Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
cara membuat :
susu bubuk dicampur gula dan minyak / margarine cair, kemudian diberi air
panas sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai tercampur. Kemudian
disaring. Minuman ini bisa langsung diminum. Atau supaya lebih tahan lama
dapat di-tim dahulu selama 15 menit, baru diminum (* dalam 100cc Modisco
mengandung 130 kalori, 3 gr protein, dan 7,5 gr lemak).
Modisco dapat dihidangkan sebagai minuman sehari-hari, campuran es krim,
dicampur dengan bubur kacang hijau atau kolak pisang, sebagai campuran
puding agar-agar atau roti, dan sebagainya. Namun, tidak semua orang
dapat mengkonsumsi MODISCO, Modisco tidak dapat diberikan pada
anak bila gemuk, dan penyakit ginjal, hati (kuning), jantung tanpa atau
dengan konsultasi dokter. Untuk bayi, Modisco baru boleh diberikan saat
bayi berusia 6 bulan.
GIZI BURUK
Akhir-akhir ini kita dikejutkan dengan ditemukannya pasienpasien yang
masuk ke
rumah sakit dalam kondisi status Gizi Buruk. Umumnya pasien
pasien tersebut adalah balita. Dengan ditemukannya pasienpasien dengan
status Gizi Buruk, berarti kondisi di daerah asal pasien dinyatakan sedang
mengalami KLB( Kejadian Luar Biasa ).
Berdasarkan hal tersebut, masyarakat dihimbau agar lebih memperhatikan
keadaan Gizi dalam keluarganya.
Mengapa kita perlu memperhatikan keadaan Gizi kita?
pentingkah faktor Gizi dalam kehidupan kita ?
Seberapa
Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya
manusia. Gizi buruk tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan angka
kematian tetapi juga menurunkan produktifitas, menghambat pertumbuhan
sel-sel otak yang mengakibatkan kebodohan dan keterbelakangan.
Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki
sampai seluruh tubuh.
Perubahan Status mental
Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut
tanpa rasa sakit, rontok
Pembesaran hati
Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah
warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas
Cengeng, rewel
Kulit keriput
Perut cekung
3. Tipe, Marasmik-Kwashiorkor
Merupakan gabungan beberapa gejala klinik Kwashiorkor Marasmus
Penyakit Penyerta / Penyulit pada Anak Gizi Buruk
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, anak yang berada dalam status
gizi buruk, umumnya sangat rentan terhadap penyakit. Seperti lingkaran
setan, penyakit-penyakit tersebut justru menambah rendahnya status gizi
anak. Penyakit-penyakit tersebut adalah:
ISPA
Diare persisten
Cacingan
Tuberkulosis
Malaria
HIV / AIDS
Pemberian MP ASI baik berupa bubur maupun biskuit untuk bayi dan
balita terutama untuk keluarga miskin ( Berasal dari dana APBN )
SARAN
1. LATAR BELAKANG
Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber
daya manuasia ( SDM ) yang di lakukan secara berkelanjutan. Upaya
peningkatan kualitas SDM dimulai dengan perhatian utama pada proses
tumbuh kembang
anak sejak pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh
kembang ini, pemenuhan kebutuhan dasar anak seperti perawatan dan
makanan bergizi yang diberikan dengan penuh kasih sayang dapat
membentuk SDM yang sehat, cerdas dan produktif.
Masalah
gizi
adalah
masalah
kesehatan
masyarakat
yang
penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan
pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi disamping merupakan sindroma
kemiskinan yang erat kaitannya dengan masalah ketahanan pangan di
tingkat rumah tangga juga menyangkut aspek pengetahuan dan
perilaku yang kurang mendukung pola hidup sehat.
Keadaan gizi masyarakat akan mempengaruhi tingkat kesehatan dan umur
harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan
keberhasilan pembangunan negara yang dikenal dengan istilah Human
Development
Index ( HDI ).
Secara umum di Indonesia terdapat dua masalah gizi utama yaitu kurang gizi
makro dan kurang gizi mikro Kurang gizi makro pada dasarnya merupakan
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kekurangan asupan energi dan
protein.
Masalah gizi makro adalah masalah gizi yang utamanya disebabkan
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan energi dan protein.
Kekurangan zat gizi makro umumnya disertai dengan kekurangan zat gizi
mikro.
Data Susenas menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurang menurun dari 37,5
% ( 1989 ) menjadi 24,6 % ( 2000 ).
Namun kondisi tersebut tidak diikuti dengan penurunan prevalensi gizi buruk
bahkan prevalensi gizi buruk cenderung
meningkat. Di Kabupaten Purworejo sendiri dari hasil Pemantauan Status Gizi
yang dilaksanakan setiap tahun
prevalensi gizi buruk meningkat terus yaitu dari 1,10 % ( 2001 ), 1,56 %
( 2002 ), 1,51 % ( 2003 ), dan 2,18 % ( 2004 ).
