksaan dilakukan setiap empat minggu, baik
pemeriksaan umum kehamilan dan pemeriksaan khususnya.
1. Alpha Fetoprotein/Triple Marker
Alpha fetoprotein merupakan protein yang diproduksi oleh janin. Tes AFP biasanya mengambil
contoh darah ibu atau air ketuban. Tes AFP biasanya diikuti dengan pengecekan hormone
kehamilan estriol dan human Chorionic Gonadotropin (hCG). Pemeriksaan ini dikenal sebagai
triple marke. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui tingkat resiko janin terkena
down syndrome atau neural tube defect (cacat batang saraf). Kadar AFP yang terlalu rendah
menandakan semakin tinggi resiko down syndrome. Sebagai catatan, AFP tidak menujukan
kondisi janin, hanya menghitung resiko. Triple marker berfungsi mengetahui perlu tidaknya
perawatan insulin bagi ibu hamil penderita diabetes. Pemeriksaan biasanya dilakukan pada usia
kehamilan 16-18 minggu.
2. Amniocentesis
Tes ini dianjurkan untuk ibu hamil yang berusia lebih dari 35 tahun, ada anggota keluarga yang
mengalami kelainan genetik, atau anak yang lahir sebelumnya menderita cacat bawaan. Tujuan
tes ini untuk mendeteksi down syndrome dan kelainan kromosom, cacat structural, (spina bifida
atau anensefali). Jika dilakukan pada akhir kehamilan, hasinya bisa menggambarkan kondisi
paru-paru bayi. Yang diperiksa adalah contoh air ketuban dan tes ini dilakukan pada umur
kehamilan 16-18 minggu paling lambat pada umer 20 minggu.
3. Kardosentesis
Mengambil sampel darah dari tali pusat janin bertujuan untuk mendeteksi kelainan kromosom
lebih cepat daripada amniocentesis atau ultrasonografi. Memeriksa kemungkinan adanya anemia
pada janin.
Trimester III
Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada kehamilan beresiko tinggi. Tujuannya untuk
mengetahui reaksi janin terhadap stimulant yang diberikan. Jika dilakuakn setelah melewati
tanggal perkiraan bayi, tes ditujukan untuk memastikan bayi mendapat cukup oksigen.
Pemeriksaan ini dilakukan pada minggu 26-28 ketika detak jantung janin bisa merspon sstimulus
yang diberikan. Atau seminggu setelah melewati tanggal perkiraan lahir.
2.9
Penatalaksanaan dan manajemen kebidanan
Seperti penyakit yang disebabkan oleh virus pada umumnya, cacar air juga
memiliki vaksin yang mampu menangkalnya. Bahkan dapat menembus angka smapai 90%. Bila
sebelum usia 13 tahun anak sudah mendapatkan vaksin cacar air, ia tidak akan terkena cacar air
seumu hidupnya. Tidak ada terapi yang spesifik untuk penyakit yang satu ini. Apabila demam,
diberikan obat penurun panas. Untuk mrngurangi rasa gatal dapat diberika bedak ditambah
dengan zat antigatal. Bedak ini, selain untuk mengurangi rasa gatal, juga mencegah pecahnya
lepuhan secara cepat. Jika cacar air ini dapat timbul infeksi sekunder, maka akan dapat diberikan
antibiotika.

