Vous êtes sur la page 1sur 114

STRATEGI KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH

DALAM MENEKAN TINGKAT NON PERFORMING


FINANCING (NPF)
(STUDI KASUS PADA KJK SYARIAH ARRAHMAH CINERE)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)

Oleh :
Aan Afrianti
205046100588

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH


PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431H / 20I0 M

STRATEGI KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH


DALAM MENEKAN TINGKAT NON PERFORMING
FINANCING (NPF)
(STUDI KASUS PADA KJK SYARIAH ARRAHMAH CINERE)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh:

Aan Afrianti
205046100588

Di Bawah Bimbingan
Pembimbing 1

Pembimbing II

Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag

Syahrul Adam, M.Ag

NIP.150 318 308

NIP.

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH


PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431H / 20I0 M

PENGESAHAN PANITIA UJIAN


Skripsi berjudul STRATEGI KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH
DALAM MENEKAN TINGKAT NON PERFORMING FINANCING (NPF)
(STUDI KASUS PADA KJK SYARIAH ARRAHMAH CINERE) telah diujikan
dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 21 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 21 Juni 2010
Mengesahkan
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM


NIP. 195505051982031021
PANITIA UJIAN
Ketua

: Prof. DR. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM (....)


NIP. 195505051982031021

Sekretaris

: Drs. H. Ahmad Yani, MA

(...)

NIP.
Pembimbing 1 : Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag

(...)

NIP. 197407252001121001
Pembimbing II: DR. Syahrul Adam, M.Ag

(...)

NIP.197305032000031002
Penguji 1

: Yuke Rahmawati, SAg, MA

(....)

NIP. 197509032007011016
Penguji II
NIP.

: Dra. Nuriyah Taher, MM

(....)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :


1.

Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.

Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 21 Juni 2010

Aan Afrianti

KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohiim

Alhamdulillah, segala puji dan syukur, kami panjatkan kehadirat Allah SWT
karena atas rahmat dan inayah-Nya tugas akhir skripsi ini dapat diselesaikan.
Selanjutnya shalawat dan salam senantiasa kami persembahkan kepada Nabi
Muhammad saw, yang telah membimbing umatnya ke jalan yang benar sekaligus
menyempurnakan akhlak manusia melalui petunjuk Ilahi.
Dan tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada
1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Bpk. Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma,
SH. MA. MM.
2. Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum,
Bpk. Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH. MA. MM dan Bpk. Drs. H.
Ahmad Yani, MA
3. Pembimbing penulis, Bpk Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag. dan Bpk Syahrul
Adam, M.Ag. yang telah senantiasa memberikan waktu untuk berdiskusi dan
memberikan saran hingga terselesaikan skripsi ini.
4. Dosen-dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan materi
perkuliahan, ilmu, dan bimbingan akhlak semasa kuliah hingga selessai skripsi
ini.

5. KJK Syariah Arrahmah yang telah bersedia membantu dan mendukung penulis
dalam melakukan penelitian.
6. Perpustakaan Fakultas Syariah yang telah memberikan fasilitas untuk
mengadakan studi perpustakaan.
7. Kepada Ayahanda tercinta Muhammad Sobri dan Ibunda tercinta Tati Ismayanti,
Adik-adikku Yuli Anisah dan M. Rifqi Bachtiar, abangku Azis Sukma Dhiana
S.Kom. Saudaraku Bpk. Sabil. yang tidak henti-hentinya mendoakan dan
memberikan pengorbanan yang tak terhitung nilainya. Begitu juga kepada
saudara-saudara lainnya yang telah memberikan bantuan moril dan materil yang
tak ternilai, semoga Allah SWT memberikan balasan yang lebih baik..Amin.
8. Teman-teman mahasiswa Jurusan Muamalat Program Non Reguler angkatan
2005 Abdul Alim, Taufik Hidayat, dan Erdi Marduwira yang memberikan
dukungan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Serta pihak-pihak lain yang memberikan bantuan, yang tidak mungkin disebutkan
semua.
Demikian, semoga tugas akhir ini dapat diterima dan bermanfaat bagi semua
pihak. Apabila masih terdapat kekurangan mohon masukan dan saran, agar penulis
dapat memperbaiki kekurangan tersebut di waktu yang akan datang

Jakarta, 21 Juni 2010

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB 1

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

D. Review Studi terdahulu

10

E. Metode Penelitian

11

F. Sistematika Penulisan

14

LANDASAN TEORI
A. Koperasi Jasa Keuangan Syariah

16

1. Pengertian Koperasi Jasa Keuaangan Syariah

16

2. Tujuan Koperasi Syariah

17

3. Peran dan Fungsi Koperasi Syariah

17

4. Landasan Koperasi Syariah

20

5. Prinsip Operasional Koperasi Syariah

21

6. Struktur Organisasi Koperasi Syariah

24

7. Managemen Koperasi Syariah

25

B. Pembiayaan Bermasalah (NPF/

30

Non Performing Financing)


1. Pengertian Pembiayaan

30

2. Pengertian Pembiayaan bermasalah

32

3. Tujuan Pembiayaan

34

4. Fungsi Pembiayaan

35

5. Kategori Pembiayaan Bermasalah

37

6. Perhitungan NPF

38

7. Skema Proses Penyaluran Pembiayaan

39

C. Strategi Pembiayaan Bermasalah

43

1. Pengertian Strategi

43

2. Strategi Fungsional Keungan

47

3. Strategi menekan tingginya tingkat

49

pembiayaan bermasalah

BAB III

COMPANY PROFILE
A. Sejarah berdirinya dan perkembangan

62

KJK Syariah Arrahmah

BAB IV

B. Visi dan Misi

64

C. Managemen dan Organisasi

65

D. Produk yang ada di KJK Syariah Arrahmah

67

STRATEGI KJK SYARIAH ARRAHMAH


DALAM MENEKAN TINGKAT NPF
A. Mekanisme pembiayaan pada KJK Syariah Arrahmah 85
B. Perhitungan Tingkat NPF pada KJKS Arrahmah

90

periode 31 Desember 2006, 2007 dan 2008


C. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan

93

bermasalah pada KJK Syariah Arrahmah


D. Strategi KJK Syariah Arrahmah dalam

96

menekan tingkat pembiayaan bermasalah (NPF)

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan

104

B. Saran dan rekomendasi

105

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem ekonomi syariah adalah sistem ekonomi yang dikembangkan
berdasarkan syariah Islam sehingga banyak pula pihak yang menyebutnya
ekonomi Islam. Di dunia, ekonomi syariah telah menjadi tren global dengan
prinsip universalitasnya. Sementara itu, di Indonesia, beberapa tahun belakangan
ini ekonomi syariah mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan.
Keberadaan sistem ekonomi Islam berawal dari definisi atau pemahaman
bahwa Islam merupakan sistem hidup yang mengatur semua sisi kehidupan, yang
menjanjikan keselamatan dunia dan akherat bagi para penganutnya. Lebih dari
satu abad sistem ekonomi modern (konvensional) telah melayani kepentingan
manusia dalam memenuhi kebutuhan atau kepuasan mereka. Ekonomi modern
tidak memiliki batasan improvisasi dalam berekonomi, kecuali mereka harus
berhadapan dengan kekuatan pasar yang biasa diklaim sebagai invisible hand.
Oleh sebab itu, tumpuan perhatian masalah ekonomi lebih ditujukan pada
bagaimana mengatasi kondisi kelangkaan akan sumber daya ekonomi yang
dihadapi setiap individu. 1

Ali Sakti, Analisis teoritis ekonomi Islam jawaban atas kekacauan ekonomi modern.
(Jakarta: Aqsa Publishing, 2007), cet 1

Dengan penduduk mayoritas muslim, perkembangan ekonomi syariah di


negara kita seharusnya memiliki prospek yang cerah, apalagi ekonomi syariah
juga menganut prinsip universalitas, artinya prinsip syariah ini juga dapat
diperuntukkan bagi semua kalangan. Sebagai contoh, market share perbankan
syariah di Indonesia masih sekitar 2,3%. Sementara itu, di Singapura yang
berpenduduk nonmuslim, market share perbankan syariahnya mencapai 6,5%. 2
Terwujudnya perkembangan lembaga keuangan syariah, selain karena ada
kebutuhan di masyarakat juga karena berlakunya dual banking system dalam
perbankan nasional. Sistem perbankan nasional telah menempatkan subsistem
syariah sebagai alternatif dari subsistem konvensional, khususnya dalam
pelayanan baik dalam untuk memenuhi kebutuhan (permintaan) dana maupun
memanfaatkan kelebihan (penawaran) dana di masyarakat
Sebagai suatu sistem, perbedaannya terletak pada kaidah dan prinsip
syariah yang digunakan sebagai landasan transaksinya. Mudahnya dalam sistem
syariah tidak dikenal transaksi yang memakai dasar perkiraan maupun perhitungan bunga (yang umumnya menjadi dasar perhitungan dalam bisnis
keuangansimpan pinjam secara konvensional).
Konsep bunga dalam ajaran Islam dianggap mengandung aspek (riba)
yang diharamkan. Demikian pula dilarang untuk mengaplikasikan perlakuan
transaksi yang sifatnya mengandung spekulasi dan juga ketidakjelasan.

www.dakwatuna.com diakses 11 Januari 2010

Salah satu cara untuk mewujudkan pembangunan sebagaimana tertuang


dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu tercapainya masyarakat
yang adil dan makmur baik materiil maupun spirituil adalah berkoperasi. UUD
1945 menegaskan di dalam pembukaannya bahwa salah satu tujuan negara
Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Penegasan diatas tidak
terlepas dari pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan yaitu negara
hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Karena pembukaan UUD 1945 beserta seluruh pokok-pokok pikiran yang
terkandung di dalamnya menjiwai batang tubuh UUD, maka tujuan itupun
dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal, seperti pasal 27,33,dan 34. namun
demikianm diantara pasal-pasal tersebut yang paling pokok dan melandasi usahausaha pembangunan di bidang ekonomi adalah pasal 33. 3
Koperasi sebagai sebuah lembaga ekonomi rakyat telah lama dikenal di
Indonesia, bahkan Dr. Muhammad Hatta, salah seorang Proklamator Republik
Indonesia yang dikenal sebagai Bapak Koperasi, mengatakan bahwa Koperasi
adalah Badan Usaha Bersama yang bergerak dalam bidang perekonomian,
beranggotakan mereka yang umumnya berekonomi lemah yang bergabung secara
sukarela dan atas dasar kebersamaan hak dan kewajiban melakukan suatu usaha
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan para anggotanya.

Muhammad firdaus, Agus Edhi Susanto, Perkoperasian, sejarah, teori, dan praktek, (Bogor
: Ghalia Indonesia Anggota IKAPI, 2004), cet 2, h.37

Menurut UU No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, dalam Bab I, Pasal


1, ayat 1 dinyatakan bahwa Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan
orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus gerakan ekonomi rakyat yang berdasar
atas asas kekeluargaan. Tujuan pendirian Koperasi, menurut UU Perkoperasian,
adalah memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945.
Koperasi syariah mulai diperbincangkan banyak orang ketika menyikapi
semaraknya pertumbuhan Baitul Maal Wattamwil di Indonesia. Baitul Maal
Wattamwil yang dikenal dengan sebutan BMT yang dimotori pertama kalinya
oleh BMT Bina Insan Kamil tahun 1992 di Jakarta, ternyata mampu memberi
warna bagi perekonomian kalangan akar rumput yakni para pengusaha mikro. 4
Lembaga BMT yang memiliki basis kegiatan ekonomi rakyat dengan
falsafah yng sama yaitu : dari anggota oleh anggota untuk anggota maka
berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 25 tahun 1992, berhak mnggunakan
badan hukum koperasi, letak perbedaannya dengan koperasi konvensional salah
satunya terletak pada teknis operasionalnya saja, Koperasi syariah mengharamkan
bunga dan mengusung etika moral dengan melihat kaidah halal dan haram dalam
melakukan usahanya.
4

Nur S Buchori, Koperasi Syariah, (Jawa Timur: Mashun, 2009), cet 1 h.10

Berangkat dari kebijakan pengelolaan BMT yang memfokuskan


anggotanya pada sektor keuangan dalam hal penghimpunan dana dan
pendayagunaannya tersebut maka bentuk yang idealnya BMT adalah Koperasi
Simpan Pinjam Syariah yang selanjutnya pada tahun 2004 oleh kementrian
koperasi disebut KJKS (Koperasi Jasa keuangan Syariah). Berdasarkan keputusan
Menteri

Koperasi

RI

No.91/Kep/M.KUKM/IX/2004.

Tentang

Petunjuk

Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah.


Dalam Islam, koperasi tergolong sebagai syirkah/syarikah. Lembaga ini
adalah wadah kemitraan, kerjasama, kekeluargaan, dan kebersamaan usaha yang
sehat, baik, dan halal. Koperasi syariah sangat strategis dalam mengembangkan
sumberdaya dan mendistribusikannya secara adil. Karena, mengeluarkan harta
(asset) untuk diputar, diusahakan, dan diinvestasikan secara halal adalah
kewajiban syariah. Uang dan harta bukan untuk ditimbun. membuat aset
nganggur (idle) sama dengan memubadzirkan nikmat Allah dan tidak
mensyukurinya. 5
Berbagai produk layanan syariah didefinisikan dan diatur oleh Dewan
Syariah Nasional melalui sejumlah fatwanya. Aplikasinya harus didukung oleh
pemahaman kedua belah pihak yang bekerja sama, dan hasilnya diwujudkan
melalui keputusan yang tercantum dalam akad keuangan syariah. Dalam
kelembagaannya, koperasi jasa keuangan syariah secara rasional juga dituntut
untuk bertindak hati-hati (prudent), karena mereka mengemban amanah
5

Ibid

pengelolaan milik anggotanya, melalui penyelenggaraan berbagai upaya


memanaj usahanya dengan efektif.
Perkembangan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) kian
menggembirakan. Kini setidaknya terdapat 3.900 LKMS atau baitul maal
wattamwil (BMT), yang membiayai sekitar 3 juta orang pengusaha mikro dan
super mikro di Indonesia. 6 sebanyak 78,8 persen BMT memiliki aset antara Rp 50
juta-Rp 500 juta. Sebanyak 4,8 persen memiliki aset di atas Rp 1 miliar. Sisanya,
9,3 persen memiliki aset di bawah Rp 50 juta. 7 Hingga kini total aset yang
dimiliki LKMS diperkirakan mencapai Rp 3 triliun, dengan rasio pembiayaan
terhadap simpanan melebihi 100 persen. Diperkirakan, dana masyarakat yang
dihimpun BMT sebesar Rp 2,2 triliun.
Koperasi Jasa Keuangan Syariah Arrahmah (selanjutnya disebut KJKS
Arrahmah) merupakan lembaga keuangan syariah non bank, yang berdiri pada
tanggal 5 Februari 2005 dengan modal awal kurang lebih 200 juta rupiah.
Meskipun masih terbilang muda nasabah Koperasi jasa keuangan syariah
Arrahmah mencapai kurang lebih 3000 nasabah
Produk yang ditawarkan KJK Syariah Arrahmah meliputi Penghimpunan
dana/investasi, seperti Simpanan multi guna, Simpanan qurban, Simpanan idul
Fitri, simpanan pendidikan, simpanan siswa, dan Deposito Syariah dari

Saat Suharto, CEO Permodalan BMT ventura, artikel di akses pada 21 April 2010 dari
http://bmtcenter.com/2008/04/bmtventura
7
Minako Sakai UNSW Australia, Harnessing Islamic Microfinance, Policy Briefs, Australia
Indonesia Governance Research Partnership 2008, (Jakarta, 21 April 2010)

Masyarakat yang diberikan amanah dari Allah berupa keleluasaan rezeki dan bagi
mereka yang menginginkan pertambahan nilai dananya secara aman, prospektif
dan membawa keberkahan dalam kehidupan. Sedangkan produk pembiayaan
meliputi pembiayaan modal kerja Murabahah, KPM (Kepemilikan Mobil/Motor)
Murabahah Multiguna, dan Pembiayaan Ijarah.
Pada pertengahan tahun 2009 Koperasi jasa keuangan syariah Arrahmah
dinobatkan sebagai koperasi terbaik tahun 2009 tingkat Kota Depok. Dinilai
sebagai yang terbaik karena memiliki laporan keuangan yang teratur dan
menggunakan standar keuangan yang benar.8 Setiap bulannya koperasi jasa
keuangan syariah arrahmah selalu melaporkan laporan keuangannya ke kantor
pajak dan Departemen Koperasi. Berdasarkan laporan keuangan yang ada sampai
Desember 2009 total asset KJKS Arrahmah mencapai Rp 3.112.862.000,- dengan
jumlah pembiayaan mencapai Rp 1.827.539.000,- dan tingkat NPF kurang dari
5% setiap tahunnya.
Padahal, kalau dilihat dalam laporan keuangan di KJKS lain seperti halnya
di KJKS A tingkat NPFnya antara 6% sampai 8% dengan jumlah pembiayaan
setiap tahunnya sampai dengan Desember 2009 mencapai 3.243.994.269.- 9
Berdasarkan dari latarbelakang diatas penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian mengenai strategi yang digunakan Koperasi Jasa Keuangan Syariah

Herry
Setiawan,
Arrahmah
Redaksi@jurnaldepok.com 27 Juli 2009
9
Laporan keuangan KJKS A tahun 2009

Koperasi

terbaik,tabloid

monitor

depok,

Arrahmah dalam menekan tingkat NPF dalam bentuk skripsi yang berjudul
Strategi Koperasi Jasa Keuangan Syariah dalam Menekan Tingkat NPF.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah


1. Identifikasi Masalah
Dari judul diatas ada beberapa masalah yang bisa di identifikasi oleh penulis
diantaranya :
a.

Sebab munculnya pembiayaan bermasalah

b.

Faktor yang mempengaruhi munculnya pembiayaan bermasalah

c.

Pengaruh adanya pembiayaan bermasalah terhadap dana nasabah

d.

Pengaruh adanya pembiayaan bermasalah terhadap total asset

2. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan tidak terlalu meluas maka penulis merasa perlu
untuk memberikan batasan masalah terhadap objek yang di kaji, adapun
pembatasan masalah diantaranya:
a.

Penulisan sekripsi ini hanya akan membahas tentang bagaimana


strategi yang digunakan oleh Koperasi Jasa Keuangan Syariah
Arrahmah dalam Menekan Tingkat Non Performing Financing

b.

Faktor-faktor yang menyebabkan pembiayaan bermasalah

c.

Penelitian dilakukan pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah Arrahmah

3. Perumusan Masalah
a.

Bagaimana Strategi Koperasi Jasa Keuangan Syariah Arrahmah dalam


menekan Tingkat NPF?

b.

