Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
b.
Tahapan Mediation and Amplification (Imminent stage/emerging).
Pada tahap ini, isu berkembang karena isu-isu tersebut telah mempunyai
dukungan publik, yaitu ada kelompok-kelompok yang lain saling mendukung
dan memberikan perhatian. Menyebarnya informasi terkontaminasinya
Tylenol secara luas menyebabkan sebanyak 250 kematian dan penyakit di
berbagai bagian Amerika Serikat dicurigai sebagai bagian dari isu yang
tersebar luas ini, padahal awalnya hanya tiga kematian akibat keracunan
sianida dikaitkan dengan kapsul.
c.
Tahapan Organization. Terdapat dua tahapan yaitu: Current
stage, isu berkembang menjadi lebih populer karena media massa
memberitakannya berulang kali dalam skala besar, dan Critical stage dimana
ada pihak setuju dan menentang yang mana mereka saling mempengaruhi
kebijakan untuk semakin terlibat. Current stage terjadi saat banyak sekali
pertanyaan media yang masuk pada Johnson, yaitu hingga mencapai lebih
dari 2.500 login. Critical stage ditunjukkan saat setelah pengujian 8 juta
tablet, Johnson & Johnson menemukan tidak lebih dari 75 tablet yang
terkontaminasi, semua dari satu kumpulan. Korban tewas terakhir adalah
tujuh, semua di daerah Chicago, tapi alarm telah menyebar secara nasional.
Survei menunjukkan bahwa 94 persen konsumen menyadari Tylenol
dikaitkan dengan keracunan, sedangkan sisanya yaitu hanya 6 persen
menganggap sebaliknya.
d.
Tahapan resolution (dormant stage). Pada tahap ini, pada
dasarnya organisasi mampu mengelola masalah dengan baik (setidaknya,
masyarakat puas karena mendapatkan "jawaban untuk pertanyaan mereka"
berhubungan dengan masalah); paparan media menurun, perhatian publik
turun; waktu berlalu, solusi dari organisasi atau pemerintah sehingga
masalah ini diasumsikan berakhir. Johnson segera mengambil keputusannya
untuk mengantisipasi yang terburuk, menerapkan crisis plan yang
mempercayai bahwa yang menjadi perhatian pertama harus untuk publik
dan pelanggan, paham yang akhirnya menyelamatkan reputasinya.
Perusahaan dikabarkan menghabiskan setengah juta dolar peringatan
dokter, rumah sakit dan distributor dari kemungkinan terajadinya bahaya.
Johnson memilih momen yang sangat tepat untuk meluncurkan produknya
kembali, yaitu saat pemerintah AS, pemerintah lokal di Chicago dan tempat
lain yang mendorong undang-undang keamanan obat baru. Johnson &
Johnson melihat peluang pemasaran dan membawanya dengan merayap
keluar pesaingnya dalam $ 1,2 miliar pasar analgesik. Ini adalah yang
pertama di industri, setelah recall, untuk menanggapi 'mandat nasional
untuk kemasan tamper-resistant dan peraturan baru yang diberlakukan oleh
US Food and Drug Administration. Johnson & Johnson kemudian melanjutkan
untuk meluncurkan produk.
Kriyantono (2012) pun mengungkapkan beberapa tahapan krisis yang
akan langsung menjelaskan kronologi krisis yang dialami oleh Johnson:
siapa pun untuk risiko lebih lanjut, yang artinya perusahaan meletakkan
prioritas utama pada keselamatan publiknya, upaya mencari penyebab krisis
dilakukan segera mungkin setelah itu. Dengan demikian Johnson telah
memenuhi harapan publiknya, melakukan tindakan tepat dengan mampu
meminimalisir efek dari krisis yang terjadi.
Johnson memiliki rencana komunikasi krisis yang baik, sesuai dengan
prinsip pertama dalam manajemen krisis yaitu mengacu pada keselamatan
publik (Kriyantono 2012, h. 189), beberapa diantaranya:
1. Mengurangi risiko muncul kepanikan publik dan spekulasi-spekulasi
khususnya yang muncul di awal krisis, dengan segera setelah Tylenol
diketahui terkontaminasi sianida dan menyebabkan kematian di
Chicago, Johnson menarik dan melakukan pengujian serentak terhadap
8 juta produknya.
2. Mengurangi risiko kekhawatiran publik, dengan rela mengeluarkan
biaya besar untuk meminimalisir adanya korban lanjutan, perusahaan
dikabarkan menghabiskan setengah juta dolar untuk peringatan
dokter, rumah sakit dan distributor dari bahaya yang mungkin bisa
terjadi. Perusahaan juga menahan untuk tidak meluncurkan
produknya, hingga saat momen yang tepat dengan jaminan adanya
undang-undang keamanan obat baru.
3. Menjalin komunikasi dan kerjasama dengan publik dan pihak terkait,
seperti pemerintah dan media. Aksi Johnson dalam menangani krisis
sempat disorot. i oleh Wall Street Journal, dan segera setalah
pemerintah mengeluarkan undang-undang keamanan obat baru,
Johnson meluncurkan produk Tylenol kemasan anti racun
4. Perusahaan menghidari untuk menyalahkan pihak-pihak tertentu,
langsung melakukan tindakan meneliti dengan cermat penyebab
terjadinya krisis dan meletakkan keselamatan serta kepentingan publik
sebagai prioritas utama.
Perusahaan dianggap telah bijaksana dalam pendekatan komunikasi
dan hukum, seperti banyak dijelaskan di atas, perusahaan mengambil sikap
tepat menempatkan publik sebagai prioritas utama penanganan krisis,
meminimalisir adanya korban lanjutan, dan dengan segera menanggapi
peraturan baru yang diberlakukan oleh US Food and Drug Administration
dengan meluncurkan produk Tylenol kembali, dengan kemasan anti racun.
Langkah yang diambil oleh perusahaan Johnson sangat tepat, terbukti
dengan diperolehnya Silver Anvil Award dari Public Relations Society of
America untuk penanganan krisis. Dalam lima bulan bencana, perusahaan
juga berhasil pulih hingga 70 persen.