Vous êtes sur la page 1sur 62

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan

Program Percepatan
Pembangunan Sanitasi Permukiman Tahun 2011

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Pendahuluan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Tahun


2011

Bab 1

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

Gambaran Umum Kota Program Percepatan Pembangunan Sanitasi


Permukiman Tahun 2011

Bab 2

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

Profil Sanitasi Kota


3.1. Kondisi Umum Sanitasi Kota
3.1.1. Kesehatan Lingkungan
Sarana Kesehatan Masyarakat
Pembangunan

bidang

kesehatan

di

Kota

Tangerang

Selatan

dilaksanakan secara bertahap, terpadu dan berkesinambunagan yang


bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, serta kemampuan
hidup sehat bagi setiap warga masyarakat dari waktu ke waktu.
Keberadaan fasilitas kesehatan sangatlah diperlukan dalam rangka
pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Fasilitas kesehatan yang
terdapat di Kota Tangerang Selatan di antaranya Rumah Sakit,
Puskesmas, Balai Pengobatan dan Posyandu. Pada tahun 2009, di Kota
Tangerang

Selatan terdapat 14 unit rumah

sakit dan 10 unit

puskesmas. Fasilitas pelayanan pendukung terdapat 75 unit apotik, 42


unit optikal dan beberpa fasilitas kesehatan lainnya, sebagaimana
terlihat pada tabel di bawah.
Pada tahun 2010

jumlah puskesmas di Kota Tangerang Selatan

bertambah 12 unit yaitu di Kelurahan Kranggan dan Kelurahan Parigi


melalui peningkatan status puskesmas pembantu menjadi puskesmas
induk. Pada tahun yang sama juga direncanakan pembangunan 10 unit
puskesmas baru di Kota Tangerang Selatan.
Rumah sakit yang berada di Kota Tangerang Selatan seluruhnya milik
swasta karena Kota belum memiliki Rumah Sakit Umum Daerah. Di
Kecamatan Setu bahkan belum terdapat rumah sakit. Rumah sakit di
Kota Tangerang Selatan yang bertaraf internasional seperti Rumah
Sakit Internasional Bintaro, Omni Hospital di Serpong Utara dan Eka
Hospital. Keberadaan rumah sakit swasta memang mengikuti urban
core yang ada dan umumnya untuk melayani warga perumahan yang

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 1


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

termasuk golongan menengah ke atas. Pada tabel dibawah ini secara


detail disajikan jumlah prasarana kesehatan kota Tangerang Selatan
berdasarkan Kecamatan.

Tabel. 3.1
Jumlah Prasarana Kesehatan Kota Tangerang Selatan

Serpo
ng

Serpong
utara

Pondok
Aren

Pamul
ang

Cipu
tat

Ciputa
t Timur

Setu

Rumah Sakit

Puskesmas

Puskesmas
Pembantu

30

22

44

14

31

24

11

113

131

167

71

93

65

20

42

46

81

28

36

28

Praktek Dokter
Spesialis

26

31

11

30

Praktek Bidan
Swasta

40

29

80

48

41

22

16

Laboratorium Klinik
Swasta

Optik

15

Apotik

10

25

18

Toko Obat Berijin

Industri Kecil Obat


Tradisional

17

16

Rumah Bersalin
Swasta

10

Pengobatan
Tradisional

Puskesmas Keliling

Kecamatan

Balai Pengobatan
Swasta
Praktek Dokter
Umum Swasta
Praktek Dokter Gigi
Swasta

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, Tahun 2009

Rumah Sakit Umum yang dapat melayani masyarakat golongan


menengah ke bawah belum ada hingga saat ini. Pusat Kesehatan

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 2


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

Masyarakat (Puskesmas) biasa berjumlah 10 unit, Puskesmas Dengan


Tempat Perawatan (DTP) 1 unit dengan 14 tempat tidur, Puskesmas
Pembantu 11 unit dan Puskesmas Keliling 10 unit. Selain itu juga
terdapat Balai Pengobatan, Praktek Dokter dan Rumah Bersalin.
Saat ini masalah ketersediaan sumberdaya air tidak lagi menjadi
masalah yang mudah dipecahkan, bahkan telah menjadi isu nasional
bahwa akan terjadi krisis air bersih di masa mendatang. Air termasuk
sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (renewable) oleh alam,
karena itu air dianggap sebagai sumberdaya alam yang tidak bisa habis
atau sumberdaya alam tidak terbatas. Air dianggap pula sebagai milik
umum

(common

property)

dan

terkesan

gratis,

sehingga

penggunaannya seringkali dilakukan secara tidak hemat dan kurang


hati-hati. Anggapan tersebut keliru, karena saat ini air telah menjadi
sumberdaya alam terbatas jumlahnya. Hal ini terjadi karena air
memiliki siklus tata air yang relatif tetap, sedangkan pemakaiannya
terus bertambah seiring dengan pertambahan populasi penduduk.
Tabel. 3.2
Sarana Kesehatan Lingkungan Kota Tangerang Selatan

Jumlah
Kecamatan

Jml Sarana Air Bersih

Rumah

RT

RW

SGL

SGL +

SPT

SPT +

PDAM

Jumlah

Jamb
an

Serpong

19,222

217

42

52

4,515

41

5,604

8,899

19,111

19,20
5

Serpong
Utara

18,101

295

67

36

4,436

46

8,807

4,200

17,525

18,09
1

Pamulang

53,090

734

135

21

22,152

24

30,811

53,008

53,05
9

Ciputat

37984

426

94

134

8671

149

27484

36438

3763
6

Ciputat
Timur

27,339

339

76

46

11,972

24

14,890

26,932

27,14
7

Pondok Aren

56573

755

119

68

19150

80

32578

3500

55376

5587
8

Setu

11,027

72

3,447

44

3,783

3,261

10,607

10,93
2

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan,


Selatan, Tahun 2009
Keterangan

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 3


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

- SGL

: Termasuk Sumur gali dipasang Pompa listrik.

- SPT

: Termasuk SPT dipasang Pompa listrik

- SPAL

: Saluran pembuangan air limbah

- TPS

: Meliputi Bak, lubang, Keranjang sampah

- Jamban Keluarga

: satu rumah satu jamban

Sementara

itu

data

Dinas

Kesehatan

Kota

Tangerang

Selatan

menyebutkan bahwa ketersediaan fasilitas tempat buang air besar di


miliki sendiri oleh sebagian besar jumlah KK, sebagaimana terlihat
pada tabel dibawah ini.

Tabel. 3.3
Jumlah Rumah Tangga dan Fasilitas Tempat Buang Air Besar
KotaTangerang Selatan
Tempat Buang Air Besar

Jumlah
KK

Sendiri

Bersama

Umum

Tidak
Ada

Serpong

21,587

19,205

Serpong
Utara

20,415

18,091

Pamulang

53,817

53,059

Ciputat

42286

37636

Ciputat Timur

30,339

27,147

Pondok Aren

59338

55878

Setu

12,982

10,932

Kecamatan

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, Tahun 2009

Kondisi Kesehatan Masyarakat


Kondisi lingkungan yang terus mengalami degradasi secara kualitas
maupun kuantitas diperburuk oleh pola perilaku hidup bersih dari

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 4


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

masyarakat yang rendah, terutama lingkungan di sekitar rumah


permukiman sehingga vektor-vektor penyakit dapat hidup dalam
kondisi yang baik di lingkungan perumahan tersebut. Berdasarkan data
dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan terdapat 10 jenis
penyakit yang paling sering diderita oleh penduduk Kota Tangerang
Selatan yaitu: DHF, Filariasis, TB, HIV AIDS, Pneumonia, IMS, Diare,
Kusta, Difteri, dan Campak
Penyakit

menular

di

Kota

Tangerang

Selatan

masih

menjadi

permasalahan yang harus mendapatkan perhatian serius. Tercatat di


antaranya

demam

berdarah,

filariasis,

tuberculosis,

HIV/AIDS,

Pneumonia, infeksi menular seksual (IMS), diare, kusta, difteri dan


campak. Penyakit dengan angka kejadian tertinggi adalah diare dengan
10.533 kejadian disusul pneumonia dengan 2.473 kejadian. Penyakit
menular lain dengan angka kejadian yang besar adalah tuberculosis
(625 kejadian) dan demam berdarah (154 kejadian). Kejadian HIV/AIDS
yang tercatat di Puskesmas adalah sebanyak 3 kejadian, yaitu di
Ciputat dan Ciputat Timur, namun angka yang sesungguhnya diduga
jauh lebih besar karena banyak pasien yang diduga berobat di RSUD
Kabupaten Tangerang atau rumah sakit lain di Jakarta. Pada tabel
berikut disajikan Jenis penyakit utama yang diderita Penduduk Usia 5 64 tahun.

Tabel 3.4
Jenis Penyakit Utama yang Diderita Penduduk Usia 5 - 64 tahun
Serpo
ng

Serpong
Utara

Ciput
at

Ciputat
Timur

Pamula
ng

Pondok
Aren

Set
u

Jum
lah

23

16

40

26

19

26

154

101

136

129

80

115

59

625

HIV Aids

Pneumo
nia

688

697

228

676

184

2.4
73

Penyakit
DHF
Filariasis
TB

IMS
Diare

27

120

151

1.093

1.507

4.16

1.130

1.025

1.288

32

10.

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 5


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

533

Kusta

11

18

37

Difteri

Campak

19

49

13

85

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, Tahun 2008

Gambar 3.1.
Angka Kejadian Penyakit Kota Tangerang Selatan

Tekanan Terhadap Lingkungan


Aktivitas fasilitas kesehatan di Kota Tangerang Selatan menghasilkan
limbah padat dan limbah cair.
a. Limbah Cair

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 6


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

Limbah cair yang dihasilkan umumnya mengandung bakteri, virus,


senyawa

kimia,

dan

obat-obatan

yang

dapat

membahayakan

lingkungan. Sumber limbah cair dapat berasal dari kegiatan :

Pelayanan pasien berupa limbah cair dalam kamar mandi dan


pencucian peralatan yang digunakan

Laboratorium klinis : air limbah dari pencucian peralatan


laboratorium dan sejenisnya.
Ruang operasi
Laundry dan pembersihan ruang infeksius
Radiologi
Pembersihan ruangan-ruangan non infeksius
Laboratorium obat
b. Limbah Padat
Jenis limbah padat yang dihasilkan dapat berupa ; limbah medis
(bersifat infeksius) dan limbah domestik (non infeksius). Limbah
domestik berasal dari semua aktivitas yang menghasilkan buangan
limbah padat yang lazim disebut sampah. Persentase limbah
domestik terbesar berupa garbage yaitu sampah berasal dari sisa
buangan dapur, sisa makanan pasien dan pengunjung serta daun
dari pepohonan.
Sampah medis adalah : sampah yang dihasilkan dan kegiatan
pelayanan medis, baik untuk diagnosa maupun terapi kepada
pasien. Sampah medis dapat berasal dari ruang bedah/operasi,
ruang perawatan, poliklinik, UGD, ruang apotik, ruang isolasi dan
lainlain. Adapun sampah tersebut adalah perban bekas pakai, sisa
lap/tissue, sisa potongan tubuh manusia dan benda lain yang
terkontaminasi, spuit bekas, jarum suntik bekas, pecahan kaca,
bahan atau sisa obat-obatan dan bahan kimia, perlak, tempat
penampungan urine, tempat dan penampungan muntah.
c. Limbah B3

