Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Kesembuhan Mulia
Mufida Afreni
Titan Amaliani
Rizaldi
Sugeng Rahanto
ISBN 978-602-1099-02-5
Hak cipta dilindungi undang-undang.
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan
dengan cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis
dari penerbit.
ii
Buku seri ini merupakan satu dari dua puluh buku hasil
kegiatan Riset Etnografi Kesehatan Tahun 2014 di 20 etnik.
Pelaksanaan riset dilakukan oleh tim sesuai Surat Keputusan
Kepala Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat Nomor HK.02.04/1/45/2014, tanggal 3 Januari 2014,
dengan susunan tim sebagai berikut:
Pembina
Penanggung Jawab
iii
Koordinator wilayah
iv
KATA PENGANTAR
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
v
vii
x
xi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
1.2.
1.3.
1
4
5
13
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
2.5.1.
2.5.2.
2.5.3.
2.6.
2.7.
2.8.
2.9.
2.10.
2.11.
2.12.
2.13.
2.14.
13
18
26
30
33
34
35
36
37
41
43
44
46
48
49
50
51
Sejarah Gampong
Kondisi Alam Geografis Gampong
Kependudukan
Pola Perkampungan dan Bentuk Rumah
Religi
Memberikan Pendidikan Islami
Dalael Khairah dalam Budaya
Wirid Yasin dan Tahlilan
Nazar dan Rajah
Masjid Baitul Muqarammah
Kepercayaan Lokal
Pengetahuan terhadap Penyembuhan Penyakit
Tokoh Penyembuh
Organisasi Sosial dan Kemasyarakatan
Peran Tuha Peut
Bagan Organsasi Pemerintahan Gampong Baro Paya
Kegiatan Kepemudaan
vii
2.15.
2.16.
2.17.
2.18.
2.19.
2.20.
2.21.
2.22.
2.23.
2.24.
53
55
58
59
64
64
65
68
71
73
77
79
80
82
83
84
86
86
88
89
89
93
94
95
95
96
97
99
viii
99
102
109
111
120
136
140
148
155
155
165
167
175
175
178
180
181
BAB 7 KESIMPULAN
185
INDEKS
DAFTAR PUSTAKA
189
192
ix
DAFTAR TABEL
25
27
28
DAFTAR GAMBAR
19
21
22
24
24
32
33
39
39
42
49
51
54
57
57
58
59
61
62
63
Baro Paya
Gambar 2.21. Interaksi Sosial Masyarakat
Gambar 2.22. Interaksi Sosial Anak-Anak Gampong
(Bermain Bersama)
Gambar 2.23. Latihan Tari Anak (kiri), pertunjukkan pentas
tari (kanan)
Gambar 2.24. Seni Merangkai Ranub Meuh (Mas)
Gambar 2.25. Aktifitas membelah pinang
Gambar 2.26. Alat kukur kelapa yang ada di setiap rumah.
Gambar 3.1. MaBlin dan Ranub
Gambar 3.2. Ramuan 44 Hari
Gambar 3.3. Kegiatan Posyandu Gampong
Gambar 3.4. Kegiatan Posyandu Gampong
Gambar 3.5. Kader Melakukan Penimbangan
Gambar 3.6. Wadah Penyimpanan Air
Gambar 3.7. Ibu yang Mencuci di Sungai (Alue)
Gambar 3.8. Anak- Anak Mandi si Sungai (Alue)
Gambar 3.9. Wadah untuk Mencuci
Gambar 3.40. Tempat Mandi di Pinggir Alue
Gambar 3.41. Ranub Masak (kiri) dan Ranub Untuk Bayi
(kanan)
Gambar 4.1. Ranub Meuh (Untuk Meminang)
Gambar 4.2. Ranub untuk mengundang
Gambar 4.3. Ranub Lampuan (kiri), Menyambut Lintobaro
(kanan)
Gambar 4.4. Urut Naikkan Perut
Gambar 4.5. Kulit Kerbau yang telah di bakar
Gambar 4.6. Batee yang digunakan untuk mengompress ibu
Madeung
Gambar 4.7. Daun Daunan untuk Lampok
Gambar 4.8. Kapur yang disiapkan oleh Mak Blien
Gambar 4.9. Proses Urot Pasca Persalinan
xii
66
67
70
71
72
74
79
80
85
85
86
87
91
91
92
92
94
106
106
108
118
123
131
133
133
135
xiii
137
143
144
146
147
151
152
153
156
158
158
162
163
164
164
169
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Metode
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Panton Reu,
Kabupaten Aceh Barat. Pemilihan kecamatan dilakukan
berdasarkan data profil kesehatan kabupaten terkait data
persalinan dengan bantuan tenaga non-kesehatan. Selain itu
wilayah kerja kecamatan yang meliputi 19 (sembilan belas)
gampong, dimana Baro Paya memiliki medan yang sulit, dengan
wilayah luas yang terbentang di atas perbukitan dan area
perkebunan kelapa sawit.
