Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Enggar Gumelar
102011101008
Dokter Pembimbing:
dr. H. Sugeng Budi R., Sp. PD
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
DAFTAR ISI
4
4
6
8
8
9
9
8
9
15
16
16
17
17
18
24
25
27
38
BAB I
PENDAHULUAN
Glukosa merupakan bahan bakar utama metabolisme untuk otak. Otak hanya menyimpan
glukosa dalam bentuk glikogen dalam jumlah yang sangat sedikit. Fungsi otak yang normal sangat
tergantung asupan glukosa dari sirkulasi. Gangguan asupan glukosa yang berlangsung lebih dari
beberapa menit dapat menimbulkan disfungsi sistem sarag pusat, gangguan kognitif dan koma.
2
Pada individu normal yang sehat, hipoglikemia yang sampai menimbulkan gangguan
kognitif yang bermkna tidak terjadi karena mekanisme hemeostasis glukosa endogen berfungsi
dengan efektif. Secara klinis masalah hipoglikemia timbul karena pada diabetes dan akibat terapi
mekanisme homeostasis endogen tersebut terganggu. Hipoglikemia pada pasien diabetes tipe 1 dan
tipe 2 merupakan faktor penghambat dalam mencapai sasaran kendali glukosa darah normal.
Dokter harus memahami benar tentang hal ini dan pasien diabetes beserta keluarganya diberi
informasi tentang masalah hipoglikemia.
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama
: Ny. Hotijah
Usia
: 53 tahun
Alamat
Pekerjaan
Status Marital
: Menikah
Pendidikan
: SMA
Suku
: Jawa
3
Agama
: Islam
No. RM
: 03.62.58
Tanggal MRS
: 10 Agustus 2014
Tanggal Periksa
Tanggal KRS
: 12 Agustus 2014
2.2 Anamnesis
Autoanamnesis dan heteroanamnesisn dilakukan kepada pasien dan cucu pasien pada
tanggal 11 Juni 2014 di Ruang Melati RSD dr. Soebandi Jember.
2.2.1
Keluhan Utama
Penurunan Kesadaran
2.2.2
-
2.2.3
2.2.4
2.2.5
Riwayat Pengobatan
Sebelumnya pasien telah kontrol ke poli penyakit dalam RSUD dr. Soebandi sebanyak 2 kali
untuk diabetesnya.
2.2.6
2.2.7
menurun, sehingga pasien jarang makan tepat waktu dan sedikit. Pasien bukan peminum
alkohol. Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang
2.2.8
Anamnesis Sistem
-
Sistem kardiovaskular
Sistem pernapasan
Sistem gastrointestinal
Sistem urogenital
Sistem integumentum
Sistem muskuloskeletal
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum
: Cukup
Kesadaran
Vital Sign
: TD
: 200/100 mmHg
: 20 x/menit
suhu : 36.3oC
2.3.2
Pernapasan
Kulit
Kelenjar limfe
Otot
: dbn
Tulang
Status Gizi
Pemeriksaan Khusus
a. Kepala
5
Bentuk
: normosefal
Rambut
Mata
: -/-
eksoftalmus
: -/-
refleks cahaya
Hidung
: sekret (-), bau (-), pernapasan cuping hidung (-), darah (-)
Telinga
Mulut
Bibir
Lidah
: candidiasis (-)
b. Leher
-
KGB
Tiroid
JVP
: Tidak meningkat
c. Thorax
1. Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
2. Pulmo
:
DEXTRA
SINISTRA
Inspeksi:
Retraksi (-)
Gerak nafas tertinggal (-)
Inspeksi:
Retraksi (-)
Gerak nafas tertinggal (-)
Palpasi:
Fremitus raba (n)
Deviasi trakea (-)
Nyeri tekan (-)
Palpasi:
Fremitus raba (n)
Deviasi trakea (-)
Nyeri tekan (-)
Perkusi:
Sonor
Perkusi:
Sonor
6
Auskultasi:
Vesikuler (+)
Ronkhi (-)
Wheezing (-)
Auskultasi:
Vesikuler (+)
Ronkhi (-)
Wheezing(-)
d. Abdomen
-
Inspeksi
: Cembung
Perkusi
: tympani normal
Palpasi
e. Ekstremitas
-
Superior
Inferior
HASIL
PEMERIKSA
AN
NILAI
NORMAL
SATUAN
HB
13,5
12,0 16,0
gr/dL
LEUKOSIT
11,1
4,5 11.0
109/L
HEMATOKRIT
40,3
36 - 46
TROMBOSIT
384
150 - 450
109/L
SGOT
17
10 - 31
U/L (370C)
SGPT
18
9 - 36
U/L (370C)
26
< 200
mg/dL
139,1
135 - 155
FAAL HATI
GULA DARAH
GLUKOSA
SEWAKTU
ELEKTRO
LIT
NATRIUM
mmol/L
7
KALIUM
3,55
3.5 5.0
mmol/L
CHLORIDA
105,4
90 - 110
mmol/L
CALSIUM
2,24
2.15 2.57
mmol/L
0,8
0.5 1.1
mg/dL
BUN
16
6 - 20
mg/dL
UREA
35
26 - 43
g/24 h
ASAM URAT
4,1
2.0 5.7
mg/dL\
FAAL GINJAL
KREATIN
SERUM
2.4.2
2.5 Resume
Anamnesis: Seorang wanita usia 53 tahun mendadak mengalami penurunan kesadaran ketika
meminum obat diabetes. Pasien mengaku tidak selera makan selama 4 hari tetapi masih tetap
meminum obat anti diabetesnya, kemudian pasien dibawa ke IGD RSUD dr. Soebandi Jember
8
pukul 19.00. Pasien tidak mengeluh mual, muntah maupun kejang. Pasien mengaku tidak
meminum-minuman keras
Pemeriksaan penunjang: Leukositosis, Gula darah turun drastic (26mg/dL), HCT, Hasil foto
dada kardiomegali.
