Vous êtes sur la page 1sur 6

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No.

1, (2012) 1-6

DESAIN GEOMETRIK, STRUKTUR BESERTA PERKIRAAN BIAYA


PERENCANAAN JALAN REL SEBAGAI ALTERNATIF
TRANSPORTASI ANGKUTAN TAMBANG PASIR DI KABUPATEN
LUMAJANG
Dodik Teguh Arifianto, Catur Arif Prastyanto
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: catur_ap@ce.its.ac.id
Abstrak Lumajang merupakan salah satu kabupaten kecil
dengan potensi hasil tambang berupa pasir yang memiliki kualitas
bagus dan memiliki banyak konsumen baik dari dalam negeri hingga
luar negri. Hal ini terbukti dengan jumlah rit hampir mencapai 480
truk angkutan tambang yang melintasi jalan Lumajang-Probolinggo
dalam setiap harinya. Kondisi ini membawa Kabupaten Lumajang
untuk memenuhi banyak tuntutan konsumen untuk mendistribusikan
pasir lumajang ke beberapa wilayah. Hal ini selain meningkatkan
kapita pendapatan Kabupaten Lumajang ternyata juga berdampak
negatif pada fungsi sarana transportasi khususnya perkerasan jalan
raya Lumajang-Probolinggo yang tidak sesuai dengan umur
rencana.
Dalam tugas akhir ini penulis mencoba untuk merencakan
alternatif baru berupa pemanfaatan jalan rel sebagai transportasi
angkutan tambang di Kabupaten Lumajang. Perencanaan jalan rel
ini meliputi desain geometri, struktur jalan rel serta perkiraan
rencana anggaran biaya (RAB) yang dibutuhkan. Dalam prosesnya,
metodologi yang digunakan adalah dengan pengumpulan data-data
sekunder, mengidentifikasi permasalahan, studi literatur dan analisa
data perencanaan berupa analisa kecepatan rencana, analisa rel,
jenis bantalan, tebal balas yang digunakan.
Hasil dari tugas akhir ini adalah adanya trase jalan rel
sebagai alternatif angkutan tambang pasir di Kabupaten Lumajang.
Jalan rel didesain menggunakan jenis rel R54 dengan lebar sepur
1067, kecepatan rencana maksimum 120 km/jam, jenis penambat
yang digunakan yang adalah penambat pandrol elastis ganda.
Panjang trase didesain sepanjang 36,4 km dengan tebal balas atas
55 cm dan tebal balas bawah 21 cm, menggunakan bantalan beton
dengan jarak 50cm.Besar biaya yang dibutuhkan dalam
pembangunan kembali jalan rel ini adalah sebesar Rp.
362.153.010.000,00.
Harapan penulis terhadap tugas akhir ini adalah dapat
digunakannya tugas akhir ini sebagai pembanding dan atau referensi
untuk pemerintah Kabupaten Lumajang sebagai solusi dalam
mengatasi berbagai dampak yang ditimbulkan oleh banyaknya
angkutan tambang pasir yang melintas di sepanjang jalan raya
Lumajang-Probolinggo kedepannya.
Kata kunci : Jalan Rel Kabupaten Lumajang; Desain Geometrik
Jalan Rel; Struktur Jalan Rel; Rencana
Anggaran Biaya (RAB).

I. PENDAHULUAN
abupaten Lumajang merupakan salah satu pusat
pertambangan khususnya pertambangan pasir. Lokasi
Kabupaten Lumajang yang dekat dengan beberapa
gunung (Bromo, Tengger, Semeru) menjadikan kabupaten
dengan luas wilayah 1.790,90 km2 ini kaya akan pasir
vulkanik dengan kualitas yang cukup bagus.
(http://www.Lumajang.go.id/LDA/geografis.pdf, 2010)