Apakah strategi di Koperasi Jasa Keuangan Syariah Arrahmah efektif


untuk menekan tingkat NPF?

c.

Faktor apa saja yang mendukung atau menghambat upaya Koperasi


Jasa Keuangan Syariah Arrahmah dalam menekan tingkat NPF?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan penelitian
a.

Untuk mengetahui bagaimana strategi Koperasi Jasa Keuangan


Syariah Arrahmah dalam menekan tingkat NPF

b.

Untuk mengetahui tingkat kekuatan dan kelemahan yang dimiliki


Koperasi Jasa Keuangan Syariah Arrahmah dalam menekan tingkat
NPF

c.

Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang di hadapi Koperasi Jasa


Keuangan Syariah Arrahmah

2. Manfaat penelitian
Manfataat dari hasil penelitian dan penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut:
a.

Teoritis: penelitian ini berguna untuk memberikan informasi dan


kontribusi bagi kalangan intelektual, pelajar, praktisi, akademisi

10

institusi dan masyarakat umum yang ingin mengetahui lebih jauh


tentang strategi koperasi jasa keuangan syariah dalam menekan tingkat
NPF.
b.

Praktis: Penulisan skripsi ini diharapkan menjadi input bagi Koperasi


Jasa Keuangan Syariah lain dalam mengurangi tingkat pembiayaan
bermasalah.

c.

Kebijakan: Penulisan skripsi ini juga diharapkan sebagai bahan


pengambilan keputusan oleh koperasi syariah khususnya koperasi jasa
keuangan syariah Arrahmah. Untuk lebih banyak belajar lagi
mengenai pembiayaan bermasalah.

D. Review Studi terdahulu


Berdasarkan studi review terdahulu yang penulis lakukan dari beberapa
literatur yang ada diantaranya:
1.

Skripsi Rosidah tahun 1426 H/ 2005 M dengan judul Analisis SWOT


Strategi BMT dalam peningkatan UKM yang isinya Kajian Skripsi ini
membahas tentang analisa SWOT Strategi BMT Al Munawaroh dalam
Peningkatan UKM Kajian Skripsi ini membahas tentang analisa SWOT
Strategi BMT Al Munawaroh dalam Peningkatan UKM Persamannnya yang
penulis maksudkan yaitu sama-sama membahas tentang strategi BMT ,

11

sedangkan letak perbedaannya pada masalah apa yang penulis teliti lebih
terfokus dalam penekanan tingkat NPF. 10
2.

Skripsi Muhammad tahun 1424 H/ 2003 M dengan judul Analisa terhadap


kesehatan Lembaga Mikro Syariah yang isinya membahas tentang cara
menganalisa dan mengukur tingkat kesehatan BMT, Persamaannya yang
penulis maksudkan yaitu sama-sama membahas tentang cara mengukur
tingkat kesehatan BMT, sedangkan letak perbedaannya pada masalah apa
yang mau diteliti (kajian) serta objek penelitiannya, sedangkan penulis lebih
terfokus pada strategi dalam menekan tingkat NPF. 11

E. Metode Penelitian
Metode Penelitian yang dilakukan dalam penyusunan skripsi ini sebagai
berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis bersifat deskriptif yaitu penelitian
yang bertujuan menggambarkan atau mendeskripsikan suatu fungsi dari
permasalahan yang ada 12 , seperti penyebab timbulnya pembiayaan
bermasalah, cara mengatasinya dan strategi yang digunakan dalam menekan
tingkat pembiayaan bermasalah.
10
11

Rosidah. Analisis SWOT Strategi BMT dalam peningkatan UKM (UIN Jakarta, Skripsi) 2005
Muhammad, Analisa terhadap kesehatan Lembaga Mikro Syariah (UIN Jakarta, Skripsi)

2003
12

www.Organisasi.org Kajian Wacana Bahasa Indonesia Kupas Tuntas Metode Penelitian


Kualitatif Bag. 2 diakses pada 7 April 2010

12

2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian menggunakan Studi kasus. Jenis pendekatan studi
kasus merupakan penelitian yang rinci mengenai suatu objek tertentu selama
kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh termasuk
kondisi dan lingkungan masa lalunya. 13
Kasus yang diangkat dalam penelitian ini berkaitan dengan masalah strategi
Koperasi Jasa Keuangan Syariah dalam menekan Tingkat NPF yang
dilakukan KJKS Arrahmah Cinere.
3. Sumber Data
a.

Data Primer
Data primer yaitu data yang didapatkan secara langsung dari sumber
aslinya seperti subyek yang diwawancarai.

b.

Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang didapatkan dari sumber yang kedua,
seperti buku-buku dokumen atau arsip-arsip yang didapat dari KJKS
Arrahmah.

Seperti halnya buku petunjuk pelaksanaan kegiatan

usaha koperasi jasa keuangan syariah kementrian negara koperasi dan


usaha kecil dan menengah republik indonesia tahun 2009, BMT dan
Bank Islam Instrumen lembaga keuangan syariah.
4.

13

Teknik Pengumpulan Data

Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2004), h. 23.

13

Dalam menyusun skripsi ini, penulis melakukan pengumpulan data dengan


cara :
a.

Studi Dokumentasi
Yaitu dengan membaca buku literatur yang relevan dengan topik
masalah dalam penelitian ini, serta mempelajari dokumen-dokumen
atau arsip-arsip koperasi syariah tentang pembiayaan bermasalah.
Berupa data-data yang diperoleh melalui laporan rapat anggota
tahunan koperasi jasa keuangan syariah Arrahmah sebagai studi
dokumentasi.

b.

Wawancara (interview)
Dengan melakukan wawancara langsung dengan pihak-pihak terkait.
Dalam hal ini tatap langsung dengan tokoh lembaga atau fungsionaris
KJKS Arrahmah.

c.

Studi Kepustakaan (library research)


Salah satu hal penting yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu
mempelajari beberapa literatur tetulis baik yang bersumber pada buku,
jurnal, majalah, artikel, makalah, koran dan internet, maupun dari
sumber tertulis lainnya yang mengandung informasi berkaitan dengan
masalah yang dibahas, yang dihimpun dari berbagai tempat.

5.

Teknik Analisis Data


Analisa data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan interprestasikan. Data yang diolah adalah data kualitatif,

14

sedangkan analisanya mempergunakan analisa deskriptif. Penulis akan


menggambarkan hasil penelitian tersebut dengan logika akal dari data
tersebut untuk mengambil sebuah kesimpulan.
6.

Pedoman Penulisan Laporan


Penulis menggunakan buku Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007. 14

F. Sistematika Penulisan
Secara garis besar skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab dengan beberapa sub
bab. Agar mendapat arah dan gambaran yang jelas mengenai hal yang tertulis,
berikut ini sistematika penulisannya secara lengkap:
BAB I

PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, studi
terdahulu, metode dan objek penelitian, serta sistematika
penulisan.

BAB II

LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai pengertian koperasi syariah,
manajemen strategi, pengertian pembiayaan dan dasar hukumnya,
serta aspek kesehatan koperasi.

14

Pedoman Penulisan Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Press, 2007:h,11

15

BAB III

TINJAUAN

UMUM

KOPERASI

JASA

KEUANGAN

SYARIAH ARRAHMAH
Penulis akan menuliskan sejarah singkat Koperasi jasa keuangan
syariah Arrahmah, Struktur Organisasi Visi, Misi,

produk

simpanan, serta roduk pembiayaan.


BAB IV

ANALISIS

STRATEGI

KOPERASI

JASA

KEUANGAN

SYARIAH DALAM MENEKAN TINGKAT NPF


Penulis akan membahas mengenai mekanisme pembiayaan pada
koperasi jasa keuangan syariah Arrahmah, pencapaian keberhasilan
koperasi dalam menekan tingkat NPF, serta membahas faktor-faktor
yang mempengaruhi pembiayaan bermasalah.
Bab V

KESIMPULAN DAN SARAN


Pada bab ini berisikan kesimpulan penelitian yang merupakan
jawaban dari perumusan masalah dalam penelitian. Selain itu juga
berisi saran dari penulis selama melakukan penelitian

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Koperasi Jasa Keuangan Syariah


1. Pengertian Koperasi Jasa Keuangan Syariah
Koperasi Jasa Keuangan Syariah adalah koperasi yang kegiatan
usahanya bergerak dibidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai
dengan pola bagi hasil (Syariah). 1
Koperasi syariah berdiri untuk meningkatkan kesejahteraan anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta turut membangun
tatanan perekonomian yang berkeadilan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
Membentuk koperasi memang diperlukan keberanian dan kesamaan visi dan
misi di dalam intern pendiri. mendirikan koperasi syariah akan memerlukan
perencanaan yang cukup bagus agar tidak berhenti di tengah jalan.
Usaha koperasi syariah meliputi semua kegiatan usaha yang halal, baik
dan bermanfaat (thayib) serta menguntungkan dengan system bagi hasil, dan
tidak riba, perjudian (maysir) serta ketidak jelasan (ghoror). Untuk
menjalankan fungsi perannya,

koperasi syariah menjalankan usaha

sebagaimana tersebut dalam sertifikasi usaha koperasi. Usaha-usaha yang


diselenggarakan koperasi syariah harus dinyatakan sah berdasarkan fatwa dan

Kementrian Koperassi UKM RI, Petunjuk teknis program perkuatan Koperasi jasa
keuangan syariah / Unit Jasa Keuangan Syariah untuk pemberdayaan usaha mikro (Jakarta, 2009) h.3

16

17

ketentuan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonnesia. Usaha-usaha


yang diselenggarakan koperasi syariah harus dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. 2
2. Tujuan Koperasi Syariah
Tujuan sistem koperasi syariah yaitu Mensejahterakan ekonomi
anggotanya sesuai norma dan moral Islam, Menciptakan persaudaraan dan
keadilan sesama anggota, Pendistribusian pendapatan dan kekayaan yang
merata sesama anggota berdasarkan kontribusinya, Kebebasan pribadi dalam
kemaslahatan social yang didasarkan pada pengertian bahwa manusia
diciptakan hanya untuk tunduk kepada Allah, Meningkatkan kesejahteraan
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta turut
membangun tatanan perekonomian yang berkeadilan sesuai dengan prinsipprinsip Islam. 3
3. Peran dan Fungsi Koperasi Syariah
Dalam

koperasi

konvensional

lebih

mengutamakan

mencari

keuntungan untuk kesejahteraan anggota, baik dengan cara tunai atau


membungakan uang yang ada pada anggota. Para anggota yang meminjam
tidak dilihat dari sudut pandang penggunaannya hanya melihat uang pinjaman
kembali ditambah dengan bunga yang tidak didasarkan kepada kondisi hasil
usaha atas penggunaan uang tadi. Bahkan bisa terjadi jika ada anggota yang
2

M Shodiq Mustika, Koperasi syariah apa dan bagaimana,artikel diakses pada 29,
Agustus 2009 dari http://msodik.blogspot.com/koperasi-syariah-apa-dan-bagaimana
3
Nur S Buchori, Koperasi Syariah, (Jawa Timur: Mashun, 2009), cet 1 h.18

18

meminjam untuk kebutuhan sehari-hari (makan dan minum), maka pihak


koperasi

memberlakukannya

sama

dengan

peminjam

lainnya

yang

penggunaannya untuk usaha yang produktif dengan mematok bunga sebagai


jasa koperasi.
Pada koperasi syariah hal ini tidak dibenarkan, karena setiap transaksi
(tasharuf) di dasarkan atas penggunaan yang efektif apakah untuk pembiayaan
atau kebutuhan sehari-hari. Kedua hal tersebut diperlakukan secara berbeda.
Untuk usaha produktif, misalnya anggota akan berdagang maka dapat
menggunakan prinsip bagi hasil (Musyarakah atau Mudharabah) sedangkan
untuk pembelian alat transportasi atau alat-alat lainnya dapat menggunakan
prinsip jual beli (Murabahah).
Berdasarkan peran dan fungsinya maka, Koperasi Syariah memiliki
fungsi sebagai berikut:
a. Sebagai Manajer Investasi
Manajer investasi yang dimaksud adalah, koperasi syariah dapat
memainkan perannya sebagai agen atau sebagai penghubung bagi para
pemilik dana. Koperasi syariah akan menyalurkan kepada calon atau
anggota yang berhak mendapatkan dana atau bisa juga kepada calon atau
anggota yang sudah ditunjuk oleh pemilik dana.
Umumnya, apabila pemilihan penerima dana (anggota atau calon
anggota) di dasarkan ketentuan yang diinginkan oleh pemilik dana, maka
koperasi syariah hanya mendapatkan pendapatan atas jasa agennya.

19

Misalnya jasa atas proses seleksi anggota penerima dana, atau biaya
administrasi yang dikeluarkan koperasi atau biaya monitoring termasuk
reporting. Kemudian apabila terjadi wanprestasi yang bersifat force major
yakni bukan kesalahan koperasi atau bukan kesalahan anggota, maka
sumber dana tadi (pokok) dapat dijadikan beban untuk resiko yang terjadi.
Akad yang tepat untuk seperti ini adalah Mudharabah Muqayyadah.
b. Sebagai Investor
Peran sebagai investor (Shahibul Maal) bagi koperasi syariah
adalah jika sumber dana yang diperoleh dari anggota maupun pinjaman
dari pihak lain yang kemudian dikelola secara professional dan efektif
tanpa persyaratan khusus dari pemilik dana, dan koperasi syariah memiliki
hak untuk terbuka dikelolanya berdasarkan program-program yang
dimilikinya. Prinsip pengelolaan dana ini dapat disebut sebagai
Mudharabah Mutlaqah, yaitu investasi dana yang dihimpun dari anggota
maupun pihak lain dengan pola investasi yang sesuai dengan syariah.
c. Fungsi social
Konsep koperasi syariah mengharuskan memberikan pelayanan
social baik kepada anggota yang membutuhkannya maupun kepada
masyarakat dhuafa. Kepada anggota yang membutuhkan pinjaman
darurat (emergency loan) dapat diberikan pinjaman kebajikan dengan
pengembalian pokok (Al Qard) yang sumber dananya berasal dari modal
maupun laba yang dihimpun. Dimana anggota tidak dibebankan bunga

20

dan sebagainya seperti koperasi konvensional. Sementara bagi anggota


masyarakat dhuafa dapat diberikan pinjaman kebajikan dengan atau tanpa
pengembalian pokok (Qardhul Hasan) yang sumber dananya dari dana ZIS
(Zakat, Infaq, Shodaqoh). Pinjaman qordhul hasan ini diutamakan sebagai
modal usaha bagi masyarakat miskin agar usahanya menjadi besar, jika
usahanya mengalami kemacetan, ia tidak perlu dibebani dengan
pengembalian pokoknya.
Fungsi ini juga membedakan antara koperasi konvensional dengan
koperasi syariah dimana konsep tolong menolong begitu kentalnya sesuai
dengan ajaran Islam Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan
ketaqwaan dan janganlah kamu tolong menolong dalam permusuhan dan
perbuatan dosa. (QS Al-Maidah : 2)
4. Landasan Koperasi Syariah
a. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik

Indonesia

Nomor:

35.2/PER/M.KUKM/X/2007

tentang

Pedoman Standar Operasional Manajemen Koperasi JasaKeuangan


Syariah
b. Koperasi syariah berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945.
c. Koperasi syariah berazaskan kekeluargaan.

21

d. Koperasi syariah berlandaskan syariah Islam yaitu al-quran dan as-sunnah


dengan saling tolong menolong (taawun) dan saling menguatkan
(takaful). 4
5. Prinsip Operasional Koperasi Syariah
Koperasi syariah memiliki keluwesan dalam menerapkan akad-akad
muamalah, yang umumnya sulit dipraktekan pada perbankan syariah karena
adanya keterbatasan peraturan dari Bank Indonesia PBI (Peraturan Bank
Indonesia). Prinsip dasar operasional koperasi syariah tersebut dapat
digambarkan berikut:

Koperasi Syariah, artikel di akses pada


www.koperasisyariah.com

20 November 2009 dari

22

Sumber Dana Koperasi Syariah


1.

2.

3.

4.

Simpanan Sukarela
- Simp. Wadiah
- Simp. Berjangka (mudharabah)
Investasi pihak lain
- Investasi terikat
- Investasi tidak terikat
Dana ZIS
- Zakat
- Infaq dan Shodaqoh
Modal Koperasi
- Simpanan pokok + wajib
- Dana Hibah
- L/R SHU berjalan

Penempatan lainnya
4. Bank Syariah
5. Koperasi Syariah

Jasa-jasa
1. Wakalah
2. Kafalah
3. Hawalah
4. Ijaroh

Porsi Koperasi Syariah


L/R SHU Berjalan
FEE
55%

Jual Beli
1. Murabahah
2. Salam
3. Istishna

Margin

Investasi Pembiayaan
1. Mudharabah
2. Musyarakah

Bagi Hasil

Penempatan lainnya
1. Bank Syariah
2. Koperasi Syariah

Bagi Hasil
Bank/kop

Porsi
1. Simp. Berjangka
2. Investasi pihak lain

Revenue
Distribution

45%

Bagi Hasil

Bonus

23

Dari bagan di atas digambarkan bahwa sumber dana koperasi


syariah di peroleh dari simpanan sukarela seperti simpanan wadiah dan
simpanan berjangka mudharabah, investasi pihak lain, dana zakat infaq
dan shodaqoh, dan dari modal koperasi seperti simpanan pokok simpanan
wajib, dana hibah dan laba rugi sisa hasil usaha berjalan. Dari sumber dana
koperasi syariah tersebut kemudian disalurkan untuk pembiayaan seperti
dalam bentuk jasa dengan akad pembiayaan wakalah, kafalah, hawalah,
dan ijaroh yang kemudian akan mendapatkan fee. Dalam bentuk jual beli
dengan akad pembiayaan murabahah, salam, dan istishna yang kemudian
akan memperoleh margin. Dalam bentuk investasi pembiayaan dengan
akad mudharabah dan musyarakah dengan porsi bagi hasil, dan
penempatan lainnya seperti penempatan pada bank syariah dan koperasi
syariah dengan mendapatkan bagi hasil dari bank syariah dan koperasi
syariah. Dari hasil yang di peroleh seperti fee, margin dan bagi hasil maka
distribusi pembagiannya 55% porsi koperasi syariah untuk laba rugi SHU
berjalan, dan 45% untuk bagi hasil simpanan berjangka dan investasi
pihak lain, dan bonus untuk penempatan pada bank syariah dan koperasi
syariah.