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 7


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Sumber

limbah

kesehatan.

berasal

Jenis

limbah

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

dari

kegiatan

B3

(medis)

pelayanan
yang

di

dihasilkan

fasilitas
dapat

dikategorikan sebagai berikut ;


Limbah infeksius ;adalah limbah yang diduga mengandung
patogen (bakteri, virus, parasit atau jamur) dalam konsentrasi dan
jumlah yang cukup untuk menyebabkan penyakit. Jenis ini
meliputi ; kultur dan stok agen infeksi dari aktivitas laboratorium,
limbah buangan hasil operasi, otopsi yang menderita penyakit
menular, limbah pasien penderita penyakit menular dari bangsal
isolasi (ekskreta, pembalut luka, cairan tubuh)

Limbah patologis; terdiri dari jaringan, organ, bagian tubuh, janin


manusia, darah dan cairan tubuh

Limbah benda tajam; antara lain jarum, peralatan infus, skalpel,


pisau, belati, potongan kaca
Limbah farmasi; adalah limbah yang mengandung bahan farmasi
(obat yang sudah kadaluarsa atau tidak diperlukan lagi, obat
terkontaminasi, sarung tangan, masker slang penghubung dan
ampul obat.
Limbah genotoksik; adalah limbah yang mengandung bahan
genotoksik mutagen, teratogenik, karsinogenik)
Limbah kimia; adalah limbah yang mengandung zat kimia seperti ;
reagent

di

laboratorium,

film

untuk

rontgen,

disinfektan

kadaluarsa, solven (zat pelarut)


Limbah yang mengandung logam berat tinggi; seperti baterai,
termometer, alat pengukur tekanan darah, oli bekas

Limbah radioaktif; adalah limbah yang mengandung radioaktif,


contoh ; cairan yang tidak terpakai dari terapi radioaktif atau riset
di laboratorium, peralatan kaca, kemasan, kertas absorben yang
terkontaminasi, urine/ekskreta pasien yang diobati atau diuji
dengan radionuklida terbuka.

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 8


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

3.1.2. Kesehatan dan Pola Hidup Masyarakat


Peningkatan Pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan di Kota
Tangerang Selatan ditunjukan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Perencanaan Pembangunan Kesehatan yang terintegrasi
dan

berkesinambungan

diharapkan

dapat

meningkatkan

derajat

kesehatan warga masyarakatnya, dimana dengan demikian tujuan


akhir pembangunan kesehatan dapat tercapai dengan maksimal.
Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan dapat tercermin dari
tingkat kesehatan masyarakat yang merupakan salah satu indikator
pembangunan manusia, adalah umur harapan hidup. Umur harapan
hidup (UHH) adalah salah satu indikator yang mncerminkan perkiraan
lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan
pola morbilitas menurut umur.
Berdasarkan perhitungan BPS

Kabupaten

Tangerang,

UHH

Kota

Tangerang Selatan adalah sebesar 68,8 dengan indeks angka harapan


hidup (AHH) 73, hal ini mengindikasikan bahwa penduduk Kota
Tangerang Selatan rata-rata bisa mencapai usia 68,8 tahun.

3.1.3. Kuantitas dan Kualitas Air


Kota Tangerang Selatan dengan curah hujan rata-rata 145,3 mm/tahun
dengan ratarata jumlah hari hujan 11 hari hujan dalam satu bulan telah
memberikan kontribusi bagi ketersediaan air Kota Tangerang Selatan.
Pola

pengelolaan

lingkungan

saat

ini

sangat

mempengaruhi

ketersediaan air bagi rumah tangga. Penurunan kemampuan infiltrasi


air hujan ke dalam tanah akibat dari perubahan pola penggunaan lahan
dan peningkatan konsumsi air tanah bagi rumah tangga, telah
menimbulkan permasalahan bagi ketersediaan air tanah.
Berdasarkan sumber air bersih, kebutuhan air bersih masyarakat Kota
Tangerang Selatan berasal dari air PDAM, air sumur dan air sungai.
Dalam hal pelayanan air bersih, PDAM Kabupaten Tangerang berperan
dalam pelayanan bagi pabrik/industri. Wilayah pelayanan PDAM belum
mencakup seluruh wilayah kota. Di daerah perumahan, pelayanan air
bersih diberikan oleh pihak pengembang melalui pompa deepwell,
yang berarti masih menggunakan air tanah. Demikian juga masyarakat

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 9


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

yang tinggal di kawasan bukan perumahan yang menggunakan pompa


air untuk mendapatkan air bersih dengan sumber dari air tanah.
Tingkat kedalaman air semakin berubah menjadi semakin dalam untuk
mendapatkan

air

bersih

melalui

pemasangan

pompa

yang

menunjukkan turunnya permukaan air tanah.


Pada tahun 2009 jumlah pelanggan yang terlayani jaringan air bersih
sudah mencapai 114,322 KK. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah rumah
tangga yang terlayani air bersih dari baru mencapai 47,48 % dari
keseluruhan rumah tangga (240.764 KK) yang ada di Kota Tangerang
Selatan. Bagi penduduk yang tidak terlayani jaringan PDAM sumber air
bersih umumnya berasal dari air tanah.
Di Kecamatan Serpong, sebagian besar kebutuhan air bersih penduduk
di peroleh dari PDAM (44.81 %). Sumber air bersih lainnya diperoleh
dari sumur yang terdiri dari sumur gali sebesar 12.12 %, sumur gali
yang dipasang listrik sebesar 6.07 %, sumur pompa sebesar 10.05 %
dan sumur pompa yang dipasang listrik 4.52 %.
Di Kecamatan Serpong Utara, pelayanan air bersih dari PDAM
menempati urutan kedua setelah Kecamatan Serpong Masyarakat yang
menggunakan air PDAM berkisar 21.15 %. Bagi daerah-daerah yang
belum terjangkau jaringan PDAM, masyarakat menggunakan sumber
air dari sumur gali (8.39 %), sumur gali dipasang listrik (5.97 %), sumur
pompa (11.27 %) dan sumur pompa di pasang listrik (7.10 %).
Di Kecamatan Pamulang belum ada rumah tangga yang menggunakan
sumber air bersih dari PDAM. Pemenuhan akan kebutuhan air bersih
bersumber dari air sumur yang terdiri dari sumur gali sebesar 4.90 %,
sumur gali yang dipasang listrik sebesar 28.88 %, sumur pompa
sebesar 5.88 % dan sumur pompa yang dipasang listrik 24.86 %.
Pemenuhan air bersih bagi masyarakat di Kecamatan Ciputat sebagian
besar berasal dari air sumur, untuk pelayanan dari PDAM belum masuk.
Pemakaian sumur gali sebesar 31.24 %, sumur gali yang dipasang
listrik sebesar 11.66 %, sumur pompa sebesar 36.52 % dan sumur
pompa yang dipasang listrik 22.17 % Pemenuhan air bersih bagi

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 10


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

masyarakat di Kecamatan Ciputat Timur sebagian besar berasal dari air


sumur yaitu sumur gali (10.72 %), sumur gali dipasang listrik (16.10
%), sumur pompa (5.88 %) dan sumur pompa di pasang listrik (12.01
%).
Di Kecamatan Pondok Aren jumlah rumah tangga yang menggunakan
sumber air bersih dari PDAM sebanyak 17.62 %, kemudian diikuti
dengan penggunaan air bersih yang bersumber dari sumur gali sebesar
15.85 %, sumur gali yang dipasang listrik sebesar 25.76 %, sumur
pompa sebesar 19.61 % dan sumur pompa yang dipasang listrik 26.28
%
Di Kecamatan Setu, pelayanan air bersih dari PDAM menempati urutan
terakhir. Masyarakat yang menggunakan air PDAM sebesar 16.42 %.
Bagi daerah-daerah yang belum terjangkau jaringan PDAM, masyarakat
menggunakan sumber air dari sumur gali (16.78 %), sumur gali
dipasang listrik (4.64 %), sumur pompa (10.78 %) dan sumur pompa di
pasang listrik (3.05 %). Adapun mengenai jumlah rumah tangga dan
sumber Air Minum di Kota Tangerang Selatan sebagaimana terlihat
pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.5
Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum
Kota Tangerang Selatan
Kecamatan

Jumlah

Profil Sanitasi Kota

JML SARANA AIR BERSIH

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 11


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

SPT

KK

SGL

SGL +

SPT

21.587

52

4.515

41

5.604

8.899

20.415

36

4.436

46

8.807

4,200

Pamulang

53.817

21

22.152

24

Ciputat

42.286

134

8.671

149

30.339

46

11.972

24

Pondok Aren

59.338

68

19.150

80

Setu

12.982

72

3.447

44

Serpong
Serpong
Utara

Ciputat
Timur

30.81
1
27.48
4
14.89
0
32.57
8
3.783

PDAM

0
0
0
3.500
3.261

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, Tahun 2009

KETERANG
AN
- SGL

: Termasuk Sumur gali dipasang Pompa listrik.

- SPT

: Termasuk SPT dipasang Pompa listrik

3.1.4. Limbah Cair Rumah Tangga


Berdasarkan ketersediaan sarana pembuangan tinja, Data dari Dinas
Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2009, dari 25.647 rumah
tangga yang diperiksa seluruhnya sudah memiliki sarana jamban
sendiri dan sebanyak 24.266 rumah tangga telah memiliki sarana
tangki septik. Jumlah rumah yang mempunyai fasilitas tangki septik di
Kota Tangerang Selatan tahun 2009 disajikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.6.

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 12


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

Jumlah Rumah Dengan Tangki Septik Kota Tangerang Selatan

Kecamatan

Jumlah
Rumah

Jumlah
Rumah
Yang
Diperiksa

Jmlh
Memenuhi
Syarat

Persent
ase

Serpong Utara

18.101

447

380

85,01

Serpong

19.222

3.855

3.551

92,11

setu

11.027

150

136

90,67

Pamulang

53.090

6.874

6.543

95,18

169.519

4.569

4.307

94,27

Ciputat Timur

27.339

683

456

66,76

Pondok Aren

56.573

9.069

8.893

98,06

Ciputat

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, Tahun 2009

Limbah cair yang terbesar di Kota Tangerang Selatan berasal dari


limbah cair rumah tangga, rumah sakit dan industri. Pengelolaan
limbah cair rumah tangga masih tergolong buruk. Penanganan limbah
tinja umumnya masih secara konvensional, yakni ditampung dalam
tangki septik sedangkan limbah cair lain (air bekas cucian, mandi,
dapur)

langsung

dibuang

ke

saluran

drainase.