Dengan kondisi geografis yang tidak mudah tersebut,
mempengaruhi dan membentuk pola pertolongan persalinan
dengan menggunakan tenaga dukungampong (mablien).
Tingginya permintaan persalinan dengan dukun gampong
(mablien)3 yang melayani masyarakat di Kecamatan Panton Reu,
Kabupaten Aceh Barat 4 menjadi salah satu alasan pemilihan
lokasi penelitian ini. Selain itu penggunaan sirih sebagai media
3
Data Sekunder
Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini
adalah profil kesehatan kabupaten, data kesehatan ibu dan anak
yang bersumber dari Dinas Kesehatan terkait, data dari Badan
Pusat Statistik (BPS) yang dibutukhan untuk menjelaskan
demografi wilayah penelitian. Selain itu penelusuran literatur
terkait buku, artikel dan juga jurnal yang menjelaskan terkait
kebudayaan dan kesehatan ibu dan anak di kabupaten Aceh
Barat tak luput dari perhatian peneliti. Sehingga trianggulasi data
yang dilakukan bisa lebih baik.
Penelusuran data sekunder berupa buku dan juga
literatur sejarah banyak dilakukan di perpustakaan daerah
kabupaten. Penelusuran data yang bersumber dari asrip
gampong juga dilakukan. Buku profil gampong dan qanun
(peraturan daerah) sangat membantu peneliti untuk dapat
melihat kondisi gampong. Keberadaan data-data tersebut
sebagai sebuah kesatuan yang utuh tak kala proses penelitian
untuk mencari data primer dilakukan di lapangan.
Data sekunder juga membantu peneliti dalam
menganalisis dan juga dalam proses trianggulasi data penelitian
yang telah dikumpulkan di lapangan. Trianggulasi dengan
menggunakan buku dan juga data dari profil kesehatan dan BPS
memberikan masukan yang sangat berati, terutama terkait
sejarah gampong yang sudah terjadi sejak lama. Selain
penjelasan tokoh masyarakat yang merupakan informan kunci
dalam penelitian ini, data yang bersumber dari profil gampong
juga sangat mendukung informasi yang dibutuhkan.
Data Visual
Data visual yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa
foto dan video. Foto dan video membantu peneliti untuk
mendokumentasikan informasi yang terkadang tidak akan
terulang lagi, misalnya pada ritual adat dan juga aktifitas spontan
10
12
BAB 2
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
2.1.
Sejarah Gampong
13
14
15
16
17
18
Gambar2.1.
Peta Gampong Baro Paya
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
19
20
Gambar2.2.
Kondisi Jalan Utama Gampong
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
21
Gambar 2.3.
Kawasan Hutan dan Perbukitan Gampong
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
22
23
Gambar 2.4.
Jalan Menuju Perkebunan Mapoli Raya
Sumber: Dokumen Peneliti 2014
Gambar 2.5.
Banjir di Gampong Baro Paya
Sumber: Dokumen Peneliti 2014
24
Aktif
24
Aktif
Area pertanian
100
Aktif
Area perkebunan
100
Sebagian Aktif
Pemanfaatan Lahan
Area pusat gampong
Area permukiman Penduduk
Keterangan
Area pendidikan
Berfungsi
Area perkuburan
Berfungsi
20
Berfungsi
Area industri
Area perdagangan
Area pusat pelayanan
kesehatan
Area rekreasi dan olah raga
0,25
Aktif
0,25
Aktif
Aktif
26
Jurong/Dusun
Jumlah
KK
Cot Meureubo
29
50
41
91
Cot Lamseupeung
59
113
111
224
Alue Gajah
47
95
92
187
Jumlah (jiwa)
135
258
244
502
27
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
2
4
16
14
9
18
17
26
12
21
22
16
40
38
46
25
47
42
21
18
14
17
9
4
3
1
258
244
Jumlah
6
30
27
43
33
38
78
71
89
39
31
13
4
502
28
29
30
Dari tiga dusun yang ada di gampong ini tidak ada yang memilki
pola yang sama. Begitu juga dengan bentuk rumah yang
dibangun berdasarkan kondisi tanah.
