Vous êtes sur la page 1sur 135

ABSTRAK HASIL PENELITIAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG Edisi ke-28, 2009

DAFTAR JUDUL ABSTRAK HASIL PENELITIAN


TAHUN 2008

001 Mustiningsih; Sunarni. 2008. Persepsi Dosen terhadap Program


Sertifikasi Kaitannya dengan Profesionalisme di Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Malang
002 Djum Djum Noor Benty; Sunarni; R. Bambang Sumarsono. 2008. Faktor-
faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Mahasiswa terhadap Kualitas
Layanan Laboratorium Jurusan AP FIP Universitas Negeri
003 Sjafruddin AR.; Yusuf Hanafi. 2008. Bias-bias Dikotomi antara Keilmuan
Agama dan Keilmuan Umum dalam Buku Ajar Matakuliah Pendidikan
Agama Islam di Universitas Negeri Malang
004 Ibnu Samsul Huda; Ali Ma’sum; Hanik Mahliatussikah. 2008.
Pengembangan Mata Kuliah Prosa bagi Mahasiswa Jurusan Sastra Arab,
Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
005 Dewa Agung Gede Agung. 2008. Penggunaan Media Compact Disc
Interaktif dalam Mata Kuliah Sejarah Indonesia Modern
006 Azizatuz zahro; Dwi Sulistyorini. 2008. Penerimaan Perempuan terhadap
Wacana Poligami dalam Film Ayat-ayat Cinta
007 Ali Ma'sum. 2008. Pengembangan Model Pembelajaran Tata Bahasa
Arab Melalui Pembelajaran Berbasis Komputer (PBK) Untuk Madrasah
Aliyah (MA
008 Hartatiek; Sirwadji; Chusnana Insyaf Yogihati. 2008. Pengembangan
Model Asessmen Kinerja Melaksanakan Praktikum Fisika Dasar I untuk
Mahasiswa Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang (UM)
009 Mahmuddin Yunus; Sriyani Mentari. 2008. Perancangan dan Pembuatan
Kamus Elektronik Matematika untuk SMP
010 Imam Bukhori; Heny Kusdiyanti. 2008. Hubungan antara Motivasi
Berprestasi dan Locus of Control terhadap Learning Outcome Mahasiswa
Jurusan Administrasi Perkantoran
011 Arif Nur Afandi; Sujito; Yuni Rahmawati. 2008. Pengaruh Injeksi Daya
terhadap Losses Jaringan Listrik
012 Nunung Nurjanah; Titi Mutiara Kiranawati; Ummi Rohajatien. Analisis
Makanan Jajanan (Street Food) di Lingkungan Sekolah Dasar Kota
Malang sebagai Kota UKS
013 Titi Mutiara Kiranawati; Roesdiyanto; Lismi Animatul C. 2008. Pemetaan
Seni Wisata Kuliner Malang Raya Propinsi Jawa Timur
014 Ilham Ari Elbaith Zaeni; Siti Sendari. 2008. Pemanfaatan Sistem Kendali
Logika Fuzzy untuk Pengaturan Temperatur pada Proses Pas-teurisasi
Susu
015 Bambang Budi Wiyono. 2008. Hubungan Struktural Tingkat Pendidikan,
Golongan Kepangkatan, Masa Kerja, dan Usia Guru dengan Motivasi
Kerja dan Keefektifan Kerja Tim Guru Sekolah Dasar
016 Sa’dun Akbar. 2008. Pendidikan Karakter di Pesantren Darut-Tauhid
Bandung (Studi dalam Perspektif Pendidikan Umum SD)
017 Nur Mukminatien. 2008. Implementasi Cooperative Learning dengan
Collaborative Assessment Untuk Meningkatkan Keterampilan Mahasiswa
Pendidikan Bahasa Inggris dalam Mengajar Writing
018 Mardi Wiyono. 2008. Analisis Profesionalisme Dosen dalam Program
Penjaminan Mutu
019 F. Danardana Murwani. 2008. Faktor-faktor Penentu Penggunaan
Websites sebagai Media Pembelajaran Matakuliah Konsentrasi
Pemasaran (Perspektif Theory of Reasoned Action dan Theoly of
Technology Acceptance)
020 Ali Imron; Iriaji. 2008. Manajemen Penjaminan Kualitas Layanan
Pendidikan dan Pengajaran dalam Latar Institusi Pendidikan Tinggi (Studi
Multi Kasus di Jurusan Administrasi Pendidikan, Ilmu Keolahragaan, dan
Pendidikan Luar Sekolah FIP Universitas Negeri Malang
021 Roekhan; Ali Imron. 2008. Model Penanaman Pendidikan Karakter di
Pondok Pesantren
022 Tri Maryami, Evi Susanti. 2008. Uji Efektifitas Limbah cair Tempe sebagai
Larvasida Nyamuk DBD (Demam Berdarah Dengue)
023 Muntholib; Elly Hendrik Sanjaya. 2008. Pemanfataan Sampah Organik di
Universitas Negeri Malang menjadi Pupuk Organik: Suatu Uji Coba
Produksi Kompos dari Kampus Universitas Negeri Malang
024 Lismi Animatul Chisbiyah, Laili Hidayati, Nunung Nurjanah. 2008. Uji Mutu
Dendeng Ikan Mujair (Tilapia Mossambica)
025 Laili Hidayati; Lismi Animatul Chisbiyah; Titi Mutiara Kiranawati. 2008.
Evaluasi Mutu Organoleptik Bekasam Ikan Wader
026 Surjani Wonorahardjo; Parlan; Sutrisno. 2008. Pengembangan Bahan
Ajar Pendidikan Lingkungan Hidup di Sekolah Berbasis Pengetahuan dan
Konsep Kimia dan yang Berhubungan
027 Susilowati; Mardi Wiyono. 2008. Kondisi Hutan Mangrove dan Daya
Tariknya sebagai Obyek Wisata di Kota Probolinggo
028 Marji; Mardi Wiyono. 2008. Model Pengomposan Sampah Organik di
Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Kota Blitar
029 Haris Anwar Syafrudie; Moh. Amin. 2008. Pengembangan Kurikulum
Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup di Sekolah
030 Mardianto; Roesdiyanto. 2008. Pemetaan Olahraga Wisata di Malang
Raya Tahun 2008
031 Ummi Rohajatien, Lismi Animatul Chisbiyah. 2008. Pemetaan Seni
Wisata Kuliner Malang Raya
032 Elfia Nora, Dwi Sulistyorini. 2008. Model Pembelajaran Dosen Universitas
Negeri Malang di Tinjau dari Perspektif Gender
033 Sunaryo HS; Dwi Sulistyorini; Azizatuz Zahro. 2008. Implementasi
Manajemen di Universitas Negeri Malang dilihat dari Perspektif Gender
034 Khoirul Adib; Ahmad Munjin Nasih. 2008. Peran Buruh tani Perempuan
dalam Pemberdayaan Ekonomi Keluarga dan Perencanaan Pendidikan
Anak. (Kasus pada Komunitas Buruh Tani Perempuan di Kampung
Sememek, Pakisasji, Kabupaten Malang)
035 Sri Prameswari Indriwardhani; Muslihati; A. Yusuf Sobri. 2008. Analisis
Gender terhadap Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah pada SD/MI
di Kota Malang
036 Arafah Husna; Sri Wahyuni. 2008. Kesiapan Jurusan Teknologi
Pendidikan dalam Implementasi E-Learning
037 Asep Sunandar; Arafah Husna; Sunarni. 2008. Efektivitas Keberadaan
Komite Sekolah dalam Peningkatan Mutu Layanan Sekolah (Studi Kasus
di MAN 3 Kota Malang)
038 Hartati Eko Wardani; Supriyadi. 2008. Pengaruh Latihan Aerobik terhadap
Respons Proliferasi Limfosit Mencit Balb/C yang Diinfeksi Salmonella 039
Nuruddin Hady; Rusdianto Umar. 2008. Peran Pengawasan DPRD
dalam Mewujudkan Akselerasi Pembangunan Demokrasi dan Good
Governance di Kabupaten
040 Siti Awaliyah. 2008. Keefektifan pp No.24 Tahun 1997 Tentang
Pendaftaran Tanah dalam Mencegah Terjadinya Konflik Kepemilikan
Tanah (Suatu Studi di Kabupaten Ponorogo)
041 Sutoyo; Siti Awaliyah. 2008. Penerapan “Prinsip Tanggung Jawab Mutlak”
Kepada Penanggung Jawab Usaha Yang Menimbulkan Dampak Besar
dan Penting Terhadap Lingkungan Hidup (Studi Kasus Luapan Lumpur
Panas di Porong – Sidoarjo Akibat Eksplorasi yang dilakukan oleh PT.
Lapindo Brantas)
042 Yerri Soepriyanto; Henry Praherdhiono; Eka Pramono Adi. 2008.
Pengembangan Pembelajaran On-Line pada Metode Kelas dengan
Teknologi Tayang Tunda Slide Video Conference Terpadu pada Mata
Kuliah Komputer Grafis
043 Andi Pramono, Betty Dewi Puspasari. 2008. Aplikasi Dokumentasi Notasi
Laban Menggunakan Pemetaan Gambar dan Visualisasi Model 3 Dimensi
044 Didiek Rahmanadji; AAG. Rai Arimbawa. 2008. Kritik Seni terhadap
Karikatur Karya Wahyu Kokkang pada Kolom Opini yang Termuat dalam
Harian Jawa Pos
045 Dwi Sulistyorini; Karkono. 2008. Integrasi Etnik Tionghoa dengan Pribumi
dalam Perkawinan Campur pada Novel Nyai Soemirah Karya Thio Tjin
Boen
046 Ike Ratnawati; Lilik Indrawati. 2008. Implementasi Kompetensi Respon
Estetik dan Kreasi Estetik pada Mata Pelajaran Seni Budaya dalam KTSP
di Sekolah Dasar Negeri dan Disamakan yang Favorit se Kodya Malang
047 Mohamad Sigit; Mistaram; Andi Harisman; Rudi Irawanto. 2008. Makna
Simbolik pada Upacara Tebus Mayang Tradisional Masyarakat Pesi
048 Mohammad Ahsanuddin; Hanik Mahliatussikah. 2008. Representasi Nilai
Pendidikan Moral dalam Syi‟ir (Puisi) Imam Syafi‟I
049 Noorliana. 2008. Linearitas Kalimat dalam Paragraf Karangan Ilmiah
Mahasiswa Universitas Negeri Malang
050 Pranti Sayekti; Rudi Irawanto. 2008. Representasi Nilai-nilai Budaya Lokal
pada Visualisasi Iklan Rokok Kretek Berskala Nasional (Kajian Tentang
Representasi Visualisasi Iklan Rokok Kretek Pada Media Televisi)
051 Rudi Irawanto; Pranti Sayekti. 2008. Kajian Strukturalisme Simbolik
Struktur Ragam Hias pada Bangunan Masjid Atap Tumpang di Kawasan
Pedalaman Jawa
052 Sisbar Noersya; Windhita Pranawengrum; Najib Jauhari. 2008. Nilai
Kearifan Lokal dalam Serat Babad Tengger Versi Tembang
053 Syafaat. 2008. Variasi Fonologis Bahasa Arab Dialek Mesir dan Saudi
Arabia
054 Yusuf Hanafi; Moh Ahsanuddin. 2008. Memaknai Eksistensi Pesantren
Salafiyah Mamba‟ul Ma‟arif Denanyar Jombang di Tengah Trans-formasi
Zaman dari Perspektif Fenomenologi
055 Eli Hendrik Sanjaya; Oktavia Sulistina. 2008. Pengembangan Test
Standart Kimia sebagai Alat Penilaian Hasil dan Proses Belajar Siswa
SMA Kelas X
056 Satti W, Bagus Setiabudi W, Syamsul B. 2008. Kajian Potensi Wilayah
dan Karakteristik Lokal Kawasan Tertinggal di Kabupaten Malang (Studi
Kasus di Kecamatan Jabung
057 Aminnudin; Heru Suryanto. 2008. Perbaikan Sifat Mekanik Aluminium
Hasil Daur Ulang dengan Inokulasi Titanium
058 Anik Nur Handayani; Ahmad Fahmi. 2008. Desain Otomatisasi Alat
Pengolah Susu Kedelai yang Dilengkapi dengan Sistem Kontrol: Motor,
Suhu, dan Ketinggian Menggunakan Kendali Fuzzy Berbasis
Mikrokontroler
059 Aripriharta; Ahmad Fahmi. 2008. Perancangan Kontrol Pergerakan Indoor
Mobile Robot (IMR) Berkamera terhadap Indoor Mobile Robot (IMR)
Target yang Dikenal (Visual Servoing)
060 Dyah Lestari; Siti Sendari; Heru Wahyu Herwanto. 2008. Aplikasi
Webcam untuk Otomatisasi Pengukuran Tiga Dimensi (X, Y, Z) dengan
Stereovision
061 Heru Suryanto; Wahono. 2008. Karakteristik Keausan Abrasif Lapisan
Karburasi Baja Karbon Rendah
062 Sukarni. 2008. Pengaruh Modifikasi Camshaft terhadap Peningkatan Daya
pada Motor Honda GL200
063 Suprayitno; Suwarno; Aminnudin. 2008. Cepat Rambat Pembakaran dan
Struktur Nyala Api Pembakaran LPG pada Berbagai Kondisi Campuran
064 Yuni Astuti; Arbaiyah Prantiasih. 2008. Bentuk Perlindungan Hak
Perempuan dan Anak Korban Tindak Kekerasan dalam Rumah Tangga di
Kota Malang
065 Ahmad Munjin Nasih; Khoirul Adib. 2008. Identifikasi Problematika
Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Luar Negeri (Pengalaman Para Eks TKW
di Kab. Tulungagung)
066 Laily Maziyah; Sya’faat. 2008. Pandangan para Mufassir terhadap
Poligami dalam Konteks Kesetaraan Gender
067 Moch. Syahri; Pujiyanto. 2008. Konstruksi Feminisme di Media Massa
(Studi Tentang Konstruksi Feminisme di Majalah Hidayatullah dengan
Pendekatan Analisis Framing)
068 Imam Nawawi; Singgih Susilo. 2008. Tenaga Kerja Industri Rumah
Tangga di Jawa Timur: Suatu Kajian Gender pada Industri Rumah
Tangga di Wilayah Malang
069 Eko Sri Sulasmi; Harmawati Noor; Siti Astutik. 2008. Penerapan
Pembelajar-an Kooperatif TGT Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA-
Biologi Siswa Kelas VIII SMPN 1 Dau Malang
070 I Wayan Dasna; Kartini; Istri Setyowati. 2008. Penggunaan Model Siklus
Belajar-Group Investigation untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa
dalam Mempelajari Kimia di SMA Laboratorium Malang
071 Yuli Susetio; Sopiah; Sugeng; Nur Jannah. 2008. Implementasi Metode
Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Mata Diklat Ekonomi (Studi pada Siswa Kelas I Program
Keahlian Penjualan SMK Sriwedari Malang)
072 Suharmanto; Priyanto; Anang Sujono. 2008. Penerapan Strategi Problem
Solving Of Engineering dan Teori Elaborasi untuk Meningkatkan Hasil
Belajar PDTM SMK
073 Hardika; Supriyono. 2008. Peningkatan Kreativitas Belajar Mahasiswa
dalam Matakuliah Belajar Pembelajaran Jurusan PLS melalui Strategi
Transfer of
074 Nur Anisah Ridwan; Hanik Mahliatussikah; Moh. Ahsanuddin. 2008.
Peningkatan Kualitas Pembelajaran Menulis dalam matakuliah DAM
melalui Pengembangan Buku Ajar
075 Sri Andreani; Utami Praba Astuti. 2008. Pengembangan Reading Box
Matakuliah Reading II untuk Meningkatkan Minat Baca Mahasiswa
Pendidikan Bahasa Inggris, FS-UM
076 Amy Tenzer; Nursasi Handayani. 2008. Penerapan Pembelajaran
Kooperatif Jigsaw untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar
Perkem-bangan Hewan Mahasiswa Jurusan Biologi FMIPA Universitas
Negeri Malang
077 Made Wena; Sri Anggrariani Judawati. 2008. Pengembangan
Pembelajaran E-Learning Berbasis WBL Untuk Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Matakuliah Belajar Pembelajaran Pada Prodi PTB
078 Pribadi; Wasis. 2008. Penerapan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek
Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Praktik Industri Pada Prodi
S1 PTB
079 Sugiyanto; Pranoto. 2008. Penerapan Metode Pemecahan Masalah dan
Motivasional ARCS Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Struktur
Baja Prodi PTB
080 Endang Prastuti; Adi Atmoko. 2008. Perilaku Merokok Remaja (Tinjauan
Diathesis Stress Model)
081 Mundzir, H.S.; Asmah, Siti. 2008. Dinamika Perilaku Pesanggem dalam
Pelestarian Hutan (Kajian: Pengelolaan Wengkon Hutan di Kabupaten
Malang dalam Perspektif Teori Mikro Makro Ritzer)
082 Mahmud Yunus. 2008. Pengaruh Metode Pemanduan Bakat terhadap
Pembinaan Sepakbola Usia Dini
083 Abd. Syukur Ibrahim. 2008. Konstruksi Identitas Jender dalam
Pertarungan Simbolik di Media Massa
084 Wahyudi Siswanto; Muakibatul Hasanah. 2008. Proses Kreatif Sastrawan
Indonesia
085 Yuni Pratiwi, 2008. Nilai Budaya Perempuan dalam Sastra Peranakan
Tionghoa-Indonesia
086 Martutik; Nurchasanah. 2008. Performansi Pertanyaan-Respon Anak Usia
Balita dalam Interaksi Sosial Sebaya (Antisipasi Profil Bahan Ajar di
Taman Kanak-Kanak). Universitas Negeri Malang
087 Soedjijono. 2008. Menuju Teori Sastra Indonesia: Membangun Teori
Prosa Fiksi Berbasis Novel-novel Kearifan Lokal
088 Mistaram; Pujiyanto; Tjitjik Sri Wardhani. 2008. Batik Pesisiran Jawa
Timur, Kajian Estetik, dan Kebudayaan
089 Moh Ainin; Imam Asrori. 2008. Pola Interaksi dalam Alquran yang
Tercermin pada Ayat-Ayat Berbentuk Pertanyaan: Kajian Pragmatik
090 Nurul Murtadho; Sisbar Noersya; Dwi Sulistyorini. 2008. Nilai Kearifan
Lokal dalam Serat Babad Tengger Versi Arab Terbalik
091 I Wayan Dasna; Pralan. 2008. Sintesis dan Karakterisasi Senyawa Kom-
+ + +
pleks dart ion-ion logam transisi Bivalen (Mn2 , Fe2 Cc2> Ni2 , dan
+
Cu2 ) dengan Ligan-Ligan Karboksilat dan Uji Potensinya sebagai Bahan
Aditif Pewarna Nyala Lilin
092 Subandi; Muntholib; Evi Susanti. 2008. Uji Interaksi Secara In Vitro antara
Protein Mutan eRF1-Y410A dengan eRF3 untuk Mempelajari Mekanisme
Interaksi eRF1-eRF3
093 Fatchur Rohman; Bagyo Yanuwiadi. 2008. Keanekaragaman dan
Kelimpahan Predator dan Parasitoid di Kebun Teh Wonosari Lawang
Kabupaten Malang Serta Preferensinya terhadap Beberapa Tumbuhan
Liar
094 Blasius Suprapta; Sonny Wedhanto. 2008. Penggunaan Citra Landsad 7
ETM untuk Rekonstruksi Keraton Masa Hindhu-Budha Studi Kasus
Rekontruksi Keraton Singhasari Abad XIII-XIV dengan Citra Landsad 7
ETM)
095 Moh. Amin; Aris Winaya; Sri Rahayu. 2008. Identifikasi Genetik Kerbau
Lokal Jawa Berbasis RLFP-DNA (Restriction Length Fragment
Polymorphisms DNA): Strategi Awal Konservasi dan Upaya Penyediaan
Bibit Unggul
096 Anastasia Widjajantin; Mohammad Efendi; Yerri Supriyanto; Suprijanta.
2008. Pengembangan Media Grafis Bergambar Berbasis Komunikasi
Total untuk Meningkatkan Kemampuan Bahasa Anak Tunarungu Kelas
Rendah di Sekolah Dasar Luar Biasa
097 Asim. 2008. Pengembangan Pendidikan Jasmani dan Olahraga Berbasis
Life Skill Bagi Anak-anak Tepi Pantai Di Kabupaten Trenggalek Jawa
Timur
098 Endang Setyo Winarni; Sri Umi Mintarti. 2008. Pengembangan Model
Kesehatan Alat Reproduksi Anak Jalanan Perempuan melalui Simulasi
Bermain untuk Menanggulangi Terjangkitnya HIV di Jawa Timur
099 Hardika; Supriyono; Sugiharto. 2008. Model Pembelajaran untuk
Peningkat-an Kreativitas dan Kemandirian Belajar Mahasiswa
Berwawasan Belajar Sepanjang Hayat
100 Agustina, Ratna, Trieka; Bintartik, Lilik; Yulaikhah, Siti. 2008.
Pengembangan Buku Ajar untuk Meningkatkan Keterampilan Bahasa
Inggris Siswa Kelas 3 Sekolah Dasar
101 Supriyono; Hardika. 2008. Model Hipotetis Penerapan Satuan Kredit
Kom-petensi (SKK) pada Program Pendidikan Kesetaraan
102 Hanik Mahliatussikah. 2008. Inovasi Model-Model Pembelajaran Bahasa
Arab Berbasis KTSP melalui Teknik Bermain untuk Meningkatkan
Kualitas Berbahasa Arab Siswa MI di Jawa Timur
103 Masnur Muslich. 2008. Pengembangan Media Pembelajaran Kosakata
Berbasis Audio-Visual untuk Peningkatan Kompetensi Berbahasa
Indonesia Anak Usia Dini
104 Nurchasanah; Ida Lestari. 2008. Pengembangan Paket Pendidikan Budi
Pekerti melalui Pembelajaran Baca-Tulis Permulaan Anak Usia
Prasekolah
105 Sri Rachmajanti; Gunadi H. Sulistyo; Utami Widiati. 2008. Pengembangan
Paket Model Pembelajaran Bilingual Berbasis Pendekatan Kon-tekstual
Berbentuk Compact Disc (CD)
106 Tjitjik Sriwardhani. 2008. Pengembangan Model Pembelajaran Seni Rupa
Melalui Penggunaan Desain Reproduks Grafika Sebagai Media Visual
untuk Anak SLB bag B
107 Waskito; Irawan. 2008. Pengembangan Buku Saku Nilai-Nilai Universal
dalam Berbagai Agama Melalui Metode Strukturalisme Levi-Strauss
108 Siti Malikhah Towaf; Sri Sumartini; H.M. Zaenuddin; Isnaeni. 2008.
Eksplorasi Kinerja Undang-undang RI no 23 tahun 2004 tentang
Penghapus-an Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan Pengembangan
Strategi Sosialisasi dan Edukasinya di Kota dan Kabupaten Malang
109 Edy Bambang Irawan. 2008. Pengembangan Desain Pelatihan In-Service
Berbasis Konstruktivisme [Propin-K] untuk Meningkatkan Kompe-tensi
Guru Matematika
110 Supriyono Koes Handayanto; Triastono Imam Prasetyo; Parlan. 2008.
Pengembangan Paket IPA terpadu Berbasis Konstruktivisme untuk
Menumbuhkan Kompetensi IPA Siswa SMP
111 Abdul Gofur; Iwan Sahrial Hamid; Edy Meiyanto. 2008. Ekspresi CYP1A1
DAN GST pada Tikus Sprague Dawley setelah Induksi 7,12-
Dimethylbenz(a)antrasen (DMBA) dan Pemberian Ekstrak Daun Dewa
(Gynura procumbens) sebagai Antikarsinogenesis
112 Umie Lestari; Aulani’am; Amy Tenzer. 2008. Pengembangan Bahan
Imunokontrasepsi melalui Produksi Antibodi Poliklonal Protein non kinase
Hasil Isolai dari Membran Spermatozoa Manusia
113 Achmad Fatchan. 2008. Pengembangan dan Penerapan Pembelajaran
Kontekstual Berbasis Pemecahan Masalah di Sekolah Daerah Rawan
Bencana pada Pembelajaran Materi IPS-Geografi di SLTP
114 Singgih Susilo. 2008. Kajian Karakteristik Remaja Putus Sekolah dalam
rangka Pengembangan Life Skill Model
115 Budi Eko Soetjipto; Achmad Samawi; Hakkun Elmunsyah. 2008. Pengem-
bangan E-learning Metode Pembelajaran IPS SD dengan Pende-katan
Inkuiri, Jigsaw, PBL, Group Investigation, TGT danSTAD
116 Puji Handayati. 2008. Pengembangan Buku Panduan Pendirian dan
Penge-lolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)
117 Sriyani Mentari; Siti Thoyibatun. 2008. Inovasi Model Pembelajaran
Interaktif Berbasis Komputer untuk Menunjang Implementasi KTSP SMK
118 Bambang Sugeng; Triadi Agung S. 2008. Pengembangan Model
Perencanaan Strategi Lembaga Sekolah Berbasis Balanced Scorecard
119 Sri Pujiningsih. 2008. Pengembangan Buku Ajar dan Media Pembelajaran
Akuntansi Perbankan untuk SMK Manajemen dan Bisnis
120 Sunaryanto; Suparti; Yayik Sayekti; Timotius Suwarna. 2008.
Pengembangan Bahan Ajar IPS Terpadu dalam Upaya Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Pemecahan Masalah Sosial bagi Siswa SMP/MTs
121 Mardi Wiyono; Sutrisno; Endang Sri Rejeki. 2008. Pengembangan Model
Percepatan Pengomposan Sampah Organik dengan Teknologi Rasio
Optimum C/N/ dan Agitasi untuk Skala Rumah Tanggal
122 Ahmad Fahmi; I Made Wirawan; Slamet Wibawanto; Fitriana Suhartati.
2008. Pengembangan Alat Otomatisasi Datalogger Pengeringan Pembe-
nihan Jagung (Zea Mays) Menggunakan Sistem Pengendalian Berhirarki
Berbasis Kontroler Fuzzy Serta dilengkapi Informasi Short Message
Service (SMS)
123 Siti Sendari; Wahyu Sakti Gunawan; Pranoto. 2008. Decision Support
System (DSS) Pemilihan Jalan Raya Alternatif Berdasar Informasi Banjir
di dalam Kota untuk Menghindari Kemacetan Jalan Terakses Web
124 Slamet Wibawanto; Aripriharta; Dyah Lestari. 2008. Pengembangan
Model Smart Building untuk Menuju Era Intelegent System di Masa
Depan
125 Andi Mappiare AT; Fachrurrazy; Sudjiono. 2008. Kultur Konsumsi Remaja
dan Upaya Bimbingannya: Studi Perspektif Posmodern mengenai
Kecakapan Belanja dan Kearifan Kultural pada Pelajar Metropolitan
Indonesia untuk Pengembangan Media Bibliokonseling
126 Arbaiyah Prantiasih; Nur Wahyu Rochmadi; Suparlan Al Hakim. 2008.
Pengembangan Model Panduan Bekerja di Luar Negeri Bagi Tenaga
Kerja Wanita di Wilayah Kabupaten Malang
127 Roesdiyanto; Sulistyorini; Abdul Huda. 2008. Pengembangan
Pembelajaran Pendidikan Jasmani Menggunakan Pendekatan
Kecerdasan Majemuk untuk Anak Usia Dini di Jawa Timur
128 Sa’dun Akbar; Pujiyanto; I Wayan Sutama. 2008. Pengembangan Model
Pembelajaran Tematis untuk Kelas 1 dan Kelas 2 Sekolah Dasar
129 Setyo Budiwanto; Winarno; Sapto Adi; Oni Bagus Januarto. 2008.
Pengembangan Video Pembelajaran Keterampilan Bulutangkis
130 Djoko Kustono; Solichin; Anny Martiningsih. 2008. Pengembangan Bahan
Ajar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Berorientasi Konstru-ktivistik
guna Menunjang Pelaksanaan KBK di Sekolah Menengah Kejuruan
Teknologi
131 Wasis D. Dwiyogo. 2008. Pengembangan Model Pembelajaran Visioner
untuk Meningkatkan Keterampilan Memecahkan Maslaah Masa Depan
yang Kreativ dan Inovatif
001

Mustiningsih; Sunarni. 2008. Persepsi Dosen terhadap Program Sertifikasi


Kaitannya dengan Profesionalisme di Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Malang
Kata-kata kunci: sertifikasi dosen, profesionalisme dosen
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan, sangat diperlukan tenaga pendi-
dik yang profesional. Tenaga pendidik untuk perguruan tinggi disebut dosen.
Dosen merupakan salah satu dan sekian unsur yang menentukan keberhasilan
pendidikan. Dosen mempunyai tugas mentransfer berbagai ilmu pengetahuan
teknologi dan seni, mengembangkan, dan rnenyebarluaskannya ke masyara-
kat (Tri Dharma Perguruan Tinggi). Untuk menjalankan peran penting tersebut,
seorang dosen perlu secara terus menerus meningkatkan profesionalisme
yang berupa kualifikasi akademik dan unjuk kerja, kompetensi, dan kontribusi.
Untuk mewujudkan profesionalisme, diperlukan sertifikasi dosen guna mening-
katkan mutu pendidikan dalam sistem pendidikan tinggi.
Program sertifikasi juga akan meningkatkan kesejahteraan dosen selain
tuntutan profesionalisme. Sehingga diharapkan akan menciptakan sistem pen-
didikan di Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) khususnya dan Universitas Negeri
Malang (UM) pada umumnya menjadi lebih berkualitas. Berdasarkan latar
belakang penelitian di atas maka peneliti tertarik untuk mengungkap Persepsi
Dosen terhadap Program Sertifikasi Kaitannya dengan Profesionalisme di
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui persepsi dosen FIP UM
terhadap program sertifikasi; (2) mengetahui persepsi dosen FIP UM terhadap
tuntutan profesionalisme; dan (3) mengetahui bahwa persepsi dosen terhadap
program sertifikasi ada kaitannya dengan profesionalisme di FIP UM.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan
deskriptif korelasional. Populasi adalah seluruh dosen FIP UM berstatus
Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berjumlah 252 orang dan sampel berjumlah
72 orang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket
(kuesioner).
Dari hasil analisis data bahwa dosen cenderung menjawab RG atau
ragu-ragu yaitu sebesar 31(43,1%) dalam menyikapi program sertifikasi dosen.
Hal ini berarti banyak dosen di FIP UM masih mempunyai persepsi yang ragu-
ragu terhadap program sertifikasi dosen yang menjadi program pemerintah.
Dosen cenderung menjawab RG atau ragu-ragu yaitu sebesar 51 (72,2%)
dalam menyikapi profesionalisme dosen. Hal ini berarti masih banyak dosen
FIP UM masih mempunyai persepsi yang ragu-ragu juga terhadap program
sertifikasi dosen untuk meningkatkan profesionalisme. Hasil analisis korelasi
menyatakan ada hubungan yang signifikan antara Persepsi Dosen terhadap
Program Sertifikasi (X) dengan Persepsi Dosen terhadap Profesionalisme (Y)
atau Persepsi Dosen terhadap Program Sertifikasi ada Kaitannya dengan
Profesionalisme di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.

002
Djum Djum Noor Benty; Sunarni; R. Bambang Sumarsono. 2008. Faktor-
faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Mahasiswa terhadap
Kualitas Layanan Laboratorium Jurusan AP FIP Universitas
Negeri Malang
Kata-kata kunci: kepuasan mahasiswa, kualitas layanan laboratorium
Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan mahasiswa terhadap layanan laboratorium jurusan
AP; (2) mengetahui tingkat kepuasan mahasiswa terhadap layanan labora-
torium jurusan AP; dan (3) mengetahui faktor yang paling dominan dalam
mempengaruhi kepuasan mahasiswa terhadap layanan laboratorium jurusan
AP.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, berjenis eksploratori.
Penelitian bertujuan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan
mahasiswa terhadap kualitas layanan laboratorium Jurusan AP FIP UM. Popu-
lasinya adalah mahasiswa Jurusan AP FIP UM, berjumlah 467 orang, dan
sampel 96 mahasiswa. Teknik pengambilan data dengan angket. Sedangkan
teknik analisis menggunakan teknik analisis faktor yang selanjutnya dianalisis
deskriptif.
Hasil penelitian yang dalam teori ada 5 faktor antara lain: Keandalan
(Reliability); Ketanggapan (Responsivenes); Keyakinan (Assurance); Empati
(Emphaty); dan Berwujud (Tangible). Setelah dianalisis faktor hasilnya menjadi
8 faktor dan diberi nama faktor: (1) Kualitas Layanan Jasa Pegawai Lab. AP
FIP UM; (2) Kualitas Produk/Fisik Lab. AP FIP UM; (3) Performansi Pegawai
Lab. AP FIP UM; (4) Peralatan Modern; (5) Estitika; (6) Jaminan Pelayanan;
(7) Prosedur/Manajemen Layanan; dan (8) Ketepatan Waktu Pelayanan.
Tingkat kepuasan mahasiswa terhadap kualitas layanan Laboratorium
Jurusan AP FIP UM antara: (1) faktor Kualitas Layanan Jasa Pegawai Lab. AP
FIP UM adalah Setuju (S) frekuensi 52 (54,2%); (2) Kualitas Produk/Fisik Lab
AP FIP UM adalah ragu (R) sebesar 48 (50%); (3) Performansi Pegawai Lab.
AP FIP UM adalah Setuju (S) sebesar 69 (71,9%); (4) Peralatan Modern
adalah Setuju (S) sebesar 68 (70,8%); (5) Estitika adalah Setuju (S) sebesar
54 (56,3%); (6) Jaminan Pelayanan adalah Setuju (S) sebesar 59 (61,5%); (7)
Prosedur/Manajemen Layanan adalah Setuju (S) sebesar 70 (72,9%); dan (8)
Ketepatan Waktu Pelayanan adalah Setuju (S) sebesar 37 (38,5%). Sedang-
kan Faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi kepuasan mahasiswa
terhadap kualitas layanan Laboratorium Jurusan AP FIP UM adalah faktor
Kualitas Layanan Jasa oleh Pegawai Laboratorium AP FIP UM, yang nilai
Extraction Sums of Squared Loadings mencapai 28,416%.
Diharapkan mahasiswa menggunakan peralatan Lab. AP FIP UM
dengan baik, bijaksana, dan menjaganya, serta mematuhi prosedur yang telah
ditetapkan oleh Jurusan AP FIP UM. Bagi pegawai Laboratorium Jurusan AP
FIP UM, diharapkan dapat mempertahankan kualitas layanan jasa dan
performansi pegawai karena ini merupakan faktor yang sangat dominan. dan
dominan bagi mahasiswa dalam penggunaan layanan Lab. AP FIP UM.
Sedangkan faktor yang perlu ditingkatkan adalah: estitika, jaminan pelayanan,
serta ketepatan waktu pelayanan. Bagi Jurusan AP FIP UM, hendahknya
memperhatikan: kualitas produk/fisik Lab, peralatan modern, prosedur/ mana-
jemen layanan, karena faktor ini juga mempengaruhi mahasiswa dalam peng-
gunaan layanan Laboratorium AP FIP UM yang akan mendorong mahasiswa
untuk selalu mengunjungi Laboratorium AP FIP UM sebagai salah satu sumber
belajar.

003
Sjafruddin AR.; Yusuf Hanafi. 2008. Bias-bias Dikotomi antara Keilmuan
Agama dan Keilmuan Umum dalam Buku Ajar Matakuliah
Pendidikan Agama Islam di Universitas Negeri Malang
Kata-kata kunci: bias-bias dikotomi, Islamic Studies, Pendidikan Agama Islam
Bukan eranya lagi disiplin ilmu agama (Islam) menyendiri dan steril dari
kontak dan intervensi ilmu-ilmu kealaman, ilmu-ilmu sosial, dan humaniora.
Karenanya, kesadaran untuk membenahi dan menyembuhkan ―luka-luka diko-
tomi‖ keilmuan umum dan keilmuan agama yang makin hari kian menyakitkan
merupakan tuntutan yang mendesak. Ironisnya, bangunan epistemologi keil-
muan dari text book matakuliah PAI di Universitas Negeri Malang, yakni buku
Reorientasi Pendidikan Islam: Menuju Pengembangan Kepribadian Insan
Kamil, justru mencerminkan paradigma dikotomis dengan model kajian single
entity atau setidaknya isolated entities (padahal idealnya: interconected
entities). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bias-
bias dikotomi antara keilmuan agama dan keilmuan umum dalam buku ajar
tersebut.

004
Ibnu Samsul Huda; Ali Ma’sum; Hanik Mahliatussikah. 2008. Pengembangan
Mata Kuliah Prosa bagi Mahasiswa Jurusan Sastra Arab, Fakultas
Sastra Universitas Negeri Malang
Kata-kata kunci: pengembangan mata kuliah, telaah prosa, mahasiswa
jurusan Sastra Arab
Tidak adanya bahan ajar secara khusus untuk mata kuliah Telaah
Prosa, belum tersedianya buku ajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karak-
teristik mahasiswa, minimnya pemahaman mahasiswa terhadap teori sastra,
ketiadaan buku Telaah Prosa Arab yang berbahasa Indonesia yang lebih
mudah dipahami oleh pebelajar bahasa Indonesia merupakan faktor penting
yang menyebabkan penelitian ini dilakukan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan buku ajar Telaah Prosa
Arab yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik mahasiswa PSPBA
jurusan Sastra Arab UM, menyusun silabus dan rencana perkuliahan semester
(RPS) yang sesuai hasil studi pendahuluan, dan menyusun buku ajar pada
mata kuliah Telaah Prosa Arab sesuai dengan silabus dan RPS.
Rancangan penelitian ini adalah rancangan pengembangan. Data pene-
litian ini terdiri atas data studi pendahuluan dan data uji coba. Instrumen utama
adalah peneliti sendiri (human instrumen) dengan dibantu angket dan wawan-
cara. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian adalah teknik
dokumentasi dengan prosedur melakukan studi pendahuluan, melakukan
perencanaan, uji ahli, revisi I, uji coba keterbacaan dan revisi akhir. Berdasar-
kan jenis data yang dikumpulkan, penelitian ini menggunakan analisis deskrip-
tif yang meliputi empat tahap, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian
data, dan penyimpulan. Untuk mengetahui validitas hasil temuan, dilakukan
metode triangulasi.
Pengembangan bahan ajar disusun berdasarkan studi pendahuluan
terhadap mahasiswa pengguna. Silabus dan RPS pembelajaran telaah prosa
yang juga disusun berdasarkan studi pendahuluan ini memudahkan penyusun
bahan ajar dalam menentukan materi berdasarkan kebutuhan, yaitu sesuai
dengan tingkat kemampuan mahasiswa PSPBA FS UM. Silabus dan RPS ini
kemudian menjadi pijakan dalam penyusunan bahan ajar telaah prosa. Bahan
ajar yang disusun sesuai dengan kebutuhan pebelajar terdiri atas materi teori
dan materi aplikasi dengan bentuk latihan-latihan yang mengarah pada
peningkatan kemampuan menganalisis karya sastra Arab.

005
Dewa Agung Gede Agung. 2008. Penggunaan Media Compact Disc Interak-
tif dalam Mata Kuliah Sejarah Indonesia Modern
Kata-kata kunci: media pembelajaran, compact disc interaktif
Pengembangan media pembelajaran adalah bagian dari kegiatan bela-
jar mengajar. Komunikasi ilmu yang disampaikan oleh seorang pengajar sa-
ngat prinsip dalam proses belajar mengajar sehingga apa yang disampaikan
oleh seorang pengajar dapat diterima dengan baik oleh siswa. Perkembangan
teknologi mengikuti upaya seorang pengajar dalam pembuatan media
pembelajaran yang lebih menarik dan komunikatif. Begitu juga dalam per-
kuliahan Sejarah Indonesia Modern di Jurusan Sejarah FS UM.
Menggunakan power point dalam bentuk CD interaktif merupakan salah
satu media yang sekarang relatif dapat dilakukan dan terjangkau dalam pem-
buatan media pembelajaran, apalagi di tingkat pergutuan tinggi. Dalam pem-
buatan power point ini bersifat interaktif yaitu dilengkapi dengan gambar-
gambar sesuai dengan tayangan yang akan diterangkan. Untuk mengupaya-
kan lebih menarik power point ini dilengkapi dengan narasi dan alunan ins-
trumentalia secukupnya.
Terdapat kendala dalam pembuatan CD interaktif ini, diantaranya pene-
lusuran gambar-gambar atau foto-foto yang dipakai sebagai ilustrasi. Namun
dengan terbuatnya CD interaktif ini diharapkan dapat lebih mengefektifkan
proses perkuliahan Sejarah Indonsia Modern sehingga prestasi mahasiswa
dapat lebih baik.

006
Azizatuz zahro; Dwi Sulistyorini. 2008. Penerimaan Perempuan terhadap
Wacana Poligami dalam Film Ayat-ayat Cinta
Kata-kata kunci: wacana poligami, film ayat-ayat cinta
Pada tahun 2008, dunia film Indonesia disentakkan oleh hadirnya film
Ayat-Ayat Cinta. Film tersebut bukan hanya mampu menghimpun jutaan
penonton, tetapi juga ditonton oleh berbagai kalangan, termasuk kelompok-
kelompok pengajian yang selama ini dikenal jauh dari bioskop.
Film bernuansa religius tersebut sebenarnya mengangkat tema yang
sensitif, yaitu poligami. Di Indonesia, poligami merupakan perilaku yang dapat
diterima oleh sebagian perempuan di Indonesia. Kasus perkawinan antara
Fachri yang telah memiliki istri, Aisha, dan Maria dalam film Ayat-Ayat Cinta
merupakan salah satu contoh perkawinan poligami yang dapat diterima oleh
sebagian perempuan. Alasan menolong perempuan yang malang, Maria,
dalam film tersebut menjadi alasan bagi sebagian besar perempuan untuk
menerima perkawinan kedua Fachri. Kondisi tersebut merupakan salah satu
yang menjadikan diperbolehkannya poligami.
Meskipun sebagian besar perempuan menerima perkawinan kedua
Fachri, ada juga perempuan yang tidak dapat menerima. Alasan yang
dikemukakan adalah perkawinan poligami tidak dapat dibenarkan apapun
alasannya. Menurut perempuan yang tidak dapat menerima poligami sebagai
salah satu bentuk perkawinan yang dilakukan oleh sebagian masyarakat
karena poligami memiliki dampak lebih buruk daripada perkawinan monogami.
Dengan demikian, apapun latar belakangnya, poligami tidak dapat dibenarkan.
Matinya tokoh Maria dalam film Ayat-Ayat Cinta dianggap oleh sebagian
perempuan bahwa sutradarapun tidak berani menjamin kelangsungan poligami
tokoh Fachri.

007
Ali Ma'sum. 2008. Pengembangan Model Pembelajaran Tata Bahasa Arab
Melalui Pembelajaran Berbasis Komputer (PBK) Untuk Madrasah
Aliyah (MA)
Kata-kata kunci: tata bahasa Arab, Pembelajaran Berbasis Komputer,
Madrasah Aliyah
Untuk membantu mempelajari bahasa Arab khususnya tata bahasa
Arab, maka dapat dibuat suatu perangkat lunak komputer (software) melalui
pembelajaran berbasis komputer yang digunakan dalam proses belajar meng-
ajar. Perangkat lunak komputer mempunyai kelebihan dibandingkan dengan
buku, misalnya menampilkan materi dalam bentuk multimedia dan interaktif.
Multimedia komputer mencakup teks, gambar diam, suara, gambar bergerak.
Pengajaran dapat dilakukan secara interaktif, dimana siswa memberikan
masukan atas pertanyaan dan perangkat lunak akan memberikan respon atas
jawaban siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Pembelajaran Berbasis
Komputer (PBK) kemampuan tata bahasa Arab bagi siswa MA, serta menguji
keefektifan, kemenarikan dan efisiensi Pembelajaran Berbasis Komputer
(PBK) bagi siswa MA.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian adalah antara lain: (a)
rancangan pengembangan dan (b) langkah-langkah pengembangan yang
meliputi: memilih topik, merancang dan membuat perangkat lunak/modul pem-
belajaran, konsultasi dengan tim ahli (pakar), revisi perangkat lunak, uji coba
software, revisi perangkat lunak, dan uji coba hasil revisi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa materi untuk kelas 1 meliputi: (a)
Pendahuluan; (b) Isi dan macamnya; (c) Fi’il dan macamnya; (d) Huruf dan
macamnya; (e) I’rob dan tandanya; (f) Mubtada’ dan Khobar. Materi untuk
kelas 2 meliputi: (a) Tasrif fi’il; (b) Fa’il; (c) Maf’ul bih; (d) Na’at/Sifat; (e) Athof;
(f) Idhofah. Materi untuk kelas 3 meliputi: (a) Naibul Fail; (b) Kana dan
saudaranya; (c) Inna dan saudaranya; dan (d) Bilangan. Selain itu masing-
masing materi dilengkapi dengan evaluasi. Dan untuk mempermudah siswa
memahami istilah-istilah yang sudah dibahas pada setiap materi, maka media
ini dilengkapi dengan kamus bahasa arab.
Dari analisis data hasil validasi ahli media, ahli materi dan pengguna,
nampak bahwa prosentase telah lebih dari 60% artinya termasuk kriteria cukup
valid dan valid, sehingga program ini bisa digunakan.
008
Hartatiek; Sirwadji; Chusnana Insyaf Yogihati. 2008. Pengembangan Model
Asessmen Kinerja Melaksanakan Praktikum Fisika Dasar I untuk
Mahasiswa Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang (UM)
Kata-kata kunci: model asessmen, praktikum Fisika Dasar I
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model asesmen kinerja
untuk mengukur kinerja melaksanakan praktikum Fisika Dasar I untuk
mahasiswa Jurusan Fisika EMIPA Universitas Negeri Malang. Pada penelitian
ini dikembangkan model asessmen kinerja yang diharapkan dapat membantu
pembimbing (dosen) matakuliah praktikum Fisika Dasar I dalam meningkatkan
kualitas penyelenggaran praktikum di Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri
Malang. Pengembangan model asesmen dilakukan dengan rancangan pene-
litian dan pengembangan (Research and Development, R & D,) yang terdiri
empat tahap yakni: penyusunan draf awal, judgment, uji coba awal, dan uji
coba akhir (validasi produk). Metode penelitian yang digunakan adalah metode
evaluatif. Penelitian dilaksanakan di Jurusan Fisika EMIPA UM. Hasil pene-
litian menunjukkan bahwa model asessmen yang dikembangkan telah meme-
nuhi reliabilitas karena menunjukkan keajegan yang baik untuk mengukur yang
ditunjukkan dan beda skor rata-rata antar-pengamat tidak lebih dari 10 poin.
Selain itu hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan mahasiswa
dalam melaksanakan praktikum Fisika Dasar I sudah sangat baik. Hal ini terja-
di karena proses pembimbingan telah dilakukan dengan intensif dan kesiapan
mahasiswa dalam melakukan praktikum juga sangat baik.

009
Mahmuddin Yunus; Sriyani Mentari. 2008. Perancangan dan Pembuatan
Kamus Elektronik Matematika untuk SMP
Kata-kata kunci: kamus elektronik, Matematika SMP
Untuk membantu siswa dalam mempelajari matematika, maka perlu
dibuat suatu perangkat lunak komputer (software) melalui pembelajaran berba-
sis komputer dalam bentuk kamus elektronik matematika. Kamus elektronik
matematika ini dapat diakses melalui web site Jurusan Matematika Fakultas
MIPA Universitas Negeri Malang, http://mat.um.ac.id/kamus. Kamus elektronik
ini dapat diakses oleh siapapun dan dimanapun melalui akses internet. Tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) Merancang dan mengem-
bangkan kamus elektronik matematika untuk membantu siswa dalam mempe-
lajari materi Matematika, khususnya matematika SMP dan (2) Menguji keefek-
tifan, kemenarikan dan efisiensi kamus elektronik Matematika bagi siswa,
khususnya siswa SMP.
010
Imam Bukhori; Heny Kusdiyanti. 2008. Hubungan antara Motivasi Berpres-
tasi dan Locus of Control terhadap Learning Outcome Mahasiswa
Jurusan Administrasi Perkantoran
Kata-kata kunci: motivasi berprestasi, Locus of Control
Motivasi berprestasi adalah dorongan yang ada dalam diri mahasiswa
untuk mencapai tujuan, yaitu tujuan meraih prestasi yang diinginkan. Motivasi
berprestasi menurut Winkel (1984:29) adalah achievement motivation yaitu
daya penggerak pada siswa untuk mencapai taraf prestasi belajar yang
setinggi mungkin untuk penghargaan kepada dirinya sendiri‖.
Locus of Control (LOC) adalah merupakan perilaku dan penguatan yang
diterima oleh seseorang untuk berperilaku di bawah kontrol diri sendiri atau
ditentukan oleh orang atau sesuatu di luar dirinya (MacDonald, 1993).
Dari hasil pengujian hipotesis I diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada
perbedaan hasil belajar yang signifikan antara mahasiswa yang memiliki
motivasi tinggi dan bermotivasi rendah.
Berdasar hasil pengujian hipotesis kedua dapat disimpulkan bahwa tidak
ada perbedaan hasil belajar antara mahasiswa yang bertipe LOC internal dan
eksternal. Hasil temuan penelitian ini tidak mendukung teori tentang locus of
control yang menyatakan bahwa tipe locus of control seseorang akan mempe-
ngaruhi usaha dan keberhasilannya.
Berdasar kesimpulan hasil pengujian hipotesis ke tiga diketahui bahwa
tidak ada pengaruh motivasi berprestasi dan tipe LOC mahasiswa terhadap
hasil belajar.
Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menetapkan variabel hasil bela-
jar pada mata kuliah tertentu saja sehingga proses pembelajaran dalam hal ini
strategi, metode, kualitas tugas, tingkat kesulitan soal ujian dapat lebih
dikontrol. Dengan demikian akan dapat dibedakan hasil belajar mahasiswa
berdasar aspek motivasi berprestasi dan tipe LOC.

