Vous êtes sur la page 1sur 20

A.

ASAL USUL PENDUDUK INDONESIA


Berdasarkan fosil-fosil yang telah ditemukan di wilayah Indonesia, dapat dipastikan bahwa
sejak 2.000.000 (dua juta) tahun yang lalu wilayah ini telah dihuni. Penghuninya adalah
manusia-manusia purba dengan kebudayaan Batu Tua atau Paleolitikum (Bacson-Hoabinh)
seperti Meganthropus Palaeo Javanicus, Pithecanthropus Erectus, Homo Soloensis. Manusia
Indonesia purba membawa kebudayaan Batu Tua atau Palaeolitikum yang hidup secara
nomaden atau berpindah-pindah, dengan mata pencaharian berburu binatang dan meramu.
Ketika sampai di suatu tempat yang dilakukannya adalah mengumpulkan makanan (food
gathering). Biasanya tempat yang dituju adalah lembah-lembah atau wilayah yang terdapat
aliran sungai untuk mendapatkan ikan atau kerang (terbukti dengan ditemukannya fosil-fosil
manusia purba di wilayah Nusantara di lembah-lembah sungai) walau pun tidak tertutup
kemungkinan ada pula yang memilih mencari di pedalaman.
Manusia-manusia purba ini sesungguhnya lebih mirip dengan manusia-manusia yang kini
dikenal sebagai penduduk asli Australia. Dari artefak-artefak yang ditemukan di tempat
asalnya menunjukkan bahwa induk bangsa ini berkulit hitam berbadan kecil dan termasuk
tipe Veddoid-Austroloid. Dengan demikian, yang berhak mengklaim dirinya sebagai
penduduk asli Indonesia adalah kaum Negroid, atau Austroloid, yang berkulit hitam.
Wilayah Nusantara kemudian kedatangan bangsa Austomelanesoide yang berasal dari Teluk
Tonkin. Bangsa Austromelanesoide dengan kebudayaan Mesolitikum yang sudah mulai hidup
menetap dalam kelompok, sudah mengenal api, meramu, dan berburu binatang. Teknologi
pertanian juga sudah mereka genggam sekali pun mereka belum dapat menjaga agar satu
bidang tanah dapat ditanami berkali-kali. Cara bertani mereka masih dengan sistem
perladangan. Dengan demikian, mereka harus berpindah ketika lahan yang lama tidak bisa
ditanami lagi atau karena habisnya makanan ternak. Gaya hidup ini dinamakan semi
nomaden. Dalam setiap perpindahan manusia beserta kebudayaan yang datang ke Nusantara,
selalu dilakukan oleh bangsa yang tingkat peradabannya lebih tinggi dari bangsa yang datang
sebelumnya.
Akibat pertemuan 2 suku bangsa ini kemudian tejadilah benturan yang tidak terelakan antara
kebudayaan Palaeolitikum dengan kebudayaan Mesolitikum. Alat-alat sederhana seperti
kapak genggam atau chopper, alat-alat tulang dan tanduk rusa berhadapan dengan kapak
genggam yang lebih halus atau febble, kapak pendek, dan sebagainya. Pertemuan 2
peradaban ini mengakibatkan beberapa hal, yaitu:
1. penduduk asli ditumpas
2. mereka diharuskan masuk dan bersembunyi di pedalaman untuk menyelamatkan diri
3. mereka yang ditaklukkan dijadikan hamba, dan kaum perempuannya dijadikan haremharem untuk melayani para pemenang perang.
Sekitar tahun 2000 SM, datang bangsa Melayu Tua atau Proto Melayu, suatu ras Mongoloid
yang berasal dari daerah Yunan, dekat lembah Sungai Yang Tze Kiang, Cina Selatan. Bangsa
ini memiliki kebudayaan yang lebih tinggi, bangsa ini berasal dari rumpun Melayu
Austronesia.

Alasan-alasan yang menyebabkan bangsa Melayu Tua meninggalkan asalnya, yaitu :


1. ada desakan suku-suku liar yang datangnya dari Asia Tengah
Suku-suku dari Asia Tengah yakni bangsa Aria yang mendesak Bangsa Melayu Tua sudah
pasti memiliki tingkat kebudayaan yang lebih tinggi lagi. Bangsa Melayu Tua yang terdesak,
meninggalkan Yunan dan yang tetap tinggal bercampur dengan bangsa Aria dan Mongol.
2. ada peperangan antarsuku
3. ada bencana alam berupa banjir akibat sering meluapnya Sungai Yang Tze Kiang dan
sungai-sungai lainnya di daerah tersebut.
Dari artefak yang ditemukan yang berasal dari bangsa ini yaitu kapak lonjong dan kapak
persegi. Kapak lonjong dan kapak persegi tersebut adalah bagian dari kebudayaan Neolitikum
atau disebut juga kebudayaan Batu Muda. Hal ini berarti orang-orang Melayu Tua telah
mengenal budaya bercocok tanam yang cukup maju dan sudah beternak. Dengan demikian
mereka telah dapat menghasilkan makanan sendiri (food producting). Kemampuan ini
membuat mereka dapat menetap secara lebih permanen.
Pola menetap ini mengharuskan mereka untuk mengembangkan berbagai jenis kebudayaan
awal. Mereka juga mulai membangun satu sistem politik dan pengorganisasian untuk
mengatur pemukiman mereka. Pengorganisasian ini membuat mereka sanggup belajar
membuat peralatan rumah tangga dari tanah dan berbagai peralatan lain dengan lebih baik.
Mereka mengenal adanya sistem kepercayaan untuk membantu menjelaskan gejala alam yang
ada sehubungan dengan pertanian mereka. Dengan pengorganisiran yang lebih rapi dan
peralatan yang lebih bermutu, kaum pendatang dapat mengalahkan penduduk asli.
Kebudayaan yang mereka usung kemudian menggantikan kebudayaan penduduk asli.
Di kawasan baru itu perbendaharaan tanaman yang dibudidayakan bertambah dari pertanian
biji-bijian ditambah dengan kelapa, sagu, sukun dan pisang.
Pada masa itu teknologi pelayaran mereka makin canggih. Ada yang bermigrasi ke arah timur
menuju Mikronesia, ada yang menuju ke arah selatan melalui Filipina Selatan ke Kalimantan,
Sulawesi dan Maluku Utara.
Selanjutnya dari Kalimantan dan Sulawesi gerak migrasi mengarah ke Jawa dan Sumatera
serta Semenanjung Malaka. Sedangkan yang dari Maluku Utara ke selatan menuju Nusa
Tenggara dan ke timur ke pantai utara Papua Barat dan terus ke timur hingga ke Kepulauan
Bismarck.
Ketika bermigrasi ke arah timur pertanian biji-bijian ditinggalkan karena lingkungan tak
mendukung dan menggantinya dengan menanam berbagai umbi-umbian.
Sisa-sisa pengusung kebudayaan Batu Tua kemudian menyingkir ke pedalaman. Beberapa
suku bangsa merupakan keturunan dari para pelarian ini, seperti suku Sakai, Kubu, dan Anak
Dalam di Jambi dan Sumatra Selatan, orang Semang di pedalaman Malaya, orang Aeta di
pedalaman Filipina, orang-orang Papua di Irian dan pulau-pulau Melanesia.
Pada gelombang migrasi kedua dari Yunan di tahun 2000-300 SM, datanglah orang-orang
Melayu Tua yang telah bercampur dengan bangsa Aria di daratan Yunan. Mereka disebut

