Vous êtes sur la page 1sur 237
Dasar-dasar Asuransi : Jiwa, Kesehatan dan Annuitas Dasar-Dasar Asuransi : Jiwa, Kesehatan dan Annuitas Edisi Perdana H. Kasir Iskandar, MBA, M.Sc., AAIJ, FSAL, HIA, MHP, AAK, CPIE, QIP Prof. DR. H. Noor Fuad, SE, MBA., MM, MSc., Ph.D., AAIJ, FLMI, FHS, CPIE, QIP Dr. Faustinus Wirasadi, ALJ, FUIS, CLU, FLMI, FLHC, CPIE, QIP Drs. Ketut Sendra, SH, MM, AAIJ, CLU, QIP Editor : Drs. H. M. Imam Basuki, M.Sc, AAIJ, FSAI, CPIE, QIP Hendrik Tuwanakotta, SE, AAIJ, FSAI, CPIE, QIP Hardjono T. Hamidjojo, ALJ, FSAI, CPIE, QIP Fanra Budiman Arief, Si, M.Com, AAIJ, ASAI, AIIS, CPIE, QIP Indrawaty A.S. Syahrullah, MA, AAJ, FS, AAAK, CPIE, QIP Penerbit : Asosiasi Abli Manajemen Asuransi Indonesia (AAMAD, 2011 Dasar-dasar Asuransi : Jiwa, Kesehatan dan Annuitas jiwa, Kesehatan dan Anuitas Edisi Perdana ISBN 978-602-97028-0-4 H. Kasir Iskandar, MBA, M.Sc., AAU, FSAI, HIA, MHP, AAK, CPIE, QIP Prof. DR. H. Noor Fuad, SE, MBA., MSc., Ph.D., AAU, FLMI, FHS, CPIE, QIP Dr. Faustinus Wirasadi, AAU), FIIS, CLU, FLMI, FLHC, CPIE, QIP Drs. Ketut Sendra, SH, MM, AAU, CLU, QIP Editor Drs. H. M. Imam Basuki, M.Sc, AAU, FSAI, CPIE, QIP Hendrik Tuwanakotta, SE, AAI, FSAI, CPIE, QIP Hardjeno T. Hamidjojo, AAU, FSAI, CPIE, QIP Fanra Budiman Arief, SSi, M.Com, AJ, ASAI, AIIS, CPIE, QIP Indrawaty A.S, Syahrollah, MA, AAU, FIIS, AAAK, CPIE, QIP Diterbitkan pertama kali oleh Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia (AAMAD, 2011 © Penerbit Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia Rukan Sentra Pemuda Kav. 8 JL Pemuda No. 61 Jakarta Timur 13220 Telp: 021-21454569, 47861351, Fax : 021-2147861450 e-mail: aamai@indo.net.d, info@aamai.or.id ‘website : http/www.aamai.or.id Desain & Lay Out : Nurpriatna ‘Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta 1. Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan scbagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat | (satu) bulan dan/ateu paling lama 7 (tujuh) tahun daniatau denda paling banyak Rp.5.000,000,000,- (lima miliarrupiah. 2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang. hasil pelanggaran Hak Cipta atau hak terkat schagai imaksud dalam Ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (ime) tahun danatau denda paling banyak Rp 500,000,006, (Lima raussjuta rupiah). it Dasar-dasar Asuransi : Jiwa, Kesehatan dan Annuitas KATA SAMBUTAN Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, untuk terselesaikannya buku dengan judul “ Dasar-Dasar Asuransi : Jiwa, Kesehatan dan Annuitas * Edisi Perdana ini. Sungguh merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri bagi kita semua, Karena rekan-rekan di Asosiasi Abli Manajemen Asuransi Indonesia kini telah memiliki buku tentang berbagai aspek Asuransi Jiwa, Asuransi Kesehatan dan Annuitas dalam Bahasa Indonesia, yang kini dapat dipergunakan untuk memahami berbagai materi tentang Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan serta Annuitas, Buku Edisi Perdana ini, selain sebagai bahan bacaan bagi mereka yang ingin memahami berbagai aspek Asuransi Jiwa, Asuransi Kesehatan dan Annuitas, sekaligus dapat dipergunakan untuk mempersiapkan diri dalam menempuh salah satu mata ujian dalam Ujian Gelar Profesi Perasuransian yang diselenggarakan oleh Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia, yaitu untuk mata ujian AJ.01, Dasar-Dasar Asuransi Jiwa. Buku ini disusun berdasarkan berbagai masukan yang kami peroleh dari para Peserta Ujian yang biasanya diselenggarakan dalam bulan Maret dan September, yang menyatakan bahwa sebaiknya buku referensi yang dipergunakan untuk Ujian Gelar Profesi disajikan dalam Bahasa Indonesia dengan menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang baik. Selain disusun dalam bahasa Indonesia yang sederhana, kami menilai bahwa substansi yang dimuat dalam buku ini sudah cukup komprehensif, dan diharapkan dapat menjadi panduan yang tepat bagi para Pembaca untuk dapat ‘memahami Asuransi Jiwa, Asuransi Kesehatan dan Annuitas, yang pada akhirnya akan menumbuh- kembangkan kesadaran kita semua untuk memanfaatkan produk-produk Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan, baik bagi diri kita sendiri, keluarga, serta bagi masyarakat Iuas, schingga kita dapat memberikan sumbangan dalam mengembangkan tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia (Community Welfare Development ). Melalui media tulis ini, kami tak lupa menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besamya kepada rekan-rekan yang telah memberikan kontribusi dalam penulisan buku ini, yaitu (1) Sdr. Prof. H. Muhammad Noor Fuad, SE, MBA, MM, M.Sc., Ph.D, FLMI, AAU, QIP, CPIE, FIIS, (2) Sdr. Drs, H. Kasir Iskandar, MBA, M.Sc., FSAI, MHP, AAU, QIP, CPIE, (3) Sdr. Dr. Faustinus Wirasadi, FLMI, AAU, CPIE, QIP, FIIS, dan (4) Sdr. Drs. Ketut Sendra, SH, MM, AAU, CLU. Tak lupa pula, kami juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada rekan-rekan (1) Sdr. Drs. H. M. Imam Basuki, M.Sc., FSAI, AAU, QIP, CPIE, (2) Sdr. H. Hardjono T. Hamidjojo, FSAI, AAU, QIP, CPIE, (3) Sdr. Henk Tuwanakotta, SE, FSAI, AAU, QIP, CPIE, (4) Sdr. Indrawaty A.S Syahrullah, MA, AAU, QIP, CPIE, FIIS, (5) Sdr. Fanra Budiman Arif, Si, M.Com, ASAI, AlIS, ‘AAU, QIP, CPIE. yang telah memberikan kontribusi sebagai Tim Editor dalam penulisan buku ini. Semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua, rekan-rekan para Peserta Ujian Gelar Profesi Perasuransian Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia, dan juga bagi para Pembaca pada umumnya. Jakarta, Mei 2011 Drs, Hendrisman Rahim, MA, FSAI, AAIJ, QIP, CPIE Ketua Dewan Pengurus Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia Jiwa, Kesehatan dan Annuitas KATA PENGANTAR Terlebih dahulu, kami memanjatkan puji syukur kehadirat Allah s.w.t, Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan izinNya kami dapat menyelesaikan penulisan buku Dasar-Dasar Asuransi : Jiwa, Kesehatan dan Annuitas Edisi Perdana ini. Buku ini merupakan kontribusi kami kepada ‘Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia ( AAMAI, the Indonesian Insurance Institute ), dengan harapan kiranya buku ini dapat dipergunakan untuk memahami berbagai materi tentang Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan, Sebagai Professional dalam bidang perasuransian, kami berharap dengan diterbitkannya buku yang berbahasa Indonesia, yang kami upayakan seoptimal mungkin dengan menggunakan tata bahasa serta terminologi yang sederhana, masyarakat Indonesia akan mampu memahami berbagai aspek tentang Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan, karena Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan bukan hanya merupakan salah satu aspek yang dapat mendukung perekonomian nasional, akan tetapi lebih dari itu, Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat signifikan dalam menunjang kehidupan berkeluarga, khususnya dalam memenuhi kebutuhan finansial di masa depan dalam menghadapi berbagai hal, antara lain kebutuhan finansial pada saat kita dalam kondisi tidak mampu bekerja lagi, kondisi di mana seseorang harus menjalani usia pensiun dan Putra-Putrinya masih harus menyelesaikan studinya di universitas atau pergurun tinggi, kondisi di mana seseorang harus menjalani perawatan di Rumah Sakit dan pada saat itu tidak ada instansi yang membiayainya. Dan ada pula produk asuransi jiwa yang dapat dipergunakan untuk mempersiapkan dana keperluan ibadah, seperti dana Ibadah Haji dan masih banyak manfaat lain yang dapat disiapkan melalui asuransi jiwa Dalam menulis buku ini, kami Drs. H. Kasir Iskandar, MBA, M.Sc., FSAI, MHP, AAI, QIP, CPIE bersama Sdr. Prof. H. Muhammd Noor Fuad, SE, MBA, MM, M.Sc., Ph.D, FLMI, AAU, QIP, CPIE, FUS, Sdr. Dr. Faustinus Wirasadi, FLMI, AAUJ, CPIE, QIP, FIIS, dan Sdr. Drs. I Ketut Sendra, SH, MH, AAU, CLU, mendapat sumbangan pemikiran dari rekan-rekan yang tergabung di dalam Dewan Pengurus Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia, serta rekan-rekan Anggota Komisi Penguji Bidang Asuransi Jiwa, khususnya Sdr. Drs. H. M. Imam Basuki, M.Sc., FSAI, AAI, QIP, CPIE, Bapk H. Hardjono T. Hamidjojo, FSAI, AAU, QIP, CPIE, Bapak Henk Tuwanakotta, SE, FSAI, AAU, QIP, CPIE, Sdr. Indrawaty A.S. Syahrullah, MA, AAU, QIP, CPIE, FIIS, dan Sdr. Fanra Budiman Arif, SSi, M.Com, ASAI, AIIS, AAU, QIP, CPIE. Untuk itu, tak lupa kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga, semoga kontribusi pemikiran rekan-rekan tersebut menjadi amal ibadah yang akan mendapatkan balasan dari Allah s.w.t ‘Semoga tulisan dalam buku yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua, rekan-rekan para Peserta Ujian Gelar Profesi Perasuransian di Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia, dan juga bagi masyarakat pada umumnya, Jakarta, Mei 2011 as 9% ~ 1 9G i Jtvmsiora Penvlise—Livarinrs 2 + Ob/ob/2010 iv E Dasar-dasar Asuransi : Jiwa, Kesehatan dan Annuitas AFTAR ISI ‘Sambutan Ketua Dewan Pengurus AAMAI Kata Pengantar Ketua Komisi Penguji Sektor Jiwa Daftar Isi BABI BABII BAB III : MENGENAL ASURANSI JIWA INDUSTRI ASURANSI JIWA, KESEHATAN DAN ANUITAS 1. Polis Asuransi Jiwa Perorangan 2. Polis Asuransi Jiwa Kumpulan BENTUK-BENTUK ORGANISASI BISNIS 1, Bentuk Organisasi Perusahaan Asuransi Jiwa 2. Perusahaan Asuransi Jiwa Sebagai Organisasi Bisnis Jasa Keuangan 3. Peran Pemerintah dalam Bidang Perasuransian 4, Perusahaan-Perusahaan Asuransi Jiwa di Indonesia : RISIKO DAN ASURANSI MANAJEMEN RISIKO. Konsep Risiko Bentuk-Bentuk Risiko Pengelolaan Risiko Risiko yang Dapat Diasuransikan Risiko Spesifik yang Perlu Dipertimbangkan Proses Seleksi Risiko Awal ayaene PENGERTIAN ASURANSI 1. Asuransi Berdasarkan Undang-Undang 2. Pengertian Asuransi Jiwa 3. Pengertian Asuransi Kesehatan 4, Pengertian Para Pihak Dalam Pertanggungan Asuransi FUNGSI DAN MANFAAT ASURANSI 1. Fungsi Primer 2. Fungsi Skunder 3. Fungsi Tambahan 4, Manfaat Asuransi : KONTRAK ASURANSI KONTRAK DAN ASURANSI 1. Pengertian Kontrak 2. Asuransi Adalah Perjanjian 3. Bentuk Kontrak SYARAT-SYARAT UMUM KONTRAK 1, Status Hukum Dari Kontrak 2. Syarat-Syarat Umum Kontrak iii iv smeon N 20 20 20 21 22 24 28 29 31 31 33 34 35 36 36 36 37 37 4l 4a 42 43 44 44 44 46 BABIV BAB V TIPE KONTRAK ASURANSI 1, Kontrak Formal dengan Kontrak Informal 2. Kontrak Bilateral dengan Kontrak Unilateral 3. Kontrak Komutatif dengan Kontrak Aleatori 4, Kontrak Bargaining dengan Kontrak Adhesi PRINSIP-PRINSIP ASURANSI Prinsip Itikad Baik Prinsip Kepentingan yang Dapat Diasuransikan Pemahaman Prinsip Ganti-Rugi Prinsip Proksima atau Penyebab Utama Terjadinya Risiko Prinsip Kontribusi Prinsip Subrogasi ay een HAK-HAK PROPERTI DALAM POLIS ASURANSI JIWA Property Law Rights Under Life Insurance Policy Terms Rights by Operation of Law Hak-Hak Property Bersama (Community Property Rights) Bene : POLIS ASURANSI DASAR-DASAR HUKUM PERJANJIAN 1. Polis Asuransi 2. Penafsiran Isi Polis. 3. Penerbitan dan Berlakunya Polis SYARAT-SYARAT UMUM POLIS 1. Kontrak Keseluruhan 2. Tidak Dapat Disanggah 3. Masa Tenggang 4, Non-Forfeiture Benefits 5. Pinjaman Polis 6. Pemulihan Polis 7. Kekeliruan Menyatakan Usia 8. Dividen 9. Perubahan Jenis Polis Asuransi 10. Ketentuan Lainnya KETENTUAN PENGECUALIAN 1. Ketentuan Mengenai Bunuh Diri 2. Pengecualian Keadaan Perang 3. Pengecualian Untuk Perjalanan Udara : ASPEK TEKNIS ASURANSIJIWA PEMBENTUKAN DANA KEMATIAN METODE PENDANAAN ASURANSI JIWA Sistem Pencadangan Legal iwa, Kesehatan dan Annuitas 55 56 37 58 59 59 60 62 63 66 67 70 70 70 n n 13 B B 14 1 81 81 82 83 88 89 91 o1 91 92 93 93 94 95 95 95 96 Dasar-dasar Asuransi : Jiwa, Kesehatan dan Annuitas BAB VI BAB VII PARA PEMANGKU KEPENTINGAN PERUSAHAAN ASURANSI JIWA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARAN PREMI Besarnya Uang Pertanggungan Umur Jenis Kelamin Masa Asuransi Riwayat Kesehatan Persistensi ayaene PRINSIP-PRINSIP PENETAPAN TARIP PREMI 1, Kecukupan 2. Kewajaran dan Keadilan 3. Persaingan 4, Strategi Perusahaan ELEMEN-ELEMEN DALAM PENENTUAN TARIP PREMI ASURANSI JIWA 1. Tingkat Mortalita 2. Tingkat Bunga 3. Biaya SISTEM TARIP PREMI RATA. POLIS DENGAN HAK PEMBAGIAN LABA CADANGAN PREMI ASURANSI JIWA. CADANGAN KONTIJENSI PEMBAYARAN PREMI BERHENTI DALAM MASA KONTRAK : ASURANSI JIWA BERJANGKA KARAKTERISTIK ASURANSI JIWA BERJANGKA. KLASIFIKASI ASURANSI JIWA BERJANGKA. 1, Asuransi Jiwa Berjangka Tetap 2. Asuransi Jiwa Berjangka Menurun, 3. Asuransi Jiwa Berjangka Meningkat FITUR-FITUR ASURANSI JIWA BERJANGKA 1, Asuransi Jiwa Berjangka yang dapat Diperpanjang, 2. Asuransi Jiwa Berjangka yang dapat Dikonversi KEBUTUHAN MASYARAKAT AKAN ASURANSI JIWA 1. Kebutuhan Perorangan 2. Kebutuhan Bisnis : ASURANSI JIWA DENGAN TABUNGAN DAN DWIGUNA ASURANSI JIWA DENGAN TABUNGAN 1. Asuransi Jiwa Seumur Hidup Tradisional 2. Pembayaran Premi 3. Asuransi Jiwa Seumur Hidup Dimodifikasi 4, Asuransi Jiwa Scumur Hidup Berpasangan 97 97 97 98 98 98, 98, 98 98 99 99 99 99 99 99 103 104 105 105 106 107 107 109 109 109 109 110 112 12 112 113 is 1s 116 18 118 119 120 121 122 BAB VIII BAB IX Lost Survivor Life Insurance Polis Keluarga Polis Debit Bulanan Pre-Need Funeral Insurance ena ASURANSI JIWA DWIGUNA (ENDOWMENT) ASURANSI JIWA TABUNGAN GENERASI BARU. Asuransi Jiwa Universal Indeterminate Premium Life Insurance ‘Asuransi Jiwa Seumur Hidup Sensitif-Bunga Asuransi Jiwa Variabel Asuransi Jiwa Variabel Universal veer PRODUK UNIT-LINK : PROGRAM PENSIUN DAN ANUITAS, ANUITAS Awal Pemberian Manfaat Anuitas Cara Membeli Anuitas Pembayaran Manfaat Anuitas Anuitas Bersama Kehidupan Akhir Anuitas Berubah-ubah yeep PROGRAM PENSIUN PERORANGAN DI AMERIKA SERIKAT & KANADA 1, Amerika Serikat 2. Kanada PROGRAM PENSIUN DI AMERIKA SERIKAT & KANADA, 1. Kanada 2. Amerika Serikat 3. Program Pensiun Kumpulan : MANFAAT ASURANSI TAMBAHAN MANFAAT TAMBAHAN AKIBAT CACAT 1. Manfaat Bebas Premi Akibat Cacat Tetap 2. Asuransi Bebas Premi Bagi Pemegang Polis MANFAAT PENDAPATAN AKIBAT CACAT TETAP ASURANSI KECELAKAAN DIRL 1. Asuransi Kematian Akibat Kecelakaan 2. Asuransi Cacat Tetap Akibat Kecelakaan MANFAAT TAMBAHAN AKSELERASI 1. Manfaat Penyakit Terminal 2. Manfaat Penyakit Kritis 3. Long Term Care Insurance Benefit Dasar-dasar Asuransi : Jiwa, Keschatan dan Anauit 123 123 123 124 124 125 125 129 130 130 131 131 134 134 134 135 136 139 140 141 141 142 143, 143 144 145 150 150 150 152 153 153 153 154 155 155 155 156 Vii BAB X BAB XI ASURANSI UNTUK TERTANGGUNG TAMBAHAN 1. Asuransi Tambahan Pasangan Hidup Dan Anak 2. Asuransi Tambahan Anak 3. Asuransi Tambahan Tertanggung Kedua MANFAAT LAYAK ASURANSI 1. Manfaat Jaminan Layak Asuransi 2. Manfaat Opsi Tambahan Uang Pertanggungan : HAK-HAK PEMEGANG POLIS ASURANSI PENENTUAN PIHAK YANG DITUNJUK 1. Pihak Yang Ditunjuk Primer Dan Pihak Yang Ditunjuk Sekunder 2. Klausula Fasilitas Pembayaran 3. Penggantian Pihak Yang Ditunjuk PEMBAYARAN PREMI 1. Frekuensi Pembayaran Premi 2. Metoda Pembayaran Premi 3. Dividen Polis 4, Pembayaran Manfaat Asuransi ALIH KEPEMILIKAN POLIS 1. Alih Kepemilikan Dengan Cara Penetapan 2. Jenis-Jenis Penetapan 3. Alih Kepemilikan Dengan Cara Endorsemen : ASURANSI JIWA KUMPULAN KONTRAK ASURANSI JIWA KUMPULAN UNDERWRITING DALAM ASURANSI JIWA KUMPULAN Alasan Tentang Terbentuknya Kelompok Besar Kecilnya Anggota Kelompok Aliran Masuk Dan Keluarnya Anggota Kelompok Stabilitas Kelompok Tingkat Kepesertaan Penentuan Besar Manfaat Asuransi Kegiatan/Aktifitas Kelompok Noy eenNn PREMI ASURANSI JIWA KUMPULAN 1. Manual Rating 2. Experience Rating 3. Blended Rating 4, Pengembalian Premi ADMINISTRASI ASURANSI JIWA KUMPULAN SYARAT-SYARAT UMUM POLIS ASURANSI JIWA KUMPULAN 1, Eligible Members Provision 2. Policy's Grace Provision Dasar-dasar Asuransi : Jiwa, Kesehatan dan Annuitas 156 157 157 157 158 158 158 159 159 159 160 160 161 161 161 161 162 164 164 164 165 166 166 168 169 170 170 170 71 71 71 172 172 172 172 173 174 174 174 175 ix Jiwa, Kesehatan dan Annuitas 3. Incontestability Provision 175 4. Group Insurance Termination Provision 176 SYARAT-SYARAT KHUSUS ASURANSI JIWA KUMPULAN 176 1, Besarnya Manfaat Asuransi 176 2. Penentuan Pihak Yang Ditunjuk 177 3. Konversi Polis 178, 4. Perpanjangan Masa Pertanggungan 178 5. Kekeliruan Menyatakan Usia 179 6. Opsi Pembayaran Manfaat Asuransi 179 PRODUK-PRODUK INTI ASURANSI JIWA KUMPULAN 179 1, Asuransi Jiwa Kumpulan Berjangka 179 2. Survivor Income Plan 180 3. Asuransi Jiwa Kumpulan Karena Kecelakaan dan Cacat Tetap 181 4, Asuransi Jiwa Kumpulan dengan Tabungan 184 5. Asuransi Jiwa Kredit Kumpulan 183 BAB XII: ASURANSI KESEHATAN 184 RAGAM JAMINAN ASURANSI KESEHATAN DI INDONESIA 184 PROGRAM-PROGRAM ASURANSI KESEHATAN KHUSUS 184 1. Asuransi Kesehatan Pegawai Negeri Sipil 184 2. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Jaminan Sosial Tenaga Kerja 185 3. Jaminan Kesehatan Masyarakat 186 PRODUK-PRODUK ASURANSI KESEHATAN 186 1. Santunan Tunai Harian Rumah Sakit 187 2. Asuransi Perawatan di Rumah Sakit atau Asuransi Kesehatan Rawat Inap 187 3. Asuransi Kesehatan Pensiun 188 4, Asuransi Penyakit Kritis 189 5. Asuransi Perawatan Jangka Panjang 189 6. Asuransi Kesehatan Unit Link 189 7. Asuransi Perjalanan 189 JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT (JPKM) 189 1. Karakteristik Health Maintenance Organization 190 2. Perawatan Komprehensif 190 PARTISIPASI BIAYA. 190 PENETAPAN PREMI ASURANSI KESEHATAN 190 BAB XIII: ASURANSI KESEHATAN PERORANGAN 193 KLASIFIKASI POLIS ASURANSI KESEHATAN PERORANGAN, 193 1. Berdasarkan Nilai Yang Disetujui 193 2. Berdasarkan Ganti Rugi 193 3. Berdasarkan Pelayanan 193 BAB XIV KETENTUAN-KETENTUAN POLIS ASURANSI PERORANGAN . Syarat-Syarat Umum Polis . Ketentuan Lanjutan . Polis yang dapat dibatalkan Polis yang dapat dilanjutkan dengan pilihan . Polis dijamin dapat dilanjutkan . Polis yang tidak dapat dibatalkan Masa Leluasa 9. Ketentuan Pemulihan Polis 10. Ktentuan Yang Tidak Dapat Disanggah 11. Kondisi Yang Telah Ada Sebelumnya 12. Ketentuan Klaim 13. Ketentuan Tindakan Hukum 1 2 3. 4 5. Polis dilanjutkan dengan syarat 6. 7. 8. UNDERWRITING DALAM ASURANSI KESEHATAN PERORANGAN 1. Prinsip Dasar Underwriting Asuransi Kesehatan Peorangan 2. Klasifikasi Risiko 3. Tanggung Jawab Underwriter 4. Sumber Informasi Underwriting : ASURANSI KESEHATAN KUMPULAN POLIS ASURANSI KESEHATAN KUMPULAN Ketentuan-Ketentuan Polis Asuransi Kesehatan Kumpulan Kondisi Yang Telah Ada Sebelumnya Ketentuan Konversi Ketentuan Koordinasi Manfaat Persyaratan Kepesertaan yaene UNDERWRITING DALAM ASURANSI KESEHATAN KUMPULAN, Besarnya Jumlah Peserta Jenis Industri Komposisi Kelompok Karyawan Yang Dijamin Distribusi Umur Distribusi Jenis Kelamin Tingkat Pendapatan Lokasi Disain Program 10. Persyaratan Kepesertaan 11. Sqruktur Manfaat 12. Kontribusi Pengusaha atau Majikan 13. Pengalaman Program & Klaim PEN awaeNe MEKANISME PEMBIAYAAN ASURANSI KESEHATAN KUMPULAN 1. Pengaturan Khusus 2. Program Asuransi Sendiri 3. Stop Loss Coverage 4, Program Jasa Administrasi jiwa, Kesehatan dan Annuitas 194 194 194 194 194 195 195 195 195 195 195 195 196 196 196 197 197 197 197 200 200 200 200 201 201 202 203 204 204 204 204 205 205 205 205 205 205 205 206 206 206 206 207 207 207 xi BABI MENGENAL ASURANSI JIWA PATON STS TUJUAN Industri Asuransi Jiwa, Kesehatan Dan Anuitas > > Polis Asuransi Jiwa Perorangan Polis Asuransi Jiwa Kumpulan Bentuk-Bentuk Organisasi Bisnis > > vv Bentuk Organisasi Perusahaan Asuransi Jiwa Perusahaan Asuransi Jiwa Sebagai Organisasi Bisnis Jasa Keuangan eran Pemerintah Dalam Bidang Perasuransian Perusahaan-Perusahaan Asuransi Jiwa Di Indonesia Setelah membaca bab ini diharapkan dapat : 1. Mengenal jenis-jenis asuransijiwa perorangan; 2, Mengenal jenis-jenis asuransijiwa kumpulan; 3. Menjelaskan bentuk-bentuk organisasi__bisnis, perusahaan asuransi jiwa; 4, Menjelaskan organisasi bisnis perusahaan asuransi jiwa berbentuk usaha bersama; 5. Menjelaskan organisasi bisnis perusthaan asuransi jiwa berbentuk fraternal. BABI MENGENAL ASURANSI JIWA INDUSTRI ASURANSI JIWA, KESEHATAN DAN ANUITAS Industri asuransi jiwa, kesehatan dan anuitas merupakan salah satu industri yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi untuk meningkatkan Kesejahteraan masyarakat. Operasional industri ini harus dilakukan sesuai perundang-undangan yang berlaku di masing-masing negara. Sebuah usaha yang memproduksi barang atau jasa yang dibutuhkan konsumen/masyarakat, kemudian menjualnya ke pasar yang bertujuan untuk menghasilkan keuntungan atau laba yaitu pendapatan berupa sejumlah uang yang diterima dari hasil penjualan barang atau jasa setelah dikurangi dengan biaya- biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan dan memasarkan barang atau jasa tersebut. Perusahaan asuransi jiwa juga mempunyai tujuan yang sama yaitu memperoleh keuntungan dari produk-produk yang dipasarkan, Produk yang dipasarkan perusahaan asuransi jiwa merupakan produk yang memberikan proteksi atas risiko yang berkaitan dengan kematian seseorang, kehidupan seseorang dan keschatan seseorang. Misalnya dalam hal risiko kesehatan seseorang, produk asuransi rawat inap merupakan produk asuransi Kesehatan yang memberikan jaminan perawatan tertentu apabila seorang tertanggung mengalami atau menderita suatu penyakit dan harus dilakukan rawat inap di rumah sakit. Pada umumnya polis asuransi jiwa dikelompokkan kedalam dua lini bisnis yaitu : ‘* Polis asuransi jiwa perorangan © Polis asuransi jiwa kumpulan 1. _ Polis Asuransi Jiwa Perorangan Polis asuransi jiwa perorangan adalah produk asuransi jiwa yang dipasarkan secara perorangan. Oleh karena sifatnya yang demikian maka proses seleksi terhadap calon tertanggung dilakukan secara orang per orang, sehingga sangat memungkinkan tarip preminya menjadi lebih mahal dikarenakan oleh biaya proses seleksi tersebut. Selain itu, premi asuransi jiwa perorangan juga sangat bervariasi dikarenakan oleh perbedaan kondisi dan karakteristik (misalnya: tingkat kesehatan dan jenis pekerjaan) masing-masing calon tertanggung. Tarip premi ditetapkan berdasarkan pada tingkat mortalita, besamnya biaya (loading atau expens), dan juga tingkat bunga (interest rate) serta strategi pemasaran yang diaplikasikan oleh perusahaan. Dalam asuransi perorangan, setiap polis diterbitkan atas dasar pertimbangan karakteristik orang per orang, sehingga meskipun beberapa polis diterbitkan untuk individu yang usianya relatif sama, manfaat dan uang pertanggungannya persis sama besarnya, jangka waktu asuransinya juga sama, sangat dimungkinkan besaran preminya berbeda, misalnya karena kondisi kesehatan atau hobinya yang berbeda. Pelayanan untuk polis asuransi jiwa perorangan seperti ini, dilakukan secara langsung kepada Pemegang Polis (Policyholder) dan atau Tertanggung (The Insured Person). Sesuai dengan sifatnya, maka dalam polis asuransi jiwa perorangan, setiap nasabah akan diperlakukan secara perorangan. a, Keschatan dan Anuitas Polis Asuransi Jiwa Kumpulan Polis asuransi jiwa kumpulan, ada juga yang menyebutnya dengan istilah polis asuransi jiwa kolektif, adalah produk asuransi jiwa yang dipasarkan secara kolektif (bukan orang per orang). Oleh Karena sifatnya yang demikian itu, maka proses seleksi risiko terhadap calon tertanggungnya juga dilakukan secara kolektif, misalnya dalam menghitung besarnya tarip premi didasarkan pada usia rata-rata dari seluruh usia orang-orang yang dirinya akan dipertanggungkan. Dalam prakteknya, ada pula perusahaan asuransi jiwa yang mempergunakan nilai median sebagai dasar perhitungannya. Penggunaan metode perhitungan dengan rata-rata usia atau nilai median tersebut tergantung pada kebijakan perusahaan dan biasanya ditetapkan berdasarkan pada pengalaman yang telah dilaluinya dalam kegiatan operasionalnya. Penggunaan tingkat mortalita dalam perhitengan tarip premi diatas, terjadi subsidi silang antara mereka yang berusia muda dengan mereka yang berusia lebih tua, dan juga antara mereka yang lebih sehat dengan mereka yang kurang sehat, schingga proses seleksinya lebih sederhana. Kalau polis asuransi jiwa perorangan merupakan “retail business“. maka polis asuransi jiwa kumpulan dikelompokkan kedalam golongan “corporate business* yang, dipasarkan kepada kelompok-kelompok orang, perusahaan, lembaga, institusi, atau organisasi, seperti di bawah ini : Asuransi bagi Guru-Guru di sebuah SMA © Asuransi bagi para karyawan perusahaan BUMN/BUMD/Swasta + Asuransi bagi anggota profesi/koperasi Dalam polis asuransi jiwa kumpulan, hanya diterbitkan satu polis untuk setiap produk