Pola perkampungan yang ada di dusun cot meurebo
merupakan pola perkampungan yang berkelompok, dengan
bentuk rumah panggung yang da di pinggir jalan utama
gampong. Sedangkan cot lampsepeng rumah didirikan di
kawasan tanah yang berbukit dengan pola perkampungan
mengikuti bentuk bukit yang ada. Lain hal dengan dusun Alue
Gajah, pola perkampungan yang terbentuk di adalah terpusat
yang dibangun sejenis dan bangunan berasal dari bahan yang
sama, atau masyarakat menyebutnya sebagai rumah PT.
Rumah panggung merupakan jenis rumah yang dibangun
masyarakat berdasarkan kondisi alam yang sering dilanda banjir.
Rumah panggung tidak dilengkapi dengan mck (mandi, cuci,
kakus). Jika ingin melakukan ketiga aktifitas tersebut, maka akan
menggunakan alue, ataupun MCK umum yang ada di dusun.
Selain itu pengetahuan untuk mendirikan rumah panggung
didasari oleh oleh kebiasaan masyarakat yang suka meletakkan
sampah di bawah rumah, beberapa informan menjelaskan bahwa
dengan meletakkan sampah dibawah rumah tidak perlu
menyiapkan tempat khusus untuk membuang sampah. Selain itu
jika hujan datang maka sampah tersebut akan langsung di bawa
air, dan bersih dengan seketika. Alasan lainnya adalah rumah
panggung juga memudahkan jika salah satu anggota keluarga ada
dalam keadaan sakit.
Tidak perlu membawa ke alue, buka saja papannya
satu, bisa toek (buang air besar) di situ langsung tinggal
tarok ember air di sampingnya, biasanya kami begitu.
31
Gambar 2.6.
Bentuk Rumah Panggung Baro Paya
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014.
32
Gambar 2.7.
Fasilitas Mandi Cuci Kakus (MCK) di Rumah Panggung
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014.
2.5. Religi
Sistem kepercayaan masyarakat Gampong Baro Paya
adalah muslim. Semua aktifitas keagamaan yang berlangsung di
tengah-tengah kehidupan mereka tak lepas dari pengaruh
budaya Islam yang berkembang di kasawan ini. Seperti misalnya
masih kentalnya aktifititas keagamaan yang berlangsung.
Aktifitas keagamaan yang berlangsung dipimpin dan
dipercayakan oleh tengku (orang yang dipercayai memiliki
kemampuan lebih dalam syiar agama), sama hal dengan keucik,
tengku juga memiliki peranan yang dominan dalam masyarakat.
33
14
Gampong Baro Paya tidak memiliki Dayah yang dijadikan sebagai tempat
anak-anak menimba ilmu agama, hanya terdapat dua TPA yang didirikan oleh
tengku. Biasanya anak-anak yang masuk ke Dayah adalah mereka yang telah
beranjak remaja, dengan harapan dari orang tua anak tersebut akan
mempelajari ilmu agama lebih baik lagi dalam wujud mengaji dan pelaksaan
34
35
Tidak ada kewajiban waktu yang tertulis dalam pelaksanaan wirid yasin
tersebut, tetapi masyarakat khususnya ibu dan para remaja puteri lebih suka
melakukannya setiap selesai dzuhur hingga menjelasng ashar. (Informan)
36
37
Abon menjelaskan jika ingin doa dari apa yang diharapkan tercapai, maka
nazar yang akan dikerjakan juga harus sesuai. Misalnya ingin sembuh dari
penyakit parah,ataupun lulus menjadi PNS, maka idealnya menyembelih
kambing atau sapi bukan menyembelih ayam. Tetapi jika keinginanya tidak
begitu besar, atau biasa-biasa saja, cukup dengan menyembelih ayam.
18
Serbuk, merupakan jenis penyakit yang sifatnya mendadak langsung
membuat orang yang terkena mengalami perdarahan dan meninggal seketika
(Informan).
19
Di puja maksudnya adalah masih dilakukan dan banyak yang masih
mempercayainya sebagai suatu hal yang dapat menguatkan dan menambah
rasa takut orang lain, bahkan sampai kepada kematian. (Informan)
38
seseorang, jika tidak dicobakan kepada orang lain maka dia yang
terkena.
Gambar 2.8.
Nazar Memandikan Bayi Di Makam TEUKU Umar
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
Gambar 2.9.
Mengambil Air Untuk Nazar
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
39
Kandungan
serbuk
yang
disampaikan
dengan
menggunakan media angin dan air, akan membuat orang yang
terkena muntah darah dan meninggal di tempat karena
kehabisan darah.