24

6. Struktur Organisasi Koperasi Syariah


RAT

Dewan Syariah

Dewan Pengawas

KETUA

Pengurus

Sekretaris

Bendahara

Direktur
Pengelola

Manager
Unit Jasa Keuangan
Syariah

Manager
Unit Sektor Riil

Operasition

Marketing

Perdagangan

Jasa

Contoh Bagan Organisasi Koperasi Syariah

Produksi

25

Dalam bagan struktur organisasi koperasi syariah terdiri dari rapat


anggota, rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi,
keputusan rapat anggota diambil berdasarkan musyawarah untuk mencapai
mufakat dimana tiap-tiap anggota mempunyai hak suara yang sama.
Kepengurusan koperasi syariah seperti pengurus dipilih oleh anggota
koperasi syariah dalam rapat anggota dimana untuk pertama kalinya
susunan dan nama-nama pengurus dicatat dalam akta pendirian dan masa
jabatannya paling lama 5 (lima) tahun. Pengurus minimal terdiri dari ketua
yang sejajar dengan dewan syariah dan dewan pengawas, sekretaris, dan
bendahara .
Dalam mengelola koperasi syariah, pengurus dapat menunjuk
pengelola yang dianggap cakap dan professional dengan jabatan manager
atau jika memungkinkan dan memiliki cakupan usaha yang luas maupun
system organisasinya yang besar, maka manager tersebut dapat disetarakan
sebagai direktur, dan dibawahnya boleh disebut manager. Koperasi syariah
dapat dikelola oleh seorang direktur yang dibantu oleh para manager
seperti manager unit jasa keungan syariah yang membawahi bagian
operasional dan marketing. Dan manager sector riil yang membawahi
bagian perdagangan, produksi, dan jasa.
7. Manajemen Koperasi Syariah
a. Manajemen Umum
Koperasi syariah adalah termasuk lembaga keuangan yang harus
dikelola secara amanah, professional, dan mandiri. Koperasi syariah

26

juga merupakan factor penting sebagai pendukung utama dalam


mewujudkan pilar perekonomian suatu bangsa (umat). Disamping itu
juga dituntut untuk melakukan berbagai inovasi dan menjalin sinergi
dalam pengimplementasian berbagai program. Prestasi sebuah koperasi
syariah bukan semata-mata ditentukan oleh pendapatan atau laba saja,
melainkan juga ditentukan oleh ketepatan penyalurannya dan
keberhasilan melakukan sinergi dengan lembaga sejenis. 5
Mengingat begitu pentingnya koperasi syariah, maka dibutuhkan
suatu strategi dan sasaran koperasi syariah yang matang dan
dituangkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Koperasi
Syariah (RKATKS) sebagai acuan pengurus dalam melakukan
kegiatan operasional koperasi syariah. RKATKS

dibuat oleh

pengelola dan pengurus pada periode akhir tahun, sehingga awal tahun
sudah dapat digunakan sebagai acuan operasional. 6
b. Manajemen Resiko Koperasi Syariah
Resiko manajemen koperasi syariah pada unit jasa keuangan
syariah memiliki 5 macam tingkat resiko yang terdiri atas :
1) Resiko likuiditas
Kelancaran pengembalian investasi harus tetap dijaga
guna memperkecil resiko likuiditas koperasi syariah.
Pemeliharaan likuiditas dapat dilakukan dengan menghitung

Tim Dakwatuna, Ekonomi Syariah, Koperasi dalam Islam,artikel di akses pada 10


januari 2010 dari http://timdakwatuna.com/ekonomisyariah/koperasidalamislam
6
Kementrian negara koperasi dan usaha kecil dan menengah Republik Indonesia,
Petunjuk pelaksanaan kegiatan usaha koperasi jasa keuangan syariah, (Jakarta, 2009),h.17

27

Cash Rasio (CS) :

kas dan setara kas


Hutang lancar

Financing Debt Ratio (FDR) :

total pembiayaan
Penghimpunan dana

2) Resiko Pembiayaan
Dalam memberikan pembiayaan perlu ditekankan analisa
pembiayaan yang cermat dengan memperlakukan prinsip kehatihatian.
Pemantauan

kepatuhan

anggota

pembiayaan

harus

senantiasa dapat dikontrol melalui kartu pembiayaan setiap


bulannya oleh bagian pembiayaan maupun manager koperasi
syariah.
Pengikatan agunan dilakukan secara notariil setelah
diadakan taksasi agunan dengan melihat NJOP bagi anggota
pembiayaan yang menyerahkan jaminan dalan bentuk SHM
(Sertifikat Hak Milik) atau harga pasaran bagi BPKB kendaraan
mobil maupun motor setelah dibuktikan kebenarannya nomor
mesin dengan BPKB nya.
3) Resiko Operasional
Pembentukan Cadangan Penyisihan Penghapusan Aktiva
(CPPA) harus dibentuk oleh manajemen koperasi syariah yakni
sebesar 0,5% bagi setiap pembiayaan lancar, 10% bagi pembiayaan
yang kurang lancar, 50% bagi pembiayaan yang diragukan tingkat

28

pengembaliannya dan 100% bagi pembiayaan dengan kategori


macet.
Setiap kali dewan pengawas menemukan transaksi yang
tidak sesuai dengan rencana kerja yang dibuat pengurus koperasi
syariah ataupun terjadi penyimpangan dalam operasional oleh
manajemen, maka harus segera melaporkan pada pengurus untuk
segera mengadakan perbaikan maupun pembenahan. 7
4) Resiko Umum
Setiap akad-akad perjanjian sedapat mungkin dibuat
berdasarkan notariil, dan menyebutkan dalam klausul akad
tersebut apabila terjadi permasalahan dikemudian hari, maka
kedua belah pihak sepakat akan diselesaikan oleh BASYARNAS
(Badan Syariah Arbitrase Nasional) atau pengadilan agama
setempat.
Pengelola koperasi syariah yang melayani anggotanya
dari

berbagai

lapisan

masyarakat

sangat

rentan

terhadap

pembiayaan-pembiayaan bermasalah. Untuk itu perlu mengambil


langkah-langkah tertentu dalam bentuk prefentif yaitu dengan
melakukan perubahan melalui Restructuring (penataan kembali),
Rescheduling

(Penjadwalan

kembali),

dan

Reconditioning

(Persyaratan kembali).

Muhammad, Manajemen dana bank syariah (Yogyakarta:Ekonosia,2004) cet 1,h.144

29

5) Resiko Kepengurusan dan Pengelolaan


Pengurus dan pengelola koperasi syariah tidak boleh
mencampuri usaha-usaha koperasi dengan kepentingan usaha
pribadi, saudara dan keluarganya. Usaha-usaha koperasi syariah
harus dilakukan secara independent tanpa dicampuri urusan pribadi
pengurus maupun pengelola.
Pengurus dan pengelola harus memiliki kemampuan
meningkatkan permodalan koperasi syariah, jika tidak maka
usahanya tidak akan berkembang.
Dalam

menjalankan

operasional

koperasi

syariah

penanggung jawab bidang pembiayaan tidak boleh melakukan halhal yang cenderung menguntungkan pribadinya seperti meminta
atau menerima suatu pemberian sesuatu baik uang tips maupun
dalam bentuk barang dari anggota yang terlibat dalam pembiayaan.
Dewan pengawas harus benar-benar melakukan fungsi
pengawasan secara kontinu ataupun berkala, guna menghindari
resiko penyimpangan yang kemungkinan terjadi.
c. Manajemen Pemasaran
Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha
koperasi syariah yang ditujukan untuk memperkenalkan produk yang
ditawarkan, menentukan tingkat margin, bagi hasil dan fee,
mempromosikan, dan mendistribusikan aktiva secara produktif yang

30

dapat memberikan keuntungan maksimal baik kepada stake holder


maupun share holder potensial. 8
Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwasannya proses
pemasaran koperasi syariah harus dimulai sebelum terjadinya akadakad pembiayaan. keputusan-keputusan pemasaran dibuat untuk:
1. Memperkenalkan

produk

dan

jasa

koperasi

syariah

yang

ditawarkan
2. Menentukan anggota, calon anggota dan masyarakat yang akan
dibidik
3. Menentukan tingkat margin, bagi hasil dan fee sebagai agen
4. Memberikan kepuasan pada anggota maupun masyarakat luas
Pemasaran merupakan ujung tombak dari sebuah usaha, oleh
karenanya, komponen-komponen pemasaran koperasi syariah harus
memenuhi kriteria-kriteria berikut ini :
1. Analisa pasar (Sasaran pasar, pesaing, harga dan kemasan produk)
2. Strategi pemasaran
3. Periklanan yang berkaitan dengan produk koperasi syariah
4. Humas sebagai sarana sosialisasi produk
5. Anggota dan calon anggota atau masyarakat lain.

B. Pembiayaan Bermasalah (Npf/Non Performing Financing)


1. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan adalah : kegiatan penyediaan dana untuk investasi
atau kerjasama permodalan antara koperasi dengan anggota, calon
8

Kasmir, Manajemen perbankan, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2000) h.168

31

anggota, koperasi lain dan atau anggotanya, yang mewajibkan penerima


pembiayaan itu untuk melunasi pokok pembiayaan yang diterima kepada
pihak koperasi sesuai akad disertai dengan pembayaran sejumlah bagi
hasil dan pendapatan atau laba dari kegiatan yang dibiayai atau
penggunaan dana pembiayaan tersebut. 9
Definisi lain tentang pembiayaan yaitu : pendanaan yang diberikan
oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan baik yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang
direncanakan. 10
Sedangkan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah
penyediaan uang/tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan
persetujuan/kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak yang di biayai dengan imbalan atau bagi hasil. Yang menjadi
perbedaan antara kredit yang diberikan oleh bank berdasarkan
konvensional dengan pembiayaan yang diberikan oleh bank berdasarkan
prinsip syariah adalah terletak pada keuntungan yang diharapkan, bagi
bank berdasarkan prinsip konvensional, keuntungan diperoleh melalui
bunga. Sedangkan bagi bank berdasarkan prinsip syariah berupa
imbalan/bagi hasil. Perbedaan lainnya terdiri dari analisis pemberian
pembiayaan (kredit) beserta persyaratannya. 11

Kementrian Koperasi UKM RI, Petunjuk teknis program pembiayaan produktif


koperasi dan usaha mikro (P3KUM) pola syariah (Jakarta, 2007 ) h.4
10
Muhammad, manajemen pembiayaan Bank Syariah (Yogyakarta, UPP. AMM, YKPN,
2002) h. 17
11
Kashmir, Manajemen perbankan (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2003) h. 72-73

32

Pembiayaan dalam perbankan syariah atau istilah teknisnya aktiva


produktif, menurut ketentuan Bank Indonesia adalah penanaman dana
Bank Syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk
pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga syariah, penempatan,
penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontinjensi
pada rekening administrative serta sertifikat wadiah Bank indonesia. 12
Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang
atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lai yang mewajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka
waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (pasal 1 Angka 12 UndangUndang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.
7 Tahun 1992 Tentang Perbankan) 13
2. Pengertian Pembiayaan Bermasalah / NPF (Non Performing
Financing)
Non Performing Financing (NPF) adalah: pembiayaan/kredit
bermasalah disebut NPF pada bank syariah/NPL pada bank konvensional,
menggambarkan

situasi

dimana

persetujuan

pengembalian

kredit

mangalami resiko kegagalan. Bahkan menunjukan kepada bank akan


mengalami resiko kegagalan. 14

12

Peraturan Bank Indonesia No. 5/7/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003


BPRS AL SALAAM , Program Pendidikan Officer. Modul 7:Manajemen
Pembiayaan.(Jakarta, 2008) h. 94
14
H.Veithzel Rivai, Kredit management handbook, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada)
13

33

Non Performing Financing (NPF) adalah suatu rasio keuangan


bank yang menggambarkan besarnya tingkat pembiayaan bermasalah
terhadap total pembiayaan. 15 Dalam bank konvensional dikenal dengan
istilah Non Performing Loan (NPL). Menurut dowd Non Performing Loan
(NPL) adalah peluang kejadian dimana pihak lawan akan gagal melakukan
pembayaran sesuai perjanjian. 16 Ssednagkan menurut Andrea Szczesny
dan Ralf Ewert, Non Performing Loan (NPL) adalah apabila telah terjadi
satu atau lebih peristiwa-peristiwa yakni: debitur tidak ingin membayar
kewajibannya secara penuh; adanya peristiwa kerugian pembiayaan seperti
restrukturisasi karena kesulitan yang mengakibatkan penundaan pokok,
debitur menunggak lebih dari 90 hari atas kewajibannya, debitur
dinyatakan bangkrut atas usahanya. 17
Golin pun menjelaskan bahwa berdasarkan praktek internasional,
suatu kredit dimana bunga atau pokok yang telah jatuh tempo lebih dari 90
hari di klasifikasikan sebagai non performing loan.

18

NPL sendiri

biasanya diklasifikasikan kedalam tiga atau lebih regulator. Classified loan


meliputi kredit yang dipertimbangkan sebagai substandard (kurang
lancar), doubtful (diragukan), dan Loss (macet).

15

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001, lampiran

14
16

Kevin Dowd, Beyond Value at Risk, The new science of risk management, (England:
John Willey & Sons, 1998) h, 142
17
Michael K Ong, Credit Ratings, Methodologies, Rationale and Default Risk, (London;
Risk Book, 2002) h, 36
18
Jonathan Golin, The Bank credit analisis handbook, A, Guide for analysis, Banker and
Investor (Singapore: John Willey & Son, 2001) h. 161

34

3. Tujuan Pembiayaan
Pembiayaan merupakan sumber pendapatan bagi bank syariah.
Tujuan pembiayaan yang dilaksanakan perbankan syariah terkait dengan
stake holder, yakni: 19
a. Pemilik
Dari

sumber

pendapatan,

para

pemilik

mengharapkan

akan

memperoleh penghasilan atas dana yang ditanamkan pada bank


tersebut.
b. Pegawai
Para pegawai mengharapkan dapat memperoleh kesejahteraan dari
bank yang dikelolanya.
c. Masyarakat
1) Pemilik dana
Sebagai

pemilik,

mereka

mengharapkan

dari

dana

yang

diinvestasikan akan diperoleh bagi hasil.


2) Debitur yang bersangkutan
Para debitur, dengan penyediaan dana baginya, mereka terbantu
guna menjalankan usahanya (sector produktif) atau terbantu untuk
pengadaan barang yang diinginkannya (pembiayaan konsumtif)
3) Masyarakat umumnya-konsumen
Mereka dapat memperoleh barang-barang yang dibutuhkannya

19

Muhammad, Manajemen dana Bank Syariah, (Yogyakarta, Ekonisia,2005), h.196

35

d. Pemerintah
Akibat

penyediaan

pembiayaan,

pemerintah

terbantu

dalam

pembiayaan pembangunan Negara, disamping itu akan diperoleh pajak


(berupa pajak penghasilan atas keuntungan yang diperoleh bank dan
juga perusahaan-perusahaan)
4. Fungsi Pembiayaan
Ada beberapa fungsi dari pembiayaan yang diberikan oleh bank
syariah kepada masyarakat penerima, diantaranya: 20
a. Meningkatkan daya guna uang
Para penabung menyimpan uangnya di bank dalam bentuk
giro, tabungan dan deposito. Uang tersebut dalam prosentase tertentu
ditingkatkan kegunaannya oleh bank guna suatu usaha peningkatan
produktifitas.
Para pengusaha menikmati pembiayaan dari bank untuk
memperluas/memperbesar usahanya baik untuk peningkatan produksi,
perdagangan maupun untuk usaha-usaha rehabilitasi ataupun memulai
usaha baru. Pada asasnya melaluipembiayaan terdapat suatu usaha
peningkatan produktifitas secara menyeluruh.
Dengan demikian dana yang mengendap di bank (yang
diperoleh dari para penyimpan uang) tidaklah idle (diam) dan
disalurkan untuk usaha-usaha yang bermanfaat, baik kemanfaatan bagi
masyarakat.
20

Muhammad, Manajemen pembiayaan bank syariah, (Yogyakarta:UPP AMP YKPN,


2005) h.19, review buku Muchdarsyah Sinungan, Dasar-Dasar dan teknik manajemen kredit,
(Jakarta, Bina Aksara, 1983)

36

b. Meningkatkan daya guna barang


Produsen

dengan

bantuan

pembiayaan

bank

dapat

memproduksi bahan mentah menjadi bahan jadi sehingga utility dari


bahan tersebut meningkat, misalnya peningkatan utility kelapa menjadi
kopra dan selanjutnya menjadi minyak kelapa/goring, peningkatan
utility dari padi menjadi beras, benang menjadi tekstil dan sebagainya.
c. Meningkatkan peredaran uang
Pembiayaan yang disalurkan via rekening-rekening Koran
pengusaha menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan
sejenisnya seperti cek, bilyet giro, wesel, promes dan sebagainya.
Melalui pembiayaan, peredaran uang kartal maupun giral akan lebih
berkembang oleh karena pembiayaan menciptakan suatu kegairahan
berusaha sehingga penggunaan uang akan bertambah baik kualitatif
apalagi secara kuantitatif.
d. Menimbulkan kegairahan berusaha
Setiap manusia adalah mahluk yang selalu melakukan
kegiatan ekonomi yaitu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya.
Kegiatan usaha sesuai dengan dinamikanya akan selalu meningkat,
akan tetapi peningkatan usaha tidaklan selaludiimbangi dengan
peningkatan kemampuannya yang berhubungan dengan manusia lain
yang mempunyai kemampuan. Karena itu pulalah maka pengusaha
akan selalu berhubungan dengan bank untuk memperoleh bantuan
permodalan guna peningkatan usahanya.