orang Melayu Muda atau Deutero Melayu dengan kebudayaan perunggunya(Dongson).


Kebudayaan ini lebih tinggi lagi dari kebudayaan Batu Muda yang telah ada karena telah
mengenal logam sebagai alat perkakas hidup dan alat produksi.
Dengan menguasai tanah, bangsa Melayu Muda dapat berkembang dengan pesat. Sebelum
didatangi bangsa-bangsa pengembara dari luar, tanah di Nusantara belum menjadi
kepemilikan siapa pun.
Kebudayaan bangsa Melayu Muda bahkan menjadi penyumbang terbesar untuk cikal-bakal
bangsa Indonesia sekarang.
Kedatangan bangsa Melayu Muda mengakibatkan bangsa Melayu Tua yang tadinya hidup di
sekitar aliran sungai dan pantai terdesak pula ke pedalaman karena kebudayaannya kalah
maju dari bangsa Melayu Muda. Sisa-sisa keturunan bangsa Melayu Tua banyak ditemukan
di daerah pedalaman seperti suku Dayak, Toraja, orang Nias, Batak pedalaman, Orang Kubu,
dan orang Sasak.

B. CIRI ATAU KARAKTERISTIK PENDUDUK INDONESIA


KEPADATAN PENDUDUK INDONESIA
Kepadatan penduduk Indonesia di kawasan Asia Tenggara menempati urutan pertama.
Sedangkan di dunia, menempati urutan ke-4 setelah Amerika Serikat. Dengan kondisi seperti
itu. Indonesia banyak dilanda permasalahan, di antaranya adalah banyaknya rakyat miskin di
Indonesia. Untuk mengatasi hal tersebut, sebaiknya ikutilah uraian materi berikut.
Jumlah penduduk Indonesia setiap saat selalu berubah. Tiap detik terjadi kelahiran, kematian,
dan perpindahan penduduk. Keadaan itu disebut dinamakan kependudukan di Indonesia.
Kepadatan penduduk adalah perbandingan jumlah penduduk dengan luas daerah. Kepadatan
penduduk berbeda-beda antara daerah satu dengan lainnya. Faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kepadatan penduduk, di antaranya adalah:
1) fisiografis,
2) keamanan,
3) kebudayaan,
4) biologis, dan
5) psikologis.
Kepadatan penduduk dapat digolongkan menjadi kepadatan penduduk umum (aritmatik),
kepadatan penduduk agraris dan kepadatan ekonomis.
1) Kepadatan penduduk umum, yaitu perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas
wilayah yang ditempatinya.
Rumusnya: Kepadatan aritmatik = Jumlah penduduk / Luas wilayah 1 km2

2) Kepadatan penduduk agraris, yaitu jumlah rata-rata penduduk petani per satuan luas lahan
pertanian.
Rumusnya: Kepadatan Agraris = Jumlah petani / Luas lahan pertanian 1 km2
3) Kepadatan fisiologis atau ekonomis, yaitu jumlah penduduk yang dapat
dijamin kehidupannya oleh tiap kesatuan lahan produktif.
Rumusnya: Kepadatan fisiologis = Jumlah penduduk / Luas lahan produktif 1 km2
Pulau Jawa mempunyai kepadatan penduduk tertinggi, yaitu 945 setiap km2, sedangkan
pulau-pulau lain di luar Jawa masih sangat rendah. Kepadatan penduduk yang terendah
adalah di Maluku dan Papua. Kepadatan penduduk di wilayah itu hanya 8 / km2
.
Kepadatan penduduk yang tidak seimbang dapat menimbulkan berbagai masalah dalam
kehidupan. Masalah-masalah itu antara lain:
1) semakin berkurangnya lahan pertanian,
2) kemampuan produksi lahan menurun,
3) fasilitas sosial tidak mampu mengimbangi kebutuhan penduduk,
4) lowongan pekerjaan semakin sempit,
5) pendapatan penduduk rendah, dan
6) persaingan semakin ketat.
Demikian juga bagi daerah yang ditinggalkan, akan terjadi masalah, yaitu:
1) kekayaan alam belum bisa dimanfaatkan secara optimal,
2) tenaga kerja berkurang.
JUMLAH PENDUDUK INDONESIA
Jumlah penduduk dapat diketahui dengan cara sensus penduduk, registrasi penduduk, dan
survei penduduk.
Sensus Penduduk (cacah jiwa); yaitu penghitungan jumlah penduduk oleh Pemerintah dalam
jangka waktu tertentu secara serentak. Sensus penduduk dilaksanakan tiap 10 tahun dan
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Pemerintah Indonesia telah melaksanakan sensus penduduk pada tahun 1930, 1961, 1970,
1980, 1990 dan 2000. Kegiatan sensus penduduk meliputi kegiatan pengumpulan,
pengolahan, penilaian, penganalisaan dan penyajian data-data kependudukan. Data yang
disajikan meliputi data demografi, sosial, ekonomi dan lingkungan hidup. Selanjutnya datadata tersebut dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan misalnya untuk bahan
perencanaan kebijakan pembangunan.
Sensus penduduk ada dua macam, yaitu:
Sensus de facto yaitu penghitungan/pencacahan terhadap setiap penduduk yang berada di
suatu wilayah ketika sensus dilaksanakan.
Sensus de yure yaitu penghitungan/pencacahan terhadap penduduk yang
benarbenar bertempat tinggal di wilayah yang dilaksanakan sensus. Jadi penduduk yang
hanya bertamu atau menumpang tidak ikut didata.