Selain dari penyakit yang disebabkan oleh SERBUK yang
disampaikan dengan media air dan angin, ada juga penyakit yang
disebut warga dengan kesurupan20.Kesurupan merupakan salah
satu penyakit yang juga diderita oleh beberapa warga yang mata
pencariannya sebagai pemotong kayu di hutan. Ada anggapan
bahwa kayu yang besar dan letak nya di hutan rimba tidak boleh
dipotong sembarangan, karena akan mengakibatkan sakit, dan
menjerit-jerit seperti orang kesurupan.
Ada juga penyakit yang disebabkan guna-guna yang
diberikan oleh orang lain. Gejalanya seperti sakit tulang dan nyeri
di tangan, warga beranggapan jika rasa dengki dan iri dapat
dibalas dengan memberikan guna-guna kepada orang yang tidak
disukai tersebut.
Beberapa penyakit yang diyakini datangnya dari makhluk
tersebut dipercayai dan melahirkan pantangan-pantangan yang
mengarah kepada kebaikan agar ada perasaan tanggung jawab
untuk saling menjaga. Agar keberadaan makluk gaib dan manusia
dapat hidup secara berdampingan di alam semesta ini.
20
Beberapa kasusu kesurupan atau kemasukan roh gaib yang berasal dari
hutan terjadi di gampong. Kesurupan bukanlah ssalah satu jenis penyakit yang
dipercaya di datangkan oleh makhluk gaib. Biasanya orang yang kesurupan
akan berteriak dan menangis sejadi-jadinya. Suara yang dikeluarkan juga
berbeda dengan suara asli orang tersebut ketika dalam kondisi sehat. Penyakit
ini juga dipercaya karena adanya pelanggaran yang dilakukan oleh orang
tersebut, sehingga menyebabkan roh gaib tersebut marah dan masuk ke
dalam tubuhnya.
40
Gambar 2.10.
Masjid Baitul Muqaramah, Baro Paya
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
42
44
45
46
47
21
48
Gambar 2.11.
Struktur Adat Masyarakat Gampong
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
49
50
Gambar 2.12.
Struktur Organisasi Pemerintahan Masyarakat Gampong
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
51
52
53
Gambar 2.13.
Pohon Kekerabatan Masyarakat Aceh
Sumber: Meuketop, Aceh on History and Culture, 2011
55
56
Gambar 2.14.
Pernikahan Pada Masyarakat Baro Paya
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
Gambar 2.15.
Pemberian wali nikah antara orang tua dan Bapak Tengku
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
57
Gambar 2.16.
Ranub Meuh, yang berisi emas beberapa mayam
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
Gambar 2.17.
Penyerahan emas beberapa mayam kepada calon mempelai wanita,
pada saat lamaran
Sumber: Dokumentasi Peneliti. 2014
59
60
Gambar 2.18.
Fasilitas Mandi Cuci Kakus (MCK) umum milik warga.
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
61
Gambar 2.19.
Wadah Penyimpanan Air Minum.
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
62
Gambar 2.20.
WC Umum di salah satu lokasi di Gampong Baro Paya
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
63
64
65
Gambar 2.21.
Interaksi Sosial Masyarakat
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
66
Gambar 2.22.
Interaksi Sosial Anak-Anak Gampong (Bermain Bersama)
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
Bahasa Konflik
Pada tahun 1998 hingga masa konflik berlangsung di Aceh
secara keseluruhan. Masyarakat yang tinggal di Gampong Baro
Paya pun tidak lepas dari pengaruh konflik yang terjadi. Misalnya
masyarakat Aceh Barat secara umumnya dan masyarakat
Gampong Baro Paya pada khususnya. Sebagian besar masyarakat
yang tinggal di Baro Paya harus mengungsi ke daerah pedalaman
agar tidak mendapatkan terror dari pihak-pihak yang bertikai
pada masa itu.Perpindahan masal pun terjadi di tahun 19981999, banyak anak-anak yang meninggalkan bangku sekolahnya,
dan banyak orang tua yang meninggalkan lahan pertanian yang
mereka miliki karena merasa jiwanya terancam. Perpindahan ini
bukan hanya mengubah sikap dan kondisi mental masyarakat
pada masa itu, tetapi juga mengubah cara mereka untuk
menggunakan bahasa-bahasa yang dapat menimbulkan
pertikaian. Penggunaan bahasa daerah yang benar-benar harus
67
68
69
Gambar 2.23.