37

e. Stabilitas ekonomi
Dalam ekonomi yang kurang sehat, langkah-langkah
stabilitasi pada dasarnya diarahkan pada usaha-usaha antara lain:
pengendalian inflasi, peningkatan ekspor, rehabilitasi prasarana,
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok rakyat.
f. Sebagai alat hubungan ekonomi internasional
Bank sebagai lembaga kredit/pembiayaan tidak saja bergerak
di dalam negeri tapi juga di luar negeri. Amerika serikat yang telah
sedemikian

maju

organisasi

dan

system

perbankannya

telah

melebarkan sayap perbankannya ke seluruh pelosok dunia, demikian


pula beberapa Negara maju lainnya.
Negara-negara kaya tayu yang kuat ekonominya, demi
persahabatan antar Negara banyak memberikan bantuan kepada
Negara-negara

yang

sedang

berkembang

atau

yang

sedang

membangun. Bantuan-bantuan tersebut tercermin dalam bentuk


bantuan kredit dengan syarat-syarat yang ringan yaitu bunga yang
relative murah dan jangka waktu penggunaan yang panjang. Melalui
bantuan kredit antara begara, maka hubungan antar Negara pemberi
and penerima kredit akan bertambah erat terutama yang menyangkut
hubungan perekonomian dan perdagangan.
5. Kategori pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing)
Berikut ini dibahas berbagai permasalahan mengenai criteria dan
pedoman berkaitan dengan kualitas Aktiva Produktif

Koperasi. Dari

pembahasan ini akan diketahui aktiva produktif yang masuk kategori


lancar dan macet. Sumber pembahasan mengacu kepada Peraturan Bank

38

Indonesia No 6/18/PBI/2004 tentang kualitas Aktiva Produktif, tanggal 1


juli 2004 disebutkan bahwa aktiva produktif adalah penanaman dana Bank
Syariah dalam bentuk (1) Pembiayaan (2) Piutang (3) Qard (4) Penem
patan (5) Penyertaan modal (6) Penyertaan modal sementara (7) sertifikat
Wadiah Bank Indonesia. 21
Sedangkan

Aktiva

Produktif

berupa

pembiayaan,

piutang,

penempatan dana pada bank lain, dan Ijarah menurut Peraturan Bank
Indonesia No. 6/18/PBI/2004 dikategorikan bermasalah yang dapat
menyebabkan Non Performing Financing (NPF) adalah pembiayaan
dengan kualitas Kurang Lancar (Kol 2), Diragukan (Kol 3) dan Macet
(Kol 4).
6. Perhitungan Non Performing Financing (NPF)
Non

Performing

Financing

adalah

suatu

rasio

yang

membandingkan tingkat pembiayaan bermasalah (pembiayaan yang


dikualifikasikan) terhadap total pembiayaan yang diberikan. 22
Perhitungan Non Performing Financing (NPF) ada 2 macam yakni: 23
1. NPF (Gross) :

Perbandingan antara pembiayaan yang memiliki

Kualitas Kurang Lancar (Kol 2), Diragukan (Kol 3). Macet (Kol 4)
dibandingkan dengan Total Pembiayaan yang disalurkan.
RUMUS :
NPF (Gross) = Pembiayaan kol 2-4 X 100%
Total Pembiayaan
21

www.bi.go.id di akses pada 10 Januari 2010


Ibid
23
Katiyo, Analisa Kredit dan Resiko, (Jakarta: Institut bankir Indonesia, 2004) h.67
22

39

2. NPF (Neto) :

Perbandingan antara pembiayaan yang memiliki

Kualitas Kurang Lancar (Kol 2), Diragukan (Kol 3), Macet (Kol 4)
dikurangi dengan PPAP Khusus Kol 2-4 dibandingkan dengan total
Pembiayaan yang disalurkan.
RUMUS:
NPF (Neto) = (Pembiayaan kol 2-4) (PPAP Kol 2-4) X 100%
Total Pembiayaan
Keterangan:
a. Pembiayaan

yang

diberikan

merupakan

pembiayaan

yang

diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kepada bank lain)


b. Pembiayaan bermasalah dihitung secara gross (tidak dikurangi
PPAP)
7. Skema proses penyaluran pembiayaan
INISIASI
Identifikasi dan analisi resiko pembiayaan

DOKUMENTASI
Kelengkapan dokumentasi pembiayaan, jaminan,
perijinan, jatidiri, dll

KOMITE PEMBIAYAAN

Menolak

Menyetujui
PENCAIRAN

Kontrol atas transaksi dan administrasi


pembiayaan

LANCAR

BERMASALAH

40

Ada dua cara yang dapat dilakukan oleh bagian pembiayaan dalam
memperoleh calon anggota penerima pembiayaan yaitu Walk in Client dan
solitasi. Walk in Client adalah calon anggota pembiayaan datang ke kantor
koperasi syariah untuk mendapatkan pelayanan dan jasa. Biasanya calon
anggota pembiayaan yang diperoleh dengan cara tersebut sebagian besar
adalah

memiliki

cukup

beresiko

tinggi.ada

kemungkinan

calon

anggota/masyarakat yang datang tersebut biasanya sudah pernah


mengajukan pembiayaan di koperasi atau di bank lain dan permohonannya
ternyata ditolak sehingga datang mengajukan permohonan tersebut ke
koperasi syariah. Untuk itu prinsip kehati-hatian sangat diperlukan pihak
pengelola, walaupun calon anggota pembiayaan mengeluarkan bermacammacam dalih. 24
Agar dana pembiayaan koperasi syariah aman dan manguntungkan,
sebaiknya petugas pembiayaan mencari anggota pembiayaan yang di sebut
solitasi. Kata lain dari solitasi adalah tindakan menjemput bola. Petugas
pembiayaan harus pro aktif dalam mencari calon anggota pembiayaan
pilihan dan sesuai criteria yang layak untuk dibiayai harus memenuhi
syarat 6 C yaitu : 25
1) Character behaviour (karakter akhlaknya)
Karakter ini dapat dilihat dari interaksi kehidupan keluarga dan para
tetangganya. Untuk mengetahui lebih dalam adalah dengan bertanya

24

Arison Hendri Penanganan pembiayaan bermasalah, modul pelatihan pada Induk


koperasi Syariah 22-23 Februari 2010
25
Andi pangeran hamzah Upaya hukum penyelesaian pembiayaan bermasalah modul
pelatihan pada Induk koperasi syariah 23 Januari 2010

41

kepada tokoh masyarakat setempat maupun para tetangga tentang


karakter/akhlaknya dari si calon penerima pembiayaan.
2) Condition of economy (kondisi usaha)
Usaha yang dijalankan calon anggota pembiayaan harus baik, dalam
arti mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarganya, menutupi biaya
operasi usaha dan kelebihan dari hasil usaha dapat menjadi penambah
modal usaha untuk berkembang. Apalagi kelak mendapat pembiayaan
dari koperasi syariah maka usaha tersebut dapat tumbuh lebih baik dan
akhirnya mampu untuk melunasi kewajibannya.
3) Capacity (kemampuan manajerial)
Calon anggota pembiayaan mempunyai kemampuan manajerial,
handal dan tangguh dalam menjalankan usaha. Biasanya seorang
wiraswasta sudah dapat mengatasi permasalahan yang mungkin timbul
dari usahanya apabila sudah berjalan minimal dua tahun. Oleh karena
itu kebijakan yang berlaku dikoperasi syariah sebaiknya apabila calon
anggota pembiayaan tersebut belum menjalankan usaha sejenis
minimal dua tahun maka tidak dapat diproses permohonan
pembiayaannya.
4) Capital (modal)
Calon anggota pembiayaan harus mampu mengatur keuangannya
dengan baik. Pengusaha harus dapat menyisihkan sebagian keuntungan
usahanya untuk menambah modal sehingga skala usahanya dapat
ditingkatkan. Satu hal yang perlu diwaspadai adalah apabila usaha
calon

anggota

pembiayaan

yang

sebagian

besar

struktur

42

permodalannya berasal dari luar (bukan modal sendiri) maka hal ini
akan menimbulkan kerawanan pembiayaan bermasalah.
5) Collateral (jaminan)
Petugas pembiayaan harus dapat menganalisis usaha calon anggota
pembiayaan dimana sumber utama pelunasan pembiayaan nantinya
dibayarkan dari hasil keuntungan usahanya. Untuk mengatasi
kemungkinan sulitnya pembayaran kembali kepada koperasi syariah
maka perlu dikenakan jaminan. Pertama sebagai pengganti pelunasan
pembiayaan apabila nasabah sudah tidak mampu lagi. Namun
demikian koperasi syariah tidak dapat langsung mengambil alih
jaminan tersebut, tetapi memberikan tangguh atau tenggang waktu
untuk mencari alternative lain yang disepakati bersama dengan
anggotanya. Kedua sebagai pelunasan pembayaran apabila anggotanya
melakukan tindakan wanprestasi.
6) Constrain (keadaan yang menghambat)
Ketepatan pemberian modal usaha sangat berkaitan pula dengan
iklim/musim suatu usaha tertentu. Sebagai contohnya meskipun
seseorang berpengalaman dalam berdagang es kelapa muda, akan
tetapi jika ia diberikan pembiayaan usaha pada saat musim hujan maka
dapat dipastikan pengembalian angsuran kepada koperasi syariah akan
bermasalah. Demikian halnya dengan pedagang buah yang memiliki
musim tersendiri, tidak tepat jika diberikan pembiayaan usaha dengan
jangka waktu yang lebih dari dua bulan. Karena musim buah-buahan
paling lama 3 bulan.

43

C. STRATEGI PEMBIAYAAN BERMASALAH


1. Pengertian strategi
Istilah strategi diawali atau bersumber dan populer didunia militer.
Kata strategi berasal dari kata yunani yaitu Strategos, yang berarti jendral,
militer dan gabungan kata stratos (tentara) ogo (memimpin) 26
Menurut Webster's New Dictionary, Strategi adalah ilmu untuk
merencanakan dan mengarahkan operasi-operasi militer berskala besar,
mengarahkan pasukan ke posisi yang paling menguntungkan sebelum
pertempuran yang sebenarnya dengan musuh. 27 Sehingga penggunaan
istilah strategi lebih dominan dalam situasi peperangan, sebagai tugas
seorang komandan dalam menghadapi musuh, yang bertanggung jawab
mengatur cara atau teknik untuk memenangkan peperangan. 28
Seiring dengan berkembangnya zaman dan pola pikir manusia,
strategi militer seringkali di adopsi dan diterapkan dalam lembaga profit
maupun non profit. Banyak terdapat kesamaan antara strategi bisnis/non
bisnis dengan strategi militer. Diantaranya lembaga profit/non profit
maupun militer berusaha untuk menggunakan kekuatan-kekuatan mereka
sendiri dalam menggempur kelemahan lawan. Seperti yang diungkapkan
Carl Van Clausewitz 1780-1831 bahwa "strategi terbaik selalu menjadi
amat kuat, mula-mula secara umum kemudian dengan tujuan tertentu tidak

26

Fred R. David. Manajemen Strategi Konsep-Konsep, edisi Bahasa Indoneia (Jakarta:


Indeks, 2004) h. 15
27
Ibid
28
Hadari Nawawi, Manajemen strategi. Organisasi Non Profit bidang pemerintahan
Yogyakarta Gajah Mada University Press 2003) h. 29

44

ada hukum yang lebih jelas dan lebih sederhana untuk strategi selain
menyatukan kekuatan". 29
Memang sangat jelas pengertian tentang strategi diatas, namun
perlu didefinisikan dan dirumuskan tentang pengertian strategi yang
mengarah kebidang bisnis/non bisnis, berikut dibawah ini beberapa
pengertian tentang strategi bisnis/non bisnis:
1. Strategi merupakan suatu upaya bagaimana tujuan-tujuan perencanaan
dapat dicapai dengan mempergunakan sumber-sumber yang dimiliki
oleh suatu lembaga/perusahaan disamping diusahakan pula untuk
mengatasi kesulitan serta tantangan-tantangan yang ada.
2. Strategi sebagai seperangkat tujuan dan rencana tindakan yang
spesifik, yang apabila dicapai akan memberikan suatu keunggulan
kompetitif yang diharapkan. 30
3. Strategi merupakan alat untuk mencapai perubahan dalam kaitannya
dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas
alokasi sumber daya
Strategi saja tidak cukup, dibutuhkan pengetahuan/manajemen
yang

memungkinkan

Manajemen

strategilah

perusahaan/lembaga
yang

lebih

tepat

mencapai
supaya

tujuannya.

strstegi-strategi

perusahaan/lembaga dapat terlaksana dengan baik.

29

Warren J. Keegan, Manajemen pemasaran Global, Terjemah Alexander Sindoro &


Tanty Syahlena Tarigan, (Jakarta : PT. Index Kelompok Gramedia, 2003)
30
Blocher. Dkk, Manajemen Biaya terjemahan A. Suty Ambarrianii (Jakarta: Salemba
Empat, 2000)

45

Dalam konteks manajemen, menurut Wright,Kroll, dan Parnel


(1996), Istilah strategis menunjukan bahwa manajemen strategis memiliki
proses manajemen yang lebih luas hingga pada tingkat yang lebih tepat
dalam penentuan misi dan tujuan organisasi dalam konteks keberadannya
di lingkungan eksternal dan internalnya. 31
Proses manajemen berskala besar dan berkecakupan luas telah
menjadi semakin canggih setelah perang dunia II. Proses ini merupakan
reaksi terhadap meningkatnya ukuran dan jumlah perusahaan yang ikut
serta dalam persaingan, terhadap meluasnya peran pemerintah sebagai
pembeli, penjual, pembuat peraturan, dan pesaing dalam sistem
perusahaan bebas (free enterprise sistem). Dan terhadap meningkatnya
keterlibatan bisnis dalam perdagangan internasional.
Penyempurnaan paling penting dalam proses manajemen terjadi di
tahun 1970-an, ketika "perencanaan jangka panjang", "manajemen usaha
baru", "perencanaan, pemrograman, peranggaran", dan "kebijakan bisnis"
diramu menjadi satu. Pada saat yang sama, penekanan yang sama
diberikan pada peramalan lingkungan dan pertimbangan-pertimbangan
eksternal

dalam merumuskan

dan

mengimplementasikan

rencana.

Ancangan yang bersifat menyeluruh ini dikenal sebagai manajemen


strategik (strategis) atau perencanaan strategik (strategis).
Aspek keunggulan yang menguatkan dipilihnya pendekatan model
manajemen strategis, yaitu :
31

Muhammad Ismail Yusanto, Muhammad Karebet Widjajakusuma. Manajemen


Strategis Perspektif Syariah (Jakarta : Khairul Bayaan, 2003) h. 3

46

1. Fokus manajemen
Model manajemen strategis berhubungan dengan kejutankejutan strategis dan perkembangan yang cepat dari ancaman (threat)
dan kesempatan (opportunity). Maksudnya, pendekatan tersebut
memberikan penekanan pada upaya prediksi lingkungan yang dinamis
serta pertimbangan-pertimbangan eksternal dalam merumuskan dan
mengimplementasikan rencana organisasi. (Wahyudi, 1996 ; Pearce
dan Robinson, 1997)
2.

Cakupan proses
Model

manajemen

strategi

memiliki

cakupan

proses

manajemen berskala besar dan luas. Proses ini merupakan reaksi


terutama terhadap meningkatnya ukuran dan jumlah organisasi pemain
industri yang ikut serta dalam proses pembentukannya. Luasnya proses
cakupan manajemen strategis membawa organisasi pada tingkat yang
lebih tepat dalam penentuan misi dan tujuan organisasi dalam konteks
keberadaannya di lingku an eksternal dan internalnya.
3. Membangkitkan kesadaran bersama
Pernyataan strategis mencerminkan kesadaran perusahaan
mengenai bagaimana, kapan, dan dimana harus bersaing, melawan
siapa; dan untuk maksud (purpose) apa. Dengan demikian manajemen
strategis memberikan sekumpulan keputusan dan tindakan strategis
untuk mencapai sasaran-sasaran perusahaan (Pearce dan Robinson,
1997)

47

4. Menghubungkan peran fktor-faktor kunci organisasi


Sebagai sebuah proses manajemen atas fungsi keputusan para
manajer, manajemen strategis yang menghubungkan tiga faktor kunci,
yakni lingkungan kegiatan perusahaan, sumber daya yang dimiliki
yang siap melayani serta harapan dan tujuan berbagai kelompok
dengan penunjang untuk kelangsungan hidupnya (Faukkner dan
Johnson, 1995)
5. Proses Perkembangan
Hingga saat ini, Manajemen strategis dapat dicatat sebagai
puncak penyempurnaan paling penting dalam proses manajemen yang
terjadi sejak tahun 1970-an, ketika model perencanaan jangka
panjang (Long range planning), perencanaan, pemrograman,
peranggaran atau anggaran dan kontrol keuangan (Budgeting and
Financial Controlling), dan kebijakan bisnis diramu menjadi satu
(Wahyudi, 1996; Pearce dan Robinson, 1997). 32
2. Strategi fungsional keuangan
Manajemen keuangan adalah manajemen terhadap fungsi-fungsi
keuangan, dimana fungsi manajemen keuangan meliputi penghimpunan
dan pendayagunaan dana. Oleh karena itu, manajemen keuangan sering
dipadankan dengan manajemen aliran dana (Husnan, 1994, Anoraga dan
Soegiastuti, 1996). Atas dasar ini, strategi fungsional keuangan memiliki

32

Ibid, h.3

48

titik berat pada dua hal, yakni strategi untuk penghimpunana dana dan
strategi untuk pendayagunaaan dana.
Penghimpuanan dana lazimnya berasal dari dalam perusahaan
dan dari luar perusahaan. Sumber dana internal meliputi :
a. Penggunaan laba perusahaan
b. Penggunaan dana cadangan
c. Pengguanaan laba yang tidak dibagi
Sedangkan sumber dana eksternal perusahaan berasal dari :
a. Modal pemilik perusahaan
b. Dana pihak lain, baik berupa pinjaman, hibah atau kerjasama syarikah
Pendayagunaan dana perusahaan biasanya dibagi dalam
pendayagunaan jangka pendek dan jangka panjang. Pendayagunaan jangka
pendek ditunjukan sebagai aktiva lancar dan diwujudkan dalam bentuk
kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan. Sedangkan yang jangka
panjang ditunjukan dengan aktiva tetap dan diwujudkan sebagai aset
tanah, bangunan dan peralatan. 33
Disamping anjuran untuk mencapai nilai efektivitas dan efisiensi
dalam pelaksanaan kedua fungsi tersebut, Islam sangat menekankan
(mewajibkan) aspek kehalalannya.
"Kedua telapak kaki seorang anak adam dihari kiamat masih belum
beranjak sebelum ditanya kepadanya mengenai 5 (lima perkara) : tentang
umurnya, apa yang dilakukannya, tenntang masa mudanya, apa yang

33

Ibid., h.82

49

dilakukannya, tentang hartanya, dari mana dia peroleh dan untuk apa dia
belanjakan, dan tentang ilmunya, apa yang dia kerjakan dengan ilmunya
itu." (HR Ahmad )
3. Strategi menekan tingginya tingkat pembiayaan bermasalah
Strategi menekan tingginya tingkat pembiayaan bermasalah yaitu
cara sebuah perusahaan dalam mengurangi tingginya tingkat pembiayaan
bermasalah yang ada, dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.
Sebelum membahas tentang strategi menekan tingginya tingginya tingkat
pembiayaan bermasalah kita harus mengetahui tentang:
1.

kelayakan pemberian pembiayaan.


proses pemberian pembiayaan bank syariah / koperasi syariah kepada
nasabah-nasabahnya sangat memperhatikan aspek-aspek teknik
administrative. Adapun aspek-aspek yang sangat diperhatikan atau
sebagai dasar pertimbangan pembiayaan adalah:34
a.

Surat permohonan pembiayaan


Dalam surat permohonan berisikan jenis pembiayaan yang
diminta nasabah, untuk berapa lama, berapa limit/plafond yang
diminta, serta sumber pelunasan pembiayaan berasal dari mana.
Disamping itu, surat diatas dilampiri dengan dokumen
pendukung, antara lain: identitas pemohon, legalitas (akta
pendirian/perubahan, surat keputusan menteri, perijinanperijinan, bukti kepemilikan agunan (jika diperlukan).