2.7 Penatalaksanaan
Monitoring: Observasi vital sign pasien
Planing diagnostik
Pemeriksaan darah lengkap, faal hepar, gula darah,EKG,TF .
Medikamentosa H1 MRS
Inf RL 20 tpm
Inj. Omeprazole 2 x 1
p/o Amlodipin 5 mg 1 x 1
p/o Valsartan 80 mg 2 x 1
Inj. D40% (K/P)
Planing edukasi
Istirahat yang cukup
Menjelaskan tentang penyakit yang diderita pasien kepada keluarga penyebab, perjalanan
penyakit, perawatan, prognosis, komplikasi serta usaha pencegahan komplikasi
Pemenuhan kebutuhan gizi
Menjaga kondisi lingkungan sekitar pasien agar mendukung penyembuhan pasien seperti
memberikan minuman air gula bila pasien lemas dan berkeringat.
2.8 Prognosis
at bonam
2.9 Follow Up
9
10 Agustus 2014
a. Subjektif
Kesadaran Menurun saat di IGD
RPS: Pasien mendadak mengalami penurunan
Pasien mengaku tidak selera makan selama 4 hari tetapi masih tetap meminum obat anti
diabetesnya, kemudian pasien dibawa ke IGD
Objektif
Kesan umum: cukup, kesadaran kompos mentis, GCS 2-2-3 4-5-6
VS: TD= 200/100 mmHg, N= 100 x/m, RR= 20 x/m, T.Ax= 36,3 C
K/L: a/i/c/d = -/-/-/Thorax:
Cor: IC tidak tampak, IC tidak teraba, redup, S1S2 tunggal
Pulmo: simetris, retraksi -/-, Fremitus raba normal/normal, vesikular +/+, rhonki -/-,
b.
-
wheezing -/Abdomen: Cembung, Bising usus (+) 8x/m, timpani normal, soepel.
Ekstremitas: akral hangat 4 ekstremitas, oedem (-) 4 ekstremitas.
a. Asessment
Penurunan Kesadaran ec Hipoglikemia+ Hipertensi Grade 2
b. Planning
c. Inf RL 20 tpm
inj D40% 4 fl (dari IGD, GDA 26 196)
inj Omeprazole 2 x 1
p/o Amlodipin 5mg 1x1A/P dr.Sp.S :
Pemeriksaan
11
10/08/20
14
Nilai Normal
Agustus
Gula Darah
2014
a.
Glukosa sewaktu
196
<200 mg/dl
Subjektif
Objektif
Kesan umum: cukup, kesadaran kompos mentis, GCS 4-5-6
VS: TD= 180/100 mmHg, N= 86 x/m, RR= 20 x/m, T.Ax= 36,5 C
K/L: a/i/c/d = -/-/-/Thorax:
10
soepel.
- Ekstremitas: akral hangat 4 ekstremitas, oedem (-) 4 ekstremitas.
c. Asessment
Penurunan Kesadaran ec Hipoglikemia+ Hipertensi Grade 2
d.
-
Planning
inj D40% 4 fl Stop
inj Omeprazole Stop
p/o Amlodipin 5mg 1x1
p/o Valsartan 80 mg 2x1
Pemeriksaan
12
a.
11/08/20
14
Nilai Normal
Agustus
Gula Darah
Glukosa sewaktu
78
<200 mg/dl
2014
Subjektif
c.
Objektif
Kesan umum: cukup, kesadaran kompos mentis, GCS 4-5-6
VS: TD= 140/80 mmHg, N= 70 x/m, RR=18 x/m, T.Ax= 36,4 C
K/L: a/i/c/d = -/-/-/Thorax:
Cor: IC tidak tampak, IC tidak teraba, redup, S1S2 tunggal
Pulmo: simetris, retraksi -/-, Fremitus raba normal/normal, vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/Abdomen: Flat, Bising usus (+) 12x/m, timpani normal, hepatomegali (-), soepel.