Tangki

septik

konvensional di beberapa Kota Indonesia (Denpasar, Jakarta) sudah


direncanakan untuk diganti dengan sarana pengolahan air limbah
domestik komunal, karena jamban dengan tangki septik konvensional
dapat menyebabkan pencemaran bakteri E. coli pada air tanah
dangkal. Dampak yang ditimbulkan akibat produksi limbah ini adalah :

1) Pencemaran Sungai
Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan peningkatan produksi
limbah cair dan padat domestik yang mempengaruhi kualitas air
sungai. Parameter yang mencerminkan pengaruh kegiatan rumah
tangga adalah BOD, DO, H2S, bakteri koli tinja dan detergen.Perilaku
masyarakat dalam menggunakan bahan kimia seperti detergen,
pemutih pakaian, pewangi, insektisida, desinfektan, antiseptik dan
lain-lain merupakan faktor terpenting dalam mencemarkan perairan

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 13


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

dangkal. Pengolahan limbah cair di Kota Tangerang Selatan secara


umum masih belum berjalan dengan baik. Indikasi ini terlihat dari
pencemaran air di Kota Tangerang Selatan yang telah berada di atas
batas mutu untuk beberapa kriteria.
Kontaminasi ini terutama ditimbulkan dari limbah cair rumah tangga
dan rumah sakit yang pembuangannya tidak dengan menggunakan
kaidah pengolahan limbah yang benar. Kegiatan rumah tangga di
Tangerang Selatan turut berpartisipasi dalam pencemaran air di Kota
Tangerang Selatan akibat tidak adanya IPAL rumah tangga yang baik
dan terpadu. Limbah cair lain (bekas cucian, mandi, dapur)
umumnya langsung dibuang ke saluran drainase atau sungai.
Dengan demikian beban limbah cair tersebut akan terakumulasi di
sungai-sungai yang ada.
Pencemaran limbah padat di sungai pada umumnya berasal dari
limbah yang dihasilkan oleh masyarakat yang tinggal di sepanjang
bantaran sungai. Hal ini berhubung dengan kebiasaan buruk
masyarakat yang membuang sampah langsung ke sungai dan
terbatasnya kemampuan Dinas terkait yang hanya mampu melayani
sekitar wilayah di Kota Tangerang Selatan. Daerah bantara sungai
termasuk salah satu wilayah yang sulit dijangkau oleh petugas dan
parasarana persampahan. Hasil pemantauan tahun 2010, pada
Sungai Cisadane, menunjukkan bahwa hampir sepanjang sungai
mulai dari hulu hingga ke hilir mengandung sampah. Sumber-sumber
pencemar pada Sungai Cisadane pada umumnya berasal dari limbah
domestik karena sebagian besar bantaran sungai digunakan sebagai
lokasi permukiman. Jenis sampah yang bersumber dari penduduk di
bantaran Sungai Cisadane merupakan sampah domestik seperti :
daun-daunan, plastik dan sisa makanan dan pada umumnya
langsung dibuang ke sungai. Keadaan di sungai-sungai lainnya dan
situ-situ tidak jauh berbeda, sebagian besar bantaran sungai ang
ada di Kota Cisadane dipenuhi oleh bangunan yang berkontribusi
terhadap pencemaran sungai.

2) Pencemaran air tanah

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 14


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

Kualitas air tanah dangkal (air tanah bebas) sangat dipengaruhi oleh
keadaan

lingkungan

di

sekitarnya.

Belum

tersedianya

sistem

jaringan air kotor kota, menyebabkan sanitasi lingkungan masih


tergolong

rendah.

Hal

tersebut

diperburuk

dengan

semakin

meningkatnya kepadatan penduduk di hampir seluruh Wilayah Kota


Tangerang Selatan. Kondisi sanitasi lingkungan yang masih rendah
tersebut mempunyai dampak terhadap kualitas air sumur penduduk
dari tahun ke tahun yang semakin buruk. Penanganan tinja yang
hanya

ditampung

pada

tangki

septik

adalah

sumber

utama

pencemaran air tanah.

3.1.5. Limbah Padat


Berdasarkan data dari Dinas kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman
2010, pola pembuangan sampah yang dilakukan oleh masyarakat Kota
Tangerang Selatan adalah dengan cara diangkut ke TPS, ditimbun,
dibakar dan dibuang ke TPA diluar kawasan Tangerang Selatan
(Kabupaten Tangerang dan Jakarta). Berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan tahun 2009, diketahui rata-rata 84,07 % rumah telah
memilki sarana pembuangan sampah dengan metode diangkut ke TPS
dan 15,93 % belum memiliki sarana pembuangan sampah. Rumah
tangga yang belum memilki sarana pembuangan sampah secara
prosentase terlihat rendah tetapi akan memberikan dampak terhadap
sanitasi lingkungan yang cukup signifikan. Secara keseluruhan rumah
tangga yang ada di Kota Tangerang Selatan ada sebanyak 240.760 KK
dengan jumlah penduduk sebanyak 1.163.483 jiwa, jika 15,93%
sampah tidak terangkut, maka volume timbulan sampah sebanyak
463,36 m3/hari (dengan asumsi setiap orang menghasilkan sampah
sebesar 2,5 liter/orang/hari), sebulan terkumpul sebanyak 13.900,71
m3.
Tahun

2010,

jumlah

sampah

Kota

Tangerang

Selatan

per

hari

diperkirakan mencapai 519,15 m3. Dari jumlah sampah yang dihasilkan


ini baru dapat terangkut menuju TPA sebesar 84,07 % karena adanya
keterbatasan

armada

truk

pengangkutan

sampah.

Karena

tidak

semuanya dapat terangkut maka sebagai akibatnya sampah yang tidak

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 15


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

terangkut sebagian ada yang dibakar sendiri oleh masyarakat, dibuang


oleh masyarakat ke sungai atau ke lahan kosong yang ada sehingga
menimbulkan

dampak

negatif

baik

kepada

lingkungan

maupun

kebersihan dan kesehatan masyarakat. Penanganan sampah yang


dilakukan saat ini berupa open dumping. Penanganan sampah dengan
metode open dumping tidak akan mampu mengatasi peningkatan
sampah

akibat

tingginya

pertumbuhan

jumlah

penduduk

Kota

Tangerang Selatan. Sejauh ini masalah pengelolaan sampah di Tempat


Penampungan Akhir (TPA) sampah masih menjadi persoalan.

Tabel

2.7.

Jumlah Rumah Tangga menurut Kecamatan dan


Perkiraan Timbulan Sampah per Hari Kota Tangerang Selatan

No.

Kecamatan

Jumlah Penduduk

Timbulan
Sampah
(m3/Hari)

Serpong

137.398

54,72

Serpong Utara

126.291

50,30

Pamulang

307.154

122,32

Ciputat

195.900

78,02

Ciputat Timur

183.330

73,01

Pondok Aren

288.511

114,90

Setu

64.985

25,88

1.303.569

519

Total

Keterangan : Asumsi timbulan sampah 2,5 l/orang/hari


Sumber : Perhitungan Tim Penyusun. 2010

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 16


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

3.1.6. Drainase Lingkungan


Pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk di perkotaan yang
cepat menimbulkan tekanan terhadap ruang dan lingkungan untuk
kebutuhan perumahan, kawasan jasa perdagangan, industri yang
selanjutnya menjadi kawasan terbangun. Kawasan perkotaan yang
terbangun memerlukan adanya dukungan prasarana dan sarana
perkotaan

yang

baik

dan

menjangkau

kepada

masyarakat

berpenghasilan menengah dan rendah.


Perkembangan perumahan dan permukiman yang sangat pesat sering
kurang terkendali dan tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang
maupun konsep pembangunan yang berkelanjutan, mengakibatkan
banyak kawasan-kawasan rendah yang semula berfungsi sebagai
tempat parkir air (retarding pond) dan bantaran sungai dihuni oleh
penduduk. Kondisi ini akhirnya meningkatkan volume air permukaan
yang masuk ke saluran drainase dan sungai. Hal-hal tersebut di atas
membawa dampak rendahnya kemampuan drainase mengeringkan
kawasan terbangun, dan rendahnya kapasitas seluruh prasarana
pengendali banjir (sungai, polder-polder, pompa-pompa, pintu-pintu
pengatur) untuk mengalirkan air ke laut.
Pada saat ini di kota Tangerang Selatan banyak terjadi masalah
genangan air yang pada umumnya disebabkan antara lain karena
prioritas penanganan drainase kurang mendapat perhatian, kurangnya
kesadaran bahwa pemecahan masalah genangan harus melihat pada
sistim jaringan saluran secara keseluruhan yang mengakibatkan
hambatan

(back-water)

dan

beban

saluran

dari

hulunya,

tidak

menyadari bahwa sistim drainase kawasan harus terpadu dengan


sistim badan air regionalnya (system flood control), kurang menyadari
bahwa pemeliharaan (pemminuman dan perbaikan) saluran merupakan
pekerjaan

rutin

yang

sangat

penting

untuk

menurunkan

resiko

genangan, belum optimalnya koordinasi antara pihak terkait agar


sistim pengaliran air hujan dapat berjalan dengan baik.
Disamping itu Kota Tangerang Selatan memiliki beberapa lokasi yang
rawan terkena bencana banjir. Kondisi ini di akibatkan selain tingginya

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 17


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

curah hujan di Kota Tangerang Selatan, juga didukung oleh saluran


drainase yang buruk, sehingga beban air

yang tertampung tidak

langsung mengalir ke badan air melainkan tertahan atau tergenang.


Untuk itu diperlukan berbagai upaya untuk meminimalisir kondisi ini,
seperti

dengan

memperbaiki

jaringan

drainase

saluran

air

dan

penanaman pohon-pohon pelindung yang dapat menyerap air dengan


cepat.

Tabel 2.8.
Lokasi Rawan Banjir di Kota Tangerang Selatan
Lokasi Banjir

Penyebab Banjir

Kelurahan

Kecamat
an

Perum Cirendeu
Permai

Luapan kali
Pesanggrahan

Cirendeu

Ciputat
Timur

Bukit Pamulang
Indah (BPI)

Luapan kali BPI

Pamulang
Barat

Pamulang

Perum Sarua Indah

Luapan saluran
sekunder Ciledug

Serua

Ciputat

Perum Sarua
Makmur

Luapan saluran
sekunder Ciledug

Serua

Ciputat

Perum Cipayung
Mas

Luapan kali Ciputat

Pondok Cabe
Udik

Pamulang

Perum Pondok Hijau

Luapan kali Ciputat

Cempaka Putih

Ciputat
Timur

Perum Inhutani

Luapan kali Ciputat

Cipayung

Pamulang

Perum Ciputat Baru

Luapan kali Ciputat

Sawah

Ciputat

Perum Graha
Permai

Luapan kali Ciputat

Sawah

Ciputat

Saluran Cipeucang

Penyempitan & luapan


kali Cipeucang

Kedemangan &
Serpong

Setu

Perum Duta Bintaro

Penyempitan kali
Pondok Jagung

Paku Jaya

Serpong
Utara

Depan
PUSDIKLANTAS

Gorong-gorong saluran
terlalu kecil

Pondok Jagung
Timur

Serpong
Utara

Kali Ciater
(jembatan 3)

Aliran air terhalan


jembatan &
pendangkalan

Lengkong
Wetan &
Lengkong
Karya

Serpong
Utara

Perum Taman

Penyempitan kali

Jurang Mangu

Pondok

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 18


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

Mangu Indah

Ciputat, tingginya debit


air

Barat & Pd.