34

Muhammad, manajemen pembiayaan Bank Syariah (Yogyakarta, UPP. AMM, YKPN,


2002) h. 43

50

b.

Proses evaluasi
Dalam penilaian suatu permohonan, bank syariah / koperasi
syariah tetap berpegang pada prinsip kehati-hatian serta aspek
lainnya, sehingga diharapkan dapat diperoleh hasil analisis
yang cermat dan akurat.

2.

Pengamanan pembiayaan
Pembiayaan di bank syariah / koperasi syariah tidak
selamanya dapat berjalan lancer, namun juga timbul pembiayaan
yang bermasalah. Jika terdapat pembiayaan bermasalah, maka perlu
dilakukan upaya pengamanan pembiayaan baik sebelum maupun
sesudah realisasi pembiayaan diberikan.
Pengamanan pembiayaan di koperasi syariah dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a.

Sebelum realisasi pembiayaan


Dalam tahapan ini berdasarkan persetujuan nasabah, bank
melakukan penutupan asuransi dan/atau pengikatan agunan
(jika diperlukan). Setelah ini selesai, baru pembiayaan dapat
dicairkan.

b.

Setelah realisasi pembiayaan


Bagi bank, pencairan pembiayaan barulah akhir episode
permohonan yang selanjutnya merupakan awal pemeliharaan
dan pemantauan pembiayaan. dalam tahap awal pencairan,
dana diarahkan pada pembiayaan sebagaimana diajukan dalam

51

permohonan

bocordalam

persetujuan
arti

lari

ke

bank,

dan

hal-hal

jangan

diluar

sampai

kesepakatan.

Selanjutnya, bank melakukan pembianaan dan control atas


aktivitas bisnis nasabah. 35
Untuk pengamanan pembiayaan, koperasi syariah dapat
membuat ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan aspek:
1)

Batas pemberian pembiayaan


Dalam penyaluran pembiayaan koperasi syariah akan
memperhatikan batas-batas pemberian pembiayaan, hal
penting yang perlu diperhatikan adalah ketentuan
financing deposit ratio yang telah ditetapkan oleh Bank
Indonesia.

2)

Batas maksimal penyertaan modal


Berdasarkan ketentuan dari Bank Indonesia yang
dituangkan

dalam

Peraturan

Bank

Indonesia

No.

5/10/PBI/2003, pasal 5 butir 1 dan 2, diatur tentang batas


maksimum penyertaan modal bank syariah dalam
aktivitas pembiayaan. ketentuan ini menunjukan sifat
unik bank syariah dalam kaitan pembiayaan. keunikan
tersebut adalah bahwa bank syariah dapat memiliki rasio

35

Ibid., h.49

52

pembiayaan mencapai financing deposit ratio (FDR)


diatas 100%, yaitu paling tinggi 110%. 36
3)

Rambu-rambu kesehatan bank


Dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1998 yang
merupakan penyempurnaan Undang-Undang No. 7 tahun
1992, telah dengan tegas menentukan bahwa kegiatan
kegiatan usaha bank bagi hasil, harus memperhatikan
prinsip kehati-hatian yang dalam operasionalnya dan
rambu-rambu

kesehatan

bank,

yang

secara

tegas

menentukan bahwa bank wajib memelihara tingkat


kesehatatn bank sesuai dengan ketentuan kecukupan
modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas,
rentabilitas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan
dengan kegiatan usaha bank.
Ketidak lancaran nasabah membayar angsuran pokok maupun bagi
hasil/profit margin pembiayaan menyebabkan adanya kolektibilitas
pembiayaan. secara umum kolektibilitas pembiayaan dikategorikan
menjadi lima macam, yaitu:
1.

Lancar atau kolektibilitas 1

2.

Kurang lancar atau kolektibilitas 2

3.

Diragukan atau kolektibilitas 3

4.

Dalam perhatian khusus atau kolektibilitas 4

36

Peraturan Bank Indonesia No.5/10/PBI/2003 tanggal 11 Juni 2003, Pasal 5 butir 1 & 2

53

5.

Macet atau kolektibilitas 5

Dengan penjelasan sebagai berikut : 37


Lancar
1.

Tidak terdapat tunggakan angsuran pokok, tunggakan bagi


hasil/profit margin, karena penarikan

2.

Terdapat tunggakan angsuran pokok tetapi:


a.

Belum melebihi 1 bulan, bagi pembiayaan yang ditetapkan


masa angsurannya kurang dari 1 bulan, atau

b.

Belum melebihi 3 bulan, bagi pembiayaan yang ditetapkan


masa angsurannya bulanan, dua bulanan, atau tigabulanan, atau

c.

Belum

melampaui

bulan

bagi

pembiayaan

yang

masaangsurannya ditetapkan 4 bulanan atau lebih


3.

Terdapat tunggakan bagi hasil /profit margin, tetapi:


a.

Belum melampaui 1 bulan bagi pembiayaan yang sama


angsurannya kurang dari 1 bulan

b.

Belum melampaui 3 bulan bagi pembiayaan yang masa


angsurannya lebih dari 1 bulan

4.

Terdapat cerukan karena penarikan tetapi jangka waktunya belum


melampaui 15 hari kerja

37

Diadopsi dari SE BI No. 26/4/BPPP

54

Kurang lancar
1.

Terdapat tunggakan angsuran pokok yang :


a.

Melampaui 1 bulan dan belum melampaui 2 bulan bagi


pembiayaan dengan angsuran kurang dari 1 bulan, atau

b.

Melampaui 3 bulan dan belum melampaui 6 bulan bagi


pembiayaan yang masa angsurannya ditetapkan bulanan, dua
bulanan atau tiga bulanan.

c.

Malampaui 6 bulan tetapi belum melampaui 12 bulan bagi


pembiayaan yang masa angsurannya ditetapkan 6 bulanan atau
lebih

2.

Terdapat tunggakan bagi hasil/profit margin, tetapi


a.

Melampaui 1 bulan, tetapi belum melampaui 3 bulan bagi


pembiayaan dengan masa angsuran kurang 1 bulan, atau

b.

Melampaui 3 bulan, tetapi belum melampaui 6 bulan bagi


pembiayaan yang masa angsurannya lebih dari 1 bulan

3.

Terdapat cerukan karena penarikan tetapi jangka waktunya belum


melampaui 15 hari kerja

Diragukan
Pembiayaan digolongkan diragukan apabila pembiayaan yang
bersangkutan tidak memenuhi criteria lancer dan kurang lancer, seperti
tersebut pada krteria lancer dan kurang lancer dan tetapi berdasarkan
penilaian dapat disimpulkan, bahwa:

55

1.

Pembiayaan masih dapat diselamatkan dan agunannya bernilai


sekurang-kurangnya 75% dari hutang peminjam termasuk bagi
hasil/profit margin, atau

2.

Pembiayaan tidak dapat diselamatkan tetapi agunannnya masih


bernilai sekurang-kurangnya 100% dari hutang peminjam

Macet
Pembiayaan digolongkan macet apabila:
1.

Tidak memenuhi criteria lancer, kurang lancer dan diragukan atau

2.

Memenuhi criteria diragukan tersebut tetapi jangka waktu 21 bulan


sejak digolongkan diragulan belum ada pelunasan atau usaha
penyelamatan, atau

3.

Pembiayaan tersebut penyelesaiannya telah diserahkan kepada


pengadilan negeri atau Badan Urusan Piutang Negara (BUPN) atau
telah diajukan penggantian rugi kepada perusahaan asuransi kredit
atau kalah di Badan Arbitrase Syariah.
Penanganan pembiayaan bermasalah merupakan bagian yang tidak

dapat dihindari dalam proses pembiayaan.ada dua hal penting yang


dibahas yaitu : 38
a.

Analisis dan penyelesaian pembiayaan bermasalah


Resiko yang terjadi dari peminjaman adalah peminjaman yang
tertunda

atau

ketidakmampuan

peminjam

untuk

membayar

kewajiban yang telah dibebankan, untuk mengantisipasi hal


tersebutmaka bank syariah harus mampu manganalisis penyebab
38

Anonimous, Pedoman pengelolaan bank syariah (Jakarta : LPPBS, 1993) h.168

56

permasalahannya. Analisis dan penyelesaian pembiayaan bermasah


di bank syariah dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
1.

Analisa sebab kemacetan, analisis sebab-sebab kemacetan


pembiayaan dapat dilakukan pada aspek internal dan eksternal
berikut:
a.

Aspek internal
a.

Peminjam kurang cakap dalam usaha tersebut

b.

Manajemen kurang baik atau kurang rapih

c.

Laporan keuangan tidak lengkap

d.

Penggunaan

dana

yang

tidak

sesuai

dengan

perencanaan
e.

Perencanaan yang kurang matang

f.

Dana

yang

diberikan

tidak

cukup

untuk

menjalankan usaha tersebut


b.

2.

Aspek eksternal
a.

Aspek pasar kurang mendukung

b.

Kemampuan daya beli masyarakat kurang

c.

Kebijakan pemerintah

d.

Pengaruh lain di luar usaha

e.

Kenakalan peminjam

Menggali potensi peminjam


Anggota yang mengalami kemacetan dalam memenuhi
kewajiban harus dimotivasi untuk memulai kembali atau
membenahi dan mengantisipasi penyebab kemacetan usaha
atau angsuran. Untuk itu perlu digali potensi yang ada pada

57

peminjam agar dana yang telah digunakan lebih efektif


digunakan. hal-hal yang perlu diperhatikan :
a.

Adakah peminjam memiliki kecakapan lain?

b.

Adakah peminjam memiliki usaha lainnya?

c.

Adakah penghasilan lain peminjam?

3.

Melakukan perbaikan akad (remedial)

4.

Memberikan pinjaman ulang, mungkin dalam bentuk :


pembiayaan al-Qardul Hasan, Murabahah, atau Mudharabah

5.

Penundaan pembayaran

6.

Rescheduling (memperkecil angsuran dengan memperpanjang


waktu atau akad dan margin tertentu)

7.

Memperkecil margin keuntungan atau bagi hasil


Dari hasil survei yang dilakukan pada koperasi syariah ditemukan,

bahwa dalam proses penanganan pembiayaan dilakukan sesuai dengan


kolektibilitas pembiayaan, sebagai berikut:
1.

2.

Pembiayaan lancer, dilakukan dengan cara:


a.

Pemantauan usaha nasabah

b.

Pembinaan anggota dengan pelatihan-pelatihan

Pembiayaan potensial bermasalah, dilakukan dengan cara:


a.

Pembinaan anggota

b.

Pemberitahuan dengan surat teguran

c.

Kunjungan lapangan atau silaturahmi oleh bagian pembiayaan


kepada nasabah

58

d.

Upaya preventif dengan penanganan rescheduling, yaitu


penjadwalan

kembali

jangka

waktu

angsuran

serta

memperkecil jumlah angsuran. Juga dapat dilakukan dengan


reconditioning, yaitu memperkecil margin keuntungan atau
bagi hasil.
3.

Pembiayaan kurang lancar, dilakukan dengan cara:


a.

Membuat surat teguran atau peringatan

b.

Kunjungan lapangan atau silaturami oleh bagian pembiayaan


kepada nasabah secara lebih sungguh-sungguh

c.

Upaya

penyehatan

penjadwalan

kembali

dengan

cara

jangka

rescheduling,

waktu

angsuran

yaitu
serta

memperkecil jumlah angsuran, juga dapat dilakukan dengan


reconditioning, yaitu memperkecil margin keuntungan atau
bagi hasil
4.

Pembiayaan diragukan atau macet, dilakukan dengan cara:


a.

Dilakukan rescheduling, yaitu menjadwal kembali jangka


waktu angsuran serta memperkecil jumlah angsuran.

b.

Dilakukan

reconditioning,

yaitu

memperkecil

margin

keuntungan atau bagi hasil usaha


c.

Dilakukan pengalihan atau pembiayaan ulang dalam bentuk


pembiayaan al-Qardhul hasan.

59

b.

Penyitaan barang jaminan pembiayaan


Jaminan yang dijaminkan nasabah kepada koperasi syariah
dapat dilakukan penalti atau penyitaan. Masalah penyitaan atau
eksekusi jaminan di bank syariah sangat tergantung pada kebijakan
manajemen. Ada yang melakukan eksekusi, namun adda pula yang
tidak melakukan eksekusi jaminan nasabah yang mengalami
kemacetan

pembiayaan.

memberlakukan

upaya

kebanyakan
rescheduling,

bank

syariah

lebih

reconditioning,

dan

pembiayaan ulang dalam bentuk al-Qardhul hasan dan jaminan harus


tetap ada sebagai persyaratan jaminannya. 39
Kalaupun dengan terpaksa harus dilakukan dengan
penyitaan, maka penyitaan dilakukan kepada nasabah memang nakal
dan tidak mengembalikan pembiayaan. namun tetap dilakukan
dengan cara-cara sebagaimana yang diajarkan menurut ajaran Islam,
atau strategi collection langsung, seperti:
1.

Simpati : sopan, menghargai, dan focus ke tujuan penyitaan

2.

Empati : menyelami keadaan nasabah, bicara seakan untuk


kepentingan nasabah, membangkitkan kesadaran nasabah untuk
mengembalikan utangnya.

3.

Menekan : tindakan ini dilakukan jika dua tindakan


sebelumnya tidak diperhatikan.

39

Jonker sihombing, Tanggung jawab yuridis bankir atas kredit macet nasabah
(Bandung: PT Alumni, 2009) h.68

60

Apabila cara ketiga juga tidak diacuhkan oleh nasabah, maka caracara yang ditempuh adalah dengan terpaksa untuk :
1.

Menjual barang jaminan


Prosedur yang dijalankan dalam hal ini adalah jika sebelumnya
telah diadakan perjanjian atau di dalam akad secara tertulis
untuk menjual barang jaminan. Jika nilai jaminan tidak
sebanding dengan nilai yang dipinjamkan maka dari salah satu
dari kedua belah pihak harus menutupinya. Prosedur penjualan
barang jaminan adalah dijual kemudian dikonversikan lalu
ditutupi.

2.

Menyita barang yang senilai dengan nilai pinjaman


Prosedur ini hanya dapat dilakukan jika sebelumnya telah ada
perjanjian secara tertulis untuk menyita barang yang senilai
dengan nilai peminjaman.
Dalam prosedur proses pembiayaan koperasi syariah salah satunya

yaitu

melalui

pengawasan

pembiayaan.

pengawasan

pembiayaan

dilakukan dan menjadi tanggung jawab bagian penyaluran pembiayaan,


dengan langkah sebagai berikut:
a.

Tunggakan angsuran lebih dari 44 hari dilakukan dengan langkahlangkah ditagih melalui telepon, dan diberikan surat peringatan 1
(satu).

b.

Jatuh tempo lebih dari 60 hari dilakukan dengan langkah-langkah


ditagih melalui telepon, diberikan surat peringatan 2 (dua),

61

memanggil anggota pembiayaan untuk membicarakan pembayaran


kewajiban, kunjungan ke anggota pembiayaan untuk menagih
pembayaran dan atau mencari solusi penyelesaian kewajiban,
memeriksa kembali status dan kelengkapan dokumen pembiayaan
dan jaminan.
c.

Jatuh tempo lebih dari 74 hari dilakukan dengan langkah-langkah


ditagih melalui telepon, diberikan surat peringatan 3 (tiga) atau
terakhir.

d.

Jatuh tempo lebih dari 90 hari dilakukan dengan langkah-langkah


ditagih melalui telepon, memanggil anggota pembiayaan untuk
membicarakan pembayaran kewajiban, kunjungan ke anggota
pembiayaan untuk menagih pembayaran dan atau mencari solusi
penyelesaian kewjiban, dilakukan upaya nonlegal melalui surat
internal nonlegal, eksternal agency atau write off, atau dilakukan
upaya hukum jika diperlukan.

BAB III
COMPANY PROFILE

A. Sejarah berdirinya dan Perkembangan KJK Syariah Arrahmah


Koperasi Jasa Keuangan Syariah Arrahmah (selanjutnya disebut KJK
Syariah Arrahmah) didirikan pada tanggal 5 Februari 2005 atas ide dan gagasan
mulia yang diprakarsai oleh Ibu Ratih Puspita, SH. dan Ibu Ika Yuliana, S.Kom.,
dan beberapa orang yang memiliki kualitas, berpengalaman dan mempunyai
perhatian penuh dalam pengelolaan lembaga keuangan mikro. 1
Pendirian tersebut telah tertuang dalam akta Pendirian No. 10, tertanggal
30 April 2005 yang dibuat oleh Notaris Betty Supartini, SH., yang berkedudukan
di Depok dan telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Pendirian
KJK Syariah Arrahmah No. 424, tertanggal 26 Mei 2005 sebagai landasan izin
operasional. Arrahmah menuju cita-cita menjadi koperasi terbaik yang dikelola
dengan

sistem

keuangan

syariah,

berkualitas,

dipercaya,

sehat

dan

menguntungkan bagi semua pihak yang berkepentingan. 2


Perjalanan membangun sistem keuangan syariah melalui Arrahmah sedikit
banyak telah memberikan manfaat yang baik bagi umat. Sebagian masyarakat
terutama masyarakat pengusaha kecil dan mikro telah memanfaatkan jasa

1
2

Wawancara pribadi dengan bapak Rudiana. Cinere, 24 Desember 2009


Wawancara Pribadi dengan bapak Rudiana. Cinere, 24 Desember 2009

62

63

keuangan Arrahmah terutama dalam mencukupi kebutuhan modal usahanya,


demikian juga pengusaha kecil dan menengah, yang kesemuanya masih dalam
bingkai pembangunan ekonomi Islam. Dalam rangka penguatan pembangunan
ekonomi islam, KJK Syariah Arrahmah berkomitmen untuk memperkuat
instrumen keuangannya dengan jalan shodaqoh (charity) berupa hibah dan
santunan, qordh (loan), pembiayaan (financing), tabungan (saving) dan
pembagian resiko (sharing). 3
Sejak berdiri pada Tahun 2005 hingga saat ini, kami merasa belum
mampu berbuat banyak bagi kemaslahatan umat terutama dalam bidang
pemberdayaan ekonomi umat. Hal ini lebih disebabkan karena keterbatasan
permodalan kami yang masih sangat terbatas. Oleh karena itu dalam rangka
meningkatkan permodalan, kami berupaya untuk dapat menjaga kelangsungan
hidup organisasi, salah satunya adalah dengan cara bekerjasama dengan berbagai
pihak yang mempunyai perhatian penuh di bidang keuangan mikro untuk dapat
membantu kami dalam hal permodalan jangka panjang. Hal ini kami lakukan
tidak lain adalah untuk syiar dalam membangun ekonomi islam untuk
kemaslahatan umat dalam bingkai pembangunan ekonomi umat. 4
Pada prinsipnya KJK Syariah Arrahmah adalah Lembaga Keuangan
Mikro yang berfungsi sebagai Rumah Harta, namun karena sumber dananya
simpanan dari masyarakat/anggota, para pendiri serta dana pihak ketiga

3
4

Wawancara pribadi dengan bapak Rudiana. Cinere, 24 Desember 2009


Wawancara pribadi dengan ibu Wardatullaila Cinere, 24 Desember 2009

64

(simpanan, pembiayaan, dana program, bank, dll) yang merupakan dana Amanah
untuk dikelola, maka pengelolaannya harus peofessional serta berorientasi pada
profit (keuntungan).