Untuk mengurangi rasa gatal dan mencegah pergarukan, sebaiknya kulit


dikompres dingin. Bisa juga dioleskan lotion kalamin, anthihistamin atau lainnya yang
mengandung mentol dan fenol.
Untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi bakteri, sebaiknya :
Kulit dicuci sesering mungkin dengan air dan sabun.
Menjaga kebersiahan tangan.
Kuku dipotong pendek.
Pakaian tetap kering dan bersih.
Adapun penderita varicella dapat diberikan pengobatan sebagai berikut :
1. Topical : Bedak dan antibiotika
2. Sistemik : Sedativa, antipiretik, antibiotika untuk infeksi sekunder, acyclovir. Pengobatan
varicella dibagi menjadi 2, yaitu pada penderita normal dan penderita dengan imunokompromise
atau penurunan system imun :
a) Normal
Neonatus Acylovir 500mg/m2 setiap 8 jam selama 10 hari.
Anak-anak terapi sintomatis atau Acyclovir 20mg/kgBB selama 7 hari.
Dewasa atau dengan kortikostreoid Acylovir 5x 800mg selama 7 hari.
Wanita hamil, Pnemonia Acylovir 5x 800mg selama 7 hari atau
Acylovir IV 10mg/BB setiap 8jam selama 7 hari.
b) Imunokompromise
Selain pengobatan diatas untuk menurunkan demam, sebaiknya digunakan Asetamofen,
jangan Aspirin. Obat anti-virus boleh diberikn kepada anak yang berusia lebih dari 2 tahun.
Asiklovir biasanya diberikan kepada remaja, karena pada remaja penyakit ini lebih berat.
Asikloir bisa mengurangi beratnya penyakit jika diberikan dalam waktunya 24 jam setelah
munculnya ruam yang pertamanya. Obat anti-virus lainnya adalah Vidarabin.
Setelah masa penyembuhan varicella, dapat dilanjutkan dengan perawatan bekas luka
yang ditimbulkan dengan banyak mengkonsumsi air mineral untuk menetralisir ginjal setelah
mengkonsumsi obat. Konsumsi vitamin C placebo ataupun yang langsung dari buah-buahan
segar seperti juice jambu biji, juice tomat atau anggur. Vitamin E untuk kelembaban kulit bisa
didapat dari placebo, minuman dari lidah buaya, ataupun runput laut. Penggunaan lotion yang
mengandung pelembab ekstra saat luka sudah benar-benar sembuh diperlukan untuk
menghindari iritasi lebih lanjut.
Selain pengobatan di atas dapat dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui hasil
pemeriksaan, seperti :
Labolatorium
Pemeriksaan labolatorium tidak dibutuhkan untuk diagnosis karena varicella dapat terlihat
dari gejala klinis. Kabanyakan pada anak-anak dengan varicella terjadi leukopeni pada 3 hari
pertama, kemudian diikuti dengan leukositosis. Leukositosis mengindikasikan adanya infeksi
bakteri sekundre, tetapi tidak selalu. Kebanyakan pada anak-anak dengan infeksi bakteri
sekunder terjadi leukositosis.

Pemeriksaan serologi
Digunakan untuk mengkonfirmasi infeksi yang lalu untuk menentukan status kerentanan
pasien. Hal ini berguna untuk menentukan terapi pencegahan pada dewasa yang terekspos

dengan varicella. Identifikasi virus varicella zoster secara cepat diindikasikan pada kasus yang
parah atau penyakit belum jelas yang membutuhkan pengobatan antiviral dengan cepat. Metode
yang paling spesifik yang digunakan adalah Indirect Fuorescent Antibody (IFA), Fluorecent
Antibody to Membrane Antigen (FAMA), Neutralization Test(NT), dan Radioimmunoassay
(RIA). Tes serologis tidak diperlukan pada anak, karena infeksi pertama memberikan imunitas
yang pasti pada anak.
Radiologi
Foto Toraks : Anak-anak dengan suhu yang tinggi dan gangguan respirasi seharusnya
dilakukan foto toraks untuk mengkonfirmasi atau menyingkirkan adanya pneumonia.
Varney juga menjelaskan mengenai evaluasi yang harus dilakukan pada wanita
yang dicurigai mengidap varisela yang dituangkan dalam bentuk tabel penatalaksanaan dibawah
ini.

