Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Kakambah
Cati Martiyana
Tri Darma
Ambo Sakka
Lestari Handayani
ISBN 978-602-1099-12-4
Hak cipta dilindungi undang-undang.
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan
dengan cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis
dari penerbit.
ii
Buku seri ini merupakan satu dari dua puluh buku hasil
kegiatan Riset Etnografi Kesehatan Tahun 2014 di 20 etnik.
Pelaksanaan riset dilakukan oleh tim sesuai Surat Keputusan
Kepala Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat Nomor HK.02.04/1/45/2014, tanggal 3 Januari 2014,
dengan susunan tim sebagai berikut:
Pembina
Penanggung Jawab
iii
Koordinator wilayah
iv
KATA PENGANTAR
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GRAFIK
DAFTAR GAMBAR
v
vii
x
xi
xii
BAB 1 PENDAHULUAN
1
9
10
13
16
16
17
26
26
33
38
42
42
45
vii
48
52
60
62
62
65
67
71
71
77
91
92
93
94
94
96
97
98
104
107
113
113
113
123
126
137
158
162
167
168
173
175
179
181
183
185
viii
187
188
190
192
193
195
196
208
226
233
233
305
5.1. Kesimpulan
5.2. Rekomendasi
305
310
INDEKS
GLOSARIUM
DAFTAR PUSTAKA
315
321
329
ix
244
246
255
261
272
279
280
283
292
297
301
DAFTAR TABEL
2
33
35
64
103
DAFTAR GRAFIK
xi
4
8
195
DAFTAR GAMBAR
xii
15
15
20
23
27
29
41
43
54
56
56
58
63
68
70
80
87
88
89
90
90
96
xiii
104
106
108
108
112
127
147
150
163
166
168
179
210
220
230
243
246
254
256
263
276
278
293
xiv
Cati Martiyana
Tri Darma
Ambo Saka
Lestari Handayani
Penulis
Cati Martiyana
Tri Darma
Ambo Saka
Lestari Handayani
Editor
Lestari Handayani
Desain Cover
Agung Dwi Laksono
ii
Buku seri ini merupakan satu dari dua puluh buku hasil
kegiatan Riset Etnografi Kesehatan Tahun 2014 di 20 etnik.
Pelaksanaan riset dilakukan oleh tim sesuai Surat Keputusan
Kepala Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat Nomor HK.02.04/1/45/2014, tanggal 3 Januari 2014,
dengan susunan tim sebagai berikut:
Pembina
Penanggung Jawab
iii
Koordinator wilayah
iv
KATA PENGANTAR
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GRAFIK
DAFTAR GAMBAR
v
vii
x
xi
xii
BAB 1 PENDAHULUAN
1
9
10
13
16
16
17
26
26
33
38
42
42
45
vii
48
52
60
62
62
65
67
71
71
77
91
92
93
94
94
96
97
98
104
107
113
113
113
123
126
137
158
162
167
168
173
175
179
181
183
185
viii
187
188
190
192
193
195
196
208
226
233
233
305
5.1. Kesimpulan
5.2. Rekomendasi
305
310
INDEKS
GLOSARIUM
DAFTAR PUSTAKA
315
321
329
ix
244
246
255
261
272
279
280
283
292
297
301
DAFTAR TABEL
2
33
35
64
103
DAFTAR GRAFIK
xi
4
8
195
DAFTAR GAMBAR
xii
15
15
20
23
27
29
41
43
54
56
56
58
63
68
70
80
87
88
89
90
90
96
xiii
104
106
108
108
112
127
147
150
163
166
168
179
210
220
230
243
246
254
256
263
276
278
293
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Pausibasilar
(PB)
Multibasilar
(MB)
Jumlah 1-5
Jumlah > 5
BTA negative
BTA positif
Distribusi
Unilateral atau
bilateral asimetris
Bilateral Simetris
Permukaan bercak
Kering, kasar
Halus, mengkilap
Batas bercak
Tegas
Kurang Tegas
Jelas
Deformitas
Proses terjadi
lebih cepat
Bercak Kusta
Ciri-ciri khas
Madarosis, hidung
pelana, wajah singa
(facies leonina),
ginekomastia pada
laki-laki
Grafik 1.1.
Tren Angka Prevalensi Kusta di Indonesia 2007 2011
Sumber: Dirjen P2PL, Kemenkes, 2011
Grafik 1.1.
Kasus Kusta Baru Desa Sulaho 2005-2013
Sumber: Data Puskesmas Lasusua 2013
10
11
12
BAB 2
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
13
14
Gambar 2.1.
Peta Kabupaten Kolaka Utara
Sumber: longhairpictures.biz/peta/peta-infrastruktur-kabupaten-kolaka2008.html
KODEOHA
LASUSUA
RANTE ANGIN
Gambar 2.2.
Peta Kecamatan Lasusua
Sumber: Data Penelitian Tahun 2014
15
16
17
18
19
Gambar 2.3.
Rumah PKSMT
Sumber: Dokumentasi Penelitian Tahun 2014
21
22
Gambar 2. 4.
Kakus Umum dengan sumber dana CSR
Sumber: Dokumentasi Penelitian Tahun 2014
23
24
25
26
Gambar 2. 5.
Perkampungan desa Sulaho
Sumber: Dokumentasi Penelitian Tahun 2014
28
TOTALLANG
SULAHO
TELUK BONE
LAMBAI
Gambar 2. 6.
Peta Desa Sulaho
Sumber: Dokumentasi Penelitian Tahun 2014
29
30
31
32
Jumlah
313
39
42
62
456
33
34
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
8
6
21
12
18
11
46
37
15
22
10
12
35
26
44
37
27
24
10
5
11
8
4
6
1
250
206
Jumlah
14
33
29
83
37
22
61
81
51
15
19
10
1
456
35
36
37
38
39
40
Gambar 2. 7.
Rumah Bedah P2-WKSS
Sumber: Dokumentasi Penelitian Tahun 2014
41
42
Gambar 2. 8.