yang disebut Polis Induk (Master Policy) atas nama pimpinan atau pejabat yang ditunjuk sebagai Pemegang Polis, biasanya Dircktur Utama Perusahaan, Pimpinan Lembaga atau Yayasan, Pimpinan Organisasi, dan sejenisnya. Sedangkan orang-orang yang tas dirinya dipertanggungkan disebut sebagai Peserta Asuransi (Participant). Bagi peserta tersebut akan diterbitkan sertifikat atau Insurance Certificate atas nama masing-masing, Dalam perkembangannya tipe produk asuransi tiga golongan besar sebagai berikut : iwa dan kesehatan dikelompokkan ke dalam a. Asuransi Jiwa (Life Insurance) b. Kontrak Anuitas (Annuity Contract) cc. Asuransi Kesehatan (Health Insurance) a. Asuransi Jiwa (Life Insurance) Produk asuransi ini merupakan produk yang memberikan manfaat apabila orang yang ditunjuk sebagai tertanggung dalam kontrak asuransinya meninggal dunia. Dalam kelompok ini terdapat tiga program dasar asuransi (insurance plan), yaitu: 1) Asuransi jiwa berjangka (term life insurance), yaitu program dasar asuransi jiwa yang memberikan manfaat jika tertanggung meninggal dunia dalam masa asuransinya atau di dalam periode kontrak asuransinya, 2) Asuransi jiwa dengan tabungan atau asuransi jiwa dengan nilai tunai (permanent life insurance) yang juga dikenal sebagai cash value life insurance, merupakan program 2 Dasar-Dasar Asuransi : Jiwa, Kesehatan dan Anuitas dasar asuransi jiwa dengan masa asuransi seumur hidup, yang memberikan manfaat apabila tertanggung meninggal dalam masa asuransi dan juga mengandung unsur tabungan (savings element). Scjak premi dibayar, maka program dasar ini mengakumulasikan nilai yang dikenal dengan istilah nilai tunai (cash value) yang secara bertahap akan menjadi semakin besar seiring dengan besarnya premi yang telah dikumpulkan, Nilai tunai ini merupakan kekayaan (assets) yang oleh Pemegang Polis dapat dipergunakan setiap saat 3) Asuransi dwiguna (endowment insurance), merupakan program dasar asuransi jiwa yang memberikan manfaat jika tertanggung meninggal dunia dalam masa kontrak asuransinya, atau memberikan manfaat pada saat tertentu apabila tertanggung masih tetap hidup (survive) pada akhir masa asuransinya. b. Kontrak Anuitas (Annuity Contract) Produk asuransi ini ini merupakan kontrak di mana perusahaan asuransi jiwa sebagai pihak penanggung menjanjikan untuk melakukan pembayaran secara berkala kepada orang yang namanya ditunjuk dalam kontrak, dan sebagai imbalan atas premi yang telah diterima oleh perusahaan. Pembayaran premi atas kontrak anuitas ini dapat dilakukan secara sekaligus maupun secara angsuran (installment) ¢. Asuransi Kesehatan (Health Insurance) Produk asuransi ini merupakan produk asuransi jiwa yang memberikan perlindungan atau proteksi atas risiko hilangnya sumber finansial dikarenakan oleh kondisi tertanggung yang ‘mengalami suatu penyakit (illness), kecelakaan (accidental injury) atau karena ketidak- mampuan (disability). Dalam kelompok ini terdapat dua jenis produk, yaitu: 1) Asuransi cakupan biaya kesehatan (medical expense coverage), yaitu jenis produk yang memberikan santunan guna membayar biaya perawatan tertanggung yang ‘mengalami suatu penyakit atau karena kecelakaan, 2) Disability income coverage, merupakan produk yang memberikan santunan sebagai pengganti atas hilangnya penghasilan bagi tertanggung sebagai dampak dari ketidak- mampuannya dalam bekerja. Berdasarkan pada penggolongan asuransi tersebut, kalau digambarkan dalam matriks akan nampak sebagai berikut: 6 Gambar 1.1 Jenis-Jenis Asuransi Jiwa, Kesehatan dan Anuitas Asuransi jiwa berjangka (term life insurance), yaitu program dasar asuransi jiwa yang memberikan manfaat jika tertangeung ‘meninggal dunia dalam masa asuransinya atau di dalam periode kontrak asuransinya, Asuransi jiwa dengan tabungan atau asuransi jiwa dengan nilai tunai (permanent life insurance) yang juga dikenal sebagai cash value life insurance, merupakan program dasar asuransi jiwa dengan masa asuransi seumur hidup, yang memberikan manfaat apabila tertanggung meninggal dalam masa asuransi, dan juga mengandung unsur tabungan (savings element). Sejak premi Dasar Asuransi : Jiwa, Kesehatan dan Anuitas dibayar, maka program dasar ini mengakumulasikan nilai yang dixenal dengan istilah nilai tunai (cash value) yang secara bertahap akan menjadi semakin besar seiring dengan besamnya premi yang telah dikumpulkan. Nilai tunai ini merupakan kekayaan (assets) yang oleh Pemegang Polis dapat dipergunakan setiap saat, Asuransi dwiguna (endowment insurance), merupakan program = dasar asuransi jiwa yang memberikan manfeat jika tertanggung meninggal dunia dalam masa asuransinya, atau_memberikan ‘manfaat pada saat tertentu apabila tertanggung masih tetap hidup (survive) pada akhir masa asuransinya. Produk asuransi ini merupakan kontrak di mana perusahaan asuransi jiwa sebagai pihak penanggung menjanjikan untuk melakukan pembayaran secara berkala kepada orang yang namanya ditunjuk dalam kontrak, dan sebagai imbalan atas premi yang telah diterima oleh perusahaan. Pembayaran premi atas kontrak anuitas ini dapat dilakukan secara sekaligus maupun secara angsuran (installment). Asuransi cakupan biaya Kesehatan (medical expense coverage), yaitu jenis produk yang memberikan santunan guna membayar biaya perawatan tertanggung yang mengalami suatu penyakit atau karena kecelakwan. Disability income coverage, merupakan produk asuransi yang ‘smemberikan santunan sebagai pengganti atas _hilangnya penghasilan bagi tertanggung sebagai dampak dari ketidak- ‘mampuannya dalam bekerja Ketiga jenis produk asuransi dalam matriks itu dapat dipasarkan dalam bentuk Polis Asuransi Jiwa Perorangan maupun Polis Asuransi Jiwa Kumpulan, BENTUK-BENTUK ORGANISASI BISNIS Di banyak negara di dunia, termasuk di Amerika Serikat dan juga di Indonesia sebuah usaha umumnya didirikan dalam bentuk sebagai berikut: ‘* Perusahaan Perorangan (Sole Proprietorship) © Persekutuan (Partnership) ‘* Perseroan Terbatas (Corporation) Yang dimaksud dengan perusahaan perorangan (sole proprietorship), adalah sebuah badan usaha yang dimiliki dan dikelola oleh satu orang. Jika usaha ini memperoleh sejumlah keuntungan, maka pemilik usaha yang bersangkutan berhak atas seluruh Keuntungan yang diperoleh. Demikian pula, jika usaha itu gagal atau memiliki hutang pada pihak lain, maka pemiliknya bertanggung-jawab penuh atas kegagalan atau hutang-hutang yang ada. Dasar-Dasar Asuransi : Jiwa, Kesehatan dan Anuitas Kelangsungan usaha perusahaan perorangan ini sangat bergantung kepada pemiliknya. Apabila pemilik perusahaan meninggal dunia atau tidak dapat aktif untuk waktu yang cukup lama seperti ‘mengalami cacat dan sebagainya, maka kegiatan perusahaan akan terhenti Perusahaan perorangan ini dapat dibagi dalam 2 (dua) kelompok, yaitu usaha perorangan berizin dari instansi yang berwenang dan usaha perorangan yang tidak memiliki izin. Contoh perusahaan perorangan berizin adalah : salon kecantikan, restoran, bengkel, sedangkan usaha perorangan yang tidak berizin misalnya kios rokok, kios sembako kecil, warung kopi tenda, warung nasi tegal. Persekutuan (partnership), merupakan usaha yang dimiliki bersama oleh dua orang atau lebih yang menjalankan usaha secara bersama-sama sebagai mitra bisnis. Mereka itu secara bersama-sama mengoperasikan usaha, berdasarkan sebuah perjanjian yang antara lain mengatur tentang porsi- porsi permodalan yang dipergunakan dalam usaha, pembagian tugas, wewenang dan tanggung- jawab dalam mengelola usaha, pembagian keuntungan yang diperoleh dan dapat juga mengenai berakhimya persekutuan, Jika salah seorang diantara mitra usaha tersebut meninggal dunia atau ‘mengundurkan diri maka persekutuan akan berakhir. Terdapat dua bentuk persekutuan yaitu Firma dan Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennotschaap/CV). Tidak seperti firma dimana masing-masing anggota bertanggung-jawab penuh tethadap semua kewajiban usaha, pada persekutuan komanditer tanggung-jawab para anggota akan dapat berbeda sesuai dengan tingkat keterlibatan dalam mengelola usaha. Pihak yang memiliki keterlibatan yang tinggi dalam memimpin dan mengelola usaha serta bertanggung-jawab penuh terhadap semua kewajiban usaha disebut dengan partner umum. Sedangkan pihak yang hanya bertanggung-jawab sebatas modal yang disertakan dalam usaha disebut partner terbatas. Sebagai contoh adalah Firma Hukum dan CV Perdagangan Umum. Bentuk yang ketiga, adalah Perseroan Terbatas (corporation), atau disebut sebagai Korporasi yang akan menjadi fokus dalam bahasan selanjutnya. Korporasi merupakan sebuah badan hukum (legal entity) yang didirikan berdasarkan undang-undang suatu negara. Kekayaan korporasi (assets) dipisahkan dari kepemilikan pribadi pemiliknya atau dengan kata lain kepemilikan seseorang hanya terbatas pada saham yang disertakannya dalam usaha tersebut. Korporasi memiliki karakteristik yang sangat spesifik, yaitu: © Korporasi merupakan badan hukum yang mempunyai kekayaan, hak dan kewajiban sendiri terpisah jelas dari kekayaan, hak dan kewajiban pemiliknya. Oleh karenanya korporasi dapat menuntut atau dituntut, dapat mengadakan kontrak atau perjanjian, dan dapat pula memiliki property. © Korporasi tetap dapat terus berjalan meskipun salah seorang atau seluruh pemegang sahamnya meninggal dunia, Hutang-hutang yang menjadi tanggung-jawab sebuah korporasi, benar-benar terpisah dari tanggung-jawab pribadi para pemiliknya. Artinya bahwa urusan huteng piutang Korporasi terpisah dari tanggung jawab pribadi orang-orang yang menjadi pemilik dari perusahaan tersebut. Dikarenakan karakteristiknya yang demikian, dan perusahaan perasuransian membutuhkan jaminan stabilitas yang berjangka panjang, maka umumnya usaha perasuransian adalah berbentuk korporasi. Disamping tiga bentuk organisasi bisnis di atas, di Indonesia juga dikenal bentuk organisasi bisnis lainnya, yaitu Koperasi dan Yayasan. jiwa, Kesehatan dan Anuitas Koperasi adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan hukum sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan dan gotong royong. Tujuan koperasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Yayasan adalah organisasi sosial dengan tujuan untuk memberikan pelayanan pada masyarakat. Tujuan yayasan dalam melakukan usaha bukan untuk mencari keuntungan. Kekayaan yayasan terpisah dari kekayaan anggotanya dan kegiatan usahanya jauh dari persaingan bisnis. Dana operasi diperoleh dari sumbangan para donatur. 1 Bentuk Organisasi Perusahaan Asuransi Jiwa Meskipun perusahaan-perusahaan asuransi jiwa dan kesehatan pada umumnya berbentuk Korporasi, namun perusahaan-perusahaan tersebut dapat juga menjalankan bisnisnya dalam bentuk lain, Di berbagai negara, bentuk perusahan asuransi jiwa dan kesehatan dapat berupa: Perusahaan Perseroan atau Perseroan Terbatas (Stock Insurance Companies) Usaha Bersama (Mutual Insurance Companies) © Fraternal Benefit Society a, Perusahaan Perseroan atau Perseroan Terbatas Perusahaan Perseroan atau bentuk-bentuk badan hukum yang setara dengan itu merupakan bentuk yang paling banyak didirikan. Terdapat beberapa istilah yang sering digunakan dalam penyebutan perusahaan perseroan ini seperti Perseroan Terbatas yang juga disebut Stock Insurance Companies, Perusahaan perseroan dimiliki oleh beberapa orang dan atau organisasi yang memiliki saham di dalamnya. Para investor yang membeli/memiliki saham perusahaan itu disebut sebagai pemegang saham (stockholders). Dari waktu ke waktu, bagian dari keuntungan perusahaan itu dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen. b. Usaha Bersama ‘Usaha bersama yang juga dikenal sebagai mutual insurance companies adalah suatu usaha asuransi yang dimiliki oleh seluruh pemegang polisnya (policyholders) schingga keuntungan perusahaan, akan dibagikan kepada para pemegang polis dalam bentuk dividen polis. Contoh di Indonesia adalah Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912. Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 merupakan satu-satunya perusahaan asuransi jiwa dengan bentuk Usaha Bersama di Indonesia, yang didirikan pada tanggal 12 Februari 1912 di Magelang, Jawa Tengah. Untuk mendirikan perusahaan asuransi usaha bersama, sejumlah polis harus terlebih Keputusan DLK No. 6096/LK/2001 tanggal 28 Desember 2001 sebagai perubahan atas Keputusan DLK No. 5314/LK/1999 tanggal 31 Desember 1999, tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas (BTS) Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Ketentuan tentang pedoman perhitungan BTS minimum bagi perusahaan asuransi dan reasuransi yang baru dan diberlakukan saat ini adalah ketentuan yang diatur dalam Keputusan Dirjen LK No: Kep-3607/LK/2004 tanggal 19 Agustus 2004. > Keputusan DLK No. 6097/DL/2001, tanggal 28 Desember 2001 tentang Perubahan atas Keputusan DLK No. 1297/LK/2000 tanggal 23 Maret 2000, tentang Retensi Sendiri Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi Mengenai dukungan reasuransi otomatis dalam negeri dan retensi sendiri mengacu pada keputusan Dirjen LK No: Kep-5443/LK/2004 tanggal 25 Oktober 2004, Keputusan ini adalah penyempurnaan dari keputusan Dirjen LK No: Kep-2149/LK/2004. > Keputusan DLK No. 6098/LK/2001 tanggal 28 Desember 2001 tentang perubahan kedua atas keputusan DLK No. 5289/LK/1993 tentang Bentuk dan Susunan Laporan serta Pengumuman Laporan Keuangan Perusahaan Perasuransian. Kepmen No. 425/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003, tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Usaha Asuransi. Kepmen ini sebagai penyesuaian secara menyeluruh terhadap Kepmen No. 226/KMK.017/1993 tanggal 26 Pebruari 1993. Adapun hal-hal yang diatur dalam kepmen ini adalah: Maksud dari Kepmen ini yang diatur dalam Ketentuan umum; Tzin usaha; Persyaratan unum; Laporan perubahan; Penggabungan badan usaha; Penyelenggaraan usaha; Laporan operasional dan keuangan; Ketentuan lain; Ketentuan peralihan; dan Ketentuan penutup. Kepmen No. 426/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003, tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Rasuransi. Kepmen ini sebagai penyesuaian secara_menyeluruh terhadap Kepmen No. 223/KMK.017/1993 tanggal 26 Pebruari 1993. Adapun hal-hal yang diatur dalam kepmen ini adalah: Maksud dari Kepmen ini yang diatur dalam Ketentuan umum; Izin usaha; Kelembagaan; Kantor Cabang dan Kantor pemasaran; Pemasaran melalui jasa Agen dan melalui kerjasama dengan pihak Bank; Laporan perubahan; Merger, konsolidasi, dan akuisisi; Ketentuan lain-lain; Ketentuan peralihan; dan Ketentuan penutup. Kepmen No. 45/KMK.06/2003 tanggal 30 Januari 2003 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah bagi Lembaga Keuangan Non-Bank (LKNB). Untuk Perbankan sesuai Peraturan BI No. 3/10/PBI 2001 tanggal 18 Juni 2001 yang selanjutnya diperbaiki dengan No. 3/23/PBI/2001 tanggal 13 Desember 2001. Demikian juga pada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) sesuai Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-02/PM/2003 tanggal 15 Januari 2003. 17 Sebagai penyempurnaan dari Kepmen No’ 45 diatas, terbitlah Peraturan Menkeu No: 74/PMK.012/2006 tanggal, 31 Agustus 2006, yang mengatur tentang: Maksud dari PMK ini yang diatur dalam Ketentuan umum; Prinsip mengenal nasabah; Pelaksana dan fasilitas pendukung, Pemeriksaan ketaatan; Sanksi; Ketentuan peralihan; dan Ketentuan penutup. Perusahaan-Perusahaan Asuransi Jiwa Di Indonesia Perusahaan asuransi jiwa di Indonesia, berdasarkan data tahun 2009, terdapat 2 kelompok, yaitu perusahaan lokal atau domestik, dan perusahaan patungan (joint venture company). Menyimak banyaknya perusahaan asing yang beroperasi di negeri kita, dapat disimpulkan bahwa pangsa pasar asuransi jiwa di Indonesia ini masih cukup luas Karena tidak mungkin ada perusahaan asing yang bersedia masuk ke Indonesia kalau pangsa pasarnya tidak ada, atau ada tetapi dinilai tidak signifikan untuk digeluti. Sebelum masuk ke negara kita, sudah pasti mereka melakukan studi kelayakan (feasibility study) terlebih dahulu. Perusahaan-Perusahaan Asuransi Jiwa yang telah beroperasi di Indonesia pada akhir tahun 2010, berdasarkan laporan dari Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (2010) adalah: 1. PT Ace Life Assurance (d/h Bumiarta Reksatama Jiwa) 2, PT Asuransi Jiwa Adisarana Wanaartha 3 PT AIA Financial 4. PT Asuransi Allianz Life Indonesia 5. PT Avrist Assurance (d/h PT Asuransi AIA Indonesia) 6. PT Axa Financial Indonesia (d/h MLC Life) 7. PT Axa Life Indonesia 8. PT Axa Mandiri Financial Indonesia 9. PT Asuransi Jiwa Bakrie 10. PT BNI Life Insurance 11. PT Asuransi Jiwa Bringin Jiva Sejahtera 12. PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya 13, PT Asuransi Jiwa Bumi Masyarakat Mandiri 14. Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 15. PT Asuransi Jiwa Central Asia Raya 16. PT Asuransi Cigna 17. PT CIMB Sun Life (d/h PT. AJ. Bumiputera John Hancock) 18. PT Commonwealth Life (d/h PT. Astra CMG Life) 19. PT Equity Life Indonesia 20. PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia ( d/h PT. AMP Life) 21, PT Great Eastern Life Indonesia 22. PT Heksa Eka Life Insurance 23. PT Indolife Pensiontama 24. PT Asuransi Jiwa InHealth Indonesia 25. PT Asuransi Jiwasraya (Persero) 26. PT Asuransi Kresna Life (d/h PT. Mira Life) 27. PT MAA Life Assurance 28. PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia 29. PT Mayapada Life (d/h PT. Century Indoperdana Life) 30. PT Asuransi Jiwa Mega Life 31. PT Asuransi Syariah Mubarakah 32. PT Multicor Life Insurance (d/h PT. Indatamporok Life) 18 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. aL. 42. 43. 44, 45. 46. PT Asuransi Jiwa Nusantara (d/h PT. Askrida Jiwa) PT Panin Financial Tbk (d/h PT. Panin Life Tbk) PT Panin Life (W/h PT. Panin Anugrah Life) PT Pasaraya Life Insurance PT Prudential Life Assurance PT Asuransi Jiwa Recapital (d/h PT. Indrapura Jiwa) PT Asuransi Jiwa Sequis Financial (d/h PT. MetLife) PT Asuransi Jiwa Sequis Life PT Asuransi Jiwa Sinar Mas (d/h PT. Eka Life) PT Sun Life Financial Indonesia PT Asuransi Takaful Keluarga PT Asuransi Jiwa Tugu Mandiri PT UOB Life Sun Assurance PT Winterthur Life Indonesia (d/h PT. Credit Suisse Life) Dasar-Dasar Asuransi : Jiwa, Kesehatan dan Anuitas Berdasarkan daftar Perusahaan-Perusahaan Asuransi Jiwa di Indonesia tersebut di atas, terdapat 46 perusahaan Asuransi Jiwa, 45 perusahaan diantaranya berbentuk badan hukum Perusahaan Perseroan, sedangkan 1 perusahaan berbentuk Usaha Bersama yaitu Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 yang biasanya disebut AJB Bumiputera 1912. 19 BABII RISIKO DAN ASURANSI TH Manajemen Risiko vvvvvy Konsep Risiko Bentuk-Bentuk Risiko Pengelolaan Risiko Risiko Yang Dapat Diasuransikan (insurable Risk) Risiko Spesifik yang Perlu Dipertimbangkan Proses Seleksi Risiko Awal Pengertian Asuransi > > > > ‘Asuransi Berdasarkan Undang-Undang Pengertian Asuransi Jiwa Pengertian Asuransi Keschatan Pengertian Para Pihak Dalam Pertanggungan Asuransi Fungsi dan Manfaat asuransi > > Fungsi Primer Fungsi Sekunder Fungsi Tambahan Manfaat Asuransi TUJUAN Setelah membaca bab ini diharapkan dapat : 1, Membedakan risiko yang dapat dan tidak dapat diasuransikan; 2. Menguraikan beberapa cara dalam mengelola risiko finansial; 3. Mendefinisikan beberapa karakteristik risiko yang dapat diasuransikan; 4. Mendefinisikan pengertian asuransi jiwa; 5. Menguraikan perbedaan usaha asuransi _jiwa, asuransi umum dan reasuransi; 6. Menguraikan ‘menimbulkan diasuransikan, peristiwa-peristiwa risiko-risiko yang yang dapat dapat Dasar-Dasar Asuransi : iwa, Kesehatan dan Anuitas BAB II RISIKO DAN ASURANSI MANAJEMEN RISIKO 1. Konsep Risiko Pada hakekatnya asuransi adalah suatu perjanjian antara nasabah asuransi (pemegang polis atau pemegang polis sekaligus sebagai tertanggung) dengan perusahaan asuransi (penanggung atau asuradur) tentang pengalihan risiko dari nasabah asuransi kepada perusahaan Asuransi tersebut. Risiko yang dialihkan meliputi: kemungkinan kerugian material yang dapat dinilai dengan uang yang dialami nasabah, sebagai akibat terjadinya suatu peristiwa yang mungkin atau belum pasti akan terjadi (uncertainty of occurrence and uncertainty of loss). Peristiwa yang ‘mungkin terjadi dan belum pasti akan terjadi seperti sakit atau cidera karena kecelakaan, dan pasti terjadi tetapi kapan peristiwa itu terjadi yaitu kematian. Produk asuransi yang dipasarkan oleh perusahaan asuransi jiwa akan mengakomodasi pengalihan risiko tersebut sesuai dengan ruang lingkup manfaat yang dijanjikan, Dengan membayar premi asuransi, nasabah akan mendapatkan penggantian kerugian keuangan dari perusahaan asuransi apabjla risiko yang diperjanjikan tersebut benar-benar terjadi akibat peristiwa yang termasuk dalam manfaat polis asuransi yang bersangkutan. Cukup banyak pengertian tentang risiko, dalam buku: Introduction to insurance (Gordon CA Dickson M. Litt. PhD, FCIl) memberikan pengertian tentang risiko antara lait a. Risiko adalah ketidak-pastian akan terjadinya peristiwa yang menimbulkan kerugian ekonomis; b. Risiko adalah sesuatu yang tidak dapat diprediksi, dimana kadangkala kenyataan yang terjadi berbeda dengan hasil-hasil prediksinya; c. Risiko adalah kemungkinan terjadinya peristiwa yang tidak menguntungkan; 4. Risiko adalah kemungkinan kerugian (risk is the chance of loss); Risiko adalah kombinasi dari berbagai keadaan yang mempengaruhinya (risk is combination of hazards), f dan lain-lain, Pengertian risiko dalam kaitannya dengan asuransi dapat dirumuskan sebagai berikut: Risiko adalah suata keadaan yang tidak pasti. Ketidak-pastian yang dominan adalah ketidak-pastian yang akan selalu dihadapi semua manusia dalam seluruh aktivitas kehidupannya, baik kehidupan pribadi maupun kegiatan usaha. Ketidak-pastian yang dominan adalah ketidak- pastian akan terjadinya peristiwa dan ketidak-pastian akan dialaminya kerugian (uncertainty of occurrence and uncertainty of loss) 20 2. a, Keschatan dan Anuitas Bentuk-Bentuk Risiko Bentuk-bentuk risiko antara lain: a. Risiko muri (pure risk) adalah bentuk risiko yang kalau terjadi akan menimbulkan kerugian (loss) dan sebaliknya kalau tidak terjadi, tidak akan menimbulkan kerugian, seperti kematian, kecelakaan, kebakaran, Contohnya : seseorang yang diprediksikan akan mengalami ketidak-mampuan/cacat (disability), dan ia kemudian benar-benar mengalami ketidak-mampuan/cacat, maka ia akan kehilangan sumber penghasilan karena ketidak-mampuan/cacat-nya, atau ia akan mengeluarkan biaya untuk pengobatan atau perawatan (medical care expenses). Kalau ketidak-mampuar/eacat tersebut tidak terjadi, maka iapun tidak akan memperoleh keuntungan secara finansial. Dengan kata lain, bahwa setiap orang kemungkinan akan mengalami ketidak-mampuarveacat; Jika seseorang mengalami_ketidak-mampuan/cacat sehingga tidak dapat bekerja, maka ia akan mengalami kerugian finansial, sebaliknya, jika ia tidak pernah mengalami ketidak-mampuan/ cacat, maka ia tidak pernah mengalami kerugian finansial dari risiko tersebut dan tidak pemah mendapatkan Keuntungan finansial. Risiko murni seperti inilah yang dapat diasuransikan. Tujuan asuransi adalah untuk memberikan kompensasi atas kerugian finansial atas Kehilangan sumber keuangan, tetapi tidak memberikan kesempatan kepada orang tersebut untuk memperoleh keuntungan secara finansial. b. Risiko spekulatif (speculative risk) adalah risiko kalau terjadi dapat menimbulkan kerugian (Joss), tidak menimbulkan kerugian (no /oss) dan mendatangkan keuntungan (gain'profit), seperti produksi, usaha dagang. ‘Speculative risk memiliki 3 (tiga) kemungkinan hasil yaitu: rugi, untung atau tidak ada perubahan. Contohnya, pada saat seseorang membeli saham, maka mereka akan melakukan spekulasi bahwa nilai saham tersebut akan naik schingga dimungkinkan akan mendapatkan keuntungan dari investasinya, atau nilai saham tersebut akan turun ataupun Jatuh dengan harga serendah-rendahnya sehingga akan mengalami risiko rugi, dan bahkan hilangnya seluruh atau sebagian dari uang yang diinvestasikan sehingga akan mengalami rugi. Jika nilai saham tersebut tidak naik ataupun tidak turun atau tidak mengalami perubahan, maka ia tidak akan mengalami kerugian maupun tidak memperoleh keuntungan dari uang yang diinvestasikan tersebut, ¢. Risiko mendasar atau fundamental (fundamental risk) adalah risiko yang kalau terjadi dampak kerugiannya sangat luas atau bersifat catastrophic, seperti gempa bumi, banjir, polusi udara, gunung meletus, perang dan tsunami. 