Penggunaan dana inilah yang diberikan kepada para

pengusaha kecil, para pedagang dalam bentuk pembiayaan untuk modal usaha,
dengan sistem bagi hasil maupun jual beli. Arrahmah sebagai sarana masyarakat
untuk menginvestasikan dananya di BMT/ KJK Syariah Arrahmah, berupa
simpanan biasa, simpanan berjangka, titipan atau wadi'ah dan tabungan lainnya.
Semua bentuk simpanan mendapatkan bagi hasil atau bonus setiap bulannnya. 5

B. VISI DAN MISI


Koperasi jasa keuangan syariah Arrahmah sebagai lembaga keuangan
mikro syariah yang berada dilingkungan masyarakat menengah kebawah
mempunyai visi yaitu Menjadi lembaga keuangan mikro syariah yang amanah,
professional, sehat dan kuat, baik dari kualitas dan kuantitas, untuk menggapai
kehidupan penuh dengan salam (keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan)
dengan ridho Allah SWT.
Selain itu untuk berperan serta meningkatkan perekonomian masyarakat
menengah kebawah dengan menjalankan misi yaitu Memberdayakan pengusaha
kecil dan lemah dengan konsep tawazun (keseimbangan) antara rukhiyah dan
rupiah dengan melalui pola pembinaan dan pembiayaan serta langkah nyata

Wawancara pribadi dengan ibu Wardatullaila Cinere, 24 Desember 2009

65

sebagai upaya membebaskan masyarakat dari belenggu rentenir dan jerat


kemiskinan. 6

C. MANAJEMEN DAN ORGANISASI


Berdasarkan Legalitas hukum KJK Syariah Arrahmah dari Kementrian
Koperasi pada tanggal 26 Mei 2005 Akta Pendirian Notaris Betty Supartini, SH
No.10 Nomor Badan Hukum 424/BH/MNEG.I/V/2005 NPWP 02.461.444.8412.000 SITU 503/224/Kpts/HO/IV/Perindag/2006 Domisili 503/18/IV/2005
Tanda Daftar Perusahaan 10.27.2.65.00394, dan keputusan rapat anggota terakhir
susunan dewan pengurus adalah sebagai berikut Pengawas Muhammad. Riva'i,
SH, Mochammad. Darmawan, SH, Abdul Harris Bobihoe. Ketua

pengurus

Ratih Puspita, SH, Wakil Ketua Ika Yuliana, S. Kom, Sekretaris

Elah

Nurlaelah, Bendahara Julaeha, SE.Ak. 7


Dalam menjalankan operasional sehari-hari, Pengurus dibantu oleh
Manajer KJKS Arrahmah Rudiana, Divisi Simpanan dan Pembiayaan
Wardatullaila, Amd.Kom, Divisi Linkage Program Rahmat Hidayat, Amd.Kom,
Divisi Baitul Maal Idham Kholid, Amd.Kom. dengan struktur organisasi sebagai
berikut :

6
7

Wawancara pribadi dengan ibu Wardatullaila Cinere, 24 Desember 2009


Wawancara pribadi dengan ibu Wardatullaila Cinere, 24 Desember 2009

66

Struktur Organisasi Koperasi Jasa Keuangan Syariah Arrahmah

RAT

Pengawas

Pengurus

Manager

Kabag Operasional

Teller

CS / Adm Pembiayaan

Kabag Marketing

Marketing /AO

Marketing / AO

Collector

Collector

Struktur organisasi koperasi jasa keuangan syariah Arrahmah terdiri dari


RAT, rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dimana dalam
rapat anggota menetapkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, rencana
kerja, rencana anggaran pendapatan, dan belanja koperasi serta pengesahan
laporan keuangan, pengesahan pertanggung jawaban pengurus dalam pelaksanaan

67

tugasnya, pembagian sisa hasil usaha. Keputusan rapat anggota di ambil


berdasarkan musyawarah untuk mencapai mufakat dimana tiap-tiap anggota
mempunyai hak suara yang sama. Kedua pengurus, pengurus dipilih dari dan oleh
anggota koperasi dalam rapat anggota dimana untuk pertama kalinya susunan dan
nama-nama pengurus dicatat dalam akta pendirian, dan masa jabatannya paling
lama 5 tahun, pengurus bertugas mengelola koperasi, mengajukan rencana kerja
serta rancangan rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi syariah, dan
menyelenggarakan rapat anggota. 8
Ketiga, pengelola yang terdiri dari manager, kabag operasional, kabag
merketing, admin pembiayaan, marketing, collector dan teller. Fungsi dan tugas
umum manager yaitu memimpin usaha koperasi syariah sesuai dengan RKATKS
(rencana kerja dan anggaran tahunan koperasi syariah), menyelenggarakan rapat
evaluasi kinerja koperasi syariah, dan memutuskan penerimaan dan penolakan
pembiayaan anggota koperasi.

D. PRODUK
Produk Arrahmah berupa simpanan, pemberian pembiayaan atau pinjaman
untuk

modal

usaha,

Pengumpulan

dan

pendayagunaan

Pendampingan/Pembinaan kepada Anggota. 9


1. Jenis Simpanan KJKS Arrahmah terdiri :

8
9

Wawancara pribadi dengan ibu Wardatullaila Cinere, 24 Desember 2009


Wawancara Pribadi dengan ibu Wardatullaila, Cinere 25 Januari 2010

ZIS

serta

68

a. Simpanan Amanah Arrahmah Sejahtera (Samara), simpanan dari anggota


yang bisa diambil setiap saat.
Persyaratan :
1) Mengisi formulir pembukaan
2) Menyerahkan

fotocopy

identitas

diri

yang

masih

berlaku

KTP/SIM/paspor)
3) Setoran awal minimal Rp. 15.000,Manfaat :
1) Aman, nyaman, dan menentramkan
2) Bagi hasil yang kompetitif
3) Tidak dikenakan biaya administrasi
4) Turut membantu pengembangan usaha kecil dan menengah
5) Insya Allah berkah dan bermanfaat bagi sesama
b. Simpanan Pendidikan (SIDIK), terdiri dari :
1) Tabungan

Rencana

Biaya

Sekolah

(TARBIYAH)

yang

penggunaannya untuk biaya pendidikan sekolah, pengambilannya


menjelang semesteran atau kenaikan kelas atau masuk sekolah.
Persyaratan :
a) Mengisi formulir pembukaan

69

b) Menyerahkan fotocopy identitas diri yang masih berlaku


(KTP/SIM/paspor)
c) Setoran awal minimal Rp. 20.000,2) Tabungan Siswa Beribadah (TASBIH), simpanan siswa/i sekolah yang
pengelolaannya oleh guru kelas bekerjasama dengan ARRAHMAH.
c. Simpanan Wisata Keluarga (SIAGA), jenis simpanan yang dipersiapkan
untuk kepentingan wisata, wisata ziarah, study wisata, berlaku untuk
perorangan maupun kelompok.
Persyaratan
1) Mengisi formulir pembukaan
2) Menyerahkan

fotocopy

identitas

diri

yang

masih

berlaku

(KTP/SIM/paspor)
3) Setoran awal minimal Rp. 20.000,- 10
d. Simpanan Amanah Berjangka (SIMKA), simpanan anggota dengan jangka
waktu pengambilan yang disepakati bersama, sama seperti deposito. atau
bisa berbentuk titipan Giro/Wadi'ah. Simpanan berjangka dalam waktu 1
bulan dengan bagi hasil 10% p.a, 3 bulan dengan bagi hasil 13% p.a, 6
bulan dengan bagi hasil 14% p.a, dan 12 bulan dengan bagi hasil 15% p.a.

10

Brosur simpanan pada KJK Syariah Arrahmah

70

Dengan perhitungan bagi hasil:


Jumlah hari dalam bulan x persentase x nominal
Jumlah hari dalam tahun
Contoh kasus : Bapak Sobri menempatkan Simpanan berjangka
(Deposito) di KJKS Arrahmah pada bulan Oktober 2009 sebesar
Rp.10.000.000,- dengan jangka waktu 12 bulan.
Maka bagi hasil Simpanan berjangka (Deposito) Bapak Sobri pada bulan
November 2009 (30 hari) sebesar Rp.99.000,Dengan perhitungan : 30 x 15% x 10.000.000

= Rp.99.000,-

365
Kemudahan bagi hasil simpanan berjangka yaitu bisa di transfer ke bank
lain, tambah nominal, bahkan overbook ke rekening yang ada di KJKS
Arrahmah. 11
Persyaratan :
1) Mengisi formulir pembukaan
2) Menyerahkan

fotocopy

identitas

(KTP/SIM/paspor)
3) Setoran minimal Rp. 500.000,-

11

Brosur simpanan pada KJK Syariah Arrahmah

diri

yang

masih

berlaku

71

Manfaat :
1) Aman, nyaman, dan menentramkan
2) Bagi hasil yang kompetitif
3) Turut membantu pengembangan usaha kecil dan menengah
4) Insya Allah berkah dan bermanfaat bagi sesama
e. Simpanan Hari Raya (SAHARA), simpanan yang diniatkan untuk
memenuhi kebutuhan Hari Raya, baik Idul Fitri maupun Idul Adha
(Qurban). Jangka waktu pengambilannya dua minggu sebelum hari raya
Persyaratan :
1) Mengisi formulir pembukaan
2) Menyerahkan

fotocopy

identitas

diri

yang

masih

berlaku

(KTP/SIM/paspor)
3) Setoran awal minimal Rp. 20.000,f. Simpanan Qurban dan Aqiqah (SIQUBAH), simpanan yang diniatkan
untuk memenuhi ibadah qurban di Hari Raya Idul Adha atau untuk
keperluan menunaikan kewajiban aqiqah untuk menyambut kelahiran anak
tercinta.
2. Jenis Pembiayaan KJKS Arrahmah terdiri :
Produk pembiayaan KJKS Arrahmah di tujukan untuk membantu
memenuhi kebutuhan modal kerja dalam rangka pengembangan usaha, khusus

72

bagi calon anggota/mitra usaha yang memiliki usaha produktif dan telah
berjalan sedikitnya selama satu tahun. 12
a. Pembiayaan Produktif dengan jual beli (Murabahah), pembiayaan yang
diberikan kepada anggota yang membutuhkan sarana, atau pembelian
barang

untuk

pengembaliannya

modal
pada

maupun
saat

jatuh

pengembangan

usaha,

yang

valuta atau secara angsuran.

Pembiayaan ini dapat dilakukan oleh semua anggota sesuai dengan jenis
usaha masing-masing anggota seperti perdagangan, pertanian, jasa,
peternakan, warung sayur, dll.
b. Pembiayaan untuk biaya pendidikan, pembiayaan yang diberikan kepada
anggota yang membutuhkan dana untuk biaya pendidikan.
c. Pembiayaan bagi anggota yang kurang mampu, pembiayaan ini di berikan
bagi anggota yang kurang mampu, dengan sistem pengembalian pokoknya
saja.
d. Pembiayaan pemilikan kendaraan
Pembiayaan yang ditujukan bagi nasabah yang bermaksud melakukan
pembelian kendaraan, baik kendaraan baru maupun bekas. Dengan jumlah
angsuran yang ringan, berbeda dengan leasing yang ada. 13

12
13

Wawancara Pribadi dengan bapak Idham Kholid, Cinere 24 Desember 2009


Brosur Pembiayaan pada KJK Syariah Arrahmah

73

Akad pembiayaan yang digunakan oleh Koperasi Jasa Keuangan


Syariah Arrahmah yaitu:
a. Jual beli Murabahah
1) Pengertian Murabahah
Bai al Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal
dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam baial
murabahah penjual harus memberitahu harga produk yang ia beli dan
menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Misalnya
pedagang eceran membeli computer dari grosir dengan harga
Rp.10.000.000, kemudian ia menambahkan keuntungan sebesar Rp.
750.000.

dan

ia

menjual

kepada

sipembeli

dengan

harga

Rp.10.750.000. pada umumnya sipedagang eceran tidak akan


memesan dari grosir sebelum ada pesanan dari calon pembeli dan
mereka

sudah

menyepakati

tentang

lama

pembiayaan,

besar

keuntungan yang akan diambil pedagang eceran, serta besarnya


angusran, kalau memang akan dibayar secara angsuran. 14
Murabahah didefinisikan oleh para fuqaha sebagai penjualan
barang seharga biaya/harga pokok (cost) barang tersebut ditambahkan
mark-up atau margin keuntungan yang disepakati. Karakteristik
murabahah adalah bahwa penjual harus memberi tahu pembeli

14

Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah bagi Bankir & Praktisi Keuangan. (Jakarta,
1999). h.159

74

mengenai

harga

pembelian

produk

dan

menyatakan

jumlah

keuntungan yang ditambahkan pada biaya (cost) tersebut. 15


Murabahah merupakan bagian terpenting dari jual beli dan
prinsip akad ini mendominasi pendapatan bank dari produk-produk
yang ada disemua bank Islam. Dalam Islam, jual beli sebagai sarana
tolong menolong antara sesama umat manusia yang diridhoi oleh
Allah SWT.dalam jual beli juga sangat diharapkan adanya unsure suka
sama suka, seperti yang tercantum dalam hadits : Sesungguhnya jual
beli itu harus dilakukan seecara suka sama suka.(HR. Al-Baihaqi
dan Ibnu Majah). Apabila pembeli tidak menyukai barang yang akan
dibeli, dan pembeli menyatakan batal sebelum akad di ijabkan, maka
jula beli itu tidak sah dan harus diterima dengan lapang dada oleh
masing-masing pihak.
2) Landasan Syariah
Al-Quran
Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
(Q.S : Al-Baqarah : 275)
Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli (Q.S : Al-Baqarah :
282)
Al-Hadits

15

Wiroso, Jual Beli Murabahah. (Yogyakarta, UII Pres 2005), h.13

75

Dari Suhaib Ar Rumi r.a, Bahwa Rasullullah SAW bersabda Tiga hal
yang didalamnya terdapat keberkatan : Jual beli secara tangguh,
Muqharadhah (Mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung
untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual (H.R. Ibnu Majah)
3) Syarat Murabahah
a) Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah
b) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan
c) Kontrak harus bebas dari riba
d) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas
barang sesudah pembelian
e) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang
4) Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang murabahah 16
Sesuai dengan keputusan fatwa MUI tentang murabahah, sesuai
dengan pendapatan peserta Rapat Pleno Dewan Syariah Nasional
pada hari sabtu, tanggal 26 Djulhijjah 1420H/1 April 2000.
Menetapkan fatwa Tentang Murabahah pada bagian :
Keempat : Hutang dalam Murabahah
1. Secara prinsip, penyelesaian hutang nasabah dalam
transaksi mmurabahah tidak ada kaitannya dengan
transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak
16

Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, Edisi Kedua, 2003, h. 28

76

ketiga atau barang tersebut. Jika nasabah menjual


kembali barang tersebut dengan keuntungan atau
kerugian, ia tetap berkewajiban untuk menyelesaikan
hutangnya kepada bank.
2. Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa
angsuran berakhir, ia tidak wajib segera melunasi
seluruh angsurannya.
3. Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian,
nasabah tetap harus menyelesaikan hutangnya sesuai
kesepakatan awal. Ia tidak boleh memperlambat
pembayaran angsuran atau meminta kerugian itu
diperhitungkan.
Kelima :

Penundaan Pembayaran dalam Murabahah


1. Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan
menunda penyelesaian hutangnya
2. Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan
sengaja, atau jika salah satu pihak tidak menunaikan
kewajibannya, maka penyelesaian dilakukan melalui
Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai
kesepakatan melalui musyawarah.