Hasil sensus penduduk Indonesia, antara lain:


tahun 1920 = 34,3 juta jiwa tahun 1980 = 147,5 juta jiwa
tahun 1930 = 60,7 juta jiwa tahun 1990 = 179,3 juta jiwa
tahun 1961 = 97,1 juta jiwa tahun 2000 = 209,6 juta jiwa
tahun 1971 = 119,2 juta jiwa
Survei penduduk, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah untuk melakukan penelitian
dan menyediakan data statistik kependudukan pada waktu dan tempat tertentu. Survei yang
dilakukan meliputi survei ekonomi nasional, survei angkatan kerja nasional dan survei
penduduk antarsensus (SUPAS). Sedangkan registrasi yaitu proses kegiatan pemerintah yang
meliputi pencatatan kelahiran, kematian, perkawinan, erceraian, perubahan tempat tinggal
dan perubahan pekerjaan secara rutin. Pencatatan ini terutama dilakukan di tingkat
pemerintah terendah yaitu kelurahan.
Sekarang, jumlah penduduk Indonesia menempati urutan keempat terbesar dunia setelah
RRC, India dan Amerika Serikat. Sebelumnya, ketika Uni Soviet belum bubar, Indonesia
menempati urutan kelima.
Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk yaitu pengelompokkan penduduk berdasarkan kriteria (ukuran) tertentu.
Dasar untuk menyusun komposisi penduduk yang umum digunakan adalah umur, jenis
kelamin, mata pencaharian, dan tempat tinggal. Pengelompokkan penduduk dapat digunakan
untuk dasar dalam pengambilan kebijakan dan pembuatan program dalam mengatasi
masalah-masalah di bidang kependudukan.

Untuk selanjutnya kita akan bahas beberapa komposisi.


a. Komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin.
Umur penduduk dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
- Umur 0 14 tahun dinamakan usia muda/usia belum produktif.
- Umur 15 64 tahun dinamakan usia dewasa/usia kerja/usia produktif.
- Umur 65 tahun keatas dinamakan usia tua/usia tak produktif/usia jompo.
Sesuai dengan pengelompokkan umur di atas, maka struktur (susunan) penduduk negaranegara di dunia dibagi 3 yaitu:
- Struktur penduduk muda
- Struktur penduduk dewasa
- Struktur penduduk tua

: bila suatu negara atau wilayah sebagian besar


penduduk usia muda.
: bila suatu negara sebagian besar penduduk berusia
dewasa.
: bila suatu negara sebagian besar terdiri penduduk

berusia tua.
Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat ditampilkan dalam bentuk
grafik yang dinamakan piramida penduduk.
Bentuk piramida penduduk ada 3 macam yaitu:
1)
Piramida penduduk muda berbentuk limas
Piramida ini menggambarkan jumlah penduduk usia muda lebih besar dibanding usia
dewasa. Di waktu yang akan datang jumlah penduduk bertambah lebih banyak. Jadi
penduduk sedang mengalami pertumbuhan.
2)
Piramida penduduk stasioner atau tetap berbentuk granat
Bentuk ini menggambarkan jumlah penduduk usia muda seimbang dengan usia
dewasa. Hal ini berarti penduduk dalam keadaan stasioner sehingga pertambahan
penduduk akan tetap diwaktu yang akan datang.
3)
Piramida penduduk tua berbentuk batu nisan
Piramida bentuk ini menunjukkan jumlah penduduk usia muda lebih sedikit bila
dibandingkan dengan usia dewasa. Diwaktu yang akan datang jumlah penduduk
mengalami penurunan karena tingkat kelahiran yang rendah dan kematian yang tinggi.
Negara-negara berkembang seperti Indonesia memiliki piramida penduduk berbentuk
limas dan negara-negara maju umumnya berbentuk granat dan sebagian kecil berbentuk
batu nisan.
Perhatikan gambar berikut ini!
Grafik 2. Piramida Penduduk

Pembuatan piramida penduduk dapat digunakan antara lain untuk:


- Mengetahui perbandingan jumlah antara laki-laki dan perempuan.
- Mengetahui keadaan jumlah penduduk di waktu yang akan datang.

- Untuk mengetahui struktur umur penduduk suatu negara secara umum.


Sampai disini apakah Anda sudah jelas?
Selanjutnya perhatikan contoh hasil pembuatan piramida penduduk dari hasil sensus
penduduk tahun 1990 setelah dibuat kelompok umur 0-4 tahun, 5-9 tahun dan seterusnya.
Perhatikan tabel dibawah ini!
Tabel 5. Susunan Penduduk menurut umur dan jenis kelamin tahun 1990.

Dari tabel tersebut bila dibuat piramida penduduk terbentuklah gambar seperti berikut ini!
Grafik 3. Piramida penduduk Indonesia tahun 1990.