011
Arif Nur Afandi; Sujito; Yuni Rahmawati. 2008. Pengaruh Injeksi Daya terha-
dap Losses Jaringan Listrik
Kata-kata kunci: injeksi listrik, losses jaringan listrik
Pemenuhan kebutuhan energi listrik dapat dilaksanakan dengan baik,
bila didukung oleh infrastruktur yang cukup. Sistem interkoneksi harus diterap-
kan dengan benar untuk mencukupi pasokan daya listrik yanag sesuai. Untuk
melayani seluruh daerah beban perlu dilakukan pemerataan pemakaian energi
listrik secara tepat, agar kondisi seluruh sistem dapat terjaga keseimbangan-
nya. Selain itu, kondisi operasional juga harus mampu mengimbangi kondisi
dinamis perubahan beban yang setiap seat dan terus meningkat. Kondisi
dinamis pada penyaluran energi dapat mengalami peinadaman total apabila
kekurangan pasokan daya dan mengalami losses (rugi daya) yang besar. Hal
ini menyebabkan kerugian yang sangat besar, baik dipihak penyedia energi
listrik ataupun konsumen yang terganggu aktifitasnya karena terhentinya
pasokan daya listrik. Oleh karena itu injeksi daya pada sistem akan
memberikan tambahan kecukupan daya untuk melayani semua beban, hal ini
untuk mengatasi kekurangan daya yang dikirim ke pusat-pusat beban listik.
Sehingga penyaluran daya listrik berjalan dengan jaminan kwalitas yang baik
dan stok daya yang cukup. Dengan metode kontingensi menggunakan pusat
beban yang tersebar, maka injeksi dapat diprioritaskan pada tempat yang
bebannya besar dengan pertimbangan operasional. Injeksi di Malang Raya,
dapat diberikan hingga 200MW, hal ini mampu mempertahankan interkoneksi
dengan sistem induk yang mensuplai. Tetapi losses sistem tenaga listrik
secara umum menurun dengan adanya injeksi daya, sampai pada kondisi
normal sistem Malang Raya menyerap daya. Pada bates injeksi daya
maksimum, maka kondisi pola aliran daya sistem tenaga listrik hampir tetap,
yaitu mengarah pada pusat beban yang dilayani. Namun pads kondisi Sistem
Malang Raya mampu mensuplai jaringan luar melalui interkoneksi induk, maka
beberapa saluran mengalami perubahan arah aliran daya, sebagai bentuk
kiriman ke sistem interkoneksi yang tersambung ke Malang Raya.

012
Nunung Nurjanah; Titi Mutiara Kiranawati; Ummi Rohajatien. Analisis
Makanan Jajanan (Street Food) di Lingkungan Sekolah Dasar
Kota Malang sebagai Kota UKS
Kata-kata kunci: makanan jajanan, Sekolah Dasar
Penelitian ini bertujuan memperoleh informasi riil jenis dan karakteristik
fisik, karakteristik bahan utama dan bahan tambahan, serta teknik pengolahan
makanan jajanan yang diperjualbelikan di lingkungan sekolah dasar kota
Malang. Adapun sub-variabel dalam penelitian ini adalah: rasa, warna, bentuk,
penyajian, dan temperatur makanan; bahan utama dan bahan tambahan;
proses persiapan, pengolahan, penyajian sebelum dan saat dijual.
Hasil penelitian hanya sebagian kecil makanan yang dijual dengan rasa
asli tanpa bahan lain, penambah rasa yang paling dominan adalah rasa gurih
dan MSG, rasa pedas, rasa coklat dan strawberi, dan perasa manis. Warna
makanan yang alami hanya 25% dari jumlah makanan jajanan, sebagian besar
makanan jajanan menggunakan pewarna sintetis merah, coklat dan strawberi,
hijau dan putih. Bentuk makanan dominan bulat, konsistensi semi basah dan
berkuah, tektur padat. Temperatur makanan dijual dominan dalam keadaan
panas sisanya dingin. Sedangkan penyajian makanan sebagian besar meng-
gunakan kantong plastik baik untuk makanan panas maupun dingin. Hanya
sebagian kecil saja yang menggunakan kemasan khusus untuk makanan.
Bahan utama yang digunakan sangat bervariasi, sementara itu penggunaan
bahan tambahan sangat dominan. Sedangkan teknik pengolahan pada umum-
nya direbus, dikukus, digoreng dan pembekuan.

013
Titi Mutiara Kiranawati; Roesdiyanto; Lismi Animatul C. 2008. Pemetaan Seni
Wisata Kuliner Malang Raya Propinsi Jawa Timur
Kata-kata kunci: pemetaan seni kuliner, wisata kuliner
Salah satu kekayaan bangsa yang belum digali sepenuhnya adalah seni
kuliner Indonesia berupa makanan, jajanan dan minuman serta segala sesuatu
yang berhubungan dengan pengadaan hidangan-hidangan tradisional. Seni
kuliner tersebut terdapat pada hidangan-hidangan tradisional yang masih
tersebar diberbagai pelosok nusantara dengan ciri khas yang spesifik dan unik.
Seni kuliner Malang merupakan salah satu kekayaan bangsa yang perlu di tata
dan dilestarikan kembali melalui arsip yang jelas mengenai keberadaan resep-
resep tradisional tersebut. Bukanlah suatu hal yang mudah mencari data
tersebut karena harus mencari sumber-sumber yang dapat dipercaya, bahkan
sampai ke pelosok daerah yang ada di Malang. Dengan demikian diharapkan
dapat memperoleh data mengenai makanan dan minuman khas yang masih
tradisional dengan resep-resep aslinya untuk didata kembali.
Hidangan-hidangan tradisional Malang sangat beraneka ragam keu-
nikannya yang merupakan khas hidangan Malang, meliputi, makanan dan
minuman tradisional dengan perbedaan-perbedaan pada bahan pokoknya,
bumbu-bumbunya, cara pengolahan, dan cara penyajiannya dengan tata cara
makan dan waktu yang berbeda pula. Masalah yang akan dibahas dalam
penelitian ini meliputi: Bagaimana gambaran mengenai hidangan tradisional
dalam seni kuliner Malang? Bagaiman cara penyajian hidangan tradisional
yang digunakan dalam pola makan dalam seni kuliner Malang. Sesuai dengan
latar belakang masalah, rumusan masalah dan teori-teori yang sudah
diungkapkan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini sebagai
berikut: Memperoleh gambaran yang jelas mengenai hidangan tradisional
dalam seni kuliner Malang. Mengetahui cara penyajian hidangan tradisional
yang digunakan dalam pola makan dalam seni kuliner Malang..
Seni kuliner Malang Raya yang meliputi ragam hidangan tradisional
Malang yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk hewani, lauk pauk nabati,
sayuran, makanan sepinggan, makanan pelengkap (sambal-sambalan), jajan-
an dan minuman. Makanan pokok yang banyak dikonsumsi adalah nasi putih
dan nasi empok. Lauk pauk terdiri dari lauk pauk hewani dan lauk pauk nabati
yang berasal dari kacang-kacangan dan hasil olahnya (tempe, tahu, dan
menjes). Sayuran disebut juga dengan ―Jangan‖ seperti jangan bening, jangan
manisah, urap, kuluban, lodeh. Pelengkap berupa sambal mentah dan sambal
matang serta kerupuk. Jajanan yang dikonsumsi sebagian besar berbahan
dasar sumber karbohidrat, sedangkan minuman sehari-hari lebih sering teh
manis dan kopi atau sesekali es degan, dawet, dll
Bahan dan bumbu yang digunakan nerupakan hasil bumi yang banyak
diperoleh di daerah setempat. Bahan makanan yang banyak digunakan antara
lain, beras, singkong, jagung, berbagai sayuran seperti wortel, kubis, daun
bayam, kangkung, berbagai bahan hewani yaitu sapi, ayam, ikan, itik, dan
berbagai bahan bumbu kering dan bumbu basah. Penyajian hidangan sehari-
hari bersifat sederhana sesuai dengan waktu makan.

014
Ilham Ari Elbaith Zaeni; Siti Sendari. 2008. Pemanfaatan Sistem Kendali
Logika Fuzzy untuk Pengaturan Temperatur pada Proses Pas-
teurisasi Susu
Kata-kata kunci: system kendali logika fuzzy, pasteurisasi susu
Susu merupakan sumber gizi terbaik bagi manusia. Kerusakan pada
susu disebabkan oleh terbentuknya asam laktat sebagai hasil fermentasi
laktosa oleh koli. Untuk meminimalkan kontaminasi oleh mikroorganisme dan
menghambat pertumbuhan bakteri pada susu agar dapat disimpan lebih lama
maka penanganan sesudah pemerahan hendaknya menjadi perhatian utama
peternak. Telah tersedianya listrik hingga pelosok desa akan menopang peng-
gunaan pengolahan susu pasteurisasi. Dari data hasil pengujian per-bagian
sistem maupun keseluruhan sistem di atas dapat diketahui bahwa secara
umum sistem menghasilkan error kurang dari 5%. Suhu yang dihasilkan oleh
sistem memiliki kesalahan antara 0% sampai dengan 0,47% dengan rata-rata
persentase kesalahan dari pengujian ini adalah 0,23%. Sedangkan waktu yang
dihasilkan oleh sistem memiliki kesalahan 4%. Persentase kesalahan ini masih
lebih rendah dari persentase kesalahan yang dapat diterima yaitu sebesar 5%.
Kesalahan sistem pemanas sebesar 0,23% terjadi karena kurang presisinya
sistem dalam mengatur suhu. Hal ini terjadi karena beberapa hal, misalnya
karena penggunaan membership function masukan atau membership function
masukan yang sedikit.

015
Bambang Budi Wiyono. 2008. Hubungan Struktural Tingkat Pendidikan,
Golongan Kepangkatan, Masa Kerja, dan Usia Guru dengan
Motivasi Kerja dan Keefektifan Kerja Tim Guru Sekolah Dasar
Kata-kata kunci: motivasi kerja guru, keefektifan kerja tim guru
Salah satu faktor yang sangat menentukan dalam meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah adalah guru. Tinggi rendahnya mutu hasil belajar siswa
banyak tergantung pada kemampuan guru. Apabila guru memiliki kemampuan
yang baik dalam melaksanakan tugas, maka akan bisa membawa dampak
peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui koefisien hubungan tingkat pendidikan, golongan kepangkatan,
masa kerja, dan usia guru dengan motivasi kerja dan keefektifan kerja tim guru
sekolah dasar negeri dalam melaksanakan tugas, baik secara langsung atau
tidak langsung. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat menemukan faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap motivasi kerja dan keefektifan kerja guru
sekolah dasar.
Penelitiaan ini dilakukan di sekolah dasar negeri kabupaten Malang.
Sampel penelitian diambil sebesar 438 guru. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah proportional cluster random sampling. Desain penelitian
menggunakan rancangan penelitian eksplanasi bentuk causal modelling.
Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan
dokumentasi. Model instrumen yang dikembangkan adalah kuesioner tipe
summated rating. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif,
dan analiais structural equation modelling. Pengolahannya menggunakan
program SPSS, Microsoft Excell, dan Lisrel (Linier Structural Relation).
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa: (1) ada hubungan
positif langsung antara tingkat pendidikan dengan motivasi kerja guru dalam
melaksanakan tugas; (2) ada hubungan tidak langsung antara tingkat
pendidikan dengan keefektifan kerja tim guru dalam melaksanakan tugas; (3)
tidak ada hubungan antara golongan kepangkatan guru dengan motivasi kerja
guru dan keefektifan kerja tim guru dalam melaksanakan tugas, baik secara
langsung atau tidak langsung; (4) tidak ada hubungan antara masa kerja guru
dengan motivasi kerja guru dan keefektifan kerja tim guru dalam melaksana-
kan tugas, baik secara langsung maupun tidak langsung; (5) ada hubungan
negatif langsung antara usia guru dengan motivasi kerja guru dalam
melaksanakan tugas; (6) ada hubungan negatif tidak langsung antara usia
guru dengan keefektifan kerja tim guru dalam melaksanakan tugas; dan (7)
ada hubungan positif langsung yang sangat kuat antara motivasi kerja guru
dengan keefektifan kerja tim guru dalam melaksanakan tugas. Semakin tinggi
motivasi kerja guru, semakin tinggi pula keefektifan kerja tim guru dalam
melaksanakan tugas. Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan memper-
timbangkan faktor tingkat pendidikan dan usia dalam sistem pengelolaan
sumber daya manusia di sekolah, baik dalam seleksi, pembinaan karier, atau
pengembangan sumber daya manusia. Dalam rangka meningkatkan keefektif-
an kerja tim guru, maka langkah pertama yang harus dilakukan kepala sekolah
atau pejabat dinas pendidikan perlu meningkatkan motivasi kerjanya. Faktor-
faktor yang mendorong motivasi kerja guru, baik secara internal maupun eks-
ternal, perlu ditingkatkan secara optimal.

016
Sa’dun Akbar. 2008. Pendidikan Karakter di Pesantren Darut-Tauhid
Bandung (Studi dalam Perspektif Pendidikan Umum SD)
Kata-kata kunci: pendidikan karakter, pesantren Darut-Tauhid
Penelitian Hibah Bersaing tahun ketiga ini bertujuan: (1) menghasilkan
model-model pembelajaran tematik untuk kelas-1 dan kelas-2 SD yang teruji
secara valid menurut praktisi; (2) menghasilkan model-model pembelajaran
tematik untuk kelas-1 dan kelas-2 SD yang efektif dapat mencapai tujuan
pembelajaran bagi kelas-1 dan kelas-2 SD; dan (3) menghasilkan CD interaktif
untuk pembelajaran tematik untuk kelas-1 dan kelas-2 SD.
Untuk mencapai tujuan di atas, penelitian dilakukan dengan rancangan
penelitian pengembangan. Ujicoba model di lakukan dalam skala luas di SD
Kelas-1 dan Kelas-2 SD di Jawa Timur. Yang menjadi responden penelitian ini
adalah guru-guru kelas-1 dan kelas-2 SD di beberapa sekolah di Jatim untuk
uji keterterapan model, dan siswa-siswa kelas-1 dan kelas-2 SD di Jatim untuk
uji keefektifan model. Data dikumpulkan dengan angket. Analisis data
dilakukan secara deskriptif.
Untuk menentukan kelayakan/validitas model yang dihasilkan dilakukan
analisis gabungan antara keterterapan model, validitas bahan ajar, dan keefek-
tifan model dalam pencapaian tujuan pembelajaran secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: penelitian ini telah menghasilkan
model-model pembelajaran tematik untuk kelas-1 SD pada tema: Diri sendiri,
Keluarga, Lingkungan, Pengalaman, Kebersihan-Keindahan-Keamanan, dan
Kegemaran pada kriteria yang layak/valid; disamping itu juga menghasilkan
model-model pembelajaran tematik tema: Diri-Sendiri dan Lingkungan untuk
kelas-2 SD dengan kriteria sangat layak/sangat valid; model lainnya yang
dihasilkan adalah model-model tematik untuk tema: Keluarga, Pengalaman,
dan Kegemaran untuk kelas-2 SD dengan hasil yang layak/valid. Untuk model
pembelajaran yang dinyatakan sangat layak/sangat valid dapat langsung
digunakan tanpa revisi, sedangkan yang termasuk layak/valid dapat digunakan
dengan revisi kecil. Secara umum, model yang dihasilkan melalui penelitian ini
cukup baik dan layak digunakan dalam pembelajaran di kelas-1 dan kelas-2
SD.
017
Nur Mukminatien. 2008. Implementasi Cooperative Learning dengan
Collaborative Assessment Untuk Meningkatkan Keterampilan
Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris dalam Mengajar Writing
Kata-kata kunci: cooperative learning, collaborative assessment, writing
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan mahasiswa pendidikan bahasa Inggris program Magister (S2)
PPs Universitas Negeri Malang dalam mengajar Writing melalui Cooperative
Learning (CL) dan Collaborative Assessment (CA). CL adalah belajar dalam
kelompok untuk mengerjakan tugas dan memecahkan masalah secara bersa-
ma-sama, sedangkan CA adalah penilaian kolaboratif atas proses dan hasil
belajar yang dilakukan oleh dosen (teacher assessment), sesama pembelajar
(peer assessment), dan penilaian diri (self assessment).
PTK dilaksanakan dalam mata kuliah The Teaching of Writing selama
satu semester dalam 2 siklus. Siklus 1 berfokus pada peningkatan pengetahu-
an tentang pembelajaran Writing, sedangkan siklus 2 berfokus pada pening-
katan keterampilan mengajar Writing. Instrumen dan teknik yang digunakan
adalah ceklis komponen pembelajaran Writing, penugasan, dan rubrik peni-
laian RPP dan rubrik praktek mengajar.
Kegiatan belajar dengan CL dan CA selama siklus 1 dalam 6 pertemuan
telah mencapai kriteria keberhasilan, yaitu 86% (kriteria minimal 70%)
mahasiswa dapat mengidentifikasi jenis-jenis teks dengan benar serta dapat
mendeskripsikan struktur generik dari teks yang diberikan. Selain itu mereka
mampu membuat latihan-latihan struktur bahasa yang terkait dengan fitur
linguistik yang gayut dengan teks yang diberikan. Namun karena tujuan akhir
pembelajaran adalah kemampuan untuk mengajar Writing, maka tindakan
dilanjutkan dengan pada Siklus 2. Tindakan pada selama 8 pertemuan pada
Siklus 2 menunjukkan keberhasilannya, yaitu mahasiswa mampu mengem-
bangkan RPP dengan minimal 5 komponen yang mendeskripsikan skenario
pembelajaran, yaitu terdiri atas tujuan, materi pokok, metode (termasuk
langkah-langkah pembelajaran), sumber belajar/media, dan penilaian. Selain
itu mereka mampu mendemonstrasikan langkah-langkah pembelajaran yang
sesuai dan mengacu pada pembelajaran inkuiri dengan hasil skor 89 untuk
pembelajaran kelas X, 86 kelas XI, dan 91 kelas XII. Hasil tersebut melampaui
kriteria keberhasilan yang telah ditentukan dengan skor minimal 80.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran writing
dengan mengimplementasikan CL dengan CA berhasil meningkatkan penge-
tahuan dan keterampilan mahasiswa dalam mengajar writing. Diskusi kelom-
pok dalam implementasi CL terbukti efektif, dan CA memberikan gambaran
yang lebih sempurna tentang keberhasilan pembelajar dalam pencapaian
kompetensi yang telah ditetapkan. Selain itu, dalam praktek mengajar sejawat
(peer teaching), penilaian kolaboratif mampu memberikan umpan balik yang
lebih banyak sehingga dapat dijadikan input untuk perbaikan.

018
Mardi Wiyono. 2008. Analisis Profesionalisme Dosen dalam Program Pen-
jaminan Mutu
Kata-kata kunci: profesionalisme, penjaminan mutu
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan profesionalisme dalam
penjaminan mutu. Dosen memiliki aktivitas pokok tri dharma perguruan tinggi,
yaitu: pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Penelitian
dilakukan dengan metode deskriptif dan bersifat studi kasus di Program Studi
Pendidikan Teknik Mesin FT UM. Berdasarkan hasil penelitian ini ada bebera-
pa hal yang perlu diperhatikan untuk ditingkatkan, yaitu: tingkat pendidikan
dosen yang masih banyak berijasah S1, peran dosen dalam penelitian rendah,
penulisan karya ilmiah dan penulisan buku masih rendah, aktivitas pengabdian
kepada masyarakat, dan aktivitas dalam seminar dan lokakarya yang juga
rendah Di samping itu, dosen belum banyak memanfaatkan ICT dalam karya
akademiknya. Aktivitas dosen dalam kegiatan akademik perlu dimotivasi dan
diarahkan oleh Ketua Jurusan, agar dosen dapat meningkatkan kinerjanya
dalam meningkatkan profesionalismenya.

019
F. Danardana Murwani. 2008. Faktor-faktor Penentu Penggunaan Websites
sebagai Media Pembelajaran Matakuliah Konsentrasi Pemasaran
(Perspektif Theory of Reasoned Action dan Theory of Technology
Acceptance)
Kata-kata kunci: theory of reasoned action, theory of technology acceptance,
structural equation modeling, penggunaan websites, media
pembelajaran, pendidikan ekonomi
Penelitian ini berupaya menjelaskan perilaku mahasiswa yang
menggunakan websitas (www.emeraldinsiaht.com dan www.amsreview.org)
sebagai media pembelajaran matakuliah konsentrasi pemasaran berdasarkan
perspektif Theory of Reasoned Action (TRA) dan Theory of Technology
Acceptance (TTA). Perspektif TRA dan TTA dipilih karena ketua perspektif
tersebut mengkaji aspek manusia dalam penggunaan (pengadopsian)
websites. Dalam hal ini ingin mengetahui sejauhmana kedua websites telah
digunakan oleh mahasiswa sebagai sarana peningkatan kualitas tugas-tugas
matakuliah konsentrasi pemasaran. Kedua websites itu tidak akan berfungsi
sebagai sarana peningkatan kualitas tugas-tugas matakuliah konsentrasi
pemasaran manakala mahasiswa enggan atau bahkan menolak untuk meng-
gunakannya.
Eksplanasi perilaku mahasiswa tersebut melahirkan dua masalah
penelitian, yakni (1) masalah penelitian mengenai hubungan pengukuran
setiap konstruk, atau hubungan antara setiap konstruk dengan sejumlah
indikator yang merefleksikan konstruk tersebut dan (2) masalah penelitian
mengenai hubungan kausal antar konstruk. IRA mencakup juga konstruk, yaitu
sikap terhadap perilaku menggunakan websites sebagai media pembelajaran
matakuliah konsentrasi pemasaran (A), norma subjektif mengejar perilaku
menggunakan websites sebagai media pembelajaran matakuliah konsentrasi
pemasaran (SN), dan niat untuk menggunakan websites sebagai media
pembelajaran matakuliah konsentrasi pemasaran (31). Sedangkan TTA
mencakup empat konstruk, yaitu dua konstruk TRA, yakni A dan B, ditambah
dua konstruk, yakni kemanfaatan websites sebagai media pembelajaran
matakuliah konsentrasi pemasaran (U), dan kemudahan penggunaan websites
sebagai media pembelajaran matakuliah konsentrasi pemasaran (EOU).
Penelitian ini menggunakan rancangan confirmatory survey. Populasi
penelitian ini adalah semua mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Malang yang menempuh matakuliah konsentrasi
pemasaran pada semester genap 2007/2008 yang berjumlah 344 mahasiswa.
Pengambilan sampel pembeli dilakukan menggunakan teknik random
sampling, dengan sampel sebesar 183 yang ditentukan berdasarkan formula
Davis dan Cosenza. Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian, yakni
kuesioner Skala Likert. Instrumen penelitian divalidasi dengan berpedoman
tiga properti psikometrika, yang mencakup uniclimensionalitas
(unidimansionality), reliabilitas koraposit (composite reliability), dan vaIiditas
konstruk (construct validity). Data yang telah terkumpul dianalisis
menggunakan structural equation modeling (SEM) dengan LISREL release 8
sebagai statistical software.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa unidimensionalitas, reliabilitas
komposit, dan validitas konstruk berhasil terkonfirmasi pada hubungan peng-
ukuran setiap konstruk (model pengukuran). Hasil itu mengindikasikan bahwa
indikator-indikator teruji merefleksikan konstruknya. Hubungan kausal antar
konstruk (model struktural) yang dihasilkan oleh penelitian ini berhasil
mengkonlirrnasi TRA sebagaimana yang dihipotesiskan. Sedangkan dalam
perspektif TTA, hubungan kausal itu baru berhasil dikonfirmasi setelah
dilakukan penyesuaian terhadap model pengukurannya. Hasil ini menunjukkan
konsistensi TRA dalam berbagai setting, khususnya setting pendidikan.
Menindaklanjuti hasil analisis data sebagai temuan penelitian, melalui
penelitian ini disampaikan sejumlah saran seperti berikut. Adopsi temuan
penelitian sebagal tindak lanjut penelitian ini perlu dilakukan oleh pimpinan
baik fakultas maupun universitas, khususnya di UM. Aspek sikap terhadap
perilaku menggunakan websites dan norma subjektif yang berkontribusi positif
kepada niat dan perilaku sebagaimana dalam IRA, serta kerelevanan kumu-
dahan penggunaan websites dan kemanfaatan websites sebagaimana dalam
TTA, dapat dijadikan fokus adopsi. Program pelatihan pemanfaatan websites
dan pendampingan kepada mahasiswa secara intensif yang mengarah pada
penumbuhan sikap positif, peningkatan keterampilan, dan peran norma subjek-
tif disarankan untuk dilakukan. Selain itu, penelitian ini mempunyai keterbatas-
an dalam generalisasi temuan penelitian, yakni keberlakuan TRA dan HA pada
setting pendidikan. Oleh karena itu, validasi ulang IRA dan HA pada setting
pendidikan yang menjangkau populasi yang lebih luas menjadi agenda bagi
penelitian di waktu yang akan datang.

020
Ali Imron; Iriaji. 2008. Manajemen Penjaminan Kualitas Layanan Pendidik-
an dan Pengajaran dalam Latar Institusi Pendidikan Tinggi (Studi
Multi Kasus di Jurusan Administrasi Pendidikan, Ilmu Keolah-
ragaan, dan Pendidikan Luar Sekolah FIP Universitas Negeri
Malang
Kata-kata kunci: layanan pendidikan, layanan pengajaran
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan: manajemen penjaminan
kualitas masukan (student intake) jurusan AP, IK dan PLS FIP Universitas
Negeri Malang, manajemen penjaminan kualitas proses perkuliahan jurusan
AP, IK dan PLS FIP Universitas Negeri Malang, manajemen penjaminan
kualitas sarana prasarana PBM jurusan AP, IK dan PLS FIP Universitas Negeri
Malang, dan manajemen penjaminan kualitas lulusan jurusan AP, IK dan PLS
FIP Universitas Negeri Malang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan mixing, ialah gabungan antara
pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Rancangan penelitian ini adalah studi
multi kasus. Sasaran penelitian ini adalah tiga jurusan di lingkungan Fakulas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, masing-masing: jurusan Adminis-
trasi Pendidikan (AP), Jurusan Ilmu Keolahragaan (IK) dan Jurusan Pendidik-
an Luar Sekolah (PLS), karena ketiganya mempunyai karakteristik yang
berbeda dan menonjol. Teknik pengumpulan data adalah akses dokumentasi,
wawancara mendalam, observasi peran serta dan focuss group discussion.
Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif
tendensi sentral adalah persentase, rerata, dan mode. Sedangkan data
kualitatif dianalisis dengan menggunakan proses interaktif yang ditawarkan
oleh Miles dan Hubermen (1994), yang meliputi: data collection, data
reduction, data display dan conclussion drawing/verifying.
Berdasarkan keseluruhan uraian di atas, didapatkan temuan penelitian
yang terkait dengan: (1) manajemen penjaminan kualitas student intake; (2)
manajemen penjaminan kualitas proses PBM; (3) manajemen penjaminan
kualitas sarana PBM; dan (4) manajemen penjaminan kualitas lulusan.
Berdasarkan keseluruhan temuan, direkomendasikan sebagai berikut.
Pertama, guna meningkatkan kualitas input, jurusan AP, IK, dan PLS perlu
membidik secara khusus kandidat mahasiswa yang berasal dari sekolah-seko-
lah yang mempunyai passing grade tinggi, seraya memberikan kesempatan
khusus kepada 3 lulusan terbaik dari masing-masing SMA. Dalam rangka
meningkatkan kualitas input perlu memperluas jaringan informasi penerimaan
mahasiswa baru ke berbagai daerah. Guna tetap menjaga kualitas input,
proses dan ouput lulusan, pembatasan daya tampung untuk disesuaikan
dengan ketersediaan SDM harus dilakukan. Guna mendapatkan input yang
tidak hanya unggul dari kapabilitas akademik, tetapi juga mendapatkan pribadi
yang cocok sesuai dengan tugas yang akan diemban oleh lulusan, sangat
bagus jika materi seleksi tambahan sebagaimana yang dilakukan oleh jurusan
IK juga perlu dilakukan oleh jurusan AP dan PLS.
Kedua, aspek kehadiran dosen dan mahasiswa yang tidak kurang dari
standar perlu dipertahankan dan ditingkatkan. Perlu memantau penggunaan
silabus oleh dosen, apakah benar-benar silabus yang sudah dibakukan oleh
jurusan ataukah tidak (silabus buatan sendiri). Pemantauan terhadap sistem
perkuliahan yang dilakukan oleh mahasiswa terhadap dosen pengampu
matakuliah, dan ditindaklanjuti dengan pembuatan laporan secara sistematis,
Diagnosis kesulitan belajar mahasiswa perlu dilakukan secara sistematis,
karena umumnya yang dilakukan selama ini baru sebatas secara insidental.
Monitoring perkuliahan dan student achievement perlu dilanjutkan, dan
diperluas terutama pada aspek kesamaan topik per minggu dengan silabus
yang sudah dibakukan di tingkat jurusan. Guna meningkatkan profesionalitas
dosen pengampu matakuliah, diberikan kesempatan untuk mendalami
spesialisasi matakuliah yang diajar pada pendidikan degre dan non degre,
sehingga matakuliah yang diampu benar-benar berbasis pada konsep dan
teori yang jelas.
Ketiga, ke depan perlu pengalokasian anggaran pemeliharaan sarana
PBM. Guna lebih dapat mengoptimalkan ruangan, maka sepatutnya terdapat
rancangan penggunaan ruangan yang fleksibel, sehingga ruangan tersebut
dapat dipergunakan untuk berbagai jenis keperluan. Model-model perkuliahan
yang tidak terpaku di suatu ruangan patut dikembangkan. Mengingat
kebanyakan koleksi bahan pustaka terbitan 5 tahun yang lalu atau lebih, maka
pengadaan pustaka yang terbit dua tahun terakhir, dan terutama cetakan
pertama patut dilakukan. Berbagai projek block grand yang dimenangkan oleh
ketiga jurusan tersebut, sepatutnya banyak dialokasikan untuk pengadaan
pustaka terbitan dua tahun terakhir, yang meliputi: buku, jurnal, CD dan
sebagainya. Sarana dan peralatan laboratorium yang tersedia patut
ditingkatkan jumlah dan kualitasnya
Keempat, guna memperpendek waktu masa tunggu untuk mendapatkan
pekerjaan pertama kali, maka perlu pembekalan kepada mahasiswa life skills
dan kemampuan kewirausahaan, sehingga ketika lulus dapat memilih di antara
dua alternatif yang relevan dengan kompetensi dan pilihannya, adalah bekerja
pada sektor formal atau melakukan wirausaha sesuai dengan bidang
keahliannya. Untuk menaikkan nilai tawar lulusan, selain dengan menaikkan
kualitas lulusan, juga sekaligus mempertajam ciri khas lulusan.

021
Roekhan; Ali Imron. 2008. Model Penanaman Pendidikan Karakter di Pon-
dok Pesantren
Kata-kata kunci: model, pendidikan karakter, pondok pesantren
Sesuai dengan rumusan masalah yang ada, maka secara umum tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui model penanaman pendidikan karakter
di pondok pesantren. Sedangkan secara khusus yaitu untuk (1)
mendeskripsikan model penanaman karakter di pondok pesantren ditinjau dari
keteladanan pendidiknya; (2) mendeskripsikan bentuk kegiatan rutin atau
terprogram untuk menanamkan sikap dan perilaku positif pada siswa di pondok
pesantren; dan (3) mendeskripsikan bentuk kegiatan ekstrakurikuler di pondok
pesantren.

022
Tri Maryami, Evi Susanti. 2008. Uji Efektifitas Limbah cair Tempe sebagai
Larvasida Nyamuk DBD (Demam Berdarah Dengue)
Kata-kata kunci: limbah, tempe, larvasida dan nyamuk
Nyamuk DBD (Demam Berdarah Dengue) merupakan vektor utama
penularan penyakit demam berdarah antar manusia. Salah satu metoda
pengendalian nyamuk DBD yang efektif dan sederhana adalah dengan meng-
gunakan larvasida yang mampu membunuh larva nyamuk pada genangan air
yang menjadi sarang nyamuk tersebut. Penggunaan larvasida sintetik secara
terus-menerus dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan dan
kesehatan. Dampak yang paling utama adalah munculnya efek resistensi,
sehingga diperlukan larvasida alamiah sebagai insektisida alternatif untuk
pengendali larva nyamuk DBD. Limbah cair industri pembuatan tempe diduga
memiliki potensi yang baik sebagai insektisida alternatif tersebut.Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui pengaruh konsentrasi limbah cair
tempe terhadap mortalitas larva nyamuk DBD; (2) menentukan nilai LC50
limbah cair tempe terhadap larva nyamuk DBD; (3) mengetahui pengaruh
waktu dan suhu penyimpanan terhadap aktivitas larvasidanya; dan (4)
mengetahui sifat larvasida asam fitat. Tahapan penelitian yang telah dilakukan
adalah sebagai berikut (1) persiapan sampel yaitu limbah cair tempe yang
berasal dari proses perendaman biji kedelai selama 1 hari dan
inositolheksafosfat (asam fitat) sebagai pembanding serta larva nyamuk
sebagai hewan uji yang digunakan; (2) uji aktivitas inositolheksafosfat (asam
fitat) dan limbah cair tempe sebagai larvasida nyamuk; dan (3) penentuan
pengaruh waktu dan suhu penyimpanan limbah tempe terhadap aktivitas
larvasidanya, dan (4) pengolahan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
(1) semakin tinggi konsentrasi limbah cair tempe mengakibatkan semakin
besar kematian larva nyamuk DBD. Limbah cair tempe dapat membunuh
100% larva nyamuk DBD pada konsentrasi ≥ 80% dan selama 48 jam; (2)
analisis regresi probit dengan program SPSS 13 terhadap data hasil uji sifat
larvasida limbah cair tempe pada berbagai konsentrasi terhadap larva nyamuk
Aedes aegypty, menunjukkan bahwa selama waktu pengujian 24 jam
menghasilkan LC50 pada konsentrasi 35% dan selama waktu pengujian 48 jam
menghasilkan LC50 pada konsentrasi 20,4%; (3) waktu penyimpanan sampai
hari ke-7 relatif tidak mempengaruhi sifat larvasida limbah cair tempe,
sedangkan perlakuan pendinginan selama penyimpanan dan autoklaf sebelum
digunakan sebagai larvasida mengakibatkan turunnya aktivitas limbah cair
tempe sebagai larvasida; dan (4) sifat larvasida natrium fitat pada konsentrasi
25 mg/mL atau 2,5% dapat menyebabkan kematian rata-rata 75% larva
nyamuk DBD Aedes aegypti sehingga diduga asam fitat merupakan salah satu
senyawa aktif yang menyebabkan limbah cair tempe bersifat larvasida.

023
Muntholib; Elly Hendrik Sanjaya. 2008. Pemanfataan Sampah Organik di
Universitas Negeri Malang menjadi Pupuk Organik: Suatu Uji
Coba Produksi Kompos dari Kampus Universitas Negeri Malang
Kata-kata kunci: kompos, EM5, sampah organik
Sampah merupakan material sisa yang tidak diperlukan setelah
berakhirnya suatu proses. Oleh karena itu keberadaan sampah sering
menimbulkan masalah, tidak terkecuali di Universitas Negeri Malang (UM).
2
Kampus UM dengan luas 413.730 m dan dikelilingi oleh berbagai macam
3
pohon dan tanaman, setiap hari menghasilkan sekitar 5,5 m sampah, dan
hampir seluruhnya adalah sampah organik. Meskipun menghasilkan banyak
sampah, sampai saat ini UM belum mempunyai sarana pengolah sampah.
Padahal sampah organik sangat potensial untuk dijadikan pupuk organik atau
kompos yang mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi. Melalui penelitian ini
telah dilakukan uji coba pengolahan sampah di kampus UM menjadi kompos
serta menganalisis kualitas kompos yang dihasilkan atas dasar Standar
Nasional Indonesia (SNI) untuk kompos serta dibandingkan dengan kualitas
salah satu pupuk organik yang ada di pasaran.
Fermentasi sampah menggunakan mikroba Superdegra (EM5) dilaku-
kan di kampus Universitas Negeri Malang pada bulan Mei sampai Desember
2008, sedangkan analisis kualitas pupuk dilakukan di Laboratorium Kimia
Tanah, Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan bantuan mikroba EM5,
sampah organik dari sampah UM dapat diuraikan menjadi kompos dalam
waktu empat hari. Kompos yang dihasilkan mempunyai warna coklat kehitam-
an, bahan organik 23,8%; pH 6,8; N total 2,2%; C organik 13,8%; P total
0,35%; rasio C/N 6; K total 1,1 dan KTK 46,7 me/100g. Secara umum kompos
yang dihasilkan sudah memenuhi untuk kompos dan setara dengan kualitas
kompos yang dijual di pasaran.

024
Lismi Animatul Chisbiyah, Laili Hidayati, Nunung Nurjanah. 2008. Uji Mutu
Dendeng Ikan Mujair (Tilapia Mossambica)
Kata-kata kunci: uji mutu, dendeng ikan mujair
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis perbedaan warna pada
dendeng mujair yang menggunakan gula aren, gula kelapa, dan gula tebu; (2)
Menganalisis perbedaan tekstur pada dendeng mujair yang menggunakan gula
aren, gula kelapa dan gula tebu; (3) Menganalisis perbedaan aroma pada
dendeng mujair yang menggunakan gula aren, gula kelapa dan gula tebu; dan
(4) Menganalisis perbedaan rasa pada dendeng mujair yang menggunakan
gula aren, gula kelapa dan gula tebu.
Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2008 di Laboratorium Bakery &
Pastry Tata Boga Gedung H4 Lt. 2 Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang.
Pengumpulan data uji mutu hedonik dendeng mujair masak dilakukan
dengan mengisi format penilaian. Setiap panelis memperoleh lembar penilaian
uji mutu hedonik dendeng mujair masak. Lembar tersebut diisi berdasarkan
hasil uji panelis terhadap sifat-sifat sensoris dendeng ikan mujair dengan
perlakuan berbeda. Panelis yang digunakan adalah agak terlatih yaitu panelis
yang terbiasa dengan produk yang diuji dan mengetahui hal apa saja yang
menentukan kualitas baik dalam suatu produk. Banyaknya panelis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 20 orang dengan tiga kali pengulangan.
Panelis diambil secara acak dari mahasiswa DIII Tata Boga tahun angkatan
2006-2007 Teknologi Industri Universitas Negeri Malang.
025
Laili Hidayati; Lismi Animatul Chisbiyah; Titi Mutiara Kiranawati. 2008.
Evaluasi Mutu Organoleptik Bekasam Ikan Wader
Kata-kata kunci: organoleptik, bekasam, ikan wader
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis perbedaan jumlah protein
terlarut pada bekasam ikan wader dengan penambahan tape beras, tape ketan
putih, tape ketan hitam; (2) Menganalisis perbedaan rasa bekasam ikan wader
dengan penambahan tape beras, tape ketan putih, tape ketan hitam; (3) Meng-
analisis perbedaan aroma bekasam ikan wader dengan penambahan tape
beras, tape ketan putih, tape ketan hitam; dan (4) Menganalisis perbedaan
tekstur bekasam ikan wader dengan penambahan tape beras, tape ketan
putih, tape ketan hitam.
Penelitian yang dilakukan adalah eksperimen dan dilakukan tiga kali
pengulangan dengan persentase jenis tape yang berbeda.
Data dikumpulkan dari format uji hedonik yang diisi oleh panelis. Panelis
yang dipilih adalah panelis agak terlatih yaitu panelis yang terbiasa dengan
produk yang diujikan dan mengetahui hal apa saja yang menentukan kualitas
yang baik suatu produk sesuai dengan kriteria tersebut panelis digunakan
adalah mahasiswa angkatan 2007-2008 Jurusan Tata Boga yang ditentukan
secara acak. Jumlah panelis sebanyak 20 orang.
Data yang terkumpul adalah perbedaan dari bekasam dengan
menggunakan beras sangrai (samu) yang ditambahkan tape beras, tape ketan
putih, tape ketan hitam yang berbeda terhadap sifat-sifat organoleptik yang
meliputi aroma, warna, tekstur, dan rasa. Data yang diperoleh dianalisis
dengan analisi sidik ragam untuk menggambarkan perbedaan aroma, warna,
tekstur, dan rasa bekasam. Apabila dari analisis sidik ragam terdapat perbeda-
an nyata (Fhitung > Ftabel), maka analisis dilanjutkan dengan Duncan‟s Multiple
Range Test (DMRT). (1) Hasil analisis sidik ragam menunjukkan tidak ada
perbedaan yang nyata pada rasa bekasam ikan wader. Hal ini dapat dilihat dari
taraf signifikasi 5 % yaitu F hitung (1,88) <Ftabel (2,6); (2) Hasil analisis sidik ragam
menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata pada aroma bekasam ikan
wader. Hal ini dapat dilihat dari taraf signifikasi 1 % yaitu Fhitung (18,78) > Ftabel
(3,78); (3) Hasil analisis sidik ragam menunjukkan adanya perbedaan yang
sangat nyata pada warna bekasam ikan wader. Hal ini dapat dilihat dari taraf
signifikasi 1 % yaitu Fhitung (50,88) > Ftabel (3,78); (4) Berdasarkan grafik
persentase tingkat kesukaan rasa bekasam ikan wader diperoleh hasil bahwa
penggunaan tape ketan putih kurang dari setengah jumlah panelis (42,5%)
menyatakan suka, penggunaan tape beras lebih dari setengah jumlah panelis
(52,5%) menyatakan kurang suka dan penggunaan tape ketan hitam lebih dari
setengah jumlah panelis (58%) menyatakan suka; (5) Berdasarkan grafik per-
sentase tingkat kesukaan aroma bekasam ikan wader diperoleh hasil bahwa
penggunaan tape ketan putih lebih dari setengah jumlah panelis (55%)
menyatakan kurang suka, penggunaan tape beras setengah jumlah panelis
(50%) menyatakan agak suka dan penggunaan tape ketan hitam kurangdari
setengah jumlah panelis (42,50%) menyatakan agak suka; dan (6) Berdasar-
kan grafik persentase tingkat kesukaan warna bekasam ikan wader diperoleh
hasil bahwa penggunaan tape ketan putih kurang dari setengah jumlah panelis
(37,50%) menyatakan suka, penggunaan tape beras kurang dari setengah
jumlah panelis (47,50%) menyatakan suka dan penggunaan tape ketan hitam
kurang dari setengah jumlah panelis (47,50%) menyatakan suka.

026
Surjani Wonorahardjo; Parlan; Sutrisno. 2008. Pengembangan Bahan Ajar
Pendidikan Lingkungan Hidup di Sekolah Berbasis Pengetahuan
dan Konsep Kimia dan yang Berhubungan
Kata-kata kunci: bahan ajar, pendidikan lingkungan hidup, konsep kimia
Paradigma pembelajaran pendidikan lingkungan hidup di sekolah dalam
kurun waktu dekade terakhir ini telah mengalami pergeseran. Pergeseran
paradigma yang dimaksud adalah dari aliran behaviorisme menuju ke
konstruktivisme. Perubahan paradigma ini juga mencakup pada isi, struktur,
pedagogi, dan aspek-aspek lain dalam pembelajaran kimia. Perubahan bukan
saja dalam hal isi atau konten/materi tetapi juga pada materi mana yang dipilih
dan bagaimana cara menyajikannya. Oleh karena itu perlu dikembangkan
suatu sistem pembelajaran yang dapat mengembangkan kompetensi siswa.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dikembangkan perangkat pembelajaran
Pendidikan Lingkungan Hidup di Sekolah Menengah Berbasis Pengetahuan
dan konsep Kimia dan yang Berhubungan untuk mendukung pembelajaran
Pendidikan Lingkungan di sekolah.
Desain penelitian pengembangan perangkat pembelajaran ini menga-
dopsi model desain yang diidekan dan dikembangkan oleh Thiagarajan, dkk.
(1974), yakni 4D-Model (Define, Design, Develop, and Disseminate). Namun
pada rancangan penelitian ini akan diadopsi sampai pada D yang ketiga, yakni
hingga tahap develop (pengembangan).
Hasil dari penelitian ini berupa bahan ajar yang telah dilakukan revisi
sesuai dengan hasil penilaian dari validator. Pengembangan bahan ajar
mengadopsi sampai pada D yang ketiga yaitu define, design dan develop.
Berdasarkan hasil penilaian secara keseluruhan dari semua validator (guru
kimia SMA dan dosen kimia) diperoleh kriteria cukup valid dengan nilai
sebesar 76,7% dan rata-rata 3,1.
027
Susilowati; Mardi Wiyono. 2008. Kondisi Hutan Mangrove dan Daya
Tariknya sebagai Obyek Wisata di Kota Probolinggo
Kata-kata kunci: hutan mangrove, obyek wisata
Hutan mangrove keberadaannya makin terdesak oleh kebutuhan
manusia lain sehingga hutan mangrove sering dibabat bahkan sampai punah.
Jika hal ini terus dilakukan ke depan akan terjadi abrasi, hilangnya satwa atau
biota laut yang habitatnya memerlukan dukungan dari hutan mangrove. Untuk
itu perlu segera dikaji bagaimana kondisi hutan mangrove yang ada di wilayah
Kota Probolinggo dan apakah sudah ada upaya-upaya dari masyarakat dan
pemerintah untuk mengkonservasi keberadaan hutan mangrove. Di samping
itu juga perlunya dilakukan analisis tentang potensi hutan mangrove sebagai
potensi wisata di Kota Probolinggo.
Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif. Data dikumpulkan
dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Lokasi penelitian teru-
tama di kawasan hutan mangrove Kota Probolinggo. Hasil penelitian dianalisis
dengan teknik deskriptif berupa tabel dan analisis secara deskriptif.
Berdasarkan hasil penelitian ini selanjutnya dapat disimpulkan sebagai
berikut: (1) Kota Probolinggo memiliki mangrove seluas 74,68 Ha yang terdiri
dari 6,13 Ha mangrove di Kelurahan Ketapang; 19,34 Ha mangrove di
Kelurahan Mangunharjo; 12,30 Ha mangrove di Kelurahan Mayangan; 20,09
Ha mangrove di Kelurahan Pilang dan 16,82 Ha mangrove di Kelurahan
Sukabumi. Hutan mangrove di Kota Probolinggo telah mengalami degradasi
yang disebabkan oleh berbagai tekanan manusia seperti dikonversi menjadi
lahan tambak, perumahan, kawasan industri dan eksploitasi berlebihan; (2)
Upaya konservasi hutan mangrove di Kota Probolinggo belum dilakukan
secara intensif, DKLH Kota Probolinggo hanya melakukan pemantauan dan
belum ada upaya riil melakukan pencegahan kerusakan hutan mangrove, dan
(3) analisis daya tarik potensi wisata hutan mangrove Kota Probolinggo
meliputi tiga faktor yaitu something to see (sesuatu yang dapat dilihat),
something to do (sesuatu yang dapat dilakukan) dan something to buy
(sesuatu yang dapat dibeli).

028
Marji; Mardi Wiyono. 2008. Model Pengomposan Sampah Organik di
Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Kota Blitar
Kata-kata kunci: kompos, sampah organik, TPA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem pengomposan yang
dilakukan dalam proses pengomposan di Tempat Pembuangan Akhir Sampah
(TPA) Kota Blitar. TPA Kota Blitar telah mengembangkan model pengomposan
dengan sistem mekanis, yaitu dengan melibatkan mesin-mesin pemroses
(pemilah, penghancur, penyaring, dan conveyor). Sejauh mana penggunaan
mesin-mesin tersebut digunakan dalam proses pengomposan, selanjutnya
akan dikaji dalam penelitian ini. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode deskriptif. Hasil yang diperoleh dari panelitian ini menunjukkan bahwa:
(1) Pengelolaan sampah di Kota Blitar dilakukan dengan pola pengumpulan
dari sumbernya (rumah tangga, sekolahan, kantor, pasar, dll) menuju depo,
dan dikirim ke Tempat Pembuangan Akhir di Desa Gedog, Kecamatan Sanan
Wetan. Jika dilihat cari catatan yang ada di TPA, volume sampah yang
3
terkumpul di TPA rata-rata per hari 70 m . Dari volume tersebut 82% sampah
organik, 18% sampah anorganik; (2) Peralatan yang digunakan untuk meng-
angkut sampah yang tidak dikomposkan di tempat (sumbernya) digunakan per-
alatan dengan komposisi: 46 gerobak, truck biasa 8 buah, dum truck sebanyak
6 buah, dan gerobak motor 8 buah; (3) Jenis dan komponen mesin yang
digunakan dalam proses pengomposan terdiri dari: mesin pemanas, msin
pemisah sampah, mesin penyaring, dan mesin pembangkit tenaga; (4)
Sampah yang diangkut dari sumbernya dikumpulkan di TPA untuk difermentasi
(open dumping model). Sampah yang tertimbun kemudian dilakukan pemisah-
an antara sampah organik dan anorganik; (5) Keefektifan model pengomposan
di TPA Kota Blitar dapat dikatakan cukup efektif, karena dapat mengatasi
masalah sampah secara cepat. Efisiensi dari model TPA Blitar jika ditinjau dari
biaya keseluruhan dibanding dengan model konvensional dapat dikatakan
sangat efisien. Namun biaya investasi lebih mahal untuk pengadaan mesin-
mesin yang dibutuhkan.