Aren

Aren

Perum Jurang
Mangu Timur

Penyumbatan sampah,
karena adanya lintasan
kabel

Jurang Mangu
Barat

Pondok
Aren

Perum Kacang
Prima

Jembatan terlalu
rendah dan menyempit

Pondok Kacang
Timur

Pondok
Aren

Perum Villa Bintaro


Regensi

Luapan kali Sarua

Pondok Kacang
Timur

Pondok
Aren

Perum Pondok
Mahartha

Luapan kali Sarua

Pondok Kacang
Timur

Pondok
Aren

Perum SEKNEG

Luapan kali Angke

Pondok Kacang
Barat

Pondok
Aren

Perum Puri Bintaro


Indah

Luapan sekunder
Ciledug

Jombang

Ciputat

KM 03 Tol Bintaro Serpong

Penyumbatan saluran
pembuang drainase tol

Tol SerpongBintaro

Pondok
Aren

Mekarsari RT 10, 13,


14, 15

Drainase buruk

Pondok Betung

Pondok
Aren

Perum Wadas Sari

Drainase buruk

Pondok Betung

Pondok
Aren

Sumber: Hasil Monitoring Drainase Dinas Bina Marga & Pengairan Kota Tangerang
Selatan, Tahun 2010

3.2. Pengelolaan Limbah Cair


3.2.1. Landasan Hukum
Undang-Undang Republik Indonesia
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 Tentang
Hygiene;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 19


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990


Tentang Pengendalian Pencemaran Air;
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999
Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001
Tentang Pengelolaan Utilitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Keputusan Menteri Republik Indonesia
1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor
35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih;
2. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112
Tahun 2003 entang Baku Mutu Air Limbah Domestik.
Petunjuk Teknis
1. Petunjuk Teknis Nomor KDT 616.98 Ped I judul Pedoman Teknis
Penyehatan Perumahan;
2. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis
Spesifikasi Instalasi engolahan Air Sistem Berpindah-pindah (Mobile)
Kapasitas 0.5 Liter/detik;
3. Petunjuk Teknis Nomor KDT 627.54 Pan I judul Panduan Dan
Petunjuk Praktis engelolaan Drainase Perkotaan;
4. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Petunjuk Teknis Tata
Cara Pengoperasian dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air
Limbah Rumah Tangga Non Kakus;
5. Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis MCK.

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 20


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

3.2.2. Aspek Kelembagaan


Instansi Pemerintah Kota Tangerang Selatan yang menangani dan
terkait dalam pengelolaan limbah cair adalah Badan Lingkungan Hidup
Kota Tangerang Selatan.

3.2.3. Cakupan Layanan


Kondisi sarana instalasi pengellaan air limbah di Kota Tangerang
Selatan saat ini baru dilayani oleh 1 instalasi, kondisinya saat masih
kurang dapat memenuhi untuk pelayanan kebutuhan pembuangan air
limbah sehingga kondisi IPAL tersebut harus ditingkatkan lagi.
Dalam hal fasilitas tempat buang air besar, sebagian besar rumah telah
memiliki tempatnya sendiri, hanya sebagian kecil saja rumah yang
tidak mempunyai tempat buang air besar.
Sedangkan untuk tempat pembuangan tinja, masih menunjukan kondisi
perilaku yang kurang baik, yaitu sebagian besar masih menggunakan
sungai/danau/laut sebagai tempat pembuangan tinja. Kondisi ini tentu
dapat mempengaruhi kondisi kesehatan lingkungan yang kurang
terjamin. Rincian jumlah rumah tangga yang menggunakan fasilitas
pembuangan tinja.

Pada tabel berikut disajikan cakupan KK dengan

sarana sanitasi dasar jamban dan cakupan KK dengan sarana sanitasi


dasar SPAL menurut Kecamatan.

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 21


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

Tabel
3..9.
CAKUP
AN KK
DENGA
N
SARAN
A
SANIT
ASI
DASAR
SPAL
MENU
RUT
KECA
MATAN
DINAS
KESEH
ATAN
KOTA
TANGE
RANG
SELAT
AN
TAHUN
2011

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 22


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Tabel
3..10.
CAKUP
AN KK
DENGA
N
SARAN
A
SANIT
ASI
DASAR
JAMBA
N
MENU
RUT
KECA
MATAN
DINAS
KESEH
ATAN
KOTA
TANGE
RANG
SELAT
AN
TAHUN
2011

Profil Sanitasi Kota

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 23


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

3.2.4. Aspek Teknis dan Operasional


Sistem pembuangan air limbah harus dipisahkan dengan sistem
pembuangan air hujan, tapi masih sering dijumpai limbah dari rumah
tangga dibuang kedalam sistem pembuangan air hujan yang dapat
mengakibatkan polusi/pemcemaran lingkungan.
Jamban Keluarga
Pengadaan

prasarana

masyarakat

itu

jamban

sendiri,

hanya

keluarga
sebagian

masih
kecil

diupayakan
yang

oleh

merupakan

sumbangan dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan sedangkan


untuk pengelolaan jamban keluarga menjadi tanggung jawab penduduk
yang memakainya.
Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) merupakan suatu sistem untuk
menampung dan menyalurkan air limbah dari dapur, kamar mandi,
jamban dan atau septic tank yang berfungsi sebagai wadah pengumpul
dengan sebuah pipa pembuangan atau sebagai tabung pengolahan
yang berhubungan langsung dengan tanah.

3.2.5. Peran serta Masyarakat dan Jender dalam Penanganan Limbah


Cair
Secara keseluruhan Peran serta serta masyarakat dan gender dalam
penanganan limbah cair di Kota Tangerang Selatan dalam pengolahan
air limbah belum maksimal, antara lain :
a. Bagi masyarakat yang sudah sadar dan mampu secara finansial
untuk penanganan limbah cair tidak mengalami kesulitan, artinya
secara teknis dan kebutuhan sarana prasarana dapat secara
langsung disediakan oleh si pemrakarsa.

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 24


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

b. Bagi masyarakat yang belum sadar dan mayoritas tidak mampu


(secara finansial) sangat sulit untuk penanganan limbah cair di
lingkungannya hal ini keterbatasan akan kesadaran dan biaya yang
harus dikeluarkan.

3.2.6. Permasalahan
Permasalahan yang terdapat di Kota Tangerang Selatan meliputi:
a. Belum terlayani pengelolaan limbah oleh sedot tinja secara
seluruhnya terutama untuk kawasan perkotaan dan perumahan.
b. Kondisi IPAL masih membutuhkan perbaikan

3.3. Pengelolaan Persampahan


3.3.1. Landasan Hukum
Undang-Undang Republik Indonesia
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup;

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang


Persampahan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999
Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
Keputusan Menteri Republik Indonesia
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib
dilengkapi dengan AMDAL.
Petunjuk Teknis

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 25


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

1. Petunjuk Teknis Nomor KDT 636.728 Pet. I judul Petunjuk Teknis


Spesifikasi Kompos Rumah Tangga, Tata cara Pengelolaan Sampah
Dengan Sistem Daur Ulang Pada Lingkungan, Spesifikasi Area
Penimbunan Sampah Dengan Sistem Lahan Urug Terkendali Di TPA
Sampah;
2. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis
Pengomposan Sampah Organik Skala Lingkungan.

Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan


Aspek peratuan perundangan yang mengatur tentang persampahan
di Kota Tangerang Selatan adalah adanya peraturan daerah yang
mengatur

tentang

penarikan

retribusi

untuk

pengelolaan

persampahan.

3.3.2. Aspek Kelembagaan


Kelembagaan yang melaksanakan pelayanan persampahan di Kota
Tangerang Selatan adalah berada di Dinas Cipta Karya Kota Tangerang
Selatan

di

bawah

tanggung

jawab

UPT

Keminuman,

yang

pengelolaannya masih terbatas di daerah perkotaan. Sedangkan


pengelolaan persampahan di luar daerah perkotaan dilakukan oleh
masyarakat secara individual dengan cara ditimbun/dibakar.

3.3.3. Cakupan Layanan


Secara administrative Kota Tangerang Selatan pada
meliputi

Kecamatan

49

Kelurahan

dan

Tahun 2009

desa.

Implikasi

perkembangan penduduk yang berada di 7 kecamatan tersebut ini


adalah bertambahnya jumlah timbulan sampah yang diperkirakan
timbunan sampah dari tahun ke tahun akan semakin bertambah. Saat
ini di Kota tangerang Selatan baru mamiliki sarana persampahan yaitru
baru 21 TPS (Tempat pembuangan sementara, yamg sebagian besar
menurut pihak Dinas Keminuman masih bersifat illegal. Pada tabel

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 26


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

berikut di sajikan cakupan KK dengan sarana sanitasi dasar tempat


sampah menurut Kecamatan.

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 27


Permukiman

Tabel
3.11.
CAKUP
AN KK
DENGA
N
SARAN
A
SANIT
ASI
DASAR
TEMPA
T
SAMPA
H
MENU
RUT
KECA
MATAN
DINAS
KESEH
ATAN
KOTA
TANGE
RANG
SELAT
AN
TAHUN
2011

Profil Sanitasi Kota

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

3.3.4. Aspek Teknis dan Operasional


Berdasarkan

Peraturan

Menteri

Pekerjaan

Umum

No.

21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan


Sistem Pengelolaan Persampahan
dalam

pengembangan

(KSNP-SPP),

serta beberapa

hal

system pengelolaan persampahan di Kota

Tangerang Selatan antara lain:


1. Peran Kota dalam pengembangan wilayah
2. Rencana pembangunan Kota
3. Memperhatikan
kondisi
alamiah
dan
bersangkutan,

seperti

struktur

topografi, dan sebagainya.


4. Pembangunan dilakukan dengan

dan

tipologi
morfologi

pendekatan

berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.


5. Logical
framework
(kerangka
logis)

Kota
tanah,

pembangunan

penilaian

kelayakan

investasi pengelolaan persampahan.


6. Keterpaduan pengelolaan persampahan dengan sistem sektor
lainnya dilaksanakan

pada

setiap

pengembangan, sekurang-kurangnya

Profil Sanitasi Kota

tahapan

penyelenggaraan

dilaksanakan

pada

tahap

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 28


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

perencanaan,

baik

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

dalam penyusunan rencana induk maupun

dalam perencanaan teknik.


7. Memperhatikan
peraturan
petunjuk/pedoman yang tersedia.
8. Tingkat
kelayakan
pelayanan,

dan

perundangan

efektivitas

dan

serta
efisiensi

pengelolaan persampahan pada kota bersangkutan.


9. Sebagai suatu PS yang tidak saja penting bagi peningkatan
kesehatan

masyarakat

keberlanjutan lingkungan.
10. Sumber pendanaan dari

tetapi

juga

berbagai

sangat
pihak

penting

baik

bagi

pemerintah,

masyarakat maupun swasta.


11. Kelembagaan yang mengelola persampahan.
12. Investasi PS pengelolaan persampahan dengan memperhatikan
kelayakan terutama dalam hal pemulihan biaya operasi dan
pemeliharaan.
13. Jika ada indikasi keterlibatab swasta dalam pembangunan dan/atau
pengelolaan sarana dan prasarana persampahan, perlu dilakukan
identifikasi lebih lanjut.

3.3.5. Peran serta Masyarakat dan Jender dalam pengelolaan sampah


Peran serta masyarakat dan Jender dalam pengelolaan persamapahan
saat ini Kota Tangerang Selatan masih sangat rendah, hal ini
disebabkan karena rata rata masyarakat masih membuang sampah
sembarangan dan masih terdapatnya indikasi negatif dan mencari
kemudahan disebagian masyarakat kota di Kota Tangerang Selatan
dalam hal pembuangan sampah tanpa mengetahui arti pentingnya
Tempat-Tempat Pembuangan Sampah.
Kondisi tersebut tejadi karena kebiasaan masyarakat itu sendiri serta
tingkat kesadaran terhadap lingkungan yang masih rendah.

