Vous êtes sur la page 1sur 14

REFERAT

APRIL 2015

GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU AKIBAT INTOKSIKASI


DAN PUTUS ZAT

Nama

: Irham

No. Stambuk

: N 111 14 050

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
2015

LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Pendidikan
Agama
Status Perkawinan
Tanggal Pemeriksaan

: Tn. A
: 26 Tahun
: Laki-laki
: Swasta
: SD
: Islam
: Menikah
: 24 Maret 2015

I. DESKRIPSI KASUS
Anamnesis
a. Keluhan Utama
: Sedih
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien laki-laki umur 26 tahun datang ke RS Madani. Pasien datang
dengan keluhan sedih. Keluhan ini dirasakan kurang lebih sejak 2 bulan
terakhir. Perasaan sedih dirasakan semenjak tidak bertemu dengan istrinya
yang sekarang berada di rumah orang tuanya di daerah sulawesi selatan.
Pasien mengaku selalu bersedih setiap hari karena memikirkan kondisi
istrinya. Pasien pernah menikah pada tahun 2010 dan telah dikaruniai seorang
anak, namun memustuskan bercerai pada tahun 2013 karena pasien merasa
sudah tidak ada lagi kecocokan dan mengaku sering cekcok dengan istri
pertamanya tersebut. Semenjak bercerai tersebut pasien sudah merasakan
sedih dan selalu memikirkan anaknya. Pada akhirnya pasien memustuskan
untuk menikah kembali pada tahun 2014 dan belum dikaruniai seorang anak.
Pasien mengaku tidak ada pertengkaran dengan istri keduanya tersebut,
namun sejak 2 bulan terakhir sudah tidak lagi bertemu istrinya tersebut
dikarenakan telah kembali bersama orang tuanya. Istri pasien selalu
menjanjikan akan segera pulang kerumah pasien namun hingga sekarang
keinginan pasien tidak kunjung terkabulkan. Pasien juga mengeluhkan pola

tidurnya terganggu dan biasanya tidur larut malam. Saat terbangun pasien
merasa gelisah, sering merasa kurang bergairah. Saat ini pasien lebih sering
murung, bersedih dan mengeluhkan banyak pikiran, nafsu makan normal.
Pasien juga sering tertawa-tertawa sendiri pada saat sedang menyendiri di
teras rumahnya, serta pasien juga tidak mempunyai semangat untuk pergi
bekerja dan merasa kurang konsentrasi. Pasien juga mengaku sering
mendengar suatu bisikan-bisikan namun tidak terperinci.
c. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit sebelumnya.
Riwayat Gangguan Psikiatrik
Pasien tidak mempunyai riwayat psikiatrik sebelumnya.
Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien adalah seorang perokok aktif, dan menurut pengakuan salah
satu kerabat pasien bahwa pola merokok pasien tidak pada normalnya.
d. Riwayat Hidup
Prenatal
Pasien lahir dengan cara normal.
Masa Kanak-Kanak
Pasien mengungkapkan bahwa pasien merupakan anak ke-1 dari 4
bersaudara. Pasien juga mudah bergaul dengan teman sebayanya.
Masa Remaja
Pada masa remaja pasien mengungkapkan bahwa pasien mengatakan
bahwa pasien tidak pernah berkelahi dengan teman sebayanya.

Masa Dewasa

Pasien telah menikah pada tahun 2010 dan mempunyai seorang anak
namun bercerai pada tahun 2013, dan memutuskan untuk menikah kembali
pada tahun 2014. Pasien mengatakan bahwa perceraiannya dikarenakan tidak
cocok lagi dengan istri pertamanya.
Situasi sekarang
Saat ini pasien mengaku keluhan pasien yaitu sedih dan sering
memikirkan istri keduanya tidak lagi serumah dengan pasien. Pola tidur
pasien terganggu dan pada saat terbangun pasien merasa gelisah, sering
merasa kurang bergairah. Saat ini pasien lebih sering murung, bersedih dan
mengeluhkan banyak pikiran, nafsu makan normal. Pasien juga sering
tertawa-tertawa sendiri pada saat sedang menyendiri di teras rumahnya, serta
pasien juga tidak mempunyai semangat untuk pergi bekerja dan merasa
kurang konsentrasi. Pasien juga mengaku sering mendengar suatu bisikanbisikan namun tidak terperinci.
II.

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


a. Deskripsi Umum
-

Penampilan: Seorang laki-laki datang mengenakan baju kaos biru putih,


celana panjang berwarna hitam, rambut dan penampilan rapi.