Latihan Tari Anak (kiri), pertunjukkan pentas tari (kanan)
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014.
70
Gambar 2.24.
Seni Merangkai Ranub Meuh (Mas)
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014.
71
Gambar 2.25.
Aktifitas membelah pinang.
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
72
73
Gambar 2.26.
Alat kukur kelapa yang ada di setiap rumah.
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
74
75
76
BAB 3
POTRET KESEHATAN GAMPONG BARO PAYA
77
78
Gambar 3.1.
MaBlin dan Ranub
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
79
Gambar 3.2.
Ramuan 44 Hari
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
82
83
84
Gambar 3.3.
Kegiatan Posyandu Gampong
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
Gambar 3.4.
Kegiatan Posyandu Gampong
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
85
Gambar 3.5.
Kader Melakukan Penimbangan
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
86
memang tidak menjangkau, kondisi air tanah yang tidak baik juga
menjadikan air sumur bor menjadi sumber air utama yang
dimanfaatkan untuk masak dan minum sehari-hari. Ada 11 titik
sumur bor yang ada di gampong, 8 diantaranya merupakan milik
bersama, yang pemanfaatannya untuk masyarakat. Kondisi fisik
air sumur bor memang baik, tidak berwarna, berbau ataupun
mengeluarkan busa. Hasil observasi memperlihatkan bahwa
masyarakat beranggapan air tersebut memang benar-benar baik
untuk dikonsumsi. Setiap rumah tangga akan mengambil air
sumur bor untuk konsumsi sehari-hari dengan jumlah yang tidak
sedikit. Tergantung dari jumlah anggota keluarga tersebut.
Setelah mengambil air dari sumur dengan menggunakan ember
ataupun drum berukuran 10 s/d 20 liter, air akan disimpan di
dapur. Wadah penyimpanan air yang beragam terlihat di rumah
tangga. Ada yang menyimpan air dalam ember terbuka, baskom
dan beberapa tempat lainnya yang terbuka. Disekitar tempat
penyimpanan air tersebut tidak jarang ditemukan hewan ternak
berkeliaran, seperti ayam, itik, dan juga kambing yang keluar
masuk rumah bagian belakang.
Gambar 3.6.
Wadah Penyimpanan Air
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
87
88
89
90
Gambar 3.7.
Ibu yang Mencuci di Sungai (Alue)
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
Gambar 3.8.
Anak- Anak Mandi si Sungai (Alue)
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
91
Gambar 3.9.
Wadah untuk Mencuci
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
Gambar 3.40.
Tempat Mandi di Pinggir Alue
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
92
93
Gambar 3.41.
Ranub Masak (kiri) dan Ranub Untuk Bayi (kanan)
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
94
3.8.1. Tuberculosis
Seseorang yang mengalami batuk panjang yang juga
disertai dengan darah bagi masyarakat merupakan salah satu
penyakit yang terjadi karena hadirnya pengaruh jahat (serbuk).
Penyakit serbuk tersebut memiliki ciri yang sama dengan
penyakit TBC, tetapi ada informasi yang didapatkan, jika orang
yang memberikan penyakit serbuk tersebut benar-benar tidak
menyukai musuhnya, maka orang yang menjadi musuhnya
tersebut akan mati dalam waktu yang singkat dengan terus batuk
dan mengeluarkan darah segar.
Jika sudah sampai mengeluarkan darah segar ketika batuk
maka orang tersebut akan langsung meninggal. Masih kentalnya
kepercayaan masyarakat akan pengaruh serbuk, berpengaruh
kepada peran aktif masyarakat untuk langsung memeriksakan
kondisi batuk yang mereka derita ke petugas kesehatan.
Masyarakat langsung memilih tenaga pengobat tradisional untuk
menyembuhkan penyakitnya yang diyakini karena adanya
gangguan dari makhluk gaib, ataupun kekuatan mistis lainnya.
3.8.2. Malaria
Malaria merupakan jenis penyakit yang pernah menjadi
endemis di kawasan Gampong Baro Paya. Kondisi geografi yang
berawa dan juga masih banyaknya kawasan hutan yang terdapat
di sekeliling gampong hingga mengakibatkan nyamuk dari spesies
ini gampang untuk menyerang manusia. Selain itu pola mata
pencarian masyarakat yang kala itu juga masih banyak di hutan
mengakibat malaria semankin merajalela.