3.3.6. Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi dalam Pengelolaan Persampahan di Kota
Tangerang Selatan adalah :
1. Kota tangerang Selatan saat ini belum memiliki lokasi TPST

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 29


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

2. Tingkat pengelolaan yang ada di pemerintah sendiri kurang


maksimal, karena tanggung jawab pengelolaan persampahan
dengan luas wilayah Kota yang besar hanya dilayani setingkat UPT.
3. Jumlah personil/SDM pengelola sampah masih kurang dibandingkan
jumlah penduduk yang harus dilayani.
4. Masih terbatasnya sarana dan prasarana persampahan yang
mengakibatkan terbatasnya pelayanan;
5. Masih terbatasnya dana untuk pengelolaan sampah;
6. Tingkat kesadaran masyarakat dalam pengelolaan persampahan
masih rendah.

3.4. Pengelolaan Drainase


3.4.1. Landasan Hukum
Undang-Undang Republik Indonesia

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang


Perumahan dan Pemukiman;
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang
Penataan Ruang.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982


Tentang Pengaturan Air;
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991
Tentang Sungai.
Keputusan Menteri LIngkungan Hidup Republik Indonesia
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor
35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih.
Petunjuk Teknis
1. Petunjuk Teknis Nomor KDT 627.54 Pan I. Panduan Dan Petunjuk
Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan.

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 30


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

2. Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P. Manual Teknis Saluran


Irigasi.
3. Panduan dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan
(Ditjen Tata Perkotaan dan Tata Pedesaan, 2003)

3.4.2. Aspek Kelembagaan


Penanganan drainase dengan sasaran individu/kelompok/institusi dari
berbagai stakeholder yang terlibat langsung maupun tak langsung
dalam penyelenggaraan Drainase yaitu Insititusi pengelola sistim dan
jaringan drainase (Dinas PU Ciptakarya Kota Tangerang Selatan dan di
kawasan tertentu oleh swasta (developer).

3.4.3. Cakupan Layanan


Kota Tangerang Selatan memiliki beberapa lokasi yang rawan terkena
bencana banjir. Kondisi ini di akibatkan selain tingginya curah hujan di
Kota Tangerang Selatan, juga didukung oleh saluran drainase yang
buruk, sehingga beban air yang tertampung tidak langsung mengalir ke
badan air melainkan tertahan atau tergenang, belum lagi keberadaan
dan penanganan limbah tinja umumnya masih secara konvensional,
yakni ditampung dalam tangki septik sedangkan limbah cair lain (air
bekas cucian, mandi, dapur) langsung dibuang ke saluran drainase
atau sungai.

3.4.4. Aspek Teknis dan Operasional


Aktivitas sosial ekonomi dan kondisi topografi yang beragam, seperti
kegiatan

perdesaan,

perkotaan,

pertanian,

industri,

permukiman

membutuhkan sistem drainase yang beragam. Dalam pelaksanaan


pembangunan sistem drainase wilayah, pada prinsipnya harus dapat
efisiens sehingga sistem drainase yang dikembangkan adalah sistem
kombinasi antara jaringan drainase sistem tertutup serta jaringan
drainase sistem terbuka, yaitu:
a.

Sistem

Jaringan

direncanakan

Terbuka.

menggunakan

Sistem
saluran

saluran
dengan

drainase

terbuka

bentuk

saluran

trapesium dengan lining yang pengalirannya dilakukan secara

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 31


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

gravitasi. Keuntungan menggunakan sistem terbuka ini adalah


biaya pembangunan jaringan lebih murah, teknologi pembangunan
lebih sederhana, serta biaya pemeliharaan lebih sedikit. Sedangkan
kerugian sistem ini, yaitu limpasan air kembali lagi mengalir ke
jalan dan harus hati-hati terhadap kemungkinan terperosok ke
saluran ini karena sistemnya terbuka (terutama pada malam hari).
b.

Sistem Jaringan Tertutup. Sistem ini dibuat di bawah jalan dengan


membuat perkerasan pada saluran seperti saluran terbuka hanya
permukaannya ditutup. Sistem tertutup ini dibangun sebagai
terusan agar sistem terbuka tidak terpotong apabila sistem terbuka
memotong jaringan jalan.

Dengan

demikian

pengelolaan

drainase

wilayah

kota

Tangerang

Selatan dilakukan dengan cara sebagai berikut:


1.

Sistem jaringan induk drainase di Wilayah Kota Tangerang


Selatan secara umum akan tetap mengikuti pola atau kerangka
sistem alamiah yang ada, dimana pengaliran dilakukan secara
gravitasi mengikuti kondisi topografi yang memiliki kecenderungan
kemiringan ke arah timur.

2.

Jaringan drainase sistem tertutup sebagian besar dikembangkan


di pusat pemerintahan dan perkantoran, pusat kegiatan komersial,
industri serta jalan-jalan utama tertentu, atau daerah yang
mempunyai lebar jalan yang kecil.

3.

Jaringan drainase sistem terbuka sebagian besar dikembangkan


di lingkungan permukiman dan di sepanjang jaringan jalan.

4.

Prioritaskan
kawasan

pelayanan

rawan

drainase

genangan,

dan

pada

kawasan

memerlukan

terbangun,

penataan

atau

perbaikan agar dapat berfungsi secara maksimal.


5.

Disamping

itu

juga

diperlukan

peningkatan

peranserta

masyarakat dalam memelihara prasarana drainase, rehabilitasi,


peningkatan dan pembangunan saluran.

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 32


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

6.

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

Sistem drainase tertutup dan terbuka dibangun pada sebelah kiri


dan atau kanan jalan, dengan arah pengaliran disesuaikan dengan
kondisi topografi setempat.

3.4.5. Peran serta Masyarakat dan Jender dalam Pengelolaan Drainase


Lingkungan
Peran serta masyarakat dan gender dalam pengelolaan drainase
lingkungan di Kota Tangerang Selatan secara keseluruhan belum
maksimal,

hal

pemeliharaan

ini
sarana

terlihat

dari

drainase

prilaku

masyarakat

terhadap

Sehingga

perangkat

lingkungan.

Kelurahan/Desa/lingkungan diharapkan secara aktif dapat menggiatkan


masyarakat dalam melakukan gotong-royong di wilayah masing-masing
termasuk membersihkan drainase dari sampah-sampah dan sedimen
penyebab penyumbatan saluran.
Beberapa hal masih terlihat perilaku masyarakat terhadap sarana
drainase adalah sebagai berikut :
1. Masih ada masyarakat yang membuat sampah di saluran drainase.
2. Masyarakat masih terbiasa membuang limbah rumah tangga/home
industri tanpa melalui proses pengolahan limbah terlebih dahulu.

3. Masih ada masyarakat yang mendirikan bangunan diatas drainase


dan di kawasan Pasar Kota Tangerang Selatan.

4. Masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap manfaat dan


fungsi drainase yang sesungguhnya.

3.4.6. Permasalahan
Permasalahan dalam penanganan drainase Kota Tangerang Selatan,
antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.

Kecenderungan perubahan iklim.


Perubahan fungsi lahan.
Belum adanya ketegasan fungsi sistem drainase.
Kelengkapan perangkat peraturan.
Penanganan drainase belum terpadu.

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 33


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

3.5. Penyediaan Air Bersih


3.5.1. Landasan Hukum
Undang-Undang Republik Indonesia
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang
Sumber Daya Air
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982
Tentang Pengaturan Air.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999
Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005
Tentang Sistim Pengelolaan Air Minum
Keputusan Presiden Republik Indonesia
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang
Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air.
Keputusan Menteri Republik Indonesia
Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

1205/Menkes/Per/X/2004 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan


Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA).
Petunjuk Teknis
1. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis
Penerapan Pompa Hidran Dalam Penyediaan Air Bersih.
2. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Pedoman Teknis
Tata

Cara

Sistem

Penyediaan

Air

Bersih

Komersil

Untuk

Permukiman.

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 34


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

3.5.2. Aspek Kelembagaan


1. Upaya memperkuat tugas dan fungsi regulator dan operator
penyelenggaraan SPAM (PDAM, Dinas PU Kab/Kota, UPT, Kelompok
masyarakat ) di Kota Tangerang Selatan dilakukan dengan cara
Meningkatkan sumber daya manusia yang ada melalui pelatihan;
Peningkatan kualitas air minum; Memperkuat fungsi dinas-dinas
terkait;

Memperkuat

PDAM;

dan

Memberdayakan

prinsip

kepengusahaan

kelompok

masyarakat.

2. Upaya

memperkuat

pada

lembaga

penyelenggaraan (PDAM) di Kota Tangerang Selatan dilakukan


melalui penyehatan PDAM, regionalisasi PDAM, penyesuaian tarif,
peningkatan SDM, dsb.
3. Upaya penyusunan peraturan perundang-undangan (Perda, dll)
yang berkaitan dengan penyelenggaraan SPAM di Kota Tangerang
Selatan

dilakukan

dengan

cara

penyusunan

PERDA/mengimplementasikan permen yang ada menjadi PERDA


dan mengimplementasikan NSPM,dsb

3.5.3. Cakupan Layanan


Saat ini sistim penyediaan air minum untuk pelayanan Kota Tangerang
selatan dilayani oleh INstalasi pengolahan Air Minum (IPA) sebanyak 5
unit, sistim persebut berlokasi, di Serpong 3 unit, Serpong Utara 1 unit
dan Pondok Aren 1 unit, untuk kecamatan yang laiinya saat ini belum
dapat terlayani oleh sistim penyediaan air minum yang ada, sehingga
masyarakat

yang

beradea

diwilayah

tersebut

untuk

memenuhi

kebutuhan air minumnya masih mengandalkan dari air tanah dalam


dan saluran/sungai terdekat. Selengkapnya data mengenai Instalasi
pengolahan Air Minum yang ada di wilayan Kota tangerang Selatan
dapat dilihat pada tabel

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 35


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

Tabel 3.12
Sebaran Water Treatment Plant (WTP)

No

Kecamatan

Sebaran WTP

Serpong

Serpong Utara

Ciputat

Ciputat Timur

Pamulang

Pondok Aren

Setu

0
Kota Tangerang Selatan

Sumber: Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan,


Tahun 2008

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 36


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Tabel
3..13.
CAKUP
AN KK
DENGA
N
SARAN
A
SANIT
ASI
DASAR
AIR
BERSI
H
MENU
RUT
KECA
MATAN
DINAS
KESEH
ATAN
KOTA
TANGE
RANG
SELAT
AN
TAHUN
2011

Profil Sanitasi Kota

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 37


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

3.5.4. Aspek Teknis dan Operasional


Pengelolaan Sistim Penyediaan Air Minum Kota tangerang Selatan saat
ini masih dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum Kota tangerang.
Kedepan

dengan

dimekarkannya

Kota

tangerang

selatan,

sistim

penyediaan air minum secara perlahan-lahan harus terpisah. di Kota


tangerang Selatan saat ini terdapat 5 unit Instalasi Pengolahan Air
Minum.
Sistem Non Perpipaan
Sistem non perpipaan di Kota tangerang Selatan terkonsentrasi pada
wilayah-wilayah

yang

selama

ini

belum

terjangkau

oleh

sistim

penyediaan air minum yantg dilayani oleh PDAM.


Untuk mendukung kebutuhan air minum dalam lingkungan perumahan
tersebut, selain menggunakan air minum PDAM khususnya di daerah
perkotaan, juga banyak menggunakan sumber-sumber

air lainnya

seperti sumur pompa, sumur, mata air dan lain sebagainya.