Kondisi diatas menuntut Kabupaten Lumajang untuk


menerima permintaan kebutuhan pasir dari berbagai daerah,
hingga eksport ke beberapa negara. Berdasarkan data Dinas
Perhubungan Kab. Lumajang, 2010 diketahui lebih dari 480
truk angkutan tambang pasir dengan kapasitas 3-16 ton
melintasi jalan Probolinggo-Lumajang dalam setiap harinya.
Selama ini proses pendistribusian pasir dari Kabupaten
Lumajang hanya menggunakan moda truk angkutan barang.
Kondisi pendistribusian pasir yang sebagaimana
tersebut diatas pengaruh terhadap kondisi jalan raya
Lumajang-Probolinggo. Banyaknya jumlah kendaraan
angkutan berat tersebut seringkali memicu tingkat kemacetan
jalan. Kendaraan angkutan pasir ini sering kali melaju dengan
kecepatan lambat yakni antara 30-50 km/jam, hal ini sudah
tidak sesuai dengan kecepatan rencana sebagai jalan arteri
Lumajang-Probolinggo yang dimana didesain dengan
kecepatan rencana 60 km/jam (data Dinas Perhubungan,
2005). Kecepatan yang dibawah rencana inilah yang menjadi
salah satu pemicu tingkat kemacetan disepanjang jalan
Lumajang - Probolinggo. Selain itu, banyaknya jumlah
angkutan tambang yang melintas membuat kondisi perkerasan
jalan raya tersebut tidak sesuai dengan umur rencana. Hal ini
mengakibatkan banyaknya kerusakan-kerusakan yang terjadi
pada badan jalan sebelum waktunya. Jumlah kendaraan
angkutan tambang yang melintas berkali-kali berpengaruh
pada nilai damage factor (DF) rencana. Perkerasan jalan yang
seharusnya memiliki faktor kerusakan akibat beban kendaraan
equivalen (DF), menjadi bernilai lebih tinggi akibat regangan
jalan yang ditimbulkan oleh beban kendaraan () secara
berulang-ulang. Melihat jumlah repetisi beban kendaraan yang
cenderung berkaitan langsung dengan umur perkerasan ini,
maka perlu adanya sebuah usaha untuk mengurangi tingkat
kerusakan jalan. Untuk memperpanjang umur perkerasan
beberapa usaha untuk memperkecil regangan () yang dimana
usaha mengurangi regangan ini dapat dilakukan dengan cara
mempertebal lapisan, meningkatkan mutu perkerasan dan
mengurangi beban roda P.
Disisi lain, Kabupaten Lumajang tidak hanya
memiliki prasarana transportasi hanya berupa jalan raya saja.
Kabupaten kecil ini juga dilalui jalur kereta api yang dimana
masih dibawah naungan PJKA Daop IX Jember. Namun jalur
jalan rel ini hanya melintasi sebagian kecil wilayah Kabupaten
Lumajang tepatnya disisi perbatasan wilayah kabupaten yaitu
sepanjang Kecamatan Ranuyoso, Kecamatan Klakah, dan
Kecamatan Jatiroto. Berdasarkan sejarah perkereta-apian
Kabupaten Lumajang sebelum tahun 1987 Jalur kereta api

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6


masih memasuki wilayah kabupaten, tepatnya dari Stasiun
Klakah terdapat persimpangan jalur arah selatan menuju
Stasiun Pasirian dan Stasiun Rambipuji (Jember). Namun saat
ini kondisi rel tersebut sudah non aktif. Sebagian besar dari
jalan rel sudah menjadi wilayah perumahan dan pertokoan.
Dengan adanya jalan rel sebagai jalur pendistribusian
hasil tambang pasir ini nantinya diharapkan dapat mengurangi
jumlah angkutan tambang yang melintasi jalan raya
Lumajang-Probolinggo. Selain dapat memperpanjang umur
perkerasan jalan, dengan berkurangnya jumlah angkutan
tambang yang melintasi jalan raya ini juga dapat mengurangi
tingkat kemacetan jalan raya. Untuk itu pemilihan jalan rel
sebagai alternatif angkutan tambang pasir di Kabupaten
Lumajang sangat efektif untuk mengurangi tingkat kemacetan
dan menambah usia perkerasan jalan raya LumajangProbolinggo.
Pada tugas akhir ini, penulis mencoba untuk
merencanakan desain geometri dan struktur jalan rel sebagai
alternatif angkutan tambang pasir ruas kota Lumajang dari
Kecamatan Pasirian hingga Kecamatan Klakah (Stasiun
Pasirian Stasiun Klakah). Kondisi rel eksisting digunakan
oleh penulis sebagai dasar penentuan trase perencanaan
dengan sedikit modifikasi pada geometri dan struktur jalan rel
tersebut. Penulis berharap tulisan ini dapat digunakan sebagai
masukan untuk mengatasi permasalahan transportasi akibat
angkutan tambang pasir di Kabupaten Lumajang.