4. Risiko khusus (particular risk) adalah risiko yang kalau terjadi dampak kerugiannya bersifat lokal, tidak menyeluruh (non catastrophic), seperti sakit, kecelakaan, kemnatian, pencurian ataupun kebakaran, Dari keempat bentuk risiko tersebut di atas, hanya 2 (dua) bentuk risiko yang dapat dialihkan kepada perusahaan asuransi yaitu risiko murni dan risiko khusus. 21 Jiwa, Kesehatan dan Anui Dimana saja dan kapan saja setiap hidup manusia akan dihadapkan pada risiko, dan tidak semua risiko dapat dikelola dengan baik. Karena keterbatasannya, sebagian pengelolaan risiko dapat dialihkan kepada suatu badan atau perusahaan yang dapat menerima atau menanggung risiko tersebut atau dapat diistilahkan dengan “risk is the very center of insurance and the very center of life”. Pengelolaan Risiko Pada dasamnya setiap manusia senantiasa berhadapan dengan risiko dalam menjalankan berbagai aktifitasnya, Pada saat orang berangkat ke kantor untuk bekerja, ada risikonya. Saat orang akan berekreasi atau berwisata ke luar kota, juga ada risikonya. Kalau memutuskan untuk meninggalkan sebuah payung di rumah di musim penghujan, berarti telah mengambil risiko bahwa akan kehujanan dan kebasahan jika di jalan nanti benar-benar terjadi hujan, Risiko-risiko seperti ini dapat dikatakan tidak terlalu signifikan, Bagaimanakah dengan risiko- risiko di bawah ini + Reyza, seorang Sarjana Teknologi Informasi yang berusia 24 tahun dan memilih bekerja paruh waktu di sebuah universitas. Bagaimanakah jika suatu hari Reyza mengalami sakit sehingga memerlukan perawatan dalam jangka panjang dengan biaya pengobatan yang cukup besar ? * Bapak Suhamo dan Ibu Suharni adalah suami istri yang bekerja sebagai pegawai di sebuah perusahaan swasta, dan mereka mempunyai 3 orang anak, yang terkecil sudah duduk di kelas 3 sebuah SMA di kota Surabaya. Bagaimanakah jika suatu saat mereka mengalami ketidak-mampuan‘cacat sehingga tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan keuangan keluarga ? © Bapak Marzuki Abdullah memiliki dan mengelola sebuah mini market yang diberi nama Marzuki Mart, dan menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari. Bagaimanakah bisnis Bapak Marzuki ini jika pada suatu hari terjadi kebakaran yang menghabiskan seluruh mini marketnya ? © PT Jakarta Tera Agribisnis, merupakan sebuah perusahaan yang mengelola usaha pengembangan produk-produk seperti keripik pisang, keripik salak, keripik nangka, keripik singkong, keripik ubi, dan sebagainya. Perusahaan ini sangat tergantung pada seorang karyawan yang bernama Abdul Hadi yang memiliki keablian handa! dalam mengembangkan berbagai produk. Bagaimanakah kelanjutan perusahaan ini jika Abdul Had meninggal dunia karena sakit ? © Bapak Abu Bakar adalah seorang pegawai sebuah perusahaan swasta dan beliau merupakan satu-satunya sumber keuangan bagi keluarganya. Bagaimanakah nasib keluarga ini apabila Bapak Abu Bakar pensiun dan penghasilannya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga ? Dalam kasus-kasus sebagaimana telah diuraikan di atas, baik dalam kasus Reyza yang masih muda, kasus keluarga Bapak dan Ibu Suharno, kasus bisnis mini market dan agribisnis, serta asus keluarga Bapak Abu Bakar, semuanya dapat dikelola dengan menerapkan ilmu manajemen risiko (Risk Management). Dengan ilmu manajemen risiko dapat melakukan upaya untuk mengeliminir risiko yang mungkin terjadi.. 22 Dasar-Dasar Asuransi iwa, Keschatan dan Anuitas Untuk meminimalisasi terjadinya suatu risiko finansial tertentu, maka ada beberapa alternatif, yang dapat dipilih yaitu: a. Menghindari risiko (avoiding risk), yaitu suatu metoda pengelolaan risiko yang pertama dan mungkin yang paling murah. Menghindari kerugian dari investasi pasar modal atau saham, maka tidak perlu menempatkan investasinya di pasar saham; menghindari dari kejatuhan buah duren, maka jangan beristirahat di bawah pohon duren yang lagi dipanen. ‘Akan tetapi usaha untuk menghindar bukan suatu cara pengelolaan risiko yang efektif atau praktis, karena sescorang akan menjadi tidak ada usaha atau diam dan senantiasa menghindar. b. Mengendalikan risiko (controlling risk). Usaha untuk mengendalikan risiko dapat dilakukan dengan mengambil langkah-langkah dengan mencegah agar risiko tidak terjadi atau mengurangi risiko tersebut. Salah safu usaha untuk mengendalikan risiko misalnya adalah dilarang merokok di ruangan kerja ber-AC atau dengan memasang filter udara ; Seorang Ibu yang melarang anak-anaknya bermain di dekat sumur pompa air, maka dipasang pagar atau tembok setinggi satu meter. Usaha untuk mengendalikan risiko ini agar dapat mengurangi kemungkinan risiko atau kerugian dan menekan kemungkinan risiko agar tidak menimbulkan kerugian yang sangat besar. ©. Menerima risiko (accepting risk). Metoda pengelolaan risiko dengan menerima risiko berarti menerima atau menahan risiko tersebut. Secara sederhana, menerima risiko berarti ‘menanggung seluruh tanggung-jawab finansial atas risiko tersebut. Menerima risiko sama dengan mengasuransikan diri sendiri (self insured/self insurance) yaitu seseorang atau perusahaan dapat mengelola risikonya dengan menerima seluruh tanggung-jawab finansialnya atau kerugian-kerugiannya yang terkait dengan risiko-risiko tersebut. Mengelola risiko dengan menerimanya atau self insurance dapat dilakukan oleh setiap orang ataupun perusahaan, yaitu dengan menanggung segala biaya atau tanggung-jawab finansial yang dapat ditimbulkan oleh risiko tersebut, seperti biaya perawatan jalan untuk diri_ sendiri, keluarga maupun karyawan suatu perusahaan. Menerima risiko dapat dilakukan oleh setiap orang ataupun perusahaan untuk menanggung kerugian-kerugian yang sederhana ataupun kecil dan atau bentuk-bentuk risiko yang benar-benar dapat diterima atau dikerjakan, 4. Mengalihkan risiko (transferring risk). Usaha untuk mengalihkan suatu risiko merupakan salah satu usaha pengelolaan risiko dengan cara mengalihkan atau melimpahkan tanggung-jawab finansial kepada pihak lain. Mengalihkan suatu risiko kepada pihak lain maka dengan sendirinya akan terdapat biaya atau imbalan untuk mengelola risiko tersebut. Usaha untuk mengalihkan risiko dapat dilakukan oleh seseorang, keluarga dan perusahaan yaitu dengan membeli pertanggungan atau asuransi, Imbalan atau biaya atas pengalihan risiko tersebut disebut dengan premi (premium) yang akan diterima oleh penangggung (perusahaan asuransi), dan penanggung wajib mengeluarkan dokumen tertulis berupa polis asuransi (insurance policy) yang berisikan ketentuan-ketentuan perjanjian antara penanggung dan pemegang polis. Perjanjian tersebut merupakan kontrak yang dapat diberlakukan secara hukum di mana di dalam perjanjian tersebut penanggung setuju untuk membayar sejumlah uang jika risiko yang diperjanjikan terjadi dalam waktu yang diperjanjikan, disebut dengan manfaat polis (policy benefit) atau klaim (claim). 23 f Tc AAMAL Dasar-Dasar Asuransi : Jiwa, Kesehatan dan Anuitas 4 Risiko yang Dapat Diasuransikan (Insurable Risk) Bentuk-bentuk risiko yang dapat diasuransikan tersebut dapat dijabarkan, sebagai berikut : a, Risiko tersebut harus bersifat homogen dan dalam jumlah yang cukup besar (homogeneous similarly). b. Risikonya harus mumi (pure risk). Selain bentuk risikonya murni, harus merupakan suatu risiko khusus atau partikular. 4. Kerugian atau kerusakan yang diakibatkanaya, terjadi dari suatu peristiwa yang bersifat kebetulan (fortuitous) dan merupakan suatu hal yang dapat terjadi, dan atau dapat juga tidak terjadi. ¢. Risikonya bukan suatu hal yang bertentangan dengan kebijakan umum atau kebijakan pemerintah (not against public policy). £ Obyek risiko dan dampak kerugian yang mungkin timbul, harus dapat diukur atau dinilai dengan uang (financial value). g Mereka yang akan mengalihkan risiko tersebut kepada perusahaan asuransi atau akan mengasuransikan, harus mempunyai kepentingan (insurable interest) atau kepentingan yang melekat pada obyek atau orang yang diasuransikan. h. Premi yang ditetapkan atas dialihkannya suatu risiko yang dimilikinya ditetapkan dengan wajar (reasonable premium). Dari beberapa bentuk risiko yang dapat diasuransikan di atas, maka ada beberapa karakteristik dari risiko-risiko tersebut yang sesungguhnya dapat diasuransikan yaitu: 1) Kerugian terjadi secara kebetulan (fortuitous) 2) Kerugiannya riil atau nyata (definite) 3) Kerugiannya harus berarti (significant) 4) Tingkat kerugian harus dapat diperkirakan atau terprediksi (predictable) 5) Kerugian tidak menjadi bencana atau katastrofis (catastrophic) bagi penanggung. Kelima karakteristik tersebut menjadi dasar yang menentukan bahwa risiko tersebut dapat diasuransikan atau yang menjadi dasar dari bisnis asuransi. Kemungkinan kerugian yang tidak ‘mengandung atau memiliki salah satu dari karakteristik tersebut, dianggap tidak layak untuk diasuransikan atau bukan sebagai suatu risiko yang dapat diasuransikan. 1) Kerugian terjadi secara kebetulan (fortuitous) Agar Kkerugian potensial layak di asuransikan, harus mengandung atau memiliki unsur ketidak-pastian artinya terjadinya harus kebetulan (fortuitous). Kerugian harus disebabkan ‘oleh suatu kejadian yang tidak diharapkan ataupun tidak sengaja dilakukan, sebagai contoh, umumnya orang tidak dapat mengetahui mereka akan mengalami ketidak- mampuan/cacat sehingga tidak dapat bekerja akibat kecelakaan/sakit, Dalam hal ini, perusahaan asuransi dapat menawarkan asuransi cacat untuk melindunginya dari kerugian finansial yang disebabkan oleh peristiwa yang tidak pasti tersebut. Jika Asuransi jiwa menerapkan secara tegas prinsip kerugian ini, timbul persoalan lain yaitu bahwa kematian adalah peristiwa yang pasti terjadi. Namun kapan tepatnya saat kematian terjadi seseorang tetap berada diluar kendali orang itu. Karenanya walaupun peristiwa yang dipertanggungkan, yakni kematian merupakan peristiwa yang pasti, saat terjadinya peristiwa itu biasanya betul-betul mengandung ketidak-pastian 24 fiwa, Kesehatan dan Anuitas 2) Kerugiannya rill atau nyata (definite) Kerugian yang dapat diasuransikan harus riil atau nyata, artinya dapat dibatasi dari segi waktu (time) dan jumlah (amount). Perusahaan asuransi harus mampu menetapkan kapan manfaat polis dibayarkan dan berapa besar atau jumlah manfaat yang harvs dibayarkan. Kematian, ketidak-mampuan/cacat dan usia lanjut atau tua, merupakan suatu keadaan yang umum dan dapat diidentifikasikan. Namun demikian besarnya kerugian finansial yang disebabkan oleh kejadian tersebut tergantung pada penafsirannya dan, keadaan inilah yang menjadi pokok permasalahannya Manfaat asuransi atau jumlah yang ditentukan dalam polis dapat dibayarkan oleh perusahaan asuransi jika risiko yang diperjanjikan terjadi pada waktu (time) kontrak asuransi masih berlaku (inforce). Jumlah dan waktu senantiasa akan menjadi batasan dalam kontrak asuransi, schingga dari jumlah dan waktu ini akan menentukan hal-hal yang akan dibatasi atau dikecualikan dan diperkenankan. Adapun kontrak asuransi dapat dikelompokkan sebagai kontrak nilai atau kontrak sejumlah uang (valued contract) dan Kontak indemnitas atau ganti rugi (contract of indemnity). Valued contract adalah kontrak dengan manfaat polis yang jumlah atau besarannya ditetapkan sebelumnya, atau jumlah manfaat yang akan dibayarkan apabila terjadi suatu kerugian yang diasuransikan, tidak memperhatikan besar atau jumlah kerugian yang dideritanya. Dalam polis asuransi jiwa besarnya santunan meninggal telah dicantumkan sejak polis diterbitkan. Misalnya, jika seorang Bapak sebagai tertanggung dan sekaligus sebagai pemegang polis mengasuransikan jiwanya sebesar Rp 50 juta yang disebut dengan sejumlah Uang Pertanggungan (UP) atau disebut face amount atau face value. Maka jumlah UP tersebut akan dituliskan atau dicantumkan dalam polis asuransi yang diperjanjikannya tersebut. Jika risiko yang diperjanjikan dalam polis terjadi yaitu meninggal dunia, maka nilai atau besaran UP yang tercantun dalam polis menjadi kewajiban perusahaan asuransi untuk membayarkannya. Jumlah UP yang dibayarkan tidak dikaitkan dengan besarya kerugian sesungguhnya yang ditimbulkan akibat kematiannya si Bapak atau tertanggung tersebut. Kontrak indemnitas (Contract of indemnity) adalah kontrak asuransi dengan besarnya jumlah atau manfaat santunan yang akan dibayarkan didasarkan atas jumlah aktual kerugian finansial yang diakibatkan oleh kejadian tersebut, atau sebagaimana ditentukan pada saat kerugian tersebut terjadi. Kontrak indemnitas adalah suatu kontrak yang menyatakan bahwa jumlah manfaat setara dengan jumlah kerugian finansial yang ditanggung atau jumlah maksimum sebagaimana dinyatakan dalam kontrak tergantung mana yang lebih kecil. Karena itu, pemegang polis tidak dapat mengajukan tuntutan Kerugian atau klaim (claim), atas jumlah manfaat yang lebih besar dari nilai kerugian yang sesungguhnya. Prinsip indemnitas berlaku pada asuransi Kesehatan yaitu perusahaan asuransi menanggung semua besarya biaya rumah sakit yang dikeluarkan untuk membiayai pengobatan dan perawatan sescorang di rumah sakit, oleh karenanya hal ini termasuk dalam kontrak indemnitas. Misalnya, jika seseorang membeli polis asuransi kesehatan, maka dalam polisnya akan dicantumkan jumlah maksimum yang dapat diberikan untuk membayar biaya rumah sakitnya. Apabila biaya perawatannya kurang dari jumlah maksimum, perusahaan asuransi tidak akan membayar ganti rugi sejumlah maksimum tersebut, tetapi asuransi hanya akan membayar ganti rugi sejumlah uang biaya perawatan yang sebenarnya sesuai dengan kuitansi atau bukti tagihan yang dikeluarkan rumah sakit. 25 4) Dasar-Dasar Asuransi : Jiwa, Kesehatan dan Anu (significant) Kehilangan sesuatu menimbulkan kekecewaan berkepanjangan. Seringkali kita lupa meletakkan pulpen, payung, kunci mobil atau kacamata. Dari segi finansial, kehilangan seperti ini tidak dapat disebut sebagai sesuatu yang sangat berarti. Mengganti pena atau pulpen, bukanlah sesuatu yang berat bagi kebanyakan orang. Kerugian kecil itu akan membuat biaya perlindungan demikian tinggi, dan tidak ekonomis. Sebaliknya, beberapa jenis kerugian menimbulkan beban keuangan yang berat bagi kebanyakan orang. Misalnya, jika seorang buruh terluka dalam suatu kecelakaan kerja yang menyebabkan orang itu tidak dapat bekerja selama setahun, maka risiko hilangnya penghasilan termasuk sesuatu hal yang sangat penting. Kerugian semacam inilah yang layak diasuransikan, Tingkat kerugian harus dapat diperkirakan atau terprediksi (predictable) Perusahaan asuransi harus dapat memperkirakan kemungkinan tingkat kerugian (loss rate) yang akan dialami oleh tertanggung. Artinya perusahaan asuransi harus dapat memperkirakan tingkat kerugian kelompok atau sejumlah orang tertentu dalam jumlah dan waktu kerugian yang akan diasuransikan yang dapat terjadi terhadap kelompok tertanggung tersebut, Jika perusahaan asuransi dapat memperkirakan tingkat kerugian tersebut maka besaran premi yang layak untuk dikenakan kepada setiap pemegang polis akan dapat ditentukan, sehingga perusahaan asuransi akan dapat memastikan cukupnya jumlah dana yang akan dicadangkan untuk membayarkan klaim atau jika risiko yang diperjanjikan terjadi. Meski sepanjang tahun, manusia telah mencoba meramal dengan bola kristal, kartu tarot dan daun Jontar untuk mengetahui nasibnya dikemudian hari, akan tetapi dari sudut pandang individu, kerugian yang mungkin dideritanya tidak dapat diduga sebelumnya. Demikian pula manusia maupun perusahaan asuransi tidak ada yang dapat ‘meramalkan saat yang pasti seseorang itu akan meninggal, akan menjadi cacat, atau harus dirawat di rumah sakit. Namun, dari sekelompok tertentu orang dapat diperkirakan secara akurat, berapa jumlah yang akan meninggal, cacat atau butuh perawatan rumah sakit dalam waktu atau periode tertentu, Perkiraan mengenai kerugian dimasa yang akan datang tersebut didasarkan atas konsep bahwa walaupun kejadian secara perorangan, misalnya kematian dimasa yang lalu timbul atau tampaknya tidak beraturan, namun pada hakekatnya mengikuti suatu pola. Apabila pola masa lalu tersebut dapat dikenal melalui observasi, kemungkinan bahwa kejadian tersebut akan diperkirakan dapat terjadi dimasa yang akan datang atau disebut dengan probabilitas (probability). Adapun hal yang dapat membantu keakurasian prediksi terhadap probalitas suatu kejadian adalah hukum bilangan jumlah besar (the law of large numbers), The law of large numbers menyatakan bahwa: semakin banyak jumlah observasi_ yang dilakukan atas suatu peristiwa atau kejadian, maka semakin besar Kemungkinan observasi tersebut menghasilkan estimasi probabilitas yang sesungguhnya bahwa kejadian tersebut akan terjadi. Misalnya, jika anda melemper koin, maka kemungkinan koin jatuh dengan sisi atau bagian muka berada di atas atau bagian belakang ada di atas, sehingga probalitasnya adalah 50 : 50, contoh ini merupakan probabilitas yang dapat dikalkulasikan (calculable probability). Jika dua atau bahkan 12 kali lempatan, belum tentu menghasilkan hasil yang sama antara bagian muka dan bagian belakang dari koin tersebut, Tetapi jika anda melempar koin itu 1000 kali, anda dapat mengharapkan adanya hasil kemungkinan bagian muka 500 dan kemungkinan bagian belakang juga 500. Makin sering anda melempar koin, maka kemungkinan bahwa anda dapat mengamati 26 5 jiwa, Kesehatan dan Anuitas proporsi yang kira-kira setara antara bagian muka berada di atas dan bagian belakang berada diatas adalah sama, dengan demikian anda akan mencapai atau mendapatkan suatu kemungkinan yang sesungguhnya semakin besar. Hukum bilangan jumlah besar diterapkan di perusahaan asuransi sebagai metoda untuk memprediksi mengenai kemungkinan kerugian di hari depan, Perusahaan asuransi mengumpulkan informasi tertentu tentang sekelompok orang agar dapat mengenali atau mengidentifikasikan pola kerugian yang dialami oleh orang-orang tersebut. Berdasarkan keterangan dan dats yang dikumpulkan ini, perusahaan asuransi dapat memprediksi jumlah kerugian yang akan timbul dalam kelompok tertentu dengan lebih akurat, artinya perusahaan asuransi dapat memprediksi jumlah yang akan meninggal, jumlah yang akan cacat atau sakit dari kelompok tertentu tersebut. Perusahaan asuransi telah mencatat dan mengamati berapa jumlah tertanggung yang meninggal pada kelompok-kelompok wsia tertentu, kemudian perusahaan asuransi tersebut membandingkan data yang diperolehnya dengan data kematian penduduk nasional. Berpedoman pada data statistik ini, perusahaan asuransi dapat menyusun tabel atau bagan- bagan yang disebut dengan tabel mortalitas (mortality tables) yang sangat akurat dalam mengidentifikasikan jumlah orang dalam kumpulan yang besar (100,000 atau lebih) yang mungkin akan meninggal pada usia tertentu, Tabel mortalita menggambarkan tingkat kematian (rate of mortality) atau banyaknya kematian menurut usia, diantara sekumpulan orang tertentu. Perusahaan asuransi dapat juga mengembangkan tabel yang sama yang di sebut tabel morbiditi (morbidity tables) yang menggambarkan tingkat morbiditi (rate of morbidity) atau timbulnya penyakit atau kecelakaan, berdasarkan usia, yang dialami atau terjadi diantara sekelompok orang tertentu. Tabel morbiditas inilah yang kemudian diterapkan dalam menghitung premi asuransi Kesehatan, Dengan menggunakan tabel mortalita dan tabel morbiditi yang akurat, perusahaan asuransi jiwa dan asuransi kesehatan dapat memprediksi tingkat kemungkinan kerugian untuk kumpulan tertanggung; menetapkan premi yang layak untuk membayar klaim. Cara-cara _perusahaan asuransi menggunakan statistik ini untuk menetapkan_premi (pricing of life insurance) akan dibicarakan lebih lengkap dalam bab selanjutnya. Kerugian tidak menjadi bencana (catastrophic) bagi penanggung Kemungkinan suatu kerugian yang tidak dapat diasuransikan, jika risiko tersebut dapat menimbulkan kerugian finansial yang sangat besar atau luar biasa atau katastrofik. Kerugian tersebut tidak dapat diasuransikan katena perusahaan asuransi tidak bisa memberikan janjinya untuk membayar manfaat kerugian tersebut. Contoh : perusahaan asuransi umum tidak akan mau menerima pelimpahan risiko untuk rumah-rumah yang lokasinya bedekatan dengan gunung berapi, mobil-mobil atau kendaraan bermotor yang lokasi schari-harinya rendah atau senantiasa kebanjiran. Adapun obyek-obyek tersebut dapat diasuransikan jika bersedia membayar premi yang lebih besar dengan beberapa pengecualian. Perusahaan asuransi dapat mengasuransikan sesuatu, jika kerugian finansial yang diakibatkan oleh suatu risiko dapat diprediksi. Contoh : dari 1000 orang dengan usia ‘ertentu yang membeli polis asuransi kematian diasumsikan 10 orang akan meninggal dunia, akan tetapi jika yang meninggal melebihi dari prediksi yaitu sampai dengan 200 orang, maka dianggap sebagai suatu peristiwa katastrofik yang disebabkan oleh virus SARS, flu burung, gempa bumi, ataupun peperangan. Risiko-risiko seperti ini dapat dikatakan sebagai risiko katastrofik. Perusahaan asuransi jiwa dapat juga mengamati seorang atau beberapa calon nasabah yang membeli polis-polis kematian dengan uang 27 5. iwa, Kesehatan dan Anuitas pertanggungan besar sekali (over insurance) atau tidak wajar yang dapat mengakibatkan kerugian fatal bagi penanggung. Alternatif lain, perusahaan asuransi dapat menekan kemungkinen kerugian yang fatal dengan mengalihkan risiko (transferring of risk) kepada perusahaan asuransi lain, artinya perusahan asuransi lain tersebut menerima tanggung-jawab untuk membayar seluruhnya atau sebagian klaim jika risiko itu terjadi atau sesuai dengan bagian premi yang diterimanya. Perusahaan asuransi (insurer atau ceding company) yang mengalihkanrisiko (cede) kerugian finansial tersebut dapat dilakukan dengan mengalihkan atau mengasuransikan kembali kepada perusahaan asuransi kedua yaitu dengan istilah reasuransi (reinsurance) dan perusahaan yang menerima reasuransi tersebut dinamakan reasuradur (reinsurer = Perusahaan Reasuransi). Perusahaan asuransi jiwa biasanya menetapkan jumlah asuransi maksimum atau retensi sendiri (own retention) yang akan ditanggung oleh perusahaan asuransi atas risikonya sendiri untuk setiap jiwa tanpa mengalihkan sebagian dari risiko tersebut kepada perusahaan reasuransi. Perusahaan reasuransi kadang-kadang dapat juga mengalihkan isikonya kepada perusahaan reasuransi lainnya dalam suatu transaksi yang disebut retrosesi (retrocession). Perusahaan reasuransi yang mereasuransikan risiko yang dialihkan oleh perusahaan asuransi dalam suatu transaksi retrosesi, disebut retrocessionaire Risiko Spesifik yang Perlu Dipertimbangkan Telah dibahas secara cukup mendalam lima karakteristik risiko yang harus dipenuhi agar sebuah obyek layak untuk diasuransikan. Namun demikian, karena produk asuransi itu dipasarkan secara kasus per kasus, sehingga sering ditemukan berbagai kondisi atau faktor yang sangat spesifik yang memerlukan kecermatan dalam mempertimbangkan kondisi yang mungkin dapat menimbulkan risiko di kemudian hari. Sehubungan dengan kondisi yang demikian itu, harus dipahami beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk menutup asuransi dari seorang. calon tertanggung. Applicant, adalah terminologi yang dipakai untuk menyebut individu atau badan usaha (bisnis) yang mengajukan permohonan asuransi, dan jika permohonan tersebut diterima dan Kemudian perusahaan asuransi menerbitkan polisnya, maka status applicant ini berubah ‘menjadi pemegang polis (policyowner atau policyholder). Sedangkan orang yang atas jiwanya dipertanggungkan dalam perjanjian asuransi, disebut tertanggung (the insured person), di Kanada disebut sebagai che life assured, dan di beberapa negara lain dikenal dengan nama the assured saja. Dalam banyak kasus asuransi, pemegang polis juga sering berstatus sekaligus sebagai tertanggung Istilah yang dipakai untuk pemegang polis yang sekaligus juga menjadi tertanggung adalah policyowner-insured. Jika seseorang membeli polis asuransi perorangan atau polis individu untuk orang lain, maka polisnya disebut dengan third party policy, dan orang yang namanya ditunjuk untuk menerima manfaat asuransi disebut sebagai ter-manfaat/ahli waris (beneficiary). 