Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Dengan gambaran kondisi yang demikian itu, diharapkan setiap warga Indonesia bisa
menggunakan bahasa yang jelas, singkat, padat dan bersistem agar jalan pikiran orang yang
mendengarnya dapat mengerti dan mudah untuk dipahami dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam penulisan makalah ini penulis akan membahas tentang pengertian bahasa Indonesia
yang baik, cara berbahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari, serta
manfaat penggunaan bahasa Indonesia.
kehidupan sehari-hari.
Dapat menjelaskan manfaat penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN
2
Untuk mempelajari bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari ada dua hal yang
harus diperhatikan, yakni penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan penggunaan bahasa
Indonesia yang benar. Bahasa Indonesia yang baik menurut Suharianto (1978 : 18); Moeliono
(1988 : 19); dan Arifin (1993 : 9) adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan
norma-norma kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya, dalam situasi santai dan akrab seperti
di pasar, di warung kopi, di meja makan saat makan bersama, hendaknya digunakan bahasa
Indonesia yang santai tidak terlalu terikat oleh aturan-aturan atau kaidah-kaidah kebahasaan.
Dalam situasi resmi atau formal, misalnya : dalam kuliah, seminar, pidato, dan lain-lain
hendaknya digunakan bahasa Indonesia ragam formal, yang selalu memperhatikan kaidahkaidah kebahasaan. Itu berarti, bahasa Indonesia yang baik hendaknya memperhatikan situasi
kebahasaan, dimana, kapan, dengan siapa bahasa itu digunakan.
Disisi lain, Arifin (1993 : 10) mengatakan bahwa bahasa Indonesia yang benar adalah
bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan aturan atau kaidah bahasa yang berlaku.
Kaidah bahasa Indonesia meliputi kaidah ejaan, pembentukan kata, penyusunan kalimat,
penyusunan paragraph, dan kaidah penalaran. Jika semua kaidah itu ditaati secara seksama
dan konsisten, pemakaian bahasa Indonesia itu dikatakan benar. Bila sebaliknya, pemakaian
bahasa itu dianggap tidak benar. Dengan demikian, bahasa Indonesia yang baik dan benar
adalah penggunaan bahasa Indonesia yang memperhatikan norma-norma kemasyarakatan
atau situasi yang berlaku. Jika situasi formal, bahasa yang dipakai sesuai dengan kaidah
kebahasaan yang berlaku dan bila situasi non formal cukup digunakan ragam santai atau
ragam non baku.
Dari penjelasan tersebut kita perlu memperhatikan cara penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Sarna seperti yang diketahui dalam kehidupan sehari-hari banyak
masyarakat yang tidak menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Misalnya,
dalam hal berkomunikasi disuatu tempat, masyarakat lebih sering menggunakan bahasa yang
tidak baku dari pada bahasa yang baku. Itu terjadi karena suatu kebiasaan dari kecil atau
faktor dari lingkungan tempat ia tinggal.
2.1
Indonesia yang sesuai dengan tempat terjadinya kontak berbahasa, sesuai dengan siapa lawan
3
bicara, dan sesuai dengan topic pembicaraan. Bahasa Indonesia yang baik tidak selalu perlu
beragam baku. Yang perlu diperhatikan dalam berbahasa Indonesia yang baik adalah
pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian
bahasa. Orang yang mahir menggunakan bahasanya sehingga maksud hatinya mencapai
sasarannya, apa pun jenisnya itu, dianggap berbahasa dengan efektif. Pemanfaatan ragam
yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa itulah yang
disebut bahasa yang baik atau tepat.Bahasa yang harus mengenai sasarannya tidak selalu
perlu beragam baik (Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan, 1988, halaman 19). Jadi jika kita berbahasa benar belum tentu baik untuk
mencapai sasarannya, begitu juga sebaliknya, jika kita berbahasa baik belum tentu harus
benar, kata benar dalam hal ini mengacu kepada bahasa baku. Contohnya jika kita melarang
seorang anak kecil naik ke atas meja, Hayo adek, nggak boleh naik meja, nanti jatuh! Akan
terdengar lucu jika kita menggunakan bahasa baku, Adik tidak boleh naik ke atas meja,
karena nanti engkau bisa jatuh!. Pemakaian bahasa Indonesia yang baik perlu
memperhatikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya. (Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988, halaman 20).
Kalo kita cermati kutipan-kutipan di atas tentang apa itu bahasa Indonesia yang baik,
erat sekali hubungannya dengan ragam bahasa. Berarti untuk lebih memahaminya kita juga
perlu tahu apa saja ragam bahasa yang ada di dalam bahasa Indonesia. Sepertinya perlu
pembahasan tersendiri mengenai hal itu. Jadi yang penting dalam masalah yang baik dan
benar kali ini adalah kita tetap berbahasa sesuai keadaan, situasi, dengan siapa kita
berbicara, dan untuk tujuan apa kita berbahasa.