Sumber pendanaan dalam upaya peningkatan pelayanan air minum
Kota selama ini sebagian besar berasal dari DAU/APBD dan APBN , ke
depan akan ditekankan dari dana Pemerintah Pusat disamping danadana (APBN/APBD/PDAM/swasta/pinjaman luar negeri/DAK).

3.5.5. Permasalahan
Permasalahan mengenai air minum di Kota Tangerang Selatan adalah:
1. Masih banyaknya masyarakat perkotaan dan perdesaan yang belum
terlayani jaringan air minum
2. Masih tingginya tingkat kebocoran yang terjadi di jaringan air minum
PDAM Kota Tangerang Selatan.

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 38


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

3. Kesaradan masyarakat dalam menggunakan air yang masih belum


efisien.

4. Belum semua wilayah perkotaan terlayani oleh jaringan perpipaan.


3.6. Komponen Sanitasi Lainnya
3.6.1. Penanganan Limbah Industri
Industri

bukan

merupakan

sektor

utama

yang

menggerakkan

perekonomian Kota Tangerang Selatan. Namun demikian, perannya


masih lebih besar dibandingkan dengan sektor primer seperti sektor
pertanian. Ada lima jenis industri kerajinan yang terdapat di Kota
Tangerang Selatan, yaitu kerajinan kayu berjumlah 165 unit, anyaman
28 unit, gerabah 1 unit, kain 293 unit dan makanan 164 unit. Selain itu
industri kerajian tersebut, juga terdapat 7 unit pabrik yang di dalamnya
terdapat 1 kawasan industri
Gambar 3.2
Jenis Industri Kecil, Menengah/Besar Kota Tangerang Selatan

Berdasarkan tanda daftar perusahaan (TDP), terdapat perseroan


terbatas (PT), comanditer venotschaap / perseroan komanditer (CV),

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 39


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

perusahaan perorangan (PO), koperasi, firma, dan bentuk usaha lain


yang keseluruhannya berjumlah 5.146 unit. Yang paling banyak adalah
adalah PT yaitu berjumlah 2.467 unit sedangkan yang paling sedikit
adalah firma yang hanya berjumlah 2 unit.
Beberapa industri kecil dan menengah yang tersebar diseluruh
kecamatan di Kota Tangerang Selatan disajikan pada Tabel dibawah ini.

Tabel 3.14
Sebaran Industri Kota Tangerang Selatan
Kecamata
n
Serpong

Serpong
utrara

Perusahaan

Jenis produksi

Lokasi/kelur
ahan

Komwell lestari abadi

Kasur bayi

Rawa buntu

PT. Intan
knitting

Knitting

Rawa buntu

Piki Asli

Roti

Rawa buntu

Indo makmur food

Minuman jelly

Rawa buntu

Kerajinan kayu

Furniture

Lengkong
wetan

PT. Mega putra

Jasa percetakan

Pondok
Jagung

PD. Sri rahayu

Minuman ringan

Lengkong
wetan

UD. Sumber abadi

Sabun cair dan


pemadam api

PD. Maju bersama

Barang dari plastik

Pondok
jagung

PT. Mega Putra

Percetakan

Pondok
Jagung

raya

jaya

bahan

kp. Dongkal

PT. Facekran Sandang Jaya Pakaian jadi, Sepatu

Pakulonan

PT.
Dwita
Indotama

Jelupang

Furniture

CV. Alam Mandiri

Pondok Jagung

Cat

PT. Dinamika Unggul P.A

Pondok Jagung

Pagar Besi

Indah jaya

Jasa las

Pondok

Profil Sanitasi Kota

Indah

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 40


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

jagung
PT. Latexindo Internusa

Pondok Jagung

Perakitan
Kasur

PT.
Wira
sempurna

Furniture

Cempaka
putih

Halwa snack

Sale pisang

Ciputat

PT. Penta bintang fortuna

Kusen

Ciputat

PT. Sinar rejeki lasindo


unggul

Konstruksi

Sarua Indah

PT.
Lembanindo
anugerah

Barang tekstil jadi

Cempaka
Putih

Tunjung purbasari kue &


catering

Kue & catering

Ciputat

PT.
Mosuwika
perkasa

Furniture kayu

Sarua Indah

Industri penyamakan kulit

Jombang

Furniture kayu

Sarua Indah

CV. Leo jaya

Industri penyamakan kulit

Jombang

Ciputat
timur

CV. Famili bakeri

Roti

Rempoa

Karya agung

Meubel

Rempoa

Pamulang

PT. Fabiola inti utama

Pewangi
mobil

Pondok
aren

PT. Rizki anugrah putra

Perbengkelan, pengolahan
minyak

Jurang
mangu barat

Toko roti "lauw"

Roti

Pondok. Jaya

Sbj block

Batako press

Pdk. Kacang
barat

PT. Abadi indorona

Furniture kayu

Pdk.
barat

PT. Aneka rasa cipta food

Roti

Pdk. Betung

Gaya collection

Jasa penjahit

Pdk. Aren

Bahan konstruksi

Pdk. Kacang
barat

PT. Yokari

Minuman serbuk kopi jahe


'41'

Parigi

PT. Lugina tunggal

Batako

Jurang
mangu timur

PT. Dapur coklat

Coklat dan kembang gula

Setu

PT. Bunga mas

Lakban

Setu

PT. Idea meubelen

Furniture

Setu

PT.
Adika
kencana

Jasa percetakan

Setu

Ciputat

jatitama

tirta

catur

CV. Leo jaya


PT.
Tri
mitra
dekotama

PT. Langgeng
sejati

Setu

Profil Sanitasi Kota

cipta

gumelar

karindo

dan

pembersih

Pamulang

Kcang

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 41


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tangerang Selatan, Tahun 2010

Dampak yang ditimbulkan dari aktivitas industri adalah timbulnya


limbah

padat,

cair

dan

gas.

Limbah

yang

dihasilkan

dapat

dikategorikan sebagai limbah non B3 dan limbah B3. Limbah Non B3


dapat berupa limbah domestik dari karyawan, sedangkan limbah B3
dapat berasal dari proses produksi atau akibat penggunaan bahan
penunjang. Limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan industri baik
limbah proses produksi maupun limbah domestik karyawan jika tidak
dikelola dengan baik, akan meningkatkan pencemaran terhadap
kualitas badan air penerima, kualitas air tanah dan tanah.
Untuk itu penanganan limbah industri

untuk setiap kegiatan atau

usaha yang ada di Kota Tangerang Selatan antara lain :


Pelaksanaan pembuatan dokumen lingkungan
Setiap kegiatan atau usaha yang ada di Kota Tangerang Selatan yang
diperkirakan

menimbulkan

dampak

diwajibkan

untuk

membuat

dokumen Amdal atau UKL-UPL sesuai kriteria kegiatan. Pada tahun


2010 telah disahkan 37 dokumen UKL-UPL dari berbagai kegiatan
usaha.
Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan
Pada tahun 2010 telah dilakukan pemantauan/monitoring pelaksanaan
pengelolaan

lingkungan

pada

beberapa

kegiatan/usaha.

Daftar

kegiatan/usaha yang dipantau disajikan pada berikut.


Tabel 3.15
Daftar Kegiatan/usaha yang dipantau oleh Badan Lingkungan
Hidup

No.

Nama Perusahaan

Telah
Selesai

Belum
Selesai

Keterangan

Pengembangan Pool Taksi Blue bird

UKL - UPL

Pembangunan gedung supermarket


giant Bintaro

DPL

Pasar Swalayan TIP - TOP

UKL - UPL

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 42


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

PT. Paperplus Indotama (Percetakan)

DPL

Perumahan D' Diamond Residence

UKL - UPL

Perumahan Pamulang Green

UKL - UPL

11

Perumahan Pamulang Timur ( PT.Sabar


Ganda)

UKL - UPL

12

SPBE (Radekatama Pirantinusa)

13

Perumahan Residence one

UKL - UPL

14

Pergudangan (PT. Behn Meyer)

DPL

15

Perumahan Pamulang Asri (PT.Siliko


Bangun Sejahtera

UKL - UPL

16

Hotel Sion Holiday

DPL

17

Peralatan Rumah tangga ( PT.


Casadron)

18

Industri Pakaian Jadi ( PT. Lestari


Busana)

UKL - UPL

19

Pengelolaan Industri es batu (PT.


ESHUPINDO)

UKL - UPL

20

Perumahan Merpati Raya (PT. Optima


Perdana Synthesis)

UKL - UPL

21

Perumahan Green Grass (PT. Prakarsa


adi sarana)

UKL - UPL

22

Perumahan Palem Serpong Indah(PT.


Radja pro sejahtera)

UKL - UPL

23

Obat Hewan (PT. Multi Sarana Farma)

UKL - UPL

24

SPBE (PT. Usaha Gas Mandiri)

UKL - UPL

25

Ruko Pamulang Terrace

UKL - UPL

26

Perdagangan Barang (PT. Pameterindo)

UKL - UPL

27

Perumahan Cluster Pamulang Asri 2


(PT. Bangun Cipta Persada)

UKL - UPL

28

Industri Peralatan rumah


tangga,elektronik,mebeul (PT. Catur)

29

Ruko Pamulang Permai Blok SH 15

UKL - UPL

30

Industri Air Minum ( PT. Hexado kreasi)

DPL

31

Industri Berbagai macam abon (PT.


Enhance Famous)

UKL - UPL

32

Rumah Sakit Ibu dan anak RAIFA

DPL

33

SPBU ( PT. Humpuss Trading)

DPL

34

Perumahan Bumi Anugerah Sejahtera


(PT. Anugerah Hidayat Putra)

UKL - UPL

35

Perumahan Town House sektor 9 ( PT.


Imperial Media Panenmas)

UKL - UPL

36

Perumahan Paradiso (PT. Wira Makmur


Sejati)

Profil Sanitasi Kota

DPL

UKL - UPL

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 43


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

37

Perumahan Serpong City Paradise /PT.


Subur Progress

38

Rumah Sakit Indonesia sehat

39

Perumahan Taman Rusa Residence

40

Perumahan paradise park residence

41

Pasar swalayan (PT. Lion Super Indo)

UKL - UPL

42

Rumah Sakit Hermina

UKL - UPL

43

Showroom Toyota (PT.Akita


Saranatama)

UKL - UPL

44

Workshop maintenance peralatan


pengeboran laut ( PT.Sarku enjenering
utama

45

Restoran Lembur Kuring

46

PT.Karya Griya Bersama (Perumahan


Serpong Estate)

UKL - UPL

47

Pembangunan Gubug Makan Mang


Engking

UKL - UPL

48

Kavling Rumah Tinggal Green Bintaro


Terrace

49

Pasar modern Bintaro Jaya (PT. Jaya Real


Property)

50

SPBU ( PT . Pertamina Retail )

DPL

51

SPBU PT. Total Oil Indonesia

UKL - UPL

52

Perumahan serpong City Paradise Blok


F

UKL - UPL

53

Sekolah Insan Cendikia

UKL - UPL

54

Rumah Sakit Buaran Sejahtera

UKL - UPL

55

SPPBE Gas Elpiji ( PT. Indah Sri Rejeki)

DPLH

56

PT. Indorail (Perdagangan Besar Mesin mesin, Suku Cadang )

SPPL

57

Pembangunan gedung Puspem Kantor


Walikota

AMDAL

58

Pembangunan gedung supermarket


giant BSD

AMDAL

59

Pembangunan gedung supermarket


lottemart

AMDAL

60

Perumahan Regensi Melati Mas 3 (PT.