Keenam : Bangkrut dalam Murabahah

77

Jika

nasabah

telah

dinyatakan

pailit

dan

gagal

menyelesaikan hutangnya, bank harus menunda tagihan


hutang sampai ia menjadi sanggup kembali, atau
berdasarkan kesepakatan.
5) Manfaat Bai al Murabahah
Sesuai dengan sifat bisnis/tijarah, transaksi baial murabahah
memiliki beberapa manfaat, demikian juga resiko yang harus
diantisipasi.
Bai al murabahah memberi memberi banyak manfaat kepada
bank syariah. Salah satunya adalah adanya keuntungan yang muncul
dari selisih harga beli dari penjual dengan harga jual kepada nasabah.
Selain itu, system bai al murabahah juga sangant sederhana. Hal
tersebut memudahkan penanganan administrasinya di bank syariah. 17
Diantara kemungkinan resiko yang harus diantisipasi antara
lain:
a) Default atau kelalaian; nasabah sengaja tidak membayar angsuran.
b) Fluktuasi harga komparatif, ini terjadi bila harga suatu barang di
pasar naik setelah bank membelikannnya untuk nasabah. Bank
tidak bias mengubah harga jual beli tersebut.
c) Penolakan nasabah, barang yang dikirim bias saja ditolak oleh
nasabah karena berbagai sebab. Bias jadi karena rusak dalam
17

Wiroso, Jual Beli Murabahah. (Yogyakarta, UII Pres 2005), h.15

78

perjalanan sehingga nasabah tidak mau menerimanya, karena itu,


sebaiknya dilindungi dengan asuransi. Kemungkinan lain karena
nasabah merasa spesifikasi barang tersebut akan menjadi milik
bank. Dengan demikian bank mempunyai resiko untuk menjualnya
kepada pihak lain.
d) Dijual, karena bai al murabahah bersifat jual beli dengan hutang,
maka ketika kontrak ditandatangani, barang itu menjadi milik
nasabah. Nasabah bebas melakukan apapun terhadap asset
miliknya tersebut, termasuk untuk menjualnya, jika terjadi
demikian, resiko untuk default akan besar.
Secara umum aplikasi perbankan dari bai al murabahah dapat
digambarkan dalam skema berikut ini:
Skema bai al murabahah
Negosiasi &
1

Persyaratan

Akad jual beli

BANK

NASABAH
6

Bayar
5

Beli barang
3

Kirim

SUPPLIER
PENJUAL

Terima
barang &
Dokumen

79

b. Ijarah (Operational Lease)


1) Pengertian ijarah
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa,
melalui pembayaran upah sewa, tanpa di ikuti dengan pemindahan
kepemilikan (ownership/milkiyyah) atas barang itu sendiri.
2) Landasan syariah
Al-Quran: Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain,
maka tidak dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran
menurut yang patut. Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah
bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (Q.S Al
Baqarah: 233)
Al-Hadits Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW
bersabda : Berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya
kepada tukang bekam itu. (H.R. Bukhari dan Muslim)
c. Al Ijarah Muntahiya Bittamlik (Financial lease with purchase option)
1) Pengertian Ijarah Muntahiya Bittamlik
Transaksi yang disebut dengan Ijarah muntahiya Bittamlik
(IMBT) adalah sejenis perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa
atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan

80

barang di tangan si penyewa. Sifat pemindahan kepemilikan ini pula


yang membedakan dengan al ijarah biasa. 18
Bank-bank yang mengopersikan produk al-ijarah, dapat
melakukan leasing, baik dalam bentuk operating lease maupun
financial lease. Namun, pada umumnya, bank-bank tersebut lebih
banyak menggunakan al ijarah al muntahiya bittamlik lantaran lebih
sederhana dari sisi pembukuan. Selain itu, bank pun tidak direpotkan
untuk mengurus pembelian asset, baik pada saat leasing maupun
sesudahnya.
Manfaat dan resiko yang harus diantisipasi
Manfaat dari transaksi al ijarah untuk bank adalah keuntungan
sewa dan kembalinya uang pokok. Adapun resiko yang mungkin
terjadi dalam al ijarah adalah sebagai berikut:
a) Default; nasabah tidak membayar cicilan dengan sengaja
b) Rusak; asset al ijarah rusak sehingga menyebabkan biaya
pemeliharaan bertambah, terutama bila disebutkan dalam kontrak
bahwa pemeliharaan harus dilakukan oleh bank.
c) Berhenti; nasabah berhenti ditengah kontrak dan tidak mau
membeli asset tersebut. Akibatnya, bank harus menghitung
kembali keuntungan dan mengembalikan sebagian kepada
nasabah.
18

Muhammad, Syafii Antonio, Bank Syariah bagi Bankir & Praktisi Keuangan. (Jakarta,
1999). h. 182

81

Secara umum aplikasi perbankan dari al ijarah dapat digambarkan


dalam skema berikut ini:
Skema al Ijarah
Penjual/
Supplier

Objek
sewa

Nasabah

3
2

Sewa Beli

Beli Objek Sewa

.
1

Pesan Objek Sewa

Bank
Syariah

2) Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang Pembiayaan Ijarah


Sesuai dengan keputusan fatwa MUI tentang Pembiayaan
Ijarah, sesuai dengan pendapatan peserta Rapat Pleno Dewan Syariah
Nasional pada hari kamis, tanggal 8 Muharram 1421H/13 April
2000. 19 Menetapkan fatwa Tentang Murabahah pada bagian:
Ketiga : Kewajiban LKS dan nasabah dalam pembiayaan Ijarah
1. Kewajiban LKS sebagai pemberi sewa:
a. Menyediakan asset yang disewakan
b. Menanggung biaya pemeliharaan asset

19

Himpunan Ftwa Dewan Syariah Nasional, Edisi Kedua, 2003. h. 64

82

c. Menjamin bila terdapat cacat pada asset yang


disewakan
2. Kewajiban nasabah sebagai penyewa:
a. Membayar sewa dan bertanggung jawab untuk
menjaga

keutuhan

asset

yang

disewa

serta

menggunakannya sesuai kontrak.


b. Menanggung biaya pemeliharaan asset yang sifatnya
ringan (tidak materiil)
c. Jika asset yang disewa rusak, bukan karena
pelanggaran dari penggunaan yang dibolehkan, juga
bukan karena kelalaian pihak penyewa dalam
menjaganya, ia tidak bertanggung jawab atas
kerusakan tersebut.
Keempat: Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau
jika terjadi perselisihan diantara para pihak, maka
penyelesaiannya

dilakukan

melalui

Badan

Arbitrase

Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui


musyawarah.
d. Al Qardh (Soft and benevolent loan)
1) Pengertian al Qardh
Al qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat
ditagih atau diminta kembali dengan kata lain meminjamkan tanpa

83

mengharapkan imbalan, dalam literature fiqh klasik al qardh


dikategorikan dalam aqd tathawwui atau akad saling Bantu membantu
dan bukan transaksi komersil. 20
Transaksi qardh dibolehkan oleh para ulama berdasarkan hadits
riwayat Ibnu majjah dan Ijma ulama. Sungguhpun demikian, Allah
mengajarkan kepada kita agar meminjamkan sesuatu bagi agama
Allah.
Manfaat akad al qardh diantaranya memungkinkan nasabah
yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk mendapat talangan
jangka pendek, Al qardh al hasan juga merupakan salah satu cirri
pembeda antara lembaga keungan syariah dengan konvensional,
adanya misi social kemasyarakatan ini akan meningkatkan citra baik
dan meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap lembaga keuangan
syariah.
Resiko dalam al qardh terhitung tinggi karena ia dianggap
pembiayaan yang tidak ditutup dengan jaminan.
2) Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang pembiayaan Qardh
Sesuai dengan keputusan fatwa MUI tentang Pembiayaan Al
Qardh, sesuai dengan pendapatan peserta Rapat Pleno Dewan Syariah

20

Muhammad, Syafii Antonio, Bank Syariah bagi Bankir & Praktisi Keuangan. (Jakarta,
1999). h. 199

84

Nasional pada hari senin, tanggal 24 Muharram 1422H/18 April 2001


M. 21 Menetapkan fatwa Tentang Al Qardh pada bagian
Pertama : Ketentuan umum al qardh
1. Al qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada
nasabah yang memerlukan
2. Nasabah al qardh wajib mengembalikan jumlah pokok
yang diterima pada waktu yang telah disepakati
bersama
3. Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah
4. LKS dapat meminta jaminan kepada nasabah bilamana
di pandang perlu
5. jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau
seluruh kewajibannya pada saat yang telah disepakati
dan LKS telah memastikan ketidakmampuannya, LKS
dapat memperpanjang jangka waktu pengembalian atau
menghapus

(write

off)

sebagian

atau

seluruh

kewajibannya.
Keempat : Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau
jika terjadi perselisihaan diantara para pihak, maka
penyelesainnya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah
setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
21

Himpunan Ftwa Dewan Syariah Nasional, Edisi Kedua, 2003. h. 114

BAB IV
STRATEGI KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH ARRAHMAH
CINERE DALAM MENEKAN TINGGINYA TINGKAT NPF (NON
PERFORMING FINANCING)

A. Mekanisme pembiayaan yang ada pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah


Arrahmah
Kegiatan operasional Koperasi jasa keuangan syariah yang paling
dominan menghasilkan pendapatan adalah penyaluran dana dalam bentuk
pembiayaan. Selain itu dari sisi lain sektor pembiayaan ini tidak saja bertujuan
untuk optimalisasi penghasilan bank semata, bertujuan pula pada tumbuhnya
sektor-sektor usaha yang produktif bagi berbagai usaha para nasabah, yang pada
akhirnya dapat bermanfaat dan menunjang kepada terwujudnya hasil-hasil
pembangunan khususnya pembangunan di sektor riil yang menjadi sasaran dan
objek usaha KJKS Arrahmah. Akan tetapi, perlu pula diperhatikan bahwa dana
yang ditanamkan pada pembiayaan bersumber dari dana masyarakat dan
pemerintah yang merupakan titipan atas kepercayaan kepada bank, maka
kepercayaan tersebut sudah semestinya diimbangi pengelolaan pembiayaan yang
hati-hati (prudent) 1
Sehubungan dengan hal tersebut agar dalam pengelolaan pembiayaan
lebih berencana dan terarah pada sasaran yang akan dicapai sesuai dengan misi
1

Malayu Hasibuan, Dasar-dasar perbankan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h.91

85

86

yang diemban KJKS Arrahmah maka diperlukan berbagai macam instrument


kelengkapan baik yang menyangkut sarana pendukung yang dimilikinya,
pengetahuan dan wawasan secara teroritis maupun sarana pendukung yang
bersifat teknis, oleh karena itu sebelum koperasi jasa keuangan syariah melakukan
pemberian pembiayaan, terlebih dahulu koperasi jasa keuangan syariah harus
melakukan studi kelayakan dengan meninjau kegiatan usaha yang dimiliki calon
nasabah, dengan maksud untuk mengecek kebenaran data dan informasi yang
diterima apakah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan untuk memperoleh
data tambahan yang diperlukan, selain itu untuk mengetahui apakah usaha yang
dijalankan oleh calon nasabah berjalan dengan baik ataukah sedang mengalami
penurunan. 2 Koperasi jasa keuangan syariah tidak akan mengambil resiko apabila
usaha yang dijalankan oleh calon nasabah tidak berjalan dengan baik karena pada
akhirnya akan berpengaruh terhadap tingkat Non Performing Financing (NPF) 3
Dalam pengajuan permohonan pembiayaan para calon nasabah harus
mengikuti Standar Operating Procedure (SOP) prosedur pengajuan permohonan
pembiayaan yang ada di KJKS Arrahmah :

Alex S Nitisemito dan M Umar Burhan, Wawasan Studi kelayakan dan evaluasi proyek
(Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 33
3

Dede darmawan, Proses Analisa Pemberian Pembiayaan, (Jakarta: Institut Bankir


Indonesia, 2005), h.3
2004), h. 3

87

1. Tahap Permohonan Pembiayaan 4


Pada tahap ini calon anggota mengajukan pembiayaan kepada
marketing (A/O) dengan mengisi formulir dan melengkapinya sessuai
ketentuan koperasi, A/O memeriksa kelengkapan pengisian formulir
pembiayaan berikut kelengkapan administrasinya, jika belum lengkap
kembalikan kepada calon anggota, jika telah lengkap A/O membuat berita
acara rapat komite pembiayaan atas pembiayaan yang akan diajukan.
A/O mengajukan pada rapat komite pembiayaan nasabah, Anggota
komite akan memberikan persetujuan atau penolakan terhadap pembiayaan
yang diajukan oleh A/O pada berita acara rapat komite. Apabila pembiayaan
ditolak maka A/O akan membuat surat penolakan yang ditandatangani oleh
A/O dan manager. Apabila pembiayaan disetujui, maka A/O akan menyusun
berkas pengajuan pembiayaan calon anggota dan melengkapi kekurangan
berkas calon nasabah dalam map file, jika map file telah lengkap berikan
kepada admin pembiayaan.
Admin pembiayaan menerima file permohonan pembiayaan calon
anggota yang telah disetujui oleh komite, admin memeriksa sekali lagi
persetujuan komite pembiayaan dan kelengkapan file calon anggota, jika
belum lengkap kembalikan pada A/O, jika telah lengkap maka admin
pembiayaan akan mengatur jadwal realisasi pembiayaan nasabah, admin
pembiayaan akan mengisi data pembiayaan pada system kemudian cetak akta
4

Wawancara pribadi dengan bapak Iwan Setiawan, Cinere 25 Desember 2009

88

perjanjian pembiayaan, tanda terima uang calon anggota, tanda terima


jaminan, promes, kartu angsuran dan buku tabungan, jika hasil cetakan semua
benar kemudian diberikan kepada manager.
2. Prosedur akad pembiayaan
Marketing menyerahkan berkas dan proposal pengajuan pembiayaan
kepada Administrasi pembiayaan, admin pembiayaan menerima dan
memeriksa kelengkapan berkas pembiayaan, jika tidak lengkap maka
dikembalikan kepada marketing, jika sudah lengkap maka admin pembiayaan
menginput data data realisasi pembiayaan tersebut ke system, membuat
jadwal realisai calon anggota sesuai konfirmasi dari marketing, mencetak
jadwal realisasi calon anggota, nota realisasi, kartu angsuran calon anggota
dan tanda terima jaminan.
Admin pembiayaan meminta perssetujuan kepada manager (nota
realisasi dan perjanjian pembiayaan), manager memeriksa berkas pembiayaan,
jika tidak benar kembalikan kepada admin pembiayaan untuk diperbaiki, jika
benar bubuhi tandatangan pada perjanjian pembiayaan dan nota realisasi dan
serahkan berkas kepada admin pembiayaan.
Admin pembiayaan meninta kepada calon anggota KTP dan jaminan
asli untuk dicocokan dengan dokumen yang ada, jika meragukan konfirmasi
kepada calon anggota, jika benar lakukan akad pembiayaan dengan calon

89

anggota, admin pembiayaan memberikan copy perjanjian dan tanda terima


jaminan kepada calon anggota. 5
3. Prosedur Realisasi pembiayaan
Admin pembiayaan menyerahkan nota realisasi pembiayaan kepada
teller, teller menerima nota pembayaran realisasi pembiayaan dari
administrasi pembiayaan yang telah disetujui oleh manager, teller menginput
nota pembayaran realisasi pembiayan, teller menyiapkan sejumlah uang sesuai
dengan nota realisasi pembiayaan.
Teller memanggil nasabah dan meminta KTP asli kepada calon
anggota dan teller mencocokan nama pada KTP dan nota realisasi, jika benar
mintakan tanda tangan calon anggota pada nota realisais pembiayaan dan
cocokan dengan KTP, teller menghitung kembali uang yang akan diserahkan
kepada calon anggota, calon anggota menerima dan menghitung kembali uang
realisasi tersebut.
Tugas bagian pembiayaan belum dikatakan selesai setelah pencairan
pembiayaan, selanjutnya harus dapat menjaga agar pembiayaan tersebut lunas
pada saatnya. Oleh karena itu petugas pembiayaan perlu melakukan control
atau pemantauan berkala kepada anggota yang dibiayai. Langkah-langkah
yang dapat diambil misalnya kontak lewat telepon sebulan sekali atau
berkunjung ke rumah dan tempat usaha anggota pembiayaan. 6

Standar Operating Procedure (SOP) pembiayaan pada KJK Syariah Arrahmah


.Mekanisme pemberian modal kredit dari BMT kepada pengusaha kecil,
(Bandung2002) h. 38
6

90

B. Perhitungan Tingkat NPF pada KJKS Arrahmah periode 31 Desember 2006,


2007 dan 2008
Pemberian pembiayaan merupakan salah satu kegiatan koperasi jasa
keuangan syariah yang paling penting karena pembiayaan akan menentukan laba
yang akan diperoleh oleh KJKS Arrahmah. Analisis pembiayaan penting bagi
KJKS Arrahmah, hasil analisis diharapkan dapat meningkatkan tingkat
pengembalian pembiayaan dan memperkecil kemungkinan timbulnya pembiayaan
bermasalah (NPF)
Untuk dapat mengetahui rasio Non Performing Financing (NPF) maka
terlebih dahulu dinilai kualitas aktiva produktif koperasi jasa keuangan syariah
berdasarkan kolektibitas tingkat aktiva produktif pada prinsipnya di dasarkan
pada :
1. Ketetapan pembayaran kembali pokok dan margin/ bagi hasil serta
kemampuan peminjam yang ditinjau dari kegiatan usaha yang bersangkutan
2. Tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam
aktiva produktif lainnya tersebut serta tingkat penghasilannya
3. Penggolongan tingkat kolektibitas pembiayaan yang diberikan digolongkan
sebagai lancar, kurang lancar, diragukan dan macet.
Berikut ini merupakan tabel perbandingan kolektibilitas pembiayaan pada tahun
2006, 2007, dan 2008 yang menginformasikan mengenai jumlah pembiayaan

91

yang berkategori lancar maupun non lancar berdasarkan pada tahun 2006, 2007,
dan 2008 adalah sebagai berikut : 7
Table perbandingan kolektibilitas pembiayaan KJKS Arrahmah
No

Pos-pos

LANCAR

NON LANCAR
Kurang lancar
Diragukan
Macet

31 Desember 2006

31 Desember 2007

Ribuan Rp

Ribuan Rp

568.927.800

97 1.065.596.600

Ribuan Rp

96,8 1.390.188.700

%
98

19.387.200

3,3

35.086.400

32.903.300

2,3

9.245.800

1,6

14.163.100

1,29

27.730.600

1,9

1.831.900

0,17

1.664.300

0,1

1,7

19.091.400

1,73

3.508.400

0,2

100

1.100.683.000

100

1.423.092.000

100

10.141.400

Total Pembiayaan

31 Desember 2008

588.315.000

Sumber : Laporan Keuangan 2006 2008 KJKS Arrahmah


Adapun untuk menghitung rasio Non Performing Financing (NPF) Adalah : 8

NPF = Pembiayaan kol 2 + kol 3 + kol 4 x 100%


Total Pembiayaan

Berdasarkan laporan keuangan yang berakhir pada desember 2006 tingkat


Non Performing Financing (NPF) KJKS Arrahmah berada pada tingkat 3.3%
yaitu dengan jumlah out standing pembiayaan kol 2 ditambah pembiayaan kol 3
ditambah pembiayaan kol 4 dibandingkan dengan portofolio pembiayaan tahun
2006, dengan jumlah anggota kurang lebih 36 orang yang termasuk dalam

7
8

Laporan Keuangan KJK Syariah Arrahmah tahun 2006, 2007, 2008


Thomas Suyanto, Dasar-dasar Perkreditan (Jakarta, PT Gramedia, 1989) h. 11

92

kolektibilitas 2, 3, dan 4 dengan jumlah plafond yang termasuk dalam


kolektibilitas 2, 3 dan 4 rata-rata berkisar antara Rp. 1.000.000,- s/d Rp.
3.000.000,- dengan perhitungan sebagai berikut
NPF 2006 = Rp 9.245.800 + 0 +10.141.400 x 100% = 3,3 %
Rp. 588.315.000
Pada tahun 2007 tingkat Non Performing Financing (NPF) KJKS
Arrahmah berada pada tingkat 3% yaitu dengan jumlah out standing pembiayaan
kol 2 ditambah pembiayaan kol 3 ditambah pembiayaan kol 4 dibandingkan
dengan portofolio pembiayaan tahun 2007, pada tahun 2007 tingkat Non
Performing Financing (NPF) mengalami penurunan 0,3%.

dengan jumlah

anggota kurang lebih 53 orang yang termasuk dalam kolektibilitas 2, 3, dan 4


dengan jumlah plafond yang termasuk dalam kolektibilitas 2, 3 dan 4 rata-rata
berkisar antara Rp. 2.000.000,- s/d Rp. 3.000.000,- dengan perhitungan sebagai
berikut
NPF 2007 = Rp 14.163.100 + 1.831.900 +19.091.400 x 100% = 3 %
Rp

1.100.683.000

Sedangkan pada tahun 2008 tingkat Non Performing Financing (NPF)


KJKS Arrahmah berada pada tingkat 2,3% yaitu dengan jumlah out standing
pembiayaan kol 2 ditambah pembiayaan kol 3 ditambah pembiayaan kol 4
dibandingkan dengan portofolio pembiayaan tahun 2008, pada tahun 2008 tingkat
Non Performing Financing (NPF) mengalami penurunan sebesar 0,7%. dengan
jumlah anggota kurang lebih 46 orang yang termasuk dalam kolektibilitas 2, 3,

93

dan 4 dengan jumlah plafond yang termasuk dalam kolektibilitas 2, 3 dan 4 ratarata berkisar antara Rp. 1.000.000,- s/d Rp. 2.000.000,- dengan perhitungan
sebagai berikut
NPF 2008 = Rp27.730.600 +1.664.300 +3.508.400 x 100% = 2,3 %
Rp 1.423.092.000

Berdasarkan data di atas tingkat Non Performing Financing (NPF) KJKS


Arrahmah mengalami penurunan, walaupun tidak signifikan. Hal ini merupakan
hasil dari pihak pengelola yang terus berupaya menetapkan strategi penurunan
tingkat pembiayaan bermasalah (NPF).