Kesadaran: sadar penuh

Perilaku dan aktivitas psikomotor: Normal

Pembicaraan: lancar

Sikap terhadap pemeriksa: kooperatif

b. Keadaan Afektif
- Mood: Hipotimia
- Afek: Appropriate
- Empati: Dapat diraba rasakan
c. Fungsi Intelektual

- Daya ingat jangka panjang baik, menengah dan pendek baik


- Orientasi waktu, tempat, dan orang baik
- Konsentrasi dan perhatian baik
- Pikiran abstrak baik
- Kemampuan menolong diri sendiri baik
d. Persepsi
- Halusinasi Auditorik(+)
- Ilusi (-)
- Depersonalisasi (-)
- Derealisasi (-)
e. Proses Pikiran
-

Arus pikir:

Produktivitas

: baik

Kontinuitas

: Relevan

Hendaya Berbahasa : Tidak ada

Isi pikir:
-Preokupasi
: Ingin bertemu istri
-Gangguan Isi Pikir : Tidak ada

f. Pengendalian Impuls: baik selama wawancara


g. Daya Nilai
- Norma sosial: baik
- Uji daya nilai: baik
- Penilaian realitas : baik
h. Tilikan
- Tilikan 6 (menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai
-

motivasiuntuk mencapai perbaikan).


Taraf dapat dipercaya: dapat dipercaya
-

PEMERIKSAAN FISIK

Internikus
Nadi
Tekanan Darah

: 71x/menit
: 120/90 mmHg

Neurologis
Kesadaran Composmentis dengan GCS E4 V5 M6 = 15, fungsi motorik
keempat ekstremitas dalam batas normal.
III.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada pemeriksaan penunjang
IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien dibawa ke rumah sakit karena keluhan sedih. Kondisi ini sudah
berlangsung sejak tahun 2013 namun memberat sejak 2 bulan terakir.
Kehilangan minat melakukan pekerjaan dan sulit berkonsentrasi
Dalam 2 bulan terakhir ada perubahan pada diri pasien. dimana pasien menjadi
murung dan menyendiri, tertawa sendiri tanpa sebab. Selain itu, ada halusinasi
auditorik.
Tidak ada kebahagiaan yang terlihat sejak 2 bulan ini.
Pasien bicara sangat lambat dan pelan serta singkat tetapi menjawab pertanyaan

yang diajukan pemeriksa.


Sikap terhadap pemeriksa menerima untuk ditanya tetapi tidak terbuka
Mood hipotimia
Afek appropriate
Empati dapat dirabarasakan
Daya konsentrasi kurang
Daya ingat baik
Tilikan (Insight) pada derajat 6 menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya

disertai motivasiuntuk mencapai perbaikan


Taraf dapat dipercaya = dapat dipercaya
EVALUASI MULTIAXIAL:
Axis I

:
Merujuk pada kriteria diagnostif dari PPDGJ III, pasien dalam kasus

ini dapat didiagnosa sebagai F32.3 Episode depresif berat dengan gejala
psikotik dimana kriteria diagnosa:
a. Semua 3 gejala utama depresi harus ada
6

b. Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lain dan beberapa


diantaranya harus bermanifestasi berat
c. Bila ada gejala penting yang mencolok, maka pasien mungkin tidak
mau atau tidak mampu untuk melapotkan banyak gejalanya secara
rinci
d. Episode depresif biasanya berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu
akan tetapi bila gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka
dibenarkan untuk menegakkan kurang dari 2 minggu
e. Sangat tidak mungkin pasien mampu meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat
terbatas.
f. Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif.
Axis II : Tidak ada diagnosis aksis II
Axis III : Tidak ada diagnosis axis III
Axis IV : mempunyai masalah dengan primary support group (keluarga).
Axis V : GAF Scale 70-61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas
ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.
V. DAFTAR PROBLEM:

Organobiologik : Gangguan neurotransmitter

Psikologik

: Pasien sering merasa sedih apabila mengingat istrinya.