029
Haris Anwar Syafrudie; Moh. Amin. 2008. Pengembangan Kurikulum Muatan
Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup di Sekolah
Kata-kata kunci: kurikulum, materi pendidikan lingkungan
Pengajaran ilmu pengetahuan adalah penyajian konsep dan masalah
secara bertahap dalam bentuk yang mudah dipahami. Konsep lingkungan
hidup dipelajari dengan mendengar, mendiskusikan, atau melihat berbagai
contoh secara visual. Keberhasilan penguasaan konsep lingkungan hidup
menunjuk pada penguasaan konsep lingkungan sebagai kemampuan kognitif
yang diperoleh seseorang dari kemampuan belajarnya. Kurikulum adalah un-
sur dalam sistem persekolahan yang dapat direncanakan yang meliputi unsur
materi kurikulum, proses belajar mengajar, sistem evaluasi, dan manajemen
kurikulum. Ditinjau dari tingkatan, kurikulum dimaknai juga sebagai kerangka
materi yang memberikan gambaran tentang bidang-bidang pelajaran yang
perlu dipelajari para pelajar untuk menguasai serangkaian kemampuan, nilai
dan sikap untuk menunjang terjadinya proses belajar mengajar.
Materi yang disusun mendapat apresiasi positif dari para guru. Secara
umum dari hasil analisis data materi pendidikan lingkungan dipandang baik
dan memadai, materi pendidikan lingkungan yang dikembangkan sesuai untuk
setingkat SMP dan mudah dimengerti, gambar-gambar yang ada pada seluruh
naskah fungsional dan benar-benar menjelaskan konsep yang sedang
dibahas. Secara umum huruf untuk wacana yang dicetak masih terlalu kecil.
Materi Pendidikan Lingkungan Hidup dapat diterapkan di SMP di kota dan
kabupaten Malang, materi dianggap cukup menarik dan berdaya guna. Materi
Pendidikan Lingkungan Hidup telah berhasil disusun dan relevan dipakai,
sehingga patut untuk di ujicobakan. Disarankan agar materi menggunakan
bahasa dengan ilustrasi yang sederhana dan ditambahkan kegiatan interaktif,
seperti soal-soal latihan, tugas-tugas. Materi perlu ditambah dengan glosarium
kata kata sulit dan juga daftar kepustakaan. Karena kebiasaan siswa untuk
membaca rendah, sangat mendesak tersedianya materi pendidikan lingkungan
dengan susunan yang praktis dengan banyak gambar.

030
Mardianto; Roesdiyanto. 2008. Pemetaan Olahraga Wisata di Malang Raya
Tahun 2008
Kata-kata kunci: olah raga, Wisata Malang Raya
Wilayah Malang Raya menjadi tujuan olahraga wisata dari berbagai
warga masyarakat baik lokal Jawa Timur, nasional dari berbagai propinsi di
Indonesia, dan bahkan internasional. Pada musim liburan sekolah banyak para
siswa, guru, orangtua, dan warga masyarakat pada umumnya dari berbagai
wilayah Jawa Timur yang berolahraga wisata/rekreasi ke Malang Raya.
Potensi alam yang penuh pesona belum ditangani secara baik. Infrastruktur,
promosi, pendanaan, dan pengemasan atau festival olahraga wisata masih
tertinggal jauh jika dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Singapura
maupun Malaysia.

031
Ummi Rohajatien, Lismi Animatul Chisbiyah. 2008. Pemetaan Seni Wisata
Kuliner Malang Raya
Kata-kata kunci: seni wisata, kuliner
Perhatian terhadap ikan berharga murah dan pemprosesannya menjadi
bahan makanan yang berharga lebih mahal (value added product) merupakan
hal yang diperlukan oleh negara-negara yang mempunyai sumber perikanan
yang besar. Seperti telah dikemukakan, penolakan penggunaan ikan berharga
murah berasal daripada ciri-ciri alami yang tidak disukai seperti jenis ikan,
ukuran, citarasa dan rupa bentuk. Oleh itu, kebanyakan metode pengoptimum-
an penggunaan ikan berharga murah dilakukan dengan menghilangkan ciri-ciri
alami jenis ikan tersebut. Beberapa ahli teknologi pangan telah mengusulkan
beberapa metode pengembangan produk bernilai tambah yang dapat diguna-
kan mengoptimumkan penggunaan ikan berharga murah.
Salah satu metode pengasinan ikan yaitu dibuat bekasam atau
pekasam. Menurut Adawyah (2007) bekasam merupakan produk olahan ikan
dengan cara fermentasi menggunakan kadar garam tinggi dan bakteri asam
laktat. Proses pembuatan bekasan di daerah Kalimantan Selatan umumnya
dikenal dengan nama samu. Bahan baku pembuatan bakasam adalah ikan
gabus dengan penambahan garam 15%--20% dan beras sangrai (samu) 15%.
Bahan tersebut difermentasi selama satu minggu sampai menghasilkan aroma
dan rasa yang khas bekasam.
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Adakah perbedaan rasa, aroma, tekstur bekasam ikan wader dengan penam-
bahan tape beras, tape ketan putih, tape ketan hitam. Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah untuk: Menganalisis perbedaan rasa, aroma dan tekstur
bekasam ikan wader dengan penambahan tape beras, tape ketan putih, tape
ketan hitam.
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata
pada rasa bekasam ikan wader. Hal ini dapat dilihat dari taraf signifikasi 5%
yaitu Fhitung (1,88) <Ftabel (2,6). Hasil analisis sidik ragam menunjukkan adanya
perbedaan yang sangat nyata pada aroma bekasam ikan wader. Hal ini dapat
dilihat dari taraf signifikasi 1 % yaitu F hitung (18,78) > Ftabel (3,78), Hasil analisis
sidik ragam menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata pada warna
bekasam ikan wader. Hal ini dapat dilihat dari taraf signifikasi 1 % yaitu F hitung
(50,88) > Ftabel (3,78). Berdasarkan grafik persentase tingkat kesukaan rasa
bekasam ikan wader diperoleh hasil bahwa penggunaan tape ketan putih
kurang dari setengah jumlah panelis (42,5%) menyatakan suka, penggunaan
tape beras lebih dari setengah jumlah panelis (52,5%) menyatakan kurang
suka dan penggunaan tape ketan hitam lebih dari setengah jumlah panelis
(58%) menyatakan suka. Berdasarkan grafik persentase tingkat kesukaan
aroma bekasam ikan wader diperoleh hasil bahwa penggunaan tape ketan
putih lebih dari setengah jumlah panelis (55%) menyatakan kurang suka,
penggunaan tape beras setengah jumlah panelis (50%) menyatakan agak
suka dan penggunaan tape ketan hitam kurangdari setengah jumlah panelis
(42,50%) menyatakan agak suka. Berdasarkan grafik persentase tingkat
kesukaan warna bekasam ikan wader diperoleh hasil bahwa penggunaan tape
ketan putih kurang dari setengah jumlah panelis (37,50%) menyatakan suka,
penggunaan tape beras kurang dari setengah jumlah panelis (47,50%)
menyatakan suka dan penggunaan tape ketan hitam kurang dari setengah
jumlah panelis (47,50%) menyatakan suka.

032
Elfia Nora, Dwi Sulistyorini. 2008. Model Pembelajaran Dosen Universitas
Negeri Malang di Tinjau dari Perspektif Gender
Kata-kata kunci: model pembelajaran, inklusif gender
Pemahaman mengenai gender dunia pendidikan masih merupakan hal
yang awam untuk dimengerti secara lebih detail dan mendalam. Pada umum-
nya hampir seluruh elemen masyarakat menganggap gender sebagai konsep
perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Dari konsep ini muncul anggapan
adanya keinginan untuk memposisikan sama dan sejajar antara laki-laki dan
perempuan dalam pendidikan. Pendidikan merupakan sebuah isu signifikan
bagi perempuan pada masa sekarang, karena mereka makin banyak terlibat
dalam sejumlah tingkatan dan aneka ragam lingkungan, mulai dari pendidikan
prasekolah dan taman kanak-kanak, hingga sekolah menengah, dan barang-
kali perguruan tinggi, dengan bergerak melalui struktur yang sama seperti laki-
laki. Dalam setiap situasi pendidikan di sekolah, murid-murid perempuan dan
laki-laki terbuka pada buku-buku teks, bahan-bahan, dan sikap guru atau
dosen secara halus dapat mempengaruhi pemikiran mereka tentang diri
mereka sendiri serta masyarakat mereka.
Pembelajaran yang menjamin bagi laki-laki dan perempuan untuk
memperoleh hak yang sama dibidang pendidikan telah memiliki dasar hukum
yang kuat karena telah diatur dalam undang-undang, salah satunya UURI No.
7 Tahun 1984 Tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala
Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita. Mengajar merupakan suatu aktivitas
yang didominasi laki-laki. Ketika perempuan memasuki profesi pengajaran,
sering dipandang hanya untuk memenuhi harapan-harapan masyarakat serta
takdir keibuan mereka dalam pengasuhan dan pelayanan sosial. Kompetensi
(kemampuan) tenaga pengajar perempuan dalam melaksanakan proses
belajar-mengajar masih sering dianggap belum seefektif tenaga pengajar laki-
laki, khususnya dalam hal menggunakan sarana dan lingkungan sebagai
sumber belajar. Anggapan seperti ini memang harus digali lebih dalam, apakah
benar dosen perempuan khususnya dosen perempuan di Universitas Negeri
Malang belum mampu seefektif dosen laki-laki dalam melaksanakan proses
belajar-mengajar? Kemudian apakah ada perbedaan perlakuan atau pemberi-
an respon dari dosen laki-laki dan dosen perempuan terhadap mahasiswa laki-
laki dan mahasiswa perempuan? Inilah beberapa pertanyaan yang kiranya
membutuhkan jawaban melalui penelitian ini.
Untuk mengetahui bagaimana metode pembelajaran yang diterapkan
dosen laki-laki dan dosen perempuan Universitas Negeri Malang, disediakan
17 butir pernyataan dan sebagai respondennya adalah 50 mahasiswa
Universitas Negeri malang, serta 11 butir pernyataan dan sebagai responden-
nya adalah 40 dosen Universitas Negeri Malang. Beberapa pernyataan
didalamnya mengacu pada bagaimanakah metode pembelajaran yang
diterapkan oleh dosen laki-laki dan dosen perempuan Universitas Negeri
Malang.
Metode pembelajaran yang ditemukan di lapangan antara lain; (a)
metode yang sering diterapkan oleh dosen laki-laki maupun dosen perempuan
adalah metode diskusi dan ceramah serta tidak ada perbedaan dalam hal
metode pembelajaran yang diterapkan dosen laki-laki dan dosen perempuan,
(2) dosen laki-laki dan dosen perempuan sama-sama mampu dan terampil
dalam menghadapi mahasiswa, terampil dalam mengoperasikan alat bantu
sebagai media pembelajaran dan sama-sama mampu memberikan Feedback
kepada mahasiswa, (3) dosen laki-laki dan dosen perempuan tidak membeda-
bedakan dalam hal berinteraksi dengan mahasiswa laki-laki dan mahasiswa
perempuan.
Atas dasar temuan tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak
ada perbedaan antara tenaga pengajar perempuan dan laki-laki, keduanya
sama-sama mempunyai kompetensi, metode pembelajaran dan proses
interaksi yang tidak jauh berbeda dan sama-sama mampu menghadapi
mahasiswa dengan baik, oleh karena itu disarankan agar pada kegiatan-
kegiatan yang ada dalam lingkungan kampus dalam hal kepanitiaan atau
kegiatan-kegiatan yang penting dosen perempuanpun bisa diikutsertakan.

033
Sunaryo HS; Dwi Sulistyorini; Azizatuz Zahro. 2008. Implementasi Mana-
jemen di Universitas Negeri Malang dilihat dari Perspektif Gender
Kata-kata kunci: manajemen, gender
Sistem organisasi di Universitas Negeri Malang memberikan kesempat-
an yang sama kepada semua kelompok jenis kelamin untuk terlibat secara
aktif untuk mengembangan Lembaga. Pembagian kerja didasarkan pada
kemampuan yang dimiliki. Secara faktual, kompisisi dosen dan karyawan laki-
laki lebih dominan hampir pada semua jurusan, kecuali pada jurusan teknik
industri yang lebih dari 90% dosennya perempuan. Hampir semuajabatan
strategis dipegang oleh laki-laki. Jabatan Rektor, Pembantu Rektor, Dekan,
hingga kepala lembaga tidak satu pun yang dipegang perempuan. Keterlibatn
perempuan sebagai ketua baru pada pimpinan unit dan jurusan. Demikian pula
perbandingan jumlahi dosen laki-laki dan perempuan (31%:69%) tidak sejajar
dengan perbandingan jumlah dosen dengan jabatan akademik tertinggi
(7.4%:92,6%).
Sarana dan prasarana di Universitas Negeri Malang nyaman untuk
semua kelompok jenis kelamin. UM memiliki fasilitas untuk mendukung
pelaksanaan pembelajaran mulai gedung bertingkat dengan tangga yang
nyaman untuk semua jenis kelamin dan semua kelompok umur, laboratoriurn,
perpustakaan, aula, gedung teater yang diperuntukkan untuk semua
mahasiswa dan dosen tanpa memandang jenis kelamin, fasilitas kesehatan
berupa poliklinik kesehatan, dan tempat penitipan anak. Dalam pemanfaatan
fasilitas tersebut tidak ada dominasi dan salah satu kelompok jenis kelamin.
Apabila secara faktual teriadi dominasi, hal tersebut disebabkan keengganan
salah satu pihak untuk memanfaatkan sarana prasarana yang ada.

034
Khoirul Adib; Ahmad Munjin Nasih. 2008. Peran Buruh tani Perempuan
dalam Pemberdayaan Ekonomi Keluarga dan Perencanaan
Pendidikan Anak. (Kasus pada Komunitas Buruh Tani Perempuan
di Kampung Sememek, Pakisasji, Kabupaten Malang)
Kata-kata kunci: buruh tani perempuan, pemberdayaan ekonomi, perencana-
an pendidikan
Peranan perempuan di pedesaan dalam kegiatan ekonomi produktif
dipengaruhi oleh faktor ekonomi, yakni tidak tercukupinya kebutuhan rumah
tangga mereka. Sebagai ibu rumah tangga, perempuan bertanggung jawab
dalam mengatur rumah tangga, baik menyangkut kesehatan gizi keluarga,
pendidikan anak, dan pengaturan pengeluaran biaya hidup keluarga. Ketika
kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak tercukupi, perempuanlah yang pertama
merasakan dampaknya,sehingga mereka terpanggil untuk turut aktif
menopang ekonomi keluarga kendatipun harus sebagai buruh tani.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) karakteristik buruh
tani perempuan pada komunitas buruh tani perempuan (KBTP) di Kampung
Sememek, Pakisaji, Kabupaten Malang, dan (2) Peranan buruh tani
perempuan dalam pemberdayaan ekonomi keluarga miskin dan perencanaan
(visi) pendidikan bagi anak-anaknya. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan metode studi kasus dimana studi kasus ini disesuaikan
dengan bentuk pertanyaan berupa ―bagaimana atau ―mengapa‖ dan diarahkan
serangkaian peristiwa kontemporer, dimana penelitinya hanya memiliki
peluang yang kecil atau tak mempunyai peluang sama sekali untuk melakukan
kontrol terhadap peristiwa tersebut. Metode kualitatif digunakan untuk
mendapatkan data dan gambaran mengenai karakteristik dan peranan buruh
tani perempuan dalam pemberdayaan ekonomi keluarga (miskin) dan
merancang masa depan pendidikan putra-putrinya.
Temuan penelitian ini berhasil menjelaskan bahwa karakteristik KBTP di
Dusun Sememek, Pakisasji, Kabupaten Malang umumnya berusia relatif muda
dan termasuk dalam rentang usia produktif yaitu yaitu rata-rata berusia 36-55
tahun, sehingga cukup memiliki potensi untuk dikembangkan. Tingkat
pendidikannya mayoritas berpendidikan rendah atau bahkan ada yang tidak
sekolah sama sekali. Agama yang dianut informan utama semuanya beragama
Islam yang cukup taat. Status perkawinannya umumnya berkeluarga (sebagai
istri), hanya 1 yang janda, dan 1 belum menikah. Peranan perempuan tani
buruh tani pada KBTP di Dusun Sememek, sangat besar baik dalam tugasnya
sebagai ibu rumah tangga maupun dalam penopang dan pemberdayaan
ekonomi keluarga dan merancang masa depan pendidikan anak-anaknya.
Multi peran tersebut, yaitu: (a) Menjadi buruh tani (tandur penanaman,
matun/penyiangan, sampai pemanenan. Pendapatannya sebagai buruh tani
maupun pekerja serabutan lainnya (biasanya menjadi tukang cuci, tukang
masak, mencari sayuran di sawah untuk dijual dan sebagainya) memberikan
andil besar dalam menunjang pendapatan dan mencukupi segala kebutuhan
ekonomi keluarga; (b) Perempuan buruh tani pada KBTP di Dusun Sememek,
ikut serta secara aktif bahkan terbilang dominan dalam proses persiapan dan
perencanaan masa depan pendidikan anak-anaknya, bahkan meski
perekonomiannya pas-pasan, motivasi merancang pendidikan anak-anaknya
cukup tinggi; dan (c) Para perempuan buruh tani pada KBTP di Dusun
Sememek juga masih harus melakukan tugas sehari-hari sebagi ibu rumah
tangga, mengurus rumah tangga, anak-anak dan suami serta juga bekerja di
luar pertanian jika masa pertanian sedang masa menunggu (jeda).

035
Sri Prameswari Indriwardhani; Muslihati; A. Yusuf Sobri. 2008. Analisis
Gender terhadap Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah pada
SD/MI di Kota Malang
Kata-kata kunci: gender, manajemen berbasis sekolah
Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan seperangkat
materi pembelajaran Deutsch 1 berbasis digital melalui E-Mail Projek das Bild.
Materi pembelajaran dirancang untuk memberikan kesempatan yang
sebanyak-banyaknya kepada pembelajar untuk berpartisipasi aktif dalam
projek ini. Sehingga mereka dapat meningkatkan kemampuan bahasa Jerman
dan dapat belajar budaya secara langsung dengan penutur asli bahasa yang
mereka pelajari.
Model yang digunakan dalam pengembangan materi matakuliah
Deutsch 1 melalui Projektarbeit das Bild di Internet adalah model Elaborasi
oleh Charles, M. Reigeluth (1999), yaitu sebuah model preskripsi untuk
menata, mensintesis, dan merangkum isi pembelajaran. Model ini dipilih
karena memiliki urutan organisasi isi bahan pelajaran yang sistematis dari
umum ke khusus atau dari sederhana ke kompleks. Tujuan utama dari model
ini adalah untuk menyeleksi dan mengurutkan isi atau materi pembelajaran
dengan maksud untuk mengoptimalkan ketercapaian tujuan pembelajaran.
Berdasarkan hasil pengembangan materi perkuliahan deutsch 1
berbasis digital melalui E-mail projek das Bild dapat ditarik kesimpulan bahwa
tidak semua materi yang ada di matakuliah Deutsch 1 dapat terakomodasi
dalam projek ini. Dari 12 tema atau pokok bahasan ada 4 tema atau pokok
bahasan yang tidak dapat dielaborasikan dalam projek ini. Karena tidak
adanya kesesuaian isi antara pokok bahasa di projek das Bild dengan bahan
ajar Studio D.
Sebagai upaya mengoptimalkan pemanfaatan produk ini, maka
pengembang menyarankan hal-hal sebagai berikut (1) Materi pengembangan
yang disiapkan disesuaikan dengan tujuan dan materi perkuliahan Deutsch 1.
Pengguna dapat menggunakan materi ini dengan melihat rangkuman tema-
temanya dan (2) Materi ini dapat diadaptasi langsung ataupun dilakukan
adaptasi-adaptasi seperlunya sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan.

036
Arafah Husna; Sri Wahyuni. 2008. Kesiapan Jurusan Teknologi Pendidikan
dalam Implementasi E-Learning
Key words: SDM, E-Learning
Abstract: The aim of this research is to know the lecturers and
technician’s readiness and competency levels also for TEP’s students for E-
Learning Implementation. In another purpose is also for descripting how big
facilities support, funds, and TEP’s Centre Services which has been given by
TEP ICT Centre in the E-Learning implementation. TEP’s lectures,
technicians, and student’s who applied E-Learning are the target of this
research. The design of this Research is qualitative descriptive. Data collecting
technique which applied are enquette, interview and observation. For data
analytical technique that applied is technique percentage. Based on the result
has shown that readiness and ability in ICT which owned by all E-Learning
organizers are about general knowledge of computer, internetworking,
application software, E-Learning and multimedia. In software application of All
organizer E-Learning in TEP ICT Centre were expert in the application of word
processing program and graphic design, middle skilled in programming
language and web design. and for TEP’s students they were ready and
motivated in operating computer and accessing internet, but still be required
for further tuition and training programm about study bases on electronic (E-
Learning). Beside of Human Resource readiness, this research is also to
analize factors of facility support, fund and service given by team work TEP
ICT Centre in E-Learning, and result of research indicates that available facility
is good enough and capable but still hardly required for addition of
facility/infrastructure and improvement of quality and quantity Human resource
to get competence in ICT, especially E-Learning.

037
Asep Sunandar; Arafah Husna; Sunarni. 2008. Efektivitas Keberadaan
Komite Sekolah dalam Peningkatan Mutu Layanan Sekolah (Studi
Kasus di MAN 3 Kota Malang)
Kata-kata kunci: efektifitas komite sekolah, mutu layanan sekolah
Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui peran komite sekolah
dalam upaya meningkatkan mutu layanan sekolah; (2) mendeskripsikan
langkah-langkah yang telah diambil oleh komite sekolah dengan pihak lain
dalam upaya meningkatkan mutu layanan sekolah; dan (3) mengetahui
pandangan pihak sekolah dan masyarakat terhadap peran yang telah
dilakukan komite sekolah. Tempat penelitian di MAN 3 Kota Malang. Penelitian
menggunakan pendekatan kualitatif, jenis studi kasus. Pengambilan data
dengan teknik wawancara dan observasi. Dari hasil temuan didapat peran
pengurus komite: advisory agency, supporting agency, controlling agency dan
mediator diantara pemerintah dan masyarakat. Adanya hubungan yang
harmonis diantara pengurus komite dan pengelola sekolah. Langkah yang
dijalankan komite sekolah dan pengelola sekolah adalah melakukan evaluasi
terhadap program yang sudah dijalankan dan mengkaji program yang akan
dilaksanakan sekolah di tahun mendatang, mejalin hubungan baik diantara
sekolah dan pengurus komite sekolah secara formal maupun informal. Dan
menjalin kerjasama dengan instansi lain yang menaungi sekolah seperti
departemen agama dan departemen pendidikan nasional atau instansi
pengguna sekolah.
Dewan Pendidikan atau sering disebut pula Komite Sekolah adalah
sebuah lembaga yang dapat diartikan sebagai suatu badan atau lembaga non-
politis dan non-profit. Komite sekolah dibentuk berdasarkan musyawarah yang
demokratis oleh para stakeholders pendidikan di tingkat sekolah sebagai
representasi dari berbagai unsur yang bertanggung jawab terhadap
peningkatan kualitas proses dan hasil pendidikan (Tim pokja SBM Dinas
Pendidikan Jabar 2001). Pembentukan komite sekolah diatur dalam Keputusan
Mentri Pendidikan Nasional No. 044/U/2002. Sebagai pendorong utama dari
pembentukan komite sekolah ini adalah UU Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Program Pembangunan Nasional (Propenas) Tahun 2000--2004 yang
memberikan amanat kepada Pemerintah untuk membentuk Komite Sekolah di
setiap kabupaten/kota dan Komite Sekolah di setiap sekolah.
Keanggotaan komite sekolah merupakan representatif dari berbagai
komponen masyarakat, maka komposisi angotanya harus merata seperti yang
dikemukakan Suparlan (2002) bahwa anggota komite sekolah harus terdiri dari
(1) kepala sekolah; (2) paling sedikit seorang guru di sekolah yang
bersangkutan, yang dipilih oleh para guru; (3) jika di sekolah itu terdapat
jenjang pendidikan menengah, paling tidak ada seorang siswa, yang dipilih
oleh siswa di sekolah menengah itu; (4) orangtua-orangtua atau wali siswa,
dipilih oleh orangtua-orangtua yang hadir dalam pertemuan pembentukan
komite sekolah; dan (5) selain itu dapat dipilih beberapa orang anggota
masyarakat yang bukan orangtua siswa yang memiliki kepedulian terhadap
sekolah.

038
Hartati Eko Wardani; Supriyadi. 2008. Pengaruh Latihan Aerobik terhadap
Respons Proliferasi Limfosit Mencit Balb/C yang Diinfeksi
Salmonella typhimurium
Kata-kata kunci: latihan aerobik, proliferasi limfosit, Salmonella typhimurium
Sistem imunitas seluler merupakan sistem imunitas yang efektif dalam
membunuh bakteri intraseluler seperti Salmonella typhii yang merupakan
kuman penyebab demam tifoid pada manusia. Limfosit adalah salah satu sel
yang berperan dalam sistem imunitas seluler. Peningkatan proliferasi limfosit
akan dapat mengaktifkan makrofag yang akan membunuh Salmonella typhii.
Dari beberapa penelitian pada manusia maupun hewan coba, latihan aerobik
diketahui dapat meningkatkan respons proliferasi limfosit. Namun hingga kini
belum ada penelitian yang membuktikan adanya peningkatan respons
proliferasi limfosit pada mencit yang telah diberikan latihan aerobik yang
diinfeksi kuman Salmonella typhimurium. Penelitian pada hewan coba tidak
menggunakan Salmonella typhii karena kuman tersebut hanya dapat hidup
dalam tubuh manusia. Namun gejala dan perjalanan penyakit mencit yang
terinfeksi Salmonella typhimurium, analog dengan demam tifoid yang
disebabkan oleh Salmonella typhii pada manusia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh latihan
aerobik 1 kali, 3 kali, dan 5 kali seminggu terhadap peningkatan respons
proliferasi limfosit yang dinilai dari berat lien dan jumlah relatif limfoblast pada
mencit Balb/C yang diinfeksi Salmonella typhimurium. Penelitian ini merupakan
penelitian eksperimental laboratorik, dengan pendekatan The Post Test-Only
Control Group Design. Subyek penelitian, 32 ekor mencit jantan umur 8 – 10
minggu, berat badan 20 –40 gram, dibagi menjadi empat kelompok, yaitu
kontrol / tanpa latihan (K), latihan renang 1 kali seminggu (P1), 3 kali seminggu
(P2), dan 5 kali seminggu (P3). Latihan renang diberikan selama 8 minggu di
siang hari tanpa adanya peningkatan beban latihan. Dua hari setelah program
6
latihan berakhir, mencit disuntik kuman Salmonella typhimurium dosis 10
secara intraperitoneal. Hari ke-7 setelah infeksi kuman, mencit dibunuh dan
diambil sampelnya berupa organ lien untuk dihitung berat lien dan jumlah
relatif limfoblast.
Hasil penelitian membuktikan bahwa berat lien kelompok kontrol justru
lebih tinggi dibandingkan kelompok P1, P2, dan P3 lain secara bermakna.
Kelompok kontrol juga mempunyai rata-rata jumlah relatif limfoblast yang lebih
tinggi secara bermakna dibandingkan kelompok P1. Sedangkan kelompok K,
P2, dan P3 mempunyai rata-rata jumlah relatif limfoblast yang tidak berbeda
bermakna. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa latihan aerobik baik 1
kali, 3 kali maupun 5 kali seminggu justru menurunkan respons proliferasi
limfosit mencit Balb/C yang diinfeksi Salmonella typhimurium secara
bermakna.

039
Nuruddin Hady; Rusdianto Umar. 2008. Peran Pengawasan DPRD dalam
Mewujudkan Akselerasi Pembangunan Demokrasi dan Good
Governance di Kabupaten Malang
Kata-kata kunci: pengawasan, DPRD, Good Governance
Otonomi daerah adalah suatu instrumen politik dan instrumen
administrasi/manejemen yang digunakan untuk mengoptimalkan sumber daya
lokal sehingga dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemajuan
masyarakat didaerah terutama menghadapi tantangan global, mendorong
pemberdayaan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan kreatifitas,
meningkatkan peran serta masyarakat dan untuk mengembangkan demokrasi
ditingkat lokal.
Di era otonomi Daerah ini, DPRD sebagai lembaga perwakilan memiliki
peran sentral untuk secara optimal mewujudkan apa yang menjadi harapan
masyarakat atau paling tidak memperjuangkan aspirasi rakyatnya (konstituen).
Dalam konteks ini, perlu tercipta kedekatan hubungan antar konstituen --- baik
dalam arti pemilih maupun dalam arti penduduk wilayah yang diwakili ---
dengan wakil-wakilnya di DPRD. Dalam lain perkataan, apa yang dilakukan
DPRD semestinya dalam rangka menuju apa yang menjadi harapan
masyarakat dan tentu saja kesemuanya harus mampu dipertanggungjawabkan
pada rakyat (accountable). Sehingga harapan untuk mewujudkan akselerasi
Pembangunan Demokrasi dan Good Governance di daerah menjadi sebuah
kenyataan.
Peran pengawasan DPRD Kabupaten Malang belum dijalankan secara
optimal karena banyak hak-hak konstitusional anggota dewan maupun DPRD
yang belum banyak digunakan. Belum digunakannya secara optimal hak-hak
dewan dalam fungsi pengawasan itu selain disebabkan oleh lemahnya
pemahaman terhadap instrumen pengawasan oleh anggota dewan, juga
disebabkan faktor-faktor politik dimana penyelesaian persoalan-persoalan
yang melibatkan DPRD dengan bupati/kepala daerah lebih menggunakan
jalur-jalur lobi.
Pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD dipengaruhi oleh faktor
eksternal yaitu peraturan perundang-undangan yang dalam beberapa hal
kurang memadai serta faktor internal berupa kemampuan anggota dewan
sendiri. Di DPRD Kabupaten Malang faktor yang lebih menonjol adalah belum
memadainya pemahaman anggota dewan dalam menjalankan fungsi
pengawasan terutama dalam pengawasan pengelolaan keuangan daerah.
Bagi pemerintah daerah, diperlukan dukungan agar setidaknya di setiap komisi
dilengkapi dengan staf ahi yang diangkat sesuai dengan bidang kompetensi
masing-masing guna mendukung peningkatan kinerja DPRD dalam
menjalankan fungsi konstitusionalnya.

040
Siti Awaliyah. 2008. Keefektifan pp No.24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran
Tanah dalam Mencegah Terjadinya Konflik Kepemilikan Tanah
(Suatu Studi di Kabupaten Ponorogo)
Kata-kata kunci: pendaftaran tanah, konflik, hak milik tanah
Masalah pertanahan adalah sangat rawan, mudah sekali mendatangkan
konflik. Untuk mengantisipasi terjadinya berbagai masalah pemerintah telah
mengeluarkan UU No.5 tahun 1960 tentag UUPA. Dalam peraturan tersebut
diatur mengenai pendaftaran tanah yang selanjutnya sebagai peraturan
pelaksananya adalah PP No.10 Tahun 1961 tentang pendaftaran tanab dan
diganti dengan PP No.24 tahun 1997. Pendaftaran tanah bertujuan untuk
kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak, untuk
menyediakan informasi kepada pihak yang berkepentingan, dan untuk tertib
administrasi pertanahan. Pendaftaran tanah meliputi pendaftaran tanah untuk
pertama kali dan pemeliharaan tanah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosedur pendaftaran tanah,
pelaksanaan pendaftaran tanah, bentuk konflik yang terjadi akibat pendaftaran
tanah dan keefektivan PP No.24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah dalam
mencegah terjadinya konflik kepemilikan tanah di Desa Ngunut Kecamatan
Babadan Kabupaten Ponorogo.
Untuk mencapal tujuan tersebut, peneliti memperoleh data dan
perangkat desa, pegawai BPN dan masyarakat Desa Ngunut. Menggunakan
pendekatan kualitatif, jenis penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan/pe-
rekaman data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.
Untuk menganalisis data menggunakan analisis interaktif dan dilanjutkan
dengan analisis domain dan analisis taksonomi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut.
Pertama, prosedur pendaftaran tanah di desa Ngunut semuanya harus melalui
kantor desa yang nantinya akan diuruskan oleh perangkat desa. Jika ada
ketidaklengkapan data atau lainnya, perangkat desa akan memberitahu pihak
yang bersangkutan. Untuk prosedur di BPN sama dengan pendaftaran pada
umumnya. Kedua, pelaksanaan pendaftaran tanah pernah dilaksanakan
menggunakan cara sistematis dan sporadik. Pendaftaran sistematis, pengusul
pemerintah, dilakukan secara bersama-sama, waktu tertentu, dan biaya lebih
murah. Tetapi dalam pelaksanaannya biaya membengkak dan waktunya lama.
Pendaftaran sporadik dilakukan atas usul pemegang hak, dapat dilakukan
sewaktu-waktu, dan biayanya lebih mahal. Pelaksanaan pendaftaran tanah
belum maksimal karena dan jumlah pemegang hak baru 45% yang
mendaftarkan tanahnya. Pendaftaran tanah yang telah dilakukan cukup efektif
mencegah konflik, akan tetapi dalam prosedur pendaftarannya yang banyak
terjadi masalah. Utamanya karena pihak pendaftar tidak memberitahu pemilik
tanah batas (tetangga) sehingga sering menimbulkan kekecewaan dan
ketidakpuasan. Hal inilah yang melahirkan konflik.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan tujuan pendaftaran tanah dapat
terlaksana akan tetapi dalam pelaksanaannya terdapat prosedur yang tidak
dilakukan sehingga melahirkan masalah (konflik). Dengan demikian disarankan
kepada pejabat yang berwenang Iebih memperhatikan peraturan yang berlaku
sehingga prosedur yang penting tidak terlewatkan. Apalagi di daerah pedesaan
masih banyak tanah yang belum terdaftar sehingga belum memiliki batas-
batas yang jelas. Jadi untuk kepastian batas harus ada kesepakatan antara
kedua belah pihak.

041
Sutoyo; Siti Awaliyah. 2008. Penerapan “Prinsip Tanggung Jawab Mutlak”
Kepada Penanggung Jawab Usaha Yang Menimbulkan Dampak
Besar dan Penting Terhadap Lingkungan Hidup (Studi Kasus
Luapan Lumpur Panas di Porong – Sidoarjo Akibat Eksplorasi
yang dilakukan oleh PT. Lapindo Brantas)
Kata-kata kunci: lingkungan hidup, lumpur Lapindo
Luapan lumpur panas Sidoarjo telah berlangsung 800 hari lebih, namun
sampai sekarang belum berhasil dihentikan. Luapan lumpur panas tersebut
telah menimbulkan kerugian materiil dan spirituil yang tak ternilai jumlahnya.
Kerugian materiil sampai saat ini ditaksir mencapai Rp.11,1 Trilliun lebih,
belum lagi kerugian imateriil yang diderita oleh para korban, yang pada
hakekatnya merupakan bentuk pelanggaran hak asasi manusia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pihak-pihak yang menjadi
korban luapan lumpur panas Sidoarjo, mengetahui bentuk dan nilai kerugian
yang diderita korban, serta mengkaji sejauh mana tanggung jawab pihak PT.
Lapindo Brantas dan Group Usaha Bakrie yang diduga kuat sebagi penyebab
timbulnya luapan lumpur panas tersebut.
Penelitian ini merupakan studi kasus dengan pendekatan kualitatif.
Lokasi penelitian adalah Kabupaten Sidoarjo. Sampel ditentukan
menggunakan teknik snowball sampling. Data yang berhasil dikumpulkan
dianalisis secara deskriptif sehingga dapat diidentifikasi hal-hal yang sesuai
tujuan penelitian.
Temuan yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah (1) Korban
langsung luapan lumpur panas Sidoarjo utamanya meliputi sebagian besar
masyarakat kecamatan Porong, Tanggulangin dan Jabon. Sedangkan korban
tidak langsungnya adalah seluruh masyarakat yang memanfaatkan akses jalan
Gempol- Porong; (2) Bentuk kerugian korban luapan lumpur berupa kerugian
materiil dan immateriil. Kerugian materiil diperkirakan mencapai Rp. 11,1
Trilliun; (3) Luapan lumpur panas Sidoarjo telah melanggar hak asasi antara
lain: hak masyarakat atas lingkungan hidup yang baik dan sehat; hak atas
pendidikan, hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, serta melanggar
hak milik warga Sidoarjo; dan (4) Luapan lumpur panas Sidoarjo terjadi akibat
pengeboran sumur Banjarpanji I yang dilakukan oleh PT Lapindo Brantas.
Maka PT Lapindo Brantas dan Group perusahaan Bakrie harus bertanggung
jawab penuh atas kejadian tersebut. Hal ini sebagai bentuk pelaksanaan asas
tanggung jawab mutlak sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 23
tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan pelaksanaan prinsip
Pierching The Corporate Veil sebagaimana diatur dalam Undang Undang
Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

042
Yerri Soepriyanto; Henry Praherdhiono; Eka Pramono Adi. 2008.
Pengembangan Pembelajaran On-Line pada Metode Kelas dengan
Teknologi Tayang Tunda Slide Video Conference Terpadu pada
Mata Kuliah Komputer Grafis
Kata-kata kunci: komputer grafis, pembelajaran on-line, video conference
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model pembelajaran mata-
kuliah komputer grafis melalui video tayang tunda on-line berbasis distance
learning. Media pembelajaran berupa web yang memiliki karakteristik web
dinamis, sehingga web ini dapat diakses melalui sistem level akses. Hasil
validasi tergambarkan bahwasanya sistem jaringan pada tahap pengembang-
an dapat memberikan kontribusi model pembelajaran dan dapat direspon
positif oleh mahasiswa.
043
Andi Pramono, Betty Dewi Puspasari. 2008. Aplikasi Dokumentasi Notasi
Laban Menggunakan Pemetaan Gambar dan Visualisasi Model 3
Dimensi
Kata-kata kunci: model 3 dimensi, notasi laban, transformasi, direct kinematic
Selama ini dalam bidang koreografi, penggunaan notasi laban sebagai
media penulisan karya masih sedikit. Hal ini disebabkan ragam dan bentuk
notasi laban yang sangat banyak. Penelitian ini bertujuan membuat sistem
yang mampu merepresentasikan notasi laban dalam bentuk model 3 dimensi
berdasarkan sudut gerakan ergonomik manusia. Walaupun terdapat
dokumentasi suatu karya tari namun apabila diimplementasikan kembali, hasil
yang diperoleh tidak sama dengan karya tari yang sebenarnya. Ini dikarenakan
penulisan karya tari dalam notasi laban masih manual, sehingga tidak
diketahui apakah notasi yang telah dibuat sudah sesuai dengan karya tari
sebenarya. Dengan melihat hal tersebut diatas pada akhirnya banyak karya
cipta koreografi baik di Indonesia maupun dunia yang tidak didokumentasikan
dengan menggunakan notasi Laban.
Penelitian ini dilakukan dengan cara, pada sistem input berupa data
konversi notasi laban. Proses selanjutnya proses transfer kode transformasi.
Proses ini dilakukan perbagian data konversi notasi laban kemudian
digabungkan berdasar tiap penghitungan waktu. Selanjutnya proses transfer
data gerakan dilakukan transfer kode transformasi untuk mendapatkan data
gerakan yang berisi data perputaran maupun perpindahan. Dilanjutkan proses
matrik gerakan berdasarkan pada data matrik gerakan titik 3 dimensi dengan
direct kinematic dan animasi parameter keyframe mengacu dari jumlah frame
yang terbentuk berdasarkan waktu ketukan yang ditransfer untuk dijadikan
jumlah frame pada model pembentukan gerakan animasi dari tarian untuk
model 3 dimensi.

044
Didiek Rahmanadji; AAG. Rai Arimbawa. 2008. Kritik Seni Terhadap
Karikatur Karya Wahyu Kokkang pada Kolom Opini yang Termuat
dalam Harian Jawa Pos
Kata-kata kunci: kritik seni, karikatur, Wahyu Kokkang
Penelitian ini dilakukan untuk meneliti Karikatur karya Wahyu Kokkang
yang terdapat dalam harian Jawa Pos pada Kolom Opini dengan judul Clekit.
Karya karikatur Wahyu yang sangat menarik, simpel, unik dan sarat kritik.
Metodelogi dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kritik holistik yang
mengarah pada usaha pemecahan masalah yang berkaitan dengan kerancuan
penelitian sebagai hasil kajian(kritik) karya seni. Sehingga struktur sajiannya
dikelompokkan menjadi tiga antara lain: seniman sebagai sumber faktor
genetik, karya seni sebagai sumber informasi objektif dan penghayat sebagai
sumber informasi afektif. Sehingga penelitian ini dilakukan bertujuan untuk
mengetahui: Faktor genetik Wahyu Kokkang, faktor objektif dan karya-
karyanya, faktor afektif dari peneliti terhadap karya karikatur dan hubungan
antara ketiga faktor pada keputusan nilai dan kreativitas Wahyu Kokkang.
Penelitian ini menggunakan 5 gambar sampel kanyakanikatun Wahyu
Kokkang yang termuat dalam harian Jawa Pos. Objek dalam karikatur ini juga
diambil secara acak dengan pertimbangan bahwa karya ini menarik peneliti
untuk digunakan dalam penelitian ini. Metode pengumpulan data mengguna-
kan wawancana, pengamatan dan penghayatan karya, observasi, studi
kepustakaan. Analisis data menggunakan pendekatan kritik holistik dengan
kerangka kerja yang menggunakan tiga komponen kehidupan seni sebagai
sumber informasi, dan dari ketiga informasi tersebut berisi deskripsi latar
belakang, analisa formal dan interpretasi yang kemudian dihubungkan untuk
mendapatkan sintesis tentang keputusan nilai dan kreativitas seorang
seniman.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sintesa dan informasi genetik
Wahyu Kokkang, informasi objektif dan karya karikaturya, informasi afeksi dari
peneliti sebagai penghayat karya. Adalah bahwa karya-karya Wahyu Kokkang
menupakan hasil pengamatannya yang dilakukannya sebagai seorang
kanikatunis yang bekenja dalam sebuah harian Jawa Pos dari hasil
pengamatannya inilah nilai-nilai yang tercantum dalam visualisasi karya-
karyanya antana lain pada kanikatur 1 Wahyu ingin mengungkapkan
kesedihan seluruh dunia saat Paus meninggal. Ungkapan ini juga sebagai
ucapan selamat tinggal kepada Paus. Karikatur 11 merupakan ungkapan
kegetiran yang dirasakan Wahyu melihat situasi yang sangat ironi yakni pada
saat kita berperang dengan korupsi, suap malah para hakim tipikor yang
bertugas di bidang penindakan korupsi ini tidak digaji selama tiga bulan masa
tugasnya. Karikatur Ill adalah kenyataan pahit seorang Mulyana W. Kusumah
anggota KPU yang melakukan suap, padahal ia adalah seorang pakar
masalah kriminologi. Karikatur IV mengangkat kasus suap dan korupsi yang
terjadi di KPU yang sebelumnya anggotanya dikenal sebagai orang-orang
yang bersih. Dan Wahyu ingin menyampaikan bahwa budaya korupsi sudah
melanda semua sisi kehidupan bangsa kita. Karikatur V ini mengangkat tema
tentang seorang auditor BPK yang membongkar kasus suap KPU, tetapi ia
masih dikenai sangsi oleh atasannya. Ternyata perbuatan baik malah bisa
berakibat buruk.
045
Dwi Sulistyorini; Karkono. 2008. Integrasi Etnik Tionghoa dengan Pribumi
dalam Perkawinan Campur pada Novel Nyai Soemirah Karya Thio
Tjin Boen
Kata-kata Kunci: integrasi etnik Tionghoa, perkawinan campur, novel Nyai
Soemirah
Kesusastraan Melayu Tionghoa adalah kesusastraan yang ditulis oleh
pengarang peranakan Indonesia – Tionghoa, dan memiliki rentang waktu
penulisan dari abad XX sampai dengan pertengahan abad XX, yaitu sekitar
tahun 1960. Kesusastraan ini menggunakan bahasa pergaulan mereka, yaitu
bahasa Melayu Rendah. Bahasa tersebut dinamakan bahasa Melayu Rendah
karena pada saat itu dianggap tidak sebanding dengan bahasa Melayu resmi
yang digunakan oleh kesusastraan Indonesia yang diterbitkan Balai Pustaka.
Novel Melayu Tionghoa mengangkat tema mengenai kehidupan
masyarakat saat itu. Para pengarang mengangkat tentang fenomena yang
sering muncul di masyarakat pada saat itu, baik masyarakat pribumi maupun
etnik Tionghoa.
Dalam penelitian ini, peneliti meneliti novel Nyai Soemirah karya Thio
Tjin Boen. Novel tersebut ditulis pada tahun 1917. Dalam sejarah Indonesia
pada masa itu adalah masa konflik antara pedagang pribumi muslim dengan
etnik Tionghoa, sehingga latar waktu pada novel ini mempengaruhi latar
maupun tema yang diceritakan oleh pengarang. Adanya perkawinan campur
pada novel tersebut menyebabkan munculnya konflik budaya termasuk
masalah perbedaan agama dipermasalahkan. Etnik Tionghoa yang beragama
Konghucu dengan golongan pribumi yang beragama Islam. Perkawinan
campur antara Bi Liang dan Soemirah pun tidak terlepas dengan masalah
agama tersebut. Konflik yang muncul pada novel tersebut merupakan proses
integrasi antar etnik. Selain itu juga disajikan solusi yang integratif bagi
hubungan antar etnik tersebut.
Adapun kajian dalam penelitian ini adalah kajian sosiokultural, yaitu
kajian terhadap masalah integrasi antar etnik, pendidikan moral masyarakat,
dan kedudukan perempuan. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah rancangan deskriptif kualitatif. Pendekatan yang digunakan dalam
kajian ini adalah sosiokultural, karena suatu karya sastra merupakan refleksi
kehidupan masyarakat pada saat itu.
Hasil penelitian ini diperoleh adanya bentuk integrasi etnik Tionghoa
dengan pribumi. Bentuk integrasi tersebut tercermin dalam perkawinan campur
antar etnik. Mereka berusaha memahami norma maupun budaya
pasangannya. Selain itu ditemukan adanya nilai-nilai sosial yang terkandung
dalam novel tersebut. Nilai-nilai sosial tersebut dapat dilihat dari adanya
asimilasi, integrasi, multikultural, konflik Sosial. Aspek-aspek tersebut
disebabkan adanya pertemuan dua masyarakat dengan budaya berbeda yang
saling mempengaruhi dan saling melebur, sehingga mengakibatkan adanya
perubahan mendasar pada kebudayaan mereka.

046
Ike Ratnawati; Lilik Indrawati. 2008. Implementasi Kompetensi Respon
Estetik dan Kreasi Estetik pada Mata Pelajaran Seni Budaya dalam
KTSP di Sekolah Dasar Negeri dan Disamakan yang Favorit se
Kodya Malang
Kata-kata kunci: respon estetik, kreasi estetik, seni budaya, KTSP
Penelitian ini dilatar belakangi oleh beberapa rasional (1) KTSP harus
dilaksanakan di lapangan sejak tahun ajaran 2007/2008. Diawali dengan
pembuatan kurikulum masing- masing sekolah yang antara lain, pada setingkat
guru harus menyusun Silabus dan RPP (Rencana Pelaksana Pembelajaran)
yang berkarakter sesuai dengan visi, misi, dan tujuan sekolah masing- masing;
(2) pembelajaran seni budaya mempunyai dua kompetensi yaitu kompetensi
terhadap respon estetik dan kompetensi terhadap kreasi estetik. Dengan
demikian tujuan dari penelitian ini adalah 1). Mengetahui Implementasi
kompetensi respon estetik dan kreasi estetik pada silabus dan RPP dalam
mata pelajaran Seni Budaya di Sekolah Dasar Negeri dan Disamakan yang
Favorit se Kodya Malang; (3) Mengetahui pelaksanaannya dikelas pada
matapelajaran Seni Budaya; dan (4) Mengetahui evaluasi pembelajaran pada
matapelajaran Seni Budaya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yang
memanfaatkan sampel yang diambil dengan teknik purposive sampling,
sehingga sumber data utama dalam penelitian ini adalah guru yang mengajar
matapelajaran Seni Budaya dan dokumen berupa Silabus dan RPP. Sasaran
penelitiannya adalah SD Santa Maria II, SD Negeri Kauman I dan MIN 1
Malang. Data dijaring dengan teknik observasi terhadap sumber data dokumen
dan pada saat kegiatan pembelajaran dikelas serta teknik wawancara sebagai
pendukung.Validitas data diukur dengan pemanfaatan teknik trianggulasi
sumber, dimana kemudian pada tahap analisis data digunakan model analisa
interaktif.
Penerapan respon estetik dan kreasi estetik dalam Silabus masih belum
sesuai untuk masing-masing sekolah.Karena dalam Silabus penerapan respon
estetik dan kreasi estetiknya seimbang sedangkan pada kenyataannya
dilapangan dalam pembelajarannya guru belum menyeimbangkan
pembelajarannya, yaitu kreasi estetik lebih diutamakan dan diterapkan lebih
sering alasannya siswa lebih menyukai kegiatan berkreasi estetik dari pada
kegiatan respon estetik.Dari hasil yang kami jaring melalui silabus dan RPP,
hampir semua guru belum membuat RPP, dan untuk perangkat pembelajaran
yang berupa silabus guru sudah membuatnya tapi formatnya beragam.
Kegiatan evaluasi dilakukan dengan penilaian hasil kreasi estetik yaitu berupa
karya seni pada akhir kegiatan pembelajaran dan pada kegiatan respon estetik
jarang ada penilaian. Dari hasil penelitian ini diharapkan kepala sekolah secara
terus menerus menfasilitas dan memberi bimbingan pada guru dalam
mempersiapkan perangkat pembelajaran berupa silabus dan RPP terutama
guru mata pelajaran Seni Budaya dan diharapkan pula guru matapelajaran
Seni Budaya dapat menambah wawasan tentang pembuatan silabus dan RPP.