Pohon Ketapang dan Pekuburan Desa
Sumber: Dokumentasi Penelitian Tahun 2014
43
44
45
46
47
48
49
50
TPA ini ternyata tidak dapat bertahan lama dan berhenti tahun
1998.
Kegiatan keagamaan untuk anak-anak lainnya adalah
membimbing tuntunan sholat, hafalan doa-doa, dan kini tengah
dirintis upaya untuk meningkatkan kemampuan anak memahami
terjemahan Al Quran, seperti surat Al Fatihah. Sebenarnya sejak
lama ada guru mengaji sukarela sebanyak dua orang, satu
diantaranya karena usianya sudah tua dan sibuk dengan
pekerjaan mapalele, ia tidak lagi mengajar karena tidak ada
cukup waktu dan tenaga, satu lainnya memilih berhenti karena
mengakui bahwa bacaan tajwid-nya belum sempurna. Sebuah
gambaran bahwa ritme kehidupan agama telah dipondasi sejak
dini.
Kegiatan mengaji dilakukan dua kali setiap hari yaitu pagi
hari, sekitar jam 06.00 WITA sebelum berangkat sekolah dan
siang hari sekitar jam 12.00 WITA atau sore hari, setelah sholat
ashar. Pada jam 6 pagi biasanya guru mengaji mengajari anakanak selama 20-30 menit sebelum anak-anak berangkat sekolah.
Biasanya anak telah mengenakan seragam sekolah. Ada sekitar
30 anak yang mengaji dan tersebar pada 4 guru mengaji. Ada
pula pembinaan remaja masjid oleh guru mengaji.
Selain itu terdapat maccera ayam ketika seorang anak
dapat menamatkan bacaan Al Quran (khatam) yang disebut
dengan cera baca. Acara biasanya dilakukan di rumah santri
dengan mengundang guru mengaji. Bermacam makanan dibuat
oleh empunya rumah seperti sokko hitam dan putih serta opor
ayam. Ruangan sebagai tempat berlangsungnya cera baca telah
ditata sedemikian rupa lengkap dengan makanan tersebut lalu
sebuah Al Quran dan mukena diletakkan di atas bantal. Anak
yang hendak melakukan cera baca mengenakan mukena dan
duduk berhadapan dengan guru mengaji. Anak menirukan suratsurat tertentu dalam Al Quran yang dibaca oleh guru mengaji
51
52
53
Gambar 2. 9.
Botol Berisi Garam Mattoana Telah Digantung
Sejak Setahun yang Lalu
54
55
Gambar 2. 10.
Sanro Mendoakan Makanan ketika Turun Perahu
Sumber: Dokumentasi Penelitian Tahun 2014
Gambar 2. 11
Mendorong Perahu saat Upacara Turun Perahu
Sumber: Dokumentasi Penelitian Tahun 2014
57
Gambar 2. 12.
Tandan Pisang dan daun Pakecce pada rumah baru
Sumber: Dokumentasi Penelitian Tahun 2014
59
60
halus yang tidak bisa dilihat secara kasat mata dan jika
tersenggol atau tersentuh maka dapat mengakibatkan
seseorang meninggal seketika, namun ada yang menyebut
wujudnya adalah nenek yang sedang menjala ikan.
Sisa makanan/bekal dari laut tidak boleh dimakan oleh
perempuan yang belum menikah karena menyebabkan
sulit mendapatkan jodoh.
Pantangan membangun rumah
Kamar tidur harus berada di sebelah kanan karena jika
kamar tidur berada di sebelah kiri dapat menyebabkan
rezeki yang diperoleh sehari-hari tidak baik.
2.4. Organisasi Sosial dan Kemasyarakatan
2.4.1. Keluarga Inti
Pada umumnya keluarga yang tinggal dalam satu rumah di
Sulaho adalah keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu dan anak.
Meski demikian, terdapat beberapa keluarga lainnya yang tinggal
bersama dalam satu rumah, baik dari pihak keluarga laki-laki atau
perempuan. Pasangan yang baru menikah biasanya masih tinggal
bersama orang tuanya. Kehidupan pada awal pernikahan
umumnya dijalani dengan cara tinggal bergantian di rumah orang
tua lelaki dan orang tua perempuan selama belum mampu
membangun rumah sendiri. Mereka mengumpulkan uang
terlebih dahulu untuk kemudian bisa membangun rumah, tinggal
sendiri secara mandiri dan menetap.
Namun demikian sebagian rumah tangga memiliki
kebiasaan mencari sumber penghidupan ke pulau-pulau tertentu
di sekitar wilayah perairan Kolaka dengan mencari teripang atau
ikan sunu, sehingga satu keluarga tersebut dapat pergi selama
berbulan-bulan dan hanya pulang ketika ada kegiatan atau acara
62
tertentu di desa seperti hari raya idul fitri dan pemilihan kepala
desa (Pilkades). Mereka biasanya juga meninggalkan salah satu
anaknya yang dititipkan pada saudara, sehingga ada keluarga
yang tinggal bersama cucu, sepupu atau keponakan.
Penyebutan seseorang yang sudah menikah dan memiliki
anak biasanya berubah dengan menambahkan nama anak
pertama di belakang sebutan Bapak atau Ibu, misalnya Mamaknya/Mak-nya A, Bapak-nya/Pak-nya A, meskipun sebenarnya
nama mamak adalah B, dan nama bapak adalah D. Panggilan
nenek biasanya tidak hanya ditujukan untuk nenek perempuan
tetapi kakek seringkali dipanggil juga dengan sebutan nenek,
lebih lengkapnya nenek laki-laki. Seorang suami atau isteri akan
memanggil pasangannya dengan sebutan Pak-nya/Mak-nya
disambung dengan nama anak pertama. Penggunaan bahasa
untuk percakapan sehari-hari adalah bahasa Bugis bercampur
dengan bahasa Indonesia, sehingga penyebutan kerabat
umumnya menggunakan bahasa Bugis dan tidak menggunakan
bahasa Bajo lagi. Berikut salah satu contoh hubungan
kekerabatan pada salah satu keluarga dapat digambarkan
sebagai berikut:
Ket:
Laki-Laki Perempuan
Meninggal
Ego
Gambar 2. 13.