28 asar Asuransi : Jiwa, Keschatan dan Anuitas Dalam lingkungan asuransi kesehatan, manfaat asuransinya dapat dibayarkan, baik kepada tertanggung maupun langsung kepada rumah sakit atau ke dokter, atau ke instansi-instansi perawatan Kesehatan yang telah merawat tertanggung sesuai dengan kesepakatan sebagaimana ditetapkan dalam syarat-syarat umum polis (general policy condition) atau syarat-syarat khusus polis yang juga dikenal dengan sebutan special policy condition. Proses Seleksi Ris Awal Orang-orang yang merasakan bahwa dirinya mempunyai risiko yang lebih tinggi dari orang- orang lain yang berada dalam kondisi normal terutama jika ditinjau dari sudut pandang, kesehatannya, akan memiliki kecenderungan yang lebih untuk mengambil asuransi, Kecenderungan seperti ini disebut dengan istilah anti-seleksi yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan antiselection, adverse selection, atau selection against the insurer. Hal ini merupakan alasan utama bagi perusahaan asuransi untuk melakukan seleksi risiko awal yang sering disebut dengan istilah underwriting, dimana secara cermat tingkat risiko ditaksir mendekati risike yang sebenamya terjadi, sehingga tidak terjadi kesalahan yang fatal dalam mengestimasikan besarnya risiko yang akan ditanggung dan berdampak pada kesalahan dalam menetapkan besamya premi yang harus dibayar oleh pemegang polis. Underwriting atau proses scleksi risiko awal merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi risiko yang diperkirakan dapat terjadi pada diri calon tertanggung, kemudian mengklasifikasikannya ke dalam beberapa tingkatan atau golongan. Pegawai atau tenaga abli di perusahaan asuransi jiwa yang diberi tanggung-jawab untuk melakukan seleksi risiko ini disebut underwriter yang tugas pokoknya adalah: © Melakukan identifikasi risiko para calon tertanggung. © Mengklasifikasikan risiko para calon tertanggung yang telah diidentifika: a. Identifikasi risiko Meskipun tidak seorangpun dapat memastikan kapan wektunya seseorang akan meninggal, mengalami kecelakaan dan ketidak-mampuan/cacat, atau akan mengalami sakit, akan tetapi untuk dapat menerima seorang calon tertanggung diperlukan seleksi awal terhadap faktor-faktor yang dapat menambah atau mengurangi risiko yang mungkin akan terjadi dan harus menjadi tanggungan perusahaan. Dalam hubungan dengan bisnis asuransi jiwa, faktor-faktor yang perlu dicermati itu adalah : 1) Bahaya fisik (physical hazards), yaitu ciri-ciri fisik seseorang yang mungkin akan berpengaruh terhadap tingkat risikonya, misalnya seseorang yang pernah mengalami sakit tertentu seperti tekanan darah tinggi (high blood pressure), gula darah (diabetes ‘melitus) dan lain sebagainya yang berpotensi untuk terjadinya gangguan kesehatan pada diri orang tersebut. 2) Bahaya moral (moral hazards), yaitu berbagai faktor yang antara lain dapat dilihat dari seputasi seseorang, posisi keuangan/kekayaannya, catatan-catatan tentang kriminalitas yang pernah dilakukannya, dan sebagainya. Orang-orang seperti itu membeli asuransi bukan untuk memproteksi diri dari hilangnya sumber finansial, akan tetapi mungkin untuk mencari keuntungan pribadi melalui asuransi. Berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan, underwriter selanjutnya akan mengklasifikasikan risiko-risiko para calon tertanggung yang akan mengambil asuransi di perusahaannya. 29 Dasar-Dasar Asuransi : Jiwa, Keschatan dan Anuitas AMA! b. Klasifikasi risiko Sebagaimana telah dibahas sebelumnya bahwa tanggung-jawab utama dari seorang underwriter adalah mengidentifikasikan risiko para calon tertanggung, kemudian setelah itu akan dilanjutkan dengan tugas berikutnya yaitu melakukan klasifikasi para calon tertanggung ke dalam golongan-golongan atau kelas tertentu sesuai dengan tingkat risiko masing-masing, untuk menetapkan tarip premi yang tepat. Dalam mengklasifikasikan tingkat risiko para calon tertanggung, underwriter akan menerapkan aturan yang dituangkan dalam buku panduan yang disebut Underwriting Guidelines, dan berdasarkan panduan tersebut, risiko-risiko akan dikelompokkan ke dalam golongan / kelas sebagai berikut : 1) Risiko standar(Standard risk) 2) Risiko yang lebih baik (Preferred risk) 3) Risiko di bawah standar (Substandard risk) 4) Risiko buruk (Declined risk) Risiko standar (standard risks), merupakan kelompok dari calon tertanggung yang risikonya dinilai rata-rata untuk usia tertentu, dan untuk usia yang berbeda memang risikonya pun berbeda. Premi yang dikenakan pada kelompok ini disebut tarip premi standar (standard premium rate). Risiko yang lebih baik (preferred risks) merupakan kelompok dari calon tertanggung yang risikonya dinilai lebih rendah dari mereka yang tergolong dalam kelompok risiko standar, dan oleh karena itu premi yang dikenakan untuk kelompok ini juga lebih rendah. Dalam prakteknya, ada juga perusahaan asuransi jiwa yang membuat kelompok tertanggung yang disebut dengan istilah super-preferred risk class. Sudah barang tentu untuk golongan ini premi yang dikenakan lebih rendah dari premi yang dikenakan untuk kelompok preferred risks. Contoh, untuk mereka yang termasuk dalam preferred risk class, antara lain mereka yang tidak merokok dan tidak minum minuman keras. Sedangkan bagi mereka yang tidak merokok dan tidak minum minuman keras, dan rutin berolah raga serta rutin menjalani ‘medical check-up, dikelompokkan ke dalam golongan super-preferred risk class. Risiko dibawah standar (substandard risks), merupakan kelompok calon tertanggung yang risikonya lebih tinggi dari mereka yang berada dalam kelompok risiko standar. Untuk asuransi jiwa, mereka yang termasuk dalam kelompok ini akan dikenakan tingkat premi substandar yang lebih mahal dari tingkat premi standar. Sedangkan dalam bidang asuransi keschatan, mereka akan dilayani dengan 2 (dua) cara pengenaan premi, yaitu : = Tingkat premi substandar seperti dalam asuransi jiwa. * Kondisi yang dimodifikasikan (modified policy condition) misalnya dengan mengecualikan suatu penyakit dari cakupan asuransinya, antara lain dengan tidak memberikan biaya penggantian medical check-up, tidak memberikan penggantian biaye operasi jantung, pemasangan ring dan sebagainya. 30 Dasar-Dasar Asuran: a, Kesehatan dan Anuitas Risiko buruk (declined risks) merupakan kelompok dari calon tertanggung yang risikonya dinilai terlalu besar bagi perusahaan asuransi, schingga tidak layak untuk diasuransikan, atau kalau diterima sebagai tertanggung oleh perusahaan asuransi, akan dikenakan premi yang sangat tinggi. PENGERTIAN ASURANSI 1. Asuransi Berdasarkaa Undang-Undang (UU) Menurut D.S. Hansel, disebutkan bahwa asuransi merupakan suatu cara untuk mengumpulkan dana dari masyarakat (pemegang polis) dalam bentuk premi dan sebagai imbalannya setiap peserta berhak memperoleh pembayaran sejumlah dana apabila terjadi peristiwa atau musibah tertentu (insurance may be defined as a social device providing financial compensation for the effects of misfortunes, the payment being made from the accumulated contribution of all parties participating in the scheme). Asuransi atau pertanggungan (verzekering) merupakan suatu gejala hukum atau fenomena hukum. Bila ditinjau dari segi hukum, asuransi merupakan_ suatu persetujuan. Sebagai suatu persetujuan, asuransi harus tunduk kepada ketentuan- ketentuan hukum perjanjian. Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPdt) atau Burgerlijk Wetboek (BW) dan Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) atau Wetboek van Koophandel mulai diberlakukan di Indonesia (baca Hindia Belanda) pada tahun 1847 dengan pengumumannya pada tanggal 30 April 1847 dan dimuat dalam staaisblaad tahun 1847 no. 23 staatsblaad sekarang menjadi Lembaran Negara. KUHPdt dan KUHD ini mulai diberlakukan bagi orang-orang Indonesia sesuai Lembaran Negara No. 12 tahun 1917 tentang penundukan diri secara sukarela kepada hukum Eropa. KUHPdt dan KUHD sampai sekarang masih berlaku sekalipun tidak secara mutlak adalah berkat pasal II aturan peralihan dalam UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berbunyi : “Segala badan negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut undang-undang dasar ini”. Jadi karena sampai saat ini KUHPdt dan KUHD yang baru belum ada, maka dengan segala kekurangannya KUHPdt dan KUHD warisan dari pemerintah Belanda masih digunakan, artinya asuransi yang merupakan bagian dari hukum perikatan akan banyak di atur pada KUHPdt dan KUHD. Mempelajari hukum asuransi, berarti mempelajari ketentuan hukum yang mengatur tentang perjanjian, Oleh karena itu sumber hukum asuransi adalah a. KUHPdt terdiri dari 4 (empat) buku, yang masing-masing mengatur hal-hal sebagai berikut ini, yaitu: * Buku ke I mengatur tentang orang (van personen), dibagi dalam 18 bab (tile), yang terdiri dari pasal 1 sampai dengan pasal 198 (198 pasal). Buku ke II mengatur tentang kebendaan (van zaken), dibagi dalam 21 bab, yang terdiri dari pasal 199 sampai dengan pasal 1232 (1.034 pasal) 31 Dasar-Dasar Asuransi : Jiwa, Kesehatan dan Anuitas » Buku ke III mengatur tentang perikatan (van verbintenissen), dibagi dalam 18 bab, yang terdiri dari pasal 1233 sampai dengan pasal 1864 (632 pasal). © Buku ke IV mengatur tentang pembuktian dan Daluarsa (van bewijs en verjaring), dibagi dalam 7 bab, yang terdiri dari pasal 1865 sampai dengan pasal 1993 (129 pasal). Bab atau title dibagi lagi dalam bagian-bagian. Bagian-bagian tersebut terdiri atas pasal- pasal dan sebuah pasal terdiri dari satu atau beberapa ayat. KUHPdt terdiri dari 1993 pasal. Produk asuransi merupakan produk janji artinya yang dijual adalah suatu janji yang harus ditepati apabila risiko yang diperjanjikan terjadi. Untuk itu perjanjian asuransi hanya diatur dalam satu-satunya pasal 1774 (Buku Hl tentang: Perikatan, Bab-XV tentang perjanjian untung-untungan” bagian ke-1 tentang ketentuan umum), yang menyebutkan bahwa : “Suatu perjanjian untung-untungan adalah suatu perbuatan yang kasilnya, mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak, maupun bagi sementara pikak, bergantung pada suatu kejadian yang belum tentu, Demikian adalah: perjanjian pertanggungan; bunga cagak hidup; perjudian dan pertaruhan. Perjanjian yang pertama diatur di dalam ‘KUHD". Kalimat terakhir dari pasal ini memberikan pengertian bahwa tentang asuransi atau pertanggungan berlaku asas "lex specialis derogaat lex generale” artinya undang-undang yang berlaku khusus mengesampingkan undang-undang yang berlaku umum. Apabila pertanggungan dapat memenuhi ketentuan yang diatur dalam KUHD, maka pertanggungan bukan merupakan perjanjian untung-untungan. . KUHD terdiri atas 2 (dua) buku, yang masing-masing mengatur hal-hal sebagai berikut ini, yaitu: © Buku ke I mengatur tentang perdagangan pada umumnya, yang dibagi dalam 10 bab, dan terdiri dari pasal 1 sampai dengan pasal 308 (308 pasal).. © Buku ke II mengatur tentang hak dan kewajiban yang timbul dari pelayanan, yang terbagi dalam 13 bab, dan terdiri dari pasal 309 sampai dengan pasal 754 (446 pasal). Dari 2 (dua) buku dalam KUHD yang terdiri atas 754 pasal, ada beberapa ketentuan yang mengatur tentang asuransi, antara lain : 1) Buku ke-l, bab ke 9 tentang asuransi atau pertanggungan pada umumnya (pasal 246 ~ pasal 286); pada bab ke-10 tentang pertanggungan terhadap bahaya kebakaran, tethadap bahaya yang mengancam hasil pertanian di sawah dan tentang pertanggungan jiwa (pasal 287 — pasal 308). 2) Buku ke-II, bab ke 9 tentang pertanggungan terhadap bahaya-bahaya laut dan bahaya- bahaya perbudakan (pasal 592 — pasal 685); bab ke 10 tentang pertanggungan terhadap bahaya-bahaya pengangkutan di darat dan di sungai-sungai serta perairan pedalaman (pasal 686 — pasal 695); bab 11 yang mengatur tentang avarij atau kerusakan (pasal 696 — pasal 740) dan bab 12 tentang ketentuan hapusnya perikatan- perikatan dalam perniagaan laut (pasal 741- pasal 747) sedangkan gugumya tuntutan asuransinya (pasal 746). 32 iiwa, Kesehatan dan Anuitas Dalam KUHD pasal 246 memberikan pengertian tentang “asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tentu” Pertanggungan itu antara lain dapat mengenai: bahaya kebakaran; bahaya yang mengancam hasil-hasil pertanian yang belum dipaneni; jiwa; satu atau beberapa orang; bahaya laut dan perbudakan; bahaya yang mengancam pengangkutan di darat, di sungai- sungai, dan di perairan darat (pasal 247). Pengertian asuransi pada pasal 246 lebih menekankan pada pengertian untuk asuransi umum saja dan tidak berlaku untuk asuransi sejumlah uang atau asuransi jiwa karena dalam asuransi jiwa tidak ada ganti rugi. Dengan lahimya Undang-Undang Usaha Perasuransian No. 2 tahun 1992 pasal 1, Bab-I memberikan pengertian tentang asuransi yaitu: “Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan ‘mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung-jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pemvbayaran yang didasarkan ‘atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungka Dari pengertian asuransi pasal 1 UU No. 2 diatas, maka yang menjadi obyek asuransi adalah “benda dan jasa, jiwa dan raga, kesehatan manusia, tanggung-jawab hukum, serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi, dan atau berkurang nilainya”. Pasal 3 ayat-a UU No 2 tahun 1992 menyebutkan tentang jenis usaha asuransi meliputi usaha asuransi kerugian, usaha asuransi jiwa dan usaha reasuransi. Pasal I ayat 6 UU No. 2 tahun 1992 menyebutkan bahwa “Perusahaan asuransi jiwa adalah perusahaan yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertangeungkan”. Sedangkan ruang lingkup perusahaan asuransi jiwa hanya dapat menyelenggarakan usaha dalam bidang asuransi jiwa, dan asuransi keschatan, asuransi kecelakaan diri dan usaba anuitas, serta menjadi pendiri dan pengurus dana pensiun sesuai dengan peraturan perundang-undangan dana pensiun yang berlaku (pasal 4 ayat-b). Pengertian Asuransi Jiwa ‘Asuransi jiwa pada hakekatnya adalah suatu pengalihan atau pelimpahan risiko (risk shifting) atas kerugian keuangan (financial loss) oleh tertanggung kepada penanggung. Risiko yang dilimpahkan kepada penanggung bukanlah risiko hilangnya jiwa seseorang, melainkan kerugian keuangan akibat hilangnya jiwa seseorang atau karena mencapai usia lanjut sehingga tidak produktif lagi. Nilai hidup manusia tercermin dalam besarnya proteksi atau lebih tepatnya dalam jumlah wang pertanggungan (sum insured) atau UP. Secara teoritis jumlah UP ditetapkan sesuai dengan nilai ekonomi hidup manusia, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi UP terlalu besar (over insured) atau jumlah UP terlalu kecil (under insured). 33 3. Jiwa, Kesehatan dan Anuitas Sepanjang hidup manusia selalu dihadapkan kepada kemungkinan terjadinya peristiwa- peristiwa yang dapat menyebabkan hilangnya atau berkurangnya nilai ekonomis seseorang yang dapat mengakibatkan kerugian bagi diri sendiri dan keluarganya atau orang lain yang, berkepentingan. Adapun peristiwa-peristiwa yang dapat menimbulkan risiko antara lai a. Meninggal dunia (death) baik secara alamiah (natural death) atau meninggal yang disebabkan oleh kecelakaan (accidental death), dan lain-lain. b. Cacat badan (disability, invalidity, incapasity) karena sakit atav kecefakaan, ¢. Hilangnya atau merosotnya keadaan kesebatan (/oss of health). d. Usia lanjut atau umur tua (old age), dan €. Pengangguran (unemployment). Asuransi jiwa pada umumnya hanya mengelola risiko butir (a) dan butir (d), sedangkan butir (b), (c) pada umumnya dikelola oleh perusahaan asuransi kesehatan, akan tetapi perusahaan asuransi jiwa akan memasukkan sebagai jaminan tambahan (rider) dalam produk utamanya, Sedangkan butir (e) pada umumnya menjadi pengelolaan perusahaan asuransi jaminan sosial pemerintah, dan masalah Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) di ataur dalam UU No. 40 tahun 2004. Pada hakekatnya dasar dari asuransi jiwa adalah adanya sekelompok orang yang menyadari bahwa: 1) Setiap orang pasti akan meninggal dunia, tetapi tidak pasti kapan kematian tersebut terjadi; 2) Kematian pencari nafkah akan mengakibatkan hilangnya sumber pendapatan bagi yang berkepentingan. Oleh Karena itu diperlukan atau dibutuhkan jaminan keuangan dalam jangka waktu tertentu selama yang ditinggalkan belum dapat menyesuaikan diri dengan kondisi baru; 3) Usia lanjut dapat _mengakibatkan hilang atau berkurangnya pendapatan bagi yang berkepentingan, oleh karena itu diperlukan jaminan keuangan pada hari tuanya sampai meninggal dunia. Pengertian Asuransi Kesehatan Asuransi kesehatan (health insurance) menyediakan manfaat tertentu apabila tertanggung jatuh sakit atau mengalami kecelakaan. Ada dua bentuk asuransi kesehatan yaitu : santunan biaya pengobatan (medical expense coverage) dan santunan pendapatan Karena cacat (disability income coverage). Santunan biaya pengobatan meliputi pembayaran biaya : rumah sakit, biaya bedabvoperasi dan kuitansi dokter serta biaya pengobatan lain yang tekait, sepanjang manfaatnya dituangkan dalam polis. Santunan pendapatan cacat (disability income coverage) menyediakan pembayaran sejumlah income tertentu sepanjang tertanggung tidak dapat bekerja lagi karena cacat. Anuitas menyediakan pembayaran sejumlah manfaat secara berkala baik dalam jangka waktu tertentu tersebut masih hidup. Perlindungan asuransi kesehatan lahir pada pertengahan 1800-an. Perlindungan ini dalam bentuk polis kecelakaan yang hanya dikeluarkan oleh biro perjalanan selama perjalanan tertentu, Awalnya polis kecelakaan disediakan untuk dua hal, yaitu : klaim meninggal apabila 34 Dasar-Dasar Asuransi : Jiwa, Kesehatan dan Anuitas penumpang meninggal kecelakaan dan pengembalian sejumlah uang apabila yang bersangkutan luka-luka akibat kecelakaan dalam perjalanan dengan kereta api atau kapal. Keberhasilan polis kecelakaan ini menggiring para penanggung menerbitkan polis kecelakaan yang hanya memberikan satu bentuk perlindungan, yaitu: apabila terjadi kecelakaan atau kematian yang tidak ada hubungannya dengan risiko perjalanan. Banyak polis asuransi jiwa yang diterbitkan selama periode itu mengganti klaim cacat. Perusahaan asuransi menggunakan ide ini sebagai dasar pengembangan polis yang membayar santunan selama masa cacat akibat kecelakaan. Asuransi kesehatan disebabkan oleh penyakit yang bukan kecelakaan belum dipasarkan pada awal asuransi Kesehatan. Namun, sekitar tahun 1900-an beberapa perusahaan asuransi kecelakaan menyediakan pertanggungan penyakit bagi pemegang polis asuransi kecelakaan pada masa itu, kebanyakan asuransi penyakit memberikan santunan hanya jika mengalami cacat meskipun sebagian kecil memasukkan juga pengobatan, Baru pada tahun 1930 perusahaan asuransi mempromosikan dengan serius pemasaran asuransi keschatan dengan biaya pengobatan. Pada waktu itu diperkenalkan bentuk-bentuk asuransi kelompok, dan beberapa rumah sakit mulai menawarkan pelayanan rumah sakit kepada orang — orang dengan imbalan pembayaran teratur pada setiap bulan. Konsep pemasarannya berkembang pesat selama periode perang dunia-Il, disamping itu pemasaran polis asuransi jiwa perorangan meningkat juga dengan cepat. Pengertian Para Pihak Dalam Pertanggungan Asuransi Sebelum membicarakan tentang adanya insurable interest dan anti seleksi dalam asuransi jiwa, manfaatnya serta landasan hukum suatu usaha perasuransian sungguh penting untuk dapat membedakan antara : Penanggung, Pemegang Polis, Tertanggung dan Penerima Manfaat. a, Pemegang polis (Policy owner, Policy holder) adalah orang atau badan yang mengadakan perjanjian asuransi dengan perusahan asuransi jiwa atau penanggung. b. Penanggung (Asuradur, Assurer, Ceding company) adalah perusahaan asuransi jiwa yang memberikan pertanggung dan mengadakan perjanjian tanggung menanggung dengan Pemegang polis. Perusahaan asuransi adalah perusahaan asuransi yang mendapatkan izin usaha perasuransian dari pemerintah atau regulator. c. Tertanggung (Insured) adalah orang yang atas jiwanya diasuransikan atau pihak yang ditanggung oleh polis asuransi jiwa. Sering kali pemegang polis sekaligus sebagai tertanggung. Jika Tn. Protekno membeli polis kematian atas dirinya dan polis diterbitkan, maka Tn. Protekno adalah pemegang polis sekaligus tertanggung. Namun jika ayah anda membeli polis asuransi atas jiwa anda dan diterbitkan polis, maka ayah anda adalah pemegang polis sedangkan anda sendiri sebagai tertanggung. Apabila tertanggung ‘meninggal dalam masa asuransi, maka perusahan asuransi jiwa akan membayar santunan, dan jika ayah anda sebagai pemegang polis meninggal dunia maka perusahaan asuransi tidak akan melakukan pembayaran santunan atau klaim apapun. d. Penerima manfaat (Beneficiary, Termanfaat) adalah seseorang atau badan yang ditunjuk dalam polis oleh pemegang polis asuransi jiwa untuk menerima manfaat atau manfaat polis. 35 TE AAMA Dasar-Dasar Asuransi : Jiwa, Kesehatan dan Anuitas FUNGSI DAN MANFAAT ASURANSI Menurut Dickson CA Gordon, Introduction to Insurance (Study Course 010, London, The Chartered Insurance Institute of London Tuition Service, 1984) membedakannya dalam tiga kategori yaitu, fungsi primer, fungsi sekunder dan fungsi tambahan, sebagai berikut : 1, Fungsi primer a. Risk transfer mechanism Asuransi adalah suatu mekanisme pengalihan risiko, dengan mana seseorang atau perusahaan dapat memindahkan beberapa ketidak-pastian hidupnya kepada bahu orang lain. Dengan membayar suatu premi yang telah diketahui jumlahnya (umumnya suatu jumlah yang sangat kecil dibandingkan dengan kerugian potensial), kerugian tersebut dapat dialihkan kepada penanggung. Tanpa asuransi, seseorang atau suatu perusahaan akan menghadapi banyak ketidak- pastian, baik tentang apakah suatu kerugian akan terjadi, maupun tentang berapa besar kerugian yang timbul jika kerugian tersebut benar— benar terjadi. b. The common pool Premi_ yang diterima penanggung dari tertanggung dihimpun oleh penanggung sebagai suatu dana (fiund) atau pool untuk jenis risiko yang sama dan klaim yang akan terjadi akan diberikan ganti rugi dimane dananya berasal dari pool tersebut. c. Equitable premium Dalam menetapkan premi_seorang underwriter harus yakin bahwa kontribusi premi yang dibayarkan oleh seorang tertanggung harus seimbang dibandingkan dengan risiko yang dipikul/diterimanya. Akibat adanya mekanisme pengalihan risiko tersebut, kontribusi premi yang dibayarkan oleh tertanggung lainnya, sesuai dengan frekuensi dan severity klaim yang mungkin diajukan oleh tertanggung tersebut. 2. Fungsi Sekunder a. Merangsang pertumbuhan usaha (stimulus to business enterprise). Jumlah premi yang dibayarkan kepada penanggung hanyalah sebagian kecil dari dana yang perlu disediakan untuk pembentukan dana diluar metode asuransi. Oleh Karena itu dengan membeli jaminan asuransi, sebagian dari dana yang dihimpun dengan cara diluar asuransi dapat diinvestasikan dalam pertumbuhan usaha yang lain seperti pembangunan pabrik, ‘bangunan — bangunan dan stok barang. b. Keamanan (security). Kerugian dapat mengakibatkan operasi perusahaan terganggu terutama bagi perusahaan yang masih berukuran kecil. Dengan mengasuransikan risiko tersebut, perusahaan sudah merasa aman (secure) bahwa nanti pihak asuransi yang akan menanggung kerugian, dengan demikian para eksekutif perusahaan tersebut dapat febih mengkonsentrasikan diri kepada peningkatan produksi dan pengembangan ussha tanpa kekhawatiran terhadap kerugian yang mungkin timbul, yang tentunya dapat mengurangi tingkat keuntungan perusahaan. 36 Dasar-Dasar Asuransi : Jiwa, Kesehatan dan Am c. Pencegahan kerugian (loss prevention). Perusahaan asuransi memiliki surveyor yang terlatih, dalam hal mana surveyor itu berdasarkan pengalamannya dapat mengindikasikan dengan baik risiko potensial baik dalam proses produksi, penyimpanan barang, penggunaan listrik dan sebagainya. Fungsi pencegahan ini dilakukan surveyor pada saat melakukan survey risiko di lokasi obyek pertanggungan. Mengingat selain guna menilai risiko yang dipertanggungkan maka surveyor ini umumnya memberikan petunjuk cara yang baik guna mencegah risiko — risiko potensial tersebut. 