Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI (PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN)
A. Masalah Utama
Halusinasi Pendengaran dan Halusinasi Penglihatan
B. Proses Terjadinya Masalah
1.
Definisi
Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa
adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan
dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh / baik (Stuart & Sundenn,
1998).
Halusinasi adalah persepsi tanpa adanya rangsangan apapun pada panca
indera seorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar/terbangun. (Maramis, hal
119). Halusinasi yaitu gangguan persepsi (proses penyerapan) pada panca indera
tanpa adanya rangsangan dari luar pada pasien dalam keadaan sadar.
Menurut Tim MPKP RSMM dan FK UI (2009), Halusinasi adalah gangguan
persepsi di mana individu merasakan adanya stimulus melalui panca indera tanpa
adanya rangsang nyata.
2.
Faktor Predisposisi
a. Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol
dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilang percaya diri, dan lebih rentan terhadap stress (Yosep,
2011).
b. Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi
(unwanted child) akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada
lingkungannya stress (Yosep, 2011).
c. Faktor biokimia
Faktor presipitasi
Menurut Mary Durant Thomas (1991), Halusinasi dapat terjadi pada klien
mampu mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan
tidak nyata (Yosep, 2011).
Adanya gangguan persepsi sensori halusinasi dapat beresiko menciderai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan (Kelliat, BA, 1998: 27). Menurut Townsend,
M.C, 1998: suatu keadaan dimana seseorang melakukan suatu tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik diri sendiri dan orang lain.
4.
Klasifikasi Halusinasi
Halusinasi terdiri dari beberapa jenis, dengan karakteristik tertentu,
b.
c.
d.
e.
f.
Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir
melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
g.
Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
5.
Manifestasi Klinis
Klien dengan halusinasi sering menunjukan adanya (carpenito, L.J, 1998:
6.
a.
Fase Halusinasi
Fase pertama (fase comporting/fase menyenangkan)
Pada tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik. Karakteristik: klien
mengalami stress, cemas perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian, yang
memuncak, dan tidak dapat diselesaikan. Klien mulai melamun dan
memikirkan hal-hal yang menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara.
Perilaku klien: tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir
tanpa suara, pergerakan mata cepat, respons verbal yang lambat jika sedang
b.
system saraf otonom seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah.
c.
d.
fisik berupa klien berkeringat, tremor, dan tidak mampu mematuhi perintah.
Fase keempat (fase conquering)
Pada fase ini pasien merasa panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya.
Termasuk dalam psikotik berat. Karakteristik: halusinasinya berubah menjadi
mengancam, memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak
berdaya, hilang kontrol, dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan
orang lain di lingkungan. Perilaku klien: perilaku teror akibat panik, potensi
bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau kakatonik, tidak
mampu merespons terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu berepons
lebih dari satu orang.
7.
Rentang Respon
Rentang respon halusinasi ( berdasarkan Stuart dan Laria, 2001).
Adaptif
Pikiran logis
Persepsi kuat
Emosi konsisten
Perilaku sesuai
Berhub. Sosial
Maladaptif
Distorsi pikir
Ilusi
Reaksi emosi meningkat
Perilaku aneh/tidak biasa
Menarik diri
Halusinasi
Data Subjektif
Gangguan pikiran
Halusinasi
Sulit berespon emosi
Perilaku disorganisasi
Isolasi social
Data Objektif :
Mata merah, wajah agak merah.
Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
Merusak dan melempar barang-barang.
3.
Isolasi sosial
Data Subyektif
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab
dengan singkat tidak, ya.
9
Data Obyektif
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri/menghindari orang lain,
berdiam diri di kamar, komunikasi kurang atau tidak ada (banyak diam),
kontak mata kurang, menolak berhubungan dengan orang lain, perawatan
diri kurang, posisi tidur seperti janin (menekur)
D. Pohon Masalah
Akibat
Core Problem
Penyebab
Isolasi sosial
Mekanisme koping tidak efektif
(Pohon masalah Keliat, 1998: 6)
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
1.
KELAS KIMIA
Fenotiazin
Tioksanten
Butirofenon
60-150 mg
75-600 mg
8-30 mg
1-100 mg
Dibenzondiazepin
Klozapin (Clorazil)
300-900 mg
Dibenzokasazepin
Loksapin (Loxitane)
20-150 mg
Dihidroindolon
Molindone (Moban)
15-225 mg
3.
11
5.
1.
2.
3.
Tindakan Keperawatan
1.
12
Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi
dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk
mengatakan
tidak
terhadap
halusinasi
yang
muncul
atau
tidak
c.
d.
Tindakan Keperawatan
Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan asuhan
keperawatan pada pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga selama
pasien di rawat di rumah sakit sangat dibutuhkan sehingga pasien termotivasi
untuk sembuh. Demikian juga saat pasien tidak lagi dirawat di rumah sakit
(dirawat di rumah).
Keluarga yang mendukung pasien secara konsisten akan membuat pasien
mampu mempertahankan program pengobatan secara optimal. Namun
demikian jika keluarga tidak mampu merawat pasien, pasien akan kambuh
bahkan untuk memulihkannya lagi akan sangat sulit. Untuk itu perawat harus
memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga mampu
menjadi pendukung yang efektif bagi pasien dengan halusinasi baik saat di
rumah sakit maupun di rumah.
Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien
halusinasi adalah:
1.
2.
3.
4.
Pasien
SP I
Keluarga
SP I
15
1.
Mengidentifikasi
1.
Mengidentifikasi isi
halusinasi pasien
3.
Mengidentifikasi
pasien
2.
Mengidentifikasi
situasi yang menimbulkan
proses terjadinya
3.
halusinasi
6.
Menjelaskan
pengertian, tanda dan gejala
Mengidentifikasi
5.
Mendiskusikan
Mengidentifikasi
respons pasien terhadap
halusinasi
7.
8.
Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
SP II
1.
SP II
Memvalidasi masalah
1.
3.
Melatih keluarga
pasien dengan halusinasi
2.
Melatih keluarga
lain
halusinasi
SP III
1.
1.
Memvalidasi masalah
dan latihan sebelumnya.
2.
16
Membantu keluarga
membuat jadual aktivitas di
rumah termasuk minum obat
(discharge planning)
Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
SP IV
1.
Memvalidasi masalah
dan latihan sebelumnya.
2.
Menjelaskan cara
kontrol halusinasi dengan
teratur minum obat (prinsip
5 benar minum obat).
3.
Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
17
2.
Menjelaskan follow
up pasien setelah pulang