Nur Akbar)

AMDAL

61

Binus International School

UKL - UPL
UKL - UPL
v

UKL - UPL
UKL - UPL

DPL
UKL - UPL

UKL - UPL

AMDAL

Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kota Tangerang Selatan, Tahun 2010

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 44


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

3.6.2. Penanganan Limbah Medis


Sumber limbah berasal dari kegiatan pelayanan di fasilitas kesehatan.
Jenis limbah B3 (medis) yang dihasilkan dapat dikategorikan sebagai
berikut ;
Limbah infeksius ;adalah limbah yang diduga mengandung patogen
(bakteri, virus, parasit atau jamur) dalam konsentrasi dan jumlah
yang cukup untuk menyebabkan penyakit. Jenis ini meliputi ; kultur
dan stok agen infeksi dari aktivitas laboratorium, limbah buangan
hasil operasi, otopsi yang menderita penyakit menular, limbah
pasien penderita penyakit menular dari bangsal isolasi (ekskreta,
pembalut luka, cairan tubuh)
Limbah patologis; terdiri dari jaringan, organ, bagian tubuh, janin
manusia, darah dan cairan tubuh
Limbah benda tajam; antara lain jarum, peralatan infus, skalpel,
pisau, belati, potongan kaca
Limbah farmasi; adalah limbah yang mengandung bahan farmasi
(obat yang sudah kadaluarsa atau tidak diperlukan lagi, obat
terkontaminasi, sarung tangan, masker slang penghubung dan
ampul obat.
Limbah

genotoksik;

adalah

limbah

yang

mengandung

bahan

genotoksik (mutagen, teratogenik, karsinogenik)


Limbah kimia; adalah limbah yang mengandung zat kimia seperti ;
reagent di laboratorium, film untuk rontgen, disinfektan kadaluarsa,
solven (zat pelarut)
Limbah yang mengandung logam berat tinggi; seperti baterai,
termometer, alat pengukur tekanan darah, oli bekas
Limbah radioaktif; adalah limbah yang mengandung radioaktif,
contoh ; cairan yang tidak terpakai dari terapi radioaktif atau riset di
laboratorium, peralatan kaca, kemasan, kertas absorben yang
terkontaminasi, urine/ekskreta pasien yang diobati atau diuji dengan
radionuklida terbuka.

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 45


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

sampai dengan sekarang, penanganan Limbah Medis Puskesmas


saat ini sebagian besar dilakukan dengan cara pembakaran
dilingkukangan Puskesmas tersebut dan ada juga yang di titipkan
pada Dinas Kebersihan Kota Tangerang Selatan untuk selanjutnya di
musnahkan pada pembuangan akhir (TPA).

Sampai dengan sekarang, penanganan Limbah Medis khususnya


Puskesmas saat ini sebagian besar dilakukan dengan cara pembakaran
dilingkukangan Puskesmas tersebut dan ada juga yang di titipkan pada
Dinas Kebersihan untuk selanjutnya di musnahkan pada pembuangan
akhir (TPA).

3.6.3. Kondisi Sarana Sanitasi Sekolah


Pendidikan merupakan salah satu sektor yang penting dalam hal
peningkatan kualitas manusia. Indikator pendidikan yaitu Angka Melek
Huruf (AMH) dan Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) digunakan sebagai
variabel dalam menghitung Indeks Pembangunan Manusia (IPM) selain
indikator kesehatan dan indikator ekonomi. AMH Kota Tangerang
Selatan sebesar 98,9% sedangkan RLS sebesar 10 tahun (BPS
Kabupaten Tangerang 2009).
Tabel 3.16
Jumlah dan Kondisi Fasilitas Pendidikan Kota Tangerang
Selatan

Kecam
atan

Serpon

Serpong

Pamul

Ciputa

Ciputat

Pondok

utara

ang

Timur

Aren

Ne

Sw

Ne

Sw

Ne

Sw

eg

27

18

a
SD

Setu

17

17

12

26

47

28

MI

15

16

21

SMP

18

24

15

26

MTs

11

SMA

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 46


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

MA

SMK

11

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan, Tahun 2009

Ga
mb
ar
3.3
.
Pet
a
Inf
ras
tru
ktu
r
Ko
ta
Ta
ng
era
ng
Sel
ata
n
Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 47


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

Jumlah total unit sekolah di Kota Tangerang Selatan sebesar 667 unit
dengan rincian 236 sekolah negeri, 5 madrasah negeri, 292 sekolah
swasta dan 134 madrasah swasta. Pada tahun 2009 dilakukan
rehabilitasi terhadap 9 unit SD dan 9 unit SMP yang rusak dengan
rincian ruang kelas SD sebanyak 48 lokal sedangkan ruang kelas SMP
sebanyak 29 lokal.
Kualitas pelayanan pendidikan juga masih harus ditingkatkan. Dari sisi
kompetensi pendidik, masih banyak guru yang belum tersertifikasi
sedangkan dari sisi sarana belajar, masih banyak sekolah yang belum
memiliki perpustakaan dan laboratorium. Karena itu peningkatan
kompetensi guru baik tingkat dasar maupun tingkat menengah serta
penyediaan sarana belajar masih harus diprioritaskan.
Dalam hal penanganan sanitasi disekolah Pemerintah Kota Tangerang
Selatan melakukan salahsatu kegiatannya adalah melakukan sosialisasi
sekolah berbudaya lingkungan. Dilaksanakan oleh Kantor Lingkungan
Hidup Kota Tangerang Selatan 2010. Kegiatan ini melibatkan guru dan
siswa (SD, SMP dan SMA) se Kota Tangerang Selatan.

3.6.4. Kampanye PHBS


Perilaku Hidup Bersih Sehat- kegiatan tersebut dilaksanakan oleh Dinas
Kesehatan Kota Tangerang Selatan, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pelaksanaan kampanye PHBS dilaksanakan secara integral

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 48


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

dengan program-program terkait lainnya. Kegiatan yang dilaksanakan


berkaitan dengan kampanye PHBS adalah sebagai berikut :
1. Sosialisasi PHBS Rumah Tangga;
2. Sosialisasi PHBS Sekolah;
3. Pembuatan dan Pemasangan Sepanduk;
4. Pelatihan Kader PHBS;
5. Pemasangan Baliho.

3.7. Pembiayaan Sanitasi Kota


Pembiayaan bidang sanitasi di Kota Tangerang Selatan dilakukan oleh
BAPPEDA, Dinas Kesehatan, Badan Lingkungan Hidup dan Dinas
Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman dan Pekerjaan Umum.
Sementara aspek-aspek yang

dibahas dalam

studi APBD Kota

Tangerang Selatan adalah : Aspek kelembagaan, Aspek perkembangan


pendapatan dan belanja daerah berikut permasalahannya.
1. Aspek Kelembagaan
BAPPEDA
Dalam pelaksanaannya mengagendakan untuk melakukan Survei
keuangan dalam pembuatan buku putih dan teknis pelaksanaannya.
Pembahasan survei juga membicarakan tujuan survei serta manfaat
survei dan aplikasinya bagi penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota
Tangerang Selatan
DINAS KESEHATAN
Penyelenggaraan

Urusan

Kesehatan

diarahkan

kepada

terjangkaunya pelayanan kesehatan dalam rangka meningkatkan


derajat kesehatan masyarakat secara merata. Adapun yang menjadi
sasarannya yaitu meningkatnya kualitas dan jangkauan pelayanan

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 49


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

kesehatan dasar. Masalah penyehatan lingkungan permukiman


mencakup masalah bagaimana masyarakat kota Tangerang Selatan
dalam menerapkan Pola hidup Bersih dan Sehat dalam perilaku
hidup sehari-hari bagi warganya, yaitu sebagai berikut:
1) Program

Upaya

Kesehatan

Masyarakat;

Program

tersebut

diarahkan pada kegiatan peningkatan manajemen pelayanan


kesehatan, pemeriksaan kesehatan remaja, pengadaan sarana
dan prasarana, peningkatan pelayanan kesehatan indra, Gigi,
Jiwa , Kerja dan BATRA serta pembentukan tim kesehatan harihari besar dan penanggulangan bencana.
2) Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat;
Program ini diarahkan pada kegiatan pengembangan media
promosi

dan

informasi

sadar

hidup

sehat,

penyuluhan

masyarakat pola hidup sehat, peningkatan pendidikan tenaga


penyuluh kesehatan, lomba Desa/Kelurahan sehat, sosialisasi
peningkatan strata posyandu, pembuatan software informasi
kesehatan, serta pembentukan Saka Bhakti Husada (SBH) Kota
Tangerang Selatan
BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAN DINAS KEBERSIHAN, PERTAMANAN
DAN PEMAKAMAN
Urusan Lingkungan Hidup oleh) Badan Lingkungan Hidup, Dinas
Kebersihan,

Pertamanan

Selatan.Tujuan

dan

Pemakaman

penyelenggaraan

Urusan

Kota

Tangerang

Lingkungan

Hidup

diarahkan untuk melestarikan fungsi dan kualitas sumber daya alam


guna menjaga kelangsungan kualitas lingkungan hidup. Program
pada Urusan Lingkungan Hidup yang dilaksanakan oleh SKPD Badan
Lingkungan

Hidup

dan

Dinas

Kebersihan,

Pertamanan

dan

Pemakaman Kota Tangerang Selatan, dijelaskan sebagai berikut :


1) Program

Pengembangan

Kinerja

Pengelolaan

Persampahan.

Program tersebut diarahkan pada kegiatan sosialisasi pengelolaan


persampahan dan bantuan sarana prasarana persampahan

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 50


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

2) Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan


Hidup. Program tersebut diarahkan pada kegiatan persiapan
pemilihan Kota Adipura Kota Tangerang Selatan, penyusunan
Naskah Akademik, pembuatan dokumen AMDAL serta pengujian
kendaraan bermotor.
3) Program

Perlindungan

dan

Konservasi

Sumber

Daya

Alam.

Program ini diarahkan kepada kegiatan peningkatan konservasi


daerah tangkapan air dan sumber-sumber air, pengendalian dan
pengawasan pemanfaatan sumber daya alam, penanaman pohon,
Inventarisasi pemanfaatan sumber daya air tanah, koordinasi
pengelolaan konservasi sumber daya alam, dan peningkatan
peran serta masyarakat dalam perlindungan dan konservasi
sumber daya alam
4) Program

Pengembangan

Kinerja

Pengelolaan

Persampahan.

Program tersebut diarahkan pada kegiatan sarana dan prasarana


dengan

penyediaan

alat-alat

pertamanan

dan

pengadaan

kendaraan operasional.
5) Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan
Hidup. Program tersebut diarahkan pada kegiatan pengadaan alat
kebersihan untuk penghargaan sertifikat program Adipura 2010.