4. Pengendalian kerugian. Disamping berperan dalam pencegahan kerugian (Joss prevention) para surveyor asuransi tersebut diatas dapat membantu para tertanggung dalam usaha mereka untuk mengendalikan kerugian (Joss control) pada saat risiko terjadi. ©, Manfaat sosial (social benefit). Sumlah ganti rugi dalam jumlah yang memadai memungkinkan tertanggung untuk membangun kembali dengan cepat bangunan yang musnah terbakar. Hal ini berarti bahwa pekerjaan para karyawannya dapat diciptakan kembali dengan cepat, sehingga mereka tidak perlu menganggur dalam waktu yang cukup Jama atau tidak perlu adanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). f Tabungan (savings). Fungsi ini terutama dilakukan dalam asuransi jiwa, Tertanggung biasanya membayar premi secara cicilan per bulan, atau per periode tertentu. Premi ini akan diterima kembali seluruhnya setelah periode waktu tertentu yang telah diperjanjikan, Fungsi Tambahan a. Investasi dana (Jnvestment of funds). Agar premi — premi yang terhimpun dari Tertanggung dapat berdaya guna yang kemudian dapat memperkuat posisi Keuangan Penanggung, maka penanggung akan menginvestasikan sebagian dari premi — premi tersebut pada beberapa investasi yang berbeda. b. Invisible earning. Risiko — risiko tertentu (besar) dipertanggungkan kepada seorang penanggung di suatu negara dan sebagian dari risiko tersebut selanjutnya akan dipertanggungkan ulang (reasuransi) oleh penanggung tersebut (mengingat kapasitasnya terbatas) kepada para penanggung ulang di negara ~ negara lain. Hal ini merupakan suatu pendapatan, sedangkan bagi masyarakat di negara tersebut hal ini dianggap sebagai invisible earning (pendapatan yang tidak terlihat/ tercatat). Karena invisible earning umumnya tidak tercatat sebagai neraca suatu negara. Manfaat Asuransi Kemungkinan-kemungkinan yang terjadi atas hidup manusia yaitu tidak seorangpun akan tahu risiko yang akan terjadi pada dirinya sendiri, seperti masa depan seseorang yang tidak pasti. Salah satu yang menyebabkan ketidak-pastian masa depan seseorang adalah berkurang atau hilangnya nilai ekonomi hidupnya. Ketidak-pastian masa depan yang akan dihadapi oleh setiap orang dapat diakibatkan oleh 3 (tiga) faktor yaitu : a, Meninggal terlalu cepat atau meninggal muda (dies t00 soon). Setiap orang pasti meninggal, tetapi tidak seorangpun akan mengetahui kapan waktu meninggal itu terjadi. Jika meninggal terlalu cepat atau meninggal muda (dies too soon) dapat menyebabkan hilangnya nilai finansial atau ekonomisnya seseorang. 37 ‘Ada 6 (enam) macam kebutuhan pokok karena meninggalnya pencari nafkah pada usia produktif antara lain : ) 2) 3) 4) Dana pemutihan (clean up fund). Banyak kekayaan atau aset-aset keluarga atau waris keluarga dan lelubur wajib dipertahankan keluarganya karena telah diwasiatkan dan menjadi waris keluarga. Adapun dana-dana yang dibutuhkan atau diperlukan sebagai biaya pemutihan antara lain © Biaya penguburan; © Rekening tagihan mendiang yang belum dibayar (kartu kredit, listrik, air, saluran TV, dan lain-lain); © Hutang-hutang pribadi (kredit rumah, kredit kendaraan bermotor, modal kerja dan lain-lain) atau pinjaman perusahaan milik pribadi atau keluarga (saham, kredit usaha, hutang kerja dan lain-lain); © Biaya perawatan sebelum meninggal seperti biaya rawat inap di rumah sakit (rawat inap, obat, dokter dan perawatan lainnya) dan biaya rawat jalan (obat, dokter dan perawatan lainnya); © Biaya konsultan hukum dan biaya-biaya untuk pelaksanaan wasiat atau waris serta hutang-hutang pajak dan lain-lain. Dana penyesuaian (readjustment fund). Biaya-biaya penyesuaian akan menjadi beban yang sangat berat setelah mampunya seseorang mengatasi biaya-biaya pemutihan. ‘Adapun dana-dana yang dibutuhkan atau diperlukan sebagai biaya penyesuaian antara lain : * Biaya kebutuhan hidup yang telah menjadi kebiasaan keluarga sehari-hari seperti vuang belanja untuk kebutuhan makan sehari hari; © Biaya atau uang saku bagi anak-anak setiap hari; dan © Biaya-biaya lain yang telah menjadi kebiasaan keluarga untuk seminimal mungkin dapat disesuaikan dan atau masih dapat dipertahankan, Pendapatan keluarga (family income). Pendapatan atau penghasilan yang menjadi sumber pendanaan kebutuhan keluarga. Adapun dana-dana yang dibutuhkan atau wajib dipikirkan oleh keluarga yang ditinggolkan antara lain © Modal kerja atau modal usaha untuk mendapatkan penghasilan keluarga; © Pendidikan atau pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan keterampilan kerja atau usaha; | Mencari pekerjaan yang dapat memberikan hasil untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Biaya hidup menduda atau menjanda (life income for widow or widower). Hidup menjanda atau menduda akan merubah kepemimpinan keluarga artinya berfungsi ‘ganda dan memberikan tanggung-jawab ganda, sehingga cukup biaya atau dana yang dibutuhkan untuk membiasakan ataupun mengubah tanggung-jawab dalam keluarga. ‘Adapun dana-dana yang dibutuhkan atau diperlukan sebagai biaya hidup ini adalah : * Biaya untuk membayar pihak ketiga yaitu sebagai pembantu rumah tangga untuk dapat dan mampu merawat anak-anak; 38 b. Dasar-Dasar Asuransi : Jiwa, Kesehatan dan Anuitas + Biaya untuk melatih anak-anak belajar (guru kursus) di rumah atau mengantar dan menjemput anak-anak sekolah dan kursus, dan banyak sekali biaya-biaya untuk ini, 5) Dana pendidikan anak-anak (educational fund). Kewajiban orang tua adalah bagaimana kelangsungan pendidikan anak-anak dapat terjamin, sehingga menjadi harapan masa depannya. Tidak ada biaya pendidikan murah, sehingga cukup besar dana yang dibutuhkan untuk kelangsungan pendidikan anak-anak, karena anak-anak adalah harapan dan kekayaan keluarga yang tidak ternilai. Memiliki anak-anak yang cerdas dan terampil merupakan cita-cita luhur keluarga. Adapun dana-dana yang dibutuhkan atau diperlukan sebagai biaya pendidikan ini adalah : © Biaya rutin sekolah; uang saku harian; SPP bulanan; uang semesteran; uang pembangunan sekolab; uang buku dan fotocopy serta alat-alat tulis lainnya; uang seragam sekolab, olah raga dan seragam lainnya; © Uang kursus-kursus dan pelatihan lainnya; © Uang untuk kegiatan ekstra kurikuler atau praktek sekolah atau kampus; © Uang untuk mencari sekolah atau masuk perkuliahan, dan banyak sekali biaya- biaya yang dibutuhkan untuk kepentingan pendidikan. 6) Dana hipotik (mortgage fund). Kebutuhan perumahan untuk hidup di kota-kota besar ataupun hidup di kota, senantiasa masalah tempat tinggal untuk berteduh menjadi ‘masalah utama keluarga. Rumah selain dijadikan tempat berteduh dapat digunakan untuk melindungi diri dan keluarga serta tempat bersosialisasi dengan keluarga dan menjadi domisili dalam kependudukan, sehingga memiliki rumah tempat tinggal ‘menjadi kebutuhan setiap orang. Adapun dana-dana yang dibutuhkan untuk keperluan rumah tempat tinggal antara lain : ‘© Biaya perawatan rumah, seperti genteng atau atap bocor, dinding tembok rumah atau pagar rusak, kran dan mesin atau pompa air rusak, instalasi listrik rusak dan lain-lain; * Biaya renovasi rumah yang belum dibayar dan biaya lain yang masih harus diperlukan karena saat ini sedang direnovasi; * Cicilan kredit rumah yang belum diselesaikan dan atav hutang-hutang untuk pembelian rumah ataupun biaya renovasi rumah, dan lain-lain. Sika hidup terlalu lama (life too long). Hidup terlalu lama atau berusia lanjut akan menjadi beban dalam kehidupan keluarga atau menurunkan produktivitas kerja serta meningkatkan beban finansiat hidup seseorang atau meningkatkan kebutuhan hidup (living need) pribadi dan keluarga, Adapun kebutuhan-kebutuhan hidup diusia lanjut umumnya berupa dana pensiun (pension fund), antara lain : 1) Biaya perawatan kesehatan baik rawat jalan maupun rawat inap; 2) Biaya perawat untuk memberikan perawatan; 3) Biaya-biaya pelatihan untuk melatih syaraf ingat dan penglihatan; dan 4) Biaya-biaya lainnya yang diperlukan untuk masa Janjut atau pensiun, 39 ©, Dasar-Dasar Asuransi : Jiwa, Kesehatan dan Anuitas Ketidak-mampuan (disability). Kemampuan seseorang dapat hilang karena_sakit, kecelakaan dan cacat. Adapun hilangnya kemampuan seseorang ini dapat diakibatkan oleh: 1) Setiap orang tidak dapat terhindar dari sakit karena flu, demam, sakit kepala dan mungkin sakit-sakit berat yang dapat diderita seseorang, sehingga peluang atau kesempatan untuk menghasilkan menjadi hilang, karena harus mendapatkan perawatan dan atau harus beristirahat karena sakit yang dideritanya. Akibat sakit ini, tidak sedikit dana yang dibutuhkan. 2) Kecelakaan dapat juga menghilangkan kemampuzn untuk menghasilkan dan akibat Kecelakaan dapat menyebabkan cacat sementara, sebagian dan bahkan cacat tetap. Semua ini membutuhkan biaya sangat besar untuk perawatan dan atau pengobatannya. Jika sescorang mendapatkan cacat tetap maka harapan dan atau usaha untuk ‘mendapatkan penghasilan menjadi hilang sama sekali 3) Sakit dan kecelakaan dapat mengakibatkan kematian. Jika hal ini yang terjadi dan menimpa hidup seseorang, maka bukan saja hilangnya kemampuan untuk menghasilkan dan bahkan putus atau berakhirnya sumber finansial keluarga. 40 BAB IIT KONTRAK ASURANSI BERANE Kontrak Dan Asuransi > Pengertian Kontrak > Asuransi Adalah Perjanjian > Bentuk Kontrak (Contract Form) ‘Syarat-Syarat Umum Kontrak > Status Hukum Dari Kentrak > Syarat-Syarat Umum Kontrak ‘Tipe Kontrak Asuransi > Kontrak Formal (Formal Contracts) Dengan Kontrek Informal (informal Contracts). > Kontrak Bilateral (Bilateral Contracts) Dengan Kontrak Unilateral (Unilateral Contracts). > Kontrak Komutatif (Commutative Contracis) Dengan Kontral Aleatori (Aleatory Contracts) > Kontrak Bargaining (Bargaining Contracts) Dengan Kontrak Adhesi (Contracts Of Adhesion). Betosp Pring Asaranal Prinsip Itikad Baik (Utmast Good Faith) > Prinsip Kepentingan Yang Dapat Diasuransikan Unsurable Interest) > Pemahaman Prinsip Ganti-Rugi (Indemnity) > Prinsip Proksima Atau “Penyebab Utama Terjadinya Risiko” Prinsip Kontribusi Prinsip Subrogasi vv jak-Hak Properti Dalam Polis Asuransi Jiwa Property Law Rights Under Life Insurance Policy Terms Rights By Operation Of Law Hak-Hak Property Bersama (Community Property Rights) vVvvvE TUSUAN Setelah membaca bab ini diharapkan dapat : 1. Menjelaskan pengertian dari suatu kontrak; 2. Mengenal bahws asuransi adalah suatu perjanjian uu kontrak; Menyebutkan bentuk-bentuk dari suatu kontrak; ‘Menjelaskan syarat-syarat dari suatu kontrak; Menyebutkan tipe-tipe dari suatu kontrak asuransi; Menjelaskan perbedaan Kontrak asuransi dengan kontrak lainnya; dan 7. Menjabarkan prinsip-prinsip dari kontrak asuransi. Das: Jiwa, Kesehatan dan Anuitas BAB II ah ag, KONTRAK ASURANSI say KONTRAK DAN ASURANSI Hukum kontrak (contract of law, overeenscomstrecht) merupakan ‘mengatur aspek tertentu dari pasar dan mengatur jenis perjanjian tertentu” (Lawrence M. Friedman, 2001 : 196). Menurut Michael D, Bayles mengartikan bahwa hukum kontrak adalah sebagai aturan hukum yang berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian atau persetujuan (Michael D. Bayles, 1987 : 143). Hukum kontrak dapat dikatakan sebagai keseluruhan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan hukum antara dua pibak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum, Hukum kontrak diatur dalam buku IIT KUHPdt, yang terdiri dari 18 Bab, mulai dari pasal 1233 sampai dengan pasal 1864 (632 pasal). Adapun hal-hal yang diatur dalam buku III ini, adalah sebagai berikut: © Perikatan pada umumnya (pasal 1233 sampai dengan pasal 1312) yang meliputi: sumber perikatan; prestasi; penggantian biaya, rugi, dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatan; dan jenis-jenis perikatan. © Perikatan yang dilahirkan dari perjanjian (pasal 1313 sampai dengan pasal 1351) yang meliputi ketentuan umum, syarat-syarat sahnya perjanjian; akibat perjanjian, dan penafsiran perjanjian, © Hapusnya perikatan (pasal 1381 sampai dengan pasal 1456) yang hapusnya dapat disebabkan oleh: karena pembayaran; penawaran pembayaran tunai yang diikuti dengan penyimpanan atau penitipan; pembaruan utang; perjumpaan utang atau Kompensasi; percampuran utang; pembebasan utang; musnahnya barang terutang; kebatalan atau pembatalan; berlakunya syarat batal; kedaluarsa. © Jual beli (pasal 1457 sampai dengan pasal 1540) yang meliputi: ketentuan umum; kewajiban si penjual; kewajiban si pembeli; hak membeli kembali; jual beli piutang, dan lain-lain hak tak bertubuh. © Tukar menukar (pasal 1541 sampai dengan pasal 1546) © Sewa menyewa (pasal 1547 sampai dengan pasal 1600) yang meliputi: ketentuan umum; aturan-aturan yang sama berlaku terhadap penyewaan rumah dan penyewaan tanah, aturan Khusus yang berlaku bagi sewa rumah dan perabot rumah. ‘* Persetujuan untuk melakukan pekerjaan (pasal 1601 sampai dengan pasal 1617) yang meliputi: ketentuan umum; persetujuan perburuhan pada umumnya; kewajiban majikan; kewajiban ‘buruh; macam-macam cara berakhimya hubungan kerja yang diterbitkan karena perjanjian; dan pemborongan pekerjaan. © Persekutuan (pasal 1618 sampai dengan pasal 1652) yang meliputi: ketentuan umum; perikatan antara para sekutu; perikatan para sekutu terhadap pihak ketiga; dan macam-macam cara berakhirnya persekutuan, ‘© Badan hukum (pasal 1653 sampai dengan pasal 1665) 41 Hibah (pasal 1666 sampai dengan pasal 1693) yang meliputi: ketentuan umum; kecakapan untuk memberikan hibah dan menikmati keuntungan dari suatu hibah; cara menghibahkan sesuatu; penarikan kembali dan penghapusan hibah. Penitipan barang (pasal 1694 sampai dengan pasal 1739) yang meliputi: penitipan barang pada umumnya dan macam penitipan; penitipan barang sejati; sekestrasi dan macamnya. Pinjam pakai (pasal 1740 sampai dengan pasal 1753) yang meliputi: ketentuan umum; kewajiban orang yang menerima pinjaman; dan kewajiban orang yang meminjamkan. Pinjam meminjam (pasal 1754 sampai dengan pasal 1769) yang meliputi: pengertian pinjam meminjam; kewajiban orang yang meminjamkan; kewajiban si peminjam; dan meminjam dengan bunga. Bunga tetap atau abadi (pasal 1770 sampai dengan pasal 1773). Perjanjianuntung-untungan (pasal 1774 sampai dengan pasal 1791) yang meliputi: pengertiannya (dalam pengertian inilah yaitu pada pasal 1774 menyebutkan bahwa pertanggungan atau asuransi menjadi bagian dari perjanjian untung-untungan); persetujuan bunga cagak hidup dan skibatnya; perjudian dan pertaruhan. Pemberian kuasa (pasal 1792 sampai dengan pasal 1819) yang meliputi: sifat pemberi kuasa; kewajiban si kuasa (penerima kuasa); kewajiban pemberi kuasa; dan macam-macam cara berakhirnya pemberian kuasa. Penanggung utang (pasal 1820 sampai dengan pasal 1850) yang meliputi: sifat penanggungan, akibat-akibat penanggungan antara si berutang dan si penanggung; akibat-akibat penanggungan antara si berutang dan si penanggung, dan antara para penanggung sendiri; hapusnya penanggungan utang. Perdamaian (pasal 1851 sampai dengan pasal 1864). Perdamaian atau perjanjian perdamaian merupakan perjanjian yang dibuat oleh para pihak yang bersengketa. Kedua belah pihak sepakat untuk mengakhiri suatu konflik atau perselisihan yang timbul diantara mereka, baru dikatakan sah damai jika dibuat dalam bentuk tertulis. Pengertian kontrak Kontrak atau perjanjian adalah suatu persetujuan yang mengikat secara hukum antara dua pihak atau lebih. Perjanjian itu meliputi suatu janji atau serangkaian janji untuk melakukan satu atau beberapa tindakan, dimana janji atau janji-janji tersebut dibuat oleh hanya satu pihak pada kontrak, atau semua pihak yang terlibat. Istilah kontrak sering diartikan sebagai suatu perjanjian yang dapat dipaksakan secara hukum (an agreement enforceable at law) dan banyak juga suatu perjanjian yang tidak dapat dipaksakan di depan hukum, sebagai contoh apabila seorang setuju untuk makan malam di rumah makan dan mengingkari janji atau kontrak tersebut, dalam hal ini hukum tidak dapat dipaksakan dalam perjanjian tersebut. Apabila suatu kontrak dengan bentuk perjanjian Khusus, maka dapat dipaksakan secara hukum. Pengadilan sering menyatakan bahwa sebuah kontrak memerlukan suatu “wujud kesepakatan bersama (manifestation of mutual assest)” untuk menyatakan ide dari persetujuan dan untuk ‘memperjelas bahwa hukum tidak mencoba untuk menegaskan pemnyataan pikiran yang aktual éari pihak-pihak yang melakukan kontrak. Hukum hanya berkaitan dengan kata-kata atau tindakan-tindakan yang dapat dilihat. Biasanya adanya kata sepakat dapat dibuktikan dengan pembuatan tawar menawar dari masing-masing pihak. a2 Dasar-Dasar Asuransi : Jiwa, Kesehatan dan Anuitas AAMAT _ Asuransi adalah perjanjian Pasal 246 KUHD dan UU No. 2 Tahun 1992 Bab-l, pasal 1, menyebutkan bahwa asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian ..... dan perjanjian ini harus dibuat secara tertulis dalam suatu akte yang dinamakan polis (pasal 255 KUHD). Sebagai suatu perjanjian ia tunduk pada ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam buku III KUHPdt yang dimulai dari pasal 1313. Pasal 1313 (Buku-III, Bab-2, Bagian-1) KUHPdt menyebutkan bahwa: “suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih’. Dalam hal perjanjian asuransi, pihak-pihak yang saling mengikat diri tersebut adalah penanggung dan tertanggung. Setelah kedua belah pihak saling mengikatkan diri maka antara kedua belah pihak terjadi suatu perikatan, Perikatan adalah hubungan hukum antara dua pihak yang saling mengikatkan diri melalui perjanjian, Dalam perjanjian atau persetujuan kedua belah pihak saling berjanji untuk memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, atau tidak berbuat sesuatu janji yang demikian itu dinamakan perjanjian atas beban. Bila kewajiban itu hanya ada pada satu pihak saja, maka perjanjian tersebut dinamakan perjanjian cuma-cuma, Perjanjian atau persetujuan adalah suatu peristiwa, sesuatu yang kongkrit yang dapat didengar bahkan kalau perjanjian itu dituangkan dalam suatu naskah dan dapat di pegangan. Sebaliknya suatu perikatan adalah suatu hubungan hukum. Sesuatu yang abstrak, jadi tidak dapat dilihat atau didengar. Hubungan kedua belah pihak dalam suatu perikatan adalah hubungan hukum, karena hak kedua belah pihak dijamin oleh hukum atau undang- undang. Kata kontrak yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, adalah perjanjian atau persetujuan yang mempunyai arti lebih sempit, karena yang dimaksud disini adalah perjanjian atau persetujuan yang tertulis saja. Kontrak sering diartikan sebagai suatu perjanjian. Ada kontrak yang dapat dipaksakan dan tidak dapat dipaksakan didepan hukum, tetapi kontrak dalam asuransi sangat berbeda dalam penerapannya. Salah satu aspek yang amat penting dalam kontrak adalah pelaksanaan kontrak itu sendii, bahkan dapat dikatakan justru pelaksanaan kontrak inilah yang menjadi tujuan orang-orang, mengadakan kontrak, Karena dengan pelaksanaan kontrak tersebut pihak-pihak yang membuatnya akan dapat memenuhi kebutuhannya, kepentingannya serta pengembangannya Kontrak kalau dilihat dari wujudnya merupakan rangkaian kata-kata yang mengandung janji- janji atau kesanggupan-kesanggupan yang diucapkan atau dituangkan dalam bentuk tulisan oleh pihak-pihak yang membuat kontrak, dan dalam kontrak tercantum hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari pihak yang membuatnya. Dalam kontrak asuransi jiwa, disebutkan bahwa kontrak yang dilakukannya yaitu antara Penanggung (perusahaan asuransi) dengan Pemegang Polis. Pemegang polis adalah orang atau badan hukum yang mengadakan penjanjian tersebut. Sedangkan Tertanggung adalah orang atas jiwanya diadakan pertanggungan, artinya secara individu Tertanggung dapat menjadi atau dalam kedudukan sebagai Pemegang polis. Adapun yang dimaksud Penanggung 43 /a, Kesehatan dan Anuitas adalah Badan usaha perusahaan asuransi itu sendiri, jadi bukan dalam bentuk perorangan atau individu. Bentuk Kontrak (Contract form) Terdapat sejumlah alasan teknis untuk menyatakan bahwa kontrak informal harus dibuat secara tertulis, sebab manusia sering tidak dapat dipercaya. Kontrak yang dibuat secara tertulis akan lebih aman bagi para pihak dan juga lebih mudah untuk membuktikannya. Dalam praktek, khususnya pada kontrak asuransi yang temporer pada umumnya kontrak yang, ditegakkan secara lisan, contoh pada asuransi cargo, sehingga jika terjadi klaim maka proses pembuktiannya akan dapat menimbulkan sengketa. Sebuah kesepakatan dapat menjadi ilegal karena kesepakatan itu pertentangan dengan hukum, dilarang oleh UU. Pertentangan aturan-aturan yang dinyatakan secara jelas, melawan kebijaksanaan umum atau kepentingan umum. Adapun kesepakatan dapat dikatakan ilegal seperti: kesepakatan dalam pengendalian perdagangan atau monopoli; kesepakatan yang sangat memberatkan; Kesepakatan dalam judi/pertaruhan dan kesepakatan-kesepakatan untuk merugikan atau menghilangkan nyawa orang lain adalah merupakan kesepakatan-kesepakatan yang tidak sah secara umum. Hukum tidak akan membantu pihak manapun juga dalam sebuah kesepakatan yang tidak sah, dalam kedua belah pihak tidak dapat memaksa pihak lain yang manapun juga untuk memenuhi perjanjian dalam kontrak tersebut. Namun bagaimana pun juga UU kadang-kadang dibuat atau ditulis untuk melindungi pihak- pihak tertentu, sebagai contoh yang menentukan keabsahan kontrak asuransi adalah kontrak yang dikeluarkan oleh penanggung, sedangkan pemegang polis, tertanggung atau termanfaat Giwajibkan untuk memenuhi atau mematuhi aturan-aturan dalam Kontrak tersebut. Bentuk dari kontrak tersebut menjadi kontrak sepihak (unilateral contract). SYARAT-SYARAT UMUM KONTRAK 1. Status hukum dari kontrak Prinsip-prinsip undang-undang kontrak menentukan status hukum dari suatu kontrak, yaitu yang mengatakan apakah suatu persetujuan merupakan kontrak yang secara hukum mengikat pihak yang terlibat dan dapat memaksa para pihak di pengadilan. Untuk menjelaskan status hukum dari kontrak sering dipergunakan istilah valid, void dan voidable. a, Valid (berlaku). Valid contract adalah sesuatu yang dapat memaksa secara hukum. Sebuah kontrak yang sah adalah kontrak dimana masing-masing pihak dapat melaksanakan kontraknya didepan hukum atau dapat memaksakan kontrak tersebut dengan keputusan-keputusan pengadilan. b. Void (batal). Istilah void dipergunakan dalam undang-undang untuk menjelaskan sesuatu yang tidak pernah berlaku. Istilah umum yang dipergunakan adalah “void ad initio” artinya “batal dari semula” (void from start). Kontrak batal adalah sesuatu yang tidak pemah dapat memaksa secara hukum. Beberapa kontrak dari orang-orang yang mempunyai kapasitas kontraktual yang terbatas menjadi batal atau dapat dibatalkan, Sebuah kontrak yang batal adalah persetujuan yang tidak dapat dipaksakan/tidak dapat dinyatakan, dilaksanakan secara hukum dengan keputusan dari pengadilan, aa c Das: wt Asuransi : Jiwa, Kesehatan dan Anuitas Voidable (dapat dibatalkan). Pada waktu tertentu, mungkin ada dasar hukum bagi satu pihak dapat memaksa pihak lain untuk membatalkan atau menghentikan kontrak. Kontrak tersebut dikatakan dapat dibatalkan. Kontrak yang dapat dibatalkan, merupakan kontrak yang dapat secara hukum untuk membataikan kontrak tersebut untuk beberapa tindakan dalam situasi dimana sebuah kontrak dilakukan oleh orang yang tidak kompeten secara hukum. Kontrak dapat dibatalkan atau diperbaiki, namun apabila tidak dibatalkan maka kontraknya tetap berlaku, Kekuatan dari beberapa orang dengan kapasitas kontraktual yang terbatas itu untuk membatalkan atau untuk menghindari beberapa kontrak setelah melakukan kontrak, merupakan hal yang penting untuk siapa saja yang bermaksud membuat sebuah kontrak, pihak yang kompoten akan terikat. Sedangkan orang yang mempunyai kontraktual terbatas mempunyai hak untuk menentukan apakah dia melakukan kontrak/membatalkan kontraknya. Suatu kontrak harus ditafsirkan yang benar sesuai ketentuan pasal 1342 sampai dengan 1351 bab kedua, bagian keempat, Buku III KUHPdt yang isinya dapat disimpulkan: 1) Apabila kata-kata suatu perjanjian sudah jelas maka kata-kata itu tidak boleh disimpangkan dengan jalan menafsirkannya (pasal 1342) 2) Jika kata-kata suatu perjanjian dapat diberikan berbagai penafsiran maka kata-kata dalam perjanjian tersebut harus ditafsirkan dengan jalan menyelidiki maksud kedua belah pihak yang membuat perjanjian sewaktu perjanjian itu dibuat (pasal 1343 dan 1350) 3) Bilamana suatu perjanjian mengandung dua macam pengertian maka harus dipilih pengertian yang memungkinkan perjanjian itu dilaksanakan (pasal 1344) 4) Seandainya dalam suatu perjanjian terdapat kata-kata yang mengandung dua macam pengertian maka harus dipilih pengertian yang paling selaras dengan sifat perjanjian (pasal 1345) 5) Sekiranya dalam suatu perjanjian terdapat suatu hal yang meragukan maka hal itu harus ditafsirkan menurut apa yang menjadi kebiasaan dalam suatu daerah dimana perjanjian itu dibuat (pasal 1346), dan perjanjian tersebut harus ditafsirkan atas kerugian pihak kreditur dan untuk keuntungan pihak debitur (pasal 1349) ©) Segala sesuatu yang menurut kebiasaan sclamanya diperjanjikan, dianggap secara diam-diam dimasukkan dalam perjanjian, meskipun tidak dinyatakan dengan tegas dalam perjaajian yang bersangkutan (pasal 1347) 7) Semua janji-janji yang dibuat dalam perjanjian harus diartikan dalam hubungan satu sama lain dan harus ditafsirkan dalam rangka perjanjian seluruhnya (pasal 1348), Dengan mempergunakan cara-cara penafsiran tersebut, suatu perjanjian yang semula isinya kurang lengkap dan kurang jelas, akan dapat ditafsirkan menjadi jelas. Namun hal ini belumlah menjamin suatu perjanjian dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Bahkan perjanjian yang sudah dirumuskan dengan syarat baku sekalipun, belum menjamin perjanjian itu pasti dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya, kecuali perjanjian itu dilaksanakan dengan itikad baik (goede trouw, utmost good faith). 