Komposisi penduduk menurut jenis kelamin didasarkan atas jenis pria dan wanita.
Komposisi ini sangat berpengaruh terhadap tingkat kelahiran seperti jika sebagian besar
penduduk suatu negara terdiri wanita usia subur (15-44 tahun) maka tingkat kelahiran
akan tinggi.
Perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di daerah/negara tertentu
pada tahun tertentu disebut perbandingan jenis kelamin (Sex Ratio)
Rumus untuk menghitungnya:

Contoh:
Suatu daerah terdapat penduduk laki-laki berjumlah 185.000, sedang perempuan
berjumlah 197.000. Hitunglah Sex Rationya!
Penyelesaian Soal:

Selain perhitungan perbandingan di atas ada satu hal yang perlu Anda ketahui lagi yaitu
Rasio ketergantungan. Perhatikan uraian berikut ini!
Rasio ketergantungan (dependency ratio) yaitu angka perbandingan yang menunjukkan
besar beban tanggungan dari kelompok usia produktif. Usia produktif (15 64 tahun)
selain menanggung kebutuhan hidup dirinya juga menanggung kebutuhan hidup golongan
usia muda (0 14 tahun) dan golongan tua (65 tahun ke atas).
Rumus untuk menghitungnya:

Makin besar rasio ketergantungan, makin besar beban yang ditanggung oleh kelompok
usia produktif. Apabila suatu negara besarnya rasio ketergantungan misalnya 65 berarti
setiap 100 orang penduduk yang produktif menanggung beban hidup orang yang belum
atau tidak produktif sebanyak 65 orang.

Untuk melatih pemahaman materi yang telah Anda pelajari sekarang kerjakan
latihan soal di bawah ini!
1. Suatu kota terdapat penduduk usia 0 14 tahun berjumlah 2,5 juta, usia 15 64
tahun berjumlah 8 juta, dan usia 65 tahun ke atas berjumlah 1,5 juta. Dari data
tersebut hitunglah besarnya angka beban ketergantungan!
2. Sebutkan akibat yang terjadi jika angka ketergantungan suatu daerah tinggi!

Saya yakin Anda mudah mengerjakan!


Selanjutnya untuk meyakinkan jawaban Anda benar atau salah, perhatikan kunci
jawaban soal tersebut!
1.

2. - Usia produktif akan menanggung beban berat dalam memenuhi kebutuhan


golongan non produktif.
- Pendapatan perkapita daerah itu menjadi turun atau rendah.
- Kemampuan menabung masyarakat menjadi rendah.
- Pertumbuhan ekonomi menjadi lambat.

b.
Komposisi penduduk menurut pekerjaan
Penduduk dapat dikelompokkan berdasarkan pekerjaan yang dilakukan oleh tiap-tiap
orang. Pekerjaan-pekerjaan tersebut antara lain pegawai negeri sipil, TNI, POLRI, buruh,
pedagang, petani, pengusaha dan sopir.

c.
Komposisi penduduk menurut pendidikan
Berdasarkan tingkat atau jenjang pendidikan yang telah ditamatkan penduduk dapat
dikelompokkan dalam tingkat SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. Pengelompokkan
ini dapat digunakan untuk menentukan besarnya tingkat pendidikan penduduk.

d.
Komposisi Penduduk menurut Agama
Pengelompokkan ini berdasarkan kepada agama yang dianut penduduk yaitu Islam,
Katolik, Protestan, Hindu dan Budha.

e.
Komposisi penduduk menurut tempat tinggal
Tempat tinggal yang sering digunakan dalam komposisi ini adalah tempat tinggal

penduduk di desa dan di kota. Ciri khas negara agraris seperti Indonesia adalah sebagian
besar penduduk tinggal di desa.

C. MOBILITAS PENDUDUK ANTAR WILAYAH INDONESIA


Perbedaan karakteristik antar ruang mendorong manusia untuk melakukan mobilitas
penduduk dari wilayah yang satu ke wilayah lainnya. Mobilitas tersebut dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan yang tidak tersedia atau terpenuhi di daerah asalnya. Mobilitas antar
wilayah ini juga memungkinkan penduduk untuk melakukan hubungan sosial, ekonomi dan
budaya dengan penduduk di daerah lainnya, sehingga sangat mendukung pembangunan dan
persatuan serta kesatuan suatu negara. Karena itu, pemerintah Indonesia berupaya
menyediakan sarana dan prasarana untuk mendukung mobilitas penduduk antar wilayahnya.
Selain itu, dikembangkan pula lembaga sosial untuk mengatur kehidupan masyarakatnya.
1. Pengertian dan Bentuk Mobilitas Penduduk.
Perbedaan karakteristik ruang dan sumber daya yang dimiliki pada berbagai wilayah
di Indonesia mendorong penduduk untuk melakukan mobilitas penduduk. Pergerakan
tersebut mencakup pula pergerakan sumber daya berupa barang atau komoditas antar ruang.
Mobilitas penduduk adalah perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lainnya.
Mereka melakukan mobilitas untuk memperoleh sesuatu yang tidak tersedia di daerah
asalnya. Alasan tersebut sangat beragam tetapi umumnya karena alasan ekonomi.
Mobilitas penduduk ada yang bersifat sementara dan ada pula yang bersifat
permanen. Mobilitas penduduk yang sifatnya sementara dapat dibedakan menjadi komutasi
dan sirkulasi. Mobilitas penduduk yang sifatnya menetap atau permanen disebut migrasi.
a. Komutasi
Komutasi adalah perpindahan penduduk yang sifatnya sementara pada hari yang
sama. Bentuk mobilitas penduduk ini dikenal juga dengan istilah nglaju atau ulang-alik.
Orang yang melakukan komutasi disebut komuter. Biasanya pada pagi hari banyak penduduk
yang tinggal di daerah pinggiran kota melakukan mobilitas ke pusat kota untuk bekerja.
Pada sore atau malam hari, penduduk tersebut pulang
kembali ke rumahnya di pinggiran kota. Pemandangan seperti ini dapat kamu temui di
hampir semua kota, baik di Indonesia maupun negara lainnya. Sebagai contoh banyak
penduduk dari daerah sekitar Jakarta tinggal di wilayah sekitar Jakarta seperti Bogor,
Tangerang, Bekasi, dan Depok .
Pada pagi hari penduduk dari wilayah sekitar Jakarta berangkat kerja ke Jakarta dan
sore atau malam harinya mereka kembali.