Hubungan Kekerabatan
Sumber: Data Penelitian Tahun 2014
63
Sebutan sekarang
Sebutan Ideal
Ibu
Ibu
Emmak
Ayah
Bapak
Uwa
Suami
Bapaknya ditambah
nama anak pertama
Lile
Isteri
Dinde
Adik/kakak laki-laki
Adik/Kakak
Lile
Adik/kakak
perempuan
Adik/Kakak
Dinde
Kakek
Kakek/nenek laki-laki
Embo
Nenek
Nenek/nenek
perempuan
Embo
Paman
Kakak/Adik
Kakak/Adik Lile
Bibi
Kakak/Adik
Kakak/Adik Dinde
Bapak Mertua
Bapak
Ibu Metua
Mamak
Emmak/ Matoa
dinde
Menantu Laki-Laki
Bapaknya ditambah
nama anak pertama
Kapetukite lile
Menantu Perempuan
Bapaknya ditambah
nama anak pertama
Kapetukite Dinde
Cucu
Nak
Empu
Anak Cucu
Nak
Empu
64
65
67
LMD
LKMD
Kepala Desa
BPD
LPMD
1997-2006
Sekretaris
2006-sekarang
Kaur
Pemerintahan
Kepala
Dusun
Kaur
Pembangunan
Kaur Umum
Imam Desa
Ketua
RT/RW
Gambar 2. 14.
Struktur Organisasi Desa Sulaho Tahun 1997-2014
Sumber: Data Penelitian Tahun 2014
68
69
Gambar 2. 15.
Musyawarah di Balai Desa Pasca Demonstrasi
Sumber: Dokumentasi Penelitian 2014
70
peneliti belum ada tindak lanjut atas permintaan dana CSR oleh
masyarakat. Demonstrasi serupa telah dilakukan oleh warga Desa
Sulaho ke perusahaan tambang sebanyak dua kali pada tahun
2011 dan 2012, salah satu hasilnya dibangun fasilitas kakus
umum di dua lokasi.
Pemimpin informal memiliki peran yang besar dalam
kehidupan masyarakat. Orang yang dituakan seringkali
menyelesaikan permasalahan yang muncul. Kepala desa lebih
banyak berperan dalam acara-acara formal desa sekaligus
merupakan perpanjangan tangan dari pemerintahan tingkat
Kabupaten dan Kecamatan.
2.5. Pengetahuan tentang Kesehatan
2.5.1. Konsepsi mengenai Sehat dan Sakit
Masyarakat desa Sulaho memiliki keyakinan bahwa sehat
adalah sebuah kondisi dimana seseorang masih bisa bekerja dan
beraktivitas seperti biasanya. Sepanjang seseorang belum
terbaring di tempat tidur secara terus menerus, badan masih bisa
bergerak dan masih dapat melakukan kebutuhan diri sendiri
secara mandiri masih dikategorikan sebagai kondisi sehat. Tandatanda klinis sakit yang muncul pada tubuhnya dianggap bukan
merujuk pada sebuah kondisi yang disebut sakit. Mereka
mengakui bahwa ada rasa sakit tertentu yang kadang mereka
alami, seperti sakit kepala, sakit perut, bahkan pada beberapa
kasus, rasa sakit terus menerus atau terjadi secara menahun yang
dirasakan bukan menjadi penghalang untuk dapat melakukan
aktivitas sehari-hari.
Jika seseorang sudah berada dalam kondisi terbaring,
tergantung pada orang lain dalam memenuhi kebutuhan pribadi
dan tidak bisa bekerja, maka seseorang dikatakan mengalami
sakit keras atau sakit kategori berat. Sakit semacam itu
71
73
75
76
77
78
79
Gambar 2. 16.
Ranjang dan Kayu Representasi Buaya
Sumber: Dokumentasi Penelitian Tahun 2014
80
kepercayaan bahwa cacar ini dapat keluar atau muncul sewaktuwaktu pada tubuh manusia sesuai kehendaknya. Jika cacar tidak
ditangani dengan baik atau disebut dengan ungkapan salah
obat/salah jemput maka dapat menimbulkan dampak pada
keluarnya cacar di semua badan.
Cacar itu kita punya, dari dalam itu, kita punya sodara
juga di dalam, ada memang di dalam badan (Nj, 56
tahun).
81
82
83
84
85
86
Gambar 2. 17
Pohon Kayu Jawa
Sumber : Dokumentasi Penelitian Tahun 2014
87
Gambar 2. 18.
Tanaman Cangak Duri
Sumber: Dokumentasi
Penelitian 2014
Gambar 2. 19
Tanaman Srikaya/Sirsak
Sumber: Dokumentasi Penelitian 2014
89
90
93
94
95
Gambar 2. 22.
Menari Lulo
Sumber: http://www.beritakendari.com/lulo-tari-keakraban-masyarakatsulawesi-tenggara.html
96
97
99
teripang koro. Teripang jenis ini memiliki bentuk oval dan tekstur
tubuh memiliki benjolan teratur. Teripang jenis ini merupakan
teripang paling mahal, yaitu mencapai Rp. 400.000,- per kg atau
Rp. 100.000,- per buah.
Pencari teripang yang beruntung dapat memperoleh
sekitar 50 ekor dalam 1 malam, sementara jika sedang tidak
beruntung maka hanya diperoleh sekitar 10 ekor saja. Terdapat
dua pengepul teripang kering di desa ini yang selanjutnya dijual
langsung ke Kolaka, Kendari atau Makassar. Kegiatan mencari
ikan tidak lagi dapat dengan mudah dilakukan di daerah pantai
Sulaho dikarenakan terdapat pencemaran lingkungan oleh
beberapa perusahaan Tambang yang ada di Sulaho , tepatnya di
balik pegunungan Sulaho yang berhadapan dengan dusun 4 atau
Lanipa-nipa. Kini perusahaan tambang telah berhenti beroperasi
sejak 5 bulan yang lalu (bulan Februari).