047
Mohamad Sigit; Mistaram; Andi Harisman; Rudi Irawanto. 2008. Makna
Simbolik pada Upacara Tebus Mayang Tradisional Masyarakat
Pesisiran
Kata-kata kunci: makna simbolik, tebus, kembar mayang
Desain janur tebus kembar mayang adalah property ceremonial
pengantin jawa pesisiran sebagai icon tradisional pada upacara pengantin.
Melalui style rangkaian janur sejumlah sepasang pada upacara pengantin,
Dengan tinjauan paradikma prinsip komunikasi visual tanpa sadar merupakan
strategi berkomunikasi dengan metode sign‖ atau penanda yang menjelaskan
secara deskriptif verbal dalam persepsi jawa.
―Makna simbolik Terob ( kembar mayang ) dan tebus ( mengkomunikasi-
kan dengan ucapan ritual oleh pemangku adat ) merupakan kajian pemakna-
an (system tanda yang dapat interaksi atau komunikasi visi yang
menterjemahkan; harmonis atau keselarasan menjadi satu kesatuan melalui
realita rancangan visual tradisional dengan jumlah sepasang (kembar mayang)
yang terbuat dari rangkaian janur sebagai icon jawa ataupun indexial yang
mewakili adanya seremonial kepada khalayak,sebagai penandaan/tanda,
ditandainya ada upacara ritual pengantin, Dengan pendekatan melalui
paradikma Edukasi semiotica perupaan/seni rupa kerajinan masyarakat
sebagai lambang pertanda sejoli atau sudah jodoh, Paradikma Desain dapat
tangkap sebagai Visual pictographic dengan referensi, persepsi dan
interpretasi ISOTYPE (International Sign Of Typhographic and Pictograpic
Educations) sebagai visual yang dapat berkomunikasi kepada khalayak
dengan icon yang dimaksud pada kegiatan upacara pengantin yang
berlangsung diwilayah dusun Sumber, desa Prigi, kecamatan Watulimo,
kabupaten Trenggalek Jawa Timur‖.

048
Mohammad Ahsanuddin; Hanik Mahliatussikah. 2008. Representasi Nilai
Pendidikan Moral dalam Syi’ir (Puisi) Imam Syafi’i
Kata-kata kunci: representasi, nilai pendidikan moral, syi’ir
Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan representasi nilai
pendidikan moral dalam syi’ir Imam Syafi’i. Penelitian ini menggunakan
rancangan deskriptif kualitatif dan menggunakan analisis hermeneutika. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa representasi nilai pendidikan moral kepada
Tuhan ditunjukkan dengan akhlak yang terpuji. Nilai pendidikan moral manusia
kepada lingkup sosial juga ditunjukkan dengan akhlak yang terpuji, akhlak
yang tidak terpuji, etika kepada orang bodoh, etika profesi dan etika mencari
ilmu sedangkan nilai pendidikan moral manusia kepada alam semesta
digambarkan dengan pencarian mutiara di lautan.

049
Noorliana. 2008. Linearitas Kalimat dalam Paragraf Karangan Ilmiah
Mahasiswa Universitas Negeri Malang
Key words: sentence linearity, paragraph, scientific writing
The study is aimed at revealing the sentence linearity of paragraph
developed by college students, whether they show good or poor linearity. Also
to describe the factors of poor linearity, as well as the order of pattern available
in each pair of linear sentences. In general, the study applies the descriptive-
qualitative method, and to analyze the relation between sentences it uses the
micro-structural method. The research result shows that most paragraphs
contain sentences of poor linearity. The causal factors are the ideas of: bias,
skip, accumulation, repetition, as well as false choice. Also, missing sentence
constituents, and inconsistent use of lexicon (words and terminologies).

050
Pranti Sayekti; Rudi Irawanto. 2008. Representasi Nilai-nilai Budaya Lokal
pada Visualisasi Iklan Rokok Kretek Berskala Nasional (Kajian
Tentang Representasi Visualisasi Iklan Rokok Kretek Pada Media
Televisi)
Kata-kata kunci: budaya lokal, iklan rokok kretek
Iklan merupakan upaya pemasaran untuk mempengaruhi audiens. Iklan
rokok merupakan salah satu iklan yang dibatasi penanyangan dan ekseskusi
visualnya. Berkaitan dengan hal tersebut iklan rokok menampilkan dirinya
dalam bentuk representasi citra-citra tertentu. Penelitian ini berupaya
mengungkapkan nilai-nilai budaya tradisional dalam iklan rokok kretek di media
televisi nasional yang ditayangkan sepanjang tahun 2006 – 2007. Penelitian ini
menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan sudut padang semiotika
visual. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa representasi yang
muncul pada iklan rokok didapat dipilah dalam representasi 3 bentuk
kebudayaan, yaitu representasi budaya idiil, budaya fisik dan aktivitas budaya
yang rutin. Ungkapan nilai-nilai budaya idiil dalam iklan rokok diwujudkan
dalam ungkapan kepasrahan, kesabaran, kebersamaan dan keakraban.
Ungkapan kebudayaan fisik yang merepresentasikan nilai-nilai tradisional
divisualkan melalui busana tradisional, atribut tradisional, perumahan
tradisional, dan alam yang mencitrakan tentang Indonesia. Aktivitas budaya
yang merepresentasikan nilai-nilai tradisional divisualkan melalui aktivitas
persahabatan, kedisiplinan, dan pencitraan keluarga.

051
Rudi Irawanto; Pranti Sayekti. 2008. Kajian Strukturalisme Simbolik
Struktur Ragam Hias pada Bangunan Masjid Atap Tumpang di
Kawasan Pedalaman Jawa
Kata-kata kunci: ragain hias, masjid
Ragam hias pada masjid atap tumpang merupakan ragam hias yang
dipengaruhi konsep estetika Islam dan estetika pra Islam. Struktur bangunan
masijid dan elemen ostetis didalamnya menyerupai struktur bangunan
tradisional. Ragam hias yang digunakanpun mendapat pengaruh dari ragam
hias pada bangunan tradisoinal. Penelitian ini bermaksud mengungkap struktur
simbol pada raga hias masjid atap tumpang di kawasan pedalaman. Penelitian
berlokasi di wilayah kabupaten Blitar, Madiun, dan Magetan, dengan
menggunakan pendekatan sosiologi dan kesenirupaan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa struktur symbol dalam ragam hias masjid atap tumpang
dibangun dari konsep estetika Islam yang menonjolkan aspek infitas
(ketidakterbatasan), menampilkan struktur modular yang suksesif serta
merupakan abstraksi dari bentuk-bentuk riil. Konsep estetika tersebut
dikompromiskan dengan konsep estetika Jawa yang mengedepankan konsep
keselarasan, sehingga simbolitas dalam ragam hias masjid atap tumpang
dalam dikategorikan sebagai symbol ekspresif dan symbol konstitutif. Symbol
konstitutif merupakan symbol sacral yang diturunkan dari pemahaman
keagamaan, sedangkan symbol ekspresif merupakan symbol profane yang
tidak bermakna isoteris dan kontempelatif. Keberadaan symbol tersebut
merupakan manifestasi kompromis antara fungsi masjid yang bersifat vertical
(ketuhanan) dan horizontal (kemasyarakatan).
052
Sisbar Noersya; Windhita Pranawengrum; Najib Jauhari. 2008. Nilai Kearifan
Lokal dalam Serat Babad Tengger Versi Tembang
Kata-kata kunci: nilai kearifan, babad Tengger, tembang
Masyarakat Tengger menghuni kawasan pegunungan sekitar gunung
Bromo dan Semeru. Secara administratif, masyarakat Tengger berada di
empat wilayah kabupaten di Jawa Timur, yaitu; Kabupaten Probolinggo,
Pasuruan, Malang, dan Lumajang. Khususnya masyarakat Tengger Malang
masih menganggap pesan-pesan leluhur sebagai salah satu referensi pola
pikir, sikap, dan perilaku terhadap lingkungan fisik dan sosialnya. Pesan
leluhur itu secara tersurat atau tersirat berisi tentang apa yang boleh dan tidak
boleh dilakukan oleh generasi Tengger. Bentuk fisik pesan leluhur tersebut
terdapat dalam naskah-naskah kuno tinggalan leluhur mereka. Salah satu
naskah kuno yang memuat berbagai siratan pesan leluhur adalah Serat Babad
Tengger versi Tembang.
Beberapa keunikan naskah Serat Babad Tengger versi Tembang, yaitu;
Pertama, naskah ini merupakan satu-satunya yang ada di kawasan Tengger
yang masih sering dilantunkan di tengah masyarakat oleh juru kidung naskah.
Kedua, isi naskah bercerita tentang riwayat kehidupan masyarakat Tengger
sejak jaman awal sampai masuk jaman legenda. Ketiga, penulis aslinya belum
diketahui, namun dapat dipastikan sebagai orang Tengger asli. yang konon
menurut beberapa informan masih memeluk agama setempat (bukan Islam).
Ceritanya menyiratkan banyak sekali butiran nilai kearifan lokal yang
kalau diperhatikan sebagian besar masih digunakan sebagai referensi pola
pikir, sikap, dan perilaku masyarakat Tengger Malang sampai sekarang.
Namun demikian, juga tidak sedikit kearifan lokal yang tersirat yang kurang
mendapat dukungan dari generasi sekarang.
Kesimpulan yang dapat diambil yaitu; Pertama, deskripsi naskah babad
Tengger versi Tembang memang cukup unik karena sangat digemari oleh
masyarakat pecinta Maca Pat. Kedua, isi naskah atau cerita dalam naskah
tampaknya lebih lengkap bila dibandingkan dengan cerita yang ada dalam
babad Tengger versiArab Terbalik. Ketiga, terdapat banyak sekali butiran nilai
kearifan lokal yang tersirat dalam setiap kalimat dalam naskah serat babad
Tengger Versi Tembang.

053
Syafaat. 2008. Variasi Fonologis Bahasa Arab Dialek Mesir dan Saudi
Arabia
Kata-kata kunci: fonologis bahasa Arab, dialek Mesir, Saudi Arabia
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk-bentuk variasi fonologis
bahasa Arab lisan dialek Mesir dan Saudi Arabia yang berupa penggantian
bunyi, penambahan bunyi, pelesapan bunyi, dan metatesis. Korpus data dalam
penelitian ini berupa kata-kata dalam tuturan bahasa Arab dialek Mesir dan
Saudi Arabia yang secara fonologis mengandung penyimpangan jika
dibandingkan dengan bahasa baku. Sumber data penelitian ini adalah bahasa
Arab ragam lisan yang dituturkan oleh penutur asli bahasa Arab dari Mesir dan
Saudi Arabia yang terekam dalam CD interaktif pembelajaran. Pengumpulan
data dilakukan dengan teknik representatif. Prosedur pemerolehan data
meliputi transkripsi data, pembacaan data secara seksama, klasifiasi data, dan
reduksi data. Setelah diklasifikasi, data dianalisis melalui (1) inventarisasi; (2)
penentuan karakteristik kemunculan; (3) pembuatan tabel deskriptif; (4)
penentuan jenis-jenis dan bentuk penyimpangan berdasarkan kriteria yang
telah dirumuskan; (5) verifikasi; dan (6) perumusan akhir (penyimpulan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ragam bahasa amiyah dialek Mesir
dan Saudi Arabia mempunyai banyak variasi fonologis yang berbeda dengan
bahasa fusha. Variasi fonologis itu dapat dikelompokkan menjadi empat
macam, yakni (a) penggantian bunyi; (b) penambahan bunyi; (c) pelesapan
bunyi; dan (d) metatesis (penukaran tempat). Dalam Bahasa Arab dialek Mesir
(BADM) penggantian bunyi meliputi penggantian konsonan dengan konsonan
dan vokal dengan vokal. Penambahan bunyi meliputi penambahan bunyi di
awal kata, di tengah, dan di akhir. Pelesapan bunyi ada yang di awal kata, di
tengah dan di akhir. Metatesis jarang terjadi dalam BADM.
Dalam Bahasa Arab Dialek Saudi (BADS), penggantian bunyi meliputi
penggantian konsonan dengan konsonan dan vokal dengan vokal.
penambahan bunyi hanya ada di awal dan di akhir kata, sedangkan
penambahan di tengah kata tidak ditemukan. Pelesapan bunyi meliputi
pelesapan bunyi di awal, di tengah, dan di akhir kata. Dalam BADS tidak
ditemukan variasi fonologis yang berupa metatesis.
Jika diadakan perbandingan antara variasi fonologis yang ada pada
BADM dan BADS, maka BADM lebih kaya variasi daripada BADS, baik dalam
penggantian bunyi, pelesapan, maupun metatesis.

054
Yusuf Hanafi; Moh Ahsanuddin. 2008. Memaknai Eksistensi Pesantren
Salafiyah Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang di Tengah Trans-
formasi Zaman dari Perspektif Fenomenologi
Kata-kata kunci: eksistensi pesantren salafiyah, transformasi zaman, fakta
sosial
Banyak pakar meyakini bahwa dunia ini tanpa terkecuali sedang
mengalami the grand process of modernization, dimana proses sekularisasi
niscaya terjadi. Pesantren sebagai institusi berbasis religi yang mengemban
misi penyemaian ideologi-ideologi transenden-keagamaan seolah berada di
bawah tekanan. Teori konvensional mengatakan bahwa ada dikotomi yang
sangat kentara antara agama dan modernitas, di mana keduanya
mengandaikan implikasi hubungan zero sum (saling menafikan). Artinya,
munculnya modernitas dalam masyarakat akan melunturkan dan kemudian
melenyapkan institusi-institusi keagamaan (termasuk di antaranya pesantren).
Namun belakangan, teori konvensional mulai menuai kritik tajam. Kritik-kritik
itu, antara lain, menyatakan bahwa agama dan modernitas bukanlah konsep-
konsep yang bersifat asimetris. Agama mungkin dapat didefinisikan secara
jelas. Akan tetapi proses modernisasi bersifat sangat kompleks, sehingga
dikotomi agama dan modernitas secara analitis tidak dapat
dipertanggungjawabkan.
Peneliti dengan berpijak pada asumsi dasar teori konvensional perihal
dikotomi agama dan modernitas, ingin menguji kembali apakah memang
jalinan hubungan di antara keduanya bersifat antagonistis dan saling
menafikan? Ataukah sebaliknya, hubungan di antara keduanya bersifat saling
menguntungkan, sebagaimana dilontarkan oleh para pengkritiknya? Apakah
pesantren salafiyah sebagai salah satu perwujudan dari institusi religio-
tradisional tetap compatible dan berprospek exist di era modernisasi? Apa
sesungguhnya makna di balik fenomena eksistensi pesantren-pesantren tua,
salah satunya Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang, yang terbukti
mampu bertahan selama puluhan tahun? Secara teoritis, kemampuan
pesantren salafiyah mempertahankan eksistensinya adalah karena dukungan
dan kepercayaan masyarakat pengguna (stakeholders) yang diaktualisasikan
dalam tindakan memasukkan anak-anak mereka di lembaga tersebut. Dalam
perspektif teori fakta sosial, fenomena tersebut mengandaikan makna yang
dapat diungkapkan.
Penelitian ini ingin menjawab permasalahan (1) Bagaimanakah kondisi
konteks Pesantren Salafiyah Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang yang
melatarbelakangi kepercayaan dan dukungan masyarakat sekitar terhadapnya
dan (2) Proses transformasi bagaimanakah yang terjadi di Pesantren Salafiyah
Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang sehingga tetap mampu melayani
kebutuhan pendidikan masyarakat modern?
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dalam perspektif
fenomenologi. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengamatan
peranserta (participant observation), dan wawancara mendalam (indepth
interview), dan dokumentasi. Sedangkan analisis data dilakukan melalui tahap:
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa Pesantren Mamba’ul
Ma’arif Denanyar Jombang, dalam menghadapi era modernisasi dan global-
isasi, pada awalnya terlihat enggan dan rikuh dalam menerima perubahan
sehingga tercipta kesenjangan antara pesantren dengan dunia luar. Tetapi
secara gradual Pesantren Mamba’ul Ma’arif kemudian melakukan akomodasi
dan konsesi tertentu untuk kemudian menemukan pola yang dipandangnya
tepat guna menghadapi perubahan yang kian cepat dan berdampak luas. Hal
itu setidaknya dapat dilihat dari beragam inovasi layanan pendidikan yang
ditawarkan Pesantren Mamba’ul Ma’arif.
Namun perlu digarisbawahi, perubahan tersebut hanya pada aspek
artikulasi lahiriah saja, sementara aspek instrinsik (ruh, semangat, pemahaman
keagamaan, dan nilai-nilai) tetap dipertahankan.
Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan perlunya peningkatan
kepercayaan masyarakat melalui penyempurnaan sarana dan prasarana, serta
layanan pendidikan pesantren. Juga, perlunya penelitian lanjutan yang terfokus
pada inovasi layanan pendidikan sebagai wujud respon pesantren terhadap
transformasi zaman yang hasilnya digunakan sebagai bahan updating
program-program pesantren.

055
Eli Hendrik Sanjaya; Oktavia Sulistina. 2008. Pengembangan Test Standart
Kimia sebagai Alat Penilaian Hasil dan Proses Belajar Siswa SMA
Kelas X
Kata-kata kunci: pengembangan tes, proses belajar siswa SMA
Aspek yang menentukan dalam penilaian proses dan hasil belajar siswa
adalah aspek kognitif, psikomotorik dan afektif. Authentic assessment sebagai
suatu bentuk penilaian memberikan penilaian yang holistik dan obyektif,
karena menilai secara keseluruhan hasil dan proses belajar siswa. Tes standar
kimia yang berbasis authentic assessment perlu dikembangkan. Oleh karena
itu penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengembangkan Tes Standar Kimia I;
dan (2) Mengetahui validitas Tes Standar Kimia I yang dikembangkan. Dengan
harapan dapat dimanfaatkan oleh para praktisi pendidikan khususnya guru,
siswa dan sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang didasarkan atas
model pengembangan Dick & Carey. Produk dari pengembangan adalah (a)
Format dan Kisi-kisi Penilaian Kognitif; (b) Format dan Rubrik Penilaian
Psikomotorik; (c) Format dan Rubrik Penilaian Laporan Praktikum; (d) Format
dan Rubrik Penilaian Poster; (e) Format dan Rubrik Penilaian Diskusi Siswa;
dan (f) Format dan Rubrik Penilaian Sikap Siswa. Untuk mengetahui validitas
produk yang dikembangkan dilakukan uji validasi isi. Dari analisis hasil uji
validasi didapatkan kesimpulan bahwa produk yang dikembangkan adalah
valid untuk dapat digunakan dalam upaya mengukur atau menilai proses dan
hasil belajar kimia pada siswa SMA Kelas X.
056
Satti W, Bagus Setiabudi W, Syamsul B. 2008. Kajian Potensi Wilayah dan
Karakteristik Lokal Kawasan Tertinggal di Kabupaten Malang
(Studi Kasus di Kecamatan Jabung)
Kata-kata kunci: potensi wilayah, karakteristik local, kawasan tertinggal
Wilayah Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) II, III, dan IV Kabupaten
Malang mempunyai pola perkembangan yang hampir serupa, yaitu walaupun
untuk saat ini di SWP-Il dan SWP-IV masih didominasi oleh sektor pertanian
namun perannya lambat-laun akan berkurang. Hal ini disebabkan oleh
pengaruh aktivitas pusat perkotaan di Kota Malang yaitu pergeseran lahan
pertanian menjadi kawasan permukiman baru untuk wilayah penyangga
kebutuhan perkotaan, sedangkan SWP-Ill secara sektoral dalam struktur
PDRB memberikan kontribusi paling besar terhadap sektor industri pengolah-
an. SWP II dan Ill dikategorikan sebagai kawasan cepat tumbuh dan cepat
maju, adapun SWP IV dikategorikan sebagai kawasan tertinggal. Mengacu
pada hasil analisis scalogram oleh Sutikno (2005), bahwa dan empat
kecarnatan di SWP IV (Kecarnatan Poncokusumo, Wajak, Tumpang dan
Jabung). Kecamatan Jabung merupakan kecamatan yang memiliki fasilitas
fisik dan non fisik paling minim. OIeh karena itu, dipandang perlu untuk
melakukan kajian akademik terkait dengan potensi wilayah serta karakteristik
lokal yang berperan penting dalam pengembangan wilayah di kawasan
tertinggal Kabupaten Malang.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk melakukan identifikasi, kajian dan
pernetaan potensi wilayah di SWP lV, yakni Kecamatan Jabung; (2) Untuk
melakukan identifikasi dan kajian tentang karakteristik lokal di Kecamatan
Jabung (SWP IV) yang mampu meningkatkan daya saing kawasan tertinggal
sehingga menjadi setara dengan SWP lainnya di Kabupaten Malang; dan (3)
Untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan
Kecamatan Jabung (SWP IV) bertipologi sebagai kawasan tertinggal di
Kabupaten Malang.
Lebih lanjut adalah pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini
diarahkan pada suatu bentuk pengkajian, observasi, dan interview mendalam
terhadap potensi wilayah di kawasan tertinggal Kabupaten Malang, sehingga
diharapkan penelitian ini akan menghasilkan output yang bermanfaat bagi
pengembangan kawasan tertinggal di Kabupaten Malang. Untuk menentukan
desa yang terpilih sebagai daerah penelitian maka digunakan teknik skoring,
sehingga terpilih Desa Argosari dan Ngadirejo.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, potensi wilayah di Desa Ngadirejo
dan Argosari relatif marginal. Namun demikian Desa Argosari potensial untuk
dikembangkan sebagai kawasan sentra produksi tebu dan Desa Ngadirejo
sebagal kawasan sentra produksi durian dan kopi. Faktor penentu kawasan
tertinggal di dua desa yakni: (a) secara geografis Desa Argosari dan Ngadirejo
terletak di perbukitan; (b) faktor sumberdaya alam yang marginal; (c) faktor
sumberdaya manusia yang relatif rendah; dan (d) faktor kebijakan karena
keterbatasan keuangan pemerintah dalam mengalokasikan dana
pembangunan.

057
Aminnudin; Heru Suryanto. 2008. Perbaikan Sifat Mekanik Aluminium Hasil
Daur Ulang dengan Inokulasi Titanium
Kata-kata kunci: inokulan, TiO, kekerasan, kekuatan tarik
Aluminium dapat diperbaiki sifat mekaniknya dengan penambahan
inokulan. Penambahan inokan pada proses pelebutan aluminium bekas dapat
meningkat kekuatan tarik dan kekerasannya.
Inokulan yang digunakan adalah Titanium Oksida (TiO). Penambahan
inulan TiO dilakukan dengan kadar 0,5; 1,0; 1,5 dan 2%. Proses pengecoran
dilakukan pada temperatur 850C. Aluminium yang digunakan adalah
aluminium bekas yang diperoleh dari pasaran.
Kekerasan dan kekuatan tarik paling tinggi terdapat pada aluminium
dengan penambahan TiO 2%. Pada penambahan ikulan 1,5 dan 2 % kenaikan
kekerasan dan kekuatan tariknya mulai melandai.

058
Anik Nur Handayani; Ahmad Fahmi. 2008. Desain Otomatisasi Alat
Pengolah Susu Kedelai yang Dilengkapi dengan Sistem Kontrol:
Motor, Suhu, dan Ketinggian Menggunakan Kendali Fuzzy
Berbasis Mikrokontroler
Kata-kata kunci: susu kedelai, kendali Fuzzy, mikrokontroler
Pengolahan susu kedelai adalah proses pemanasan dengan
o o
menggunakan suhu antara 90 C-100 C. Proses ini untuk memberikan
perlindungan maksimum terhadap penyakit yang dibawa oleh kedelai dengan
mengurangi seminimal mungkin kehilangan zat gizinya dan cita rasa susu
kedelai serta untuk mematikan dan merusak kadar protein yang ada.
Hasil penelitian adalah pengaturan level pada tabung I dan III dapat
dikontrol dengan menggunakan sensor level, pengaturan level pada tabung II
dapat dikontrol dengan menggunakan sensor level II sesuai dengan set point.
Pengaturan suhu pada prototipe alat pasteurisasi susu dapat dikontrol
o
menggunakan driver pemanas dan alat pemanas dengan set point suhu 95 C.
o
Dengan kondisi awal suhu 27 C didapat (a) Waktu tunda (td) sebesar 110
detik; (b) Waktu mencapai mencapai steady state (ts) sebesar 220detik; (c)
Kesalahan keadaan mantap ess (°C) suhu kedelai adalah sebesar 0,6°C; (d)
Rangkaian mikrokontroler AT89S52 dapat mengendalikan alat susu kedelai;
dan (e) Rangkaian sensor suhu yang digunakan untuk mengubah besaran
suhu menjadi besaran elektrik mempunyai prosentase kesalahan pendektesian
sebesar 0,39%.

059
Aripriharta; Ahmad Fahmi. 2008. Perancangan Kontrol Pergerakan Indoor
Mobile Robot (IMR) Berkamera terhadap Indoor Mobile Robot
(IMR) Target yang Dikenal (Visual Servoing)
Key word: Mobile Robot, Dynamic Programming Algorithm
Algorithm to solve mobile robot optimation from initial point of motion
until the end, with information of map and environment condition completely.
There is a problem if environment condition is unknown partly or totally,
therefore mobile robot should have ability to find all points in certain area.
Mapping method of environment situation around the robot in this
research use dynamic programming algorithm with sensor information at robot.
The result shows decreasing effectivity of exploration navigation, that is
decreasing about 50%, when exploration area has reached 20% from total
2
workspace area. For 609,6 m there is decreasing from 39% to 16%, for
2 2
116,64 m there is decreasing from 15% to 7.5%, for 47,61 m there is
decreasing from 9.3% to 2.6%. It is caused by limited robot perception to
identify the environment. Robot manuver able to move forward, pivot to the
0
right and left of 90 revolution, it causes the robot fragile to the ―tie” or
―deadlock‖condition. It can be seen from the path formed when simulation
process is running, where a state that robot only move in a little area.

060
Dyah Lestari; Siti Sendari; Heru Wahyu Herwanto. 2008. Aplikasi Webcam
untuk Otomatisasi Pengukuran Tiga Dimensi (X, Y, Z) dengan
Stereovision
Kata-kata kunci: aplikasi Webcam, pengukuran tiga dimensi, stereovision
Beberapa tahun terakhir, pengukuran 3D menggunakan sepasang foto
(photogrammetry) telah membuat kemajuan yang signifikan dalam bidang
industri dan manufaktur, khususnya dalam produksi dan fabrikasi mesin.
Stereovision dapat digunakan untuk mengekstraksi koordinat 3D dari sebuah
objek yang ada dalam sepasang gambar. Software yang dibuat digunakan
untuk otomatisasi proses stereophotogrammetry dengan cara mengambil foto
dari dua webcam, memroses kedua gambar tersebut untuk memperoleh
koordinat 2D setiap gambar, menghitung koordinat 3D dengan rumus
stereovision, dan mengukur jarak antara dua titik. Beberapa eksperimen
dilakukan untuk mengetahui ketelitian dan sensitivitas sistem pengukuran 3D
terhadap parameter sistem dan faktor-faktor lain. Sebagai hasilnya diperoleh
bahwa ketelitian sistem sepanjang sumbu x adalah 1,824 mm, sepanjang
sumbu y 1,448 mm, dan sepanjang sumbu z 1,903 mm. Sistem yang dibuat
juga tidak sensistif terhadap titik tengah gambar (image center), jarak antara
kedua kamera (baseline length) atau focal length kamera. Meskipun begitu,
pencahayaan dan threshold sangat mempengaruhi perhitungan koordinat 3D.
Untuk meningkatkan ketelitian dan mengurangi tingkat sensitivitas, disarankan
untuk menggunakan algoritme lain untuk medeteksi target dan melakukan
pengesetan eksperimen yang lebih baik. Selain itu juga disarankan untuk
menggunakan kamera digital yang mempunyai ketelitian lebih baik seperti
kamera CCD.

061
Heru Suryanto; Wahono. 2008. Karakteristik Keausan Abrasif Lapisan
Karburasi Baja Karbon Rendah
Kata-kata kunci: karburasi, kekerasan, keausan abrasif, penambahan barium
karbonat
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi media
karburasi serbuk arang kayu dan barium karbonat terhadap kekerasan dan
keausan baja karbon rendah dan pengaruh variasi temperatur karburasi
terhadap kekerasan dan keausan baja karbon rendah pada berbagai variasi
komposisi serbuk arang kayu dan barium karbonat.
Penelitian dilakukan pada spesimen baja karbon rendah (C=0,158%)
dengan dimensi 18x20x2,3mm. Variabel bebas: temperatur karburasi, yaitu:
850C, 900C dan 950C, dan penambahan serbuk Barium Karbonat (BaCO3)
sebesar 0%, 20%, 25% dan 30% berat. Pengujian kekerasan menggunakan
metode Vickers dengan beban 1 kg, sedangkan uji keausan abrasif
menggunakan kertas abrasif silicon karbida no.800. dengan beban pengausan
200g.
Hasil pengujian kekerasan menunjukkan bahwa pada penambahan
barium karbonat sebesar 20% berat memberikan kekerasan permukaan yang
tertinggi. Untuk karburasi suhu 850C, 900C dan 950C dengan perlakuan
hardening berturut-turut memberikan kekerasan sebesar 593, 867, dan 861
2
kg/mm dengan peningkatan kekerasan dibandingkan dengan raw material
sebesar 456%, 667%, dan 662%. Peningkatan temperatur karburasi menye-
babkan tebal efektif lapisan karburasi bertambah berturut-turut 250m,
300m,dan 650m untuk temperatur karburasi 850C, 900C dan 950C.
Ketebalan lapisan karburasi tampak pula melalui foto mikrostruktur, dengan
perbedaan warna yang gelap pada permukaan berangsur-angsur menjadi
terang pada kedalaman tertentu dari permukaan logam. Hasil pengujian
keausan menunjukkan bahwa ketahanan aus terbaik diperoleh dengan
penambahan barium karbonat sebesar 20% berat. Laju keausan terendah
untuk temperatur karburasi 850C, 900C dan 950C berturut-turut adalah 21,2
mg/menit, 18,3 mg/menit dan 7,5 mg/menit atau ketahanan terhadap keausan
meningkat sebesar 289%, 334%, dan 816%. Bila dikaitkan dengan kekerasan
lapisan karburasi yang dihasilkan pada kondisi yang sama menunjukkan
bahwa peningkatan kekerasan lapisan karburasi menghasilkan ketahanan aus
yang lebih baik.

062
Sukarni. 2008. Pengaruh Modifikasi Camshaft terhadap Peningkatan Daya
pada Motor Honda GL200
Kata-kata kunci: modifikasi Camshaft, motor Honda GL200
Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah: (1) Mengetahui peningkatan
daya pada Honda GL 200 antara sebelum menggunakan camshaft modifikasi
dengan setelah menggunakan camshaft modifikasi 1 dan camshaft modifikasi
2. (2) Mengetahui hubungan antara valve lift (jarak katup mengangkat), valve
lift duration (lama katup mengangkat), valve lift timing (waktu katup
mengangkat), lobe separation angle (LSA), overlap, tekanan kompresi dengan
torsi dan daya pada Honda GL 200 setelah dilakukan modifikasi.
Objek penelitian yang dipakai adalah camshaft Honda GL 200, tiga
macam camshaft yang dipakai dalam penelitian ini yang memiliki perbedaan
ukuran. Proses modifikasi camshaft dimulai dari pengelasan/penambalan profil
tonjolan camshaft, kemudian digerinda ulang untuk menghasilkan profil
tonjolan camshaft yang diinginkan.
Variabel dalam penelitian ini terbagi atas 2 kelompok yaitu: dependent
variabel (variabel terikat) dan independent variabel (variabel bebas).
Dependent variabel dalam penelitian ini adalah (1) Torsi dan (2) Daya.
Independent variabel adalah (1) Valve lift; (2) Valve lift duration; (3) Valve lift
timing; (4) LSA/LCA; (5) Overlap; (6) Tekanan kompresi; dan (7) RPM.
Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1)
Mesin Honda GL 200; (2) Dyno tester/dynamometers; (3) Jangka sorong; (4)
Dial indicator; (5) Busur derajat; (6) Compression tester.
Data penelitian ini diperoleh dengan cara mengukur valve lift, valve lift
duration, valve lift timing, LSA/LCA, overlap, dan tekanan kompresi, kemudian
mengukur torsi dan daya yang dihasilkan mesin Honda GL 200 dengan
menggunakan camshaft standar, camshaft modifikasi 1, camshaft modifikasi 2.
Pengukuran torsi dan daya dilakukan dengan menggunakan dyno tester.
Dari penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
(1) Penggunaan camshaft standar menghasilkan torsi dan daya yang lebih
besar pada putaran bawah (4000rpm--8000rpm) jika dibandingkan dengan
penggunaan camshaft modifikasi 1 dan camshaft modifiksi 2. Pada putaran
atas (8000rpm--11500rpm) penggunaan camshaft modifikasi 1 menghasilkan
torsi dan daya lebih besar jika dibandingkan dengan penggunaan camshaft
standar dan camshaft modifikasi 2. Dengan menggunakan camshaft modifikasi
1 terjadi peningkatan daya maksimal 23,4% dan terjadi peningkatan daya
masimal 0,56% dengan menggunakan camshaft modifikasi 2, jika
dibandingkan menggunakan camshaft standar. (2) Ada hubungan antara valve
lift (jarak angkat katup), valve lift duration (lama angkat katup), valve lift timing
(waktu angkat katup), lobe separation angle (LSA), overlap, tekanan kompresi
dengan torsi dan daya pada Honda GL 200.

063
Suprayitno; Suwarno; Aminnudin. 2008. Cepat Rambat Pembakaran dan
Struktur Nyala Api Pembakaran LPG pada Berbagai Kondisi
Campuran
Kata-kata kunci: pembakaran, api, LPG
LPG (Liqufied Petroleum Gas) adalah bahan bakar gas yang terdiri dari
campuran 30% propana (C3H8) dan 70% (C4H10). LPG sejak diperkenalkan
1968 oleh pertamina dengan merek elpiji, merupakan salah satu produk
pemanfaatan hasil samping minyak bumi dan hasil pengolahan gas alam,
sebagai bahan bakar pengganti dan juga merupakan pengurang konsumsi
dan subsidi minyak tanah (Bulletin Pertamina, 2 Mei 2005). Peluang LPG
untuk menggantikan minyak konvensional cukup besar mengingat dari
potensi 3,2 Mton, baru 1,2 Mton (37,5%) yang termanfaatkan sampai saat ini.
Sebanyak 75% dikonsumsi rumah tangga, dan 25% dikonsumsi industri dan
komersial (Buletin Pertamina, 2 Mei 2005). Namun, walaupun saat ini
cadangan LPG masih berlimpah dan pemerintah sedang mendorong
peningkatan penggunaan LPG ini sebagai sumber energi alternatif pengganti
minyak konvensional (terutama minyak tanah), tentunya harus diimbangi
dengan penggunaan LPG yang efektif dan efesien. Efisiensi dapat dilakukan
salah satunya dengan kesempurnaan proses pembakaran, sehingga lebih
banyak lagi energi potensial kimia yang dapat diambil menjadi energi yang
dapat dimanfaatkan. Beberapa faktor yang dapat diamati untuk
menginvestigasi efisiensi proses pembakaran adalah bentuk nyala api dan
cepat rambat pembakaran.
Alat yang digunakan terdiri dari sebuah tabung mika (Hele-shaw Cells)
dengan ukuran volume 58,5cm x 18,5cm x 1cm, tabung dan LPG berat 15 kg,
pompa injak, penyala kompor gas, handycam sony dan komputer. Penelitian
dilakukan dengan metode eksperimen, dimana data-data diperoleh dari hasil
pengamatan pada setiap perbandingan campuran yang dinyalakan dari atas
dan dari bawah.Variabel bebasnya adalah variasi perbandingan campuran
LPG/udara dan variabel terikat adalah kecepatan rambat api dan bentuk api.
Pada campuran gemuk kecepatan rambat api saat penyalaan dari atas
lebih tinggi jika dibandingkan saat penyalaan dari bawah. Sedangkan pada
campuran kurus, kecepatan rambat api dengan penyalaan dari bawah lebih
tinggi dibandingkan dengan cepat rambat api saat penyalaan dari atas.
Kecepatan tertinggi terjadi pada campuran 1:20 terutama saat penyalaan dari
bawah. Campuran 1:20 diduga sebagai campuran volume ideal pembakaran
LPG-udara secara premik.

064
Yuni Astuti; Arbaiyah Prantiasih. 2008. Bentuk Perlindungan Hak
Perempuan dan Anak Korban Tindak Kekerasan dalam Rumah
Tangga di Kota Malang
Kata-kata kunci: perlindungan hak, tindak kekerasan
Bentuk perlindungan hak yang telah ditetapkan pemerintah terhadap
tindak kekerasan pada perempuan dan anak dalam rumah tangga telah
ditetapkan beberapa instrumen hukum dalam upaya melindungi perempuan
dan anak, disamping itu telah dibentuknya dan berfungsinya lembaga-lembaga
terkait dapat membantu dan memberikan perannya seperti Komnas
Perempuan; Komnas Anak disamping Komnas HAM. Bentuk perlindungan
yang telah dilakukan di masyarakat terhadap tindak kekerasan yang terjadi
pada perempuan dan anak melalui sosialisasi, pelatihan, workshop dan
pendampingan yang terus menerus dilakukan oleh Women Crisis Center, Dian
Mutiara Malang dan bekerjasama dengan Badan Pemberdayaan Masyarakat
dan Keluarga Berencana Kota Malang. Layanan pendampingan dapat
berbentuk pendampingan hukum, medis, psikhologis, agama. Sedangkan
upaya perlindungan dalam keluarga terhadap tindak kekerasan yang terjadi
dalam rumah tangga, bahwa setiap orang dalam keluarga yang mendengar,
melihat atau mengetahui terjadinya tindak kekerasan dalam rumah tangga
maka wajib melakukan upaya-upaya untuk: (1) mencegah berlangsungnya
tindak pidana; (2) memberikan perlindungan kepada korban;
(3) memberikan pertolongan darurat; dan (4) membantu proses pengajuan
permohonan penetapan perlindungan. Permohonan untuk perlindungan untuk
memperoleh surat perintah perlindungan dapat diajukan oleh: (1) keluarga
korban; (2) teman korban; (3) Kepolisian; (4) relawan pendamping; dan (5)
pembimbing rohani
065
Ahmad Munjin Nasih; Khoirul Adib. 2008. Identifikasi Problematika Tenaga
Kerja Wanita (TKW) di Luar Negeri (Pengalaman Para Eks TKW di
Kab. Tulungagung)
Kata-kata kunci: identifikasi, problematika, tenaga kerja wanita
Persoalan yang dihadapi TKW muncul sejak pemberangkatan, di negara
tempat kerja bahkan saat pulang dari negara tempat kerja. Untuk mengurai
persoalan rumit yang dihadapi TKW terutama di negara tempat tujuan kerja,
perlu diadakan kajian mendalam untuk mengungkap persoalan-persoalan yang
dialami para eks TKW selama bekerja di luar negeri. Ini sebagai upaya untuk
mencari dasar yang akurat dalam mengambil kebijakan seputar upaya-upaya
perlindungan TKW di luar negeri sekaligus sebagai upaya memutus kekerasan
terhadap tenaga kerja wanita di negara tujuan kerja.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengidentifikasi persoalan-persoalan
yang dialami para eks TKW selama bekerja di negara tujuan dan
mendeskripsikan upaya-upaya yang dilakukan untuk menghadapi persoalan-
persoalan yang dialami selama bekerja di negara tujuan kerja serta dan (2)
Mengetahui harapan-harapan atau keinginan-keinginan (needs) para eks TKW
tentang bekal kompetensi yang seharusnya dikuasai oleh para calon TKW ke
luar negeri sebagai upaya mengeliminasi tindak kekerasan terhadap diri
mereka.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang
berperspektif gender, berlangsung dalam latar yang wajar dengan
menggunakan pendekatan fenomenologis karena berupaya memahami
fenomena-fenomena yang terjadi dalam subyek penelitian. Fokus penelitian ini
adalah pengalaman-pengalaman nyata yang pernah di alami para eks TKW di
luar negeri asal Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Pemilihan informan
dalam penelitian ini adalah dengan teknik snowball sampling, yaitu informan
kunci akan menunjuk orang lain yang mengetahui masalah-masalah yang akan
diteliti untuk melengkapi keterangan-keterangan, begitu seterusnya. Analisis
dengan memakai analisis gender dengan metode analisis Longwe untuk
menganalisis proses pemberdayaan perempuan yang mencakup lima butir
kriteria pembangunan perempuan untuk mencapai pemerataan gender dalam
(1) control; (2) partisipasi; (3) penyadaran; (4) akses; dan (5) kesejahteraan.
Berbagai permasalahan yang kompleks baik dari persoalan-persoalan
yang tingkatnya ringan hingga persoalan-persoalan berat itu bermula sejak
perektrutan TKW, pembekalan mereka dalam penampungan, proses
pemberangkatannya, perlakuan selama di tempat kerja, dan bahkan hingga
proses pemulangan ke tanah air. Dalam penelitian ini identifikasi problematika
difokuskan pada munculnya persoalan-persoalan selama TKW bekerja di
negara tujuan kerja di Timur Tengah. Diantara persoalan-persoalan yang
sering dihadapi TKW di Timur Tengah antara lain adalah: persoalan
komunikasi (lemahnya penguasaan kompetensi kebahasaan dan aspek
budaya), perlakukan kasar majikan, kekerasan baik fisik (seperti pemukulan,
pengurungan dan penyiksaan) maupun psikis (seperti hinaan, ancaman, dan
bentuk intimidasi/teror yang lain) dari majikan maupun keluarga majikan,
volume kerja yang melebihi kemampuan (eksploitasi tenaga), jenis kerja yang
tidak sesuai dengan kontrak, jumlah gaji yang tidak sesuai dengan jumlah yang
tertera dalam kontrak kerja, bahkan ada lagi yang tidak mendapatkan gaji
sama sekali, pelecehan seksual baik berupa godaan-godaan yang mengarah
ke tindakan seksual hingga terjadinya kasus pemerkosaan. Sedangkan upaya
yang dilakukan para TKW dalam mengatasi persoalan yang dihadapi tersebut
umumnya dengan melakukan upaya jalan pintas yaitu kabur dari rumah
majikan dengan berbagai cara, sebagian eks TKW mengatakan melaporkan
kejadian tersebut kepada majikan, mencari perlindungan ke sesama tenaga
kerja, dan sebagian kecil saja yang melaporkan kasus yang menimpanya ke
KBRI atau KJRI. Bekal yang harus dipenuhi oleh TKW yang akan bekerja di
luar negeri utamanya ke Timur Tengah selain bekal skill individu (kompetensi)
juga mutlak diperlukan adanya kompetensi lain yang meliputi, bekal seputar
kebahasaan dan pengenalan/pemahaman sosial budaya dan penguasaan
bidang kerja. Hal ini akan memberikan modal berharga bagi TKW untuk
melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya, demikian juga untuk
menghindari dari berbagai hal yang tidak diinginkan. Para TKW asal Indonesia
dalam menjalankan tugasnya juga tidak bisa maksimal karena adanya
miskomunikasi antara mereka dengan para majikan.

066
Laily Maziyah; Sya’faat. 2008. Pandangan para Mufassir terhadap Poligami
dalam Konteks Kesetaraan Gender
Kata-kata kunci: mufassir, konsep poligami, kesetaraan gender
Berabad-abad sebelum Islam datang, masyarakat manusia di berbagai
belahan dunia telah mengenal dan mempraktekkan poligami. Poligami
dipraktekkan secara luas di kalangan masyarakat Yunani, Persia, dan Mesir
kuno. Di Jazirah Arab sendiri jauh sebelum Islam, masyarakatnya telah
mempraktekkan poligami, bahkan poligami yang tak terbatas. Sejumlah riwayat
menceritakan bahwa rata-rata pemimpin suku ketika itu memiliki puluhan istri,
bahkan sampai ratusan.
Dalam realitasnya, poligami berimplikasi pada maraknya berbagai
bentuk kekerasan terhadap perempuan. Laporan Rifka Annisa (2001:5-8),
menjelaskan bahwa selama tahun 2001 mencatat sebanyak 234 kasus
kekerasan terhadap istri. Data-data mengenai status korban mengungkapkan
5,1% poligami secara rahasia, 2,5% dipoligami resmi, 36,3% korban selingkuh,
2,5% ditinggal suami, 4,2% dicerai, 0,4% sebagai istri kedua, dan 0,4% lainnya
sebagai teman kencan. Jenis kekerasan yang dilaporkan meliputi kekerasan
ekonomi sebanyak 29,4%; kekerasan fisik 18,9%; kekerasan seksual 5,6%;
dan kekerasan psikis 46,1%.
Menurut Subhan (2004), diantara faktor penyebab kesenjangan gender
yaitu penafsiran ajaran agama yang kurang komprehensif atau cenderung
tekstual dan kurang kontekstual, cenderung dipahami parsial dan kurang
holistik. Jadi, untuk meminimalisir ketidaksetaraan gender yang muncul akibat
pemahaman yang keliru terhadap poligami, diperlukan reinterpretasi ajaran
agama secara komprehensif, kontekstual, dan holistik. Namun, sebelum tahap
reinterpretasi teks agama dilakukan, penelaahan buku-buku tafsir mutlak harus
dilakukan.
Oleh karena itu, penelitian terhadap sejumlah kitab tafsir klasik atas
ayat-ayat poligami dalam al-Qur’an yang berkaitan dengan kesetaraan gender
sangat penting dilakukan sebagai langkah awal untuk memformulasi
pemahaman yang baru dan benar. Tafsir yang dijadikan sumber data dalam
penelitian ini adalah lima tafsir, yaitu: (1) Al Tafsir Al Kabir karya Fakhruddin Ar
Razi, , (2) Jami‟ul Bayan „an Ta‟wil Ayil Qur'an karya At-Thabari, (3), Al-
Mishbah karya M. Quraish Syihab (4). Tafsir Al-Quran al-Adhim karya Ibn
Katsir (5) Tanwir al-Miqbas min tafsir Ibn Abbas karya Ibnu Abbas. Peneliti
memilih tafsir-tafsir ini untuk mengungkap gambaran mengenai konsep, syarat,
hukum poligami, juga kaitannya dengan kesetaraan gender dalam karyannya.
Melalui pendekatan holistik, yaitu linguistis dan sosiologis sekaligus, dalam
kerangka pelacakan asal-muasal produk pemikiran mengenai poligami dan
kesetaraan gender, maka kusutnya benang permasalahan tersebut akan dapat
dikaji secara jernih.
Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan beberapa hal, yaitu: secara
konsep, konsep poligami para mufassir di atas tidak berbeda dengan konsep
mayoritas ulama, yakni poligami (ta'addud az-zawjah) adalah pernikahan satu
suami dengan dua, tiga atau empat istri, dan dalam Islam ia merupakan
sesuatu yang diperbolehkan dalam agama. Hanya saja, Ar-Razi membolehkan
seorang laki-laki berpoligami lebih dari empat istri. Adapun syarat-syarat
poligami para mufassir, yaitu memiliki kemampuan memberi nafkah, memiliki
kayakinan bisa berbuat adil, hanya saja Quraish Shihab setuju dengan
pendapatnya Al-Maragy yang mensyaratkan bolehnya poligami jika istri
mengalami kemandulan, Jumlah wanita lebih banyak, dan kondisi fisik sang
istri tidak memungkinkan untuk melakukan hubungan seksual.
Mengenai hukum poligami, para mufassir memandang hal itu mubah
(boleh). Dipersyaratkan dalam poligami adanya keadilan suami dalam
memberikan nafkah lahir kepada semua istrinya dan keadilan memberikan
giliran tidur atau menemani istri-istrinya. Namun, tidak dipersyaratkan, menurut
para mufassir itu keadilan batin yang menyangkut perasaan atau kadar cinta
antara istri satu dengan istri yang lain.
Dari lima bentuk ketidaksetaraan gender terhadap wanita (marginalisasi,
kekerasan, subordinasi, streotipisasi, pembebanan ganda), hanya ada satu
yaitu streotifikasi terhadap wanita, yakni pendapat yang longgar dari Ar-Razi
yang membolehkan poligami dalam jumlah yang tak terbatas dan dengan
syarat yang relatif longgar.