Sedangkan prevalensi gizi kurang 12,66 % ( 2001 ), 16,32 % ( 2002 ), 14,28
% ( 2003 ) dan 14,33 % ( 2004 ).
Kurang gizi menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan fisik
maupun mental, mengurangi tingkat kecerdasan, kreatifitas dan
produktifitas penduduk. Timbulnya krisis ekonomi yang berkepanjangan
telah menyebabkan penurunan kegiatan produksi yang drastis akibatnya
lapangan kerja berkurang dan pendapatan perkapita turun. Hal ini jelas
berdampak terhadap status gizi dan kesehatan masyarakat karena tidak
terpenuhinya kecukupan konsumsi makanan dan timbulnya berbagai
penyakit menular akibat lingkungan hidup yang tidak sehat.
Mulai tahun 1998 upaya penanggulangan balita gizi buruk mulai ditingkatkan
dengan penjaringan kasus, rujukan dan perawatan gratis di Puskesmas
maupun Rumah Sakit, Pemberian Makanan Tambahan ( PMT ) serta upayaupaya lain yang bersifat Rescue. Bantuan pangan ( beras Gakin dll ) juga
diberikan kepada keluarga miskin oleh sektor lain untuk menghindarkan
masyarakat dari ancaman kelaparan. Namun semua upaya tersebut
nampaknya belum juga dapat mengatasi masalah dan meningkatkan
kembali status gizi masyarakat, khususnya pada balita. Balita gizi buruk dan
gizi kurang yang mendapat bantuan dapat disembuhkan, tetapi kasus-kasus
baru muncul yang terkadang malah lebih banyak sehingga terkesan
penanggulangan yang dilakukan tidak banyak artinya, sebab angka balita
gizi buruk belum dapat ditekan secara bermakna. 2. Tujuan
Umum : Terlaksananya kegiatan penanggulangan balita gizi buruk tingkat
Kabupaten, Puskesmas dan Rumah Tangga
Khusus :
1.1. Mengetahui kejadian dan jumlah balita gizi buruk
1.2. Memberikan pelayanan balita gizi buruk di puskesmas dengan baik
1.3. Mengetahui faktor-faktor yang berkaitan dengan kejadian balita gizi
buruk melalui wawancara dan pengamatan.
1.4. Meningkatkan status gizi balita gizi buruk.
1.5. Melaksanakan kerjasama lintas sektor dalam penanggulangan balita gizi
buruk.
3. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Penanggulangan Balita Gizi buruk dari tingkat Kabupaten,
Puskesmas sampai tingkat Rumah Tangga.
Dalam Best Practice diuraikan tentang Prosedur Penjaringan Kasus Balita Gizi
Buruk, Prosedur Pelayanan Balita Gizi Buruk Puskesmas, Prosedur Pelacakan
Balita Gizi Buruk dengan cara Investigasi, Prosedur Pelayanan Balita Gizi
Buruk di Rumah Tangga, Prosedur Koordinasi Lintas Sektoral dalam Upaya
Penanggulangan Gizi Buruk.
BAB II
KERANGKA TEORI
1. MASALAH GIZI MAKRO
Masalah gzi makro terjadi pada setiap siklus kehidupan manuasia dimulai
dari janin dalam kandungan, bayi anak balita.
http://www.dinkespurworejo.go.id - Website Resmi Dinas Kesehatan Kab.
PurworejoPowered by Mambo Generated: 20 December, 2010, 13:21
remaja dan dewasa. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kekurangan
gizi pada siklus akan mempengaruhi kejadian kekurangan gizi pada siklus
berikutnya.
Bayi Baru Lahir BBLR ( 7-14% ), WUS dan Balita, Ibu Hamil, KEK ( 21.5 % )
Gizi Kurang ( 24.6 % ), Anak Usia Sekolah Gangguan Pertumbuhan ( 36.3
% ).
2. PENYEBAB MASALAH GIZI
lingkungan yang baik seperti penyediaan air bersih dan perilaku hidup bersih
dan sehat ( PHBS ) akan mengurangi penyakit infeksi.
5. Ketersediaan Pangan di Tingkat Rumah Tangga
Status gizi dipengaruhi oleh ketersediaan pangan di tingkat keluarga dan jika
tidak cukup dapat dipastikan konsumsi setiap anggota keluarga tidak
terpenuhi,
3. PENGERTIAN DAN TANDA -TANDA GIZI BURUK
A. Gizi Buruk
Balita Gizi Buruk adalah anak yang berusia 0-5 tahun yang BB/Unya –
3 SD dan mempunyai tanda-tanda klinis ( marasmus, kwashiorkor, dan
marasmik-kwashiorkor )
B. Tanda-tanda klinis Gizi Buruk
Tanda-tanda Kwashiorkor :
1. Edema umumnya di seluruh tubuh terutama pada kaki ( dorsum pedis )
2. Wajah membulat dan sembab
3. Otot-otot mengecil, lebih nyata apabila diperiksa pada posisi berdiri dan
duduk, anak berbaring terus menerus.