Kini sebagian besar warga Desa Sulaho dalam
kesehariannya bekerja mencari teripang. Kegiatan melaut pada
umumnya dilakukan oleh laki-laki dewasa, beberapa diantaranya
mengajak pula anak usia sekolah sekitar umur 10 tahun lebih.
Sementara sebagian besar ibu menjadi penjual ikan (mapalele).
Mereka membeli ikan dari nelayan setempat dan kemudian
menjualnya kepada langganan di Lasusua atau Lambai atau
dijajakan secara langsung kepada konsumen.
Menurut cerita dahulu, anak-anak memiliki kebiasaan
mengambil beberapa ekor ikan dari setiap perahu yang datang
membawa ikan dan menjualnya kepada pembeli, yang disebut
dengan kegiatan matila. Kegiatan matila ini merupakan sebuah
kegiatan yang dipercaya sebagai bentuk pengeluaran zakat oleh
pemilik ikan.
Sebut saja keluarga ibu Rs (43 tahun) dan Pak Dm (46
tahun), keluarga dengan jumlah anak yang relatif banyak yaitu 11
anak. Dua diantara anaknya telah berumah tangga dan satu anak
100
101
102
Jumlah
Rp. 1.720.000,Rp. 320.000,Rp. 1.070.000,Rp. 700.000,Rp. 180.000,Rp. 300.000,Rp. 50.000,Rp. 50.000,Rp. 20.000,Rp. 150.000,-
103
Gambar 2. 23.
Pendapatan Nelayan Menggunakan Bom Ikan
Sumber: Data Penelitian Tahun 2014
104
105
Gambar 2. 24.
Perahu Jolor, Jarangkah dan Sampan
Sumber: Dokumentasi Penelitian Tahun 2014
106
Gambar 2. 25
Wadah Tungku, Mulut Tungku dengan Batu dan
Mulut Tungku dengan Rangka Besi
Sumber: Dokumentasi Penelitian Tahun 2014
Gambar 2. 26.
Membakar Ikan di
Luar Rumah
Sumber: Dokumentasi
Penelitian Tahun 2014
108
109
110
111
Gambar 2. 27.
Memakan Cacing Laut
Sumber: Dokumen
Penelitian 2014
112
BAB 3
POTRET KESEHATAN
3.1.
114
115
116
117
118
tergantungji
tahun)
119
120
121
122
123
124
125
Gambar 3. 1
Ariango dan Gelang Hitam yang Dipakai Balita
Sumber: Dokumentasi Penelitian 2014
127
128
129
130
131
jadi sekalian periksa dan belaja tapi hari pasar juga cuma
3 kali seminggu (Ms, 31 tahun)
132
133
134
kelapa (boka) atau minyak tawon. Air jappi-jappi (air yang sudah
dibacakan mantra) diyakini berkhasiat untuk menghilangkan sakit
pada bagian tubuh ibu hamil jika dioleskan di perut atau
diminum untuk memudahkan bayi keluar saat bersalin. Selain itu
informan menganjurkan pada ibu hamil agar melakukan aktifitas
fisik lebih banyak menjelang persalinan karena diyakini dapat
membantu kelancaran dalam proses persalinan.
Ibu hamil itu harus di urut kalau sudah masukmi 5
bulanya supaya nanti tidak sungsang anaknya, tidak
melengket juga aerungnya (Ari-ari atau placenta) tapi
tidak boleh di urut kalau masih hamil muda 1 sampai 5
bulan karena masih lemah sekali kandungan anaknya
juga masih lemah, di buatkan juga air jappi-japi(air yang
di bacakan mantra tertentu) bisa di oles di perut bisa
juga di minum supaya tidak saki-sakit perut mudah juga
nanti keluar anaknya, baru kalau sudah menjelang
bulannya bagus kalau kerja berat bisa memudahkan
nanti pada saat proses menjelang melahirkan justru
kalau tidak kerja berat badan sakit semua dan susah
melahirkan nantinya (Ms, 30 tahun)
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
Gambar 3. 2.
Air Jappi-jappi dan Air
Lelehan Sabun Mandi
Dicampur Daun Sirsak
Sumber: Dokumentasi
Penelitian Tahun 2014
147
148
149
kain kasa dan betadine pada keluarga untuk merawat tali pusat.
Setelah dilakukan tindakan oleh bidan, perdarahan sempat
berhenti namun menjelang sore darah masih terus keluar dari tali
pusat bayi. Malam hari, kembali keluar banyak darah dari tali
pusat. Bapak memanggil dukun untuk mengobati agar
perdarahan berhenti, tetapi darah terus keluar dari tali pusat.
Gambar 3. 3.
Sanro Mengikat Tali Pusat Bayi
Sumber: Dokumentasi Penelitian 2014
150
151
152
154
155
156
hari kedua pada pagi dan sore hari. Pengurutan dilakukan dengan
menggunakan minyak kelapa/boka.
Selama ini dari anak pertama sampai sekarang, kalau
habis melahirkan biasanya ma saula (mengurut) sama
dukun itu yang di urut mulai tetek (payudara), bagian
peranakan (rahim) sama tempat keluarnya anak-anak
(jalan lahir) dikerja sama dukun satu hari sampai hari ke
3 tiap hari dukun datang biasa waktu pagi sama
sore(Ft, 26 tahun)
157
158
3.1.5. Menyusui
Menyusui adalah proses pemberian susu dari payudara ibu
kepada bayi atau anak kecil dengan air susu ibu (ASI). Bayi
menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan dan
menelan susu. Masyarakat Etnik Bajo di Sulaho beranggapan
bahwa menyusui bayi adalah hal yang sangat penting dan
menjadi hak yang harus didapatkan bayi dan sudah alamiah jika
seorang ibu harus menyusui bayinya.