PEKERJAAN UMUM
Urusan Pekerjaan Umum dilaksanakan oleh Dinas Bina Marga dan
Pengairan

dan

Permasalahan
perhatiaan

Sekretariat

urusan

adalah

Daerah

Pekerjaan

belum

Kota

Umum

memadainya

Tangerang

yang

perlu

prasarana

Selatan.
mendapat

jalan

dan

jembatan, dan belum optimalnya pengendalian banjir, pengelolaan


jaringan irigasi serta pengelolaan sumber daya air. Sedangkan tujuan
Urusan

Pekerjaan

Umum

pada

tahun

2010

diarahkan

untuk

meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana jalan


transportasi

dalam

Profil Sanitasi Kota

menunjang

pengembangan

wilayah

dan

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 51


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

mengoptimalkan pengendalian banjir, pengelolaan jaringan irigasi


serta pengelolaan sumber daya air.
Sasaran Urusan Pekerjaan Umum tahun 2010 adalah terpenuhinya
kebutuhan

prasarana

dan

sarana

dasar

wilayah,

fasilitas

sosial/fasilitas umum yang berkualitas dan tercapainya pengendalian


banjir, pemanfaatan jaringan irigasi serta pemanfaatan sumber daya
air dalam memenuhi kebutuhan.
Adapun

program

prioritas

Urusan

Pekerjaan

Umum

yang

dilaksanakan oleh SKPD Dinas Bina Marga dan Pengairan serta


Sekretariat Daerah Kota Tangerang Selatan
1) Program Pembangunan Jalan dan Jembatan. Program tersebut
diarahkan pada upaya meningkatkan kondisi dan kapasitas
jaringan jalan, jembatan dan drainase Kota Tangerang Selatan
2) Program Pengendalian Banjir. Program tersebut diarahkan pada
kegiatan prioritas pengadaan bahan banjiran dalam rangka
mengantisipasi bencana banjir melalui pengadaan peralatan
banjir perahu
2. Aspek Perkembangan Pendapatan dan Belanja Daerah
Dari hasil Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah
Kota Tangerang Selatan tahun anggaran 2010, arah kebijakan
Anggaran Pendapatan untuk Tahun Anggaran 2010, secara umum
diarahkan untuk mencapai target penerimaan pendapatan pada
seluruh

obyek

pendapatan,

sehingga

memenuhi

kapasitas/kemampuan anggaran daerah sesuai dengan estimasi


awal yang telah diajukan dalam rancangan APBD Kota Tangerang
Selatan untuk tahun anggaran 2010.
Arah kebijakan Anggaran Pendapatan untuk Tahun Anggaran 2010
antara lain:
1. Intensifikasi Pendapatan Daerah yang diupayakan melalui
peningkatan pemungutan pajak dan/atau retribusi daerah yang
sudah

tergali

Profil Sanitasi Kota

dan

sudah

terpungut

oleh

daerah

serta

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 52


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

optimalisasi pemungutan sesuai dengan data potensi riil


sebagaimana telah direncanakan;
2. Ekstensifikasi Pendapatan Daerah yang diupayakan dengan
menggali obyek pungutan baru sesuai dengan peraturan
perundang-undangan

yang

berlaku

disertai

dengan

pengawasan dan pengendalian yang ketat serta sistematis


untuk mengantisipasi atau menghindari penyimpangan yang
akan terjadi;
3. Penerapan pelayanan prima administrasi pajak daerah dan/atau
retribusi daerah, sehingga memudahkan bagi wajib pajak
ataupun pemungut pajak dan/atau retribusi daerah, seperti
pelayanan dengan sistem komputerisasi data dan dokumen,
akurasi atau ketepatan perhitungan dan penetapan nilai obyek
pajak dan/atau retribusi serta penerapan sistem maupun
prosedur administrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
4. Peningkatan

sosialisasi

kepada

subyek

dan

obyek

pajak

maupun retribusi serta melakukan pendekatan persuasif, agar


mereka

mampu

memenuhi

kewajibannya

sesuai

dengan

ketentuan yang berlaku;


5. Pembinaan yang intensif kepada petugas dan unit penghasil,
agar dalam pelayanannya dapat dilakukan dengan cepat,
mudah dan tidak berbelit-belit bagi seluruh subyek pajak
dan/atau retribusi daerah;
6. Kerjasama

dengan

lembaga/institusi

lainnya

yang

akan

membantu dan mendukung kelancaran pemungutan pajak


dan/atau retribusi daerah;
7. Mengintensifkan obyek pungutan yang telah ada tetapi tetap
sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
8. Peningkatan koordinasi ke Pemerintah Pusat dan Propinsi dalam
rangka meningkatkan alokasi atau bagian yang akan diterima
oleh Kota Tangerang Selatan untuk setiap obyek dari dana

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 53


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

perimbangan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

sebagaimana

peraturan

perundang-undangan

yang berlaku;
9. Mengadakan

komunikasi

yang

intensif

kepada

lembaga

ditingkat Pusat dan Propinsi khususnya pada lembaga yang


berwenang mengatur dan mengalokasikan dana perimbangan
bagi Kabupaten/Kota;
10. Merencanakan dan mendukung berbagai program yang telah
ditetapkan oleh Propinsi Banten demi mendapatkan alokasi
anggaran untuk kegiatan yang berlokasi di Kota Tangerang
Selatan sekaligus untuk mendukung pencapaian visi dan misi
dari Pemerintah Propinsi Banten.
Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah Kota Tangerang Selatan tahun anggaran 2010
hanya berasal dari Pendapatan Daerah, Dana Perimbangan dan lainlain Pendapatan Daerah Yang Sah. Sesuai dengan Undang-undang
Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan
di Provinsi Banten pasal 15 ayat (1), Pemerintah Kabupaten
Tangerang memberikan hibah sebesar Rp 15.000.000.000,00 selama
dua (2) tahun berturut-turut yaitu tahun 2009 dan 2010 serta untuk
pelaksanaan pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Tangerang
Selatan pertama kali (2010) sebesar Rp. 9.7333.035.000.00.

Pada

pasal 15 ayat (2) undang-undang yang sama, disebutkan bahwa


Pemerintah Provinsi Banten memberikan bantuan keuangan sebesar
Rp 5.000.000.000,00 selama dua (2) tahun berturut-turut untuk
pelaksanaan pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Tangerang
Selatan pertama kali sebesar Rp. 7.500.000.000,00. Berikut disajikan
realisasi pendapatan tahun anggaran 2010 dapat dirinci sebagai
berikut:
Tabel 3.17
Anggran dan Realisasi Pendapatan Kota Tangerang Selatan
URAIAN

Profil Sanitasi Kota

JUMLAH
ANGGARAN

REALISASI
S/D 2010

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 54


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

795.439.417.568.

918.193.486.176.

75

00

110.366.185.000,

131.500.021.623,

00

00

Pajak Daerah

75.200.000.000,00

89.983.231.492,00

119,66

Retribusi Daerah

32.166.185.000,00

35.854.671.280,00

111,47

3.000.000.000,00

5.662.118.851,00

188,40

458.282.516.311.

535.764.379.133.

75

00

217.483.434.111.7

294.965.296.933.0

228.858.482.200.0

228.858.482.200.0

11.940.600.000.00

11.940.600.000.00

226.790.716.257,

250,929,085,420.

00

00

27.233.035.000,00

26.899.965.000,00

152.891.371.163,0

177.755.235.326,0

34.166.310.094,00

33.773.885.094,00

98,85

12.500.000.000,00

12.500.000.000,00

100,00

795.439.417.568.

918.193.486.176.

PENDAPATAN
Pendapatan Asli
Daerah

Lain-Lain Pendapatan
Asli Daerah yang Sah
Dana Perimbangan
Bagi Hasil Pajak /
Bukan Pajak
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Lain-Lain
Pendapatan Daerah
Yang Sah
Pendapatan Hibah

115.43
119,14

116,91
135,63
100.00
100.00
110,64
98,78

Dana Bagi Hasil Pajak


dari Provinsi dan
Pemerintah Daerah

116,26

Lainnya
Dana Penyesuaian dan
Otonomi Khusus
Bantuan Keuangan
dari Provinsi atau
Pemerintah Daerah
Lainnya
JUMLAH

PENDAPATAN
75
Sumber data: Laporan Keuangan Kota Tangerang Selatan TA 2010

00

115.43

Belanja Daerah
Sebagian besar belanja daerah direncanakan dialokasikan untuk
penyediaan

prasarana

dan

sarana

aparatur

dan

penyediaan

pelayanan administrasi perkantoran, seperti penyediaan gedung


kantor, penyediaan perlengkapan dan peralatan gedung kantor,

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 55


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

penyediaan mebeleur, serta penyediaan peralatan dan perlengkapan


kantor. Hal tersebut disebabkan seluruh SKPD belum memiliki
prasarana dan sarana yang sangat mendasar yang dibutuhkan untuk
melaksanakan aktivitas kerja, sehingga penyediaannya menjadi
prioritas.
Belanja Daerah terdiri dari belanja tidak langsung dan belanja
langsung,

belanja

tidak

langsung

merupakan

belanja

yang

dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan


program dan kegiatan sedangkan belanja langsung merupakan
belanja

yang

dianggarkan

terkait

secara

langsung

dengan

pelaksanaan program dan kegiatan dan realisasi pendapatan Tahun


Anggaran 2010 djabarkan pada tabel berikut:

Tabel 3.18
Anggaran dan Realisasi Belanja Kota Tangerang Selatan
URAIAN

BELANJA DAERAH
Belanja Tidak Langsung
Belanja Pegawai
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial

ANGGARAN

REALISASI

830,239,232,36

727,053,375,47

87.5

1.85

7.00

419.775.348.88

352.654.528.94

84.0

4.85

1.00

331.653.400.290.

284,588,051,825.

85

00

70.736.948.594.0

54.410.037.309.0

4.785.000.000.00

4.782.245.000.00

99.94

8.874.194.807.00

76.50

1.000.000.000.00

0.00

0.00

410.463.883.47

374.398.846.53

91.2

7.00

6.00

85.81
76.92

Belanja Bantuan Keuangan


Kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota

11.600.000.000.0
0

dan Pemerintah Desa


Belanja Tidak Terduga
Belanja Langsung

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 56


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Belanja Pegawai
Belanja Barang & Jasa
Belanja Modal
JUMLAH BELANJA

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

72.022.136.200.0

65.877.099.240.0

156.107.932.537.

134.671.800.354.

00

00

182.333.814.740.

173.849.946.942.

00

00

830.239.232.36

727.053.375.47

87.5

1.85

7.00

(34.799.814.793

191.140.110.69

(549.

.10)

9.00

26)

DAERAH
Surplus/(Defisit)

91.48
86.27
95.35

Sumber data: Laporan Keuangan Kota Tangerang Selatan TA 2010

Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi dalam rangka pengelolaan pendapatan
daerah antara lain:
Kurang tersedianya aparat pemungut yang terlatih;
Belum optimalnya pemungutan yang sesuai dengan potensi
sebagaimana telah direncanakan;
Kurangnya sosialisasi peraruran daerah yang mengatur pajak
dan retribusi kepada wajib pajak/retribusi;
Koordinasi yang belum optimal di antara masing-masing SKPD
dan antara SKPD dengan pihak eksternal Pemerintah Kota
Tangerang Selatan.
Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan belanja daerah
Tahun Anggaran 2010 antara lain:

Kurangnya jumlah

sumber daya manusia yang mendukung

pelaksanaan tugas di lingkungan Pemerintah Kota Tangerang


Selatan;

Belum optimalnya pemahaman sumber daya manusia yang


menangani

keuangan

daerah

dari

beberapa

SKPD

di

lingkungan Pemerintah Kota Tangerang Selatan;

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 57


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan


Selatan

Tingkat

kedisiplinan

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang

yang

belum

optimal

dari

aparatur

Pemerintah Kota Tangerang Selatan sehingga mempengaruhi


kinerja.

Profil Sanitasi Kota

Bab 3

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 58


Permukiman

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan

Lampiran

Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang Selatan

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman 2011

Vous aimerez peut-être aussi