45 Dasar-Dasar Asuransi a, Kesehatan dan Anui Itikad baik yang dimaksud adalah itikad baik seperti yang diatur dalam pasal 1338 ayat (3) KUHPdt, yang menyebutkan bahwa: "Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik” artinya bahwa para pihak harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau kemauan baik dari para pihak. Syarat-syarat umum kontrak ‘Ada empat persyaratan umum yang harus dipenuhi agar kontrak informal mengikat semua pihak (legal status of a contract), yai © Harus ada manifestasi kesepakatan bersama atas syarat-syarat kontrak masing-masing pihak (mutual assent) + Masing-masing pihak dalam kontrak harus mempunyai “legal capacity” atau contractual capacity (wewenang atau kompetensi hukum) untuk membuat kontrak. © Masing-masing pihak dalam kontrak harus saling memberi dan menerima sesuatu yang bemilai sama (legally adequate consideration). © Kontrak tidak bertentangan dengan hukum (Javfial purpose). Dalam hak polis asuransi jiwa sebagai kontrak informal, keempat persyaratan tersebut harus dipenuhi. Menurut Prof. Subekti, SH dalam bukunya yang berjudul “Hukum Perjanjian” (2005 : 17) menyebutkan bahwa: sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat : © Sepakat mereka yang mengikat di © Cakap untuk membuat suatu perjani © Mengenai suatu hal tertentu; ya, © Suatu sebab yang halal. Demikian menurut pasal 1320 KUHPat. Selanjutnya Prof. Subekti, SH. menjelaskan bahwa dua syarat yang pertama, dinamakan syarat subyektif, karena mengenai orang-orangnya atau subyeknya yang mengadakan perjanjian, sedangkan dua syarat yang terakhir dimakan syarat- syarat obyektif karena mengenai pekerjaannya sendiri atau obyek dari perbuatan hukum yang dilakukan itu, a. Kesepakatan bersama (mutual assent) Apakah satu kontrak dibuat oleh beberapa pihak dengan menanda-tangani persetujuan formal tertulis atau kedua belah pihak saling bersalaman, semua itu menunjukkan bahwa pihak yang bersangkutan telah sepakat menyetujui sesuatu yang diperjanjikan. Ini ‘merupakan dasar persyaratan hukum dari kesepakatan bersama yang menganggap bahwa satu pihak telah membuat penawaran dan pihak lain telah menerima penawaran. Jika tidak ada manifestasi kesepakatan bersama oleh pihak-pihak yang bersangkutan terhadap janji dan syarat-syarat persetujuan berarti tidak ada yang dapat memaksa secara hukum adanya kontrak. Manifestasi kesepakatan berarti dapat memberikan kelayakan bagi setiap orang sehingga ada persetujuan antara pihak-pihak yang bersangkutan. 46 AMAL Dasar-Dasar Asuransi: Jiwa, Kesehatan dan Anuitas 1) Penawaran (offer) Sebuah penawaran adalah sebuah proposal yang spabila diterima oleh pihak lain sesuai dengan syarat-syaratnya akan dapat menciptakan persetujuan yang mengikat. Apabila kuasa yang diberikan kepada orang lain, apabila dicabut maka tidak memiliki kekuatan hukum. Orang-orang yang membuat penawaran disebut Qferor dan orang menerima penawaran disebut Offeree. Apabila penerima penawaran bermaksud untuk memberi jawaban, ada beberapa pilihan, yaitu: © Penerima dapat menolak penawaran; © Membatalkan dan meminta penawaran baru yaitu dengan penawaran ulang, yang dalam hukum berarti sebuah penolakan dari penawaran yang pertama dan pemberian penawaran baru; atau © Menerima penawaran sesuai dengan syarat-syaratnya. Suatu penawaran dapat berbentuk sebuah janji atau sebuah tindakan (a promise or an act). Dapat juga berbentuk janji untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Sebagai contoh, sebuah penawaran dapat berbentuk sebuah janji untuk membayar sejumlah uang apabila penerima penawaran melakukan tindakan atau membuat janji yang diminta oleh pemberi penawaran. Apabila pemberi penawaran meminta dilakukannya semua tindakan atas janjinya, maka kontraknya akan menjadi sebuah kontrak unilateral karena hal ini hanya melibatkan dari pemberi penawaran, Apabila pemberi penawaran meminta sebuah janji dari orang yang membuat penawaran maka kontraknya menjadi kontrak bilateral. Sebuah tindakan dapat ditukarkan untuk sebuah penawaran dengan sebuah janji. Hal ini sering terjadi dalam asuransi jiwa atau asuransi Kesehatan. Tindakan tersebut adalah penyerahan dari permohonan untuk asuransi dan pembayaran dari premi pertama. Jadi kontrak asurensi jiwa, asuransi kesehatan atau anuitas seperti kontrak-kontrak informal yang lain terjadi dari satu pihak melakukan penawaran dan pihak yang lain ‘menerima penawaran tersebut, Penawaran harus jelas dalam syarat-syarat materialnya (atau harus memenuhi kejelasan dalam penerimaan) bahwa syarat-syarat dari Kontrak dapat ditegaskan secara pasti (a definite commitment). Sebuah prinsip dasar dari hukum kontrak adalah bahwa seseorang dapat memilih kepada siapa dia akan melakukan kontrak, untuk alasan ini komunikasi berkontrak dari sebuah penawaran mensyaratkan bahwa pemberi penawaran memberitahu mengenai penawarannya kepada orang yang dia inginkan untuk melakukan kontrak (communication to the offeree). ‘Apabila penawarannya dikirim melalui surat maka penawaran tersebut harus diterima oleh penerima penawaran, Pemberi penawaran dapat menjelaskan batas waktu penawaran (duration of the offer) apabila dia menginginkannya. Penawaran dapat 47 2) wa, Kesehatan dan Anuitas kemudian menjadi tertutup secara otomatis pada saat waktu berakhimya atau penawaran setelah waktunya dilewati menjadi tidak efektif atau tidak sah, sebab ‘waktu yang ditentukan dalam penawaran tersebut tidak dipenuhi. Pemberi penawaran biasanya mempunyai hak untuk membatalkan atau mencabut penawarannya (withdrawal of the offer) kapan saja selama penawaran tersebut diterima, ‘Apabila penerima penawaran tak ingin menerima penawaran seperti yang ditawarkan tetapi ingin memperbaiki kontrak dengan syarat-syarat yang berbeda maka penerima penawaran dapat menolak penawaran (rejection and counter offer) yang pertama dan membuat penawaran ulang, Dan kematian salah satu yang memberikan penawaran sebelum penawaran tersebut diterima juga menyebabkan gugurnya penawaran (death or incapacity of offeror or offeree). Penerimaan (acceptance) Penerimaan yang dilakukan oleh penerima penawaran harus merupakan hal yang positif dan tanpa syarat dan harus menyatakan persetujuan terhadap penawaran. Sebab penerimaan harus secara cukup dan positif menyatakan persetujuan dengan jelas terhadap syarat-syarat yang diajukan oleh pemberi penawaran, bahwa penerima penawaran harus mempunyai niat untuk menerima. Pernyataan yang sederhana yang menyatakan saya setuju sudah cukup dijadikan referensi terhadap penawaran dan apabila pemberi penawaran telah meminta sebuah janji sebagai bayarannya atau sebagai pertukarannya, Pemenuhan dari tindakan yang diminta untuk sebuah kontrak bilateral adalah penerimaan yang cukup secara hukum apabila hanya orang yang diberi penawaran oleh pemberi penawaran dapat menerima penawaran tersebut. Untuk hal ini, dalam aturan-aturan yang umum, sikap diam tidak dapat dianggap sebagai penerimaan. Sebagai contoh, apabila seorang calon tertanggung asuransi jiwa menyerahkan aplikasi dan juga membayar premi pertama terhadap penanggung maka tindakan itu biasanya merupakan sebuah penawaran. Perusahaan asuransi mengkomunikasikan persetujuannya dengan menerbitkan polis calon tertanggung tersebut. Namun bagaimana pun juga apabila perusahaan asuransi menyatakan bukti-bukti penerimaan premi atau sebaliknya bahwa asuransinya berlaku pada saat persetujuan dari aplikasi tersebut, maka komunikasi kepada tertanggung mengenai penerimaan asuransi tersebut bukanlah merupakan hal yang penting dalam membuat kontrak yang mengikat. Perusahaan asuransi tersebut akan terikat dalam kontrak segera pada saat perusahaan ‘menyetujui aplikasi tersebut walaupun calon tertanggungnya belum mengetahui penerimaan tersebut. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya mengandung makna bahwa para pihak yang membuat perjanjian telah sepakat atau ada persesuaian kemauan atau saling menyetujui kehendak masing-masing, yang dilahirkan oleh para pihak dengan tiada paksaan atau ketakutan (dwang), kekeliruan atau kekhilafan (dwaling), dan penipuan (bedrog). Tiga hal tersebut yang mengakibatkan kesepakatan tidak sempurna (pasal 1321 — 1328 KUHPdt). 48 Dasar-Dasar Asuransi : Jiwa, Kesehatan dan Anuitas Untuk perjanjian-perjanjian yang tunduk pada asas konsensualitas, menyebutkan bahwa perjanjian terjadi pada saat kesepakatan terjadi atau telah dimulai, sehingga dengan teori ini dalam kontrak asuransi banyak menerapkan bahwa kontrak asuransi dimulai, sesuai teori-teori yang diterapkannya sebagai berikut: © Perjanjian terjadi apabila atas penawaran telah dilahirkan kemauan menerimanya dari pihak Jain atau tanggal atau hari ditanda-tanganinya Surat Permintaan Asuransi Jiwa (SPAJ) (Uitings theorie), ‘* Perjanjian terjadi pada saat surat penerimaan dikirimkan kepada si penawar atau saat SPAJ dan premi pertama dikirim ke Penanggung atau diterima oleh Agen atau tenaga penjual asuransi (Verzend theorie), ‘* Perjanjian pada saat menerima surat penerimaan/sampai di alamat penawar atau tanggal atau hari SPAJ dan premi pertama diterima Penanggung (Onvangs theorie), dan © Perjanjian baru terjadi, apabila si penawar telah membuka dan membaca surat penerimaan itu atau SPAS telah diterima dan diakseptasi secara underwriting (Vernemings theorie). Dalam hal polis asuransi jiwa, sebagaimana kontrak lainnya, persyaratan kesepakatan bersama itu dipenuhi melalui adanya proses penawaran dan persetujuan. Akan tetapi dalam asuransi jiwa terdapat beberapa variabel yang harus dipertimbangkan dalam menentukan siapa offeror, yaitu orang yang sesungguhnya membuat penawaran dan siapa offeree yaitu kepada siapa penawaran dibuat. Persyaratan penawaran dan persetujuan di dalam pembuatan kontrak asuransi jiwa akan dibicarakan kemudian dalam bab atau bagian ini pada waktu membahas surat permintaan yang diisi oleh seseorang yang mau membeli polis asuransi jiwa. Dari sudut hukum perjanjian, suatu Kontrak dinyatakan sah apabila kontrak tersebut telah memenuhi ketentuan pasal 1320 KUHPdt di atas. Adanya “kesepakatan” yang merupakan salah satu syarat dari sahnya suatu kontrak tersebut dalam perjanjian asuransi, secara lebih khusus diatur dalam pasal 257 KUHD yang menyatakan bahwa perjanjian asuransi antara penanggung dan tertanggung telah terjadi dan mengikat kedua belah pihak atau diterbitkan seketika setelah ia ditutup; sedangkan pasal 1338 ayat (1) KUHPdt, menyebutkan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai UU bagi mereka yang membuatnya. b. Wewenang hukum (legal capacity) Kewenangan hukum sangat berkaitan dengan pihak-pihak yang kompeten dalam melakukan Kontrak, dan seseorang dengan umur yang secara hukum diakui tanpa mempunyai keterbatasan mental, mempunyai kelainan, secara hukum kompeten untuk melakukan kontrak, atau orang seperti itu dinyatakan mempunyai kapasitas dalam kontrak atau mempunyai kompetensi hukum untuk membuat sebuah kontrak yang sah. Namun bagaimana pun juga kapasitas kontrak dari kelas tertentu dari orang-orang yang mempunyai keterbatasan, seperti orang yang dibawah umur, orang yang secara mental lemah, orang yang mabuk, narapidana, orang-orang asing, dan perusahaan-perusahaan. Beberapa kontrak dari orang-orang seperti ini menjadi batal (void) atau dapat dibatalkan (voidatle). 49 Dasar-Dasar Asuransi : Jiwa, Kesehatan dan Am 1) Orang yang dibawah umur (minors). Seorang yang dibawah umur tidak dapat memberikan kepastian hukum yang tidak dapat dibatalkannya, schingga pihak-pihak yang kompeten sering menolak melakukan kontrak dengan seorang yang dibawah umur hal ini merupakan kerugian dari orang dibawah umur tersebut. Kontrak-kontrak yang tidak dapat dihindari oleh orang-orang yang dibawah umur (contracts that the minor cannot avoid). Orang-orang dibawah umur juga bertanggung-jawab atas nilai-nilai yang wajar terhadap kebutuhan-kebutuhan yang dibelinya untuk mereka sendiri. Dengan catatan: mereka tidak bertanggung-jawab atas nilai kontrak tetapi lebih pada nilai yang wajar dari barang-barang tersebut. Bagi orang-orang yang lemah mental, baik apakah mereka dibawah perwalian atau tidak akan bertanggung-jawab atas nilai-nilai yang wajar dari kebutuhannya, dibelinya asuransi bukanlah merupakan sebuah kebutuhan maka kontrak-kontrak asuransi bagi orang yang secara lemah mental dapat dibatalkan. Dalam praktek, telah diberlakukan dan memberikan hak pada orang-orang yang dibawah umur diatas umur yang sudah ditentukan untuk membuat kontrak asuransi jiwa atau kontrak asuransi keschatan dalam kondisi dan syarat-syarat tertentu, contoh: kontrak asuransi jiwa/asuransi kesehatan dan asuransi Kecelakaan untuk jiwa mereka sendiri untuk manfaat yang diberikan kepada mereka sendiri/kepada ayahnya, ibunya, suaminya, istrinya, anaknya, saudara laki-laki atau saudara perempuannya dan dapat melakukan/mendapatkan semua hal-hal kekuatan-kekuatan kontraktual seperti itu terhadap kontrak apa pun juga terhadap kontrak asuransi seperti itu yang mungkin dilakukan/dilaksanakan oleh orang yang berumur cukup secara hukum, Biasanya tiap individu mempunyai wewenang hukum untuk membuat kontrak jika telah berumur dewasa menurut hukum dan mempunyai _kompetensi (kecakapan/kemauan) mental. Tiap orang yang belum mencapai umur dewasa secara hukum atau tidak mempunyai kecakapan mental, tidak dapat membuat kontrak kecuali kontrak penyediaan dana untuk menutupi biaya kebutuhan yang rasional. Biaya Kebutuhan yang dimaksudkan adalah kebutuhan untuk hidup schari-hari, seperti makanan, perumahan, pakaian. Kontrak untuk kebutuhan tersebut tetap berlaku meskipun salah satu pihak tidak mempunyai wewenang hukum terhadap kontrak, Kontrak polis asuransi jiwa belumlah dianggap sebagai kebutuhan pokok oleh pengadilan, Kecuali untuk kontrak kebutuhan pokok dan jika tidak bertentangan dengan hukum dan peraturan yang berlaku, kontrak yang dibuat oleh orang yang masih di bawah umur hanya dapat dibatalkan atas permintaan dari orang yang di bawah umur tersebut. Orang yang dibawah umur ialah orang yang belum mencapai umur dewasa menurut hukum untuk membuat kontrak. Umur sah menurut hukum untuk dapat membuat kontrak adalah umur dewasa secara hukum, Di Amerika Serikat dan Canada umumnya umur dewasa adalah 18 tahun, tetapi ada juga di negara bagian tertento yang menganggap umur 16, 15 atau 14 tahun sudah dewasa dan dapat membeli polis asuransi jiwa. 30 Dasar-Dasar Asuransi : Jiwa, Kesehatan dan Anuitas 2) Undang-undang perlu menetapkan umur dewasa menurut hukum pada saat pembelian asuransi jiwa untuk melindungi perusahaan asuransi dari kemungkinan adanya orang i bawah umur yang menolak kontrak di kemudian hari dengan alasan belum mempunyai wewenang (Kapasitas) hukum. Jika seandainya perusahaan asuransi jiwa menjual polis kepada orang yang masih dibawah umur maka perusahaan asuransi harus mendukungnya sampai akhir kontrak. Akan tetapi, orang yang masih dibawah umur tersebut dapat menuntut untuk membatalkan polis dan perusahaan asuransi harus mengembalikan premi yang telah dibayar untuk polis tersebut walaupun polis tersebut telah lama berjalan aktif. (Orang yang secara mental tidak mampu (mentally infirm persons) Orang yang secara mental tidak mampu dapat disebabkan oleh kegilaan, keterbelakangan mental, penyakit, Iuka atau umur yang sudah tua. Tingkat dari ketidak-mampuan/kelemahan mental berkisar dari keterbelakangan yang ringan sampai dari tingkat yang fungsi atau koma yang tetap yang sering terjadi pada saat sescorang menerima luka yang sangat berat di kepalanya. Kapasitas kontraktual dari orang yang lemah mental tergantung apakah pengadilan telah memutuskan bahwa orang tersebut secara mental telah kompeten dan telah menunjuk wali atas kekayaan orang itu atau jika tidak apakah orang itu dapat secara wajar memahami sifat-sifat atau akibat-akibat dari persetujuan itu. Apabila seorang wali telah ditunjuk (fa guardian has been appointed). Tujuan dari penunjukkan wali adalah untuk menjaga kekayaan dari orang yang lemah mental tersebut dari penyimpangan yang dilakukannya sendiri dan tujuan ini akan dikalahkan apabila orang yang lemah mental itu mempunyai kekuatan untuk melakukan kontrak. Wali tersebut mempunyai kontrol terhadap properti dari orang yang lemah mental tersebut dan tunduk pada supervisi dari Pengadilan. Apabila belum ada wali yang ditunjuk (if no guardian has been appointed), maka kemampuan dari orang yang lemah mental tersebut untuk memahami kompleksitas dari perjanjian/persetujuan biasanya akan menentukan apakah kontraknya batal/dapat dibatalkan, Sebagai contoh orang yang lemah mental mungkin dapat memahami apa yang termaksud dalam pembelian sebuah sepeda tetapi tidak memahami apa yang termasuk dalam kaitan membeli saham dalam perusahaan, Apabila orang yang lemah mental tidak mempunyai pemahaman secara total sama sekali mengenai karakteristik/sifat dan akibat-akibat dari persetujuan maka kontraknya batal untuk dilaksanakan, Namun bagaimana pun juga, orang yang lemah mental tersebut masih mempunyai pemahaman atau tidak secara total tidak tahu. Tetapi secara wajar tidak mengetahui sifat-sifavesensi dan akibat-akibat dari perjanjian tersebut maka kontraknya menjadi dibatalkan dan oleh orang yang lemah mental itu seorang wali yang kemudian ditunjuk dapat membatalkan sebuah kontrak bagi orang dibawah umur. Jika orang tersebut kemudian dinyatakan cakap mental oleh pengadilan, maka yang bersangkutan dapat membatalkan kontrak atau minta terus dilanjutkan. Pihak lainnya pada kontrak tidak mempunyai hak untuk membatalkan kontrak dan harus melaksanakan ketentuan-ketentuan tersebut dalam kontrak jika diminta. 31 3) Lebih jauh Prof, Subekti, SH di dalam bukunya schubungan dengan persyaratan yang, kedua untuk sahnya perjanjian adalah sebagai berikut: cakap untuk membuat suatu perjanjian; atau sama dengan pengertian tentang masing-masing pihak dalam kontrak harus mempunyai legal capacity atau wewenang hukum untuk membuat Kontrak. Pada pasal 1330 KUHPdt disebut sebagai orang-orang yang tidak cakap untuk ‘membuat suatu perjanjian ialah: ‘© Orang-orang yang belum dewasa; yaitu anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan (pasal 47 UU No. 1 tahun 1974 tentang UU Perkawinan), sedangkan dalam pasal 330 BW menyebutkan belum dewasa dengan belum meneapai umur 21 tahun, © Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan; yaitu yaitu orang-orang dewasa tetapi dalam keadaan dungu, gila, mata gelap, dan pemboros (pasal 433 KUHPdt) © Orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang dan semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu; misalnya pailit. ‘Yang dimaksud dengan “mereka yang ditaruh di bawah pengampuan* adalah orang yang tidak schat pikirannya, tidak mampu menginsyafi tanggung-jawab yang dipikul oleh seorang yang mengadakan suatu perjanjian. Orang yang ditaruh di bawah pengampuan menurut hukum tidak dapat berbuat bebas dengan harta kekayaannya. la berada di bawah pengawasan pengampuan. Kedudukannya sama dengan seorang anak yang belum dewasa. Kalau seorang anak belum dewasa harus diwakili oleh orang tua ‘atau walinya, maka seorang dewasa yang ditaruh di bawah pengampuan harus diwakili oleh pengampuan atau oratomnya. Menurut pasal 108 KUHPat, seorang perempuan yang bersuami, untuk mengadakan suatu perjanjian, memerlukan banfuan atau izin (kuasa tertulis) dari suaminya. ‘Akan tetapi dalam praktek para Notaris sekarang sudah mulai mengizinkan seorang isteri, yang tunduk kepada Hukum Perdata Barat _membuat suatu_perjanjian dihadapannya, tanpa bantuan suaminya. Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No. 3/1963 tanggal 4 Agustus 1963 yang ditujukan kepada kepada Ketua Pengadilan Negara dan Pengadilan Tinggi di seluruh Indonesia teryata, bahwa Mahkamah Agung menganggap pasal-pasal 108 dan 110 KUHPdt tentang wewenang seorang isteri untuk melakukan perbuatan hukum dan untuk menghadap di depan pengadilan tanpa izin atau bantuan suaminya, sudah tidak berlaku lagi. Orang-orang yang mabuk (intoxicated persons). Sebuah kontrak dapat menjadi batal apabila satu dari para pihak, begitu sangat dipengaruhi oleh alkohol atau obat-obatan pada saat kontraknya dibuat sehingga membuatnya tidak dapat memahami karakteristik dan akibat dari kontrak tersebut. Dengan sembuhnya pihak yang dibawah pengaruh alkohol atau obat-obatan tersebut maka dia dapat membatalkan kontraknya namun bagaimana pun juga dia akan tetap bertanggung-jawab atas nilai yang wajar dari kebutuhan-kebutuhan yang dibelinya. 352 e Dasar-Dasar Asuransi : Jiwa, Kesehatan dan Anuitas 4) Para narapidana (convicts). Seorang narapidana tidaklah secara keseluruhan tidak mempunyai kapasitas dalam melakukan kontrak. Seorang narapidana, bertanggung-jawab atas nilai wajar kebutuhannya, 5) Orang asing (aliens). Warga negara dari negara-negara berbeda sering membuat kontrak satu sama lain. Kontrak-kontrak ini biasanya sah dan dapat dipaksakan secara hukum dilaksanakan. ‘Namun sebuah kontrak yang dilakukan oleh 2 orang warga negara dari 2 negara yang, ‘melakukan perang dinyatakan batal. 6) Badan hukum (corporations). Dari kapasitas kontraktual, perusahaan ditentukan oleh aturan-aturan dari anggaran dasamya dan UU dari negara dimana perusahaan itu didirikan yaitu negara domisilinya. Sebuah perusahaan mempunyai kekuasaan yang jelas diberitakan dalam anggaran dasamya dan dalam UU dimane perusahaan itu didirikan dan sebuah perusahaan juga mempunyai kekuasaan/kekuatan yang tersirat dan kekuatan yang sekali-kali diperlukan untuk digunakan dalam memperjelas kekuasaan-kekuasaannya. Perusahaan asuransi yang melakukan bisnis di sebuah negara tanpa mendapatkan lisensi atau ijin, maka seorang agen asuransi dari perusahaan asuransi tersebut dapat diberikan penalti atau sanksi. Supaya kontrak mengikat semua pihak, masing-masing harus mempunyai wewenang. (Kapasitas) hukum untuk membuat kontrak. Jika persyaratan ini diaplikasikan pada kontrak asuransi jiwa berarti perusahaan asuransi harus mempunyai wewenang hukum untuk menerbitkan polis dan pemohon harus mempunyai wewenang hukum untuk membeli polis. Penanggung mempunyai wewenang hukum untuk membuat kontrak polis karena ada izin usaha atau izin operasi dari pemerintah dalam mengelola usaha asuransi jiwa Perusahaan asuransi jiwa tidak mempunyai wewenang hukum untuk membuat kontrak asuransi. Seandainya ada penanggung yang tidak mempunyai izin usaha menerbitkan polis kepada seseorang yang tidak mengetahui bahwa penanggung tidak mempunyai wewenang hukum untuk membuat kontrak asuransi, maka polis-polis tersebut memiliki kekuatan hukum untuk memproteksi orang yang memiliki polis tersebut. Jadi polis tersebut hanya dapat dibatalkan oleh Pemilik Polis. Konsiderasi hukum (legal consideration) Pertimbangan merupakan nilai atau hal yang dipakai oleh orang yang berjanji Pertimbangan juga termasuk sebuah tawar-menawar untuk pertukaran. Dalam hal kontrak asuransi jiwa pertimbangannya adalah aplikasi dan premi pertama yang diberikan oleh calon tertanggung kepada perusahaan asuransi sebagai penukar dari janji untuk membayar ‘manfaat kematian dalam situasi tertentu yang dijelaskan dalam polis. 