Kalau di Sulaho ibu dia kasih tetek (menyusi) semua
anak-anak karena penting itu, cuma itu makanannya
anak bayi jadi harus dikasih minum air susu jadi wajar
sekali itu kalau ibu kasih tetek (menyusi) sudah
kodratnya ibu kasih tetek (menyusui) (Ne, 30 tahun)
160
161
162
Gambar 3. 4.
Sarung Tujuh Lapis untuk Bayi Baru Lahir
Sumber: Dokumentasi Penelitian Tahun 2014
164
165
Gambar 3. 5.
Ari-ari yang Digantung pada Bagian Rumah
Sumber: Dokumentasi Penelitian Tahun 2014
166
167
anak. Cara ini dipercaya dapat menjadi obat yang mujarab karena
ari-ari berasal dari bagian perut sehingga dapat menyembuhkan
sakit perut anak.
Gambar 3. 6.
Ari-ari Bayi yang Sudah Kering
Sumber: Dokumentasi Penelitian Tahun 2014
168
Penutup
Gambar 3. 7.
Area Permainan Danda
Sumber: Data Penelitian Tahun 2014
170
171
172
173
174
176
177
Nenek Sn (73 tahun) adalah seorang dukun beranak satusatunya yang dimiliki Desa Sulaho saat ini dan dipercayai oleh
semua masyarakat Sulaho khususnya yang berdomisili di Dusun
1, 2 dan 3. Sebagaimana diketahui, Desa Sulaho terdiri atas
empat dusun dimana Dusun 1,2, dan 3 berada di Sulaho Induk
dan dusun ke empat, Dusun Lanipa nipa terletak terpisah dengan
jarak kurang lebih 6 km dari Sulaho Induk dan dengan waktu
tempuh kurang lebih 15 menit menggunakan transportasi laut
atau sekitar 30 menit dengan menggunakan jalur darat berputar
melalui pegunungan dengan medan yang sangat terjal dan
melalui daerah bekas pertambangan. Desa 4, hanya bisa
ditempuh dengan menggunakan perahu dari Sulaho Induk.
Semua persalinan di Desa Sulaho menggunakan jasa dukun
beranak. Meskipun di desa ini sudah ditempatkan seorang Bidan
Desa, namun hanya sesekali saja jasa Bidan Desa digunakan.
Kepercayaan yang tinggi pada dukun beranak merupakan salah
satu faktor utama alasan persalinan di Desa Sulaho tidak
menggunakan tenaga kesehatan. Disamping itu, kemudahan
pada saat bersalin juga menjadi alasan mereka memilih untuk
bersalin di rumah saja, baik sendiri maupun dibantu oleh suami
atau dukun beranak.
Informan Sb pernah 12 kali melahirkan dan semuanya
dilakukan di rumah tanpa menggunakan jasa tenaga kesehatan.
Bahkan empat kali diantaranya dia melahirkan sendiri.
Sebagaimana penuturan mereka berikut ini:
...Cuma itu tantenya yang namanya Saniba yang
bantu melahirkan, semua anaknya dibantu sama dia...
kalau sudah sakit dia rasa saya pergi panggilkan, biasa
juga bermalam di rumah... (At, 49Th)
178
179
180
181
182
183
184
186
187
189
190
191
192
193
194
Grafik 3. 1.
Sepuluh Penyakit terbesar di Puskesmas Lasusua tahun 2013
Sumber: Profil Puskesmas Lasusua Tahun 2013
195
196
197
198
199
201
202
203
204
205
206
207
208
209
Gambar 3. 8.
Pembesaran Gondok
Sumber: Dokumentasi Penelitian Tahun 2014
211
212
213
214
215
216
217
219
Gambar 3. 9.
Dagor dan Kompresor untuk Menyelam
Sumber: Dokumentasi Penelitian Tahun 2014
220
221
222
223
udang itu dia kemudian naik dan berkata saya kena. Maksudnya,
bahwa ia terkena sesuatu dari bawah. Setelah itu dia sudah tidak
bisa bergerak dan beberapa temannya di perahu sudah panik
dan segera pulang, namun di tengah perjalanan dia
menghembuskan nafas terakhir. Menurut istrinya kondisi badan
suaminya itu berwarna hitam ketika meninggal.
Cerita tersebut pernah dikonfirmasi kepada salah satu
dukun kampung yang biasa dimintai tolong oleh warga Desa
Sulaho ketika mereka mendapat masalah terutama yang
berhubungan dengan pekerjaan mereka melaut. Baik berupa
penyakit ataupun gangguan makhluk halus di laut. Sebut
namanya Pak Tg (56 tahun). Menurutnya, kejadian yang
menimpa Haji S itu akibat kemarahan dari penunggu laut. Udang
yang dia lihat adalah penunggu laut yang berganti wujud.
menurutnya dia sudah memperingatkan Haji S, tetapi tidak
didengarkan, sehingga mereka berkelahi di bawah dan Haji S
kalah.
Mati Karena Tenggelam
Cerita kecelakaan kerja yang mengakibatkan kematian
(lebih tepat hilang) juga dialami oleh Pak S yang kisahnya
diceritakan adik kandungnya. Hari itu, S bertingkah agak aneh,
kelihatan tidak tenang dan gelisah. dia sebenarnya sedang
mengerjakan pembangunan gedung Balai Desa Sulaho. Sore itu
setelah selesai bekerja di Balai Desa, kemudian mendesak
iparnya untuk segera turun ke laut mengebom ikan, padahal saat
itu situasi ombak sedang tidak mendukung, ombak sedang besarbesarnya. Namun karena terus didesak akhirnya sang ipar
menyetujui dan mereka bersama keponakannya (bertiga) ke laut.
Mereka dapat ikan dan selanjutnya dibawa ke lasusua
untuk di jual. Setelah itu mereka kembali, di perjalanan pulang ini
S duduk di bagian buritan perahu dan karena ombak besar dia
kemudian terjatuh. Iparnya kemudian kembali ke dermaga
224
225
226
227
228
229
Gambar 3. 10.
