Vous êtes sur la page 1sur 3

Analisis dan Pembahasan

Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air secara fisik yang
meliputi warna, bau, kekeruhan serta pH. Sampel air yang digunakan berasal dari
air sungai dekat PT. Pakerin di prambon yang memproduksi kertas.
1. Pemeriksaan Warna
Mula-mula 20 mL sampel air dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian
dibandingkan warnanya dengan aquades sebagai standar. Warna sampel air
berbeda dengan standar. Sampel air berwarna abu-abu keruh sementara larutan
standar tidak berwarna. Warna abu-abu pada sampel air kemungkinan berasal
dari adanya lignin dan pewarna kertas yang berasal dari limbah pabrik kertas
yang berupa sludge yang berwarna abu-abu keruh atau kehitaman.
Beradasarkan PERMENKES 416/1990 bahwa syarat air minum adalah tidak
berwarna, sehingga dapat dikatakan bahwa sampel air tersebut tidak memenuhi
kriteria air bersih atau air yang layak untuk diminum.
2. Pemeriksaan kekeruhan
Mula-mula 10 mL sampel air dimasukkan ke dalam tabung turbidimeter dan
diperoleh nilai sebesar X FTU. Kemudian dibandingkan dengan aquades
sebagai standar, dimana nilai kekeruhan pada standar yakni sebesar 0,00 FTU.
Kekeruhan tersebut dapat disebabkan oleh adanya zat organik maupun
anorganik tersuspensi yang berasal dari limbah pabrik kertas dekat sungai.
Pada limbah cair pabrik kertas terdapat padatan tersuspensi yang mengandung
partikel kayu, serat dan pigmen serta bahan anorganik seperti NaOH, Na2SO4
dan klorin. Disamping itu juga terdapat mikroba seperti golongan bakteri
koliform. Bakteri dapat dikategorikan sebagai materi organik tersuspensi yang
menambah kekeruhan air. Selain itu juga terdapat limbah padat yang meliputi
sludge dari pengolahan limbah primer dan sekunder serta limbah dari potongan
kayu. Semakin tinggi nilai padatan tersuspensi maka semakin tinggi nilai
kekeruhan. Berdasarkan PERMENKES 416/1990 bahwa air yang layak untuk
minum memiliki kekeruhan maksimal 5 NTU atau 5 FTU, sehingga dapat
dikatakan bahwa sampel air tersebut tidak memenuhi kriteria air bersih atau air
yang layak untuk diminum.
3. Pemeriksaan Bau

Mula-mula sampel air dimasukkan ke dalam botol bermulut sempit lalu ditutup
dengan gabus kemudian dipanaskan hingga 40C. Setelah itu, tutup dibuka dan
dicium bau gas yang keluar. Gas tersebut memiliki bau yang menyengat seperti
telur busuk. Bau busuk yang dihasilkan kemungkinan adalah merkaptan dan
gas H2S yang berasal dari limbah pabrik kertas dekat sungai. Pada limbah
pabrik kertas terdapat gas sulfur yang berbau busuk dan H2S yang dilepaskan
dari berbagai tahap dalam proses kraft pulping dan proses pemulihan bahan
kimia. Selain itu, gas H2S dapat pula terbentuk dari kegiatan bakteri anaerobik
yang dipengaruhi oleh peningkatan kekeruhan. Peningkatan kekeruhan akan
mempengaruhi biota yang ada di perairan air limbah, yaitu dengan
menghalangi jalannya cahaya yang masuk ke dalam air. Sehingga proses
fotosintesis menjadi terhambat, dimana fotosintesis oleh tanaman akan
menghasilkan oksigen yang banyak dibutuhkan oleh organisme di lingkungan
perairan. Jika oksigen hanya sedikit maka bakteri aerobik akan cepat mati dan
bakteri anaerobik mulai tumbuh. Hasil dari kegiatan bakteri anaerobik dapat
membentuk hidrogen sulfida (H2S). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 bahwa syarat air minum yang dapat
dikonsumsi manusia adalah tidak berbau, sehingga dapat dikatakan bahwa
sampel air tersebut tidak memenuhi kriteria air bersih atau air yang layak untuk
diminum.
4. Pemeriksaan pH
Nilai derajat keasaman (pH) suatu perairan mencirikan keseimbangan antara
asam dan basa dalam air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen
dalam larutan. pH sangat penting sebagai parameter kualitas air karena ia
mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan dalam air. Mulamula kertas pH universal dicelupkan ke dalam sampel air kemudian
dicocokkan warnanya dengan pH standar dan diperoleh pH sampel sebesar 8.
Berdasarkan baku mutu Air yang diperbolehkan menurut Peraturan Menteri
Kesehatan No 492/Menkes/Per/VI/2010, pH berkisar antara 6,5 8,5.
Berdasarkan nilai pH sampel, dapat dikatakan bahwa sampel air tersebut masih
memenuhi kriteria sebagai air bersih atau air yang layak untuk diminum
Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:


1. Sampel air berwarna abu-abu keruh sehingga air tidak layak untuk diminum
karena beradasarkan PERMENKES 416/1990 bahwa syarat air minum adalah
tidak berwarna.
2. Sampel air memiliki nilai kekeruhan sebesar FTU sehingga tidak layak untuk
diminum karena berdasarkan PERMENKES 416/1990 bahwa syarat air minum
adalah memiliki kekeruhan maksimal 5 NTU atau 5 FTU.
3. Sampel air memiliki bau menyengat seperti telur busuk sehingga tidak layak
untuk diminum karena berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
907/MENKES/SK/VII/2002 bahwa syarat air minum adalah tidak berbau.
4. Sampel air memiliki nilai pH sebesar 8 sehingga masih memenuhi kriteria
sebagai air bersih atau air yang layak untuk diminum karena berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan No 492/Menkes/Per/VI/2010, pH air minum
berkisar antara 6,5 8,5.

Vous aimerez peut-être aussi