2
diaktifkan kembali maka butuh relokasi bagi masyarakat yang
memanfaat lahan tersebut selayaknya tanah pribadi. Semisal
dengan mebangunkan rusun untuk warga yang telah
mendirikan bangunan rumah tinggal di sepanjang trase
tersebut.
Tabel 1.
Evaluasi Trase Eksisting

Trase Pasirian Klakah


Panjang
+ 35 km
Wilayah
Pasirian Tempeh

pemukiman/kecamatan
Sumbersuko Lumajang
yang dilewati
sukodono Kedungjajang Klakah
Kondisi Tata Guna Trase
melewati
30%
Lahan
perkebunan, 25% hutan dan 35
%
daerah
rawa
sisanya
permukiman dan lahan budidaya
Kondisi Topografi
Elev min = 50 dpl
Elev mak = 9 dpl
Sungai :
- Bentang > 100 m
- Bentang 10 100 m
Kali Pancing (37 m)
Kali Mujur (75 m)
- Bentang < 10 m
2 sungai
Hambatan Alam
Melewati Daerah Rawa
B. Perencanaan Geometrik dan Struktur Jalan Rel

II. METODOLOGI
Metodologi Tugas Akhir ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Perencanaan Geometrik Jalan Rel


Dalam perencanaan geometrik jalan rel dibahas
meliputi alinemen horisontal dan alinemen vertikal.
Alinemen Horisontal
Pada perencanaan alinemen horisontal disini akan
dibahas bagaimana desain lengkung yang digunakan dengan
menggunakan parameter lengkung horisontal spiral-cirlespiral. Adapun langkah-langkah dalam menghitung parameter
lengkung tersebut diatas adalah sebagaimana berikut :
Contoh perhitungan untuk PI-01
Koordinat
Titik Awal
PI-01
PI-02

X
732921,8030
733434,1133
734281,9628

PI-01
X1, Y1
Gambar 1. Metodologi Tugas Akhir

Penjelasan lengkap tentang Metodologi dapat dilihat pada


buku Tugas Akhir penulis [1].

Y
9091372,8030
9091595,6535
9091224,8355

= 47,1353

y = 370,8180
Titik awal

x = 847,8495 m

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Evaluasi Trase
Secara tata guna lahan, trase ini sudah beralih fungsi
sebagai lahan warga. Namun secara kepemilikan lahan ini
masih menjadi aset negara sehingga apabila trase ini akan

Gambar 2. Trase pada titk awal, PI-01, PI-02

PI-02
X2, Y2
=

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

titik awal PI-01

X 0 X1
(1)
Y0 Y1
9091595,6535 9091372,7615
=
733434,1133 732921,8030

PI.01 PI.02

X 2 X1
(2)
Y2 Y1
9091224,8355 9091595,6535
=
734281,9628 733434,1133

Tan 2 =

108,182 2
p=
550 (1 cos 5,635) = 0,889 m
6 550
Lh 3
k = Lh
(10)
R sin s
40 R 2
108,1823
k = 108,182
550 sin 5,635 = 54,073
40 550 2
1
Ts = (R + p ) tg + k
(11)
2