Penyakit Malaria pernah menyerang gampong ini, hingga
mengakibatkan kejadian luar biasa pada tahun 2002. Banyak
warga yang menajadi korban, dan hingga saat ini masih ada saja
warga yang menderita malaria. Berdarkan informasi yang
95
96
97
98
BAB 4
KESEHATAN IBU DAN ANAK
DALAM BALUTAN BUDAYA
99
100
101
102
103
104
105
Gambar 4.1.
Ranub Meuh (untuk Meminang)
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
Gambar 4.2.
Ranub untuk Mengundang
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
106
107
Gambar 4.3.
Ranub Lampuan (kiri), Menyambut Lintobaro (kanan)
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
108
4.3.
Menanti Kehamilan
110
Aceh di Baro Paya memiliki anak lebih dari tiga orang. Kak Di
mengungkapkan bahwa jika anaknya rame (banyak), jika salah
satu anak tidak menyukai kita (orang tua) bisa dengan anak lain.
Selain itu menurut Kak Di jika orang tua telah lanjut usia dan
tidak bisa kerja, anak-anak yang pulang akan membawakan orang
tua sesuatu. Jika orang tua telah sakit-sakitan, akan ada yang
merawat. Hal inilah yang menjadikan Kak Di yang saat ini hanya
memilki tiga orang anak ingin memiliki enam orang anak.
4.4. Sembilan Bulan dalam Penantian
Perempuan Aceh yang hamil ada yang pinggangnya
terdapat benang yang sudah dijampi (diRadja) terhadap setan,
bur ng. Perempuan yang hamil memiliki banyak pantangan
(Hoesin, 1970).
Masyarakat Baro Paya masih mempercayai jimat,
terutama untuk ibu hamil. Jimat dipercaya dapat menjauhkan ibu
hamil dari gangguan Burong yang biasanya mengganggu ibu
hamil. Seorang Kader A berujar:
Kemenyan dibalut kain putih diikat tali tujuh warna
diikat di pinggang.
112
113
114
115
116
117
Gambar 4.4.
Urut Naikkan Perut.
Sumber: Dokumentasi peneliti 2014
118
119
120
121
Gambar 4.5.
Kulit Kerbau yang telah di bakar.
Sumber: Dokumentasi peneliti 2014
123
124
125
126
Menurut masyarakat Aceh, burong adalah perempuanperempuan yang mati dalam masa perzinaan atau yang meti
dalam masa bersalin (Madeung). Burong dapat dilihat pada senja
atau tengah malam di atas kuburan seorang wanita yang mati
Madeung. Yang hendak mlihatnya harus bertelanjang.
(Syamsudin, T dkk, 1978) . Burong biasanya mengganggu ibu
hamil, atau yang baru saja melahirkan, Burong ingin agar ibu
madeung ikut dengannya, dengan kata lain burong menginginkan
ibu madeung mati. Oleh sebab itu, masyarakat Aceh sangat
menjaga ibu madeung dari gangguan burong.
Selain pantangan perilaku Ibu madeng sanga banyak
pantangan makanan Pantangan makanan ibu Madeung sangat
banyak. Hamper semua makanan tidak boleh dikonsumsi oleh ibu
Madeung. Pantangan makanan bagi ibu pasca Madeung antara
lain tidak boleh memakan makanan yang sifatnya tajam. Selain
itu Ibu Madeung hanya di perbolehkan makan nasi dengan
sambal lada dan kunyit yang di campur dengan buah Munthu
(Lemon), Sambal ini disebut dengan Sambal Buah Munthu .
Makanan ini dipercaya mempercepat proses penyembuhan. Mak
Bu berujar:
Tidak boleh makan yang tajam-tajam, tidak boleh
minum air putih banyak banyak karena kita lagi sakit,
lemah gak bertenaga. Boleh makan nasi tapi tidak
pakai kuah, boleh pakai kunyit sama lada, diulek, di
campur dengan buah kuyun (jeruk nipis)campur
dengan nasi. Sehingga badan lebih tegap, kuat dan ada
tenaga. Gak lemas kita
127
128
129
130
Gambar 4.6.
Batee yang digunakan untuk mengompress ibu Madeung
Sumber: Dokumentasi peneliti 2014
131
Gambar 4.7.
Daun Daunan untuk Lampok
Sumber: Dokumentasi peneliti 2014
Gambar 4.8.
Kapur yang disiapkan oleh Mak Blien
Sumber: Dokumentasi peneliti 2014
133
Air kunyit itu diminum tiap hari pakai asam dikit, pakai
gula. Untuk obat biar kuat badan, kalau nggak nanti
masih nak 2 atau 3 sudah nggak ada tenaga lagi.
134
Gambar 4.9.