067
Moch. Syahri; Pujiyanto. 2008. Konstruksi Feminisme di Media Massa
(Studi Tentang Konstruksi Feminisme di Majalah Hidayatullah
dengan Pendekatan Analisis Framing)
Kata-kata kunci: framing, media massa, feminisme
Penelitian ini bertujuan untuk melihat Framing berita feminisme di media
massa. Metode yang digunakan kualitatif dengan pendekatan framing model
Kosicki de Zhongdang. Yang menjadi objeknya berita-berita poligami di
majalah Hidayatullah versi on-line edisi 2005--2007. Penelitian ini menemukan
dua tema besar tentang feminisme di Majalah Hidayatullah , yaitu masalah
poligami dan konsep pemikiran feminisme. Berkaitan dengan ide poligami,
Hidayatullah secara konsisten mendukung poligami. Sementara itu, berkenaan
feminisme, redaksi mengambil sikap kritis. Bagi redaksi, keberadaan
feminisme perlu diwaspadai, karena berpotensi merusak akidah umat Islam
Gerakan feminis di Barat, tidak dapat dipungkiri, merupakan reaksi
terhadap situasi dan kondisi kehidupan masyarakat di sana. Penyebab
utamanya adalah pandangan ―sebelah-mata‖ terhadap perempuan (misogyny),
bermacam-macam anggapan buruk (stereotype) yang dilekatkan kepada
perempuan serta aneka citra negatif yang mengejawantah dalam tata-nilai
masyarakat, kebudayaan, hukum, dan politik (Aris, 2006).
Sebagaimana konsep pemikiran pada umumnya, dalam waktu yang
tidak lama ide-ide feminisme diadopsi dan dijadikan perdebatan oleh pemikir-
pemikir di belahan benua lain. Jika pada awalnya gerakan ini banyak berkutat
di benua Eropa, maka lambat laun mulai merambah ke kawasan Amerika dan
kemudian menyebar ke negara-negara lain termasuk ke negara-negara dunia
ketiga
Yang menarik untuk dicermati, perdebatan-perdebatan tersebut tidak
hanya pada ranah ilmiah, dalam arti perdebatan konsep feminisme dan titik
tekan perjuangannya, tetapi juga masuk ke ranah agama, khususnya Islam.
Sebagai konsep yang datang kemudian, feminisme bagi sebagian ahli Islam
tidak bertentangan dengan ajaran Islam, bahkan sejak datangnya Nabi
Muhammad, nasib kaum perempuan justru menjadi lebih terhormat. Akan
tetapi, beberapa ahli yang lain Islam berpendapat bahwa feminisme sangat
bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam. Feminisme dianggap sebagai
produk barat yang bertentangan sendi-sendi ajaran Islam. Kedua kelompok ini
mendasarkan argumennya kepada Al-Quran dan Hadis.
Jika dirunut ke belakang, perbedaan pandangan tersebut berujung pada
persoalan penafsiran atas teks Al-Quran dan Al-Hadis. Meski Al-Quran
merupakan kebenaran abadi, namun penafsirannya tidak bisa terhindar dari
sesuatu yang bersifat relatif. Perkembangan historis berbagai mazhab kalam,
fikih, dan tasawuf merupakan bukti positif tentang kerelatifan penghayatan
keagamaan umat Islam (Munawar, 2000). Perbedaan penafsiran teks Al-Quran
dan Al-Hadis atas sebuah persoalan pada akhirnya berpengaruh pada aplikasi
ajaran agama tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain,
beragamnya praktik ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari merupakan
konsekuensi dari adanya perbedaan penafsiran tersebut. Begitu juga dengan
konsep feminisme yanng muncul belakangan.
Yang menarik bagi peneliti adalah bagaimana konsep-konsep feminisme
tersebut jika diamati di media massa. Seperti diketahui, media massa
merupakan institusi yang tidak bebas nilai dan kepentingan. Setiap media
mempunyai visi dan misi lembaga yang akan diperjuangakan. Fakta yang
sama, bisa jadi akan diungkap dengan cara berbeda-beda oleh media. Dalam
teknik jurnalistik, cara menulis fakta tersebut dinamakan dengan ―sudut
pandang berita‖ (angle). Peristiwa yang sama, bisa ditulis dari berbagai angle.
Pengambilan angle ini ditentukan oleh visi media massa.

068
Imam Nawawi; Singgih Susilo. 2008. Tenaga Kerja Industri Rumah Tangga
di Jawa Timur: Suatu Kajian Gender pada Industri Rumah Tangga
di Wilayah Malang
Kata-kata kunci: industri rumah tangga, kajian gender
Pekerjaan industri rumah tangga adalah suatu bentuk kerja yang banyak
disukai kaum wanita terutama yang sudah berkeluarga. Faktor penyebabnya
adalah karena tidak memerlukan keahlian dan tingkat pendidikan formal yang
tinggi, serta jam kerja yang luwes. Saat ini semakin banyak pekerja pria yang
memasuki industry rumah tangga.
Penelitian ini mencoba memahami secara lebih dalam tentang berbagai
hal yang berkaitan dengan masuknya tenaga kerja pria dan wanita pada kerja
industri rumah tangga, khususnya pengerajin keripik tempe, tas dan kopyah
dari perspektif gender. Penelitian dilakukan di Jawa Timur khususnya wilayah
Malang, Sidoarjo dan Gresik sebagai salah satu sentra industri rumah tangga.
Populasi penelitian ini adalah wanita dan pria baik yang sudah maupun yang
belum berkeluarga yang bekerja dibidang industri rumah tangga. Sampel
ditetapkan 120 responden dengan menggunakan teknik sample random
sampling. Data dianalisis dengan perhitungan statistik non-parametrik yakni
deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan beberapa karaktenistik pekerja industri
rumah tangga yaitu bahwa tingkat pendidikan pekerja industri rumah tangga
tergolong berpendidikan rendah, namun pekerja pria mempunyai tingkat
pendidikan lebih tinggi dan pada pekerja wanita. Umur mereka tergolong
berusia muda. Dari segi pendapatan keluarga, sebagian besar relatif tergolong
rendah dan jenis pekerjaan ini sangat fluktuatif, ada saat musim sepi dan
musim ramai. Musim sepi terjadi sebagian besar saat setelah hari raya Idul
Fitri.
Penelitian inl juga menunjukkan adanya ketimpangan gender pada
bidang dan ststus pekerjaan, sehingga ada perbedaan pula dalam besarnya
upah dan sistem pengupahan. Akan tetapi dalam hal jaminan tidak
menunjukkan adanya perbedaan antar pekerja pria dan wanita, namun
meskipun demikian pekerja wanita berpendapat bahwa keberadaan pekerja
pria pada industri rumah tangga tidak merebut lahan pekerjaan wanita.

069
Eko Sri Sulasmi; Harmawati Noor; Siti Astutik. 2008. Penerapan Pembelajar-
an Kooperatif TGT Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA-Biologi
Siswa Kelas VIII SMPN 1 Dau Malang
Kata-kata kunci: pembelajaran kooperatif TGT, hasil belajar, IPA-Biologi
Penelitian bertolak dari hasil observasi dan wawancara dengan guru
IPA yang telah dilakukan ditemukan permasalahan mengenai rendahnya
motivasi, aktivitas dan hasil belajar IPA-Biologi siswa kelas VIII di SMPN 1 Dau
Malang. Pembelajaran pada umumnya masih berpusat pada guru dengan
metode ceramah, jarang praktikum maupun demonstrasi. Tujuan penelitian ini
adalah untuk meningkatkan motivasi, aktivitas dan hasil belajar IPA-Biologi
siswa kelas VIII SPMN 1 Dau Malang melalui penerapan pembelajaran
kooperatif TGT.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif, dan jenis
penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Instrumen yang
digunakan berupa panduan wawancara, perangkat pembelajaran, lembar
observasi motivasi, aktivitas dan kegiatan guru dalam menerapkan
pembelajaran kooperatif TGT, catatan lapangan, soal tes, lembar evaluasi diri
siswa terhadap pembelajaran TGT. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII-A
SPMN 1 Dau Malang semester gasal 2008/2009 yang berjumlah 35 siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran
kooperatif TGT dapat meningkatkan motivasi, aktivitas dan hasil belajar IPA-
Biologi siswa kelas VIII-A SPMN 1 Dau Malang. Mengingat di sekolah tersebut
ada beberapa kelas untuk siswa kelas VIII, dan guru sangat antusias dalam
menerapkan pembelajaran ini, maka disarankan kepada guru IPA di SMPN 1
Dau Malang untuk menerapkan pembelajaran kooperatif TGT ini di kelas-kelas
yang lain.

070
I Wayan Dasna; Kartini; Istri Setyowati. 2008. Penggunaan Model Siklus
Belajar-Group Investigation untuk Meningkatkan Kompetensi
Siswa dalam Mempelajari Kimia di SMA Laboratorium Malang
Kata-kata kunci: model siklus belajar, kompetensi siswa, pembelajaran Kimia
Pembelajaran kimia di SMA Laboratorium UM khususnya materi struktur
atom dan ikatan kimia dan tahun ke tahun mengalami kesulitan. Konsep-
konsep yang abstrak pada pada materi tersebut tidak mudah dipahami oleh
siswa . Indikator adanya masalah diketahui dan hasil belajar siswa pada tahun
sebelumnya yang cukup rendah dimana sebagian besar siswa belum
mencapai ketuntasan belajar (SKM=75). Untuk mengatasi masalah tersebut,
digunakan tindakan model siklus belajar-group investigation (LC-GI) yang
diterapkan di kelas X-3 SMA Laboratorium UM. Tujuan penelitian adalah untuk
memperbaiki kualitas pembelajaran kimia materi pokok Struktur Atom, SPU.
dan Ikatan Kimia dengan penerapan model LC-GI. Kualitas pembelajaran
tersebut diukur dan kualitas prasos dan basil belajar siswa.
Penelitian dilakukan dengan rancangan Penelitian Tindakan Kelas yang
mencakup dua siklus. Tiap-tiap sikius terdiri dari kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas X-
3 SMA Laboratonium UM yang berjumlah 38 orang. Pengajar adalah gura
kelas didampingi oleh dosen. Instrumen penelitian terdiri atas rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar observasi, tes penguasaan materi.
Data yang dikumpulkan diperoleh dari hasil pengamatan, penyelesaian tugas,
dan tes.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model siklus belajar-
group investigation dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang
ditunjukkan dan kearifan siswa, ketepatan mengumpulkan tugas, kualitas
diskasi/interaksi, dan kemampuan memecahkan masalah kelompok. Hasil
belajar siswa mencapai menunjukkan peningkatan, rata-rata pada siklus I
(67,7) meningkat menjadi 75,0 pada sikias II. Jumlah siswa yang mencapai
skor minimal 75 pada sikius I sebanyak 44,7% naiL menjadi 68% pada siklus
II. Dengan demikian penerapan model LC-GI untuk memecahkan masalah
rendahnya pemahaman siswa dapat dilakukan. Namun pada kelas besar yang
heterogen optimalisasi pengelolaan kelas perlu ditingkatkan agar hasil belajar
siswa lebih baik.
071
Yuli Susetio; Sopiah; Sugeng; Nur Jannah. 2008. Implementasi Metode
Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Mata Diklat Ekonomi (Studi pada
Siswa Kelas I Program Keahlian Penjualan SMK Sriwedari
Malang)
Kata-kata kunci: pembelajaran kooperatif, model Group Investigation, hasil
belajar
Pendidikan memiliki peranan dalam menyiapkan siswa menjadi subyek
yang makin berperan menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif,
mandiri, dan profesional pada bidang masing-masing. Maka upaya
peningkatan kualitas pendidikan dapat tercapai secara optimal, dengan
pengembangan dan perbaikan terhadap komponen pendidikan perlu dilakukan
untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Salah satunya pada peranan
guru yang besar dalam upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik di
sekolah, upaya yang dapat dilakukan seorang guru adalah memilih model
pembelajaran yang dapat menghidupkan suasana keias menjadi lebih efektif
dan produktif. Pendekatan dalam proses pembelajaran akan mempengaruhi
keberhasilan siswa dalam menguasai suatu kompetensi, maka guru harus
dapat mengubah paradigma pembelajaran dan orientasi terhadap
terselesaikannya materi ke paradigma pembelajaran sebagai proses yang
mengedepankan keefektifan siswa selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Guru diharapkan depat menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan dan banyak melibatkan siswa dalam berbagai kegiatan dan
aktivitas belajar
Untuk meningkatkan hasil belajar mata diklat Ekonomi perlu diciptakan
suatu kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa berpartisipasi secara
aktif sehingga dapat memahami materi secara bermakna, cara yang dianggap
tepat adalah melalui metode pembelajaran kooperatif model Group
Investigation gada mata diklat Ekonomi yang dalam penerapannya di dalam
kelas akan tercipta suasana belajar siswa aktif yang saling komunikasi, saling
mendengar, saling berbagi, sering memberi dan menerima, yang mana
keadaan tersebut selain dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi
juga menargetkan interaksi sosial siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar siswa khususnya pada mata diklat Ekonomi.
Penelitien ini bertujuan: (1) mendeskripsikan penerapan metode
pembelajaran kooperatif model group investigation untuk meningkatkan hasil
belajar mata diklat Ekonomi; (2) mendeskripsikan respon siswa dalam
pembelejaran kooperatif model group investigation untuk meningkatkan hasil
belajar mata diklat Ekonomi; (3) mengetahui hasil belajar mata diklat Ekonomi
setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif model group investigation; dan
(4) mengetahui hambatan-hambatan yang muncul selame diterapkannya
pembelajaran kooperatif model group investigation. Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis penelitian
tindakan kelas (P1K). Subjek penelitian adalah siswa kelas I program keahlian
Penjualan (PJ) di SMK Sriwedari Malang.
Data penelitian dikumpulkan melalui: (1) observasi; (2) wawancara; (3)
tes; (4) catatan lapangan; dan (5) angket. Penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus mencakup 4 tahap kegiatan yaitu:
(1) perencanaan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) pengamatan; dan (4) refleksi,
dalam pelaksanaan tindakan melalui 3 tahap yaitu: (1) tahap awal:
menjelaskan kompetensi dasar dan indikator hasil belajar, memotivasi siswa,
membentuk kelompok belajar, mengembangkan pengetahuan awal dan
menjelaskan aturan main pembelajaran kooperatif model group investigation
termasuk pemilihan materi tugas dan pembagian tugas tiap kelompok; (2)
tahap inti diskusi kelompok dengan cara rnenginvestigasi materi tugas dan
presentasi; dan (3) tahap akhir membuat kesimpulan bersama-sama den
pemantapan. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon siswa dalam pembelajaran
kooperatif model group investigation pada mata diklat Ekonomi sangat positif,
hasil belajar mata diklat Ekonomi setelah diterapkannya pembelajaran
kooperatif model group investigation mengalami peningkatan. Terdapat
hambatan yang ditemui peneliti dalam pelaksanaan pembelajaran, hambatan
tersulit adalah rasa percaya diri yang rendah siswa dalam mengemukakan
pendapatnya secara lisan, diatasi peneliti dengan memberi dorongan atau
motivasi kepada siswa supaya berani mengemukakan pendapatnya.
Data hasil belajar menunjukkan adanya peningkatan dimana pada pre
test hasil belajar siswa diperoleh rata-rata 49,83 sedangkan pada post test
siklus I diperoleh rata-rata 62,72 (mengalami peningkatan 25,87%), pada post
test siklus 2 terdapat kenaikan nilai rata-rata yaitu 7978 peningkatan 27,20%.
Sedangkan penilaian pada pengamatan sikap siswa dalam keterampilan
proses kelompok (group process skills) pada siklus 1 mendapatkan rata-rata
67,3 dan pada siklus 2 mendapatkan rata-rata 80,27 atau mengalami
peningkatan sebesar 19,27%. Hasil analisis data menunjukkan bahwa
penerapan pembelajaran kooperatif model group investigation dapat
digunakan sebagai salah satu pendekatan yang dapat diterapkan untuk
meningkatkan hasil belajar mata diklat Ekonomi.
Beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan yaitu: (1) bagi guru
dianjurkan menggunakan pembelajaran kooperatif model group investigation
sebagal alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa; (2) pengelolaan
pembelajaran di kelas guru harus lebih intensif dalam memberi arahan dan
motivasi kepada seluruh siswa terutama yang memiliki kemampuan yang lebih
rendah dibandingkan dengan yang lain; (3) guru dapat mengupayakan
menggunakan media pembelajaran yang bervariasi sehingga membuat siswa
tertarik dan bersemangat mengikuti kegiatan belajar mengajar; (4) siswa
diharapkan mempersiapkan terlebih dahulu segala sesuatunya sebelum
kegiatan belajar di kelas, sehingga akan memudahkan guru dalarn memulai
pelajaran; dan (5) bagi peneliti berikutnya disarankan untuk melakukan
penelitian tentang pembelajaran kooperatif model group investigation pada
pengajaran mata diklat lainnva di tempat yang berbeda untuk mengembangkan
dan menerapkan pembelajaran kooperatif model group investigation dalam
proses pembelajaran.

072
Suharmanto; Priyanto; Anang Sujono. 2008. Penerapan Strategi Problem
Solving Of Engineering dan Teori Elaborasi untuk Meningkatkan
Hasil Belajar PDTM SMK
Kata-kata kunci: problem solving of engineering, teori elaborasi, SMK
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman tim peneliti (dosen LPTK
dan guru SMK) pengajar matadiklat PDTM pada program keahlian Mekanik
Otomotif di SMK Darut Taqwa Purwosari Pasuruan, menunjukkan hasil belajar
siswa rendah. Rendahnya hasil belajar siswa secara umum diakibatkan oleh
dua permasalahan pokok, yaitu permasalahan guru dan permasalahan siswa.
Berdasarkan penelusuran pustaka metode yang sesuai untuk memecahkan
masalah belajar pada matadiklat PDTM adalah strategi pembelajaran
pemecahan masalah yang disebut dengan Problem Solving of Engineering,
sedangkan strategi pengurutan/pengorganisasian isi pembelajaran yang
sesuai adalah teori Elaborasi. Berpijak pada permasalahan di atas maka tujuan
penelitian ini adalah: (a) Meningkatkan hasil belajar siswa kelas I program
keahlian Mekanik Otomoti? SMK Darut Taqwa dalam matadikiat PDTM melalui
penerapan Strategi Pembelajaran Problem Solving of Engineering dan teori
Elaborasi dan (b) Meningkatkan kualitas proses pembelajaran siswa kelas 1
program keahlian Mekanik Otomotif SMK Darut Taqwa dalam matadiklat
PDTM melalui penerapan Strategi Pembelajaran Problem Solving of
Engineering dan teori Elaborasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan
penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Dengan pendekatan
penelitian tindakan kelas, siklus alur penelitian dilakukan sebagai berikut:
perencanaan - pelaksanaan - observasi - refleksi.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut: (a) Penerapan metode Problem Solving of Engineering dan
pengorganisasian isi dengan teori Elaborasi dalam matadiklat PDTM dapat
meningkatkan hasil belajar siswa SMK Darut Taqwa Purwosari Pasuruan dan
(b) Penerapan metode Problem Solving of Engineering dan pengorganisasian
dengan teori Elaborasi dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yaitu
mengubah proses pembelajaran dari guru yang dominan aktif menjadi siswa
yang aktif

073
Hardika; Supriyono. 2008. Peningkatan Kreativitas Belajar Mahasiswa
dalam Matakuliah Belajar Pembelajaran Jurusan PLS melalui
Strategi Transfer of Learning
Kata-kata kunci: kreativitas belajar, transfer of learning
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas belajar
mahasiswa peserta Matakuliah Belajar Pembelajaran Jurusan Pendidikan Luar
Sekolah dengan menggunakan strategi pembelajaran transfer of learning.
Teknik pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini berpedoman
pada strategi analisis data penelitian kualitatif. Data yang masuk diolah melalui
proses pengkategorian dan pengklasifikasian berdasarkan masalah yang
diteliti.
Hasil analisis data diketahui bahwa mahasiswa memiliki semangat dan
kemampuan belajar kelompok dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari jumlah
tugas kelompok yang berhasil diselesaikan mahasiswa, keinginan untuk
melakukan belajar kelompok, kualitas hasil belajar kelompok, ketepatan dalam
menyelesaikan belajar kelompok, dan kualitas pemahaman atas hasil kerja
kelompok telah menghasilkan peningkatan yang signifikan.
Secara umurn hash belajar dengan menggunakan pendekatan transfer
of learning memberikan keleluasaan mahasiswa untuk berekspresi dan
membangkitkan pemahaman belajar yang lebih mengakar dengan gaya dan
karakteristik mahasiswa. Transfer of learning mampu memberikan peluang
kepada mahasiswa untuk beraktualisasi tentang potensi dirinya dan
mendorong mahasiswa bertindak secara kreatif, mandiri dan tidak tergantung
pada prinsipprinsip baku dan dosen pembina yang secara akademik belum
tentu cocok dengan karakter mahasiswa.
Berkaitan dengan pemahaman terhadap substansi perkuliahan, model
pembelajaran dengan pninsip transfer of learning mampu memberikan
sumbangan ganda terhadap pencapajan hasil belajar, yaitu pemahaman
terhadap bahan perkuliahan jauh lebih meningkat dan sekaligus memahami
strategi belajar yang Iebih efektif dan efisien sesuai dengan karakter
mahasiswa yang bersangkutan.
Untuk meningkatan pencapaian pembelajaran yang efektif dan efisien,
diperlukari model pembelajaran transfer of learning dengan melalui uji
penerapan terhadap berbagai matakuliah di tingkat jurusan. Hal ini dimak-
sudkan agar diperoleh pemahaman menyeluruh tentang model pembelajaran
transfer of learning oleh mahasiswa maupun dosen pembina dalam mengim-
plementasikan strategi pembelajaran sesuai dengan karakteristik matakuliah
masing-masing. Peranan dosen dan mahasiswa harus dipahami secara jelas
sehingga masing-masing memiliki tanggungjawab dan kewajiban yang harus
dilakukan dalam aktivitas pembelajaran. Segala persoalan yalg muncul dan
masing-masing dasar dan mahasiswa harus direkam dan selanjutnya
dilakukan diskusi dalam suatu forum akademik untuk membahas persoalan
dan mencari pemecahan untuk memperoleh penyempurnaan model.
Hasil pembelajaran ini belum mencerminkan keutuhan model pembe-
lajaran yang sempurna dan masih memerlukan perangkat pendukung atau
pendamping yang mampu memberikan bantuan belajar kepada mahasiswa
secara mandiri. Beierapa perangkat pembelajaran yang dianggap mampu
memberikan bantuan belajar antara lain meliputi panduan belajar mandiri,
kartu belajar yang berisi tentang prinsip belajar transfer of learning, dan
strategi implementasi model belajar berbasis transfer of learning.
Model pembelajaran ini perlu dilakukan secara berulang-ulang dalam
berbagai matakuliah dengan terus melakukan perubahan dan improvisasi
langkah dan strategi sesuai dengan yang terjadi di lapangan atau medan
pembelajaran. Penyempurnaan model pembelajaran dilakukan dengan metode
pembelajaran yang terbebas dan prinsip indoktrinasi yang kurang menghargai
prestasi dan kreativitas mahasiswa. SaIah satu prinsip yang harus dipahami
oleh fasilitator belajar adalah penciptaan pemahaman mahasiswa terhadap
konsep dan bukan penghafalan terhadap deskripsi bahan perkuliahan.

074
Nur Anisah Ridwan; Hanik Mahliatussikah; Moh. Ahsanuddin. 2008. Pening-
katan Kualitas Pembelajaran Menulis dalam matakuliah DAM
melalui Pengembangan Buku Ajar
Kata-kata kunci: menulis, DAM (Durus Arabiyyah Mukatstsafah), bahan ajar
Bahan ajar yang disusun berdasarkan silabus dan RPS (Rencana
Perkuliahan Semester) serta sesuai dengan kebutuhan mahasiswa merupakan
aspek penting yang tidak dapat dilepaskan dari keberhasilan proses
pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan buku ajar
menulis dalam mata kuliah DAM (Durus 'Arabiyyah Mukatstsafah) yang sesuai
dengan kurikulum PSPBA dan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik
mahasiswa PSPBA UM. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian
pengembangan dengan menggunakan data studi pendahuluan dan data uji
coba. Analisis data penelitian ini menggunakan analisis deskriptif yang meliputi
empat tahap, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan
penyimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan bahan ajar
DAM yang disusun berdasarkan kebutuhan dapat meningkatkan kualitas
proses pembelajaran. Bahan ajar yang disusun secara sistematis berdasarkan
tingkat gradasi kesulitan dan latihan-latihan yang mengarah pada
pengembangan kemampuan menulis membuat bahan ajar ini cocok
diaplikasikan dalam pembelajaran menulis dalam matakuliah DAM.

075
Sri Andreani; Utami Praba Astuti. 2008. Pengembangan Reading Box
Matakuliah Reading II untuk Meningkatkan Minat Baca Mahasiswa
Pendidikan Bahasa Inggris, FS-UM
Kata-kata kunci: reading box, minat baca, Reading II
Masalah penelitian ini adalah belum adanya materi berupa reading box
matakuliah Reading II untuk meningkatkan minat baca mahasiswa Pendidikan
Bahasa Inggris, FS-UM. Sesuai dengan masalah tersebut, penelitian ini
bertujuan untuk mengembangkan materi reading box dalam bentuk kumpulan
bacaan sepanjang 400--500 kata sejumlah 80 set, di mana tiap setnya terdiri
dari pendahuluan, pertanyaan, bacaan, kunci jawaban, refleksi, serta buku
pantauan yang merupakan kelengkapannya. Materi ini memungkinkan
mahasiswa berlatih membaca ekstensif secara mandiri serta melakukan
evaluasi diri. Materi dikembangkan melalui tahap perencanaan, studi
eksplorasi, pengembangan bentuk awal produk, validasi produk, dan laminasi.
Dalam proses validasi, sejumlah materi direvisi pada bagian pertanyaan,
bacaan, kunci jawaban, refleksi, ilustrasi, tata letak, dan warna judul. Isi buku
pantauan dikurangi salah satu kolomnya. Hasil angket saat proses validasi
menunjukkan bahwa materi tersebut sudah memadai dalam hal jumlah pilihan
bacaan, kandungan informasi, kesesuaian tipe dan topik bacaan dengan minat
mahasiswa, kesesuaian isi dengan tingkat kematangan intelektual mahasiswa,
panjang bacaan, keragaman tipe wacana, tingkat kesulitan kosakata dan tata
bahasa, ilustrasi, tata letak, serta jenis dan ukuran huruf. Dalam bentuk
akhirnya, materi reading box dicetak pada kertas concord berwarna dengan
judul dan ilustrasi berwarna serta dilaminasi. Buku pantauan dicetak pada
kertas berukuran A5 dan dijilid dengan sampul berwarna.

076
Amy Tenzer; Nursasi Handayani. 2008. Penerapan Pembelajaran Kooperatif
Jigsaw untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Perkem-
bangan Hewan Mahasiswa Jurusan Biologi FMIPA Universitas
Negeri Malang
Kata-kata kunci: pembelajaran kooperatif jigsaw, motivasi hasil belajar
Selama tiga tahun terakhir, hasil belajar mahasiswa Program Studi
Pendidikan Biologi Non Reguler Kelas BB dalam matakuliah Perkembangan
+
Hewan (BIC 419) tergolong rendah, dengan rerata C (57,5-67,5), karena
metode pembelajaran yang digunakan kurang dapat mengaktifkan mahasiswa.
Untuk mengatasi kondisi tersebut, diperlukan inovasi pembelajaran yang dapat
meningkatkan aktivitas mahasiswa. Pengembangan ini bertujuan untuk
meningkatkan motivasi dan hasil belajar Perkembangan Hewan mahasiswa
kelas BB melalui penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw.
Rancangan pengembangan yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas
(PTK) dalam dua siklus, masing-masing dilaksanakan dalam lima dan enam
kali pertemuan pada semester genap 2007/2008. Motivasi belajar mahasiswa
diobservasi dengan melihat minat, keaktifan, usaha, konsentrasi, dan efisiensi
kerja mahasiswa selama pembelajaran, sedangkan hasil belajar dilihat dari
skor tes akhir siklus I dan II. Hasil pengembangan menunjukkan bahwa
motivasi belajar klasikal dengan kategori baik dari 60,74% pada siklus I
meningkat menjadi 77,78% pada siklus II, dan keberhasilan belajar klasikal
dari 62,96% pada siklus I meningkat menjadi 85,19% pada siklus II. Dapat
disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar mahasiswa.

077
Made Wena; Sri Anggrariani Judawati. 2008. Pengembangan Pembelajaran
E-Learning Berbasis WBL Untuk Meningkatkan Kualitas Pembe-
lajaran Matakuliah Belajar Pembelajaran Pada Prodi PTB
Kata-kata kunci: e-learning, belajar pembelajaran, web bases learning
Tujuan pengembangan pembelajaran e-learning berbasis WBL ini
adalah: (a) Menghasilkan perangkat pembelajaran e-learning berbasis WBL
dalam matakuliah Belajar Pembelajaran, dan (b) Mengetahui efektivitas
perangkat pembelajaran e-learning berbasis WBL pada matakuliah Belajar
Pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar. Penelitian ini
merupakan penelitian pengembangan. Metode/prosedur pengembangan
pembelajaran matakuliah Belajar Pembelajaran dilakuakan dengan (1)
Menentukan matakuliah yang akan dikembangkan; (2) Mengidentifikasi Silabus
Matakuliah; (3) Mengembangkan Web Based Learning; (4) Memproduksi Web
Based Learning; (5) Memproduksi Web Based Learning; dan (6) Menyusun
Petunjuk Penggunaan Program. Berdasarkan atas hasil analisis data dapat
disimpulkan sebagai berikut (1) Penelitian ini menghasilkan produk
pembelajaran e-learning ber-basis WBL matakuliah Belajar Pembelajaran; (2)
Pembelajaran konvensional e-learning memberikan prestasi hasil belajar yang
lebih baik dari pada metode ceramah; dan (3) Mahasiswa memiliki persepsi
sangat baik terhadap pembe-lajaran konvensional e-learning
078
Pribadi; Wasis. 2008. Penerapan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek
Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Praktik Industri Pada
Prodi S1 PTB
Key word: project based learning, industrial practical, building education
This Research aim to to (a) Improve student learning outcomes in
Industrial practical subject at Departement of Building Education through
Implementation of Project Based` Learning and (b) Improve quality of
instruction process in Industrial practical subject at Departement of Building
Education through Implementation of Project Based` Learning. This Research
is conducted in Departement of Building Education FT UM. This Research use
of class action research (CAR), having the collaborative character. Based on
the data obtained through observation and questionaires, the CAR was
succesfull in (a) Improve student learning outcomes in Industrial practical
subject at Departement of Building Education and (b) Improve quality of
instruction process in Industrial practical subject

079
Sugiyanto; Pranoto. 2008. Penerapan Metode Pemecahan Masalah dan
Motivasional ARCS Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
Struktur Baja Prodi PTB
Kata-kata kunci: metode, motivasional ARCS, baja
Penelitian ini bertujuan (1) Meningkatkan hasil belajar mahasiswa
dalam matakuliah Struktur Baja 2 melalui pendekatan strategi pembelajaran
pemecahan Masalah dan strategi pengelolaan motivasional ARCS dan (2)
Meningkatkan kualitas proses pembelajaran mahasiswa dalam matakuliah
Struktur Baja 2, melalui pendekatan Strategi Pembelajaran Pemecahan
Masalah dan strategi pengelolaan motivasional ARCS. Rancangan penelitian
yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research).
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat
disimpulkan bahwa (1) Penerapan metode Pemecahan Masalah dan strategi
pengelolaan motivasional ARCS dalam pembelajaran matakuliah struktur Baja
2, dapat meningkatkan hasil pembelajaran dan motivasi belajar mahasiswa
dan (2) Penerapan metode Pemecahan Masalah dan strategi pengelolaan
motivasional ARCS dalam matakuliah struktur Baja 2, mampu meningkatkan
kualitas proses pembelajaran Struktur Baja 2.
080
Endang Prastuti; Adi Atmoko. 2008. Perilaku Merokok Remaja (Tinjauan
Diathesis Stress Model)
Kata-kata kunci: diathesis stres model, merokok, remaja
Usia remaja merupakan usia penuh masalah (problem age), yang
merupakan usia penuh stres dan tekanan, namun satu sisi pada periode ini
remaja dituntut untuk mampu membuat keputusan dan komitmen. Realitas
menunjukkan fenomena mengkonsumsi zat psikotropik, termasuk alkohol dan
perilaku merokok semakin meningkat. Selain berdampak pada kesehatan,
perilaku merokok merupakan first step menuju perilaku negatif lain. Penelitian
ini secara umum bertujuan untuk mengetahui apakah diathesis, berupa trait
kepribadian: coping stres, asertivitas dan conformitas, serta stres yang dialami
remaja berpengaruh terhadap perilaku remaja.
Penelitian dilakukan pada 835 remaja di kota Malang (di tiga kecamatan;
berusia 15--18 tahun). Setelah diklasifikasi dengan kriteria utama berperilaku
merokok, akhirnya diperoleh remaja sejumlah 213 yang dijadikan sampel
penelitian. Instrument Penelitian berupa skala psikologis yang terdiri dari: skala
stres, skala coping stres, skala asertivitas, skala konformitas, skala perilaku
dikembangkan oleh peneliti. Sebelumnya diuji cobakan pada 42 siswa SMA
LAB Malang, terbukti telah memiliki validitas dan reliabilitas yang memadai,
sedang untuk teknik analisis data menggunakan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa diathesis stres model yang
diajukan belum cukup terbukti secara empiris menjelaskan perilaku merokok
pada remaja, meskipun secara bersama-sama (1) ada pengaruh coping stres,
asertivitas, konformitas dan stres terhadap perilaku merokok pada remaja (R =
0,235; sig F = 0,019 < 0,05); (2) Ada pengaruh coping stres terhadap perilaku
merokok pada remaja (R = 0,208; Sig F = 0,002 < 0,05); (3) Tidak ada
pengaruh asertivitas terhadap perilaku merokok pada remaja (R = 0,22; F = 0,
753 > 0,05); (4) Tidak ada pengaruh konformitas terhadap perilaku merokok
pada remaja (R = 0,02, sig F = 0,720 > 0,05); (5) Tidak ada pengaruh stres
terhadap perilaku merokok pada remaja (R = 0,078, Sig F = 0,256 > 0,05); (6)
Ada pengaruh coping stres dan stres terhadap perilaku merokok remaja (R =
0,229; Sig F = 0,004 < 0,05; (7) Tidak ada pengaruh asertivitas dan stres
terhadap perilaku merokok pada remaja (0,080; sig = 0,512 > 0,05; (8) Tidak
ada pengaruh conformitas dan stres terhadap perilaku merokok pada remaja.
Saran (1) untuk remaja, perlu melakukan coping stres secara adaftif,
karena coping stres berpengaruh pada perilaku merokok pada remaja; (2)
Orangtua, perlu memberikan bimbingan tentang cara adaftif, ketika
menghadapi stres; (3) Konselor, perlu mengembangkan atau memberikan
pelatihan coping stres yang adaftif, agar dapat digunakan sebagai upaya
pencegahan atau treatment pada perilaku merokok pada remaja; dan (4)
Peneliti, perlu menyempurnakan diathesis stress model yang diajukan agar
dapat diterapkan untuk menjelaskan perilaku merokok pada remaja, yakni
dengan cara memfokuskan pada aspek diathesis, berupa trait-trait kepribadian
yang lain yang tidak dilibatkan dalam penelitian ini seperti self esteem, self
efficacy, dan lainnya.

081
Mundzir, H.S.; Asmah, Siti. 2008. Dinamika Perilaku Pesanggem dalam
Pelestarian Hutan (Kajian: Pengelolaan Wengkon Hutan di
Kabupaten Malang dalam Perspektif Teori Mikro Makro Ritzer)
Kata-kata kunci: dinamika perilaku, perhutanan sosial, pelestarian hutan
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan perilaku pesanggem
berdasarkan latar belakang kependudukan, sosial ekonomi, status dan luas
lahan wengkon, serta kelembagaan organisasi LKPDH. Penelitian juga
bertujuan untuk menemukan hubungan antara tingkat partisipasi dengan usia
pesanggem, tingkat pendidikan, pendapatan, luas lahan wengkon, status lahan
wengkon, status kepengurusan organisasi LKPDH dan masa keanggotaan
dalam organisasi LKPDH.
Metode penelitian ini menggunakan rancangan dengan pendekatan
kuantitatif . lokasi penelitian di desa Sumberagung Kecamatan Ngantang dan
desa Benjor Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang. Populasi penelitian
adalah seluruh anggota LKPDH Wono Mulyo di desa Sumberagung dan
LKPDH Sari Wono di desa Benjor Kecamatan Tumpang kabupaten malang
dengan sampel penelitian sebanyak 150 orang yang diambil dari masing-
masing kelompok kerja (Pokja).
Penelitian ini menyimpulkan sebagai berikut (1) hutan merupakan
sumberdaya alam untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik lokal
maupun nasional memiliki makna ganda tergantung kacamata yang digunakan
dalam melihat hutan menurut persepsi masing-masing, baik secara individual,
kelompok maupun institusional; (2) Perilaku pesanggem memanfaatkan lahan
di dalam hutan disebabkan oleh niat baik untuk melestarikan hutan, selain itu
juga ada sebagian pesanggem yang mencari lahan untuk pertanian dalam
rangka memenuhi kebutuhan dasar untuk bertahan hidup yang disebabkan
oleh tekanan sosial; (3) Rendahnya kondisi sosial masyarakat desa
Sumberagung dan desa Benjor berakibat pada rendahnya tingkat pendidikaan
dan sulitnya mendapatkan lapangan kerja dalam rangka memenuhi kebutuhan
dasar untuk bertahan hidup; (4) Perilaku pesanggem dalam bentuk partisipasi
terhadap pengelolaan hutan memiliki hubungan sangat signifikan antara
tingkat partisipasi dengan usia, status lahan wengkon, status keanggotaan
dalam kelompok dan masa keanggotaan dalam kelompok, sedangkan hu-
bungan antara tingkat partisipasi dengan tingkat pendidikan cukup signifikan.
Adapun korelasi tingkat partisipasi dengan tingkat pendapatan pesanggem dan
status lahan wengkon ternyata tidak ada hubungan secara signifikan; dan (5)
Dinamika partisipasi pesanggem masyarakat desa Sumberagung dan desa
Benjor memiliki dimensi individual, kelompok, kelembagaan (institusional) dan
dimensi budaya. Dimensi individual merupakan merupakan gambaran individu
sebagai anggota masyarakat desa menghadapi tekanan yang tidak terlepas
dari realitas sosial di mana individu hidup di pinggiran hutan yang penuh
dengan peraturan yang harus dipatuhi. Di pihak lain terdapat kumpulan orang
yang tergabung dalam suatu kelompok sosial yang memiliki norma kelompok
yang mengikat individu sebagai anggota kelompok, walaupun terdapat
sebagian orang yang tidak mau terikat dengan kelompok tersebut akhirnya
juga ber-kelompok untuk mempertahankan keyakinan yang dianggap benar
dalam kelompok barunya.

082
Mahmud Yunus. 2008. Pengaruh Metode Pemanduan Bakat terhadap
Pembinaan Sepakbola Usia Dini
Kata-kata kunci: metode pemanduan bakat, keterampilan dasar, sepak bola
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh metode
pemanduan bakat terhadap pembinaan sepakbola usia dini, melalui seleksi
alamiah dan seleksi ilmiah, interaksi antar-keduanya terhadap keterampilan
dasar bermain sepakbola.
Variabel penelitian ini adalah model-model pemanduan bakat dan
keterampilan dasar bermain sepakbola. Dalam penelitian ini digunakan
percobaan faktorial 2x2 pada siswa-siswa (N=80 ) dari Sekolah Sepakbola
Hayam Wuruk dan Poras Trenggalek, Jawa Timur. Sampel diambil dengan
teknik Simple Random Sampling acak sederhana. Hasil-hasil dianalisis dengan
teknik ANAVA dengan program komputer SPSS Versi 14.
Hasil analisis (1) Tes Antropometri menunjukkan bahwa memiliki nilai
rata-rata 35.36 dan memiliki standard deviasi sebesar 5.59 Nilai rata-rata pada
tes tinggi badan dan berat badan. Hal ini berarti terdapat peningkatan hasil dan
kemungkinan dikarenakan hasil dari treatment yang diberikan kepada testi; (2).
Tes Kelincahan menunjukkan bahwa memiliki nilai rata-rata 10.95 dan memiliki
standard deviasi sebesar 74; (3) Tes Kecepatan menunjukkan bahwa memiliki
nilai rata-rata 7.13 dan memiliki standard deviasi sebesar .62 Nilai rata-rata
pada tes kecepatan. Hal ini berarti terdapat peningkatan hasil dan
kemungkinan dikarenakan hasil dari treatment yang diberikan kepada testi; (4)
Tes Lompat tanpa Awalan menunjukkan bahwa memiliki nilai rata-rata 166.13
dan memiliki standard deviasi sebesar 30.61. Hal ini berarti terdapat
peningkatan hasil dari treatment yang diberikan kepada testi; (5) Tes VO2Max
menunjukkan bahwa memiliki nilai rata-rata 33.52 dan memiliki standard
deviasi sebesar 5.63. Hal ini berarti terdapat peningkatan hasil dan
kemungkinan dikarenakan hasil dari treatment yang diberikan kepada testi;
dan (6) Tes Keterampilan Dasar Bermain Sepakbola (a) menunjukkan analisis
data tes awal menunjukkan kelompok alamiah tinggi memiliki nilai rata-rata
lebih rendah (30.74) dibandingkan dengan kelompok alamiah rendah (34.23).
Hal ini terbukti bahwa nilai rerata tes keterampilan awal yang lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok alamiah dengan bakat rendah dan (b) Bahwa
kelompok alamiah tinggi memiliki nilai rata-rata yang lebih rendah (34.64)
dibandingkan dengan kelompok alamiah rendah (41.35). Hal ini terbukti bahwa
nilai rerata tes keterampilan awal yang lebih rendah dibandingkan dengan
kelompok alamiah dengan bakat rendah.

083
Abd. Syukur Ibrahim. 2008. Konstruksi Identitas Jender dalam Pertarungan
Simbolik di Media Massa
Kata-kata kunci: konstruksi, identitas jender, pertarungan simbolik, media
massa
Berkembangnya gerakan feminisme direspon perempuan dalam bentuk
konstruksi identitas baru perempuan di Indonesia. Banyak perempuan yang
menginternalisasi nilai-nilai feminisme dalam diri mereka. Nilai-nilai feminisme
dalam diri perempuan tersebut selanjutnya dieksternalisasi menjadi struktur
sosial. Agar tidak diketahui tujuannya, eksternalisasi nilai-nilai feminisme
dilakukan perempuan dengan menggunakan bahasa di media massa.
Perempuan merespon budaya patriarki dan menstimulasi budaya kesetaraan.
Mekanisme perempuan tersebut berdampak pada disahkannya Undang-
undang, Peraturan Pemerintah, Surat Keputusan, dan Surat Edaran yang
memperhatikan pengarusutaman jender. Konstruksi identitas perempuan
tersebut diserang laki-laki yang berusaha melestarikan budaya patriarki. Laki-
laki merespon budaya kesetaraan dan menstimulasi budaya patriarki. Fakta
sosial tersebut sampai saat ini belum dikaji secara komprehensif. Karena itu,
penelitian yang berjudul Konstruksi Identitas Jender dalam Pertarungan
Simbolik di Media Massa dipandang layak untuk dilakukan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh eksplanasi tentang
konstruksi identitas jender dalam pertarungan simbolik di media massa yang
dirinci menjadi (a) bentuk konstruksi identitas jender dalam pertarungan
simbolik di media massa; (b) mekanisme individu konstruksi identitas jender
dalam pertarungan simbolik di media massa; dan (c) mekanisme struktur sosial
konstruksi identitas jender dalam perta-rungan simbolik di media massa.
084
Wahyudi Siswanto; Muakibatul Hasanah. 2008. Proses Kreatif Sastrawan
Indonesia
Kata-kata kunci: sastrawan Indonesia
Karya sastra digubah oleh sastrawan. Tentu saja ini atas izin dan
karunia Tuhan yang telah memberikan daya kreatif kepada sastrawan. Oleh
karena itu, kalau kita ingin memahami karya sastra, pemahaman kita akan
semakin baik bila disertai dengan pemahaman terhadap diri sastrawan. Bila
kita telah mengenal sastrawan, kita juga bisa memahami lebih baik karya
sastranya.
Bagi Coleridge (dalam Aminuddin, 2001:5) kualitas karya sastra
ditentukan oleh sejumlah aspek yang akhirnya juga ke arah kemampuan
seniman, yaitu (1) daya spontanitas, (2) kekuatan emosi, (3) orisinilitas, (4)
daya kontemplasi, (5) kedalaman nilai kehidupan, dan (6) harmoni. Longinus
menekankan kualitas yang memberi keluhuran kepada seniman, diantaranya
(1) jenius yang kreatif: daya wawasan yang agung dan emosi serta (2) retorik:
majas dan keagungan diksi (Teeuw, 1984:155—156).
Pada abad ke-18, pada masa Romantik, perhatian terhadap sastrawan
sebagai pencipta karya sastra menjadi dominan. Karya sastra adalah anak
kehidupan kreatif seorang penulis dan mengungkapkan pribadi pengarang
(Selden, 1985:52). Menyimak hal-hal semacam ini menyebabkan pentingnya
peranan sastrawan dalam kajian sastra (Junus, 1985; Eneste, 1984).
Apa saja yang bisa diteliti dari diri sastrawan? Hal yang bisa diteliti pada
diri sastrawan bisa meliputi hidup sastrawan, perkembangan moral, mental,
dan intelektual, selain tentang psikologi sastrawan dan proses kreatif (Wellek
dan Warren, 1976).
Sampai saat ini masih sedikit penelitian yang mencoba mengkaji diri
sastrawan. Beberapa penelitian semacam ini, misalnya, dilakukan oleh (1)
Arief Budiman berjudul Chairil Anwar: Sebuah Pertemuan dengan Pribadi
Chairil Anwar; (2) Aris Purwanto (1988) berjudul Pendekatan Struktural-genetik
terhadap Novel Kubah Karya Ahmad Tohari; (3) Wahyudi Siswanto (1991)
berjudul Kajian Novel Rafilus: Sebuah Tinjauan Sosio-psiko-struktural (Tesis);
serta (4) Wahyudi Siswanto (2003) berjudul Memahami Budi Darma dan Karya
Sastranya (Disertasi).