4. Perubahan status mental : cengeng, rewel kadang apatis.
5. Anak sering menolak segala jenis makanan ( anoreksia ).
6. Pembesaran hati
7. Sering disertai infeksi, anemia dan diare / mencret.
8. Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut.
9. Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah menjadi
hitam terkelupas ( crazy pavement dermatosis ).
10. Pandangan mata anak nampak sayu.
Tanda-tanda Marasmus :
1. Anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit.
2. Wajah seperti orangtua
3. Cengeng, rewel
4. Perut cekung.
5. Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada.
6. Sering disertai diare kronik atau konstipasi / susah buang air, serta
penyakit kronik.
7. Tekanan darah, detak jantung dan pernafasan berkurang.
Tanda-tanda Marasmus-Kwashiorkor :
Tanda-tanda marasmus – kwashiorkor merupakan gabungan tandatanda dari marasmus dan kwashiorkor.
BAB III
PELAKSANAAN BEST PRACTICE
Penanggulangan Balita Gizi Buruk yang telah dilakukan yaitu :
1. Penjaringan kasus balita gizi buruk
2. Pelayanan balita gizi buruk di puskesmas
3. Pelacakan balita gizi buruk dengan cara investigasi
4. Pelayanan balita gizi buruk di rumah tangga
Rujukan :
1) Buku Tatalaksana Gizi Buruk Anak di Rumah Tangga dan Puskesmas
2) Penuntun Diit Anak
3. PELACAKAN BALITA GIZI BURUK DENGAN CARA INVESTIGASI
Tujuan : Untuk mengetahui faktor –faktor yang berkaitan dengan
kejadian balita gizi buruk melalui wawancara dan pengamatan.
Ruang Lingkup : Wilayah kerja Puskesmas
Uraian Umum : Investigasi adalah mencari faktor-faktor yang berkaitan
dengan kejadian gizi buruk melalui wawancara dan pengamatan.
Langkah-langkah kegiatan :
1) Mendatangi rumah balita gizi buruk
2) Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan kunjungan
3) Melakukan wawancara dan pengamatan sesuai kuesioner
4) Melakukan pengukuran ulang ( bila diperlukan )
5) Mengamati tanda klinis dengan fokus marasmus / kwashiorkor.
6) Menjelaskan kondisi kesehatan dan akibat yang mungkin terjadi
7) Memberikan motivasi pada keluarga ( orangtua ) agar balita mau dirujuk
( ke Puskesmas )
8) Melakukan dokumentasi
Dokumen terkait :
1) Buku Pedoman Tatalaksana Gizi Buruk di Rumah Tangga dan Puskesmas
2) Laporan bulanan kasus balita gizi buruk
3) Leaflet gizi buruk
4) Formulir pelacakan kasus balita gizi buruk
Rujukan : Buku Pedoman Tatalaksana Gizi Buruk di RT dan Puskesmas
http://www.dinkespurworejo.go.id - Website Resmi Dinas Kesehatan Kab.
PurworejoPowered by Mambo Generated: 20 December, 2010, 13:21
4. PELAYANAN BALITA GIZI BURUK di RUMAH TANGGA
Tujuan : Untuk meningkatkan status gizi balita gizi buruk
Ruang Lingkup : rumah tangga
Uraian Umum :
1) Pelayanan gizi adalah pelayanan yang difokuskan pada PMT Pemulihan
2) Gizi Buruk adalah keadaan gizi berdasarkan hasil penimbangan BB pada
KMS berada di Bawah Garis Merah ( BGM ) atau BB/ U –3 SD standart
WHO-NCHS
Langkah-langkah kegiatan :
1) Menghitung kebutuhan zat gizi berdasarkan BB
2) Menentukan jenis PMT-Pemulihan berdasar BB
3) Mendemonstrasikan cara menyiapkan PMT-P pada ibu
4) Menjelaskan cara pemberian ( frekuensi dan lama pemberian ) PMT-P
5) Menganjurkan untuk tetap memberi ASI sampai umur 2 tahun
6) Menganjurkan pemberian MP-ASI sesuai usia balita
7) Menganjurkan makanan seimbang sesuai umur dan kondisi kesehatan
8) Menganjurkan anak ditimbang secara teratur setiap bulan
9) Memberikan PMT-Pemulihan
munculnya gizi buruk baru. Dan pada akhirnya akan menentukan kualitas
sumber daya manusia.