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan bermasalah pada koperasi


jasa keuangan syariah Arrahmah yaitu :
1. Faktor Intern
a. Kurang tajamnya analisa, pada saat pengajuan proposal pembiayaan
kepada komite pembiayaan A/O (marketing) dalam melakukan analisa
tidak berdasarkan data yang valid, terutama pada laporan keuangan
anggota. Padahal kondisi usahanya bermasalah, dan tidak layak dibiayai. 9
b. Dokumen hilang, pada saat pembiayaan dikategorikan bermasalah bagian
PKM (penanganan pembiayaan bermasalah) ingin melihat dokumen asli
para anggotanya, ternyata sudah tidak ada, dan tidak dibuat tanda terima

Wawancara pribadi dengan bapak Idham Kholid, Cinere 26 Desember 2010

94

dimana adanya dokumen tersebut, sehingga sulit untuk mendeteksi


kebenarannya.
c. Kurang informasi, kurangnya informasi yang diterima A/O dari
lingkungan sekitar calon anggota pada saat survei, ternyata reputasi calon
anggota buruk, rumah atau tempat usaha kontrakan, orang pendatang.
d. Monitoring kurang : kurangnya pemantauan dari pihak KJKS terhadap
para anggotanya, A/O tidak ada waktu, terlalu yakin dengan anggotanya,
pembiayaan masih berjalan lancar.
e. Karyawan yang ikut bermain dengan nasabah, demi untuk mengejar target
delivery sehingga menaikan nilai jaminan, menaikan kebutuhan kredit
calon anggota, make up proposal, agar permohonan

pembiayaannya

disetujui oleh komite pembiayaan.


f. Tidak menaati kebijakan pembiayaan yang sehat, A/O tidak patuh
terhadap kebijakan perusahaan dalam penyaluran pembiayaan
g. Penyimpangan prosedur, A/O tidak menaati semua prosedur pembiayaan
yang ada.
h. Sistem pengawasan lemah, kurangnya pengawasan terhadap anggota yang
pembiayaannya masih berjalan lancar.
Dari beberapa faktor intern tersebut, sebagian besar faktor-faktor yang
mempengaruhi pembiayaan bermasalah / Non Performing Financing pada
KJK Syariah Arrahmah merupakan faktor manajerial.

95

2. Faktor Ekstern
a. Itikad yang kurang baik dari calon anggota, masih ada kemampuan dari
calon anggota untuk membayar angsuran pembiayaanya, tetapi si calon
anggota tidak mau membayarnya karena karakternya yang kurang baik.
b. Lemahnya kemampuan berusaha, calon anggota kurang menguasai bidang
usaha yang dijalankannya sehingga mengalami cashflow yang buruk
c. Penyimpangan penggunaan dana, pada saat akad pembiayaan dana yang di
dapat akan di gunakan untuk usaha, ketika sudah realisasi ternyata
dananya yang di dapat misalnya di gunakan untuk biaya sekolah anak,
sehingga tidak ada penambahan modal pada usaha yang dijalankannya.
d. Peningkatan pola komsumsi dan gaya hidup, terpengaruh pada gaya hidup
di sekitar lingkungan calon anggota, misalnya seperti trend handpone
terbaru, sehingga dana yang di dapat di gunakan untuk membeli barangbarang mewah.
e. Usaha yang dijalankan relatif baru, usaha calon anggota baru akan di
jalankan sehingga belum di ketahui cashflow calon anggota, apakah
nantinya baik atau buruk
f. Tidak mampu menanggulangi masalah/kurang kuasai usahanya, adanya
persaingan usaha di sekitar tempat usaha calon anggota. Dan calon
anggota tidak mampu menanggulanginya seperti membuat inovasi baru
untuk usahanya agar menjadi daya tarik bagi para pelanggannya.

96

g. Meninggalnya calon anggota, adanya ketidak mampuan para ahli waris


dalam membayar hutangnya
h. Anggota kelurga sakit, sehingga dana yang ada untuk membayar angsuran
di pergunakan untuk biaya berobat
i. Adanya bencana alam, seperti banjir dan gempa bumi, sehingga calon
anggota lebih mementingkan untuk kehidupannya dari pada membayar
angsuran 10
Dari beberapa faktor ekstern tersebut, sebagian besar faktor-faktor
yang mempengaruhi pembiayaan bermasalah / Non Performing Financing
pada KJK Syariah Arrahmah merupakan faktor moral hajat.

D. Strategi Koperasi Jasa Keuangan Syariah Arrahmah dalam menekan


tingkat pembiayaan bermasalah (NPF)
Pembiayaan bermasalah menjadi masalah utama bagi semua lembaga
keuangan,

karena

mengantisipasi

itu

KJK

Syariah

Arrahmah

sedini

mungkin

kemungkinan

adanya

pinjaman/pembiayaan

harus

bermasalah.

Langkah-langkah untuk meminimalisir pinjaman/pembiayaan bermasalah sebagai


berikut : 11
1. Harus tajam dalam menganalisa awal.

10

Agustina agung untari, Analisa aspek legal pembiayaan bermasalah, modul pelatihan pada
Induk koperasi syariah 23 Januari 2010
11
Wawancara pribadi dengan bapak Iwan Setiawan, Cinere 24 Desember 2009

97

2. Harus diadakan suvey bagi anggota, apapun usahanya.


3. Diprioritaskan bagi anggota yang berdomisili tetap, usaha sudah berjalan dan
perputaran dananya cepat, sehingga angsuran harian dan atau mingguan dapat
dijalankan.
4. Adanya jaminan pembiayaan, apapun bentuknya harus menggunakan jaminan,
karena hal tersebut akan menjadi ikatan antara KJK Syariah ARRAHMAH
dan anggota (seperti ijazah, BPKB, Surat Kepemilikan Kios, Tempat Usaha,
dll.)
5. Pemberian penghargaan bagi anggota yang cicilannya bagus, dan sangsi bagi
anggota yang bermasalah.
6. Dalam mengangsur, anggota diharuskan untuk menabung, yang akan
berfungsi sebagai jaminan apabila anggota tersebut tidak membayar angsuran,
sehingga tabungan tersebut dapat diambil sebagai angsuran
7. Melakukan binaan terhadap usaha nasabah, seperti mengadakan pengajian
setahun sekali menjelang bulan suci ramadhan sekaaligus penyaluran dana
infaq dan shodaqoh yang di titpkan dari anggota.
Penanganan pembiayaan bermasalah merupakan bagian yang tidak
dapat dihindari dalam proses pembiayaan, upaya yang dapat dilakukan untuk
mengatasi pembiayaan bermasalah yang ada pada KJK Syariah Arrahmah
yaitu :

98

a. Pengalihan portofolio pembiayaan bermasalah


Pengalihan portofolio pembiayaan merupakan pengalihan dari unit
bisnis kepada unit kerja penyelesaian pembiayaan, atas pembiayaanpembiayaan yang memenuhi kriteria khusus, dengan tujuan untuk
mempermudah penanganan pembiayaan-pembiayaan bermasalah kriteria
pembiayaan yang dialihkan.
b. Penyelamatan dan penyehatan pembiayaan
Penyelamatan dan penyehatan pembiayaan merupakan upayaupaya yang dilakukan koperasi jasa keuangan syariah dalam rangka
mendapatkan kepastian pembayaran kembali/pelunasan pembiayaan dan
sekaligus

meningkatkan

kapasitas

nasabah

dalam

memenuhi

kewajibannya. Penyelamatan dan penyehatan dilakukan melalui: 12


1) Penjadwalan kembali (Rescheduling)
Syarat-syarat : potensi usaha ada, kemampuan debitur masih ada,
plafon tetap.
Perubahan : jangka waktu, jadwal angsuran, grace period, jumlah
angsuran
2) Persyaratan kembali (Reconditioing)
Syarat-syarat : potensi usaha ada, sarana usaha memadai, plafon tetap /
berubah
12

Agustina agung untari, Analisa aspek legal pembiayaan bermasalah, modul pelatihan pada
Induk koperasi syariah 23 Januari 2010

99

Perubahan : jangka waktu, kepemilikan, jadwal angsuran, agunan.


3) Penataan kembali (Restructuring)
Syarat-syarat : potensi usaha ada, kemampuan debitur masih ada,
plafon bisa berubah
Perubahan : jangka waktu, jumlah plafon, jadwal angsuran, grace
pariod, jaminan, jumlah angsuran
4) Merupakan usaha yang masih memiliki potensi untuk tumbuh dan
berkembang dengan baik dan membutuhkan dukungan
5) Calon anggota menunjukan sikap kerjasama dan memiliki integritas
yang baik
6) Usaha tetap layak (feasible) untuk diteruskan
c. Penyelesaian pembiayaan dan off set jaminan
Penyelesaian pembiayaan adalah uapaya-upaya yang dilakukan
koperasi jasa keuangan syariah dalam rangka memperoleh kembali
seluruh piutang pada calon anggota atau setidak-tidaknya meminimalisasi
resiko kerugian yang mungkin diderita oleh koperasi jasa keuangan
syariah
Penyelesaian pembiayaan bermasalah : penagihan langsung ke
debitur / pemilik jaminan, offseting jaminan, kerjasama dengan pihak lain
(take over ke bank, debitur, atau investor).

100

Offset jaminan adalah suatu cara penyelesaian pembiayaan bermasalah


melalui pembelian jaminan nasabah oleh bank di luar proses pengadilan,
dengan terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari pemilik.
Kriteria offset jaminan : pembiayaan yang masuk dalam kategori
perhatian khusus samapai dengan macet, semua pembiayaan yang masuk
dalam kategori diatas baik yang sudah atau belum dilimpahkan kepada
unit kerja penyelesaian pembiayaan, tidak ada sumber penjualan lain
kecuali penjualan agunan, kondisi jaminan marketable. 13
d. Penghapusan pembiayaan
Penghapusan pembiayaan adalah penghapusan pencatatan pos
pembiayaan

yang

diberikan

dalam

neraca

terhadap

pembiayaan

bermasalah dengan prioritas untuk pembiayaan yang diberikan yang


termasuk dalam kategori kolektibilitas diragukan atau macet, atau yang
secara keseluruhan akan mempengaruhi kinerja koperasi syariah dengan
menggunakan dana penyisihan penghapusan pembiayaan yang telah di
cadangkan koperasi syariah.
Kriteria penghapusan pembiayaan yaitu: tidak mempunyai sumber
pengembalian lain, upaya pengembalian hanya dapat dilakukan dengan
eksekusi atau penjualan jaminan, jaminan tidak mengcover, pengikatan
pembiayaan/ jaminan secara yuridis tidak sempurna/cacat menurut hukum,

13

Andi Pangeran Hamzah, Penanganan pembiayaan bermasalah, Modul pelatihan pada


Induk Koperasi Syariah, 23 Januari 2010

101

pembiayaan minimal telah satu tahun berada dalam kolektibilitas


diragukan atau macet, calon anggota tidak kooperatif dan sulit untuk
ditemui, usaha yang dibiayai sudah tidak ada dan/atau tidak memiliki
prospek.
e. Denda dan ganti rugi
Denda keterlambatan pembayaran kewajiban pembiayaan adalah
denda yang dibebankan kepada

nasabah pembiayaan yang terlambat

membayar kewajibannya kepada bank.


Ganti rugi/tawidh adalah sejumlah uang yang dikeluarkan oleh
nasabah untuk menutup kerugian koperasi syariah yang terjadi akibat
pelanggaran atau kekeliruan. Besarnya ganti rugi (tawid) adalah sebesar
kerugian riil bank.
Strategi yang dilakukan KJKS Arrahmah dalam menekan
tingginya tingkat Non Performing Financing (NPF) yang disebutkan di
atas sudah cukup efektif, yang dapat dilihat dari penurunan tingkat Non
Performing Financing (NPF) dari tahun 2006 sebesar 3,3%, tahun 2007
sebesar 3%, dan tahun 2008 sebesar 2,3%. Namun demikian penekanan
tingkat Non Performing Financing (NPF) seharusnya dapat lebih
dioptimalkan, yaitu dengan meningkatkan upaya-upaya dalam mengatasi
pembiayaan bermasalah yang ada.seperti A/O harus tajam dalam
menganalisa awal, tidak mudah percaya dengan calon anggota. Harus

102

diadakan suvey bagi anggota, apapun usahanya, bertanya dengan


tetangganya, diprioritaskan bagi anggota yang berdomisili tetap, usaha
sudah berjalan dan perputaran dananya cepat, sehingga angsuran harian
dan atau mingguan dapat dijalankan.
Adanya

jaminan

pembiayaan,

apapun

bentuknya

harus

menggunakan jaminan, karena hal tersebut akan menjadi ikatan antara


KJK Syariah Arrahmah dan anggota (seperti ijazah, BPKB, Surat
Kepemilikan Kios, Tempat Usaha, dll.), pemberian penghargaan bagi
anggota yang cicilannya bagus, dan sangsi bagi anggota yang bermasalah.
Dalam mengangsur, anggota diharuskan untuk menabung, yang akan
berfungsi sebagai jaminan apabila anggota tersebut tidak membayar
angsuran, sehingga tabungan tersebut dapat diambil sebagai angsuran dan
melakukan binaan terhadap usaha calon anggota.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa apabila A/O dalam mengajukan
proposal pembiayaan mematuhi prosedur/SOP pembiayaan yang ada,
maka kecil kemungkinan pembiayaan tersebut akan bermasalah.
Kunjungan silaturrahmi yang sering dilakukan A/O terhadap calon
anggota akan lebih memudahkan A/O dalam mengawasi calon
anggotanya, apabila sewaktu-waktu usaha calon anggotanya berhenti.
Ketika pembiayaan calon anggota sudah bermasalah, pihak KJK
Syariah Arrahmah dapat melakukan penyelamatan dan penyehatan

103

terhadap

usaha

calon

anggota

melalui

Penjadwalan

kembali

(Rescheduling), Persyaratan kembali (Reconditioing), Penataan kembali


(Restructuring) dengan terus mengawasi perkembangan usaha calon
anggota

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada bab kesimpulan ini penulis mencoba untuk menyimpulkan hasil
penelitian yang telah di lakukan di Koperasi Jasa Keuangan Syariah Arrahmah
mengenai strategi koperasi jasa keuangan syariah dalam menekan tingginya
tingkat Non Performing Finencing (NPF).
Strategi koperasi jasa keuangan syariah Arrahmah dalam menekan
Tingkat Non Performing Financing (NPF) yaitu selalu mematuhi SOP pengajuan
pembiayaan yang telah ditetapkan perusahaan, memberikan hadiah bagi anggota
yang pembiayaannya lancar, sering melakukan kunjungan ke anggota, melakukan
binaan terhadap usaha anggota, dan sering bersilaturrahmi dengan anggota.
Strategi yang diterapkan Koperasi Jasa Keuangan Syariah Arrahmah
sudah cukup efektif berdasarkan laporan keuangan KJKS Arrahmah yaitu dari
tahun 2006 tingkat NPF nya sebesar 3,3%, pada tahun 2007 sebesar 3%, dan pada
tahun 2008 sebesar 2,3%.walaupun tidak terlalu signifikan tetapi mengalami
penurunan setiap tahunnya antara 0,3% hingga 0,7%.
Faktor-faktor yang mendukung atau menghambat upaya Koperasi Jasa
Keuangan Syariah Arrahmah dalam menekan tingkat NPF yaitu : factor yang
menghambat diantaranya Faktor Intern, seperti Kurang tajamnya analisa, kondisi
usaha bermasalah, tidak layak dibiayai, pengikatan jaminan lemah. Kurang

104

105

informasi, reputasi calon anggota buruk, rumah atau tempat usaha kontrakan,
orang pendatang. Monitoring kurang, tidak ada waktu, terlalu yakin, kredit masih
lancar. Karyawan yang ikut bermain dengan nasabah untuk mengejar target
delivery sehingga menaikan nilai jaminan, menaikan kebutuhan kredit calon
anggota. Faktor Ekstern seperti : Itikad yang kurang baik dari calon anggota,
Lemahnya kemampuan berusaha, Penyimpangan penggunaan dana, Usaha yang
dijalankan relatif baru, Tidak mampu menanggulangi masalah/kurang kuasai
usahanya, Meninggalnya calon anggota, Anggota kelurga sakit.
Sedangkan faktor yang mendukung upaya Koperasi Jasa Keuangan
Syariah Arrahmah dalam menekan tingkat NPF yaitu adanya silaturrahmi antara
pihak Koperasi Jasa Keuangan Syariah Arrahmah dengan calon anggota, sehingga
memudahkan pihak koperasi jasa keuangan syariah Arrahmah dalam memantau
perkembangan usaha calon anggota.

B. Saran dan Rekomendasi


Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut:
Bagi KJKS Arrahmah, Harus lebih sering lagi bersilaturrahmi kepada calon
anggota, agar dapat mengetahui apakah usaha yang dijalankan calon anggota
masih berjalan atau tidak. Bagian PKM (penanganan pembiayaan bermasalah)
harus lebih serius lagi dalam menangani pembiayaan bermasalah, Lebih sering
melakukan pelatihan-pelatihan bagi karyawan tentang penanganan pembiayaan
bermasalah. agar tingkat NPF bisa lebih di tekan lagi.

106

Bagi akademis, adanya seminar-seminar tentang pembiayaan bermasalah,


cara mencegahnya dan cara penanganannya. Penelitian ini membahas strategi
koperasi jasa keuangan syariah dalam menekan tingkat Non Performing
Financing (NPF), namun penulis merasa perlu ada penelitian lanjutan mengenai
tanggung jawab yuridis koperasi jasa keuangan syariah atas pembiayaan
bermasalah dan cara mengatasinya.
Bagi masyarakat, agar lebih bisa bertanggung jawab dan disiplin atas
kewajibannya terhadap pembiayaan yang diberikan.

Vous aimerez peut-être aussi