085
Yuni Pratiwi, 2008. Nilai Budaya Perempuan dalam Sastra Peranakan
Tionghoa-Indonesia
Kata-kata kunci: nilai budaya, sastra peranakan Tionghoa-Indonesia, nilai
ketuhanan, nilai sosial, nilai persoanal
Wacana sastra Indonesia selalu merepresentasikan model dunia-
kehidupan manusia tertentu. Salah satu khazanah sastra di Indonesia yang
merepresentasikan model dunia kehidupan manusia tertentu ialah wacana
sastra Peranakan Tionghoa Indonesia. Nilai budaya perempuan etnis
Tionghoa [mungkin] berbeda dengan nilai perempuan Indonesia (baca: Jawa).
Karena itu, nilai budaya perempuan etnis Tionghoa dalam Sastra Peranakan
Tionghoa Indonesia perlu dikaji lebih komprehensif.
Masalah nilai-nilai budaya perempuan meliputi (1) nilai yang berkenaan
dengan kehidupan ketuhanan yang dihayati dan diikuti perempuan (nilai
religious); (2) nilai yang berkenaan dengan kehidupan sosial yang dihayati dan
diikuti perempuan [nilai sosial); dan (3) nilai yang berkenaan dengan
kehidupan pribadi [nilai personal] yang dihayati dan diikuti perempuan yang
direpresentasikan di dalam sastra Peranakan Tionghoa Indonesia.
Berdasarkan paradigmanya, penelitian ini termasuk penelitian kualitatif
yang historis hermeneutis karena secara kualitatif dan interpretatif
mendeskripsikan bangunan nilai budaya perempuan di dalarn wacana sastra
Peranakan Tionghoa Indonesia. Lebib jauh lagi, sebagaimana Iazimnya dalam
penelitian hermeneutis, data penelitian ini merupakan data penghayatan
secara langsung dan pengamatan secara rasional (erleben dan verstehen)-
bukan penghitungan atau penjelasan matematis (erklaren) - yang diambil
secara bolak-balik dan berulang-ulang menurut kebutuhan dan keperluan.
Mengingat luas dan banyaknya wacana sastra Peranakan Tionghoa
Indonesia, tidak semua sastra Peranakan Tionghoa Indonesia dijadikan
sumber data. Sesuai dengan teknik penyampelan internal, internal sampling,
yaitu penyampelan yang menyandarkan diri pada terwakilinya informasi yang
secara kualitatif mendalam, memadai, dan menyeluruh tentang model dunia-
kehidupan perempuan yang direpresentasikan dalam wacana sastra peranak-
an Tionghoa Indonesia, sumber data yang dipilih untuk dianalisis berupa 42
cerita pendek karya penulis peranakan Tionghoa-Indonesia. Data penelitian ini
meliputi (1) nilai religious; (2) nilai social; dan (3) nilai personal yang dihayati
dan dilkuti perempuan yang direpresentasikan di dalam sastra Peranakan
Tionghoa Indonesia.
Pada dasannya analisis data penelitian ini dikerjakan dengan
menggunakan prinsip (a) pemahaman arti secara mendalam (sinverstehen)
menurut asas-asas hermeneutika Dilthey, Gadamer, dan Ricoun; (b) analisis
isi (content analysis) khususnya analisis domain kultural menurut SpradJy; dan
(c) analisis interaktif-dialektis. Artinya, analisis data dilakukan secara
melingkar, berulang-ulang, timbal-balik, dan bolak-balik (menurut kepenluan)
dengan fokus wacana novel Indonesia dalam rangka memperoleh
penghayatan dan pemahaman arti yang mendalam terhadap nilai budaya
perempuan yang direpresentasikan oleh wacana sastra Peranakan Tionghoa
Indonesia tersebut.
Temuan pertama dalam penelitian ini yakni, nilai ketuhanan yang dihafal
dan diikuti perempuan dalam sastra peranakan Tionghoa Indonesia meliputi
tiga hal. Pertama, tokoh perempuan dalam cerita pendek peranakan Tionghoa-
Indonesia mengakui keberadaan Tuhan yang mencakup pengakuan yang
ditandai dengan keyakinan bahwa Tuhan adalah pengatur kehidupan manusia
dan Tuhan menghukum dan memberi peringatan kepada manusia yang
bersalah atau melakukan tindakan berdosa. Kedua, mengakui kekuasaan
Tuhan yang menunjukkan dengan memperlihatkan usaha meningkatkan
kualitas diri sebagai hamba Tuhan yang ikhlas agar menjadi perempuan yang
mulia. Ketiga, nilai ketuhanan yang berhubungan dengan penghargaan kaum
perempuan terhadap ciptaan Tuhan yang meliputi: (1) perempuan yang mulia
bertanggung-jawab dalam memelihara anak dan keturunan dan (2) perempuan
yang mulia berusaha memelihara dan menjaga kehormatan diri.
Temuan kedua dalam penelitian ini adalah nilai sosial yang dihayati dan
diikuti perempuan dalam sastra peranakan Tionghoa Indonesia meliptiti: (1)
perempuan berkewajiban menjalin hubungan sosial dengan keluarga
berdasarkan garis keturunan untuk meningkatkan ikatan persaudaraan; (2)
Perempuan berkewajiban menjalin hubungan dengan keluarga lain karena
ikatan perkawinan untuk menjaga harmoni keluarga besar; (3) perempuan
berkewajiban menjaga hubungan dengan keluarga lain di lingkungan tempat
tinggal; (4) perempuan berkewajiban menjalin hubungan dengan keluarga lain
di lingkungan tempat tinggal untuk memperluas pergaulan atau mendapatkan
jodoh; (5) perempuan berkewajiban menjalin hubungan dengan orang lain
untuk memperluas pergaulan; (6) perempuan berusaha menjaga ikatan perka-
winan dan membangun citra sebagai pribadi yang mulia dan setia di tengah-
tengah masyarakat; dan (7) perempuan yang mulia berusaha menunjukkan
rasa nasionalisme yang tinggi.
Temuan ketiga yang dapat dilaporkan dalam penelitian ini yaitu, nilai
personal yang dihayati dan diikuti perempuan dalam sastra peranakan
Tionghoa-Indonesia meliputi: (1) perempuan membangun citra diri sebagai
pribadi yang bermartabat, yang mencakup: (a) menjalani kehidupan pribadi
berdasarkan prinsip-prinsip moral yang berlaku dalam masyarakat; (b)
menggunakan busana dan rias wajah yang sesuai dengan kelas sosial; (c)
menempuh pendidikan dan keterampilan yang bisa dibanggakan; (d)
membangun citra diri sebagai pribadi yang cerdas dengan belajar bahasa
asing; dan (e) menempuh pendidikan atau kursus-kursus yang dikenal
bergengsi; (2) perempuan membangun citra diri sebagai pekerja keras, yang
mencakup: (a) memiliki status pekerjaan yang jelas; (b) mengembangkan
suatu bidang pekerjaan untuk menopang ekonomi keluarga; dan (c)
memelihara perasaan cinta dan kuat menahan godaan.
Beberapa saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil kesimpulan
tersebut yakni, (1) penelitian lain disarankan melakukan penelitian dengan
fokus-fokus kajian yang benbeda dengan harapan dapat melengkapi informasi
yang telah didapatkan dalam penelitian ini; (2) penelitian lanjutan dapat
diperluas jangkauan sumber datanya dengan pertimbangan jumlah dan kurun
waktu penulisannya; dan (3) penelitian lanjutan disarankan mempertimbang-
kan aspek-aspek perubahan konstelasi politik, sosial, dan budaya agar kajian
terhadap teks sastra menjadi lebih utuh dan dapat merepresentasikan
semangat zaman yang terus berubah dan berpengaruh terhadap nilai-nilai
dalam kehidupan perempauan peranakan Tionghoa Indonesia.

086
Martutik; Nurchasanah. 2008. Performansi Pertanyaan-Respon Anak Usia
Balita dalam Interaksi Sosial Sebaya (Antisipasi Profil Bahan Ajar
di Taman Kanak-Kanak)
Kata-kata kunci: pertanyaan, respon, interaksi sosial, balita
Pertanyaan respon memiliki produktivitas pakai yang cukup tinggi bagi
anak usia balita. Ini terjadi karena masa balita adalah masa ingin tahu. Untuk
mengekspresikan keingintahuan mereka, salah satu sarana yang bisa
diungkapkan berupa pertanyaan. Sebuah pertanyaan diungkapkan dengan
tujuan untuk memperoleh respon. Karena itu, pertanyaan respon perlu
dideskripsikan. Pendeskripsian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan
penentuan profil bahan ajar di TK.
Dengan pertimbangan tersebut, secara rinci tujuan penelitian ini adalah
(1) mendeskripsikan performansi pertanyaan dilihat dari bentuk formal, fungsi,
strategi, dan tindak pemerannya serta (2) mendeskripsikan performansi respon
dilihat dari bentuk formal, fungsi, dan strateginya.
Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan data tuturan lisan
dalam interaksi sosial antarbalita (di lingkungan Malang). Data diambil dengan
teknik observasi langsung dengan instrumen kunci peneliti dibantu dengan
tape recorder dan tabel. Data tersebut dianalisis dengan prosedur: (1)
penyajian data; (2) reduksi data: Identifikasi, klasifikasi, dan penyimpulan
sementara hasil penelitian; (3) verifikasi; dan (4) penentuan hasil akhir.
Dengan prosedur di atas hasil penelitian ini dideskripsikan sebagai
berikut. Performansi pertanyaan dilihat dari bentuk formalnya memiliki variasi
(1) pertanyaan berintonasi tanya; (2) pertanyaan berkata tanya: mana, apa,
siapa, di mana, dan berapa; serta (3) pertanyaan pembalikan urutan. Dilihat
dari fungsinya, pertanyaan memiliki variasi (1) pertanyaan informatif dan (2)
pertanyaan ya/tidak yang memiliki variasi: sudah/belum, boleh/tidak boleh,
bisa/tidak bisa, ya/bukan, dan ya/tidak. Dilihat dari strateginya, pertanyaan
yang digunakan balita termasuk pertanyaan langsung yang memiliki variasi: (1)
meminta informasi dan (2) meminta konfirmasi. Dilihat dari tindak pemerannya,
pertanyaan memiliki variasi (1) direktif; (2) ekspresif; dan (3) representatif.
Sementara itu, performansi respon dilihat dari bentuk formalnya memiliki
variasi (1) respon berup kata-kata atau respon verbal; (2) respon nonverbal;
dan (3) respon gabungan verbal-nonverbal. Dilihat dari fungsinya, respon
memiliki variasi (1) respon jawaban dan (2) respon bukan jawaban. Respon-
respon tersebut diungkapkan balita dengan menggunakan strategi langsung.

087
Soedjijono. 2008. Menuju Teori Sastra Indonesia: Membangun Teori Prosa
Fiksi Berbasis Novel-novel Kearifan Lokal
Kata-kata kunci: sastra Indonesia, prosa, novel
Penelitian fundamental ini bertujuan untuk memberikan sumbangan bagi
penyusunan teori sastra Indonesia, khususnya teori prosa fiksi, dengan objek
penelitian 4 (empat) novel kearifan lokal. Keempat novel tersebut adalah:
Pengakuan Pariyem (Linus Suryadi), Pasar (Kuntowijoyo), Para Priyayi (Umar
Kayam), dan Ibu Sinder (Pandir Kelana). Pendekatan analisis yang dipakai
adalah pendekatan strukturalisme dinamik sehingga memungkinkan analisis
data secara intrinsik, ekstrinsik, dan historis sekaligus. Hasil penelitian ini ada
3 (tiga): (1) ciri tipikal novel kearifan lokal; (2) ciri spesifik unsur struktur novel
kearifan lokal; dan (3) teori prosa fiksi berdasarkan kajian struktur novel
kearifan lokal.

088
Mistaram; Pujiyanto; Tjitjik Sri Wardhani. 2008. Batik Pesisiran Jawa Timur,
Kajian Estetik, dan Kebudayaan
Kata-kata kunci: batik pesisiran, estetik, kebudayaan
Batik pesisiran merupakan produk kebudayaan daerah yang juga
merupakan kearifan lokal. Batik mmpunyai nilai estetik, dan simbolik, yang
merupakan produk kebudayaan. Nilai kedaerahannya dapat ditunjukkan dari
ciri ragam hiasnya, dan di setiap daerah mempunyai motif hias yang berbeda
antara daerah satu dengan lainnya. Motif hias batik merupakan hasil stilasi dari
apa yang dihayati oleh perajin daerah, dan diungkapkan dalam motif hias batik
pesisiran. Motif hias dapat dianalisa dengan kajian estetik dan kebudayaan
untuk memaknai setiap motif hias batik pesisiran.

089
Moh Ainin; Imam Asrori. 2008. Pola Interaksi dalam Alquran yang Tercer-
min pada Ayat-Ayat Berbentuk Pertanyaan: Kajian Pragmatik
Kata-kata kunci: pola interaksi, Alquran, pertanyaan, dan pragmatik
Alquran merupakan media interaksi antara Tuhan dengan hamba-Nya
(Qardhawi, 1997). Alat yang digunakan sebagai media interaksi adalah bahasa
(bahasa Arab). Dalam melakukan interaksi, Alquran menggunakan beragam
kalimat. Interaksi dalam Alquran akan lebih kentara pada ayat-ayat Alquran
yang berbentuk pertanyaan. Dalam ayat-ayat yang berbentuk pertanyaan ini,
komunikasi timbal balik antara komunikator dan komunikan tampak
terformansikan secara jelas dengan berbagai variasi, baik dari aspek pihak
yang terlibat dalam interaksi maupun dari aspek fungsi (semantik maupun
pragmatik) dari interaksi itu sendiri.
Penelitian ini adalah mendeskripsikan ayat-ayat dalam Alquran
berbentuk pertanyaan dari aspek (1) topik atau Tema interaksi; (2) pelibat
dalam interaksi; (3) bentuk respon dalam interaksi; (4) motif interaksi; (5) latar
interaksi; dan (6) pola interaksi.
Penelitian ini menggunakan rancangan kualitatif dan analisis isi.
Instrumen penelitian berupa human instrumen. Data penelitian berupa ayat-
ayat Alquran berbentuk pertanyaan yang difokuskan pada kajian terhadap
tujuh surah terpanjang (sab‟u thiwal). Teknik analisis data meliputi observasi
mentah, unitisasi, recording, reduksi data, menyusun inferensi. Validasi hasil
temuan dilakukan melalui: Observasi terus-menerus (persistent observation),
mengkaji secara teliti, cermat, dan komprehensif berbagai sumber data lainnya
yang relevan, triangulation, dan mendiskusikan dengan teman sejawat dan
atau pihak lain yang dipandang ahli (member cheks).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tema-tema interaksi dalam Alquran
yang tercermin pada ayat-ayat berbentuk pertanyaan meliputi: golongan
manusia dan sikap hidupnya, golongan ahli kitab, golongan Bani Israel,
golongan munafik, penciptaan manusia sebagai khalifah di muka bumi, hidup
sesudah mati, kemahakuasaan Allah, peperangan dan jihad, infaq, shadaqah,
dan zakat, rahmat luar biasa, dan kehancuran umat-umat terdahulu.
Pelibat interaksi dalam Alquran yang tercermin pada ayat-ayat
berbentuk pertanyaan meliputi: Tuhan-Nabi, Tuhan-umat/kaum, malaikat-
Tuhan, Nabi-umat/kaum, Nabi-tokoh, umat/kaum-Tuhan, umat/kaum-Nabi,
umat/kaum-umat yang lain, dan Individu-Tuhan.
Respon dalam interaksi pada ayat-ayat Alquran yang berbentuk
pertanyaan dapat dikatagorikan menjadi (a) respon berdasarkan asal respon
dan (b) respon berdasarkan hubungan isi pertanyaan-respon. Respon
berdasarkan asal respon meliputi: respon mitra tutur, respon penutur, dan
respon gaib. Sementara itu, respon berdasarkan hubungan isi pertanyaan-
respon meliputi: respon sebagai jawaban, respon sebagai penegas, respon
sebagai pertanyaan lanjutan, dan respon kosong.
Motif interaksi dalam ayat-ayat Alquran berbentuk pertanyaan meliputi:
menganggap bodoh pihak lain, menutupi ketidakmampuan, meragukan
kemampuan pihak lain, kemustahilan keimanan pihak lain, meminta
percepatan pertolongan, mengelak dari kesalahan, menunjukkan kekaguman,
permintaan menjadi pengikut, menolak tugas berperang, memperoleh
keuntungan pribadi, menyatukan sikap dan persepsi, menunjukkan kekuatan
(kekuasaan), menegakkan keadilan, menunjukkan penyimpangan akidah,
meminta diberi hidangan (ma’idah), menunjukkan penyesalan atas ketidak-
mampuan, menafikan, menunjukkan diri-Nya sebagai penolong tunggal,
meluruskan persepsi, menyangkal tuduhan, mengingatkan kembali, membuk-
tikan kebenaran pesan yang disampaikan, meminta pendapat (diberi
pendapat), meminta untuk tidak disiksa, memastikan adanya ujian, dan
meremehkan.
Latar interaksi dalam ayat-ayat Alquran berbentuk pertanyaan adalah
sebagai berikut: sikap superioritas orang-orang munafik, penciptaan nyamuk
sebagai perumpamaan, penciptaan khalifah di muka bumi, peristiwa kriminal,
harapan yang berlebihan, kerasulan Muhammad dalam Kitab Taurat, klaim
Yahudi dan Nasrani atas Nabi Ibrahim dan anak cucunya, perubahan arah
kiblat, peperangan, perselisihan ahli kitab, keberadaan makanan di mihrab,
kelahiran seorang anak, keingkaran Bani Israel, forum pertemuan, kekalahan
pada perang Uhud, meminta kembali mahar yang diberikan, hari
pertanggungjawaban, perbedaan sikap internal umat Islam, ketidakstabilan
akidah, harta rampasan perang, konflik antarsuku, pengingkaran kepada rasul
Tuhan, padang mahsyar, hidangan (ma‟idah), hari kiamat, sikap materialistik,
penyembahan berhala, tuduhan Tuhan beranak, permusuhan terhadap Nabi
Muhammad, memakan buah terlarang, isu pengusiran, musibah gempa bumi,
keberadaan ruh manusia di dalam lembaga Adam, dan forum keagamaan
(majlis Nabi Muhammad).
Pola interaksi dalam ayat-ayat Alquran berbentuk pertanyaan dapat
dikatagorikan menjadi alur interaksi dan strategi interaksi. Dari alur interaksi,
interaksi dalam Alquran ada yang bersifat satu arah dan dua arah. Interaksi
satu arah meliputi: interaksi Tuhan kepada manusia, hamba Tuhan (manusia)
kepada sesamanya, dan interaksi interpersonal. Interaksi dua arah meliputi:
interaksi antaraTuhan dengan hamba-Nya (manusia), manusia/malaikat
(hamba) dengan Tuhan, dan interaksi antar sesama hamba (manusia).
Sementara itu, dari aspek strategi interaksi dapat dikemukakan, bahwa strategi
interaksi dalam ayat-ayat Alquran berbentuk pertanyaan ada yang langsung
dan tidak langsung. Strategi langsung adalah strategi interaksi yang mkitra
tuturnya langsung orang kedua, sedangkan strategi tidak langsung adalah
strategi interaksi yang mitra tuturnya adalah orang ketiga, sementara itu orang
kedua hanya sebagai mitra tutur antara.
Berdasarkan hasil analisis disarankan bahwa untuk memahami dan
pembelajaran ayat-ayat Alquran hendaknya menggunakan konteks yang
menyertai ayat-ayat tersebut. Melalui cara ini, ayat-ayat Alquran dipahami
secara komprehensif, tidak parsial-literal, dan tidak dogmatid. Selain itu, pola
interaksi yang terdapat dalam Alquran juga dapat dijadikan acuan dalam
membangun komunikasi dalam kehidupan sosial dan dunia pendidikan.
090
Nurul Murtadho; Sisbar Noersya; Dwi Sulistyorini. 2008. Nilai Kearifan Lokal
dalam Serat Babad Tengger Versi Arab Terbalik
Kata-kata kunci: nilai kearifan lokal, serat Babad Tengger, Arab terbalik
Tengger merupakan suatu istilah untuk menunjuk suatu komunitas
masyarakat yang hidup di sekitar gunung Bromo dan memiliki budaya khas
yang menurut para ahli sebagai warisan budaya Majapahit. Secara harfiah,
istilah Tengger merupakan penggabungan dari suku kata Teng dan Ger di
mana dua suku kata ini menurut orang Tengger sebagai potongan kata Rara
Anteng dan Jaka Seger.
Cerita tentang Rara Anteng dan Jaka Seger merupakan cerita yang
sangat popular dan dikenal masyarakat secara umum. Namun kenyataan di
lapangan menunjukkan bahwa legenda Tengger di atas bukan satu-satunya
legenda yang dimiliki oleh masyarakat Tengger. Legenda Tengger di atas
merupakan versi lisan yang sangat popular di kalangan masyarakat. Namun
kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih ada versi lain yang juga
dikenal oleh sebagian masyarakat Tengger, khususnya masyarakat Tengger-
Malang. Di kalangan masyarakat Tengger Malang terdapat dua versi, yaitu
Babad Tengger versi Maca Pat yang beredar pada masyarakat di sekitar
komunitas Tengger-Malang, dan Babad Tengger versi Arab Terbalik. Naskah
itu ditulis dengan menggunakan huruf Arab terbalik. Lazimnya huruf Arab
ditulis dari kanan ke kiri, namun naskah Babad Tengger ini tulis Arabnya ditulis
dari kiri ke kanan. Isinya tentang cerita munculnya tokoh Rara Anteng dan
Jaka Seger, namun kemunculannya sangat berbeda dengan cerita yang ada
pada versi lisan, lebih menarik lagi, di dalamnya juga menceritakan kondisi
wilayah Tengger sebelum munculnya tokoh Rara Anteng dan Jaka Seger.
Dalam penelitian ini digunakan rancangan deskriptif kualitatif. Penelitian
ini mengandalkan naskah tunggal (Codexs unicus), yaitu naskah Serat Babad
Tengger versi Arab terbalik. Oleh karena itu untuk keperluan kritik teks naskah,
penelitian ini menggunakan metode diplomatik, yaitu teks disunting dengan
keadaan apa adanya. Atas dasar metode di atas, maka pertama yang
dilakukan adalah melakukan penyalinan huruf dari Arab terbalik ke huruf latin
(transliterasi).
Hasil penelitian ini adalah wujud naskah Babad Tengger versi Arab
Terbalik, yang meliputi: sejarah naskah, fisik naskah, tulisan naskah, bahasa
naskah, dan bentuk naskah. Isi teks naskah Babad Tengger versi Arab
Terbalik dapat dibagi menjadi dua, yaitu; Tengger pada jaman purba (sebelum
ada manusia), dan Tengger pada jaman setelah ada manusia. Kearifan Lokal
dalam Serat Babad Tengger Versi Arab Terbalik, meliputi; nilai kepemimpinan,
nilai keikhlasan, nilai kejujuran, nilai kesabaran, nilai kesetiaan, dan
sebagainya.
091
I Wayan Dasna; Pralan. 2008. Sintesis dan Karakterisasi Senyawa Kom-
+ + +
pleks dart ion-ion logam transisi Bivalen (Mn2 , Fe2 Cc2> Ni2 ,
+
dan Cu2 ) dengan Ligan-Ligan Karboksilat dan Uji Potensinya
sebagai Bahan Aditif Pewarna Nyala Lilin
Kata-kata kunci: senyawa kompleks, ion-ion logam, ligan-ligan karboksilat,
aditif pewarna
Sintesis senyawa kompleks yang bersifat magnetik telah menghasilkan
senyawasenyawa dengan struktur yang menarik (walau masih mempunyai
temperatur kritik rendah) seperti senyawa kompleks antara ion-ion logam
transisi bivalen (Mn2+ dan Cu2+) dengan ligan radikal organik nitronil
nitroksida (NITpPy) dan [N(CN)2] yaitu Mn(NITpPy)4[N(CN)2]2 (Dasna et al.,
2000) Mn(NITpPy)2[N(CN)2]2(H20)2 (Dasna et al., 2001b), Mn(NITpPy)2
[7N(CN)2]2. 3CH3CN (Dasna, et al., 2001c) dan senyawa Mn(NITpPy) 2
[Ag(CN)2]2 (Dasna, et al., 2001d). Penelitian lanjutan yang telah dilakukan
adalah sintesis senyawa kompleks sebagai prekursor baru menggunakan ion-
2+ 2+ 2+ 2+ 2+
ion logam transisi bivalen: Mn , Fe , Co , Ni , dan Cu dengan ligan-ligan
heterosiklik: quinolina, isoqunilina, dan 8-hidroksiquinolina dan ligan jembatan
- - - -
[N(CN)2] atau N3 (Dasna, 2006). Penggunaan ligan [N(CN)2] atau N3
mengalami hambatan karena ligan tersebut sulit diperoleh di Indonesia dan
tidak boleh diimpor dari luar negeri karena alasan keamanan dan berbahaya
terhadap lingkungan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan reorientasi sintesis
senyawa kompleks tanpa menggunakan ligan-ligan sianida tetapi mengguna-
kan ligan-ligan yang berasal dari bahan-bahan alami Indonesia. Pada
penelitian ini akan digunakan ion-ion logam transisi dan ligan-ligan karboksilat
yang diperoleh dan hidrolisis minyak kelapa produksi Indonesia.
Rancangan penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperim-
en laboratorium. Tahap-tahap penelitian meliputi (1) hidrolisis minyak kelapa
untuk memperoleh asam-asam karboksilat; (2) mereaksikan asam-asam
karboksilat dengan basa alkali melalui reaksi safonifikasi; (3) sintesis kompleks
dan ion transisi bivalen dengan garam karboksilat melalui reaksi trans-
safonifikasi; (4) karakterisasi hasil sintesis yang meliputi; titik lebur, penentuan
bilangan koordinasi dengan metode Jobs, penentuan perubahan gugus fungsi
1
dergan TR, penentuan kelarutan kompleks, penentuan iarga lODq kompleks
dengan UV; dan (5) uji nyala kompleks sebagai bahan aditif pada lilin.
Hasil penelitian tahun I (2008) adalah telah diperoleh senyawa kompleks
menggunakan ion pusat Cu(II), Co(II), Ni(II), dan Zn(II) dengan ligan-ligan
asetilasetonat, kurkumin, dan risinoleat.Kompleks yang diperoleh adalah
[Cu(acac)Lx]NO3 (L=H20, CH3OH; x=2 atau 4), [Co(Kur)2(ONO2)2],
[Co(Kur)2(Cl)2], [Ni(kur)2], dan [Zni(kur)2] .Kompleks yang dihasilkan larut dalam
alkohol, metanol, dan oktanol namun sedikit larut dalam parafin. Kompleks
larut dalam parafin-oktanol sehingga dapat memberikan warna nyala yang
berbeda bila dibakar. Warna nyala lilin setelah ditambahkan senyawa
kompleks yang paling baik diperoleh pada penambahan kompleks Cu-acac.
Perubahan warna juga dapat terjadi pada penambahan kompleks pada minyak
kepala. Variasi warna nyala lilin setelah ditambahkan kompleks Cu-acac
rnenyebabkan warna hijau, penambahan kompleks Cu-kurkumin menyebab-
kan warna ungu-kuning, Ni-kurkumin memberikan warna nyala hijau. Kom-
pleks-kompleks yang lain tidak memberikan perubahan warna nyala lilin ketika
dibakar.

092
Subandi; Muntholib; Evi Susanti. 2008. Uji Interaksi Secara In Vitro antara
Protein Mutan eRF1-Y410A dengan eRF3 untuk Mempelajari
Mekanisme Interaksi eRF1-eRF3
Kata-kata kunci: uji interaksi, in vitro, protein mutan
Protein eRF1 yang dikode oleh gen SUP45, bersama dengan protein
eRF3 berperan penting pada tahap terminasi biosintesis protein. Meskipun
demikian mekanisme interaksi antara keduanya masih belum jelas. Oleh
karena itu, telah dihasilkan mutant eRF1 dengan nama Y410A, yang dimutasi
pada posisi ke-410 dari tyrosin menjadi alanin. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui perubahan kemampuan interaksi secara in vitro protein
mutan eRF1-Y410A dengan protein eRF3, relatif terhadap protein eRF1 wild
type. Kedua jenis protein, eRF1-Y410A dan eRF1 wild type yang telah
ditambahi ekor (His)6 dimurnikan dengan resin IMAC kemudian direaksikan
dengan protein eRF3 tanpa ekor (His)6 (dalam bentuk PMS= Post Mitochondria
Supernatant). Produk mutan yang diperoleh dicuci, dielusi, dan
dielektroforesis. Selanjutnya pita eRF1 dan eRF3 dianalisis menggunakan
metode densitometri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan
interaksi mutan eRF1-Y410A berkurang 81,16% relatif terhadap protein eRF1
wild type. Meskipun mutasi residu Y-A lebih besar dibandingkan Y-S,
berdasarkan studi ini perubahan interaksi protein mutan eRF1-Y410A terhadap
eRF3 ternyata lebih kecil. Dengan menggunakan program SpdbV telah
diprediksi bahwa mutasi Y410S menyebabkan perubahan struktur pada residu-
residu lain eRF1 pada posisi 413-420 dari coil menjadi α-helix, sementara
mutasi Y410A tidak.

093
Fatchur Rohman; Bagyo Yanuwiadi. 2008. Keanekaragaman dan Kelimpah-
an Predator dan Parasitoid di Kebun Teh Wonosari Lawang Kabu-
paten Malang Serta Preferensinya Terhadap Beberapa Tumbuhan
Liar
Kata-kata kunci: predator, parasitoid, tumbuhan liar
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dengan
menggunakan pestisida sintetik menimbulkan dampak negatif terhadap
agroekosistem kebun teh. Beberapa dampak tersebut antara lain pencemaran
lingkungan, timbulnya ‖biotipe‖ yang resisten dan resurjensi, populasi musuh
alami menurun dan kurang berdayaguna, hilangnya beberapa jenis tumbuhan
yang potensial untuk dimanfaatkan sebagai tumbuhan refugia, biaya
pengendalian mahal, dan penurunan kuantitas dan kualitas produksi teh.
Dalam hal ini perlu dilakukan tindakan yang dapat dijadikan alternatif peme-
cahan masalah serangan hama wereng Empoasca sp. di kebun teh.
Tumbuhan liar berpotensi sebagai refugia bagi predator serangga hama.
Tumbuhan refugia adalah jenis tumbuh-tumbuhan disekitar pertanaman yang
dapat menyediakan tempat perlindungan, sumber pakan tambahan, tempat
istirahat, dan tempat bereproduksi (Nentwig, 1998; Wratten et al., 1998;
Sosromarsono dan Untung, 2000). Tumbuhan refugia dalam bidang pertanian
umumnya mengacu pada jenis tumbuh-tumbuhan penyerta tanaman budidaya
yang memiliki peran sebagai habitat kelompok biota tingkat tropik-tiga (Murphy,
et al., 1998; Wratten, et al., 1998). Habitat adalah tempat suatu organisme
hidup atau dapat juga menunjukkan tempat yang diduduki oleh seluruh
komunitas (Odum, 1993). Begon et al. (1986) mengemukakan bahwa area
sebagai habitat (habitable area) adalah area bagi masing-masing jenis yang
ada di dalamnya, dapat mempertahankan keberadaan populasinya karena (1)
memiliki kesempatan untuk berkoloni, dan (2) tidak dikalahkan oleh kompetitor.
Sementara ini potensi berbagai jenis tumbuhan liar/gulma sebagai
tanaman refugia bagi beberapa musuh alami hama di area perkebunan teh
masih terbatas informasinya. Demikian juga halnya informasi berbagai jenis
musuh alami hama utama tanaman teh masih terbatas. Penelitian ini diharap-
kan dapat mengungkap (1) keanekaragaman dan kelimpahan predator serta
parasitoid di area kebun teh Wonosari Lawang Kabupaten Malang dan (2)
daya preferensi predator dan parasitoid terhadap beberapa tumbuhan liar yang
ditemukan di area kebun teh Wonosari Lawang Kabupaten Malang sebagai
tumbuhan refugia.
Pengamatan dan pengumpulan data keanekaragaman dan kelimpahan
hewan predator dan parasitoid dengan cara sebagai berikut: penentuan titik
pencuplikan (pengambilan sampel) hewan predator dan parasitoid ditentukan
dengan sengaja (purposive sampling) mengikuti garis diagonal yang telah
ditetapkan terlebih dahulu di petak kebun teh, hewan predator dan parasitoid
contoh (spesimen) di kanopi tanaman teh dikoleksi dengan menggunakan cara
perangkap ―jaring ayun‖ berdiameter 15 cm dengan 5 kali ayunan secara
bolak-balik, hewan Arthropoda koleksi (spesimen) disimpan pada larutan
alkohol 70% dalam botol plakon (bekas rol film) yang telah dikode dan waktu
pengambilan untuk keperluan identifikasi takson

094
Blasius Suprapta; Sonny Wedhanto. 2008. Penggunaan Citra Landsad 7
ETM untuk Rekonstruksi Keraton Masa Hindhu-Budha Studi
Kasus Rekontruksi Keraton Singhasari Abad XIII-XIV dengan Citra
Landsad 7 ETM)
Kata-kata kunci: Citra Landsad 7 ETM, Keraton Singhasari, desa Singosari
Penginderaan jauh merupakan ilmu dan seni dalam ekstraksi informasi
mengenal suatu obyek, wilayah, atau fenomena termasuk obyek arkeologi,
melalui analisis data yang diperoleh tanpa melalui kontak langsung dengan
obyek, wilayah atau fenomena yang dikaji (Lillesand,Thomas M, dkk, 2004: 1-
3). Metode ini digunakan apabila peneliti harus mengamati areal yang sangat
luas seperti struktur geologi suatu kawasan, pemantauan lahan hutan, evaluasi
daerah genangan banjir, dan termasuk penelitian situs pemukiman dalam
arkeologi. Penggunaan teknik penginderaan jauh untuk mengamati kawasan
yang luas terbukti dapat mengurangi biaya penelitian dalam jumlah besar dan
mempercepat pekerjaan, sebab dalam satu kali penyiaman, satelit mampu
merekam luasan 185x185km2 (Lillesand,Thomas lvi, dkk, 2004: 13-14).
Sehubungan dengan hal ini, untuk mengamati daerah yang luas seperti halnya
situs pemukiman dalam arkeologi tidak perlu lagi melakukan penelitian
ekskavasi secara menyeluruh (total ekskavasi), sehingga biaya pelaksanaan
penelitian menjadi lebih murah.
Secara teoritis teknik penginderaan jauh dapat digunakan untuk
penyelidikan situs-situs pemukiman arkeologi (Lillesand,Thomas lvi, dkk, 2004:
286-287). Kendati demikian cara ini, khususnya penggunaan citra satelit belum
pernah dilakukan di Indonesia. Salah satu situs arkeologi yang mencakup
kawasan luas adalah situs bekas ibu kota Kerajaan Singhasari yang keletakan
situsnya, diperkirakan di daerah Pagentan, Singosari, Malang, Jawa Timur.
Berdasarkan data kitab Kakawin Nagarakertagama, pada tahun saka rasa
gunung bulan atau 1176C (1254M) Kerajaan Singhasari di bawah pemerintah-
an raja Kertanagara putra mahkota Wisnuwardhana, ibu kota kerajaan
dipindahkan dari Kotaraja ke Singhasari (Slametmulyana., 1979: 294-295)
yakni daerah Singosari sekarang yang sekarang masuk daerah Kecamatan
Singasari, Kabupaten Malang, Jawa Timur
Karena perubahan jaman, saat ini Singhasari hanya dikenal sebagai
sebuah wilayah kecamatan kecil di pinggiran Kota Malang, Propinsi Jawa
Timur. Sebagian besar daerahnya berupa area persawahan yang subur.
Namun bila melihat perkembangan rumah pemukiman yang begitu cepat
seperti sekarang ini maka, cepat atau lambat lahan-lahan di Kecamatan
Singosari tersebut akan dijual oleh penduduk. Beralihnya tata guna lahan dan
sawah menjadi areal permukiman membawa implikasi hilangnya tanda
keberadaan suatu situs kuno.
Gejala pelenyapan situs arkeologi di daerah Singosari sudah mulai
nampak. Hal ini salah satunya antara lain disebabkan adanya perkembangan
kota Malang sebagai kota kedua terbesar di Jawa Timur. Para pengamat
perkotaan di Malang meramalkan, tidak sampai 10 tahun lagi sawah-sawah di
seputar Kecamatan Singosari sekarang, akan hilang dan menjadi komplek
perumahan. Atas dasar permasalahan tersebut di atas penelitian ini
bermaksud mencoba untuk menggunakan Citra Landsat-7 Enchanced
Thematic Mapper (ETM) untuk rekonstruksi situs keraton masa Hindhu-Budha
yakni bekas ibu kota Singhasari di wilayah kecamatan Singosari, kabupaten
Malang, Jawa Timur. Areal studi yang dipilih adalah situs yang diduga sebagai
bekas ibu kota yakni situs Keraton Kerajaan Singhasari abad XIII-XIV, sebab
situs keraton tersebut diambang kepunahan akibat maraknya pengembangan
komplek perumahan, di samping itu sebagian besar areal situs masih berupa
sawah (tidak tertutup bangunan) sehingga fenomena-fenomena keberadaan
suatu bekas bangunan dapat ditangkap menggunakan citra satelit.
Hasil pengolahan data Citra dan Peta menunjukkan bahwa (a) Hasil
pengolahan data peta menunjukkan bahwa daerah penelitian terletak di kaki
Gunung Arjuno; (b) Hasil pengolahan data citra menunjukkan bahwa secara
umum orientasi aliran sungai dan bangunan pada daerah yang diamati adalah
arah Barat Laut menuju Tenggara; (c) Terdapat anomali arah bangunan dan
pola sungai di sekitar Desa Singosari dan Pagentan; (d) Anomali arah
bangunan disebabkan karena anomali aliran sungai; (e) Anomali aliran sungai
merupakan hasil rekayasa manusia untuk pembuatan saluran irigasi; (f)
Pembuatan saluran irigasi dilakukan pada jaman Kerajaan Singhasari; (g) Di
daerah penelitian ditemukan sejumlah situs purbakala, jumlah situs yang paling
banyak terdapat di dekitar desa Singosari serta Pagetan; dan (h) Berdasarkan
peta topografi yang dibuat Tahun 1811, temuan situs hasil groundtruth, dan
referensi peta-peta kuno, dapat dibuat rekonstruksi kondisi Desa Singosari dan
Pagetan sekitar Awal Abad XVIII sampai awal Abad XX. Rekonstruksi situasi
dan lokasi sekitar Singosari.
Hasil kesimpulan didapat bahwa (a) Letak Keraton Singhasari berada di
kaki Gunung Arjuno; (b) Pada jaman kerajan Singhasari, orang telah mampu
membuat saluran irigasi; (c) Kerajaan Singhasari diperkirakan berada di desa
Singosari dan Pagentan sekarang ini; dan (d) Desa Pagentan diperkirakan
merupakan komplek percandian dan sepanjang jalan mulai dari Candi
Singosari menuju ke Barat Laut, sampai ke makam di Desa Kadipaten
diperkirakan merupakan pusat hunian dan pemerintahan jaman Singhasari.
Rekonstruksi tata ruang Keraton Singhasari terdiri atas ruang permukiman
utama, permukiman II, ruang pintu gerbang dan tembok, ruang tanah lapang
atau alon-alon, ruang kompleks percandian dan ruang untuk tata cara
perawatan mayat (situs Gondo Mayit). Kondisi ibu kota terdiri jalan utama,
saluran air, patirtan, dan ruang permukiman. Semuan ini berada di daerah
Singosari, Kabupaten Malang.

095
Moh. Amin; Aris Winaya; Sri Rahayu. 2008. Identifikasi Genetik Kerbau
Lokal Jawa Berbasis RLFP-DNA (Restriction Length Fragment
Polymorphisms DNA): Strategi Awal Konservasi dan Upaya
Penyediaan Bibit Unggul
Kata-kata kunci: genetik kerbau lokal, RLFP-DNA, konservasi, bibit unggul
Kerbau lumpur (bubalus bubalis) lokal merupakan salah satu plasma
nutfah dan jenis ternak yang memberikan kontribusi besar dalam penyediaan
daging nasional untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat dan
keunggulan lain adalah tahan terhadap serangan penyakit. Seleksi negatif di
tingkat peternak dan upaya pembibitan yang kurang diperhatikan
mengakibatkan kerbau lokal yang tersisa adalah ternak-ternak yang
kualitasnya kurang bagus yang kemudian terpaksa menjadi kerbau bibit.
Dengan keadaan tersebut, diduga telah terjadi inbreeding di dalam populasi
kerbau yang apabila berlangsung terus menerus akan meningkatkan jumlah
individu homosigot di dalam populasi tersebut sehingga dapat menyebabkan
menurunnya performansi fenotif misalnya ukuran tubuh, fertilitas dan daya
tahan tubuhnya. Untuk menunjang keberhasilan upaya pelestarian dan
konservasi serta pembibitan kerbau lumpur lokal, maka sangat perlu segera
dilakukan identifikasi variasi fenotif dan variasi genetik berbasis molekuler
dengan metode RFLP pada genom DNA dengan pertimbangan efisiensi waktu
dan efektifitas pelaksanaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi fenotip kerbau lokal yang
terdapat di beberapa daerah di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat
menunjukkan adanya keragaman fenotif untuk panjang badan, tinggi badan,
panjang lingkar dada dan warna tubuh. Namun, berdasarkan analisis dengan
metode RFLP menunjukkan tidak ada hubungan variasi fenotif dan genotif dari
seluruh sampel yang diamati dari 3 wilayah sampling. Polimorfisme untuk
sampel dari wilayah Jatim dan Jabar relatif seimbang, namun sebaran
heterozigosity cukup berbeda secara signifikan. Dengan demikian, sampel
Jatim memiliki keragaman genetik yang cukup bagus karena polimorfisme
cukup tinggi dan heterozigosity antar lokus cukup seimbang (40% polimorfisme
dengan komposisi lokus 30% dan 10%), sedangkan sampel wilayah Jateng
nilai keragaman cukup rendah karena tidak menunjukkan adanya keragaman
lokus, semua sampel memiliki pola sama walaupun polimorfik. Hal ini
dimungkinkan karena pemotongan dengan enzim restriksi pada genom maka
perlu optimasi susu anneling PCR sehingga dapat dihasilkan keragaman yang
lebih spesifik yang berhubungan langsung sifat dan karakter yang dikendalikan
oleh gen growth hormon tersebut.

096
Anastasia Widjajantin; Mohammad Efendi; Yerri Supriyanto; Suprijanta. 2008.
Pengembangan Media Grafis Bergambar Berbasis Komunikasi
Total untuk Meningkatkan Kemampuan Bahasa Anak Tunarungu
Kelas Rendah di Sekolah Dasar Luar Biasa
Kata-kata kunci: pengembangan media grafis, bahasa tunarungu, SDLB
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan media grafis berbasis
komunikasi total yang teruji dan dapat digunakan untuk meningkatkan
kemampuan bahasa anak tunarungu kelas rendah di SDLB. Untuk itu, peneliti-
an ini dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama melalui ekskplorasi dan
pengembangan prototype media grafis, sedangkan tahap kedua
mengeksperimenkan prototype media grafis yang dikembangkan sebelumnya.
Responden penelitian ini adalah guru yang mengajar kelas rendah SDLB di
wilayah Malang, Blitar, Tulung Agung, Trenggalek, Pacitan, Madiun, Nganjuk,
Surabaya, Probolinggo, Lumajang, Jember, Lamongan, Bojonegoro dan
Tuban. Berdasarkan hasil penelitian tahap pertama, media grafis dalam hal ini
buku rujukan yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan bahasa anak
tunarungu selama ini menurut mereka tidak sesuai dengan karakteristik anak
tunarungu kelas rendah di SDLB. Atas dasar itulah disarankan perlu dikem-
bangkan bahan pembelajaran grafis berbasis komunikasi total, yang dapat
digunakan sebagai media untuk meningkatkan kemampuan bahasa anak tuna-
rungu kelas rendah. Hasil validasi terbatas terhadap prototype bahan pembe-
lajaran grafis yang dikembangkan tersebut menurut peneliti cukup memadai.

097
Asim. 2008. Pengembangan Pendidikan Jasmani dan Olahraga Berbasis
Life Skill Bagi Anak-anak Tepi Pantai Di Kabupaten Trenggalek
Jawa Timur
Kata-kata kunci: pendidikan jasmani, olahraga, life skill
Pendidikan jasmani dan olahraga adalah suatu proses kegiatan untuk
mencapai tujuan pendidikan melalui aktivitas fisik. Tujuan pendidikan jasmani
difokuskan pada proses mendidik, mengajar dan memecahkan masalah
gerak, sedangkan tujuan olahraga tergantung pada jenis olahraga. Yang
dimaksud jenis olahraga di sini bukan cabang olahraga, tetapi jenis kegiatan
olahraga, seperti, olahraga rekreasi, olahraga waktu luang, olahraga prestasi
dan sebagainya. Pendidikan jasmani dan olahraga berbasis life skill
merupakan kegiatan membekali siswa tentang kecakapan gerak sesuai
dengan kebutuhan hidup. Kecakapan untuk hidup bukan saja berhubungan
dengan dunia kerja (vocational), tetapi juga berhubungan dengan
keterampilan mempertahankan hidup dalam menghadapi tantangan alam.
Masalah dalam penelitian ini adalah: (a) Perlu adanya pengembangan
bahan ajar pendidikan jasmani dan olahraga berbasis life skill yang berhubung-
an dengan keterampilan menyelamatkan diri terhadap gelombang pasang dan
atau tsunami, untuk anak-anak yang tinggal di tepi pantai. (b) Perlu
pengembangan metode pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga
berbasis life skill yang berhubungan dengan keterampilan menyelamatkan diri
terhadap gelombang pasang dan atau tsunami, untuk anak-anak yang tinggal
di tepi pantai dan (c) Perlu pengembangan buku petunjuk tentang metode
pembelajaran pendidikan jasmani dan materi pembelajaran olahraga berbasis
life skill yang berhubungan dengan keterampilan menyelamatkan diri terhadap
gelombang pasang dan atau tsunami, untuk anak-anak yang tinggal di tepi
pantai
Metode penelitian menggunakan metode riset dan pengembangan
(reaseach and depelopment). Produk penelitian adalah metode/gaya mengajar
dan materi pendidikan jasmani dan olahraga berbasis life skill bagi anak-anak
pesisir pantai. Berdasarkan hasil studi lapangan dan kajian tim peneliti, guru
pendidikan jasmani SD, dan ahli pendidikan jasmani (staf pengajar IK FIP UM),
diperoleh hasil sebagai berikut: (a) gaya mengajar yang dapat digunakan untuk
proses pembelajaran di pantai adalah, gaya komando terbimbing, gaya latihan
terbimbing dan simulasi; (b) Materi pendidikan jasmani dan olahraga berbasis
life skill untuk menghadapi kemungkinan terjadinya gelombang pasang dan
atau tsunami adalah mengapung dan berenang menggunakan berbagai alat
apung; dan (c) alat-alat mengapung berupa: jerigen isi 5 liter, ban dalam
sepeda motor, ban dalam mobil dengan ring 13 inc, dan 17 inc. batang pisang
ukuran diameter 10 s/d 20 cm, panjang 1,5 m s/d 2,5 m, batang bambu dengan
diameter minimal 10 cm, botol air mineral ukuran 1,5 liter.

098
Endang Setyo Winarni; Sri Umi Mintarti. 2008. Pengembangan Model
Kesehatan Alat Reproduksi Anak Jalanan Perempuan melalui
Simulasi Bermain untuk Menanggulangi Terjangkitnya HIV di
Jawa Timur
Kata-kata kunci: model, alat reproduksi, anak jalanan, HIV
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dibiayai oleh DP3M tentang
kesehatan alat reproduksi dan pengetahuan tentang HIV lalu disusunlah
rencana tindakan untuk mensosialisasikan model kesehatan alat reproduksi
anak jalanan perempuan melalui simulasi bermain untuk menanggulangi
terjangkitnya HIV di Jawa Timur.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Pendekatan kuantitatif digunakan pada waktu peneliti membuat persentase
jawaban anak jalanan perempuan di Jatim berkaitan dengan kesehatan alat
reproduksi dan HIV pada penelitian pendahuluan (tes awal). Pendekatan
kualitatif digunakan waktu peneliti memberikan pengalaman melalui permainan
simulasi tentang kesehatan alat reproduksi dan HIV pada anak jalanan
perempuan di Jawa Timur. Peneliti mencatat data tentang: (1) Jalannya
simulasi; (2) ekspresi anak-anak jalanan waktu menjawab soal-
soal(pertanyaan) yang ada pada beberan yang disimulasikan serta; dan (3)
hasil wawancara. Selanjutnya data dari catatan lapangan tersebut diolah
menjadi kalimat-kalimat yang bermakna.
Dari penelitian ini dapat dihasilkan: (1) belum semua anak jalanan
perempuan di Jatim mengetahui tentang kesehatan alat reproduksi dan
kegunaannya; (2) belum semua anak jalanan perempuan di Jatim mengetahui
tentang cara perawatan (cara menjaga) kesehatan alat reproduksi secara
benar; (3) semua anak jalanan perempuan tidak mengetahui apa yang
dimaksud dengan HIV/AIDS; (4) semua anak jalanan perempuan tidak
mengetahui pencegahan penyakit HIV/AIDS; (5) semua anak jalanan
perempuan tidak mengetahui tentang hubungan antara kesehatan alat
reproduksi dengan HIV; dan (6) rancangan buku saku tentang kesehatan alat
reproduksi anak jalanan perempuan untuk menanggulangi terjangkitnya (HIV).
Di sarankan untuk semua anak jalanan perempuan di Jawa Timur: (1)
pada waktu bekerja apabila hendak buang air kecil hendaknya mencari tempat
seperti wc umum, jadi jangan buang air kecil di sembarang tempat; (2)
sebelum buang air kecil di tempat tersebut hendaknya disiram dahulu; (3)
sesudah buang air kecil sebaiknya alat kelamin dibersihkan dengan air
(membasuh alat kelamin) dan di keringkan memakai handuk atau kain yang
halus dengan arah depan ke belakang supaya kotoran di anus tidak masuk ke
alat kelamin; (4) sebelum dan sesudah membasuh alat kelamin sebaiknya
tangan dibersihkan dengan sabun; dan (5) membaca informasi tentang HIV
yang ada di buku-buku atau surat kabar.

099
Hardika; Supriyono; Sugiharto. 2008. Model Pembelajaran untuk Peningkat-
an Kreativitas dan Kemandirian Belajar Mahasiswa Berwawasan
Belajar Sepanjang Hayat
Kata-kata kunci: transfer of learning, kreativitas belajar, fasilitator belajar
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kinerja dosen dan mahasis-
wa dalam proses perkuliahan. Titik fokus penelitian ini adalah peran dosen
dalam mengembangkan kreativitas dan kemandirian belajar mahasiswa ber-
basis belajar sepanjang hayat. Dengan menggunakan metode pengembangan,
diketahui bahwa kreativitas dan kemandirian belajar mahasiswa belum
terinternalisasi dalam kehidupan belajar, sehingga aktivitas mahasiswa masih
tergantung pada instruksi dosen. Demikian juga sebaliknya dosen belum
memerankan dirinya sebagai fasilitator belajar sehingga interaksinya dengan
mahasiswa cenderung bersifat instruktif.