= 23,6227889
PI-01

= 1 + 2
= 23,5125215 + 23,6227889
= 47,13531

L titik awal ke PI-1 =

( X 1 X 0 ) 2 + (Y1 Y0 ) 2

512,31032 + 222,8920 2

(3)

= 558,6973 m
L titik PI-1 ke PI-2

( X 2 X 1 ) 2 + (Y2 Y1 ) 2

847,8495 2 + (370,8180) 2

(4)

= 925,3948 m
Penjelasan lengkap mengenai hasil perhitungan PI dapat
dilihat pada buku Tugas Akhir penulis [2].
Dengan trase yang sudah ada maka perlu adanya
analisa perkiraan jari-jari (R) dan kecepatan rencana (V rencana )
lengkung horisontal yang digunakan. Pada PI-01 didapatkan
pendekatan jari-jari lengkung sebesar 550 m, sehingga dapat
dihitung parameter lengkung horisontal sebagaimana berikut :
R taksir = 550 m
V rencana = 100 km/jam............(Syarat PD-10)
Sehingga dapat dihitung :

v2
R
100 2
= 5,95.
550

h = 5,95.

(5)

= 108,182 mm < h = 120 mm


Lh = 0,01.h.v

Lh = 0,01 * 108,182 * 100 = 108,182 m

(7)

s =

= 23,5125215

90 Lh
R

90 .108,182
= 5,635 o
3,14 .550
( 2 s ) R
Lc =
(8)
180
(47,1353 2 * 5,635) 550 = 344,110 m
Lc =
180
2
Lh
p=
(9)
R (1 cos s )
6R

Tan 1 =

s =

(6)

Ts = (550 + 0,889) tg 47,1353 + 54,0734 = 294,3806


2

hV
(12)
Xs =
144
108,182. 100
Xs =
= 75,1263 m
144
( R + p)
(13)
E=
R
1
cos
2
550 + 0,889
550 = 51,0207 m
E=

1
cos 47,1353

2
2
Lh
(14)
Ys =
6R

108,182 2
Ys =
= 3,546 meter
6 550

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

4
Titik 100 Elev 3 = Y ' = 478,6150 * (162,5 150) = 3,0331 m
116,1355

Ts=294,3806

Elev 3 = 150 + 3,0331 = 153,0331 m

Dari perhitungan diatas dapat kita peroleh nilai Y


yang dimana merupakan elevasi jalan rel. elevasi tersebut
harus ditambahkan dengan elevasi dasar (elevasi 2). Untuk
hasil perhitungan dapat dilihat dalam tugas akhir penulis. [3]

Ys=3,546 m
E=51,0207 m
p=0.889 m
S
C

Xs= 75,1263

Lc=344,11

k=54,0734 m

Lh=108,182 m

T
R=550

Gambar 3. Skema lengkung horizontal

Alinemen Vertikal
Analisa diawali dengan membagi trase eksisting setiap
50 meter. Dari setiap potongan tersebut dicari elevasi trase
dengan perhitungan perbandingan segitiga antar kontur dan
trase. Untuk lebih jelas mengenai perhitungan dapat dilihat
pada contoh perhitungan dibawah ini:
Contoh perhitungan :
Potongan pada titik 0 - 100 meter.
Diketahui :
Elevasi 1 : + 162,5 m ; Elevasi 2 : + 150 m

Perencanaan Struktur
Pada perencanaan jalan rel ini didesain dengan
kriteria jalan rel kelas I, dengan data-data sebagaimana berikut
: (PD10)

Digunakan R54 dengan,


Berat rel teoritis (W)
: 54,43 kg/m
: 2,345 cm4
Momen inersia searah sumbu X ( I x )
Luas penampang melintang (A)
: 76,87 cm2
Tegangan ijin rel ()
:
1325
kg/cm2
Modulus elastisitas
: 2,1 x 106
2
kg/cm

Passing ton tahunan


: > 20 Juta Ton

Beban gandar
: 18 ton

Lebar sepur
: 1067 mm

Jarak bantalan beton


: 50 cm (max 60cm)