Obat-obatan yang Dijual di Warung Desa
Sumber: Dokumentasi Penelitian Tahun 2014
232
BAB 4
MATA RANTAI TAK KUNJUNG PUTUS:
KAKAMBAH
233
Bulukumba, begitu bilangnya orang makanya ketularanketularan begitu orang di sini (Ha, 45 tahun)
234
Namanya daeng tutu, waktunya itu e selalu pergi mainmain juga, anaknya namanya p, teman sekolahku, itu
disitu kulihat, itu penyakit kusta juga, bengkak semua
badannya itu meninggal, itu orang tua, itu di cipoloe, itu
tempat rumahnya, meninggalnya itu di dadanya seperti
keluar nanah-nanah apa, dari badannya, anaknya juga
kasihan meninggal (Ec, 41 tahun)
235
237
238
239
241
242
Gambar 4. 1.
Pemetaan Kusta pada Rumah Tangga di Desa Sulaho
Sumber: Data Primer Penelitian Tahun 2014
243
245
Gambar 4. 2
Telunjuk Tangan
Kiri Mati Rasa
Sumber:
Dokumentasi
Penelitian Tahun
2014
246
247
248
249
250
251
252
253
Gambar 4. 3.
Bercak Kulit pada Reaksi Kusta
Sumber: Paul Saunderson, 2002, Bagaimana Mengenali dan Menatalaksana
Reaksi Lepra, London: The International Federation of Anti-Leprosy
Associations (ILEP), hal. 1.
254
255
Gambar 4. 4.
Penderita yang Mengalami Cacat
Sumber: Dokumentasi Penelitian Tahun 2014
Penyebab
munculnya
penyakit
tersebut
diakui
dikarenakan dahulu memiliki kebiasaan merampok bahkan
mengakui pernah membunuh. Penyakit yang muncul dianggap
sebagai kutukan Tuhan atas perbuatan masa lalu. Dalam
pemikirannya jari-jari tangan dan kaki lari masuk ke dalam, tidak
terputus/terlepas. Seorang warga Desa Sulaho, bercerita bahwa
ia pernah hidup bertetangga dengan orang tersebut ketika
256
258
259
260
261
262
Gambar 4. 5.
Bercak Kusta
Sumber: Dokumentasi Penelitian Tahun
2014
263
264
265
266
267
268
269
270
271
272
273
274
275
K. Tidur
K. Tidur
Dapur
Gambar 4. 6.
Denah Ruang Rumah Keluarga Mr
Sumber: Data Penelitian Tahun 2014
276
277
Ruang Tamu
Dapur
Kamar Tidur
Gambar 4. 7.
Kondisi Rumah Seorang Warga
Sumber: Dokumentasi Penelitian Tahun 2014
278
280
281
282
284
285
286
287
288
289
290
291
292
Gambar 4. 8.
Bekas Luka Mantan Penderita Kusta
Sumber: Dokumentasi Penelitian Tahun 2014
294
295
297
298
299
300
301
302
303
304
BAB 5
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1. Kesimpulan
Sulaho adalah sebuah desa terisolir yang secara geografis
diapit oleh pegunungan dihuni oleh Etnik Bajo (68.64%) dan
sisanya adalah Etnik Bugis, campuran Etnik Bajo-Bugis dan Etnik
lainnya. Bahasa sehari-hari yang digunakan adalah bahasa Bugis,
Bugis-Indonesia, sedangkan bahasa Bajo hanya digunakan
penduduk usia tua. Kebudayaan Etnik Bajo sudah tidak nampak
menonjol karena telah berbaur dengan budaya Bugis.
Transportasi utama yang digunakan masyarakat setempat adalah
perahu, dengan waktu tempuh sekitar 45 menit dari desa ke
Kecamatan Lasusua, Kabupaten Kolaka Utara.
Pendidikan masyarakat Etnik Bajo di Sulaho banyak anak
putus sekolah/tidak sekolah, pergaulan muda mudi yang
menyebabkan kasus hamil di luar nikah pada usia sekolah,
terutama SMP sejak tahun 2011. Orang tua kurang mengawasi
pergaulan remaja, telepon seluler dan alat komunikasi yang
sudah dimiliki sebagian masyarakat dan remaja digunakan untuk
mengakese film porno. Tidak ada sanksi bagi pelaku kasus hamil
di luar nikah adalah situasi yang dijumpai saat penelitian di desa
Sulaho. Remaja laki-laki memiliki kebiasaan mengonsumsi
minuman beralkohol yang dibuat dari minuman bersoda
dicampur minuman kemasan kuku bima atau tuak lokal (balok).