100
Agustina, Ratna, Trieka; Bintartik, Lilik; Yulaikhah, Siti. 2008. Pengembangan
Buku Ajar untuk Meningkatkan Keterampilan Bahasa Inggris
Siswa Kelas 3 Sekolah Dasar
Kata-kata kunci: buku ajar, bahasa Inggris, Siswa SD
Buku ajar bahasa Inggris merupakan salah satu sarana pembelajaran
yang saat ini mendominasi kegiatan belajar mengajar bahasa Inggris di
Sekolah Dasar, khususnya di Sekolah Dasar kota Blitar. Bahkan dapat
dikatakan bahwa kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan transfer dari
kegiatan belajar yang tercantum dalam buku ajar. Kondisi tersebut perlu
mendapat perhatian dan telaah untuk mendapatkan informasi apakah buku
ajar tersebut sudah disusun sesuai dengan tingkat perkembagan anak usia
Sekolah Dasar, memiliki tujuan pembelajaran yang memadai, terjamin dapat
meningkatkan keterampilan bahasa Inggris (reading, writing, listening and
speaking) anak usia Sekolah Dasar.
Berdasarkan hal tersebut, tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut. Tahap I: mendeskripsikan (1) pendekatan; (2) tujuan pembelajaran; (3)
area isi; dan (4) model bahan ajar yang sesuai dengan usia anak kelas 3 SD.
Penelitian kualitatif dengan sampel penelitian yang ditentukan berdasarkan
jumlah area sebagai lokasi SD kota Blitar yang terdiri dari tiga kecamatan dan
masing-masing kecamatan diambil dua buku ajar yang persentase
pemakaiannya di SD paling banyak. Tahap II mengembangkan model buku
ajar yang dapat meningkatkan keterampilan bahasa Inggris anak usia Sekolah
Dasar dengan desain penelitian pengembangan.
Hasil penelitian tahap I (2007) menunjukkan bahwa buku ajar bahasa
Inggris yang merupakan salah satu sarana pembelajaran yang saat ini men-
dominasi kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar khususnya di Sekolah
Dasar kota Blitar masih belum menunjukkan pembelajaran yang dapat menum-
buhkan minat siswa untuk menyenangi bahasa Inggris.
Ditinjau dari pendekatan pembelajaran bahasa, yakni pendekatan
komunikatif menunjukkan bahwa intensitas kekomunikatifan belum optimal
karena sajian aktifitas pembelajaran tidak sepenuhnya berada dalam konteks
komunikasi tetapi tersaji dalam tataran kata-kata yang terlepas dari konteks.
Optimalisasi pendekatan integratif yang bertumpu pada pandangan
Wlole language juga belum terimplementasi pada aktivitas pembelajaran. Hal
ini disebabkan belum tersajinya paparan bahasa secara utuh dan bermakna.
Gagasan paparan konteks percakapan tidak berkaitan satu dengan yang lain
sehingga tidak mencerminkan keutuhan. Butir pendekatan integratif yang
terkait dengan unsur permainan, nyanyian dan cerita yang secara umum
sangat diminati peserta didik usia sekolah dasar sama sekali tidak tersaji
dalam aktivitas pembelajaran. Intensitas pendekatan proses yang melibatkan
orientasi pembelajaran terpusat pada siswa juga masih belum optimal karena
bentuk kreativitas pembelajaran yang rata-rata belum mengoptimalkan
keterlibatan siswa.
Ditinjau dari tujuan pembelajaran yang terkait dengan aspek keteram-
pilan berbahasa; reading, writing, listening, dan speaking, secara eksplisit
tercantum dalam buku ajar, tetapi ditinjau dari penerapan pembelajaran,
keempat aspek keterampilan tersebut tidak tersaji secara utuh dan terpadu
karena ketidak hadiran konteks wacana yang utuh dalam bentuk, misalnya
narasi, deskripsi ataupun konteks percakan yang padu.
Kelemahan sajian buku ajar ditinjau dari area isi pembelajaran karena
paparan bahasa yang tersaji belum sepenuhnya mencerminkan keutuhan,
keterpaduan, kealamiahan, kebermaknaan, relevan dan fungsional dalam
konteks pemakaian yang sesungguhnya. Materi tidak menimbulkan rasa
senang karena ilustrasi gambar yang tidak menarik dan tidak berwarna serta
tidak sesuai dengan karakter siswa usia sekolah dasar yang menyenangi
ilustrasi gambar warna-warni dan mendorong anak untuk menyukai bahasa
Inggris.
Mengacu pada hasil penelitian di atas, maka diperlukan pengembangan
buku ajar bahasa Inggris yang diminati siswa kelas 3 Sekolah Dasar.
Pengembangan buku ajar tahun ke 2 meliputi (1) pengembangan dan
penyempurnaan buku ajar yang diminati siswa usia sekolah dasar (finishing);
(2) mevalidasi buku ajar hasil pengembangan dengan pakar (Validasi ahli); dan
(3) menguji cobakan buku ajar hasil pengembangan dengan latar tebatas.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian pengembangan dengan
tahapan; tahun pertama mendeskripsikan tentang pendekatan pembelajaran,
tujuan pembelajaran dan area isi pembelajaran dalam buku ajar bahasa Inggris
kelas 3SD, tahun kedua pengembangan dan penyempurnaan (finishing) buku
ajar bahasa Inggris kelas 3 SD, melaksanakan validasi dengan para ahli, dan
uji coba buku ajar hasil pengembangan dalam latar terbatas.

101
Supriyono; Hardika. 2008. Model Hipotetis Penerapan Satuan Kredit Kom-
petensi (SKK) pada Program Pendidikan Kesetaraan
Kata-kata kunci: pendidikan kesetaraansatuan kredit kompetensi, ujian
nasional pendidikan kesetaraan
Keinginan untuk menerapkan sistem kredit pada pendidikan nonformal
segera terwujud pada program pendidikan kesetaraan. Melalui Permendiknas
nomor 14 tahun 2007 tentang Standar Isi untuk Program Paket A, Program
Paket B, dan Program Paket C telah diatur penghargaan pencapaian
kompetensi hasil belajar dengan sebutan satuan kredit kompetensi (SKK).
Sistem SKK dalam pendidikan kesetaraan berbeda dengan sistem kredit
semester (SKS) di perguruan tinggi. Salah satu model implementasi SKK
dapat dilakukan dengan cara membagi beban belajar pada setiap unit
satuan/pecahan kompetensi menjadi satuan SKK. Dengan menerapkan sistem
SKK, maka berbagai potensi keluwesan dan keunggulan pendidikan nonformal
akan mudah untuk diimplementasikan. Berbagai moda layanan belajar
pendidikan nonformal akan dapat dipertemukan dalam sebuah sistem yang
bersifat interkoneksi, yakni SKK dan ujian nasional pendidikan kesetaraan.

102
Hanik Mahliatussikah. 2008. Inovasi Model-Model Pembelajaran Bahasa
Arab Berbasis KTSP melalui Teknik Bermain untuk Meningkatkan
Kualitas Berbahasa Arab Siswa MI di Jawa Timur
Kata-kata kunci: model, bahasa Arab, KTSP, Madrasah Ibtidaiyah
Terlaksananya proses pembelajaran BAR di lembaga MI dengan teknik
bermain mendukung implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP). Pembelajaran dengan teknik bermain sesuai dengan prinsip CTL
(contextual teaching and learning), PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan), dan AJEL (active, joyfull, and effektive
learning). Inilah yang mendorong pelaksanaan penelitian yang berjudul"
Inovasi Model-Model Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis KTSP melalui
Teknik Bermain untuk Meningkatkan Kualitas Berbahasa Arab Siswa MI di
Jawa Timur"
Penelitian tahun I ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) karakteristik
model-model pembelajaran yang telah diterapkan dalam pembelajaran bahasa
Arab berbasis KTSP di Jawa Timur selama ini; (2) karakteristik permainan
yang telah diintegrasikan dalam pembelajaran bahasa Arab untuk siswa MI di
Jawa Timur selama ini; (3) persepsi guru bahasa Arab di MI Jawa Timur
tentang integrasi permainan dalam pembelajaran bahasa Arab; dan (4)
persepsi siswa MI Jawa Timur tentang integrasi permainan dalam
pembelajaran bahasa Arab.
Model-model pembelajaran bahasa Arab MI di Jawa Timur memiliki
karakteristik sebagaimana model pembelajaran CTL yang menganut prinsip
constructivism, modeling, learning community, inquiry, questioning, authentic
assesement dan reflection. Pembelajaran juga berpusat kepada siswa,
memiliki karakteristik model pembelajaran sebagaimana model pembelajaran
langsung, pembelajaran berbasis masalah, berbasis portofolio, pembelajaran
demokrasi dengan menerapkan 4 pilar pendidikan, yaitu how to do, how to
know, how to be, how tolive together.
Karakteristik permainan yang telah diintegrasikan dalam pembelajaran
BAR MI di Jawa Timur adalah permainan yang menggunakan media kartu
kata, gambar, boneka, karton bergambar, dadu, kelereng, model permainan
peran, berhitung, tebak-tebakan, adu cepat menjawab soal dan kuis, ular
tangga, permainan berkelompok, permainan individu, dan kombinasi antara
kelompok dan individu.
Siswa dan guru BAR MI Jawa Timur memiliki persepsi yang positip
tentang integrasi permainan dalam pembelajaran. Semua guru memandang
perlunya inovasi model pembelajaran bahasa Arab dengan teknik bermain.
Mayoritas siswa menyatakan senang jika guru mengajar bahasa Arab dengan
cara bermain. Data lapangan ini mendukung rencana penyusunan model yang
akan dibuat peneliti karena draft yang akan disusun berdasarkan analisis
kebutuhan lapangan bahwa guru sudah menerapkan teknik bermain. Model-
model pembelajaran yang akan disusun, bukan sesuatu yang baru sama
sekali, tetapi terdapat embrio yang sudah dimiliki oleh sasaran, yaitu teknik
bermain yang telah dilaksanakan. Hanya saja, mereka belum memiliki model
pembelajaran dengan teknik permainan yang tersusun secara jelas dan
sistematis. Inilah pentingnya penelitian tahap I dilanjutkan ke penelitian tahap
II, yaitu agar penelitian ini benar-benar menghasilkan produk yang dapat
dirasakan oleh masyarakat pengguna.

103
Masnur Muslich. 2008. Pengembangan Media Pembelajaran Kosakata
Berbasis Audio-Visual untuk Peningkatan Kompetensi Berbahasa
Indonesia Anak Usia Dini
Kata-kata kunci: media pembelajaran kosa kata, kompetensi berbahasa anak
usia dini
Media pembelajaran mempunyai peranan penting untuk membantu anak
usia dini belajar berbahasa Indonesia Dengan menggunakan desain penelitian
pengembangan, dihasilkan media pembelajaran kosakata berbasis audio-
visual yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kompetensi berbahasa
Indonesia anak usia dini. Media pembelajaran kosakata berbasis audio-visual
hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan setiap guru pada lembaga
pendidikan anak usia dini (PAUD).
104
Nurchasanah; Ida Lestari. 2008. Pengembangan Paket Pendidikan Budi
Pekerti melalui Pembelajaran Baca-Tulis Permulaan Anak Usia
Prasekolah
Kata-kata kunci: budi pekerti, baca-tulis, anak usia prasekolah
Penanaman pendidikan budi pekerti sejak dini (prasekolah) sangat
diperlukan karena masa prasekolah adalah masa keemasan dan masa peka
akan lingkungan. Untuk kepentingan itu, salah satu usaha yang bisa dilakukan
adalah mengembangkan paket pendidikan budi pekerti. Pendidikan budi
pekerti dapat direalisasikan dengan berbagai media dan strategi pembelajaran,
diantaranya adalah dengan mengitegrasikannya dengan baca-tulis permulaan
mengingat baca-tulis permulaan mulai digalakkan di Taman Kanak-Kanak.
Bahkan untuk bisa masuk ke Sekolah Dasar sering dilakukan tes baca-
tulis. Karena itu, pengembangan pendidikan budi pekerti terintegarasi dengan
baca-tulis diasumsikan sangat relevan. Berkaitan dengan penelitian ini, tujuan
pengembangan paket pendidikan tersebut dapat dijelaskan berikut ini. Tahun I:
(1) mendeskripsikan (a) hasil telaah kurikulum bidang pengembangan
pembiasaan dan pengembangan kemampuan dasar berbahasa; (b)
pelaksanaan pembelajaran budi pekerti dan baca-tulis permulaan; dan (c)
saran dan pertimbangan dari guru TK tentang pembelajaran budi pekerti yang
ideal; (2) mengembangkan prototipe model paket pendidikan budi pekerti
berdasarkan hasil deskripsi di atas; (3) menguji prototipe model (uji pakar); dan
(4) merevisi prototipe model berdasarkan hasil uji pakar. Tahun II: (1) menguji
prototipe model di kelas; (2) memberi kesempatan kepada guru TK untuk
memberikan saran perbaikan; dan (3) merevisi model berdasarkan hasil uji
kelas berdasarkan saran serta pertimbangan dari guru TK.
Untuk merealisasikan tujuan itu digunakan desain penelitian pengem-
bangan yang hasilnya berupa prototipe paket pendidikan budi pekerti
berbentuk bahan ajar untuk siswa dilengkapi dengan pedoman guru (hasil
tahun I) dan selanjutnya prototipe tersebut akan di uji dilapangan (tahun II). Uji
lapangan dilakukan dengan desain penelitian tindakan kelas yang prosedurnya
digambarkan sebagai berikut: (1) persiapan tindakan: observasi kelas,
pembuatan perencanaan pretes, dan pelaksanaan pretes; (2) implementasi
tindakan; (3) observasi dan evaluasi; serta (4) analisis dan refleksi.
Analisis dan regleksi dilakukan oleh peneliti dan guru TK. Hasil analisis
dan refleksi akan dimanfaatkan sebagai pertimbangan pelaksanaan siklus
berikutnya dengan penekanan pada penyempurnaan paket yang dikembang-
kan setelah diketahui kekurangannya berdasarkan hasil refleksi di atas.
Penyempurnaan paket yang dikembangkan dapat dilakukan berulang-ulang
(tidak dibatasi siklusnya) sampai mencapai hasil sesuai dengan target yang
ditentukan. Implementasi tindakan dilakukan di TK Kota Malang.
105
Sri Rachmajanti; Gunadi H. Sulistyo; Utami Widiati. 2008. Pengembangan
Paket Model Pembelajaran Bilingual Berbasis Pendekatan Kon-
tekstual Berbentuk Compact Disc (CD)
Kata-kata kunci: model, pembelajaran bilingual, compact disc
Di lingkungan SMP RSBI, kemampuan berbahasa Inggris para guru
pada umumnya belum memadai. Dalam pelaksanaan prose pembelajaran
bilingual siswa kesulitan menangkap maksud guru, guru sendiri merasa
bingung dalam menyiasati strategi pembelajarannya dalam bahasa Inggris.
Selain itu, metode pembelajaran yang dipilih belum mencerminkan
pembelajaran kontekstual dan pembelajaran yang berorientasi pada siswa. Hal
ini mengakibatkan pembelajaran kurang efektif dan efisien.
Penelitin ini bertujuan untuk: (1) memperoleh gambaran tentang
kemampuan bahasa Inggris guru; (2) mengidentifikasi hambatan-hambatan
yang dihadapi guru matapelajaran MIPA di SMP RSBI; (3) merancang secara
konseptual model pembelajaran bilingual atau partial English immersion
program yang efektif dan efisien dan berbasis pendekatan pembelajaran
kontekstual; (4) mengembangkan skenario model pembelajaran bilingual
berbasis pendekatan kontekstual; dan (5) mengembangkan paket model
pembelajaran bilingual berbasis kontekstual dalam bentuk CD.
Untuk menjawab permasalahan tersebut di atas, penelitian ini akan
dirancang dengan menggunakan rancangan penelitian dan pengembangan
atau R&D. Penelitian ini akan dilakukan dalam 3 (tiga) tahap: survei,
perancangan model pembelajaran dalam bentuk CD, dan perekaman model
pembelajaran dalam bentuk CD.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) gambaran yang lebih akurat
tentang kemampuan bahasa Inggris para guru dalam menyampaikan materi
pelajaran dalam program pembelajaran bilingual atau partial English; (2)
gambaran yang lebih akurat tentang kendala-kendala teknis yang dihadapi
guru bidang studi dalam menggunakan bahasa Inggris saat penyajian materi
pelajaran dalam program pembelajaran bilingual atau partial English; (3)
rancangan model pembelajaran bilingual atau partial English immersion
program yang dapat menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien; (4)
rekaman paket pembelajaran multimedia dalam CD yang berisi model
pembelajaran bilingual atau partial English immersion program; dan (5) paket
pembelajaran bilingual atau partial English immersion program berbentuk CD
untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran bilingual.
106
Tjitjik Sriwardhani. 2008. Pengembangan Model Pembelajaran Seni Rupa
Melalui Penggunaan Desain Reproduksi Grafika Sebagai Media
Visual untuk Anak SLB bag B
Kata-kata kunci: model pembelajaran, desain Reproduksi Grafika, SLB bag B
Penelitian ini dirancang berdasarkan permasalahan yang dihadapi guru-
guru di SLB bagian B dalam pembelajaran seni rupa, dengan menggunakan
desain penelitian pengembangan yang tahap pertama ini bertujuan untuk: (1)
mendeskripsikan masalah-masalah pembelajaran dalam strategi penyampaian
materi pembelajaran seni rupa di beberapa SLB bagian B, dan (2) Rancangan
konseptual model pembelajaran seni rupa melalui penggunaan desain
Reproduksi Grafika sebagai media visual untuk anak-anak SLB bagian B, yang
dirancang berdasarkan masalah-masalah pembelajaran yang teridentifikasi
tersebut, melalui lokakarya terbatas. Untuk itu digunakan rancangan penelitian
deskriptif di 10 SLB bagian B Jawa Timur dengan teknik observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Data dideskripsikan, dianalisis dengan teknik
induksi, meliputi identifikasi, dan klasifikasi, penyaringan dan penganalisisan
data, serta penyimpulan hasil berdasarkan karakteristik data yang tercermin
dalam rumusan dan tujuan penelitian. Hasil penelitian secara umum tingkat
kesulitan penerapan pembelajaran seni rupa untuk anak-anak SLB bagian B
cukup tinggi, tercermin pada strategi penyampaian materi pembelajaran yang
cenderung kurang mengaktifkan siswa, kurang kreatif dan kurang
menyenangkan yang disebabkan karena keterbatasan sumber belajar, media
dan metode yang dipergunakan. Draf model pembelajaran seni rupa yang
disusun secara kolaboratif masih perlu disempurnakan lagi, agar lebih mudah
dipahami siswa, sedang penyempurnaan model, validasi ahli dan ujicoba
secara terbatas akan dilakukan pada tahun berikutnya.

107
Waskito; Irawan. 2008. Pengembangan Buku Saku Nilai-Nilai Universal
dalam Berbagai Agama Melalui Metode Strukturalisme Levi-
Strauss
Kata-kata kunci: buku saku, agama, metode strukturalisme
Penelitian ini bertujuan untuk menyusun buku saku yang memuat nilai-
nilai universal atau prinsip-prinsip persamaan ajaran yang terdapat dalam Al
Qur’an dan Injil. Metode penelitian yang digunakan adalah eksplorasi teks kitab
suci Al Qur’an dan Injil dengan metode strukturalisme Levi-Strauss. Eksplorasi
terhadap teks Al Qur’an dan Injil dilakukan dengan mengidentifikasi tema-tema
yang terdapat dalam kedua kitab suci ini. Hasil ekplorasi yang dituangkan
dalam draft buku saku ini divalidasi melalui dua tahap, yakni cross check
terhadap tokoh agama dan uji coba terhadap berbagai kelompok agama Islam
dan Kritsten. Berdasarkan proses vlidasi tersebut disusun buku saku final.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada dasarnya Al Qur’an dan
Injil secara struktural tersusun atas berbagai relasi oposisi biner (missal,
ganjaran: hukuman; surga; neraka; dll).Berdasarkan eksplorasi tematik melalui
metode strukturalisme Levi-Strauss dapat diketahui bahwa Al Qur’an dan Injil
memiliki struktur luar yang tampak berbeda, tetapi pada hakekatnya (struktur
dalam) memuat prinsip ajaran yang sama.
Penuangan nilai-nilai universal dalam Al Qur’an dan Injil dalam buku
saku akan memudahkan umat Islam dan Kristen untuk melihat prinsip
persamaan ajaran dari kedua agama ini. Melalui buku saku ini umat Islam dan
Kristen dapat melihat high light pertautan antara Al Qur’an dan Injil. Penelitian
ini bertujuan untuk menyusun buku saku yang memuat nilai-nilai universal atau
prinsip-prinsip persamaan ajaran yang terdapat dalam Al Qur’an dan Injil.
Metode penelitian yang digunakan adalah eksplorasi teks kitab suci Al Qur’an
dan Injil dengan metode strukturalisme Levi-Strauss. Eksplorasi terhadap teks
Al Qur’an dan Injil dilakukan dengan mengidentifikasi tema-tema yang terdapat
dalam kedua kitab suci ini. Hasil ekplorasi yang dituangkan dalam draft buku
saku ini divalidasi melalui dua tahap, yakni cross check terhadap tokoh agama
dan uji coba terhadap berbagai kelompok agama Islam dan Kristen.
Berdasarkan proses validasi tersebut disusun buku saku final.

108
Siti Malikhah Towaf; Sri Sumartini; H.M. Zaenuddin; Isnaeni. 2008. Eksplorasi
Kinerja Undang-undang RI no 23 tahun 2004 tentang Penghapus-
an Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan Pengembangan Strategi
Sosialisasi dan Edukasinya di Kota dan Kabupaten Malang
Kata-kata kunci: Undang-Undang RI no 23 tahun 2004, KDRT
Catatan tahunan 2007 Komisi Nasional Anti-Kekerasan terhadap
perempuan menunjukkan kenaikan jumlah kasus Kekerasan Terhadap
Perempuan (KTP). Undang-undang Republik Indonesia no 23 th 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU KDRT) disahkan dan
diundangkan pada 22 September 2004, diharapkan bisa berperan sebagai
usaha preventif maupun kuratif bagi kasus-kasus KDRT. Namun upaya
sosialisasi dan edukasi undang-undang tersebut masih lambat dan minim,
bahkan banyak aparat penegak hukum yang masih enggan untuk memahami
substansi penting dari UU PKDRT. Penelitian 3 tahap dilakukan dengan fokus
berikut:
Tahap I: Eksplorasi kinerja/implementasi Undang-undang PKDRT (1)
Mengetahui profil dan peran lembaga Pengadilan Agama Kota dan Kabupaten
Malang, BP-4 Kota dan Kabupaten Malang dan Unit PPA Kepolisian Kota dan
Kabupaten Malang dalam menangani kasus-kasus KDRT; (2) Mengetahui
kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang terjadi selama 3
tahun terakhir di PA, BP-4, unit PPA Kota dan Kabupaten Malang dari segi
jumlah dan kekerasan; fisik, psikis, seksual maupun ekonomi; (3) Mengetahui
faktor-faktor penyebab dan pemicu terjadinya kasus Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (KDRT) di PA, BP-4, unit PPA Kota dan Kabupaten Malang; (4)
Mengetahui Penyelesaian kasus-kasus KDRT di di PA, BP-4, unit PPA Kota
dan Kabupaten Malang; dan (5) Mengetahui faktor pendukung dan
penghambat kinerja Undang-undang PKDRT di di PA, BP-4, unit PPA Kota
dan Kabupaten Malang.
Tahap II: Pengembangan Strategi Sosialisasi UU PKDRT ke aparat
terkait (1) Mengetahui kebutuhan terhadap strategi sosialisasi Undang-undang
PKDRT kepada aparat terkait di Kota dan Kabupaten Malang; (2)
Mengembangkan prototipe strategi sosialisasi Undang-undang PKDRT kepada
aparat terkait di Kota dan Kabupaten Malang; (3) Melakukan ujicoba prototipe
strategi sosialisasi Undang-undang PKDRT untuk mengetahui efektifitas,
efisiensi dan daya tarik prototype strategi sosialisasi untuk aparat terkait di
Kota dan Kabupaten Malang; (4) Memperoleh masukan bagi perbaikan strategi
sosialisasi Undang-undang PKDRT untuk aparat terkait di Kota dan Kabupaten
Malang; dan (5) Menghasilkan strategi sosialisasi Undang-undang PKDRT
untuk aparat terkait di Kota dan Kabupaten Malang.
Tahap III: Pengembangkan Strategi Edukasi UU PKDRT kepada
masyarakat (1) Mengetahui Kebutuhan strategi edukasi Undang-undang
PKDRT pada berbagai kelompok masyarakat di Kota dan Kabupaten Malang;
(2) Mengetahui prototype strategi edukasi Undang-undang PKDRT pada
berbagai kelompok masyarakat di Kota dan Kabupaten Malang; (3)
Mengetahui efektifitas, efisiensi, daya tarik prototype strategi edukasi Undang-
undang PKDRT untuk berbagai kelompok masyarakat di Kota dan Kabupaten
Malang; (4) Memperoleh masukan bagi perbaikan edukasi Undang-undang
PKDRT untuk berbagai kelompok masyarakat di Kota dan Kabupaten Malang;
dan (5) Menghasilkan strategi edukasi Undang-undang PKDRT untuk berbagai
kelompok masyarakat di Kota dan Kabupaten Malang.
Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengungkap bagaimana kinerja
UU RI no, 23 tahun 2004 tentang PKDRT, data statistik di Kepolisian,
Pengadilan Agama, BP-4 Departemen Agama dicacah dan diidentifikasi faktor-
faktor penyebabnya. Dihitung jumlah kasus yang terselesaikan dan yang
belum/tidak terselesaikan; dan bagaimana bentuk penyelesaiannya.
Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengetahui kinerja UU PKDRT,
kesiapan lembaga, lembaga mana yang paling berperan, faktor pendukung
dan penghambatnya; menjaring kebutuhan pada strategi sosialisasi & edukasi
agar UU tersebut dapat berfungsi secara optimal bagi masyarakat. Hasil
penelitian tahap I tahun 2008 adalah (1) Di Pengadilan Agama baik Kota
maupun Kabupaten, hampir semua kasus yang masuk jumlahnya mencapai
ratusan sampai ribuan setiap tahun ada unsur KDRT, namun ditangani secara
perdata. Faktor penyebab bersifat psikis dan ekonomi paling dominan;
penyelesaian berlandaskan hukum perdata dengan putusan cerai dan hanya
sebagian kecil saja dengan putusan damai/rujuk; (2) Di Badan Penasehatan,
Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) Departemen Agama Kota
maupun Kabupaten, kasus yang masuk cukup bervariasi dari segi factor
penyebabnya; penanganan bersifat konseling psikologis dengan pendekatan
agama. Setiap client diberi kesempatan konsultasi 3 kali, penyelesaian damai
banyak terjadi dan jika tidak bisa berdamai lagi diberi pengantar untuk di
proses di Pengadilan Agama; (3) Di Unit Perlindungan Perempuan dan Anak
(PPA) Polres Kota dan Kabupaten Malang adalah lembaga andalan dalam
kinerja UU PKDRT. Lembaga ini menangani kasus KDRT yang sangat
bervariasi faktor penyebabnya, yang paling dominan faktor kekerasan fisik dan
ekonomi yang kemudian memicu faktor lainnya. Penanganan kasus bersifat
konseling masih sangat ditonjolkan, ditambah dengan penyadaran hukum
kepada tersangka dengan penahanan dan hukuman kepada tersangka jika
tidak mengubah perilakunya; dan (4) Di unit PPA banyak kasus yang kemudian
dicabut/berdamai, atau dicabut kemudian memproses perceraian. Ada
beberapa kasus dimana tersangka menghilang dan masuk DPO (Daftar
Pencarian Orang/buron). Ada beberapa kasus masuk kategori P21, diberkas
untuk dilimpahkan ke Kejaksaan, Pengadilan Negeri dan tersangka benar-
benar dijatuhi hukuman (1) Keberadaan UU PKDRT adalah merupakan faktor
pendukung paling awal untuk menangani kasus-kasus KDRT, 9 orang
tenaga/aparat termasuk kepala unit PPA adalah orang-orang professional dan
berdedikasi dalam bidangnya, mereka secara bergilir memperoleh penyegaran
2 X setahun untuk peningkatan profesionalitasnya; (2) Faktor penghambat
yang dirasakan oleh unit PPA adalah belum ada perhatian dari dinas instansi
terkait seperti Biro Pemberdayaan Perempuan, Dinas Sosial Pemkot dan
Pemkab Malang. Belum ada unit palayanan terpadu dan shelter, ruang
konseling masih campur dengan ruang tamu, bantuan ahli untuk kasus-kasus
khusus; (3) Dalam hal sosialisasi kepada aparat, fihak Polres Kota pernah
sosialisasi UU PKDRT kepada kepolisian Arhanud dan Brimob. Sedangkan
Polreskab pernah juga mengadakan penyuluhan ke kecamatan, kelurahan dan
sekolah-sekolah namun masih sangat jarang, terbentur keterbatasan dana dan
belum adanya strategi/paket untuk sosialisasi atau pendidikan khusus tentang
UU PKDRT; dan (4) Oleh karena itu Kepala Unit PPA sangat menghargai jika
dalam penelitian ini dikembangkan strategi/paket sosialisasi UU PKDRT untuk
Aparat di tingkat grass roots dengan prioritas para lurah dan staf tingkat desa.
Demikian juga strategi/paket edukasi untuk berbagai kelompok masyarakat
seperti guru, siswa/remaja, kelompok PKK, jamaah Majlis Ta’lim dll.
Proposal tahap II tahun 2009 fokus pada pengembangan Strategi
Sosialisasi UU PKDRT ke aparat terkait dengan rumusan tujuan sebagai
berikut (1) Mengetahui kebutuhan terhadap strategi sosialisasi Undang-undang
PKDRT kepada aparat terkait di Kota dan Kabupaten Malang; (2)
Mengembangkan prototipe strategi sosialisasi Undang-undang PKDRT kepada
aparat terkait di Kota dan Kabupaten Malang; (3) Melakukan ujicoba prototipe
strategi sosialisasi Undang-undang PKDRT untuk mengetahui efektifitas,
efisiensi dan daya tarik prototype strategi sosialisasi untuk aparat terkait di
Kota dan Kabupaten Malang; (4) Memperoleh masukan bagi perbaikan strategi
sosialisasi Undang-undang PKDRT untuk aparat terkait di Kota dan Kabupaten
Malang; dan (5) Menghasilkan strategi sosialisasi Undang-undang PKDRT
untuk aparat terkait di Kota dan Kabupaten Malang.
Hasil penelitian berguna sebagai masukan untuk berbagai fihak. Untuk
Perguruan Tingg, sebagai masukan bagi pengembangan berbagai bidang ilmu:
sosiologi tentang kekerasan, psikologi, kesehatan, agama dan kebijakan
publik. Bagi Lembaga penelitian agar bisa dikembangkan program penelitian
terkait secara lebih mendalam bagi Pengabdian kepada masyarakat agar
dapat dikembangkan program pengabdian yang ikut menopang upaya
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang dilakukan pemerintah;
demikian juga Kantor pemerintahan terkait bisa meningkatkan kinerjanya dan
masyarakat luas menjadi bagian penting yang mendukungnya.

109
Edy Bambang Irawan. 2008. Pengembangan Desain Pelatihan In-Service
Berbasis Konstruktivisme [Propin-K] untuk Meningkatkan Kompe-
tensi Guru Matematika
Kata-kata kunci: in-service, guru, Matematika
Penelitian ini bermaksud menghasilkan suatu desain pelatihan in-service
berbasis konstruktivisme yang memenuhi kriteria validitas, sebagai upaya
meningkatkan kompetensi profesional guru sesuai tuntutan program sertifikasi
guru. Program pelatihan in-service berbasis konstruktivisme (Propin-K) ini
sengaja dipilih dengan memperhatikan adanya pergeseran paradigma
pembelajaran Matematika. Pembelajaran matematika yang semula berfokus
pada penguasaan subject matter, bergeser kearah pengembangan kreatifitas
berpikir.
Program pelatihan in-service berbasis konstruktivisme pada bidang
matematika menunjuk pada kemampuan guru dalam hal: (i) membuat
representasi konsep; (ii) mengidentifikasi konsep; dan (iii) menyusun peta
konsep. Istilah membuat representasi konsep berhubungan dengan
kemampuan dalam membuat gambar dan memberi penjelasan terhadap
gambar tersebut. Kiranya ada pandangan bahwa membuat gambar dan
memberi penjelasan terhadap gambar bukanlah sesuatu yang sulit. Namun,
membuat gambar dan memberi penjelasan sebagai kegiatan yang berorientasi
pada menyusun peta konsep memerlukan ketelitian. Pada Propin-K,
penjelasan terhadap gambar bermanfaat menyusun ciri-ciri konsep.
Pengertian mengidentifikasi konsep terdiri dari: menyusun ciri-ciri
konsep dan menyusun definisi. Seseorang yang mengenal ciri-ciri konsep,
tidak berarti dapat menuliskan ciri-ciri tersebut, serta menyusun definisi.
Sebagai bekal mempersiapkan proses pmbelajaran, seorang guru matematika
tidak sekedar perlu mengenal ciri-ciri konsep, tetapi juga perlu memiliki
kemampuan menuliskan ciri-ciri konsep dan menyusun definisi. Kemampuan
tersebut mendasari kemampuan menyusun peta konsep.
Analisis desain pelatihan pada penelitian ini dikembangkan dengan
diuraikan pada bagian ini, dikembangkan melalui penelaahan komponen model
pembelajaran, yang memuat: sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem
pendukung, serta dampak instruksional dan dampak pengiring. Pengembang-
an desain Propin-K pada penelitian ini berpijak pada fase-fase pengembangan
menurut Plomp, dengan melakukan beberapa modifikasi. Fase-fase pengem-
bangan pada penelitian ini terdiri dari: (i) fase investigasi awal, (ii) fase desain,
(iii) fase realisasi, dan (iv) fase tes, evaluasi dan revisi. Komponen
pengembangan desain merujuk pada komponen pengembangan desain
pembelajaran dari Joice & Weil.
Ketercapaian tujuan penelitian memuat kriteria kualitas yang diperlukan
sesuai jenis pengembangan yang dilakukan dalam penelitian. Ketercapaian
tujuan penelitian pada setiap jenis pengembangan ditunjukkan sebagai
berikut.Melalui validasi ahli, perangkat pelatihan yang dikembangkan
memenuhi kriteria kevalidan . Perangkat pelatihan yang dimaksud adalah:
Rencana Program Pelatihan (RPP), Lembar Kerja Peserta (LKP), Lembar Tes,
dan Buku Instruktur Pelatihan in-service (BIPI). Melalui validasi ahli, desain
pelatihan yang dikembangkan memenuhi kriteria kevalidan .
Temuan yang diperoleh dalam penelitian ini berupa desain Pelatihan in-
service sebagai produk pengembangan. Pengembangan desain pelatihan in-
service berpijak pada pengembangan model pembelajaran, serta memenuhi
kriteria kevalidan. Komponen desain pelatihan tersebut terdiri dari hasil
pelatihan yang diharapkan, sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, serta sistem
pendukung.

110
Supriyono Koes Handayanto; Triastono Imam Prasetyo; Parlan. 2008.
Pengembangan Paket IPA terpadu Berbasis Konstruktivisme
untuk Menumbuhkan Kompetensi IPA Siswa SMP
Kata-kata kunci: IPA terpadu, konstruktivisme, kompetensi IPA, siswa SMP
Salah satu dari empat masalah pendidikan IPA di SLTP adalah kurang
adanya konsep yang terintegrasi dan menyatu antara berbagai disiplin ilmu
yang diajarkan (Blazely,1997). Padahal substansi mata pelajaran IPA pada
SMP/MTs seharusnya merupakan IPA Terpadu (Permen Diknas no 22, 2006).
Sedangkan sebagian besar guru IPA SMP/MTs mengalami kesulitan untuk
merancang pembelajaran IPA Terpadu berdasarkan standar isi dan di pasaran
belum ada buku IPA SMP yang dirancang secara terpadu. Oleh karena itu
perlu dikernbangkan paket IPA Terpadu Berbasis Konstruktivisme untuk
menumbuhkan kompetensi IPA siswa SMP/MTs dan panduan pelaksanaan-
nya.
Dalam jangka panjang penelitian ini akan memberi sumbangan pada
peningkatan mutu pendidikan IPA di SMP/MTs dengan dihasilkannya (1) paket
IPA Terpadu Berbasis Konstruktivisme untuk menumbuhkan kompetensi IPA
siswa SMP, dan (2) panduan pelaksanaannya bagi guru IPA.
Untuk mencapai hasil tersebut, pada tahun pertama dilakukan survei
tentang kebutuhan pengembangan paket IPA Terpadu Berbasis Konstruktivis-
me dan panduan pelaksanaannya, karakteristik pelaksanaan pembelajaran
IPA SMP, dan profil kompetens; IPA siswa SMP di wilayah Malang Raya.
Sampel penelitian ini adalah 15% populasi SLTP Negeri di Malang Raya,
sehingga 18,15 (dibulatkan menjadi 19) SLTP Negeri di Malang Raya dijadikan
sebagai sampel penelitian. dengan 37 guru IPA dan 1028 siswa.
Hasil survei menunjukkan bahwa guru IPA SMP di Malang Raya sangat
membutuhkan paket IPA Terpadu berbasis konstruktivisrne dan panduan
pelaksanaannya untuk menumbuhkan kompetensi IPA siswa SMP. Selain itu,
karakteristik pelaksanaan pembelajaran IPA SMP di wilayah Malang Raya
cenderung belum sesuai dengan tuntutan standar isi mata pelajaran IPA SMP.
Pembelajaran IPA SMP belum dilaksanakan secara terpadu dan belum
mengintegrasikan kerja ilmiah di dalamnya. Secara keseluruhan, kompetensi
IPA siswa SMP di wilayah Malang Raya cenderung rendah, terlebih lagi
kemampuan kerja ilmiah siswa SMP cenderung sangat rendah.
Untuk itu disarankan agar paket IPA Terpadu berbasis konstruktivisme
beserta panduan pelaksanaannya segera dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan guru-guru IPA SMP. Paket tersebut disarankan seoptimal mungkin
memuat tuntutan standar isi sehingga diharapkan dapat menumbuhkan
kompetensi IPA siswa SMP. Saran lainnya adalah pelaksanaan pembelajaran
IPA SMP di wilayah Malang Raya segera diperbaiki agar sesuai dengan
tuntutan standar isi mata pelajaran IPA SMP. Perbaikan ini dapat dilakukan
dengan cara melaksanakan paket IPA Terpadu yang dikembangkan. Kompe-
tensi IPA siswa SMP di wilayah Malang Raya segera ditingkatkan dengan cara
memperbaiki mutu pelaksanaan pembelajaran IPA. Perbaikan mutu pelak-
sanaan pembelajaran IPA SMP dapat dilakukan salah satunya dengan
menerapkan paket IPA Terpadu berbasis konstruktivisme.
111
Abdul Gofur; Iwan Sahrial Hamid; Edy Meiyanto. 2008. Ekspresi CYP1A1
DAN GST pada Tikus Sprague Dawley setelah Induksi 7,12-
Dimethylbenz(a)antrasen (DMBA) dan Pemberian Ekstrak Daun
Dewa (Gynura procumbens) sebagai Antikarsinogenesis
Key word: Gynura procumbens, breast Cancer, chemopreventive, CYP1A1,
GSTμ
Gynura procumbens leafs has been used as a traditional cancer
medicine since a long time ago, but the so far researches performed on the
pharmacological mechanism especially on chemopreventive were lacking. This
research has been done to determine the effect of ethanolic extract of G.
procumbens leafs on the cytochrome P-450 (CYP) and glutathione S-
transferase (GST) enzyme systems may influence the biological effects of
carcinogens. As such, these enzymes may predict the developmental risk of
breast cancer, as well as be potential targets for chemoprevention.
Expression of CYP1A1 and GST-mu was quantified in liver tissue from
40 female Sprague Dawley rats aged 40 days, which divided into five groups.
Two groups were given 300 and 750 mg/kg.bw extract and DMBA 20 mg/kg.bw
, a group was given DMBA 20 mg/kg.bw as DMBA positive control and another
two groups was given extract only with dose 300 and 750 mg/kg.bw as extract
negative control. The ingestion of the extract was carried for 13 days and the
th
ingestion of DMBA was performed third time to begin 8 days. The trial was
th
finished to 14 days. expression CYP1A1 and GST-mu was quantified by
immunohistochemistry and histopathology change was descripted. CYP1A1
expression was significantly higher (P<0.05) in cancer group (DMBA) as
compared with other groups. On the other hand, GST-mu expression was
lower in cancer group (P<0.05). Result of this study demonstrated that etanolic
extract of G. procumbens in 300 and 750mg/kg bw dose could highly inhibit
CYP1A1 and induce GSTµ level. Nothing significant different all group to
mammary histopathologycal describe. It can be concluded that ethanolic
extract of G. procumbens leafs are capable to play role as blocking agent in
preventing initiation stage of carsinogenesis.

112
Umie Lestari; Aulani’am; Amy Tenzer. 2008. Pengembangan Bahan
Imunokontrasepsi melalui Produksi Antibodi Poliklonal Protein
non kinase Hasil Isolai dari Membran Spermatozoa Manusia
Kata-kata kunci: imunokontrasepsi, antibodi poliklonal non kinase, membran
spermatozoa
Protein membran spermatozoa yang dipergunakan sebagai kandidat
bahan imunokontrasepsi, memiliki suatu kriteria penting yaitu merupakan suatu
protein spesifik yang hanya diekspresikan oleh spermatozoa, tidak terdapat
pada jaringan lain, bersifat imunogenik serta terlibat dalam fertilisasi. Protein
yang memiliki ciri protein non kinase yang terdapat pada membran
spermatozoa, diyakini spesifik hanya terdapat pada spermatozoa, tidak
terdapat pada jaringan lain. Protein tersebut imunogenik, dan terlibat dalam
fertilisasi, sehingga dapat dikembangkan sebagai kandidat bahan imuno-
kontrasepsi. Hasil isolasi protein membran spermatozoa manusia menghasil-
kan protein sebanyak 11 macam, yaitu 201, 163, 116, 97, 72, 56, 48, 32, 27,
20 dan 17kDa. Protein membran yang didapatkan ini perlu dikarakterisasi dan
dispesifikasi untuk diketahui karakter biokimianya terutama aktivitas kinasenya.
Penelitian ini merupakan studi eksplorasi untuk mendapat karakter
protein non kinase yang bersifat spesifik, imunogenik dan berperan dalam
fertilisasi. Sehingga dalam pengembangan selanjutnya, dapat dipergunakan
sebagai kandidat bahan imunokontrasepsi yang efektif, efisien, aman. dan
reversibel. Pada penelitian ini, telah berhasil dikarakterisasi 11 protein
membran spermatozoa dengan memiliki kadar protein yang berkisar 840 -
3360 µg/mL. Protein membran dengan berat molekul 97, 32 and 27 kDa
secara berurutan mengandung glikoprotein 25,52; 28,91; 26,17 mg/ml,
karbohidrat of 10,84; 11,97 and 10,57 mg/ml and protein 14.96; 16,94 and
15.34 mg/ml.
Protein 116 kDa dan 163 kDa yang memilikii aktivitas fosforilasi rendah
dan merupakan protein non kinase karena menampakkan aktivitas fosforilasi
yang cenderung stabil, tidak berfluktuasi dan merupakan ciri-ciri yang dimiliki
oleh protein non kinase. Dengan demikian protein 116 kDa dan 163 kDa
merupakan protein yang dapat dipergunakan untuk induksi produksi antibodi.

113
Achmad Fatchan. 2008. Pengembangan dan Penerapan Pembelajaran
Kontekstual Berbasis Pemecahan Masalah di Sekolah Daerah
Rawan Bencana pada Pembelajaran Materi IPS-Geografi di SLTP
Kata-kata kunci: pembelajaran kontekstual, daerah rawan bencana, IPS-
Geografi
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengembangan perangkat
pembelajaran kontekstual melalui metode pemecahan masalah pada pelajaran
IPS-Geografi di SLTP dan melakukan ujicoba terbatas untuk pengembangan
perangkat pembelajaran kontekstual melalui metode pemecahan masalah
pada pelajaran IPS-Geografi di SLTP.
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang diharapkan
dapat menemukan atau menyempurnakan pengetahuan, konsep, proposisi,
metode, model, dan atau cara baru dalam bidang pembelajaran IPS-Geografi
di SLTP dengan pendekatan pembelajaran kontekstual melalui metode pembe-
lajaran pemecahan masalah. Dalam pelaksanaannya masing-masing lokasi
penelitian dilakukan perancangan pembelajaran berdasarkan atas permasalah-
an (bencana alam yang sering terjadi) di daerah/lokasi sekolah yang bersang-
kutan.
Tempat atau lokasi penelitian ditentukan secara sengaja berdasarkan
kejadian bencana yang sering terjadi (menjadi langganan) di daerah di mana
SLTP tersebut berada. Dengan demikian, maka lokasi penelitian tersebut
sebagai berikut (1) SMPN-1 Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo dengan
permasalahan banjir lumpur; (2) SMPN Ngantang Malang dengan permasalah-
an banjir dan longsor di Daerah Aliran Sungai Brantas Malang; (3) MTsN
Gandusari Blitar permasalahan bencana letusan gunung api; dan (4) SMPN-1
Candipuro Kabupaten Lumajang dengan permasalahan langganan longsor dan
banjir lahar dingin gunung Semeru.
Subjek penelitian ini adalah para guru IPS-Geografi di SLTP, para siswa
SLTP yang mengikuti pembelajaran materi IPS-Geografi, dan SLTP yang
daerahnya rawan/ menjadi langganan bencana alam atau bencana akibat ulah
manusia yang ada di wilayah Jawa Timur. Lokasi SLTP/daerah tersebut, yaitu:
(1) SMPN-1 Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo dengan permasalahan
banjir lumpur; (2) SMPN Ngantang Malang dengan permasalahan banjir dan
longsor di Daerah Aliran Sungai Brantas Malang; (3) MTsN Gandusari Blitar
permasalahan bencana letusan gunung api; dan (4) SMPN-1 Candipuro
Kabupaten Lumajang dengan permasalahan langganan longsor dan banjir
lahar dingin gunung Semeru.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara: (1) Observasi dengan
menggunakan checklis, observasi dilakukan oleh tim peneliti, guru, dan atau
pembantu penelitian di masing-masing lokasi penelitian pada saat melakukan
ujicoba, perbaikan/penyempurnaan, dan penerapan PTK. Hal-hal yang diamati
adalah berkaitan dengan data aktivitas siswa, reatifitas siswa, keberanian
siswa dalam berbicara dan berpendapat, kebenaran dan keberanian dalam
berargumentasi; (2) Wawancara dan dialog dilakukan oleh tim peneliti dengan
guru yang melaksanakan pembelajaran dan pembantu penelitian di masing-
masing lokasi penelitian. Data yang dikumpulkan berupa bahan untuk
perbaikan/revisi perangkat pembelajaran; (3) Penelaahan dokumen, dilakukan
di masing-masing sekolah subyek penelitian dan Kantor Kecamatan. Dari
pencatatan dokumen diharapkan didapatkan data tentang kondisi sekolah
subjek, wilayah daerah penelitian, dan lokasi yang sering terkena bencana;
dan (4) Perangkat pre-test dan post-test digunakan untuk mengumpulkan data
skor perolehan hasil belajar siswa pada waktu dilaksanakannya PTK.
Data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis dengan
menggunakan: (1) Tabel persentase yang disertai dengan narasi yang bermak-
na; (2) Analisis kecenderungan (Chi Kuadrat) untuk mencari/mengetahui arah
kecenderungan yang terjadi selama dilaksanakan PTK pada saat putaran
pertama, kedua, ketiga, dan begitu seterusnya; dan (3) Analisis gain score,
analisis ini ditujukan untuk mengetahui kenaikan/perubahan yang terjadi
selama dilaksanakan PTK pada saat putaran pertama, kedua, ketiga, dan
begitu seterusnya.
Guna mendapatkan signifikasi hubungan asosiasi antar beberapa
variabel dalam penelitian ini digunakan teknik analisis uji statistutik yang
menggunakan rumus Chi Kuadrat (Chi Square).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa: Penerapan pembelajaran kontekstual berbasis pemecahan masalah
pada siswa SMP dapat meningkatkan aktivitas siswa mencapai nilai tuntas di
masing-masing sekolah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa aktivitas
siswa meningkat dari berbagai antar siklus yang dilakukan dengan
menggunakan pembelajaran kontekstual berbasis masalah; Hasil belajar
sebelum menerapkan pembelajaran kontekstual berbasis masalah juga dapat
mencapai nilai ketuntasan pada masing-masing sekolah di lokasi ujiterapan.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa
meningkat setelah diterapkan pembelajaran kontekstual berbasis pemecahan
masalah.
Adapun saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut: (1) Bagi
guru IPS-Geografi, disarankan untuk mencoba menerapkan kegiatan
pembelajaran kontekstual berbasis pemecahan masalah pada pokok bahasan
yang berbeda agar dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa; (2) Kegiatan
pembelajaran kontekstual berbasis pemecahan masalah ternyata juga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa; dan (3) Karena kegiatan pembelajaran kon-
tekstual berbasis pemecahan masalah bertujuan memecahkan suatu masalah
hendaknya permasalahan yang diberikan pada siswa adalah permasalahan-
permasalahan yang dialami oleh siswa itu sendiri atau permasalahan-perma-
salahan yang terjadi pada daerah masing-masing.