Proses Urot Pasca Persalinan
Sumber: Dokumentasi peneliti 2014
135
Step yang dialami oleh bayi yang meminum ASI ibu yang
mengkonsumsi kambing adalah sakit dengan gejala bola mata
tidak terlihat dan dari mulut bayi keluar busa. Informan Mak Le
menjelaskan:
Iya, tak boleh makan kambing, nanti kenak sakit
matanya putih semua, mulutnya keluar busa. Bisa sampe
8x setiap hari kayak gitu turun ke anaknya dari imiknya
136
Gambar 4.10.
Menggiling pisang untuk bayi (kiri),
memberi makan pisang pada bayi (kanan)
Sumber: Dokumentasi Penelitii 2014
137
138
Jika ASI ibu bayi tersebut tidak keluar Mak blien akan
mengurut si Ibu atau memakan rebusan jantung pisang dan
daun pepaya yang setengah muda di campur dengan garam dan
abu dapur.
Kalau Asi ibunya sedikit akan jantung pisang di rebus,
daun pepaya setengah muda setengah tua di rebus pakai
garam dapur sama abu dapur. Umi Salamah
139
140
141
142
Gambar 4.11.
Memberikan Air Kunyahan Sirih
143
Gambar 4.12.
Penimbangan balita di posyandu (kiri), Balita mengkonsumsi PMT dari
Posyandu (kanan)
144
145
Gambar4.13.
Perlengkapan acara Peucicap
Sumber: Dokumentasi Penelitii 2014
146
Gambar 4.14.
Pemecahan Kelapa di acara Turun Mandi
Sumber: Dokumentasi Penelitii 2014
Perbedaan ritual turun mandi pada anak laki laki dan anak
perempuan adalah penanaman nilai yang akan dianutnya hingga
147
148
149
150
Gambar 4.15.
Kebiasaan Anak yang Tidak Memakai Baju
Sumber: Dokumentasi Penelitii 2014
151
Gambar 4.16.
Bayi yang Tidak Menggunakan Baju
Sumber: Dokumentasi Penelitii 2014
152
Gambar 4.17.
Anak Baro Paya memakai jimat
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
153
154
BAB 5
RANUB DAN PELAYANAN KESEHATAN
155
Gambar 5.1.
Ranub untuk tahlilan
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
157
Gambar5.2.
Memotong Ranub untuk Seumapah
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
Gambar 5.3.
Merajah Ranub untuk Seumapa
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
158
159
160
161
Gambar 5.4.
Pak Teungku Mengunyah ranub yang sudah dirajah
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
162
Gambar 5.5.
Pak Teungku Mengoleskan kunyahan ranub ke orang sakit
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
163
Gambar 5.6.
Mengoleskan air kunyahan ranub di perut bayi
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
Gambar 5.7.
Memakan Ranub sebagai selingan sehabis makan
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
164
165
suami Bidan Atun bekerja di PT. Mopoli, bidan Atun dapat tinggal
di Posyandu Plus. Namun, Bidan Atun meninggal beberapa tahun
lalu dikarenakan penyakit seperti stress. Saat ini, masyarakat
mengharapkan adanya tenaga kesehatan yang dapat
menggantikan Bidan Atun.
Bidan Sofi yang hanya di notadinaskan untu membantu
Posyandu Plus di Baro Paya hanya datang beberapa hari sekali.
Selain itu masyarakat juga mengeluhkan waktu kehadiran bidan
desa. Hal lainnya yang menyebabkan masyarakat enggan
mengunjungi Posyandu Plus adalah obat yang tidak bervariasi.
Seperti diungkapkan oleh Bang Husein,
Masyarakat sudah malas ke situ (Pustu) sakit kepala,
sakit perut, luka obatnya dikasi itu juga. Tugasnya kan
melayani pasien-pasien, malas dia duduk duduk disini.
Gak ada juga obat disini , disuruh ke puskesmas.
Harapan saya ada yang disini kalau gak 24 jam pagi
sampe sore aja.
166
167
168
Gambar 5.8.
Perlengkapan Mak Blien untuk menolong ibu bersalin
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014
169
170
171
172
173
174
BAB 6
POTENSI DAN KENDALA
175
176
177
178
179
180
181
182
183
peluang untuk mengetahui jumlah ibu yang akan bersalin dan ibu
yang baru saja melahirkan. Informasi ini akan sangat membantu
petugas puskesmas maupun kader posyandu untuk
meningkatkan cakupan Imunisasi.
