Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Tanggal Praktikum
II.
Judul Praktikum
III.
Tujuan Praktikum
:
Untuk mengetahui tingkat kewaspadaan dari burung gereja (Passer montanus)
Dasar Teori
Salah satu cara pengendalian tikus yang dapat digunakan adalah dengan
memanfaatkan burung hantu (Tyto alba). Burung hantu merupakan musuh alami
yang dapat memberikan prospek yang baik dalam mengendalikan tikus. Pemanfaatan
burung hantu adalah cara pengendalian tikus yang ramah lingkungan, karena dengan
memanfaatkan burung hantu, lingkungan tidak akan tercemar oleh racun ataupun zat
polutan lainnya. Burung hantu aktif pada malam hari (nocturnal), tidak bersifat
migratory, dapat dikembangkan di areal persawahan, dapat bersarang pada kandang
buatan (gupon) dan umumnya sebagai binatang penetap 1,6 5,6 km sekitar sarang
(Agustini, 2013: 49)
Aktivitas berburu T. alba dimulai sejak senja sampai 2 jam sebelum matahari
terbit. Aktivitas berburu dan memangsa T. alba jantan lebih tinggi dari betina. Total
waktu yang digunakan oleh T. alba untuk berburu selama 24 jam, untuk T. alba
jantan 7 jam 40 menit sedang yang betina 4 jam 07 menit. T. alba jantan sering kali
membawa hasil buruan untuk betina sehingga aktivitas berburu jantan lebih tinggi
dari yang betina. T. alba jantan bertanggung jawab untuk memberikan asupan nutrisi
pada T. alba betina (Hadi, 2008: 27).
V.
VI.
Cara Kerja
1. Ditentukan habitat secara menyeluruh
2. Ditentukan individu dan kelompok burung gereja yang akan diamati
3. Dihitung frekuensi burung menengok ke kiri ke kanan dan mematuk-matuk
4. Diukur jarak terdekat antara pengamatan dengan burung gereja hingga
akhirnya burung gereja terbang menjauhi pengamatan.
X.
Daftar Pustaka
Agustini, Sri. 2013. Burung Hantu Pengendali Tikus Secara Hayati. Buletin Inovasi
Teknologi Pertanian. Vol: 1(1): 48-50.
Campbell. 2008. Biologi Jilid 2 Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Hadi, Mochamad. 2008. Pola Aktivitas Harian Pasangan Burung Serak Jawa (Tyto
alba) di Sarang Kampus Psikologi Universitas Dipenogoro Tembalang
Semarang. Jurnal Bioma. Vol: 6(2): 23-29.