114
Singgih Susilo. 2008. Kajian Karakteristik Remaja Putus Sekolah dalam
rangka Pengembangan Life Skill Model
Kata-kata kunci: karakteristik, remaja putus sekolah, Chain of Response
(CoR),life skill model
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik remaja putus
sekolah, pemetaaan remaja putus sekolah dan pengembangan model
keterampilan hidup yang diinginkan. Untuk mencapai tujuan tersebut penelitian
ini menggunakan pendekatan Chain of Response (CoR). Penelitian didesain
dengan pendekatan ―Research and Development‖ yang didasarkan pada teori
induktif. Penelitian dilakukan di Kota Malang, dengan jumlah sampel sebanyak
167 remaja putus sekolah yang tersebra di lima kecamatan di Kota Malang.
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Analisis data menggunakan analisis deskriptif prosentase, analisis kasus per
kasus dan analisis antar kasus. Hasl penelitian menunjukkan sebagian besar
remaja putus sekolah berusia 19--21 tahun, dengan pendidikan tamat SLTP.
Alasan putus sekolah adalah karena faktor ekonomi dan putus sekolah 1-2
tahun yang lalu. Pengembangan model pendidikan keterampilan hidup yang
diinginkan adalah keterampilan otomotif, elektro, tata boga, menjahit dan
pertukangan. Penyebaran remaja putus sekolah sebagian besar berada di
wilayah Kecamatan Kedung Kandang. Pekerjaan orang mereka sebagian
besar bekerja di sektor swasta, dengan penghasilan relatif tergolong rendah
yakni Rp 600.000,- per bulan.

115
Budi Eko Soetjipto; Achmad Samawi; Hakkun Elmunsyah. 2008. Pengem-
bangan E-learning Metode Pembelajaran IPS SD dengan Pende-
katan Inkuiri, Jigsaw, PBL, Group Investigation, TGT danSTAD
Kata-kata kunci: pengembangan e-learning, metode pembelajaran
Hasil dari beberapa pengamatan kelas, wawancara dengan mahasiswa
PGSD dan beberapa guru SD yang mengajar IPS di Jawa Timur menunjukkan
bahwa pemahaman mereka dalam mengimplementasikan berbagai pendekat-
an yang berorientasi pada siswa masih kurang memadai. Untuk itu mereka
perlu disiapkan dan dibekali dengan berbagai metode pembelajaran yang
inovatif agar siap menjadi guru yang kompeten ketika menjadi guru di kelas.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Menganalisis model-model pembelajar-
an cooperative learning yang dibutuhkan oleh para guru IPS kelas 3, 4, 5 dan 6
Sekolah Dasar yang ada di Kota Kabupaten Blitar. (2) Menginventarisasi topik-
topik IPS yang ingin dibuat VCD model pembelajarannya oleh guru. (3)
Menganalisis pemahaman guru dalam menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) untuk matapelajaran IPS yang dibinanya. (4) Mengidentifi-
kasi berbagai kesulitan yang dihadapi dalam melaksanakan pembelajaran IPS
di kelas. (5) Menyusun dua macam contoh VCD pembelajaran STAD dan
JIGSAW untuk matapelajaran IPS. (6) Melakukan sosialisasi terbatas terhadap
penyusunan VCD pembelajaran kepada guru-guru IPS SD. Sebanyak 22
informan guru SD yang tersebar di Kabupaten Blitar berpartisipasi dalam
penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Model-model Pembelajaran yang
dibutuhkan guru adalah: Inkuiri, JIGSAW, Problem-Based learning (PBL),
Group Investigation (GI), Team-games-Tournament (TGT), Student-Team-
Achievement Division (STAD), serta beberapa metode cooperative lainnya
seperti Numbered Head Together (NHT), Think-Pair-Share (TPS). Selanjutnya,
topik-topik yang ingin dibuat VCD model pembelajarannya untuk kelas 3
silsilah keluarga, lingkungan sekitar, kerjasama lingkungan sekitar, dan
mengenal uang. Kelas 4 adalah: keanekaragaman budaya, transportasi dan
komunikasi, sumberdaya alam, sejarah hindu, budha dan islam, koperasi,
penampakan alam, globalisasi, masalah sosial. Kelas 5 adalah: perjuangan
para tokoh pejuang pada masa penjajahan, dan peranan para tokoh dalam
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Disamping itu ada dua orang
guru yang menyatakan bahwa semua topik kelas 4 dan 5 dapat dilaksanakan
dengan model-model cooperative learning. Selanjutnya, secara umum menurut
peneliti RPP yang dibuat oleh guru-guru sudah baik dan dapat diterapkan
untuk kelas IPS yang dibinanya. Berikutnya, cara yang digunakan guru dalam
mengembangkan RPP IPS sebelum mengajar adalah dengan menentukan
metode yang tepat untuk mengajar, disesuaikan dengan kondisi lingkungan
sekitar SD, dikembangkan sesuai dengan sumber belajar yang tersedia dan
mudah diperoleh, mempertimbangkan langkah-langkah pembelajaran dan alat
evaluasi, mengembangkan RPP IPS dengan menyesuaikan model pembelajar-
an apa yang sesuai dengan materi dan disesuaikan dengan karakteristik ling-
kungan dan kondisi sosial siswa, serta mengutamakan model pembelajaran
yang variatif dan kooperatif, serta berpedoman pada silabus hasil kerja dari
KKG. Yang terakhir, kesulitan yang dihadapi guru dalam melaksanakan
pembelajaran IPS di kelas dapat dikategorisasikan pada hal-hal berikut ini:
kesulitan dalam memotivasi siswa, memahamkan konsep kepada siswa,
meningkatkan hasil belajar, sumber belajar masih kurang, termasuk buku-
buku, peta, kurangnya media, kadang-kadang ada guru lain yang merasa
terganggu dengan model pembelajaran kooperatif, karakteristik anak yang
beragam, dan mengatur alokasi waktu.

116
Puji Handayati. 2008. Pengembangan Buku Panduan Pendirian dan Penge-
lolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)
Kata-kata kunci: buku panduan, BUMDesa
Tujuan umum penelitian ini adalah menghasilkan buku panduan
Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMOesa). Buku
Panduan ini dibuat berdasarkan pada UU No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan PP No. 72 (pasal 78-81) Tahun 2005 tentang Desa,
sehingga diharapkan dengan adanya buku panduan ini implementasi Pendirian
dan Pengelolaan BUMDesa dapat dilaksanakan secara efektif dan efesien.
Diperlukan Iangkah strategis dan taktis dimana perlu mengintegrasikan
potensi, kebutuhan dan pengembangan desain lembaga tersebut dalam
perencanaan perubahan perlu memperhatikan potensi lokalistik serta
dukungan kebijakan (good will) dan pemerintahan diatasnya (supra desa)
untuk mengeliminir rendahnya surplus dan kegiatan ekonomi desa karena
tidak berkembangnya sektor ekonomi di wilayah perdesaan. Dalam UU Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pada Pasal 213 ayat (1)
tersebutkan bahwa ―Desa dapat mendirikan badan usaha milik desa sesuai
dengan kebutuhan dan potensi desa‖. Substansi UU mi menegaskan tentang
janji pemenuhan demand (demand compilence scenario) dalam konteks
pembangunan tingkat desa. Logika p?mbentukan BUMDesa didasarkan atas
kebutuhan dan potensi desa, sebagai upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Dalam hal perencanaan dan pembentukannya, BUMDes
dibangun atas prakarsa (inisiasi) masyarakat, serta mendasarkan pada prinsip-
prinsip kooperatif, partisipatif dan emansipatif („user-owned, user-benefited,
and user-controlled) dengan mekanisme member-base dan self-help.
Berdasarkan pada metodenya, penelitian ini termasuk dalam penelitian
tindakan (Action Research). Sedangkan bila dilihat dan tujuannya maka
penelitian ini termasuk dalam penelitian pengembangan. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh desa yang ada di seluruh kabupaten di Jawa
Timur. Sedangkan teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling.
Dan kriteria tersebut diperoleh lima kabupaten yang dijadikan sampling yaitu:
Kabupaten Sidoarjo, Malang, Blitar, Tulungagung, dan Trenggalek dengan
masing-masing satu desa percontohan.
Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah: (1)
Pandangan para akademisi terkait dengan penguatan ekonomi desa mem-
butuhkan suatu pola sistem yang akan menjadi daya dorong (steam engine)
untuk menggerakkan partisipasi masyarakat, kesepahaman antar kelompok
kepentingan dan sustainability usaha. Pada poros ini, lembaga BUMDes
dengan cakupan yang integral antar lini-lini usaha produktif didesa yang
dipadukan sebagai perekat antar susunan masyarakat dengan kandungan
nilai-nilai cooperativness, member-base, dan self helt Sehingga dalam upaya
implementasi tentu membutuhkan kaidah kelembagaan (tata aturan) yang
kuat, baik secara formal maupun in-formal dan kelompok-kelompok kepen-
tingan dalam upaya inisiasi BUMDes; (2) Masih rendahnya pemahaman tim
pembina BUMDesa dan masyarakat tentang Badan Usaha Milik Desa
(BUMDesa) sebagai salah satu instrumen penguatan ekonomi desa; (3)
Kondisi pemerintahan desa dalam tema mutakhir, banyak yang sudah mampu
melakukan inisiasi-inisiasi dalam upaya mengembangkan kapasitas ekonomi
desanya. Walaupun tidak menutup mata, bahwa masih banyak tata kelola
pemerintahan didesanya masih dengan mindset lama; (4) Heterogenitas
potensi desa dan kebutuhan masyarakat desa dengan berbagai kendala yang
ada, maka perlu adanya buku panduan sebagai acuan pelaksanaan pendirian
dan pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa). Saran yang
direkomendasikan adalah (1) Tindak lanjut dan hasil penelitian mi perlu
disosialisasikan buku panduan yang telah dihasilkan sehingga diperoleh
pemahaman yang luas tentang definisi, peran dan tata kelola BUMDesa yang
ideal dan (2) Perlu dibentuk timwork antara para akademisi, pemerintah daerah
dan masyarakat dalam upaya implementasi pendirian dan pengeloloan
BUMDesa.

117
Sriyani Mentari; Siti Thoyibatun. 2008. Inovasi Model Pembelajaran Interaktif
Berbasis Komputer untuk Menunjang Implementasi KTSP SMK
Kata-kata kunci: pembelajaran interaktif, computer, KTSP SMK
Tujuan dan penelitian ini adalah mengembangkan model pembelajaran
interaktif dengan menggunakan media compact disk (CD) pada mata diklat
Sikius Akuntansi Perusahaan Dagang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Penelitian didasarkan pada hasil temuan di lapangan bahwa kondisi
pembelajaran di SMK Bisnis dan Manajemen masih mengalami banyak
kendala dalam berbagai aspek yaitu (1) pengembangan bahan ajar; (2)
metode pembelajaran; (3) media pembelajaran; (4) rendahnya motivasi belajar
siswa; dan (5) kurangnya tingkat hasil belajar siswa. Dan hasil studi
pendahuluan yang dilakukan menunjukkan bahwa para guru merasa kesulitan
untuk mengembangkan bahan ajar dan materi yang disampaikan tidak
representative dengan tuntutan kurikulum. Dalam pembelajaran guru hanya
menggunakan metode konvensional yaitu ceramah dan penugasan. Demikian
pula penggunaan media pembelajaran terbatas pada satu atau dua referensi
serta papan tulis saja. Kondisi mi berdampak pada rendahnya tingkat motivasi
belajar siswa (pasif) dan hasil belajar siswa rata-rata tujuh.
Penelitian ini dilakukan selama dua tahun/tahap. Penelitian tahap
pertama telah menghasilkan model pembelajaran interaktif dengan media CD.
Penelitian tahap ke satu mencakup aktivitas: survei lapangan dan
pengembangan media CD interaktif. Adapun penelitian tahap ke dua
mencakup kegiatan: uji coba model dan revisi model. Penelitian ini
menggunakan sampel 5 SMK Bisnis dan Manajemen di Kota Malang. Model
dikembangkan berdasarkan model Dick and Carey (1990) yang terdiri dan
sembilan tahap. Komponen media CD interaktif terdiri dari: (1) petunjuk
penggunaan dan pemeliharaan media; (2) tujuan pembelajaran; (3) materi; (4)
ringkasan pembelajaran; (5) uji kompetensi; dan (6) kunci jawahan/respon
terhadap jawaban. Model pembelajaran yang dihasilkan divaIidasi oleh tiga
orang akademisi yaitu dosen dan guru.
Penelitian tahap ke satu ini telah menghasilkan model pembelajaran
interaktif dengan media CD untuk guru dan siswa untuk mata diklat Siklus
Akuntansi Perusahaan Dagang. Materi pembelajaran mencakup tiga standar
kompetensi (SK) dengan jumlah total 15 kompetensi dasar (KD). Media
dikembangkan untuk setiap kompetensi dasar masing-masing dengan enam
komponen seperti tersebut diatas. Tiga standar kompetensi meliputi: (1)
Mengelola buku jumal; (2) Mengelola buku besar; dan (3) Menyelesaikan siklus
akuntansi perusahaan dagang. Model yang telah dihasilkan ini diharapkan
dapat membantu meningkatkan efektivitas pembelajaran akuntansi sehingga
dapat menunjang implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
yang mana selama proses pembelajaran terhambat oleh keterbatasan guru
dalam mengembangkan bahan ajar serta minimnya penggunaan variasi
metode dan media pembelajaran.

118
Bambang Sugeng; Triadi Agung S. 2008. Pengembangan Model Perencana-
an Strategi Lembaga Sekolah Berbasis Balanced Scorecard
Kata-kata kunci: model perencanaan, lembaga sekolah, balanced scorecard
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan sebuah model
perencanaan strategik lembaga sekolah yang komprehensif dan sistematis
berbasis pendekatan Balanced Scorecard. Tujuan dari penelitian ini
didasarkan kepada kenyataan di lapangan yang menunjukkan bahwa program
pemerintah untuk menerapkan konsep manajemen berbasis sekolah sebagai
upaya perwujudan dari amanat otonomi bidang pendidikan (UU No. 34/ 2004)
mengalami kedala pada level lembaga sekolah. Survey pendahuluan
menunjukkan tentang adanya keterbatasan kemampuan perangkat
manajemen lembaga sekolah di bawah kepemimpinan kepala sekolah dalam
merancang sendiri perencanaan strategik komprehensif lembaga yang
representatif dan feasible.
Penelitian ini dilakukan melalui dua tahap. Tahap/ tahun pertama
mencakup kegiatan penelitian lapangan, kajian literatur dan konstruksi model
awal. Tahap kedua mencakup kegiatan uji coba model, revisi model, dan
diseminasi model akhir. Informasi yang diperoleh dari penlitian telaah literatur
digunakan untuk memberikan landasan konseptual dari model yang
dikembangkan sedangkan hasil informasi yang diperoleh dari lapangan
digunakan sebagai dasar untuk menentukan skope model dan pengembangan
contoh-contoh ilustrasi dalam model yang relevan dengan konteks lapangan.
Penelitian lapangan dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif dengan
subyek penelitian sebuah lembaga sekolah menengah di Jawa Timur.
Penelitian yang dilakukan pada tahun pertama ini telah menghasilkan
sebuah prototipe model yang dituangkan dalam bentuk buku pedoman tentang
pengembangan dan penjabaran rencana strategik lembaga sekolah berbasis
balanced scorecard. Keunikan dari model formulasi perencanaan strategik ini
adalah digunakannya balanced scorecard sebagai pendekatan penjabaran
perencanaan strategik. Dengan pendekatan ini rencana strategik lembaga
dijabarkan berdasarkan empat perspektif kinerja lembaga secara
berkeseimbangan. Keempat perspektif tersebut mencakup stakeholder
(stakeholder/ customer perspective), proses internal (business internal proces
perspective), belajar dan pertumbuhan (learning and growth perspective), dan
keuangan (financial perspective). Penggunaan pendekatan balanced
scorecard ini dimaksudkan untuk menjamin agar pencapaian visi dan misi
lembaga lebih bersifat langgeng (sustainable). Prototipe model yang dihasilkan
ini direncanakan akan diujicobakan dan dilakukan penyempurnaan pada tahun
kedua sehingga dihasilkan model final yang siap diimplementasikan secara
luas. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat nyata terutama bagi
kelancaran pelaksanaan manajemen berbasis sekolah yang merupakan salah
satu program pemerintah dalam upaya mewujudkan amanat otonomi bidang
pendidikan.

119
Sri Pujiningsih. 2008. Pengembangan Buku Ajar dan Media Pembelajaran
Akuntansi Perbankan untuk SMK Manajemen dan Bisnis
Kata-kata kunci: buku ajar, pembelajaran akuntansi, SMK, manajemen, bisnis
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah mengenai
keterbatasan sumber belajar yang berupa buku akuntansi perbankan serta
rendahnya motivasi siswa selama mengikuti proses pembelajaran di kelas.
Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengembankan buku ajar,
guna mengatasi keterbatasan sumber belajar yang selama ini dialami oleh
para guru maupun siswa SMK Manajemen dan Bisnis serta mengembangkan
media pembelajaran berbasis komputer guna meningkatkan motivasi siswa.
Adapun metode yang digunakan untuk mengembangkan buku ajar maupun
media pembelajaran tersebut meliputi: (1) analisis kebutuhan; (2) pengem-
bangan awal produk; (3) validasi; dan (4) revisi. Berdasarkan hasil uji validasi
produk yang berupa buku ajar, dapat disimpulkan bahwa buku ajar yang
dihasilkan dalam dalam kategori valid dari segi kelayakan isi dan kebahasaan,
serta cukup valid untuk teknik penyajian. Berdasarkan hasil validasi tersebut
telah dilakukan beberapa revisi. Sedangkan hasil uji validasi untuk produk
yang berupa media telah mendapatkan hasil valid serta telah dilakukan
beberapa revisi sehingga juga layak untuk dimplementasikan. Berdasarkan
hasil tersebut, rencana penelitian berikutnya pada tahun kedua adalah
mengimplementasikan produk tersebut ke sekolah-sekolah di wilayah Malang.

120
Sunaryanto; Suparti; Yayik Sayekti; Timotius Suwarna. 2008. Pengembangan
Bahan Ajar IPS Terpadu dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Pemecahan Masalah Sosial bagi Siswa SMP/MTs
Kata-kata kunci: bahan ajar IPS, masalah sosial, SMP/MTS
Berdasarkan sosialisasi KTSP (Dirjen PMPTK, 2007), pembelajaran IPS
hendaknya dilaksanakan secara terpadu. Pembelajaran IPS terpadu tidak bisa
ditunda-tunda lagi, perlu segera disosialisasikan dalam rangka melaksanakan
kebijakan Depdiknas. Kenyataan di lapangan pembelajaran IPS SMP saat ini
masih banyak masalah, sebagan besar SMP di Indonesia masih belum melak-
sanakan pembelajaran IPS terpadu sesuai dengan aturan dan konsep yang
ditentukan oleh Depdiknas.
Salah satu solusi untuk mengantisipasi terlaksananya pembelajaran IPS
yang ideal, perlu pelaksanaan pembelajaran IPS terpadu dengan pengem-
bangan bahan ajar yang berfokus pemecahan masalah. Dengan mengaplikasi-
kan pembelajaran ini siswa dibiasakan untuk berlatih memecahkan masalah
dengan rnengkontruksi pengalarnan sendiri. Hal ini sesuai dengan tujuan
pembelajaran IPS, yakni menghasilkan siswa yang memiliki kemampuan untuk
memecahkan masalah sosial dan memiliki sikap sosial.
Sasaran penelitian tahun pertama adalah menghasilkan produk bahan
ajar IPS terpadu SMP/MTs. Rencana sasaran Tahun kedua adalah uji coba
bahan ajar IPS terpadu di lapangan, agar dihasilkan bahan ajar yang dapat
diimplementasikan di SMP/MTs di Kota Malang sesuai dengan situasi dan
kondisi sekolah.
Dalam kegiatan pengembangan Bahan Ajar IPS Terpadit di SMP/MTs
peneliti menggunakan model pengembangan Dick W. & Carey L. Populasi dan
penelitian ini adalah guru IPS di SMP/MTs Negeri dan Swasta di Kota Malang
berasal dan 35 sekolah, sedang sampelnya diambil berdasarkan purposive
sampling yaitu guru yang aktif dalarn kegiatan MGMP IPS SMP/MTs di Kota
Malang berjumlah 12 orang guru Data Dikumpulkan dengan cara Wawancara.
dokumentasi, observasi, dan angket. Teknik analisis data dengan mengguna-
kan Analisis Deskriptif Kuantitatif.
Hasil penelitian pada tahun pertama adalah dihasilkan bahan ajar IPS
Terpadu SMP/MTs kelas VII, VIII, dan IX berjumlah 6 buah Tema, dan telah
divalidasi oleh tenaga ahli dan P4TK PKn dan IPS bersama dosen PPS UM.
Dihasilkannya bahan Ajar IPS Terpadu SMP/MTs ini melalui kegiatan
Workshop.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti sampaikan beberapa
saran berikut: (1) Bahan ajar IPS terpadu yang telah dikembangkan sudah
saatnya segera diimplementasikan di sekolah daIam upaya meningkatkan
kemampuan berpikir memecahkan masalah sosial bagi siswa SMP/MTs; (2)
MGMP IPS SMP/MTs merupakan wadah yang potensial, sehingga perlu
meningkatkan upayanya dalam rangka mensosialisasikan model Pembelajaran
IPS Terpadu.
121
Mardi Wiyono; Sutrisno; Endang Sri Rejeki. 2008. Pengembangan Model
Percepatan Pengomposan Sampah Organik dengan Teknologi
Rasio Optimum C/N/ dan Agitasi untuk Skala Rumah Tangga
Kata-kata kunci: sampah organik, rasio C/N, agitasi
Untuk menangani permasalahan sampah secara menyeluruh perlu
dilakukan alternatif-alternatif pengelolaan. Sampah yang dibuang harus dipilah,
sehingga tiap bagian dapat dikomposkan atau didaur-ulang secara optimal.
Penelitian ini diharapkan menghasilkan (1) rancangan teknologi pengomposan
pada skala rumah tangga; (2) komposisi C/N dan agitasi (putaran) bak
pengomos yang tepat; dan (3) model sosialisasi teknologi dan manajemen
penggunaan teknologi pengomposan. Penelitian ini dengan metode Research
and Development (R & D) dirancang dilakukan secara bertahap, yaitu: Tahap I,
rancang bangun mesin pencacah sampah dan bak putar pengompos. Pada
tahap ini, peneliti akan mengembangkan rancangan mesin pencacah sampah
untuk menghasilkan ukuran sampah organik yang besar dan bercampur
menjadi lebih seragam sebesar 3--5 cm. Tahap II, eksperimentasi variasi rasio
C/N dan waktu agitasi. Komposisi rasio C/N atau carbon dan nitrogen sangat
menentukan hasil kompos dan waktu yang diperlukan terjadinya pengompos-
an. Demikian pula aerasi atau penambahan oksigen ke dalam bak kompos.
Tahap III: sosialisasi teknologi pengomposan. Sosialisasi ini dilakukan dengan
mengembangkan model pemberdayaan masyarakat. Hasil penelitian
pendahuluan menunjukkan bahwa diperoleh gambaran bahwa dalam 20 KK
(satu RT) sampah organik yang dihasilkan rata-rata sebanyak 8,40 kg/hari,
terendah sebanyak 7,89 kg dan tertinggi 8,70 kg. Jika ditinjau dari satuan KK,
rata-rata jumlah sampah organik yang dihasilkan sebesar 0,42, terendah 0,39
kg dan tertinggi 0,44 kg. Dalam penelitian ini juga telah dihasilkan rancangan
mesin pencacah dengan kapasitas 2kg/menit.

122
Ahmad Fahmi; I Made Wirawan; Slamet Wibawanto; Fitriana Suhartati. 2008.
Pengembangan Alat Otomatisasi Datalogger Pengeringan Pembe-
nihan Jagung (Zea Mays) Menggunakan Sistem Pengendalian
Berhirarki Berbasis Kontroler Fuzzy Serta dilengkapi Informasi
Short Message Service (SMS)
Kata-kata kunci: datalogger, jagung, kontroler fuzzy, SMS
Benih tanaman J. Curcas L dapat digunakan untuk dua fungsi, yaitu
diambil minyaknya untuk dijadikan sebagai bahan baku minyak mentah
Jatropha (Crude Jatropha Oil/CJO) atau diambil bijinya untuk benih.
Pemanfaatan biji J.curcas digunakan sebagai benih berbeda dengan J.curcas
sebagai sumber minyak, karena proses pasca panen hasil J.curcas menjadi
benih membutuhkan perlakuan khusus sampai benih mempunyai kualitas yang
tinggi dan dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Tujuan utama
penelitian ini untuk menghasilkan prototipe sensor suhu dan kelembaban pada
tanaman jarak pagar (Jathropa curcas L.). Berdasarkan pada pengujian,
menghasilkan: (1) Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk perubahan suhu per
0
1 C sekitar 160 detik (2,67 menit); (2) Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk
perubahan kelembaban per 1% RH sekitar 140 detik (2,34 menit). Setelah
diberi gangguan, berdasarkan percobaan, menghasilkan: (1) Rata-rata waktu
0
yang dibutuhkan untuk perubahan suhu per 1 C sekitar 240 detik (4 menit); (2)
Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk perubahan kelembaban per 1% RH
sekitar 230 detik (3,84 menit). Kernel Fuzzy Inference System menunjukkan
performansi yang baik sesuai dengan target sistem, dengan kesalahan
keadaan mantap <5%. Semua data informasi tentang suhu dan kelembaban
dapat dikirimkan melalui SMS.
Kernel Fuzzy Inference System dapat berjalan dengan baik sesuai
dengan system yang diharapkan dengan tingkat kesalahan keadaan mantap <
5%. Semua data informasi suhu dan kelembaban dapat dikirim melalui SMS.

123
Siti Sendari; Wahyu Sakti Gunawan; Pranoto. 2008. Decision Support
System (DSS) Pemilihan Jalan Raya Alternatif Berdasar Informasi
Banjir di dalam Kota untuk Menghindari Kemacetan Jalan
Terakses Web
Kata-kata kunci: banjir, informasi, simulasi, SMS
Banyak daerah sebagai tempat penyerapan air berubah fungsi menjadi
perumahan, ruko (rumah toko), bahkan menjadi mal-mal. Efek samping yang
terjadi adalah pada saat hujan turun, kota-kota besar di Jawa pada saat ini
tidak luput dari banjir. Genangan-genangan air banyak terjadi di jalan raya,
sehingga terjadi kemacetan di jalan raya. Dengan topografi yang tidak rata dan
fenomena hujan lokal, maka pada saat hujan turun, daerah-daerah tertentu
akan mengalami banjir, sehingga kemacetan terjadi di daerah-daerah yang
mengalami banjir. Untuk menghindari kemacetan tersebut diperlukan suatu
sistem yang memberikan informasi tentang jalan yang mengalami banjir.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode
eksperimen, yaitu dengan mendesain dan mengujicobakan sistem warning
yang memberikan informasi ketinggian level banjir di suatu jalan melalui media
SMS ke komputer server. Komputer server akan membaca data yang dikirim
oleh warning system dan memberikan gambaran visual jalan-jalan yang
mengalami banjir. Penelitian ini menghasilkan simulasi sistem yang dapat
menginformasikan lokasi banjir di suatu jaringan jalan raya secara visual,
dengan informasi level banjir yang terjadi. Level banjir yang dideteksi adalah
16 level banjir dengan tiap level mewakili 3 cm ketinggian banjir, sehingga
banjir yang dapat dideteksi adalah 48cm. Setiap ada perubahan ketinggian
level banjir, maka sistem warning akan mengirimkan informasi banjir ke server
dan server merespon dengan menampilkan data pada layar monitor komputer,
sehingga user dapat mengetahui informasi banjir dengan mudah.

124
Slamet Wibawanto; Aripriharta; Dyah Lestari. 2008. Pengembangan Model
Smart Building untuk Menuju Era Intelegent System di Masa
Depan
Kata-kata kunci: smart building, intelligent building, energi saving, automation,
lifesafety
Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah membuat model general
smart building yang dapat dijadikan standar di Indonesia. Smart building
merupakan salah satu teknik otomatasi secara terpusat untuk mengendalikan
peralatan listrik dan elektronik termasuk central security system dalam suatu
bangunan. Smart building dikembangkan sebagai salah satu upaya
penghematan energi elektrik. Target tahun pertama adalah mengembangkan
model manajemen fasilitas.
Teknologi smart building masih belum banyak diterapkan di Indonesia,
terbukti dengan sedikitnya jumlah bangunan berkelas yang memakai teknologi
ini. Pada studi kasus bangunan Mall berkelas Hipermart di Kota Malang, yakni
Malang Town Square (Matos), penerapan smart building terbatas pada pintu
masuk. Masih terdapat pemborosan energi pada beberapa sistemnya, antara
lain escalator, sistem penerangan, sistem pendingin dan cental security belum
memadai. Sementara itu pemborosan energi listrik pada rumah tangga antara
lain terjadi pada: (1) Tidak menggunakan lampu jenis hemat energi; (2)
pemilihan besarnya watt lampu tidak sesuai dengan peruntukan; dan (3)
pengontrolan secara manual, sehingga peralatan listrik rumah tangga tetap
aktif meskipun sedang tidak diperlukan.
Metodologi pengembangan model manajemen fasilitas dilakukan
dengan beberapa prosedur sebagai berikut: (1) Analisis kebutuhan energi per
tahun berdasar pola EMS (energy management system) yang digunakan; (2)
Pendataan potensi penghematan energi listrik menggunakan software analisis
energi pada bangunan publik; dan (3) Mengembangkan model manajemen
fasilitas terkait dengan metode EMS untuk salah satu fasilitas yang digunakan,
yakni escalator on-demand.
Analisis hasil audit energi pada bangunan publik menunjukkan bahwa
terdapat peluang besar untuk meningkatkan penghematan energi, mengingat
sistem manajemen energinya masih menggunakan sistem konvensional.
Metode manajemen fasilitas penerangan menggunakan sistem konvensional,
berdasarkan teknik manual dan time-based. Belum digunakan sistem
manajemen closled loop standar seperti yang akan dikembangkan dalam riset
ini.

125
Andi Mappiare AT; Fachrurrazy; Sudjiono. 2008. Kultur Konsumsi Remaja
dan Upaya Bimbingannya: Studi Perspektif Posmodern mengenai
Kecakapan Belanja dan Kearifan Kultural pada Pelajar Metropolit-
an Indonesia untuk Pengembangan Media Bibliokonseling
Kata-kata kunci: kecerdasan belanja, siswa, kearifan budaya, biblio-
konseling, cergam
Penelitian ini berupaya menghasilkan produk berupa cergam sebagai
media tandingan (bermuatan counter culture), upaya pembentukan pola pikir
dan internalisasi kultur bangsa. Itu merupakan bacaan lepas yang diperlukan
untuk memberi bekal pribadi dan kultur kepada para remaja metropolitan
dalam menghadapi ―godaan‖ gaya-hidup konsumtif dan apa yang disebut
―politik identitas‖ dari ―kapitalisme global‖ oleh Kellner (2003). Untuk itu, melalui
penelitian kualitatif varian interaksionisme-simbolik berpadu fenomenologi, atas
subjek siswa SMA di Banda Aceh, telah ditemukan adanya kemampuan
adaptasi, kecakapan hidup, keterampilan komunikasi, dan soft-skills, yang
diaplikasikan subjek dalam melampaui prahara kehidupan mulai dari konflik
bersenjata, bencana Tsunami, dan tekanan-tekanan sosial lain termasuk
media massa dan iklan. Penelitian menghasilkan pula sejumlah saran kepada
pengambil keputusan dan praktisi bidang pendidikan untuk memandirikan dan
mengembangkan pribadi siswa.

126
Arbaiyah Prantiasih; Nur Wahyu Rochmadi; Suparlan Al Hakim. 2008.
Pengembangan Model Panduan Bekerja di Luar Negeri Bagi
Tenaga Kerja Wanita di Wilayah Kabupaten Malang
Kata-kata kunci: model panduan bekerja, Tenaga Kerja Wanita (TKW)
Penelitian ini didasarkan pada realita bahwa fenomena buruh migran
khususnya tenaga kerja wanita yang bekerja di luar negeri ternyata syarat
dengan problematik, mulai dari lemahnya perlindungan, korban penipuan calo,
Perusahaan Pengerah Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI), pemerasan
bahkan sampai pelanggaran HAM acapkali mewarnai fenomena buruh migran
khususnya tenaga kerja wanita mulai proses perekrutan, pelatihan,
pengurusan dokumen, saat pemberangkatan, sesampainya di negara tujuan
bahkan sampai pada saat kedatangan kembali ke tanah air.
Penelitian pengembangan tentang Model Panduan Bekerja di Luar
Negeri bagi Tenaga Kerja Wanita diharapkan untuk memberikan informasi
yang benar terhadap proses rekrutmen calon tenaga kerja wanita yang akan
bekerja ke luar negeri, termasuk juga pihak PJTKI sebagai tempat TKW
direkrut diperlukan strategi dan program pemasaran tenaga kerja wanita ke
luar negeri yang benar. Bagaimana syarat-syarat yang harus dipenuhi, apa
saja yang termasuk dalam dokumen jatidiri, bagaimana memahami yang benar
penandatanganan kontrak kerja, bagaimana menandatangani perjanjian
penempatan, apa isi atau materinya, apa hak dan kewajibannya sebagai TKW.
Dengan pemahaman yang benar diharapkan akan membantu calon TKW tidak
mudah ditipu oleh pihak-pihak yang berusaha untuk mencari keuntungan akan
tetapi sebaliknya calon TKW akan memiliki keinginan untuk membela dirinya
sendiri apabila mengalami masalah yang terjadi baik itu yang berhubungan
dengan PJTKI pengirim maupun di negara penempatan.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) bagaimana penyu-
sunan Panduan Bekerja bagi TKW yang akan bekerja di luar negeri di Wilayah
Kabupaten Malang; (2) apakah kelebihan dan kekurangan berkaitan dengan
Panduan Bekerja bagi TKW yang akan bekerja di luar negeri. Beberapa hal
yang dikembangkan dalam Panduan Bekerja bagi TKW ini: (1) proses
rekrutmen; (2) kelengkapan dokumen TKW yang akan bekerja ke luar negeri:
pada saat pra penempatan, pada saat di asrama PJTKI, pada saat
keberangkatan, pada saat di negara penempatan, pada saat kepulangannya
ke Indonesia; (3) Hak dan kewajiban Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di
luar negeri; dan (4) Perlindungan Tenaga Kerja Wanita yang meliputi: perlin-
dungan terhadap TKW pada saat pra penempatan, perlindungan terhadap
TKW pada saat penempatan dan perlindungan TKW pada saat pasca
penempatan.
Desain penelitian lanjutan pengembangan (research and development).
Rancangan penelitian tahun kedua ini adalah rancangan penelitian
pengembangan dengan menyusun Panduan Bekerja di luar negeri bagi tenaga
kerja wanita. Penelitian dilakukan di Kabupaten Malang. Pakar sebanyak 20
orang, sedangkan praktisi 10 orang, sehingga subyek penelitian secara kese-
luruhan berjumlah 30 orang.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan tentang kelebihan dan
kelemahan Panduan Bekerja di luar negeri bagi Tenaga Kerja Wanita.
Kelebihan Panduan Bekerja, sistematika penulisannya sangat mudah dipa-
hami, penggunaan bahasa mudah dipahami secara teknis terutama terdapat
pada bagian materi proses rekrutmen dan kelengkapan dokumen jati diri yang
harus dilengkapi bagi Tenaga Kerja Wanita yang bekerja di luar negeri pada
pra penempatan, pada saat di asrama PJTKI, pada saat keberangkatan, pada
saat di negara penempatan dan pada saat pulang ke tanah air. Sehingga
Tenaga Kerja Wanita akan memiliki pemahaman yang benar. Sedangkan
kelemahannya terutama pada materi surat perjanjian kontrak kerja dan
perjajian penempatan bahasa yang digunakan adalah bahasa hukum, karena
rata-rata pendidikan TKW adalah SLTP ke bawah maka kemungkinan TKW
kurang memahami isi dan materinya yang tertera dalam kontrak perjanjian
tersebut.
Oleh sebab itu Panduan Bekerja ini untuk ditindaklanjuti dengan
mengembangkan lagi penelitian eksperimen, penelitian tentang model
sosialisasinya.

127
Roesdiyanto; Sulistyorini; Abdul Huda. 2008. Pengembangan Pembelajaran
Pendidikan Jasmani Menggunakan Pendekatan Kecerdasan Maje-
muk untuk Anak Usia Dini di Jawa Timur
Kata-kata kunci: pendidikan jasmani, kecerdasan majemuk
Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan kecerdasan majemuk terhadap hasil belajar siswa
usia dini. Penelitian ini menggunakan metode penelitian pra eksperimen the
static group comparison design, dilakukan di TK, pada bulan Juni-Agustus
2008, populasi adalah TK di kota Pasuruhan, Kediri, Blitar, Malang, Batu,
Kabupaten Malang, terdiri dari 36 sekolah TK, sampel diambil sebanyak 12 TK
di 3 kota, yaitu Malang, Batu dan Blitar sebanyak 240 orang, Analisis
menggunakan anava satu jalur (one way anova), dengan uji F pada taraf
signifikansi  = 0.05.
Hasil penelitian, Fhit.=3.718 < Ftabel= 3.872, tidak ada pengaruh model
pembelajaran menggunakan pendekatan kecerdasan majemuk terhadap hasil
belajar siswa. Akan tetapi ada pengaruh pada unsur di dalam penilaian hasil
belajar pada bidang pengembangan kemasyarakatan dan lingkungan dengan
Fhit.=60.636 > Ftabel=3.871, daya cipta dengan Fhit.=50.957 > Ftabel = 3.871
dan pengembangan jasmani dan kesehatan Fhit.=51.979 > Ftabel = 3.871

128
Sa’dun Akbar; Pujiyanto; I Wayan Sutama. 2008. Pengembangan Model
Pembelajaran Tematis untuk Kelas 1 dan Kelas 2 Sekolah Dasar
Kata-kata kunci: model pembelajaran tematis, sekolah dasar
Penelitian Hibah Bersaing tahun ketiga ini bertujuan: (1) menghasilkan
model-model pembelajaran tematik untuk kelas-1 dan kelas-2 SD yang teruji
secara valid menurut praktisi, (2) menghasilkan model-model pembelajaran
tematik untuk kelas-1 dan kelas-2 SD yang efektif dapat mencapai tujuan
pembelajaran bagi kelas-1 dan kelas-2 SD, dan (3) menghasilkan CD interaktif
untuk pembelajaran tematik untuk kelas-1 dan kelas-2 SD.
Untuk mencapai tujuan di atas, penelitian dilakukan dengan rancangan
penelitian pengembangan. Ujicoba model di lakukan dalam skala luas di SD
Kelas-1 dan Kelas-2 SD di Jawa Timur. Yang menjadi responden penelitian ini
adalah guru-guru kelas-1 dan kelas-2 SD di beberapa sekolah di Jatim untuk
uji keterterapan model, dan siswa-siswa kelas-1 dan kelas-2 SD di Jatim untuk
uji keefektifan model. Data dikumpulkan dengan angket. Analisis data
dilakukan secara deskriptif. Untuk menentukan kelayakan/validitas model yang
dihasilkan dilakukan analisis gabungan antara keterterapan model, validitas
bahan ajar, dan keefektifan model dalam pencapaian tujuan pembelajaran
secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: penelitian ini telah menghasilkan
model-model pembelajaran tematik untuk kelas-1 SD pada tema: Diri sendiri,
Keluarga, Lingkungan, Pengalaman, Kebersihan-Keindahan-Keamanan, dan
Kegemaran pada kriteria yang layak/valid; disamping itu juga menghasilkan
model-model pembelajaran tematik tema: Diri-Sendiri dan Lingkungan untuk
kelas-2 SD dengan kriteria sangat layak/sangat valid; model lainnya yang
dihasilkan adalah model-model tematik untuk tema: Keluarga, Pengalaman,
dan Kegemaran untuk kelas-2 SD dengan hasil yang layak/valid. Untuk model
pembelajaran yang dinyatakan sangat layak/sangat valid dapat langsung
digunakan tanpa revisi, sedangkan yang termasuk layak/valid dapat digunakan
dengan revisi kecil. Secara umum, model yang dihasilkan melalui penelitian ini
cukup baik dan layak digunakan dalam pembelajaran di kelas-1 dan kelas-2
SD.Disamping itu, penelitian ini juga menghasilkan CD interaktif untuk
pembelajaran Tematik.
Disarankan bahwa, model-model tematik yang dihasilkan penelitian ini
disosialisasikan kepada guru-guru kelas-1 dan kelas-2 SD dan diterapkannya
dalam praktik pembelajaran sehari-hari di SD.

129
Setyo Budiwanto; Winarno; Sapto Adi; Oni Bagus Januarto. 2008.
Pengembangan Video Pembelajaran Keterampilan Bulutangkis
Kata-kata kunci: video pembelajaran, bulutangkis
Keterampilan teknik dasar bulutangkis merupakan tujuan bagi pebelajar
atau pebulutangkis yang sedang tekun berlatih bulutangkis. Bagi mahasiswa,
menguasai keterampilan teknik dasar bulutangkis adalah tujuan pembelajaran
yang ditetapkan dalam tujuan pembelajaran mata kuliah bulutangkis. Bagi
pebulutangkis (atlet), berprestasi dan menjadi juara bulutangkis adalah tujuan
pelatihan.
Untuk dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran tersebut secara
maksimal diperlukan kegiatan belajar mengajar atau kegiatan latihan yang
efektif. Salah satu pembelajaran yang efektif adalah memanfaatkan sumber
belajar yang tepat. Salah satu sumber belajar yang penting dan tepat
dimanfaatkan dalam pembelajaran atau pelatihan keterampilan teknik
bulutangkis video pembelajaran keterampilan teknik dasar bulutangkis.
Pemecahan masalah pembelajaran yang ditawarkan ini berupa
penyediaan sumber belajar, baik yang sengaja dirancang maupun yang dipilih
dan kemudian dimanfaatkan Media merupakan sumber belajar dan sarana
untuk meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran. Setiap media mempunyai
karakteristik, maka dalam memilih dan menentukan media yang akan
digunakan harus dipertimbangkan dengan cermat berdasarkan kriteria tertentu.
Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih media yang
digunakan, yaitu tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, ketepatgunaan media
sesuai dengan materi belajar, kemampuan dan kesiapan pebelajar,
tersedianya media yang paling cocok, kualitas media yang ada, biaya untuk
pengadaan dan untuk mengoperasikan.
Pembelajaran keterampilan bulutangkis mempunyai sifat dan karakteris-
tik khusus dan unik. Materi belajar terutama berkaitan dengan keterampilan
gerak berupa teknik-teknik bulutangkis. Tujuan pembelajaran keterampilan
bulutangkis adalah pebelajar mempunyai keterampilan sejumlah teknik yang
menjadi tuntutan untuk diterapkan dalam situasi bermain. Untuk mencapai
tujuan tersebut perlu proses kegiatan pembelajaran keterampilan bulutangkis
yang khusus. Sehingga media yang digunakan harus dipilih sesuai dengan
materi, tujuan dan kegiatan pembelajaran keterampilan bulutangkis. Salah satu
media tersebut adalah video pembelajaran keterampilan bulutangkis.
Masalah penelitian yang akan dipecahkan melalui kegiatan penelitian
dan pengembangan ini adalah bahwa proses pembelajaran keterampilan
bulutangkis dalam matakuliah keterampilan bulutangkis bagi mahasiswa dan
proses pelatihan bulutangkis bagi pebulutangkis diperlukan media pembe-
lajaran atau media pelatihan yang efektif. Diharapkan dengan menggunakan
media pembelajaran yang efektif dapat membantu mahasiswa, pebulutangkis,
dosen, dan pelatih dalam kegiatan mengajar belajar dan melatih berlatih.
Sehingga tujuan pembelajaran atau pelatihan keterampilan teknik bulutangkis
yang telah ditetapkan dapat dicapai. Media pembelajaran yang dianggap
paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran keterampilan
teknik bulutangkis adalah video pembelajaran keterampilan teknik bulutangkis.
Produk utama yang ingin dihasilkan dalam pengembangan ini adalah
video pembelajaran keterampilan teknik dasar bulutangkis. Spesifikasi produk
yang dihasilkan adalah video pembelajaran keterampilan teknik dasar bulu-
tangkis yang mencakup seluruh materi keterampilan teknik dasar bulutangkis.
Sasaran pengguna produk adalah pebulutangkis pemula atau yang mem-
punyai tingkat keterampilan teknik dasar dan sedang belajar keterampilan
teknik dasar bulutangkis.
Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini dirancang melalui tiga
tahap. Tahap pertama: kegiatan penelitian pada tahun pertama yaitu melaku-
kan analisis kebutuhan untuk memperoleh prototipe dan menyusun skenario
video pembelajaran keterampilan teknik dasar bulutangkis. Tahap kedua:
dilaksanakan pada tahun kedua yaitu mengembangkan video pembelajaran
keterampilan teknik dasar bulutangkis dengan melakukan proses pengambilan
gambar video, uji coba produk dan revisi. Tahap ketiga: adalah melaksanakan
eksperimen untuk menguji efektivitas produk video pembelajaran keterampilan
teknik dasar bulutangkis dengan melaksanakan penelitian eksperimen.
Spesifikasi produk yang dihasilkan pada penelitian tahap kedua adalah
video pembelajaran keterampilan teknik dasar bulutangkis yang mencakup
seluruh materi keterampilan teknik dasar permainan bulutangkis. Spesifikasi
produk video pembelajaran keterampilan teknik dasar bulutangkis sesuai
dengan sasaran pengguna produk. Sasaran pengguna produk adalah
pebulutangkis pemula atau yang mempunyai tingkat keterampilan teknik dasar
dan sedang belajar keterampilan teknik dasar bulutangkis

130
Djoko Kustono; Solichin; Anny Martiningsih. 2008. Pengembangan Bahan
Ajar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Berorientasi Konstru-
ktivistik guna Menunjang Pelaksanaan KBK di Sekolah Menengah
Kejuruan Teknologi
Kata-kata kunci: bahan ajar; K3; konstruktivistik; Sekolah Menengah Kejuruan
Bahan ajar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) berorientasi
konstruktivistik guna menunjang pelaksanaan kbk di sekolah menengah
kejuruan teknologi telah selesai dikembangkan. Bahan ajar ini terdiri dari (1)
Buku Siswa; (2) Lembar Kegiatan Siswa; dan (3) Buku Guru. Materi ajar terdiri
dari enam modul yaitu (1) Undang-undang K3;(2) Mencegah dan Menang-
gulangi Kebakaran; (3) Bahan Beracun dan Berbahaya; (4) Mencegah Kece-
lakaan Kerja; (5) AlatPelindung Diri; dan (6) Pelindung Mesin.
Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan karena mengembang-
kan bahan ajar. Penelitian tahap pertama bertujuan untuk mendapatkan bahan
ajar K3 yang valid menurut kriteria responden. Sedangkan penelitian Tahap 2
uji coba di lapangan terkait dengan pembelajaran K3 di Sekolah Menengah
Kejuruan Bidang Teknologi.
Responden penelitian Tahap kedua adalah (1) kelompok guru pengajar
K3 di SMK Teknologi sebagai pengajar dan (2) kelompok siswa Sekolah
Menengah Kejuruan yang terdiri dari SMK Pekerjaan Umum Malang, SMK
Negeri I Kediri dan SMK Negeri I, Trenggalek. Hasil penelitian tahap kedua
menunjukkan (1) modul Undang-undang K3; (2) modul Mencegah dan
Menanggulangi Kebakaran; (3) modul Bahan Beracun dan Berbahaya; (4)
modul Mencegah Kecelakaan Kerja; (5) modul Alat Pelindung Diri; dan (6)
modul Pelindung Mesin dapat dipakai dalam matadiklat K3 karena ketuntasan
belajar yang dicapai lebih dari 80%. Sikap para siswa dan guru pengajar positif
dan dari siklus pembelajaran menunjukkan ketuntasan dan keaktifan belajar
siswa meningkat.

131
Wasis D. Dwiyogo. 2008. Pengembangan Model Pembelajaran Visioner
untuk Meningkatkan Keterampilan Memecahkan Masalah Masa
Depan yang Kreatif dan Inovatif
Kata-kata kunci: pembelajaran visioner, pemecahan masalah masa depan,
kreatif, inovatif
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Pembelajaran Visioner
yang berpeluang meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan inovatif dan
pemecahan masalah secara individual dan kolaborasi. Tujuan khusus yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan model
pembelajaran yang digunakan di perguruan tinggi, (dan 2) memperoleh data
analisis kebutuhan perlunya pembelajaran visioner. Subjek penelitian untuk
memproleh data model Rancangan Pembelajaran, analisis kebutuhan, dan
spesifikasi model adalah dosen-dosen perguruan tinggi di empat pulai yaitu
Sumatera (Universitas Lampung), Jawa (Universitas Negeri Malang dan IKIP
PGRI Semarang), Kalimantan (Universitas Lambung Mangkurat), dan Sulawesi
(Universitas Negeri Manado). Tersusunnya Rancangan Pembelajaran Visioner
ini akan membangun jembatan antara konteks pembelajaran yang bersifat
teaching-based, instructor-mediated ke arah pembelajaran bersifat learning-
based. Keuntungan yang akan diperoleh melalui penelitian ini terutama untuk
menyediakan sumber-sumber belajar bagi mahasiswa yang berpeluang untuk
mengembangkan setiap individu mencapai kemampuan optimal dalam
memecahkan masalah masa depan.

Vous aimerez peut-être aussi