Tebal balas dibawah bantalan


: 25 cm (max 30cm)

Lebar bahu balas


: 50 cm

Tipe penambat
: Pandrol (Elastik)

Sambungan
: las ditempat.
72.20

49.40

Gambar 4. Skema perhitungan elevasi trase


16.00

Titik
(m)
0
50
100

X (m)

X' (m)

493,686828
405,103246
478,615045

173,634329
62,482164
116,135521

Y (m)
30.20

12,5
12,5
12,5

140.00

Gambar 5. Penampang rel R.54

Dari data pada tabel diatas dapat dihitung dengan


menggunakan rumus perbandingan segitiga sebagaimana
berikut :

X Y
=
X' Y'
Elev 3 = Y '=

X
*Y
X'

159.00

Digunakan tipe rel R54 dengan kecepatan rencana 120


km/jam. Tekanan gandar 18 ton, transformasi gaya statis roda
menjadi gaya dinamis roda digunakan persamaan Talbot
sebagai berikut:
V rencana = 120 km/jam
Pd = P + 0,01 P (V-5)
Pd = ( 9 + 0,01. 9. ((120/1.609) 5) ) ton = 19,73707 ton =

(15)

Titik 0 Elev 3 = Y ' = 493,686828 * (162,5 150) = 4,3964 m


173,634329
Elev 3 = 150 + 4,3964 = 154,3964 m
Titik 50 Elev 3 = Y ' = 405,1032 * (162,5 150) = 1,928 m
62,4822
Elev 3 = 150 + 1,928 = 151,928 m

19737,07 kg
=

k
4 E.Ix

180
= 9,777 . 10-3 cm-4
6
4 x 2,1.10 x 2345

(16)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

Mo =

19737,07 kg
Pd
=
= 504673,1 kg cm
4
4 x0,009777cm 1

MI. y
=
Ix

Pengelasan Jalan Rel

(17)

F = E. A. .T
r
6
2,1.10 x76,87 x1,2.10 5 x(48 30)
L=
450

Dimana:
P
V

MI
Y
Ix

: gaya statis roda (ton)


: kecepatan kereta api (mil/jam)
: tegangan yang terjadi pada rel
: 0,85 Mo (akibat super posisi beberapa gandar)
: jarak tepi bawah rel ke garis netral
: momen inersia terhadap sumbu x-x

MI. y
Ix

Untuk mendapatkan panjang minimum rel panjang L > 2L.


Untuk rel R-54 dan menggunakan bantalan beton maka
panjang rel panjang dimana L dapat dihitung dengan
persamaan:
L=

(18)

0,85 * 504673,1 * 5,443


2345

= 995,691 kg/cm2 < tegangan ijin rel 1325 kg/cm2 ... OK


Bantalan

= 77,485 m
Panjang rel minimum rel panjang R-60 dengan bantalan beton
= 2 x 1 = 2 x 77,485 = 154,97 m.
Dibulatkan kelipatan 25 m menjadi 175 m. Untuk
menyambung rel-rel pendek menjadi rel panjang digunakan
las.
Penambat
- Alat penambat elastis : Pandrol clip tipe e-clip e1200
- Daya jepit
: 800 kg/pasang
- Jumlah pandrol tiap 4 m ( jarak gandar )
n=

Diambil data-data bantalan beton prategang spesifikasi


WIKA dengan dimensi sebagaimana berikut:

(19)

400
= 8 pasang
50

Kuat jepit pandrol = 8 x 800 = 6400 kg/pasang


- Gaya yang terjadi pada alat penambat :
a. Akibat pemuaian ( sepanjang daerah muai 175 m )
F1 =

Gambar 6. Dimensi bantalan beton

Panjang bantalan = 2000 mm = 200 cm


Kekuatan material: fc' = 600 kg/cm2
Kemampuan momen yang diijinkan:
- di bawah rel (positif)
= 1500 kg m
- di bawah rel (negatif)
= 750 kg m
- di tengah bantalan (positif)
= 930 kg m
- di tengah bantalan (negatif)
= 660 kg m
Besar momen dari bantalan sebagaimana berikut
Momen pada daerah di bawah rel:
124997,2089 kg cm < momen ijin = 150000 kg cm ....OK
Momen pada daerah tengah bantalan:
-48194,318 kg cm < momen ijin = 66000 kg cm ....OK
Penjelasan lengkap mengenai perhitungan bantalan dapat
dilihat pada buku Tugas Akhir penulis [4].