b. Sirkulasi
Selain komutasi, mobilitas penduduk sementara ada juga yang melakukannya
dengan menginap di tempat tujuan selama satu atau beberapa hari. Istilah untuk jenis
mobilitas seperti ini adalah sirkulasi. Sebagian penduduk tidak pulang pada hari yang sama
tetapi harus menginap di tempat tujuan. Hal ini dilakukan umumnya karena jauhnya jarak
untuk pulang ke daerah asalnya dan atau untuk menghemat biaya perjalanan dan sejumlah
alasan lainnya. Banyak penduduk desa yang bekerja di kota tidak kembali pada hari yang
sama tetapi beberapa hari atau beberapa minggu kemudian.
c. Migrasi Penduduk
Migrasi Penduduk dapat dibedakan menjadi migrasi internal dan internasional. Migrasi
internal adalah perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lainnya dalam satu negara.
Migrasi internasional adalah perpindahan penduduk Kelas VII SMP/MTs Edisi Revisi

antar negara. Migrasi internal yang terjadi di Indonesia dapat dibedakan menjadi urbanisasi
dan transmigrasi.
1) Urbanisasi atau Migrasi penduduk desa-kota
Migrasi penduduk dapat terjadi dari desa menuju kota. Jenis migrasi seperti ini
disebut urbanisasi yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota.
Urbanisasi terjadi ketika
ada ketimpangan pembangunan antara desa dengan kota. Aktivitas di desa jauh lebih lambat
dibandingkan dengan kota, sehingga terjadi ketimpangan ekonomi, sosial, dan budaya antara
desa dengan kota. Akibatnya penduduk desa banyak yang tertarik untuk pindah ke kota
dengan sejumlah fasilitas yang ditawarkannya.
Urbanisasi dapat terjadi karena adanya dua faktor utama yaitu faktor pendorong dan faktor
penarik. Adapun penjelasan dari kedua faktor tersebut adalah sebagai berikut.
Faktor pendorong
1. Makin sempitnya lahan pertanian di pedesaan karena
semakin banyaknya penduduk dan permukimannya.
2. Makin kecilnya luas pemilikan lahan pertanian,
sehingga hasil pertaniannya tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup penduduk.
3. Upah kerja di desa yang jauh lebih kecil dibandingkan
dengan di kota.
4. Meningkatnya jumlah tenaga kerja di pedesaan

sementara lapangan kerja hanya terbatas pada bidang pertanian yang semakin sempit
luasnya.
5. Adanya harapan penduduk desa untuk meningkatkan
taraf hidupnya.
6. Fasilitas sosial seperti lembaga pendidikan, tempat
hiburan, rumah sakit, dan fasilitas lainnya jarang atau tidak ditemukan di desa.
Faktor Penarik
. Lapangan kerja di kota jauh lebih beragam dibandingkan
dengan di desa yang umumnya hanya pertanian. 2. Tersedianya fasilitas pendidikan
yang memadai. 3. Tersedianya fasilitas hiburan, olah raga, kesehatan
dan rekreasi yang beragam.
4. Tersedianya fasilitas transportasi dan komunikasi yang
memadai di perkotaan.
Urbanisasi membawa dampak positif dan dampak negatif, baik bagi desa yang
ditinggalkan maupun bagi kota yang menjadi tujuannya. Dampak positif urbanisasi adalah:
1. Terpenuhinya kebutuhan akan tenaga kerja di kota. 2. Meningkatkan taraf
kehidupan penduduk desa karena sebagian pendapatannya kembali ke desa. 3. Mengurangi
pengangguran di desa karena sebagian penduduknya bekerja di kota.
4. Semakin berkembangnya aktivitas perekonomian di
kota karena banyak penduduk desa yang membuka usaha di kota.
Selain dampak positif, urbanisasi juga dapat menimbulkan dampak negatif. Adapun
dampak negatif urbanisasi adalah:
. Berkurangnya tenaga kerja di desa yang masih
produktif dan mau bekerja dalam bidang pertanian 2. Berkurangnya tenaga kerja
yang memiliki keterampilan
dan pendidikan yang tinggi di desa
3. Aktivitas pertanian cenderung kurang berkembang
karena kurangnya tenaga kerja muda yang masih produktif dan berpendidikan.
. Banyaknya tindak kejahatan di perkotaan 5. Meningkatnya pengangguran di kota karena
sebagian
urbanisan kesulitan memperoleh pekerjaan di kota 6. Berkembangnya permukiman
kumuh di kota 7. Munculnya masalah kemacetan karena makin
banyaknya orang yang malakukan mobilitas 8. Munculnya masalah lingkungan
seperti masalah

sampah karena sebagian penduduk yang pindah ke kota belum bisa menyesuaikan diri
dengan cara hidup di kota.
2) Transmigrasi
Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari daerah yang padat ke daerah yang kurang
padat. Orang yang melakukan transmigrasi disebut transmigran. Transmigrasi adalah bentuk
migrasi penduduk yang khas Indonesia karena tidak dijumpai di daerah lainnya. Di Indonesia
transmigrasi dilakukan oileh pemerintah karena makin besarnya jumlah penduduk di wilayah
tertentu, khususnya di Pulau Jawa dan Bali. Sementara itu, penduduk di luar Jawa masih
sedikit dan lahannya masih sangat luas.
Program transmigrasi di Indonesia dimulai sejak pemerintah Indonesia
memindahkan warga masyarakat Sukadana Kecamatan Bagelen ke Lampung pada tanggal
12 Desember 1950. Sebelumnya sejak tahun 1905 telah terjadi perpindahan penduduk dari
Pulau Jawa ke daerah lainnya di luar Jawa. Pada saat itu, pemindahan penduduk dilakukan
oleh Belanda dengan istilah kolonisasi. Tujuannya adalah untuk dipekerjakan sebagai tenaga
kerja perkebunan dan pertambangan.
Daerah asal transmigrasi terdiri atas Jawa Barat (Bogor, Purwakarta dan Sukabumi),
Jawa Tengah (Surakarta), Jawa Timur (Bondowoso, Pasuruan, Situbondo dan Sampang),
Yogyakarta, dan Lampung (Pasawaran dan Lampung Utara). Daerah tujuan transmigrasi
diantaranya Sumatra Barat, Bengkulu, Sumatra Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Gorontalo,
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku Utara dan Maluku.
2. Sarana dan Prasarana Mobilitas Penduduk.
Mobilitas antarwilayah di Indonesia tidak dapat dilakukan tanpa adanya sarana dan
prasarana transportasi yang memadai. Untuk mendukung mobilitas penduduk antarwilayah,
pemerintah membangun sarana jalan dan jembatan, kapal laut dan pesawat. Dengan
tersedianya sarana tersebut, interaksi sosial, budaya, ekonomi antarpenduduk dapat berjalan
dengan baik dan akan memperkokoh persatuan dan kesatuan Indonesia.
Sarana jalan telah dibangun di berbagai daerah di Indonesia. Namun, karena intensitas
penggunaan jalan lebih banyak di Pulau Jawa, jaringan jalan di Pulau Jawa lebih baik
dibandingkan dengan jaringan jalan di pulau lainnya. Ini terjadi karena penduduk jauh lebih
banyak di pulau tersebut dibandingkan dengan pulau lainnya. Gambaran tentang jaringan
jalan di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.6 Panjang Jalan Dirinci Menurut Tingkat Kewenangan di
Indonesia Tahun 2011
No
Jalan Negara