33 iiwa, Kesehatan dan Anuitas Sesuatu yang mempunyai nilai terhadap seseorang mungkin mempunyai nilai yang sedikit atau tidak mempunyai nilai sama sekali bagi orang lain. Dengan adanya pengelapan atau penipuan pengadilan mengambil posisi bahwa para pihak mengetahui apa yang mereka lakukan dan bahwa pemberi janji sudah tahu apa yang diinginkannya sebagai balasan dari janji tersebut, jadi merupaken pertimbangan yang cukup menurut hukum (legally ‘adequate consideration). Jadi apabila Asrini meminta sebuah tindakan dan Bariah melakukan tindakan itu dan ini ‘maka dilakukannya tindakan itu merupakan pertimbangan yang cukup untuk janji si A. Tnilah yang diminta oleh Asrini dan diterimanya sebagai balasan dari janji si Asrini, yang merupakan permintaan sebuah tindakan atau janji (a requested act or promise). Manfaat atau kerugian (a benefit or detriment). Sebuah ganti kerugian hukum tidak perlu diberikan kerugian aktual kepada yang menerima janji. Ikhtisar klasik dari poin ini mengenai seorang paman yang menjanjikan kepada keponakannya untuk memberikan sejumlah uang pada ulang tahun yang ke 25 apabila berhenti merokok sampai tanggal itu. Pertimbangan janji paman tersebut adalah berhentinya merokok bukanlah merupakan ganti kerugian terhadap keponakan itu, sebenamya sebagian besar merupakan manfaat. Sebuah janji yang bersyarat (a conditional promise), secara umum saling berjanji merupakan pertimbangan secara cukup dan secara hukum bagi masing-masing sebagai sebuah kontrak bilateral. Sebagai contoh, sebuah janji untuk membayar manfeat asuransi merupakan janji yang disertai dengan syarat karena hal ini disyaratkan apabila terjadi kerugian. Pembayaran akan dilakukan hanya apabila terjadi kerugian. Banyak polis-polis asuransi berjangka berakhir tanpa pembayaran dari manfaat kematian. Penanggung berjanji untuk membayar manfaat kematian dengan syarat tertanggung meninggal selama jangka waktu polis, jika tidak maka pembayaran tidak dilakukan. Hal ini tidak berarti bahwa kontraknya tidak sah akan tetapi janjinya tidak mengikat artinya hanya bahwa kondisi yang disyaratkan tidak terjadi. Persyaratan yang diperlukan tidak dipenuhi. Terdapat 2 situasi dimana pengadilan menyatakan pertimbangannya tidak cukup (legally inadequate consideration), situasi ini adalah pertimbangan yang berlaku dan kewajiban hukum yang masih ada sebelumnya. 1) Pertimbangan yang lalu (past consideration), seperti ini umumnya tidak cukup untuk membuat sebuah kontrak yang mengikat, karena pertimbangan masa lalu tidak menimbulkan ganti rugi dan pertimbangan yang cukup memerlukan sebuah tawar- menawar. 2) Kewajiban hukum (preexisting legal duty) yang masih dilakukan secara hukum yaitu janji untuk melakukan atau memenuhi kewajiban hukum yang sebelumnya harus dijalankan dan tidak akan menjadi pertimbangan yang cukup untuk menciptakan kontrak yang terikat. Secara hukum, pihak-pihak yang bersangkutan dalam Kontrak informal harus saling menukar konsiderasi, artinya masing-masing pihak harus memberikan atau menjanjikan sesuatu yang bernilai kepada pihak lain. Surat permintaan asuransi jiwa dan uang premi pertama yang dibayarkan oleh Pemilik Polis merupakan konsiderasi hukem untuk kontrak asuransi jiwa. Pertimbangan ini sebagai imbalan janji dari pihak Penanggung untuk membayar manfaat jika Tertanggung meninggal dalam masa pertanggungan. 34 Dasar-Dasar Asuransi : Jiwa, Kesehatan dan Anuitas Jika wang premi tidak dibayar maka kontrak yang berlaku antara pemohon dan perusahaan asuransi masih belum ada karena pemohon belum memenuhi persyaratan pertimbangan. Premi lanjutan (renewal), yaitu premi yang dibayar seielah premi pertama, merupakan persyaratan untuk berlanjutnya kontrak polis dan bukan merupakan pertimbangan untuk polis. d. Tidak bertentangan dengan hukum (lawful purpose) Kontrak tidak dapat dibuat untuk tujuan yang ilegel atau untuk tujuan yang bertentangan dengan kepentingan umum. Kontrak harus sesuai dengan tujuan hukum. Pengadilan tidak akan mengesahkan suatu persetujuan yang mengarahkan seseorang untuk berbuat sesuatu yang bertentangan dengan undang-undang yang berlaku, umpamanya kontrak yang ‘meminta seseorang untuk membunuh orang lain. Persyaratan tidak bertentangan dengan hukum dalam kontrak asuransi jiwa dipenuhi dengan adanya unsur interest. Tujuan utama dari semua asuransi adalah untuk proteksi tethadap kerugian finansial. Bukan untuk kemungkinan pendapatan finansial. Persyaratan harus adanya insurable interest pada waktu membuat permohonan asuransi memberikan jaminan bahwa kontrak asuransi jiwa adalah sesuai dengan tujuan hukum, untuk proteksi tethadap kerugian finansial akibat kematian. Bukan untuk tujuan yang bertentangan dengan undang-undang seperti, contohnya perjudian. Syarat tidak bertentangan dengan hukum merupakan dasar dalam pembuatan kontrak. Pada saat kontrak telah terbentuk, bukti insurable interest tidak dipertukan lagi pada saat pertanggungan asuransi jiwa atau Pemilik Polis tidak diharuskan menunjukkan insurable interest lagi untuk perpanjangan kontrak. Untuk sahnya kontrak diperlukan 2 (dua) macam syarat yaitu : 1) Mengenai subyek perjanjian atau kontrak, yaitu kecakapan melakukan perbuatan hukum; Kesepakatan (consensus) yang menjadi dasar kontrak yang harus dicapai atas dasar kebebasan menentukan kehendak (tidak ada paksaan, kekhilafan ataupun penipuan). 2) Mengenai obyek dari kontrak, yaitu ditentukan bahwa apa yang dijanjikan harus cukup jelas; yang dijanjikan harus sesuatu yang halal dalam arti tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan. Demikian juga tidak dipenuhinya syarat pertama berakibat dapat dimintakan pembatalannya kepada Hakim, sedangkan dalam hal tidak dipenuhinya syarat kedua akan berakibat batalnya perjanjian demi hukum. ‘TIPE KONTRAK ASURANSI Bahwa kontrak asuransi adalah “value contract”. Value contract adalah kontrak sejumlah nilai yaitu sejumlah uang pertanggungan (UP) atau sebesar ganti rugi. Pengertian kontrak dapat diuraikan dengan beberapa cara, tergantung pada bentuk nyata dari Kontrak, tipe janji yang dibuat dalam kontrak dan sifat hubungan antara pihak-pihak yang bersangkutan dalam kontrak. Untuk mengetahui bagaimana polis asuransi jiwa berfungsi sebagai suatu kontrak, maka berikut ini akan dikaji atau dibahas masing-masing pasangan istilah yang dipakai untuk menggolongkan dan menguraikan kontrak-kontrak tersebut, yaitu: kontrak formal dengan kontrak informal; kontrak 35 bilateral dengan kontrak unilateral; kontrak komutatif dengan kontrak aleatori; dan kontrak bargaining dengan kontrak adhesi. Berikut ini akan menentukan istilah mana dari tiap pasangan tersebut yang diaplikasikan pada kontrak asuransi jiwa dan mengapa istilah tersebut sesuai. 1. Kontrak formal (formal contracts) dengan kontrak informal (informal contracts) Suatu kontrak disebut formal jika bentuknya mengikat secara hukum. Kontrak formal harus memenuhi persyaratan khusus, yaitu: dibuat secara tertulis, ditanda-tangani secara khusus atau dibubuhi cap ibu jari di atas segel atau materai yang sah dan bahkan dilakukan dihadapan pejabat perbuat akte Hanya karena seseorang yang berjanji suatu hal ini tidaklah berarti bahwa janji itu akan bisa dipaksakan secara hukum. Namun apabila sebuah kontrak sudah dimaksudkan sebagai sebuah Janji seperti dibuat menjadi mengikat dalam dua cara. Metode yang satu menyangkut hubungan dari bentuk instrumen dimana janji tersebut dinyatakan. Instrumen-instrumen yang dapat dirundingkan, sebagai contohnya; memiliki instrumen sebagai akibat kontrak-kontrak yang mengikat hanya apabila mereka mematuhi syarat-syarat Khusus sebagai suatu bentuk sebuah instrumen. Instrumen yang dapat dirundingkan harus dalam bentuk tertulis dan ditandatangani oleh pembuatnya. Cheqew/cek adalah salah satu instrumen yang dapat dirundingkan. Sebuah instrumen yang dapat dirundingkan bersifat mengikat karena bentuknya dan oleh karena itulah maka disebut kontrak formal. Dari persyaratan tersebut, kontrak asuransi jelas bukan kontrak formal. Kontrak asuransi jiwa (polis) adalah kontrak informal. Disebut informal apabila kekuatan hukumnya tidak tergantung dari bentuk tertulis, tetapi lebih tergantung pada pemenuhan persyaratan mutlak yang menyebabkan kontrak memiliki kekuatan hukum. Kontrak informal dapat dinyatakan secara lisan maupun secara tertulis. Persetujuan yang dibuat secara tertulis semata-mata sebagai bukti adanya kontrak, Dalam hal tertentu, persetujuan lisan atas kontrak dapat diikat secara hukum. Umpamakan: anda setuju membayar kepada Sdr. Anton sebesar Rp 50.000,- untuk upah memotong rumput pekarangan pada hari Minggu, maka secara hukum kita wajib membayar Rp 50.000,- kepada Sdr. Anton. Hal ini berlaku tanpa melihat apakah persetujuan itu dibuat tertulis ataupun tidak. Jika hal itu tidak dibuat secara tertulis maka persetujuan itu adalah lisan, Dari persyaratan sahnya suatu kontrak atau perjanjian, dapat diketahui dari elemen-elemen yang penting dalam kontrak asuransi sebagai suatu kontrak informal yang dapat dilaksanakan antara lain: a. Adanya suatu penawaran (offer) dan suatu penerimaan; b. Pertimbangan-pertimbangan yang cukup secara hukum atau pihak-pihak yang melakukan kontrak kompeten secara hukum; ¢. Sebuah bentuk kontrak yang diperkenankan oleh UU; dan 4. Para pihak yang mengadakan kontrak tidak dibawah paksaan atau akibat-akibat yang tidak semestinya, 56 aes zw [AAMAL Dasar-Dasar Asuransi : Jiwa, Kesehatan dan Anuitas Dalam teori, sebagai kontrak informal, kontrak asuransi jiwa dibuat secara tertulis ataupun secara lisan. Akan tetapi, karena beberapa alasan praktis kontrak asuransi jiwa harus dibuat dalam bentuk tertulis, yaitu: Pertama, pada umumnya, undang-undang peradilan tidak mempersyaratkan secara khusus supaya polis asuransi jiwa dibuat tertulis karena undang-undang peradilan bertindak dengan merujuk pokok masalah tersebut sesuai dengan perjanjian yang dipergunakan dalam polis asuransi jiwa, sebagaimana pokok masalah lainnya yang menganggap bahwa polis itu adalah dokumen tertulis. Kedua, mengapa polis itu harus dibuat tertulis adalah karena polis itu memuat banyak ketentuan-ketentuan, Ketentuan-ketentuan ini menerangkan kondisi dan syarat-syarat (term and condition) dari kontrak yang memungkinkan perusahaan melaksanakan_keinginan Pemilik Polis. Jika kontrak tidak tertulis, dapat menimbulkan masalah hukum akibat adanya perbedaan pengertian antara pihak-pihak yang bersangkutan mengenai isi persetujuan. Ketiga, mengapa polis itu harus tertulis adalah karena polis asuransi memuat catatan-catatan yang dibuat saat perjanjian. Adalah sulit, atau tidak mangkin untuk percaya atau mengingat janji lisan yang dibuat seseorang 50 tahun yang lalu. Dengan demikian maka kontrak asuransi jiwa harus dalam bentuk tertulis. Kontrak bilateral (bilateral contracts) dengan Kontrak unilateral (unilateral contracts) Seseorang yang membuat suatu janji dibawah kontrak disebut Promisor, sedangkan yang menerima janji disebut Promisee. Perihal orang dalam nuansa hukum sering diartikan sebagai manusia dan organisasi-organisasi seperti perusahaan atau korporasi. Pengertian orang sering, digunakan dalam buku ini, karena membahas tentang asuransi jiwa dan kesehatan. Kontrak atau janji kadang-kadang dibuat atau dilakukan oleh dua orang atau beberapa pihak dan dilakukan oleh satu pihak. Bilamana kontrak dilakukan oleh dua pihak yang membuat janji disebut kontrak bilateral yaitu kontrak-kontrak yang mempunyai janji-janji atau hak dan Kewajiban bagi kedua belah pihak, umpamakan; seseorang mengadakan kontrak dengan perusahaan konstruksi PT AGUNG untuk mendirikan satu gedung dengan harga yang disetujui bersama. Perusahaan PT AGUNG berjanji untuk menyelesaikan konstruksi gedung tersebut dengan harga tertentu dan kita berjanji untuk membayar sejumlah harga tersebut. Apabila hasilnya tidak sesuai dengan kontrak tersebut, kontrak dapat dibatalkan atau tidak dibayar lunas sesuai kontrak yang disepakati. Kontrak ini adalah kontrak bilateral sebab yang bersangkutan maupun perusahaan konstruksi PT AGUNG telah membuat perjanjian hukum yang memaksa. Prinsip sama-sama memenuhi kewajiban dalam perjanjian timbal balik, misalnya pada jual beli ditetapkan pada pasal 1478 KUHPadt yang menyatakan: “Si penjual tidak diwajibkan menyerahkan barangnya, jika si pembeli belum membayar harganya sedang si penjual tidak telah mengizinkan penundaan pembayaran kepadanya”. Sedangkan kontrak yang hanya terjadi dan dilakukan oleh satu pihak disebut kontrak unilateral yaitu kontrak yang hanya satu sisi, Mengkaji tentang kontrak unilateral sangatlah menarik, sebab kontrak asuransi adalah kontrak unilateral. Pemegang/pemilik polis tidak hanya berjanji untuk melakukan sesuatu atau membayar sesuatu dibawah kontrak asuransi jiwa dan keschatan, Kontraknya dapat berjalan hanya apabila preminya dibayar pada saat jatuh tempo, tetapi pemilik polis tidak pernah berjanji untuk melakukan pembayaran. 37 Kesehatan dan Anuitas Apabila premi asuransinya tidak dibayar oleh pemilik polis, perusahaan asuransi tidak dapat menuntut pemilik polis atas ketidak-mampuannya memenuhi kontrak tersebut. Sebaliknya perusahaan asuransi jiwa membuat janji yang secara hukum dapat dipaksakan untuk membayar sejumlah tertentu, apabila perusahaan asuransi tersebut menerima bukti kematian dari tertanggung. Sebagian besar kontrak-kontrak asuransi jiwa juga mencantumkan janji lain seperti membayar manfaat karena kecelakaan, cacat total atau janji dengan beberapa pengecualian-pengecualian, Apabila syarat-syarat yang diminta telah terpenuhi maka perusahaan asuransi wajib memenuhi janjinya dan pemegang polis atau penerima manfaat ‘termanfaatnya mempunyai hak untuk mendapatkan penggantian atas kerugian tersebut. Pelanggaran kontrak adalah ketidak-mampuan satu pihak untuk memenuhi janjinya sesuai dengan syarat-syarat, tanpa alasan hukum yang dapat diterima, Kontrak komutatif (commutative contracts) dengan kontrak aleatori (aleatory contracts) Kontrak dapat juga digolongkan sebagai komutatif atau aleatori. Kontrak komutatif adalah suatu persetujuan dimana masing-masing pihak menentukan lebih dahulu nilai yang akan dipertukarkan, artinya masing-masing pihak saling menukarkan barang yang mempunyai nilai (harga) yang sama. Suatu contoh untuk Kontrak kerja pembangunan gedung, maka pihak kontraktor akan melakukan tawar-menawar dengan pemilik gedung atas barang dan jasa yang ditawarkan sampai kata sepakat, Kontrak untuk mendirikan gedung tersebut adalah contoh kontrak komutatif. Pada waktu kontrak dibuat, kedua belah pihak menentukan jasa atau barang yang akan dipertukarkan dan masing-masing pihak menerima barang/jasa yang disetujui oleh mereka sebagai barang bernilai yang sama sebagaimana ditentukan dalam isi kontrak. Pada umumnya kontrak seperti itu termasuk kategori “suka sama suka” dan digolongkan sebagai komutatif. Dalam kontrak aleatori, adalah suatu kontrak dimana suatu pihak memberikan atau menyediakan sesuatu yang berharga atau bemnilai kepada pihak lainnya sebagai pertukaran atau imbalan janji-janji yang telah diberikan, yaitu janji-janji bahwa pihak lainnya akan melakukan tindakan atau perbuatan tertentu jika sesuatu ketidak-pastian tertentu terjadi atau timbul. Jika kejadian tersebut timbul maka apa yang telah dijanjikan harus dilaksanakan. Dengan demikian, pada kontrak aleatori, jika suatu peristiwa itu terjadi maka satu pihak dapat menerima sesuatu yang lebih besar nilainya dari satu pihak yang memberi. Dalam sebuah kontrak aleatori, janji oleh satu pihak disyaratkan atas terjadinya suatu kejadian yang tidak dapat diduga. Beberapa perjanjian aleatori merupakan perjanjian tidak sah namun beberapa yang lain sah. Perjanjian-perjanjian pertaruhan atau judi merupakan_perjanjian/ kesepakatan yang tidak sah. Kontrak-kontrak asuransi merupakan kesepakatan-kesepakatan yang sah dan dapat ditegakkan oleh pengadilan, Kejadian yang tidak terduga dalam persyaratan judi atau pertaruhan dapat berarti salah satu kuda berlari cepat dari yang lain dalam sebuah balapan atau lemparan dadu. Kejadian yang, tidak diduga dimana hal yang disyaratkan oleh kontrak asuransi dapat berbentuk kebakaran, kecelakaan kendaraan, kematian sakit, tergantung dari jenis kontrak asuransinya. Perusahaan asuransi berjanji untuk membayar uang dengan terjadinya kejadian yang diasuransikan. Polis asuransi jiwa adalah kontrak aleatori karena pelaksanaan janji penanggung untuk ‘membayar wang pertanggungan polis adalah tidak pasti, tergantung pada kapan peristiwa yang tidak pasti itu terjadi, yaitu kapan meninggalnya tertanggung. 358 AMAL Dasar-Dasar Asuransi : Jiwa, Kesehatan dan Anuitas ‘Tidak satu orang pun yang dapat mengatakan dengan pasti kapan seseorang yang jiwanya dipertanggungkan akan meninggal. Pada kenyataannya, jika polis berakhir atau batal sebelum meninggalnya tertanggung maka apa yang dijanjixan tidak harus dibayarkan, sekalipun sejumlah premi tertentu telah pernah dibayar. Sebafiknya, meninggalnya Tertanggung dapat saja terjadi segera atau beberapa saat setelah polis diterbitkan dan karenanya uang pertanggungan harus dibayar. Ahli waris akan menerima jumlah uang pertanggungan yang jauh lebih besar dari premi yang telah dibayar/disetorkan. 4. Kontrak bargaining (bargaining contracts) dengan kontrak adhesi (contracts of adhesion) Selanjutnya kontrak dapat digolongkan sebagai kontrak bargaining atau kontrak adhesi. ‘Anggaplah umpamanya pada waktu anda membuat kontrak dengan perusahaan kontruksi A untuk membangun gedung, dilakukan pembicaraan mengenai isi Kontrak. Anda meminta perusahaan kontruksi supaya menentukan jadwal waktu penyelesaian gedung, material yang dipakai, cara penyelesaian dan penyerahar kontruksi terakhir. Sebaliknya pihak kontraktor memberikan penawaran untuk semua itu, Misalkan anda kemudian bernegosiasi dengan perusahaan kontruksi hingga tercapai persetujuan Kontrak dengan anda. Maka cara seperti ini merupakan contoh kontrak bargaining, dimana kedua belah pihak secara bersama-sama menetapkan syarat-syarat dan ketentuan kontrak. Polis asuransi jiwa bukanlah kontrak bargaining, tetapi termasuk kontrak adhesi, yaitu kontrak yang dipersiapkan oleh satu pihak dan harus diterima atau ditolak secara keseluruhan oleh pihak lain. Pemohon berhak memilih syarat-syarat atau ketentuan tersebut dalam kontrak dan kemudian kontrak dapat disetujui atau ditolak secara tertulis oleh perusahaan asuransi jiwa, Oleh karena polis asuransi jiwa merupakan kontrak adhesi dan pemilik polis tidak diperkenankan ikut serta dalam menentukan syarat-syarat umum polis dan pembuatan tulisan dari Kontrak, maka bagian polis yang tidak jelas isinya biasanya ditafsirkan oleh pengadilan dengan sangat menguntungkan kepentingan pemilik polis atau penerima maslahat/ahli waris. PRINSIP-PRINSIP ASURANSI Pada bagian sebelumnya telah dijabarkan tentang polis asuransi sebagai suatu kontrak, antara lain klasifikasinya dan penerapannya dalam kontrak asuransi itu sendiri. Ada pepatah lama mengatakan bahwa “janji adalah utang”. Padahal asuransi adalah suatu produk janji yaitu berjanji akan membayar sejumlah ganti rugi atau sejumlah uang kepada pemegang polis atau termaslahat _jika risiko yang diperjanjikan terjedi, dan bahkan janji yang diperjanjikan dalam polispun tidak akan dapat dinikmati oleh orang yang menerima janji, jika risiko yang diperjanjikan yaitu risiko meninggal dunia itu terjadi. Janji harus dipenuhi, dan mengingkari janji adalah hutang atau suatu perbuatan atau tindakan penipuan, tetapi mengapa tidak selalu harus dipenuhi janji tersebut?, apakah janji yang dibuat sejak awal sudah ada unsur-unsur kebohongan, penipuan ataupun Kecurangan? atau dengan sengaja janji tersebut tidak dipenuhi atau diindahkan?, atau hal-hal yang diperjanjikan tidak sesuai dengan harapan atau maksudnya diadakan suatu perjanjian? Polis asuransi adalah bukti perjanjian itu, dan memuat berbagai janji berikut batasan atau pengecualiannya serta benefit yang diperjanjikan. Jika salah satu syarat saja tidak dapat dipenuhi maka janji pun dapat tidak dipenuhi. Tetapi, mengapa syarat-syarat tidak dapat dipenuhi ? 39 Kesehatan dan Anuitas Berikut ini perlu memahami prinsip-prinsip yang melandasi perjanjian atau janji-janji yang akan disepakati menjadi polis asuransi. Adapun prinsip-prinsip yang diharapkan untuk dapat dipahami adalah: prinsip itikad baik; prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan; prinsip ganti-rugi; prinsip proksima; prinsip kontribusi; dan prinsip subrogasi. Pada umumnya prinsip-prinsip yang disebutkan di atas berlaku untuk asuransi jiwa, akan tetapi dapat berlaku untuk asuransi kesehatan dan kecelakaan diri (personal accident). Adapun prinsip-prinsip tersebut, yaitu: Prinsip itikad baik (utmost good faith) Prinsip mendasar yang harus dimiliki adalah prinsip adanya itikad baik atau “utmost good faith” atau “uberrimai fides". Sedangkan dalam jual beli produk nyata (tangible product) berlaku prinsip “caveat emptor” atau “let the buyer beware” yaitu bahwa “pembelilah yang harus berhati-hati”sebelum melakukan pembelian atas suatu barang dan jasa. Dengan demikian dapat diketahui bahwa penanggung sebagai ‘penjual’ polis perlu dilindungi terhadap kemungkinan adanya kesalahan informasi yang diberikan oleh calon tertanggung mengenai obyek pertanggungan, schingga jika penanggung mengetahuinya ia tidak akan menerima pertanggungan tersebut atau menerimanya tetapi dengan Kondisi yang berbeda. Untuk melindungi kepentingan tersebut, Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) pasal 251 mengaturnya yaitu bahwa: “setigp keterangan yang keliru atau tidak benar, ataupun setiap tidak memberitahukan hal- hal yang diketahui oleh si tertanggung, betapapun itikad baik ada padanya, Yang demikian sifainya, sehingga seandainya si penanggung telah mengetahui keadaan yang sebenarnya, perjanjian itu tidak akan ditutup, atau tidak ditutup dengan syarat-syarat yang sama, ‘mengakibatkan batalnya pertanggungan" Pelanggaran atas prinsip itikad baik ini dapat mengakibatkan pertanggungan menjadi batal atau batal sejak awal dan atau dilakukan perbaikan dengan kondisi yang berbeda. Kesalahan ini dapat terjadi Karena: a. Tidak menggungkapkan informasi material secara benar dan lengkap (non-disclosure) yang dilakukannya dengan tidak sengaja. Apabila penanggung menerima aplikasi asuransi atau (SPAS) dari calon tertanggung, tidak dapat mengungkapkan informasi material secara benar dan lengkap (non disclosure of material facts) tentang obyek yang akan dipertanggungkan akan dapat menyebabkan batalnya perjanjian asuransi tersebut. Informasi material (material facts) merupakan informasi penting yang dapat menyebabkan ditolaknya suatu permohonan pertanggungan, atau diterima tetapi dengan syarat pertanggungan atau dengan premi yang berbeda, Memang tidak semua informasi merupakan informasi yang material, tetapi tidak mudah untuk menentukan apakah sesuatu informasi merupakan informasi yang material atau ‘oukan. Oleh karena itu sangat dianjurkan agar tertanggung menyampaikan semua informasi yang diketahuinya dan yang seharusnya diketahuinya tentang obyek yang akan dipertanggungkan tersebut. Pelanggaran dapat terjadi karena beberapa hal, misalnya, Tidak mengungkapkan informasi secara benar dan lengkap, Menyembunyikan informasi, Informasi yang diungkapkannya keliru, atau Dengan sengaja memberikan informasi yang tidak benar. 60 AMAT Dasar-Dasar Asuransi : Jiwa, Keschatan dan Anuitas Pengungkapan atau penyampaian informasi biasanya dilakukan dengan pengisian aplikasi asuransi atau SPAJ yang akan dipersiapkan oleh penanggung, bahkan tertanggung sering kali diperingatkan agar menyampaikan segala informasi yang diketahui dan yang seharusnya diketahui. Namun demikian berdasarkan pengalaman dapat dikatakan bahwa “informasi yang material” merupakan informasi yang diketahui atau yang seharusnya diketahui oleh tertanggung mengenai obyek pertanggungan yang dapat mempengaruhi sikap penanggung tentang penerimaan obyek pertanggungan tersebut, b. Menyembunyikan informasi (concealment). Concealment terjadi jika calon tertanggung dalam pengisian formulir permintaan asuransi dengan sengaja menyembunyikan atau tidak menyampaikan suatu informasi yang material mengenai obyek pertanggungan kepada penanggung maka pertanggungan tersebut juga dapat menjadi baval ¢. Informasi yang diungkapkan keliru (innocent misrepresentation). Kekeliruan penyampaian informasi dapat terjadi karena cara penyampaian informasi yang salah ataupun isi/materi dari informasi tersebut tidak benar. Walaupun calon tertanggung tidak bermaksud merugikan penanggung, misalnya Karena tidak/kurang teliti dalam cara penyampaian informasi ataupun Kurang teliti, sehingga terjadi kekeliruan mengenai informasi tersebut. 