Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Volume pernapasan
1. Volume tidal (Tidal Volume = TV)
Volume udara pada waktu inspirasi atau ekspirasi
normal, dan volumenya kira-kira 500 ml.
2. Volume cadangan inspirasi (inspiratory reserve
volume = IRV)
Volume ekstra udara yang masih dapat dihirup setelah
inspirasi normal sebagai volume udara tambahan
terhadap volume volume tidal, dan biasanya volume
udara itu kira-kira 3000ml.
3. Volume cadangan ekspirasi (expiratory reseve
volume = ERV)
Jumlah udara yang masih dapat dikeluarkan dengan
berekspirasi sekuat-kuatnya (maksimum) pada saat
akhir ekspirasi normal, biasanya volume ini kira-kira
1100 ml.
Kapasitas paru
1. Inspiratory capacity/IC = volume tidal (TV) + volume
cadangan inspirasi (IRV). Ini adalah sejulah udara (kira-kira
3500 ml) yang berarti seseorang bernafas mulai dengan
tingkat ekspirasi normal dan memperbesar paru-parunya
hingga maksimum.
2. Functional residual capacity/FRC = volume cadangan
ekspirasi (ERV) + volume residu (RV). Ini adalah sejumlah
udara yang tinggal dalam paru-paru pada akhir ekspirasi
normal (kira-kira 2300 ml).
3. Vital capacity/VC = volume cadangan inspirasi (IRV) +
volume tidal (TV) + volume cadangan ekspirasi (ERV). Ini
adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan
dari paru-paru setelah ekspirasi dan dilanjutkan dengan
ekspirasi maksimum.
Definisi asma
Asma merupakan penyakit heterogen
yang biasanya ditandai dengan
peradangan saluran napas kronis. Gejala
pernapasannya seperti mengi, sesak
napas, sesak dada dan batuk yang
intensitasnya bervariasi dari waktu ke
waktu, bersama-sama dengan variabel
keterbatasan aliran udara ekspirasi.
Pemicu Asma
Faktor
pemicu
Bronkiolus
menyempit
Hipersekresi
mukus
Bronkokontr
iksi
Sesak
Asthma Phenotypes
Penyebab asthma yang bisa
dilihat dari demografik, klinis
dan patofisiologi
Asthma Phenotypes
Allergic asthma
Non allergic asthma
Late onset asthma
Asthma with fixed airflow limitation
Asthma with obesity
Allergic Asthma
Disebabkan oleh alergi, seperti:
eksim, allergic rhinitis, atau alergi
makanan/obat-obatan.
Biasa dialami sejak usia dini.
Eosinofil yang berperan.
Terapi menggunakan ICS.
Diagnosis Asma
Adalah berdasarkan gejala yang
bersifat episodik, pemeriksaan fisinya
dijumpai nafas menjadi cepat dan
dangkal dan terdengar bunyi mengi
(pasien sudah lelah untuk bernafas)
dan yang paling penting adalah
pemeriksaan fungsi paru, yang dapat
diperiksa dengan spirometri atau peak
expiratory flow meter.
Spirometri
Dapat digunakan untuk mengukur kapasitas vital paksa dan
volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1)
Pemeriksaan ini tergantung kemampuan pasien sehingga
diperlukan instruksi operator yang jelas dan kooperasi pasien
Untuk mendapatkan nilai yang akurat, diambil dari nilai
tertinggi 2-3 nilai yang diperiksa
Sumbatan jalan nafas diketahui dari nilai VEP<80% nilai
prediksi atau rasio VEP1/KVP<75%
Spirometri juga dapat digunakan untuk mengetahui
reversibiliti asma, yaitu adanya perbaikan VEP1>15% secara
spontan atau setelah inhalasi bronkodilator, bronkodilator
oral 10-14 hari atau pemberian kortikosteroid (inhalasi/oral)
2 minggu
Cont
The following features decrease the probability
that respiratory symptoms are due to asthma:
1. Isolated cough with no other respiratory
symptoms
2. Chronic production of sputum
3. Shortness of breath assiciated with dizziness,
light-headedness or peripheral tingling
(paresthesia)
4. Chest pain
5. Exercise induced dyspnea with noisy inspiration
Cont,
Cont,
Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan dibagi 2 yaitu:
a. Yang mempengaruhi individu
dengan kecenderungan/ predisposisi
asma untuk berkembang menjadi
asma
b. Dapat menyebabkan eksaserbasi
dan/atau gejala asma menetap
Tujuan
Penatalaksanaan Asma
1. Mengendalikan
dan
menghilangkan
gejala asma
2. Meminimalkan resiko jangka panjang
terhadap eksaserbasi
3. Mencegah terjadinya keterbatasan aliran
udara (airflow limitation)
4. Menjaga aktivitas normal
5. Meminimalkan resiko efek samping obat
Penting pula dalam menggali tujuan pasien
terhadap pengobatan asma
Assessment
1.Kontrol gejala dan risiko yang akan
datang
- Kontrol gejala selama 4 minggu
terakhir
- Identifikasi faktor risiko terjadinya
eksaserbasi, fixed airflow limitation
dan efek samping
- Perhatikan fungsi paru pada
diagnosis atau awal pemberian
terapi, 3-6 bulan setelah diberikan
Assess comorbidities
Rhinitis, rhinosinusitis,
gastroesophageal reflux, obstructive
sleep apnea, depressi dan cemas
dapat berperan dalam gejala dan
qualitas hidup yang tidak baik dan
terkadang dapat menimbulkan asma
yang tidak terkontrol
Bronkodilat
or
Agonis-2
selektif
Antagonis
muskarinik
metilxanthin
Antiinflamas
i
Kortikosteroi
d
Antagonis
leukotrient
Stabilisator
mastosit
Agonis
adrenergik -2
Metilxanthin
Stabilisator
Membran
mastosit
Antimuskarinik
Kortikosteroid
Antagonis
leukotrien
Agonis
adrenergik -2
Metilxanthin
Stabilisator
Membran
mastosit
Antimuskarinik
Kortikosteroid
Antagonis
leukotrien
COPD
Patologi PPOK
Perubahan karakteristik patologis PPOK
ditemukan pada saluran pernapasan,
parenkim paru-paru, dan pembuluh
darah paru.