Jalan Menurut Kewenangan

Panjang jalan (km)


38.570

Jalan Provinsi
Jalan Kabupaten
Total

53.642
404.395
496.607

Sumber: BPS 2011

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2011, menunjukkan bahwa total
panjang jalan di Indonesia mencapai 496.607 km, terdiri atas jalan negara sepanjang 38.570
km, jalan provinsi sepanjang 53.642 km, jalan kabupaten sepanjang 404.395 km. Ini berarti
jalan kabupaten jauh lebih panjang dibanding jalan provinsi dan negara.

D. PENGERTIAN DAN JENIS LEMBAGA SOSIAL


1. PENGERTIAN LEMBAGA SOSIAL
Istilah institusi atau lembaga sosial merupakan terjemahan dar istilah bahasa Inggris social
institution. Di dalam kata institui terkandung dua unsur pengertian sekaligus, yaitu (a)
serangkak: nilai dan norma-norma sosial, serta (b) struktur dan susunan social.
Para pakar cenderung mengartikan lstilati institution menurut pertimbangan aspek mana yang
hendak diutamakan. Soerjono Soekanto (1982) misalnya, lebih suka menerjemahkan istilah
social institution sebagai lembaga kemasyarakatan atau lembaga sosial. Alasannya karena,
pengertian lembaga lebih menunjuk pada sesuatu bentuk sekaligus juga mengandung
pengertian yang abstrak tentang adanya norma-norma dan peraturan-peraturan tertentu yang
menjadi ciri lembaga tersebut.
Koentjaraningrat (Soekanto, 1982), di lain pihak, lebih diUtamakan aspek sistem norma dari
insitusi sosial. Oleh karena itu menerjemahkan kata institusi sebagai pranata. Pranata sosial
menurut Koentjaraningrat adalah suatu sistem tata kelakuan dan Oangan yang berpusat pada
aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan
masyarakat.
Horton & Horton (1983:41) juga mendefinisikan lembaga soaial sebagai sistem norma-norma
sosial dan hubungan-hubungan yang terorganisir, yang menyatukan nilai-nilai dan prosedurprosedur rertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Lembaga mencakup
norma-norma, nilai-nilai, kedudukan, peranan-peranan, dan hubungan-hubungan yang
berkaitan dengan kegiatan penting dalam masyarakat. Kedua pakar itu membedakan institusi
dengan asosiasi yang diartikan sebagai kelompok orang yang mengorganisasikan diri untuk
mencapai tujuan tertentu. contoh insitusi adalah sistem perbankan merupakan cara baku
dalam mengelola transaksi keuangan tertentu.
Institusi sosial terbentuk atau berkembang dari pola-pola yang muncul dalam kehidupan
bersama manusia. Melalui proses pemecahan masalah bersama secara bertahap, muncul pola
perilaku baku yang berkembang pula nilai dan norma dari perilaku tersebut. Proses

berkembangnya pola-pola kelakuan yang dibakukan dan yang -disatukan dengan struktur
normatif masyarakat disebut sebagai proses pelembagaan/institusionalisasi. Contoh, sistem
tukar-menukar barang (barter) adalah pola kelakuan yang sudah dilembagakan banyak suku
di berbagai belahan dunia. Uang juga merupakan pola pertukaran yang telah dilembagakan.
Melalui proses pelembagaan , dirumuskan aturan yang cocok dan baku untuk mengatur
bagaimana pertukaran yang adil.
2. CIRI-CIRI LEMBAGA SOSIAL
Setiap lembaga sosial setidaknya memiliki enam ciri (Soekan: 2002). Keenam ciri tersebut
meliputi:
a. Merupakan kesatuan fungsional dari berbagai uns kebudayaan. la merupakan organisasi
dari pola-pola pemikir dan pola perikelakuan, yang terwujud dalam aktivitas-aktivitas
kemasyarakatan dan hasil-hasilnya. Contoh: sekolah.
b. Terbentuknya dalam waktu yang lama dan umumnya bertahan dalam waktu yang lama
pula.
c. Mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu, ada arah tertentu yang ingin dicapai melalui
lembaga social tersebut.
d. Mempunyai alat perlengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan dari lembaga
tersebut.
e. Memilki lambing-lambang yang merupakan cirri lembaga social tersebut. Merupakan
sarana simbolis untuk mengungkapkan fungsi dan tujuan lembaga sosial tersebut. Contoh:
partai politik mempunyai bendera, simbol, dan juga warna khas tertentu.
f. Memiliki tradisi yang tertulis atau tidak tertulis.
Dalam hal ini ada nilai-nilai atau norma-norma tertentu yang diikuti untuk mewujudkan
tujuan dari lembaga tersebut. Contoh: dalam lembagaperkawinan, ada tradisi memberikan
hormat dan memohon restu kepada orang tua pengantin.
3. FUNGSI LEMBAGA SOSIAL
Ada banyak lembaga/institusi sosial yang terdapat dalam masyarakat kita, seperti media
massa, pemerintah, ekonomi, keluarga dan sebagainya. Namun demikian, pembahasan
tentang ilmu sosial dalam buku buku sosiologi, umumnya hanya mencakup lima lembaga
sosial utama, yaitu keluarga, pendidikan, ekonomi, politik, dan agama.
Lembaga sosial merupakan perekat bagi kehidupan sosial. menyediakan pengaturanpengaturan dasar kehidupan, memungkinkan manusia menjalani hubungan-hubungan dengan
sesame, serta menjamin kelangsungan hidup antar generasi.
Oleh karena itu, Macionis (1998) menyebutkan bahwa ada lima tugas pokok lembagalembaga atau institusi-isntitusi soaila sebagai berikut:
a) Penggantian Personil.
Setiap kelompok harus menggantikan personil anggotanya yang meninggal, pergi atau tak
mampu berfungsi lagi.