Penggunaan bahasa dengan baik menekankan aspek komunikatif bahasa. Hal itu
berarti bahwa kita harus memperhatikan sasaran bahasa kita. Kita harus memperhatikan
kepada siapa kita akan menyampaikan bahasa kita. Oleh sebab itu, unsur umur, pendidikan,
agama, status sosial, lingkungan sosial, dan sudut pandang khalayak sasaran kita tidak boleh
kita abaikan. Cara kita berbahasa kepada anak kecil dengan cara kita berbahasa kepada orang
dewasa tentu berbeda. Penggunaan bahasa untuk lingkungan yang berpendidikan tinggi dan
berpendidikan rendah tentu tidak dapat disamakan. Kita tidak dapat menyampaikan
pengertian mengenai jembatan, misalnya, dengan bahasa yang sama kepada seorang anak SD
dan kepada orang dewasa. Selain umur yang berbeda, daya serap seorang anak dengan orang
dewasa tentu saja berbeda. Lebih lanjut lagi, karena berkaitan dengan aspek komunikasi,
maka unsur-unsur komunikasi menjadi penting, yakni pengirim pesan, isi pesan, media
4
penyampaian pesan, dan penerima pesan. Mengirim pesan adalah orang yang akan
menyampaikan suatu gagasan kepada penerima pesan, yaitu pendengar atau pembacanya,
bergantung pada media yang digunakannya. Jika pengirim pesan menggunakan telepon,
media yang digunakan adalah media lisan. Jika ia menggunakan surat, media yang digunakan
adalah media tulis. Isi pesan adalah gagasan yang ingin disampaikan kepada penerima pesan.
Marilah kita gunakan contoh sebuah majalah atau buku. Pengirim pesan dapat berupa
penulis artikel atau penulis cerita, baik komik, dongeng, atau narasi. Isi pesan adalah
permasalahan atau cerita yang ingin disampaikan atau dijelaskan. Media pesan merupakan
majalah, komik, atau buku cerita. Semua bentuk tertulis itu disampaikan kepada pembaca
yang dituju. Cara artikel atau cerita itu disampaikan tentu disesuaikan dengan pembaca yang
dituju. Berarti, dalam pembuatan tulisan itu akan diperhatikan jenis permasalahan, jenis
cerita, dan kepada siapa tulisan atau cerita itu ditujukan.
2.2
harus sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya dalam situasi nonformal
seperti di warung, di pasar, di rumah dan lain- lain hendaknya menggunakan bahasa
Indonesia yang tidak terlalu terikat. Contohnya, Berapa nih, Bu, ikannya ? .
Sedangkan pada situasi formal seperti kuliah, seminar, rapat dan lain- lain, menggunakan
bahasa Indonesia yang resmi dan formal serta memperhatikan kaidah bahasa Indonesia yang
berlaku, seperti kaidah ejaan, kaidah pembentukan kata, kaidah penyusunan kalimat dan
kaidah penataan penalaran. Jika kaidah kaidah bahasa kurang ditaati, maka pemakaian
bahasa Indonesia tersebut tidak benar atau tidak baku. Jadi, berbahasa Indonesia yang baik
dan benar adalah pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan juga mengikuti
kaidah bahasa yang benar. Agar penggunaan bahasa Indonesia dapat digunakan dalam
berkomunikasi di lingkungan masyarakat, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan antara
lain sebagai berikut :
1. Isi atau makna, yaitu berhubungan dengan pikiran, gagasan atau perasaan yang
disampaikan
2. Keadaan pemakaian bahasa, yaitu yang berhubungan dengan suasana tempat, atau
waktu bahasa
5
huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Pernyataan
tersebut adalah pengertian kalimat dilihat dari segi kalengkapan gramatikal kalimat
ataupun makna untuk kalimat yang dapat mandiri, kalimat yang tidak terikat pada
unsure lain dalam pemakaian bahasa.Dalam kenyataan pemakaian bahasa sehari-hari
terutama ragam lisan terdapat tuturan yang hanya terdiri dari atas unsur subjek saja,
predikat saja, objek saja, atau keterangan saja.
3. Kosakata
Dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kita dituntut
untuk memilih dan menggunakan kosa kata bahasa yang benar. Kita harus bisa
membedakan antara ragam bahasa baku dan ragam bahasa tidak baku, baik tulis
maupun lisan. Ragam bahasa dipengaruhi oleh sikap penutur terhadap kawan bicara
(jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembaca (jika dituliskan). Sikap itu antara lain
resmi, akrab, dingin, dan santai. Perbedaan-perbedaan itu tampak dalam pilihan kata
dan penerapan kaidah tata bahasa. Sering pula raga mini disebut gaya. Pada dasarnya
setiap penutur bahasa mempunyai kemampuan memakai bermacam ragam bahasa itu.