305
306
307
308
309
311
312
313
314
INDEKS
D
diare 162, 192, 195, 196, 197,
198, 199, 200, 201, 202, 308
dukun 59, 72, 75, 78, 82, 118,
123, 124, 125, 129, 130, 131,
132, 133, 134, 135, 138, 139,
140, 141, 142, 143, 146, 147,
148, 149, 151, 152, 153, 154,
315
J
jappi-jappi 78, 91, 126, 136,
145, 149, 158, 159, 198, 205,
207, 210, 213, 222, 226, 248,
284, 285, 286, 287, 289, 307,
309
endemik 1
etnografi kesehatan 9, 10, 319
G
geografis 7, 10, 13, 26, 27, 30,
33, 117, 305
gizi 1, 4, 181, 261, 279
gondok 209, 210, 211, 212,
214
H
hipertensi 208, 216, 217, 308
I
ISPA 195, 202, 203, 308
316
kusta 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11,
74, 196, 234, 235, 236, 237,
239, 240, 241, 242, 243, 244,
245, 246, 250, 251, 252, 253,
254, 255, 257, 258, 259, 260,
261, 264, 265, 266, 267, 268,
269, 270, 271, 272, 273, 274,
276, 277, 279, 280, 281, 282,
283, 284, 287, 288, 289, 290,
291, 292, 293, 294, 295, 296,
297, 299, 300, 301, 302, 303,
307, 308, 309, 310, 312, 313,
335
L
Lasusua 6, 7, 8, 9, 13, 14, 15,
19, 26, 28, 29, 30, 33, 50, 76,
85, 92, 97, 100, 106, 117,
131, 134, 138, 177, 180, 189,
192, 194, 195, 198, 202, 215,
228, 240, 242, 243, 248, 251,
262, 264, 265, 268, 302, 305,
320, 330, 333
M
mabantang 154, 164, 165,
166
makanan 24, 42, 44, 46, 49,
50, 51, 53, 55, 57, 58, 60, 62,
81, 86, 91, 92, 102, 104, 108,
109, 110, 112, 117, 122, 128,
317
N
neonatus 162
nifas 113, 156, 157
P
pantangan 60, 81, 128, 129,
141, 182, 196, 206, 214, 289
Pausibasilar 1, 2
pelayanan kesehatan 3, 6, 7,
8, 22, 77, 92, 117, 130, 144,
197, 205, 209, 211, 213, 226,
227, 228, 249, 254, 268, 271,
284, 288, 293, 295, 297, 310,
313
pengobatan 3, 4, 5, 7, 8, 22,
76, 77, 78, 79, 83, 87, 88, 93,
318
R
Religi 42
remaja 26, 51, 93, 96, 113,
114, 115, 116, 119, 120, 122,
242, 262, 297, 298, 299, 300,
305, 313
reproduksi 113, 116, 151, 158,
313
ritual 42, 45, 52, 55, 57, 59,
86, 117, 118, 144, 151, 154,
156, 158, 159, 164, 165
S
sakit 3, 6, 17, 44, 59, 61, 66,
71, 72, 73, 74, 75, 76, 78, 79,
80, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 87,
88, 89, 90, 91, 92, 95, 112,
115, 120, 124, 126, 131, 133,
135, 136, 138, 139, 141, 142,
146, 150, 154, 155, 164, 165,
167, 168, 176, 177, 178, 183,
193, 194, 197,198, 200,
201, 203, 204, 205, 206, 207,
208, 209, 210, 211, 212, 213,
215, 216, 218, 219, 222, 223,
225, 226, 227, 228, 229, 230,
231, 235, 244, 245, 246, 247,
248, 249, 250, 251, 252, 254,
319
320
T
TBC 196, 204, 205, 206, 207,
208, 308
Tolaki 17, 18, 66, 93, 96
tradisional 47, 77, 78, 87, 88,
168, 201, 205, 207, 284, 285,
287, 307
U
upaya pemberantasan 2, 5, 6
GLOSARIUM
Addeng
Aga iyyatu
Aje
Aju annasuangeng
Akka
Akkibbuarengnga
Akkinakkonrong
Akkinanreang
Akkonyang
Ale
Aleku
Alena
Ambo
Ampai
Andi
Ahera
Aha
Acca
Amaure
Aliri
Amputu
Ana
Ana boroane
Anaddara
Ana kaddeng
Anak kalmia
Ancajiangena
(tangga)
(apakah itu)
(kaki)
(kayu bakar)
(angkat)
(buatkan saya)
(tempat tinggal)
(tempat mencari makan)
(kobokan)
(hutan)
(diri saya)
(dia sendiri)
(bapak)
(makanya)
(saudara muda/ adik/bangsawan)
(akhirat)
(ahad/ minggu)
(ilmu)
(paman / tante/ bibi)
(tiang)
(tumit)
(anak)
(saudara laki laki)
(gadis)
(anak tangga)
(jari kelingking)
(kelahiranku)
321
Anging
Angkanguluang
Anre
Anri
Arang
Arung
Aruwa
Ase
Aseng
Assikolang
Asu
Awu
Aerung
Baja
Bola
Bunre
Beppa
Boro
Botting
Bulo
Bura
Bukkang
Bombang
Bare
Burasa
Benrang
Bakkaweng
Bosi
Boco
Bitara
Bolong
Bulu
322
(angin)
(bantal)
(makanan)
(adik)
(tahi lalat)
(bangsawan)
(delapan)
(padi)
(nama)
(sekolah)
(anjing)
(abu)
(ari-ari)
(besok)
(rumah)
(alat penangkap ikan)
(kue)
(bengkak)
(kawin)
(bambu)
(batang pisang)
(kepiting)
(ombak)
(beras)
(buras)
(got)
(atap rumah)
(hujan)
(kelambu)
(langit)
(hitam)
(gunung)
Berre
Bale
Bembe
Maceddi
Colo
Cempa
Camming
Cemme
Canning
Canggoreng
Coddo
Cukkuru
Cinampe
Cule
Cekke
Gora
Gere
Golla
Gemme
Geregge
Gatteng
Gattung
Gunting
Indo
Isi
Iso
Iko
Inge
Jokka
Jambang
Jama
Kadera
(beras)
(ikan)
(kambing)
(jijik)
(korek)
(asam)
(cermin)
(mandi)
(manis)
(kacang tanah)
(tusuk)
(cukur)
(sebentar)
(main)
(dingin)
(berteriak)
(sembelih)
(gula)
(rambut)
(gergaji)
(tarik)
(gantung)
(goncing)
(ibu)
(gigi)
(isap)
(kamu)
(hidung)
(jalan)
(berak/ buang air besar)
(kerja)
(kursi)
323
Kaluku
Kanuku
Kaliki
Kasiasi
Kajompi
Kappara
Kaloko
Kaloko pao
Lambace
Ladang
Labbu
Lecce
Luppe
Lao
Lopi
Lasuna cella
Lasuna pute
Lendir
Lipa
Lise