b) Mengajar anggota baru


Tak ada satu kelompok pun yang dapat bertahan, jika para anggotanya menolak perilaku
kelompok yang sudah mapan dan memikul tanggung jawab kelompok.
c) Menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa
d) Memelihara ketertiban.
e) Menyediakan dan memelihara kesadaran tujuan
Jadi setiap institusi memiliki fungsi dalam masyarakat, fungsi institusi yang bersifat manifest
ada pula yang bersifat laten.Fungsi manifes adalah fungsi yang jelas, tampak , disengaja dan
diakui, sedangkan fungsi laten adalah fungsi yang tidak tampak, tidak disengaja dan mungkin
tidak diakui.
4. TIPE LEMBAGA SOSIAL
Lembaga soaial bisa dikelompokkan dalam berbagai tipe, hal ini tergantung dari criteria yang
digunakan untuk melakukan pengelompokam itu. Sedikitnya ada lima criteria yang bisa
digunakan untuk mengelompokkan tipe lembaga social.
Tipe-tipe Lembaga social menurut Soekanto, 2002
Keterangan:
a. Cresive Institutions
Merupakan lembaga social yang secara tak disengaja muncul dari adapt istiadat masyarakat.
Contoh : Lembaga Perkawinan.
b. Enacted Institutions
Merupakan lembaga social yang sengaja dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu.
Contoh: Lembaga pendidikan.
c. Basic Institutions
Merupakan lembaga social yang bertujuan memelihara dan mempertahankan tertib social.
Contoh : Keluarga, Pendidikan dan Negara.
d. Subsidiary Institutions
Merupakan lembaga social yang sifatnya melengkapi.
Contoh : Rekreasi
e. Social-sanction Institutions
Merupakan lembaga social yang diterima oleh masyarakat.
Contoh : Keluarga, Sekolah Dan lain-lain.
f. Unsanctions Institutions
Merupakan lembaga social yang ditolak oleh masyarakat.
Contoh : Premanisme, kriminalitas.
g. General Institutions
Merupakan lembaga social yang terdapat pada hampir semua masyarakat.
Contoh : agama
h. Restricted Institutions
Merupakan lembaga social yang hanya terdapat pada masyarakat tertentu.
Contoh : agama Islam, agama Kristen dan sebagainya.

i. Operative Institutions
Merupakan lembaga social yang berfungsi menjalankan atau menggerakkan lembagalembaga social yang ada.
Contoh : Industrialisasi.
j. Regulative Institutions
Merupakan lembaga social yang berfungsi mengawasi tata kelakuan masyarakat.
Contoh : Kepolisian, Kejaksaan dan pengadilan.

LEMBAGA SOSIAL
JENIS-JENIS LEMBAGA SOSIAL
1. LEMBAGA/ INSTITUSI KELUARGA
Keluarga adalah sekelompok orang yang secara langsung dihubungkan, di Dalamnya anggota
yang dewasa mempunyai tanggung jawab untuk memelihara anak-anak (Giddens, 1993 :
390 ).
Adapula yang mendefinisikan keluarga sebagai kelompok yang terdiri atas para orang tua dan
anak-anak mereka (Johnson, 1986; 463).
1.1. Jenis-Jenis Keluarga
Menurut Sunarti (2004, 63) dalam sosiologi keluarga biasanya dikenal pembedaan antara
keluarga yang bersistem kongsonguinal dan Keluarga bersistem kongnjugal
Keluarga yang bersistem kosanguinal menekankan pada pentingnya ikatan darah. Misalnya
hubungan seseorang dengan orangtuanya.
Keluarga yang bersistem Konjugal menekankan pada pentingnya hubungan perkawinan
(antara suami istri) yang cenderung dianggap lebih penting daripada ikatan dengan orang tua.
1.2. Aturan-aturan tentang keluarga
Dalam Keluarga ada aturan-aturan antara lain menganai:
a. Mengenai asal jodoh dalam hubungan perkawinan
Ada dua jenis yaitu:
Eksogami Adalah system yang melarang antara sesama anggota kelompok.
Endogami adalah sistem yang mewajibkan perkawinan dengan sesama anggota kelompok.
b. Tentang siapa yang boleh atau tidak boleh dinikahi,
c. Tentang jumlah orang yang tidak boleh dinikahi pada waktu yang sama.
Terdapat aturan-aturan:
Monogami yaitu Perkawinan antara seoarng laki-laki dan perempuan.
Poligami yaitu perkawinan antara seoarng laki-laki dengan beberapa perempuan dalam
waktu yang sama.
d. Perkawinan Kelompok yaitu perkawinan anatara dua orang laki-laki dengan dua orang

perempuan atau lebih pada waktu yang sama.