L.E. A
L

(20)

= 0,0054 * 2,1 .106 * 76,87


175
F 1 = 4981,176 kg
Tiap jarak gandar ( 4 m )
F 1 = 4981,176 x 4 = 113,8555 kg
175
b. Akibat beban roda
(21)
F 2 = f * Pd
f = koefisien geser rel yang tergantung pada kecepatan
kereta api.
V = 120 km/jam f = 0,28
V rencana = 120 km/jam
F 2 = 0,28 [ 9000 + 0,01 . 9000 ((120/1,69) 5)]
F 2 = 0,28 [ 19737,07 ] = 5526,38 kg
Ft = F 1 + F 2
(22)
= 113,855 + 5526,38
= 5640,236 kg < ( kuat jepit 14988 kg ).....OK
Jadi penambat jenis pandrol dapat digunakan.
Perencanaan Balas
Balas atas
Ada 3 perbandingan perhitungan yang digunakan,
1. Menurut Wahyudi (2003) didapatkan hasil dengan tebal
balas minimum 5 cm.
2. Menurut British regulation, didapatkan tebal balas
minimum sebesar 38 cm

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6


3. Standarisasi French didapatkan tebal balas minimal sebesar
55 cm
Dari beberapa metode di atas maka diambil tebal ballas yang
paling maksimum sehingga didapat tebal ballas adalah 0,55 m
Lapisan balas bawah
Untuk perencanaan balas bawah pada jalan rel ini diketahui
data perencanaan sebagai berikut:
Jalan kelas I, beban gandar 18 ton.
Dipakai bantalan beton dengan data sebagai berikut:
Lebar bantalan : 25 cm ; Panjang bantalan : 200 cm
Bantalan dibuat dari beton pratekan dengan mutu beton K600
Modulus elastisitas (E) bantalan
: 6400 600 = 156767,343 kg/cm2
Beban kereta sebagai beban dinamis didapatkan 15745 kg.
Prosentase beban kereta yang membebani adalah 49 %
49 % Pd = 7715,05 kg
=

(9 * 25) /(4 * 156767,34 * 19239,75)

(23)

= 0,0125487
Sedangkan nilai a dan c diberikan pada Gambar 7.
45 cmcm
a = 46,65

c= 53,35
cm
55 cm

Gambar 7. Besar nilai a dan c pada bantalan

1 = 8,551 kg/cm2
d=

1, 35

58 x 1

10

(24)

d = 75,713 cm
d2 = d d1 > 15 cm
Tebal lapisan balas atas ditentukan berdasarkan perhitungan di
atas yaitu setebal 40 cm.
d2 = 75,713 55
= 20,713 cm dipakai d2 = 25 cm
Jarak dari sumbu jalan rel ke tepi atas lapisan bawah
didapatkan sebagai berikut:
Pada sepur lurus 200 cm
Pada tikungan 260 cm
Untuk hasil perhitungan dapat dilihat dalam tugas akhir
penulis. [5]
C. Rencana Anggaran Biaya
daftar harga satuan dan rincian jenis pekerjaan mengacu pada
PM. 83 Tahun 2011 tentang Standart Biaya Kementrian
Perhubungan Tahun Anggaran 2012. Biaya yang dibutuhkan
dalam
pembangunan jalan rel ini sebesar Rp.
1.234.996.723.400,00. Untuk penjelasan lebih nmendetail
mengenai pekerjaan track akan dibahas sebagaimana dalam
tugas akhir penulis [5]