Sosial

: Tidak ada

VI. PROGNOSIS
Dubia et bonam

Faktor pendukung : Dukungan dari keluarga untuk sembuh sangan baik dan
mendapat kasih sayang yang cukup oleh keluarga, usia muda.
Faktor penghambat : onset perjalanan penyakit telah 1 tahun lebih, terdapat
halusinasi.
VII. PENATALAKSANAAN
a. Farmakoterapi
Penanganan medika mentosa untuk depresi adalah dengan menggunakan obatobat antidepresan dengan 5 golongan :
1. Trisiklik, contohnya amitriptilin, imipramin
2. Tetrasiklik, contohnya maprotilin (sandepril)
3. MAOI reversibel, contohnya meclobemide
4. SSRI, contohnya setraline, fluoxetine
5. SNRI, contohnya duloxetin
6. Obat antipsikotik atipikal, contohnya clozapin, olanzapin, dan
risperidon.
b. Psikoterapi
Merupakan pilihan utama dalam pengobatan depresi. Psikoterapi berorientasitilikan, terapi kognitif, terapi interpersonal, dan terapi perilaku.
VIII. FOLLOW UP
Tidak dilakukan follow up.
X. PEMBAHASAN TINJAUAN PUSTAKA
a. Definisi
Depresi adalah suatu gangguan keadaan tonus perasaan yang secara
umum ditandai oleh rasa kesedihan, apati, pesimisme, dan kesepian.
Keadaan ini sering disebutkan dengan istilah kesedihan, murung, dan
kesengsaraan. Depresi terkadang bersifat familial, dan berhubungan
dengan morbiditas dan mortalitas karena penyalah gunaan zat kimia atau

keinginan bunuh diri.


b. Etiologi
Penyebab depresi tidak hanya satu, tetapi multifaktorial. Sebagian
besar penyebabnya mungkin muncul dari orang itu sendiri. Karena tidak
jelas pada anatomi, biokimia, atau fisiologi untuk menjelaskan depersi,
maka investigator setuju depresi merupakan sindrom psikobiologikal
komplek yang dapat didiagnosis hanya pada gejala.
- Faktor Genetik
Genetik merupakan indikasi kuat dan signifikan yang terlibat pada
perkembangan gangguan suasana hati, tapi pola warisan genetik komplek.
Faktor yang bukan genetik juga berperan dalan perkembangan gangguan
suasana hati. Pada penelitian, genetik sebagai indikasi terjadi depresi
menunjukan pengaruh dari multiple gene dengan lingkungan atau faktor
yang lain.
- Faktor Biologikal
Banyak faktor biologikal diidentifikasi pada depresi. Meskipun faktor
ini mendasari depresi mayor, tapi tidak perlu sebagai penyebab. Beberapa
faktor endokrin: peningkatan kortisol, ketidakmampuan untuk menekan
produksi kortisol endogenus setelah menerima dexamethasone (DST)
eksogenus; respon thyroid-stimulating hormone terhadap thyroglobulinreleasing factor (TRF) kurang baik; dan peningkatan respon hormon
pertumbuhan untuk prolaktin. Level norepinephrine (NE) dan serotonin
(5- hydroxytryptamine: 5-HT) pada sistem saraf pusat mungkin berubah,
tapi lebih seperti, fungsi reseptor NE atau 5-HT atau jumlahnya
dipenagruhi oleh depresi. Platelet imipramine dan platelet paroxetine
binding telah diidentifikasi sebagai marker aktifitas serotonin pusat.
Depresi juga mengganggu fisiologi tidur, dengan induksi rapid
eye movement (REM) tidur dan secara keseluruhan peningkatan
kepadatan REM.1 Pada gambaran otak dengan menggunakan
magnetic resonance imaging (MRI) menunjukan perbedaan pada orang
9

depresi dengan orang tanpa depresi.


Bagian otak yang bertanggung jawab untuk mengatur suasana
hati, pikiran, tidur, nafsu makan, tingkah laku memperlihatkan fungsi
yang abnormal. Neurotransmitter sel otak yang digunakan untuk
komunikasi terlihat tidak seimbang. Tapi gambaran ini tidak
menunjukan kenapa depresi bisa terjadi.
Terdapat juga hipotesis tentang depresi yang berhubungan
dengan perubahan dalam keseimbangan acetylcholine-adenergic dan
karekterisasi oleh relative cholinergic dominance. Fungsi dopamine
menurun dalam beberapa kasus depresi dan meningkat pada kasus
mania.
Pada penelitian subtype baru dari reseptor dopamine dan
peningkatan pengertian regulasi presynaptic dan postsynaptic dari
fungsi dopamine menunjukan bahwa terdapat hubungan antara
dopamine dan gangguan suasana hati
- Faktor Sosial dan Psikologikal
Psikososial stessor, khususnya rasa kehilangan, terkadang
menjadi pemicu depresi. Kehilangan orang tua atau pasangan, putus
hubungan, dan kehilangan kepercayaan diri, seperti berhenti dari
pekerjaan. Beberapa klinisi percaya peristiwa dalam kehidupan
berperan pada terjadinya depresi, tetapi yang lain mengatakan
peristiwa dalam kehidupan perannya terbatas dalam terjadinya depresi.
Orang dengan beberapa gangguan kepribadian seperti,
obsessive-compulsive, histeris, dan yang ada pada garis batasnya,
mungkin memiliki resiko yang lebih tinggi untuk terkena depresi dari
pada orang dengan kepribadian antisosial atau paranoid.
Pada pengertian psikodinamik depersi dijelaskan oleh Sigmund
Freud dan dikembangkan oleh Karl Abraham yang diklasifikasikan
dalam 4 teori: (1) gangguan pada hubungan bayi dan ibu selama fase
oral (10-18 bulan awal kehidupan) sehinga bisa terjadi depresi; (2)