e. Tentang penentuan garis keturunan.
f. Tentang aturan dimana seharusnya pasangan bertempat tinggal setelah menikah.
1.3. Fungsi Keluarga
Menurut Horton dan Hun (1984, 238-242) ada tujuh fungsi keluarga yaitu:
a. Keluarga berfungsi mengatur perilaku seksual dengan membatasi siapa boleh berhubungan
seksual dengan siapa.
b. Keluarga berfungsi untuk reproduksi atau pengembangan keturunan.
c. Keluarga berfungsi memberikan perlindungan untuk anggotanya baik fisik maupun yang
bersifat kejiwaan.
d. Keluarga merupakan lembaga sosialisasi utama.
e. Keluarga berfungsi menjalankan fungsi ekonomi, seperti produksi, distribusi dan
konsumsi.
f. Keluarga berfungsi memberikan status untuk anak-anaknya.
g. Keluarga mempunyai fungdi afeksi dimana keluarga memberikan cinta kasih pada
seseorang anak.
2. LEMBAGA/INSTITUSI PENDIDIKAN
2.1. Pengertian Lembaga Pendidikan
Pendidikan dapat diartikan sebagai bentuk sosialisasi khusus yang secara sistematis dan
formal melakukan transmisi ketrampilan-ketrampilan, pengetahuan, kepercayaan, nilai-nilai,
sikap-sikap dan norma-norma.
Pendidikan berlangsung dalam bentuk:
a. Pendidikan Formal
Yaitu pendidikan yang berlangsung disekolah-sekolah.
b. Pendidikan Non Formal
Pendidikan luar sekolah seperti kursus.
c. Pendidikan Informal
Pendidikan yang terjadi di rumah atau melalui media massa.
2.2. Fungsi Pendidikan
Menurut Horton dan Hunt institusi pendidikan mempunyai dua manifes pokok yaitu:
(1). Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
(2). Membantu individu agar mengembangkan potensinya.
Fungsi manifes dari lembaga pendidikan adalah:
a. Melestarikan kebudayaan dengan meneruskannya dari satu generasi muda ke generasi
berikutnya.
b. Mendorong partisipasi demokratis.
c. Memperkaya kehidupan dengan memperluas cakrawala pemikiran dan rasa keindahan
siswa.
d. Memperbaiki penyesuaian diri para siswa melalui konseling pribadi dan berbagai psikologi

terapan.
e. Memperbaiki kesehatan generasi muda, melalui latihan-latihan fisik.
f. Memproduksi warga negara yang patriotik.
g. Meningkatkan integrasi antar ras
h. Mebnyediakan hiburan bersama
i. Pembangunan karakter warga negara.
2.3. LEMBAGA/INSTITUSI EKONOMI
Institusi ekonomi adalah lembaga sosial yang memenuhi tugas produksi dan distribusi
barang-barang dan jasa-jasa dalam masyarakat (Coulbun dkk, 1989: 419).
Secara umum ada dua jenis ekonomi:
a. Kapitalis
Bersumber pada liberalisme yang mengutamakan perekonomian swasta, mekanisme pasar
dan sistem perdagangan bebas.
b. Sosialis
Pokok-pokok ajaran sosialisme dalam bidang ekonomi adalah sebagai berikut:
Penghapusan dan pembatasan hak milik pribadi atas alat-alat produksi.
Pengambilalihan semua atau sebagian alat-alat produksi.
Pembagian kembali hak milik pribadi.
Perlindungan terhadap kaum buruh.
Perubahan struktur kekuasaan ekonomi.
Perubahan struktur Kekuasaan Politik
Perjuangan melawan hak-hak istimewa.
2.4. LEMBAGA/INSTITUSI POLITIK
Korblum (Sunarto 2004;76) mendefiniskan institusi politik sebagai perangkat kekuasaan dan
wewenang.
Contoh dari institusi dibidang politik adalah:
Lembaga Eksekutif
Adalah lembaga pelaksana undang-undang yang biasanya berupa presiden dan para
mentrinya beserta birokrasi pemerintahan.
Lembaga Legislatif
Lembaga pembuat undang-undang yang bisa berbentuk DPR,SENAT DPD atau DPRD di
daerah otonom.
Lembaga Yudikatif.
Lembaga Penegak undang-undang/hukum yang di indonesia berupa Mahkamah Agung,
Lembaga-lembaga Peradilan bawahan MA dan MK.
Fungsi-fungsi Politik harus berjalan dalam sebuah negara yang meliputi:
a. Fungsi merumuskan kepentingan.
Yaitu fungsi yang menyusun dan mengungkapkan tuntutan Politik dalam suatu negara.
b. Fungsi Pemaduan Kepentingan.
Fungsi menyatukanpadukan tuntutan-tuntutan politik dari berbagai pihak dalam suatu negara
dan meweujudkannya kedalam berbagai alternatif kebijakan.
c. Fungsi Pembuatan Kebijakan Umum.

Fungsi untuk mempertimbangkan berbagai alternatif kebijakan yang diusulkan oleh partaipartai politik dan pihak lain.
d. Fungsi Penerapan Keijakan.
Fungsi melaksanakan berbagai macam kebijakan yang telah ditetapkan oleh pihak yang
berwenang.
e. Fungsi pengawasan pelaksanaan kebijakan.
Fungsi menyelaraskan perilaku masyarakat dan pejabat publik yang menentang atau
menyeleweng dari kebijakan publik.
f. Fungsi Komunikasi Politik
Proses penyampaian informasi mengenai politik dari masyarakat.
g. Fungsi Sosialisasi politik
Proses pembentukan sikap dan orientasi politik anggota masyarakat.
h. Fungsi rekritmen politik.
Proses penyeleksi orang-oarng yang akan dipilih atau diangkat sebagai pejabat untuk jabatanjabatan yang ada.
2.5. INSTITUSI AGAMA
Unsur-unsur dasar dijumpai pada agama adalah:
Kepercayaan agama,
Simbol agama,
Praktik agama,
Umat agama dan
Pengalaman agama.
Dengan demikian agama menurut ilmu sosiologi adalah agama yang mencakup baik :
Islam,
Katholik,
Protestan,
Hindu dan
Budha, juga
Animisme,
Totemisme,
Konfusianisme,
Judaisme,
Teoisme dan sejenisnya.

Vous aimerez peut-être aussi