6
II. KESIMPULAN/RINGKASAN
Dari hasil evaluasi, perhitungan perencanaan jalan rel
sebagaimana dijelaskan diatas didapatkan rincian sebagaimana
berikut:
1. Jalan rel trase pasirian-klakah dapat digunakan dengan
adanya penyesuaian desain sebagaimana tertera pada
Ripnas, Paraturan Dinas PJKA, Dan Keputusan Mentri
Perhubungan terbaru.
2. Desain geometri jalan rel yang digunakan adalah dengan
desain trase eksisting. Untuk lebih mendetail mengenai
perhitungan desain geometri jalan rel dapat dilihat pada
tugas akhir penulis. [6]
3. Struktur yang digunakan didapatkan sebagaimana berokut :

Digunakan R54 dengan,

Passing ton tahunan


: > 20 Juta Ton

Beban gandar
: 18 ton

Lebar sepur
: 1067 mm

Jarak bantalan beton


: 50 cm (max 60cm)

Tebal balas dibawah bantalan


: 25 cm (max 30cm)

Lebar bahu balas


: 50 cm

Tipe penambat
: Pandrol (Elastik)

Sambungan
: las ditempat.

Tebal balas atas


: 55 cm

Tebal balas bawah (sub balas)


: 21 cm
Jarak dari sumbu jalan rel ke tepi atas lapisan bawah
didapatkan sebagai berikut:
Pada sepur lurus 200 cm
Pada tikungan 260 cm
4. Dalam perencanaan dihindari perlintasan sebidang
dengan jalan raya, maka desain perlintasan digunakan
overpass /jembatan. Untuk lebih detail bagaimana bentuk
perlintasan yang digunakan dapat dilihat dalam tugas
akhir penulis. [7]
5.
Biaya yang dibutuhkan dalam pembangunan jalan rel ini
sebesar Rp. 362.153.010.000,00.
DAFTAR PUSTAKA
[1]

Anshory,

Irfan. 2009. Perencanaan Struktur Jalan Rel Rantau


Prapat Duri II. Tugas Akhir Di Jurasan Teknik Sipil FTSP ITS.
[2] Bina Marga. 1997. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar
Kota. Jakarta : Bina Marga.
[3] Departemen Perhubungan. 2009. Pengembangan Data Perhubungan
Darat Kabupaten Lumajang. Jakarta : Departemen Perhubungan.
[4] Dodik Teguh, Desain Geometrik, Struktur Beserta Perkiraan Biaya
Perencanaan Jalan Rel Sebagai Alternatif Transportasi Angkutan
Tambang Pasir di Kabupaten Lumajang, belum dipublikasikan.
[5] Menteri Perhubungan, 2011. Peraturan Menteri No. 83 Tahun 2011
(Standart Biaya Kementrian Perhubungan 2012).
[6] Pebiandi, Vicho. 2010. Perncanaan Geometri Rel Kereta Api Trase
Kota Pinang- Manggala Pada Ruas Rantau Prapat Duri II
Provinsi Riau. Tugas akhir di Jurusan Teknik Sipil.
[7] PJKA, 1986. Perencanaan Konstruksi Jalan Rel (PeraturanDinas no.
10).
[8] PJKA, 1986. Penjelasan Perencanaan Konstruksi Jalan Rel
(Penjelasan Peraturan Dinas no.10).
[9] UU, 2007. Perkeretaapian (UU. No. 23 Tahun 2007).
[10] Wahyudi, H. 1985. Jalan Kereta Api (Struktur dan Geometrik Jalan
Rel). Surabaya: Jurusan Teknik Sipil-FTSP ITS
[11] Wahyudi, H. 1993. Jalan Kereta Api (Struktur dan Geometrik Jalan
Rel). Surabaya: Jurusan Teknik Sipil-FTSP ITS
[12] Wahyudi, H. 1997. Teknik Reklamasi. Surabaya: Jurusan Teknik SipilFTSP ITS.

Vous aimerez peut-être aussi