Namun, keterampilan menggunakan bermacam ragam bahasa itu bukan merupakan
warisan melainkan diperoleh melalui proses belajar, baik melalui pelatihan maupun
pengalaman. Keterbatasan penguasaan ragam/gaya menimbulkan kesan bahwa
penutur itu kurang luas pergaulannya. Jika terdapat jarak antara penutur dengan
kawan bicara (jika lisan) atau penulis dengan pembaca (jika ditulis), akan digunakan
ragam bahasa resmi atau apa yang dikenal bahasa baku. Makin formal jarak penutur
dan kawan bicara, akan makin resmi dan berarti makin tinggi tingkat kebakuan bahasa
yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula
tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
4. Ejaan
Dalam bahasa tulis kita menemukan adanya bermacam-macam tanda yang
digunakan untuk membedakan arti sekaligus sebagai pelukisan atas bahasa lisan.
Segala macam tanda tersebut untuk menggambarkan perhentian antara , perhentian
akhir, tekanan, tanda Tanya dan lain-lain. Tanda-tanda tersebut dinamakan tanda baca.
Ejaan suatu bahasa tidak saja berkisar pada persoalan bagaimana melambangkan
bunyi-bunyi ujaran serta bagaimana menempatkan tanda-tanda baca dan sebagainya,
tetapi juga meliputi hal-hal seperti: bagaimana memotong-motong suku kata,
bagaimana menggabungkan kata-kata, baik dengan imbuhan-imbuhan maupun antara
kata dengan kata. Pemotongan itu harus berguna terutama bagaimana kita harus
memisahkan huruf-huruf itu pada akhir suatu baris, bila baris itu tidak memungkinkan
7
kita menuliskan seluruh kata di sana. Kecuali itu, penggunaan huruf kapital juga
merupakan unsur penting yang harus diperhatikan dalam penulisan dengan ejaan yang
tepat.Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keseluruhan peraturan bagaimana
menggambarkan lambing-lambang bunyi-ujaran dan bagaimana inter-relasi antara
lambang-lambang itu (pemisahannya, penggabungannya) dalam suatu bahasa disebut
ejaan.
5. Makna
Pemakaian bahasa yang benar bertalian dengan ketepatan menggunakan kata
yang sesuai dengan tuntutan makna.Misalnya, dalam bahasa ilmu tidak tepat
digunakan kata-kata yang bermakna konotatif (kata kiasan tidak tepat digunakan
dalam ragam bahasa ilmu).Jadi, pemakaian bahasa yang benar adalah pemakaian
bahasa yang sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa.Kriteria pemakaian bahasa yang
baik adalah ketepatan memilih ragam bahsa yang sesuai dengan kebutuhan
komunikasi. Pemilihan ini bertalian dengan topik apa yang dibicarakan, tujuan
pembicaraan, orang yang diajak berbicara (kalau lisan) atau orang yang akan
membaca (kalau tulis), dan tempat pembicaraan. Selain itu, bahasa yang baik itu
bernalar, dalam arti bahwa bahasa yang kita gunakan logis dan sesuai dengan tata
nilai masyarakat kita.
kita, kita ingin mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain
membeli hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau
khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita.Kita menggunakan bahasa dengan
memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita. Pada saat
menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, antara lain kita juga mempertimbangkan
apakah bahasa yang kita gunakan mudah dipahami orang lain atau tidak. Oleh karena
itu, seringkali kita mendengar istilah bahasa yang komunikatif.Misalnya, kata
makro hanya dipahami oleh orang-orang dan tingkat pendidikan tertentu, namun kata
besar atau luas lebih mudah dimengerti oleh masyarakat umum.Kata griya, misalnya,
lebih sulit dipahami dibandingkan kata rumah atau wisma. Dengan kata lain, kata
besar, luas, rumah, wisma, dianggap lebih komunikatif karena bersifat lebih umum.
Sebaliknya, kata-kata griya atau makro akan memberi nuansa lain pada bahasa kita,
misalnya, nuansa keilmuan, nuansa intelektualitas, nuansa tradisional.
2. Mempermudah kita untuk berintegrasi dan beradaptasi secara social
Bahasa disamping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula
manusia
memanfaatkan
pengalaman-pengalaman
mereka,
mempelajari
dan
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari uraian diatas kita dapat mengambil kesimpulan, yaitu :
10
1. Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang pemakaiannya sesuai
dengan situasi dan kondisi dengan memperhatikan pemakaian ragam bahasa yang
serasi dengan sasarannya.
2. Cara menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari adalah dengan
menggunakan bahasa yang baku sesuai dengan kaidah ejaan atau ejaan yang
disempurnakan.
3. Manfaat yang kita peroleh dari penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar
adalah mempermudah dalam berkomunikasi dan dapat mempermudah dalam
beradaptasi di lingkungan bermasyarakat.
3.2
Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, kita harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan bahasa yang baku sesuai dengan
kaidah ejaan atau ejaan yang disempurnakan.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. 2007. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi-2. Jakarta: Balai Pustaka.
Arifin, Zaenal. 1993. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akapress.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
11
Jakarta: Gramedia.
Gorys, Keraf. 1997. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesai.
Labow, W. 1972. Sosiolinguistic Pateerns. Philadelpia Universuty of Pennsilvania Press.
Moeliono, Anton. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Suharianto, Dendy. 1978. Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta: Priastu.
12