Penatalaksanaan Wanita Hamil dengan Varisela Berdasarkan Pajanan pada Pasien


atau Jalur Penularan
Jalur Pajanan/ Penularan
Penatalaksanaan Perawatan
Anggota keluarga yang terpajan
1. Kaji riwayat pajanan varisela pada anggota
varisela (missal: anak yang dititipkan keluarga
di tempat penitipan anak)
2. Lakukan tes serologi untuk memeriksa
kekebalan wanita terhadap varisela
3. Sarankan untuk menghindari kontak langsung
dengan anggota keluarga yang terinfeksi sampai
masa inkubasi berakhir tanpa ada tanda-tanda
infeksi.
Pajanan langsung varisela (anak yang 1. Lakukan tes serologi untuk mengetahui
terinfeksi varisela)
kekebalan tubuh terhadap varisela
2. Berikan VZIG dalam 96 jam sejak wanita
terpajan, jika kekebalan wanita tersebut terhadap
varisela negatif atau tidak diketahui.
Infeksi varisela pada ibu dalam 20
1. Beri antipiretik dan analgesik ringan untuk
minggu pertama kehamilannya
mengurangi gejala
2. Apabila wanita tersebut sedang menderita
penyakit yang parah dan tiba-tiba disertai panas
tinggi, ruam yang menyebar luas, dan atau gejala
penyakit paru, segera rujuk dokter untuk mendapat
obat asiklovir IV
3. Konsul ke dokter untuk pemeriksaan
ultrasonografi dan kemungkinan pengambilan
sampel darah janin (mengidentifikasi infeksi pada
janin)
Infeksi varisela pada ibu hamil setelah 1. Beri antipiretik dan analgesik ringan untuk
20 minggu tetapi tidak lebih dari
mengurangi gejala
sepuluh hari persalinan
2. Apabila wanita tersebut sedang menderita
penyakit yang parah dan tiba-tiba disertai panas
tinggi, ruam yang menyebar luas, dan atau gejala
penyakit paru, segera rujuk dokter untuk mendapat
obat asiklovir IV
3. Janin akan mendapat kekebalan pasif dari ibu
Varisela pada ibu dimulai dalam masa 1. Beri VZIG kepada ibu
enam hari sebelum melahirkan
2. Siapkan sebagai antisipasi tindakan tokolisis
3. Beri VZIG kepada bayi pada saat lahir
4. Kemungkinan bayi perlu diisolasi dari ibunya,
kendati tidak ada ruam pada tubuh ibu
5. Kemungkinan pemberian ASI dengan
menggunakan pompa untuk meminimalkan kontak
bayi dengan lesi pada ibu
Varisela pada ibu dimulai dalam 72
1. Obati bayi baru lahir denga VZIG
jam pertama pascapartum
2. Obati ibu dengan VZIG, jika tidak ada ruam
(mengurangi risiko infeksi serius)
3. Isolasi bayi dan ibu secara bersamaan
4. Pemberian ASI dilakukan dengan pompa untuk
meminimalkan kontak bayi dengan lesi pada ibu
Pajanan varisela pada ibu/bayi setelah 1. Pastikan status serologi ibu (ibu yang memiliki
72 jam pertama pascapartum
kekebalan akan memberi antibodi kepada bayinya)
2. Obati bayi dari ibu yang tidak memiliki
kekebalan terhadap varisela dengan VZIG atau beri
tahu tenaga kesehatan yang menangani bayi
3. Hindari kontak ibu/bayi dengan individu yan
terinfeksi varisela

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1
Kesimpulan
Seorang ibu hamil harus merawat kehamilannya sejak dini dengan memeriksakan diri secara
teratur ke dokter dan atau tenaga medis yang berkompeten, menjaga kebersihan dan
mengkonsumsi makanan yang bergizi. Karena gizi ibu hamil, kebersihan dan pemeriksaan teratur
(Ante natal care) mempunyai peranan penting tidak saja agar proses kelahiran mudah, tetapi
yang lebih penting lagi adalah bayi yang dilahirkan dalam kondisi sehat.
Kondisi kehamilan dapat terpengaruh beberapa keadaaan, antara lain adalah penyakit infeksi.
Beberapa penyakit infeksi yang didapat, terutama pada kehamilan dini bisa menyebabkan
terjadinya keguguran dan dampak yang serius pada janin, sehingga dapat menimbulkan kelainankelainan dan cacat pada bayi yang dilahirkan.
Penyakit Varicella Cytomegalovirus, Herpes simplex virus pada kehamilan menunjukkan
prevalensi yang cukup tinggi, berkisar antara 5,5-8,4 %. sehingga sulit kiranya dipisahkan antara
penyebab penyebab penyakit beberapa jenis virus tersebut.
Selain dapat menyebabkan komplikasi yang bermacam-macam pada janin, infeksi TORCH
merupakan salah satu faktor penyebab infertilitas pada wanita. Dari kajian klinis menyatakan
bahwa prevalensi infeksi toxoplasma pada infertilitas mempunyai rentan berkisar antara 7-18%,
dan secara umum infeksi ini bertambah dengan makin bertambahnya umur penderita.
3.2
Saran
1. Bagi Ibu ibu yang hamil hendaknya memeriksakan dirinya secara rutin mnimal 4 kali selama
kehamilan agar bisa dideteksi secara dini bila ada kelainan pada janinnya.
2. Bagi petugas kesehatan agar senantiasa meningkatkan Pengetahuan dan keterampilannya
untuk menurunkan angka mortalitas dan morbilitas Ibu dan anak.
3. Bagi teman teman agar belajar yang rajin agar kelak bisa menangani pasien dengan
profesional

DAFTAR PUSTAKA
Adhi Djuanda (1993). Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, Edisi Kedua, FK Universitas Indonesia,
Jakarta, 1993.
Doengoes,
Marilynn.
E,.(1999).
Rencana
Asuhan
Keperawatan Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC : Jakarta.
Tarwoto dan Wartonah. (2000). Kebutuhan Dsar Mnusia dan Proses Keperawatan. Salemba
Medika : Jakarta
Nugraheny,Esti.2010.Asuhan Kebidanan Pathologi.Yogyakarta: Pustaka Rihama

Vous aimerez peut-être aussi