Potensi lainnya yang dimiliki oleh baro Paya adalah fasilitas
Posyandu Plus yang dirasakan masyarakat kurang optimal dalam
hal pelayanan. Padahal, secara sikap, masyarakat sudah mulai
mau untuk memanfaatkan Posyandu Plus meskipun sebagian
besar memanfaatkan fasilitas tersebut untuk berobat. Jika
Posyandu Plus dimanfaatkan, pembangunan kesehatan
masyarakat dapat berjalan dengan baik.
184
BAB 7
KESIMPULAN
186
187
188
INDEKS
A
adat 7, 8, 9, 10, 13, 14, 18, 35,
37, 43, 48, 49, 50, 59, 68, 69,
77, 79, 80, 83, 100, 103, 104,
105, 109, 155, 185
Alue 13, 14, 21, 22, 23, 27, 31,
84, 89, 91, 92, 107, 112, 120,
122, 125, 141, 144, 159, 167,
168, 170, 182, 183, 187
Alue Gajah 13, 14, 23, 27, 31,
84, 107, 144
anjuran 3, 42, 48, 78, 176, 182
B
budaya 1, 3, 4, 14, 33, 35, 37,
44, 70, 74, 77, 97, 139, 175,
176, 186
burong 43, 44, 60, 112, 113,
126, 127
D
daun sirih 3, 45, 46, 60, 90,
152, 157, 159, 192, 193
E
etnografi 6, 12
F
fasilitas kesehatan 2, 25, 78
G
Gampong Baro Paya 6, 9, 13,
14, 16, 18, 19, 21, 23, 24, 25,
26, 27, 28, 29, 30, 33, 34, 35,
36, 41, 44, 50, 51, 53, 55, 60,
63, 65, 67, 69, 70, 73, 86, 94,
95, 96, 97, 99, 100, 107, 110,
121, 165, 167, 168, 171, 187
geografis 5, 27, 185
I
imunisasi 83, 84, 144, 148,
178, 179, 180, 183, 186
189
K
Kehamilan 109
kepercayaan 7, 18, 33, 37, 38,
43, 44, 77, 80, 83, 95, 102,
119, 129, 150, 152, 168, 173,
176, 180
kesehatan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8,
10, 12, 18, 23, 25, 26, 37, 44,
45, 60, 77, 78, 80, 81, 82, 83,
84, 94, 95, 96, 110, 119, 122,
131, 165, 166, 167, 175, 176,
177, 178, 179, 181, 182, 183,
184, 185, 186, 187
Kesehatan Ibu dan Anak 1,
181
Kesenian 68, 70, 71
keucik 9, 33, 48, 50, 57, 107
M
mablien 5, 46, 47, 80, 81
MaBlien 47
madeueng 126
Mak blien 111, 115, 116, 117,
118, 119, 120, 121, 122, 123,
124, 126, 128, 132, 134, 135,
136, 139, 140, 141, 142, 145,
146, 163, 167, 168, 169, 170,
171, 172, 173, 174, 178, 180,
183
makanan 3, 60, 65, 74, 78, 93,
97, 102, 112, 114, 116, 117,
190
P
pantangan 1, 2, 3, 40, 48, 100,
111, 112, 113, 114, 120, 124,
127, 128, 136, 149, 176, 177
pengobatan 26, 34, 45, 47, 60,
78, 96, 97, 131, 150, 156,
160, 161, 176, 181, 183, 186,
192
penyakit 3, 4, 5, 15, 38, 40, 43,
44, 45, 46, 47, 62, 63, 64, 77,
78, 90, 93, 94, 95, 96, 97, 98,
112, 136, 138, 150, 152, 156,
157, 159, 160, 162, 166, 173,
178, 181, 182, 186, 187
persalinan 1, 2, 3, 5, 8, 25, 47,
77, 79, 80, 81, 82, 112, 115,
116, 117, 119, 122, 123, 124,
125, 134, 135, 146, 163, 167,
168, 170, 171, 172, 173, 174,
179, 180, 181, 183, 186
peusejuk 34
Peusijuk 45
posyandu 20, 25, 26, 84, 115,
144, 166, 177, 184
Tabib 47
teknologi 4, 73, 76, 101
tengku 9, 33, 34, 36, 38, 41,
42, 46, 47, 50, 57, 60, 107,
117, 145, 147, 160, 166
tradisional 4, 5, 8, 45, 48, 64,
77, 78, 95, 96, 97, 108, 110,
116, 118, 124, 141, 150, 152,
169, 185, 186, 192, 193
tuha peut 9, 49, 50, 57
191
DAFTAR PUSTAKA
192
193
194