Lessi
Linro
Lila
Leppang
Manre
Massaula
Maccule
Macai
Matekka
Magguru
Mangolo
324
(kelapa)
(kuku)
(papaya)
(miskin)
(kacang panjang)
(baki,nampan)
(kopra)
(mangga muda yang dikeringkan,
asam mangga)
(tomat)
(lombok)
(tepung)
(pindah)
(lompat)
(pergi)
(perahu)
(bawang merah)
(bawang putih)
(galagga)
(sarung)
(isi)
(vagina)
(dahi)
(lidah)
(singgah)
(makan )
(mengurut )
(bermain)
(marah )
(menyebarang)
(belajar )
(menghadap)
Mataesso
Maradde
Marota
Mapaccing
Macinna
Matinro
Manasu
Mannasu
Mawari
Moto
Miccu
Makkunrai
Maddoja
Madduta
Mate
Nanre
Nalai
Ngingi
Nono lopi
Onde onde
Obbi
Onrong
Okko
Orowane
Pejje
Peddi
Pella
Peca
Posi
Possi bola
Ponco
Palecce
(matahari)
(menetap)
(kotor)
(bersih)
(rasa ingin)
(tertidur)
(sudah makan)
(memasak)
(basi)
(bangun)
(ludah)
(wanita)
(begadang)
(melamar)
(meninggal)
(nasi)
(diambil)
(gusi)
(turun perahu)
(nama kue)
(panggil)
(tempat)
(gigit)
(pria)
(garam)
(sakit)
(panas)
(bubur)
(pusar)
(pusat rumah)
(pendek)
(memindahkan)
325
Penre
Pongke
Pura
Palese
Penne
Penno
Paaja
Pitu
Pitte
Pera perahuan
Sappa
Sappo
Sanre
Sandala
Salo
Sugi
Sampo
Sanra
Sanro kampung
Solara
Sanro makkiana
Sokko
Songko
Sangadi
Sanru
Sanro
Sumange
Sinru
Suro
Tau
Tuo
Tanre
326
(menaikkan)
(pinggang)
(sudah)
(toples)
(piring)
(penuh)
(berhenti)
(tujuh)
(benang)
(lopi-lopi)
(cari)
(sepupu)
(sandar)
(sandal)
(sungai)
(kaya)
(tutup)
(gadai)
(dukun kampung)
(celana)
(dukun bersalin)
(beras ketan masak)
(topi)
(lusa)
(sendok)
(dukun)
(semangat, motivasi)
(sendok)
(duta)
(orang)
(hidup)
(tinggi)
Tana
Tama bola beru
Tettong
Teme
Teddung
Tappere
Taro
Tasi
Tadde
Tinro
Timu
Ure
Uli
Uwae
Uttu
Uleng
Uleng matappa
Wiluwa
Wenni
Waju
Witi
(tanah)
(masuk rumah baru)
(berdiri)
(kencing, pipis)
(payung)
(tikar)
(simpan)
(laut)
(keras)
(tidur)
(mulut)
(urat)
(kulit)
(air)
(lutut)
(bulan)
(bulan purnama)
(rambut)
(malam)
(baju)
(betis)
327
328
DAFTAR PUSTAKA
329
330
IFA_HANIFAH_MISBACH/LAPORAN_PENELITIAN_PERAN_PE
RMAINAN_TRADISIONAL__REVISI_FINAL_.pdf
Jonathan Gabe, Mike Bury dan Mary Ann Elston. 2004. Key
Concepts in Medical Sociology. London: Sage Publications.
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Pembinaan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Ligia RS Kerr Pontes et al. 2006. Sosioeconomi cenvironmental
and Behaviour Risk Faktor for Leprosy in North East Brasil.
International Journal of Epidemiology. 2006;35:9941000,
diunduh dari: http://ije.oxfordjournals.org, tanggal 27
Agustus 2014.
Lisdawanti Adwan, Rismayanti dan Wahiduddin. 2014. Faktor
Risiko Kondisi Hunian terhadap Kejadian Penyakit Kusta di
Kota
Makassar.
Diunduh
dari:
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789
/10649/LISDAWATI%20ADWAN%20K11110915.pdf?sequen
ce=1, tanggal 29 Agustus 2014.
Lulo, Tari Keakraban Masyarakat Sulawesi Tenggara, diunduh
dari: http://www.beritakendari.com/lulo-tari-keakrabanmasyarakat-sulawesi-tenggara.html, diunduh tanggal 11
September 2014.
Malathi G. Nayak, Sharada dan Anice Geroge. 2012. Socio
Cultural Perspectives on Health And Illness. Nitte University
Journal of Health Science. 2012: 61-67: 64.
Moh Yahya Mustafa. 2008. Jejak Pemekaran Kabupaten Kolaka
Utara, Makassar: Famis Pustaka.
Momon Sudarma. 2009. Sosiologi Kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika.
331
332
333
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4491
/Syamsir_K11108315.pdf?sequence=1, tanggal 29 Agustus
2014.
Syamsuar Manyullei, Deddy Alif Utama dan Agus Bintara
Birawida. 2012. Gambaran Faktor yang Berhubungan
dengan Penderita Kusta di Kecamatan Tamalate, Kota
Makassar. Indonesian Journal Of Public Health. 2012: 10
17: 12.
T.Stephen, I.Selvaraj, S.Gopalakrishnan. 2014. Assessment of
Knowledge, Attitude and Practice about leprosy among
patients and their families in a rural community in Tamil
Nadu. National Journal of Research in Community Medicine.
2014: 164-170:168.
Tantut Sutanto. 2010. Pengalaman Klien Dewasa menjalani
perawatan kusta di wilayah kerja Puskesmas Jenggawah,
Kabupaten Jember, Jawa Timur: Studi Fenomenologi. Tesis.
Jakarta: UI.
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 Tahun 2009
tentang kesehatan.
WHO. 2013. Weekly Epidemiological Record, no. 35. 2013: p.365380. http://www.who.int/wer
WHO. 2013. World Health Statistics. Italia: WHO.
Zulyani Hidayah. 1997. Ensiklopedi Etnik Bangsa di Indonesia.
Jakarta: LP3ES.
334
335
336