Perubahan patologis ini termasuk
peradangan kronis, dengan peningkatan
jumlah sel inflamasi di berbagai bagian
paru-paru, dan perubahan struktural
saluran pernapasan.
Patogenesis PPOK
Stres oksidatif
stres
Protease-Antiprotease Imbalance
Sel-sel inflamasi
Mediator-mediator inflamasi
Faktor Genetik
Usia dan Jenis Kelamin
Pertumbuhan dan Perkembangan Paru
Paparan partikel
Status sosioekonomi
Asma/hiperreaktivitas bronkial
Bronkitis kronik
Infeksi
(Gold, 2014)
Diagnosis PPOK
Dypsnea yang bersifat progresif (semakin
memburuk), bertambah buruk saat olahraga,
persistent.
Batuk kronis: intermittent dan mungkin
unproductive.
Produksi sputum kronis.
Riwayat keluarga PPOK
Riwayat paparan faktor resiko:
Asap rokok
Asap kendaraan atau asap masakan
Paparan debu dan zat kimia
TINGKAT KEPARAHAN
KETERBATASAN ALIRAN
PERNAPASAN PADA COPD
TUJUAN
TERAPI
COPD
Smokin
g
Cessati
on
Terapi
Farmakol
ogi
Terapi
NonFarmakol
ogi
meningkatkan
pantangan merokok
dalam jangka panjang
untuk mengurangi
gejala, mengurangi
frekuensi dan
keparahan,
memperbaiki status
kesehatan
mengurangi gejala,
memperbaiki kualitas
hidup, meningkatkan
fisik dan emosi dalam
aktivitas sehari-hari
Pengobatan Eksaserbasi
COPD
Tujuan pengobatan eksaserbasi COPD
adalah
meminimalkan
dampak
eksaserbasi
dan
mencegah
perkembangan
eksaserbasi
selanjutnya
Pencegahan Eksaserbasi
COPD
Eksaserbasi COPD dapat di cegah dengan
Smoking Cessation, vaksin influenza dan
pneumococcal, pengetahuan pengobatan
sekarang dan cara penggunaan inhaler,
dan pengobatan dengan long-acting
bronchodilators dengan atau tanpa
kortikosteroid
Pasien harus didorong untuk menjaga
aktivitas fisik, kecemasan, dan depresi
Kategori pasien
Pemilihan bronkodilator
Untuk Beta2 agonis dan
antikolonergik, long acting lebih
direkomendasikan
Berdasarkan efikasi dan efek
samping, bronkodilator inhalasi lebih
direkomendasikan
Kortikosteroid dan
phosphodiesterase-4 inhibitor
Penggunaan jangka panjang dengan inhaled
corticosteroid direkomendasikan untuk
pasien dengan tingkat PPOK severe dan
very severe dan frekuensi eksaserbasi
yang tidak dapat terkontrol dengan
menggunakan long-acting broncodilator.
Pada penggunaan jangka panjang, Yang lebih
efektif adalah kombinasi inhaled
corticosteroid dengan long-acting beta2
agonis.
Monitoring
Apakah ada perubahan pada pasien
selama menggunakan terapi?
Apakah sesak nafas berkurang?
Apakah dapat melakukan aktifitas
lebih baik?
Apakah mampu tidur dengan
nyenyak?
Pharmacotherapies
Nicotine Replacement Product
Nicotin gum
Nasal Spray
Inhaler
Transdermal Patch
Sublingual Tablet
Lozenges
Verinicline, Bupropion, Nortryptiline