4d, Memberikan informasi yang salah dengan tujuan penipuan (fraudulen misrepresentation). Pemberian informasi dengan tujuan penipuan dapat dilakukan pada waktu penutupan asuransi, dapat juga terjadi pada saat pengajuan klaim. Dalam proses pemasaran, masing-masing pihak yang mengadakan perjanjian harus sama- sama memiliki itikad baik untuk perjanjian itu diadakan, dan masing-masing pihak harus dapat mengungkapkan atau menyampaikan data dan informasi yang dibutuhkan utuk perjanjien tersebut sesuai dengan keadaan yang sebenamya (duty of disclosure), yaitu dengan: 1) Petugas pemasaran atau agen kurang profesional. Pada umumnya mereka dilatih mengenai cara berjualan yang baik dan efektif oleh perusahaan tempat mereka bekerja. Mereka juga diajarkan prinsip-prinsip yang mendasari bisnis asuransi. Tetapi mereka tidak menjalankan semuanya atau adakalanya sengaja mengabaikan apa yang telah dipelajarinya. Mereka kurang memahami isi dari produk asuransi yang dijual. Mereka Jebih cenderung mengungkapkan tentang apa yang dijamin (benefits) tetapi sedikit sekali tentang apa yang tidak dijamin atau yang dikecualikan, lebih-lebih tentang syarat-syarat dan kewajiban yang harus dipenuhi tertanggung baik sebelum, selama pertanggungan berjalan atau setelah terjadinya peristiwa yang menimbulkan kerugian. 2) Petugas pemasaran atau agen selalu tidak mempunyai cukup waktu untuk menjelaskan isi produk asuransi yang ditawarkannya dengan lengkap. Mereka selalu ingin agar jualannya cepat dibeli. Mereka terdorong oleh keinginan untuk secepatnya mencapai target produksi, menerima komisi, bonus dan berprestasi. 3) Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam aplikasi permohonan asuransi atau SPAJ kurang lengkap, bahkan-kadang kadang tidak sesuai dengan fakta. Hal ini dapat diartikan sebagai penyembunyian fakta atau pembohongan. Mereka mungkin lupa atau menggampangkan dampak yang mungkin akan timbul dari jawaban-jawaban yang tidak benar itu. Acapkali SPAI tidak diisi sendiri oleh Calon Tertanggung. SPJ dapat saja diisi oleh petugas pemasaran atau agen, tetapi jawabannya harus datang dari calon tertanggung. Jawaban-jawaban itu harus dikonfirmasikan kebenarannya oleh calon tertanggung 61 Dasar-Dasar Asuransi : Jiwa, Kesehatan dan Anuitas sebelum SPAJ ditanda tanganinya, Tertanggung atau ahli warisnya tidak dapat menggunakan dalih bahwa SPAInya diisi oleh petugas penjualan atau agen perusahaan asuransi jika pada saat pengajuan klaim di kemudian hari klaimnya ditolak dengan alasan jawaban atas pertanyaan SPAJ yang tidak benar. 4) Pembeli atau calon tertanggung selalu kekurangan waktu untuk mendengarkan penjelasan petugas pemasaran atau agen. Mereka selalu sibuk dengan kegiatan usahanya sendiri. Asuransi bukan suatu topik yang menarik untuk didengarkan karena seringkali calon tertanggung tidak membeli asuransi atas kemauannya sendiri akan tetapi terpaksa membeli. Mereka dipaksa membeli, misalnya, oleh institusi keuangan pemberi kredit atau mereka terpaksa membeli demi menghindari desakan dan bujukan terus menerus dari petugas pemasaran atau agen. Adakalanya, mungkin karena petugas pemasaran atau agennya perlu disenangkan hatinya karena ia menarik atau cantik atau membeli asuransi kkarena faktor kedekatan hubungan kekerabatan dan atau untuk membantu kinerja petugas pemasaran atau agen belaka. Tertanggung cenderung mengingat apa yang dijamin (benefits) dan melupakan apa yang dikecualikan termasuk apa yang merupakan kewajibannya, 5) Tertanggung tidak meluangkan waktu untuk membaca polis asuransi. Ketika polis asuransi diserahkan kepadanya, tindakan pertama yang diambil ialah segera membayar premi asuransi lalu dokumennya disimpan. Atau jika preminya telah dibayar maka polis langsung disimpan saja. Dokumen ini akan dilihat lagi ketika terjadi suatu peristiwa yang mungkin menimbulkan klaim atau pada saat mendapat pemberitahuan dari perusahaan asuransi bahwa masa pertanggungan telah berakhir dan perlu diperpanjang, Tertanggung mungkin juga telah membaca polis asuransi tetapi tidak sepenuhnya memahami isinya namun enggan untuk meminta klarifikasi atau penjelasan dari perusahaan asuransi atau agennya, Walhasil, hanya ada kekecewaan, penyesalan dan cerca maki tatkala perusahaan asuransi menolak membayar klaim dengan alasan yang jelas tertera di dalam polis asuransi. Prinsip Kepentingan yang dapat diasuransikan (insurable interest) Pemahaman tertanggung tentang kepentingan yang dapat diasuransikan (insurable interest) merupakan prinsip yang harus ditegakkan sejak awal perjanjian asuransi. Kepentingan finansial yang dapat diasuransikan dalam kehidupan bisnis sehari-hari, dapat dikatakan bahwa seorang pengusaha mempunyai ‘interest’ dalam beberapa perusahaan tertentu, berarti ia mempunyai keterlibatan keuangan dengan perusahaan-perusahaan tersebut, dalam arti bahwa ia mempunyai kepentingan finansial. Dengan demikian jika terjadi suatu peristiwa merugikan yang menimpa obyek pertanggungan, tertanggung akan mengalami kerugian keuangan, Dari pengertian tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa asuransi atas kehidupan seseorang tidak sah apabila tertanggung/pemegang polis tidak mempunyai “insurable interest” atas hidup atau kehidupan dari orang yang menjadi obyek pertanggungan, demikian juga terhadap harta benda yang diasuransikan. Tertanggung akan menderita kerugian apabila terjadi kerusakan atau kehilangan, atau menghadapi kemungkinan tuntutan ganti rugi dari pihak ketiga. Insurable interest dapat timbul sesuai ketentuan yang diatur dalam KUHD pasal 250, yaitu bahwa : 62 [ AAMAL Dasar-Dasar Asuransi : Jiwa, Kesehatan dan Anuitas 3. “Apabila seseorang yang telah mengadakan suatu pertanggungan untuk diri sendiri, atau apabila seorang, yang untuknya telah diadakan suatu pertanggungan, pada saat diadakannya pertanggungan itu tidak mempunyai suatu kepentingan terhadap barang yang dipertanggungkan itu maka sipenanggung tidaklah wajib memberikan ganti rugi”’ Insurable interest ini dapat timbul atau ada karena beberapa hal antara lain; a. Karena hubungan kerja, yaitu majikan dengan karyawannya atau karena perjanjian pekerjaan; b, Hubungan perkawinan atau hubungan darab, yaitu karena hubungan suami-istri yang terjadi dari perkawinan, sudah sejak lama dianggap sebagai suatu kesatuan; cc. Hubungan hutang piutang, yaitu karena pihak yang meminjamkan uang (kreditur) akan menderita kerugian sebesar hutang yang belum dilunasi oleh peminjam (debitur), jika debitur tersebut meninggal dunia; 4. Karena penunjukan perjanjian, yaitu karena seseorang atau badan dapat diberi kuasa/ditunjuk oleh orang/badan lainnya untuk mewakilinya melakukan penutupan asuransi; e. Karena kewajiban, yaitu karena adanya ‘kewajiban’, misalnya kewajiban untuk memberikan ganti rugi kepada pihak ketiga karena pemilikan ataupun penggunaan sesuatu harta benda yang menimbulkan kerugian kepada pihak ketiga seperti misalnya penggunaan kendaraan bermotor; £ Karena sebab-sebab lain yaitu karena adanya ketentuan perundang undangan; dan g. Karena pemilikan, yaitu karena pemilikan merupakan penyebab yang paling utama, paling lazim dan dikenal oleh masyarakat pada umumnya. Pemilikan dapat terjadi karena pembelian, hibah, warisan, dan sebagainya Pemahaman prinsip ganti-rugi (indemnity) Prinsip ganti-rugi (indemnity) adalah prinsip yang memberikan ganti rugi atas kerugian yang sebenamya, artinya tidak akan terjadi pembayaran suatu kerugian atas risiko yang direncanakan, maka dikenal dengan prinsip “volenti nonfit injuria” atau suffer of a loss without a remedy". Bahwa prinsip indemnity merupakan suatu mekanisme yang akan ‘menempatkan kembali tertanggung kepada posisi semula sesaat sebelum terjadinya kerugian, dengan menerima pembayaran ganti rugi dari penanggung setelah terjadinya suatu kerugian. Besarnya ganti rugi yang diberikan tidak boleh melebihi kerugian yang sebenarnya diderita (atau tidak boleh melebihi jumlah penggantian penuh/jumlah uang pertanggungan). Prinsip ganti-rugi ini diatur dalam pasal 253, 273 dan 275 KUHD, yang dapat disimpulkan bahwa: © Jumlah uang pertanggungan (UP) harus sama dengan jumlah harga yang sebenamya dari obyek pertanggungan. © Bila terjadi kerugian, maka jumlah pemberian ganti rugi akan dilakukan sepenuhnya (sesuai dengan kerugian yang diderita) sampai jumlah yang dipertanggungkan. Menghitung atau menakar besaran ganti-rugi (indemnity) selalu menjadi berdebatan, perbedaan perhitungan, dan bahkan akhirnya menjadi pertentangan atau perselisihan atau sengketa. Akan tetapi dalam perjanjian asuransi yang tertuang dalam polis akan ditentukan Iembaga independen dan imparsial yang akan ditunjuk untuk melakukan besarnya 63 Dasar-Dasar Asuransi : Jiwa, Kesehatan dan Anuitas perhitungan suatu kerugian yang disebut lembaga Loss Adjuster. Demikian juga dalam polis asuransi keschatan yang menetapkan besarnya biaya perawatan keschatan yang dapat dijamin perusahaan asuransi sesuai penilaian provider Kesehatan yang ditunjuk. Khusus untuk kerugian yang diakibatkan oleh suatu kecelakaan sehingga berakibat pada ketidak-mampuan sescorang, pada umumnya ditentukan besarannya sejak awal. Mengulas tentang ganti-rugi, senantiasa melahirkan kekecewaan atau kekurang puasan dari salah satu pihak, atas dasar tersebut karena penanggung yang memiliki produk serta menguasai ruang lingkup dari produk yang dibeli oleh nasabah, berkewajiban untuk memberikan penjelasan atau sosialisasi secara berkala dan berkesinambungan agar nasabah asuransi memahami benar tentang apa yang menjadi hak dan kewajibannya, benefit yang akan didapatkan serta proses untuk mendapatkannya, pengecualian yang wajib diketahui; artinya tahu benar tentang polis yang dibelinya. Perasaan kecewa dapat diartikan secara bebas yaitu perasaan yang dialami oleh seseorang ketika kenyataan tidak sesuai dengan harapan. Hal inilah yang sering terjadi tatkala tertanggung mengetahui besarnya jumlah ganti rugi yang dapat dibayarkan oleh penanggung. Tertanggung tidak dapat mengerti mengapa jumlah ganti rugi oleh penanggung lebih kecil dari pada jumlah yang ia klaim. Tertanggung mungkin tak pernah membaca polisnya atau jika ia pernah, mungkin ia tidak memahami sepenuhnya, atau ia keliru menginterpretasikannya. Tertanggung acapkali tidak memahami prinsip-prinsip asuransi yang mendasari penghitungan ganti rugi tersebut. Prinsip ganti-rugi (indemnity) yaitu prinsip dimana penanggung akan memberikan ganti rugi kepada tertanggung sejumlah uang yang besaya sama dengan posisi kekayaan yang dimiliki tertanggung sesaat sebelum risiko yang menimbulkan kerugian terjadi. Dari pengertian indemnity ini, orang akan bertanya: a, Berapa sesungguhnya besar kekayaan seseorang tertanggung sesaat sebelum risiko yang menimbulkan kerugian terjadi?, Jawabannya adalah bahwa besarnya ialah sama dengan harga barang itu jika dijual secara wajar, tanpa adanya desakan kebutuhan akan uang, yaitu harga pasar barang itu sesaat sebelum terjadinya risiko yang menimbulkan kerugian. b. Mengapa harus harga pasar?, Jawabannya adalah, sebab seandainya sesaat sebelum risiko penyebab kerugian terjadi barang itu dijual, maka tertanggung mempunyai kekayaan sebesar harga pasar barang tersebut, c. Mengapa harus harga pasar dan bukan besamya nilai yang dipertanggungkan?, Jawabannya adalah, sebab tujuan berasuransi ialah untuk mempertahankan tingkat kekayaan/kesejahteraan tertanggung dan bukan untuk memperkaya dirinya. Seandainya tidak demikian, maka pastilah banyak orang akan menjadi kaya raya mendadak setelah klaim asuransinya dibayar. Prinsip proksima atau “penyebab utama terjadinya risiko” Prinsip proksima dalam asuransi adalah penyebab utama terjadinya risiko (proximate cause). Sering juga timbul perselisahan karena kesalahan dalam penafsiran tethadap penyebab terjadinya risiko. Dalam polis-polis asuransi selalu tercantum penyebab-penyebab apa saja yang dijamin. Pernyataan ini mengandung arti bahwa perusahaan akan membayar ganti rugi tethadap kerugian obyek yang dipertanggungkan apabila kerugian tersebut timbul akibat salah satu sebab yang dijamin. 64 { AAMAL Dasar-Dasar Asuransi : Jiwa, Kesehatan dan Anuitas Sebelum seorang tertanggung dapat mengklaim kerugian yang dideritanya dari penanggung, terlebih dahulu harus ditetapkan apa penyebab kerugian tersebut. Artinya Tertanggung dapat mengklaim hanya jika kerugian yang dideritanya disebabkan oleh suatu risiko yang dijamin polis. Penyebab yang dijamin itu haruslah “penyebab terdekat” (proximate cause). Kausa proxima adalah: suatu penyebab aktif dan efisien yang bergerak dalam suatu rantai peristiwa yang membawa suatu akibat tanpa intervensi sesuatu penyebab lain yang bekerja secara aktif dan yang datang dari suatu sumber baru dan independen. Doktrin ini menyatakan bahwa agar seseorang tertanggung dapat mengklaim, maka rantai peristiwa sejak penyebab yang dijamin polis hingga kerugian finansial yang diderita tertanggung tidak boleh terputus. Jika rantai peristiwa itu terputus oleh suatu penyebab baru yang dikecualikan dari polis maka kerugian yang dijamin hanyalah kerugian yang diderita hingga penyebab baru itu mulai bekerja. Kerugian yang diderita setelah terjadinya risiko yang tidak dijamin tidak dapat diklaim. Selain itu, asuransi juga mengenal istilah perluasan jaminan (extension of cover). Apabila suatu sebab tidak dijamin dalam polis standar, tidak berarti sebab itu tidak boleh ditanggung, melainkan masuk dalam perluasan jaminan. Dari kasus berikut misalnya, SRC (strike, riot, civil commotion) termasuk perluasan untuk asuransi kendaraan bermotor dan asuransi kebakaran. Tertanggung akan memperoleh ganti rugi bila polis diperluas dengan jaminan itu, misalnya peristiwa Mei 1998 di Jakarta pada umumnya, banyak kendaraan bermotor dan rumah yang rusak serta terbakar akibat huru-hara dan kerusakan yang terjadi saat itu. Kendaraan dan rumah tersebut sebenamya sudah diasuransikan, namun ketika klaimnya diajukan, ditolak oleh perusahaan asuransi. Perusahaan menolak membayar ganti rugi karena di dalam Polis Standar Asuransi Kendaraan Bermotor dan Polis Standar Asuransi Kebakaran (PSK), kerusakan atau kerugian yang timbul akibat pemogokan, kerusuhan, huru-hara atau SRCC tidak dijamin, Akan tetapi, nasabah terlanjur berpikir bahwa mobil atau rumahnya sudah diasuransikan, oleh karena itu harus memperoleh ganti rugi, tidak peduli apa penyebabnya. Untuk itu prinsip ini perlu diketahui, secara sederhana, hal ini dapat diketahui dalam klasula sebab-sebab yang dijamin yang tercantum dalam kontrak. Untuk memudahkan pemaham tentang prinsip kausa proksima it beberapa ilustrasi berikut dapat memberikan kejelasan , sebagai berikut: a. Asuransi jiwa atau kecelakaan diri (personal accident) Seorang pemburu mendapat kecelakaan waktu ia berburu. Oleh karena kecelakaan itu, ia tidak dapat berjalan dan terbaring di tanah yang basah dan berlumpur, akibatnya ia menderita sesak napas (pneumonia) dan meninggal. Rangkaian peristiwa antara penyebab (kecelakaan) yang dijamin dan akibat (kematian) tidak terputus. Pneumonia bukan penyebab baru melainkan sebagai akibat, schingga kematian si pemburu adalah akibat kecelakaan. b. Asuransi kesehatan dan kecelakaan ‘Seorang mendapat kecelakaan tertusuk paku sedalam 0,5 cm dengan robek 1 cm pada paha kakinya yang berakibat pada membusuknya kaki. Dalam beberapa hari perawatan di rumah sakit, kakinya harus diamputasi dan tidak ada alternatif lainnya. Dari hasil medis bahwa membusuknya paha akibat tertusuk paku, bukan akibat terinfeksi tetanus 65 melainkan penyakit gula yang dideritanya selama ini yang sudah pada tingkat membahayakan (stadium IV). Rangkaian peristiwa antara penycbab teramputasinya kaki yang tertusuk paku bukan akibat tertusuk paku, melainkan akibat penyakit gula yang dideritanya selama ini, karena tertusuk paku adalah penyebab barunya. Penanggung hanya dapat membayar biaya perawatan Karena tertusuk paku dan bukan biaya perawatan akibat penyakit gula serta menolak pembayaran ganti rugi akibat hilangnya fungsi salah satu kakinya karena diamputasi. Prinsip Kontribusi Dalam kehidupan sehari-hari kontribusi dapat berarti sumbangan, iuran, pembayaran, ataupun dapat juga merupakan sesuatu yang dapat diberikan untuk mencapai tujuan bersama, misalnya Kontribusi dalam membangun sebuah tempat ibadah. Kontribusi adalah hak penanggung untuk “menagih” bagian yang menjadi tanggung-jawab penanggung lain atas ganti rugi yang telah dibayarkan kepada tertanggung. Dalam praktek perasuransian, kita melihat bahwa Kontribusi tidaklah selamanya dilakukan sesuai dengan cara “bayar dulu” kepada tertanggung “baru tagih” kepada penanggung lainnya, hal ini tergantung dari bagaimana cara penutupan asuransi dilakukan, Pada umumnya, kita mengenal beberapa cara penutupan asuransi yang dengan sendirinya mempengaruhi cara kontribusi dalam pembayaran klaim, Cara penutupan asuransi (atas obyek pertanggungan yang sama) antara lain: a, Penutupan asuransi bersama (co-insurance). Dalam co-insurance ini, beberapa asuradur bersama-sama menutup pertanggungan atas obyek pertanggungan yang sama dengan mengeluarkan satu polis saja. Polis akan dikeluarkan oleh “leading insurer” yang biasanya mempunyai bahagian (share) terbesar dan penanggung lainnya juga turut menandatangani polis tersebut dengan mencantumkan bagian mereka masing-masing. Dalam hal terjadi klaim asuransi, maka kontribusi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: 1) Leading insurer menagih bagian masing-masing penanggung, setelah itu baru pembayaran kepada tertanggung dapat dilakukan. Cara ini terutama dilakukan jika menyangkut jumlah pembayaran yang cukup besar. 2) Leading insurer membayar klaim kepada tertanggung baru melakukan tagihan kepada penanggung lainnya. b, Penutupan asuransi sendiri-sendiri, Suatu obyek pertanggungan yang sama dapat dipertanggungkan oleh beberapa penanggung. Penutupan dapat dilakukan serentak pada saat yang sama ataupun pada saat yang berbeda-beda dengan mencantumkan atau menyebutkan bahwa polis yang dikeluarkan itu “berjalan bersama” dengan polis yang dikeluarkan oleh penanggung lainnya dengan nomor dan jumlah pertanggungan masing-masing. Dalam hal terjadi klaim asuransi, tidak lazim “adanya” kontribusi cara “mengumpulkan” pembayaran, lalu sclanjutnya menyerahkannya kepada tertanggung, melainkan tertanggung langsung menerima pembayaran klaim asuransi dari masing-masing asuradur. Prinsip kontribusi diatur dalam KUHD pasal 252, yang menetapkan bahwa: 66 f AMA Dasar-Dasar Asuransi : Jiwa, Kesehatan dan Anuitas “Kecuali dalam hal-hal yang disebutkan dalam ketentuan UU, maka tak bolehlah suatu pertanggungan kedua, untuk jangka waktu yang sudah dipertanggungkan untuk harganya penuh, dan demikian itu atas ancaman batalnya pertanggungan yang kedua tersebut” dan Pasal 277 ayat (1) : “Apabila berbagai penanggung, dengan itikad baik telah diadakan mengenai satu- satunya barang, sedangkan dalam pertanggungan yang pertama itu tidak dipertanggungkan harga sepenuhnya, maka penanggung yang berikut bertanggung-jawab untuk harga selebihnya, menurut tertib waktu ditutupnya pertanggungan-pertanggungan yang berikut ini” Dalam praktek perasuransian, kita menemui beberapa modifikasi berbeda dari yang ditetapkan dalam KUED, yaitu: 1) Kontribusi proportional (prorata), Jika suatu obyek dipertanggungkan atas dasar “concurrent cover” (berjalan bersama) berarti_ bahwa luasnya risiko yang dijamin, syarat-syarat pertanggungan, dan kepentingan yang diasuransikan harus juga sama. Jika terjadi sesuatu kerugian, maka masing-masing penanggung akan bertanggung-jawab sebanding dengan bagiannya masing-masing secara proporsional atau prorata. 2) Kontribusi non-proportional (excess). Kontribusi non-proportional terjadi karena masing-masing penanggung mempunyai kewajiban sendiri-sendiri terhadap asuradur (independent liability), misalnya: sesuai dengan ketentuan polis “health care”, biaya perawatan tertanggung yaitu kamar dan pengobatan ditanggung oleh salah satu penanggung, sedangkan biaya operasi penyakit kritisnya ditanggung oleh penanggung lainnya. Dalam underinsurance (harga pertanggungan lebih rendah dari harga sesungguhnya), tertanggung seringkali mengira bahwa jumlah ganti rugi yang akan diterimanya adalah sebesar jumlah kerugian yang dideritanya, sepanjang jumlah tersebut masih berada di bawah harga pertanggungan polisnya. Oleh karena berasuransi adalah proses memindahkan risiko dari tertanggung kepada penanggung dan jika risiko tidak dipindahkan seutuhnya, yang diwujudkan dalam bentuk underinsurance, maka risiko tersisa menjadi tanggungan tertanggung sendiri, dengan perkataan lain “tertanggung ‘menjadi penanggungnya sendiri”. Oleh karena itu, jika terjadi kerugian, jumlah ganti rugi harus dibagi menurut prinsip kontribusi Jadi dalam prinsip kontribusi, jika sebuah obyek diasuransikan pada beberapa perusahaan asuransi terhadap suatu risiko atau beberapa risiko yang sama dan pada saat terjadinya risiko yang menyebabkan kerugian (semua polis tersebut masih berlaku), maka setiap perusahaan asuransi yang bersangkutan wajib membayar ganti rugi yang sebanding artinya sebesar harga pertanggungan polis yang diterbitkannya dibandingkan dengan jumlah harga pertanggungan semua polis yang tengah berjalan tersebut. 6. Prinsip subrogasi (subrogation) Subrogasi (fo subrogate) yang berarti menggantikan atau menempatkan diri pada tempat orang lain. Dalam asuransi, subrogasi berarti bahwa penanggung menempatkan diri atau 67 menggantikan tempat tertanggung dengan maksud untuk memperoleh/menuntut ganti kerugian dari pihak ketiga atas kerugian yang diderita oleh tertanggung, Dalam KUHPadt pasal 1382, disebutkan bahwa: kemungkinan pembayaran yang dilakukan oleh pihak ketiga-kepada kreditur atas nama debitur mengakibatkan terjadinya penggantian kedudukan debitur disebut subrogasi. Ada subrogasi yang terjadi karena perjanjian (pasal 1401) dan ada karena undang-undang (pasal 1402). Hal tersebut dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut: jika kendaraan tertanggung ditabrak oleh Kendaraan lainnya sehingga mengalami kerusakan, maka pemilik kendaraan yang ditabrak berhak menuntut pembayaran ganti rugi atas biaya perbaikan dari si penabrak, Sebagai tertanggung, ia dapat memilib apakah akan menuntut biaya perbaikan dari penabrak atau dari penanggung, Jika ia memutuskan untuk menuntut ganti rugi dari si penabrak, maka berdasarkan prinsip indemnitas, ia tidak diperkenankan lagi untuk menuntut biaya perbaikan dari penanggung. Jika memilih untuk menuntut ganti rugi kepada penanggung, maka penanggung menggantikan pihak ketiga tersebut dengan mengganti biaya kerusakan tersebut dan tertanggung diminta uatuk menandatangani tanda bukti penyelesaian pembayaran klaim (loss subrogation receipt) tersebut. Ini berarti bahwa tertanggung tidak akan mengajukan tuntutan lagi atas kerugian yang ditimbulkan oleh peristiwa yang sama, dan tertanggung menyerahkan kepada asurador ‘segala haknya yang mungkin timbul untuk memperoleh penggantian kerugian dari pihak ketiga lainnya yang menyebabkan terjadinya kerugian tersebut. Penyerahen “hak” dari tertanggung kepada penanggung inilah yang dinamakan subrogasi. Dengan kata lain, subrogasi dapat dikatakan sebagai: "penyerahan hak dari tertanggung kepada penanggung untuk menggantikannya memperoleh/menuntut pembayaran ganti Kerugian yang dideritanya dari pihak ketiga yang menimbulkan kerugian tersebut”. Dengan demikian, seakan-akan penanggung ditempatkan pada posisi tertanggung. Bahwa prinsip subrogasi sangat erat hubungannya dengan prinsip indemnitas, jika pada prinsip indemnitas dikatakan bahwa tertanggung berhak untuk memperoleh ganti rugi, tetapi tidak boleh melebihi jumlah kerugian yang sebenamya diderita oleh tertanggung tersebut. Prinsip subrogasi yaitu prinsip apabila kerugian yang timbul diakibatkan oleh perbuatan kelalaian orang lain. KUHPdt pasal 1365 menetapkan bahwa: "Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”. Setelah penanggung membayar ganti rugi kepada tertanggung, hak tertanggung untuk menuntut ganti rugi dari orang yang lalai itu, secara otomatis, berpindah kepada penanggung. Adapun prinsip subrogasi diatur dalam pasal 284 KUHD, yang menyatakan bahwa: “Seseorang penanggung yang telah membayar kerugian sesuatu barang yang dipertanggungkan, menggantikan si tertanggung dalam segala hak yang diperolchnya terhadap orang-orang ketiga berhubung dengan penerbitan kerugian tersebut dan si tertanggung itu adalah berianggung-jawab untuk setiap perbuatan yang dapat merugikan hak si penanggung terhadap orang-orang ketiga itu’. 68

Vous aimerez peut-être aussi