10

depresi dapat dihubungkan dengan kehilangan objek secara nyata atau


imajinasi; (3) Introjeksi dari kehilangan objek adalah mekanisme
pertahanan dari stress yang berhubungan dengan kehilangan objek
tersebut (4) karena kehilangan objek berkenaan dengan campuran
cinta dan benci, perasaan marah berlangsung didalam hati.
c. Kriteria Diagnostik
- Episode Depresif
Gejala utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat)
1. Kehilangan minat dan kegembiraan
2. Afek depresif
3. Berkurang energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa
lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan aktivitas menurun.
Gejala lainnya :
1. Konsentrasi dan perhatian kurang
2. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
3. Nafsu makan berkurang
4. Gangguan tidur
5. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
6 Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
7. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut
diperlukan masa sekurang- kurangnya dua minggu untuk penegakan
diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala
luar biasa beratnya dan berlangsung cepat. Kategori diagnosis episode
depresif ringan , sedang, dan berat hanya digunakan untuk episode depresi
tunggal (yang pertama). Episode depresif berikutnya harus diklasifikasi
pada salah satu diagnosis gangguan depresi berulang
Episode Depresi Berat tanpa gejala Psikotik
Menurut PPDGJ III, diagnosis Episode depresif berat dengan
gejala psikotik (F32.3) memiliki kriteria:

Semua 3 gejala utama depresi harus ada

Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lain dan beberapa

11

diantaranya harus bermanifestasi berat

Bila ada gejala penting yang mencolok, maka pasien mungkin tidak
mau atau tidak mampu untuk melapotkan banyak gejalanya secara
rinci

Episode depresif biasanya berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu


akan tetapi bila gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka
dibenarkan untuk menegakkan kurang dari 2 minggu

Sangat tidak mungkin pasien mampu meneruskan kegiatan sosial,


pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat
terbatasi

Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif.

d. Diagnosis Banding
- Gangguan campuran anxietas dan depresi
- Gangguan depresi ringan dengan gejala somatik
e. Penatalaksanaan
Psikoterapi adalah pilihan utama dalam pengobatan depresi.
Psikoterapi berorientasi-tilikan, terapi kognitif, terapi interpersonal, dan
terapi perilaku. Selain itu pengobatan dengan psikofarmako dengan
mengutamakan

antidepresan,

terutama

yang

mengandung

agen

serotonergik seperti sertraline (zoloft 50 mg/hari).


Obat- obat yang bisa digunakan dalam pengobatan depresi:
-Antidepresan

trisiklik,

contohnya

amytriptiline,

imipramine.

-Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), contohnya fluoxetine,


sertraline
-Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs), contohnya meclobemide,
tranylcypromine.
-Obat atipikal lainnya, contohnya trazodone, dan bupropion.
Pengobatan antidepresan harus dipertahankan sekurang-kurangnya
selama enam bulan atau lama episode sebelumnya. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa terapi profilaksis dengan antidepresan adalah efektif

12

dalam menurunkan jumlah dan keparahan rekurensi.


Pengobatan lainnya adalah dengan ECT biasanya digunakan jika (1)
pasien tidak responsif terhadap farmakoterapi, (2) pasien tidak dapat
mentoleransi farmakoterapi, atau (3) situasi klinis adalah sangat parah
sehingga dibutuhkan perbaikan cepat yang terlihat pada ECT. Walaupun
pengobatan ECT adalah terbatas pada ketiga situasi tersebut, cara ini
adalah pengobatan antidepresan yang efektif dan cepat dipertimbangkan
pada pasien lanjut usia yang mengalami depresi.

DAFTAR PUSTAKA
Hawari, Dadang. 2006. Manajemen Stress, Cemas, Dan Depresi. Jakarta: Gaya Baru
Kaplan & Sadock. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed.2. EGC. Jakarta.
Maslim R, 2013, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III, Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, Jakarta.
Maslim, R, 2001, Panduan Praktis Penggunaan Obat Psikotropika, edisi II, Jakarta.
13

Utama H (ed),2013, Buku Ajar Psikiatri Edisi Kedua. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

14

Vous aimerez peut-être aussi