Ekstremitas: akral hangat 4 ekstremitas, oedem (-) 4 ekstremitas.
Asessment
Penurunan Kesadaran ec Hipoglikemia+ Hipertensi Grade 2
d.
-
Planning
Inf RL 20 tpm
p/o Amlodipin 5mg 1x1
p/o Valsartan 80 mg 2x1
Pemeriksaan
12/08/20
14
Nilai Normal
Gula Darah
Glukosa sewaktu
11
200
<200 mg/dl
BAB III
PEMBAHASAN LAPORAN KASUS
Textbook
1.Triad Whipple meliputi:
Keluhan
adanya
kadar
Klinis Pasien
Anamnesis: Seorang wanita usia
53 tahun mendadak mengalami
penurunan
rendah.
darah
Kadar
yang
glukosa
rendah
kesadaran
ketika
(<3
cepat
sesudah
2.Gejala
IGD
keluhan
otonom
seperti
RSUD
dr.
Soebandi
berkeringat,
jantung
berdebar-debar,
tremor,
lapar.
3.Gejala
neuroglikopenik
seperti
inkoordinasi,
perilaku
kejang.
mengaku
tidak
Pasien
meminum-
minuman keras
bingung,
maupun
mual
sakit
kepala.
4.Malaise seperti mual dan
sakit kepala.
12
Pemeriksaan Penunjang
a. Gula darah sewaktu
metil
Pemeriksaan penunjang:
prednisolon
1. Planning
Inf RL 20 tpm
2.
Inj. Omeprazole 2 x 1
Pemberian
diteruskan
GDA
menurun.
Terapi
Terapi
1..Injeksi
Pemeriksaan Penunjang
dekstrosa
dengan
infus
p/o Amlodipin 5 mg 1 x 1
p/o Valsartan 80 mg 2 x 1
Obat
blocking
penghambat
selektif
Beta
digunakan
dengan aman
3.Injeksi
glukosa
40%
intravena 25 mL
1
Bila
1 flash dapat
flas
kadar
meningkatka
glukosa
60-90
glukosa
mg/dL
Bila
50 mg/dL.
2
flas
kadar
glukosa
25-
Kadar
glukosa yang
30-60
diinginkan >
120 mg/dL
mg/dL
Bila
flas
kadar
glukosa
<
kadar
30
13
mg/dL
14
BAB 4
PEMBAHASAN HIPOGLIKEMI
4.1 Definisi
Hipoglikemia (Hypoglycemia), merupakan suatu keadaan dimana kadar
glukosa/gula darah rendah atau berada di bawah level normal. Glukosa, yang
merupakan sumber energi penting bagi tubuh utamanya berasal dari makanan dan
karbohidrat. Nasi, kentang, roti, susu, buah-buahan dan permen adalah beberapa
dari sekian banyak makanan yang kaya akan karbohidrat.
Setelah makan, glukosa akan diserap ke dalam aliran darah untuk
selanjutnya dibawa ke sel-sel tubuh. Insulin, hormon yang diproduksi oleh
pankreas, akan membantu sel mengubah glukosa menjadi energi. Jika pada suatu
waktu Anda mengonsumsi glukosa melebihi jumlah yang dibutuhkan tubuh, maka
tubuh akan menyimpan glukosa yang berlebih tersebut di dalam hati dan otot
dalam bentuk yang disebut sebagai glikogen. Tubuh akan menggunakan glikogen
untuk energi ketika dibutuhkan, misalnya di antara waktu makan. Glukosa yang
15
berlebih juga dapat diubah menjadi lemak dan disimpan di dalam sel lemak.
Lemak juga bisa digunakan untuk energi.
Ketika kadar gula dalam darah mulai turun, hormon lain yang diproduksi
oleh pankreas yaitu glukagon akan memecah glikogen dan melepaskan glukosa ke
dalam aliran darah untuk menormalkan kembali kadar gula dalam darah. Pada
sebagian orang dengan diabetes, respon glukagon terhadap hipoglikemia
terganggu dan hormon-hormon lain seperi epinefrin (juga disebut adrenalin) dapat
meningkatkan kadar glukosa dalam darah. Tapi penderita diabetes yang dirawat
dengan suntikan insulin, anti diabetes yang meningkatkan produksi insulin, kadar
glukosa darah tidak dapat kembali ke level normal dengan cepat.
Hipoglikemia dapat terjadi secara tiba-tiba. Biasanya bersifat ringan, tidak
membahayakan dan bisa ditangani dengan cepat dan mudah hanya dengan makan
atau minum makanan yang kaya akan glukosa. Namun jika tidak ditangani,
hipoglikemia bisa memburuk dan menyebabkan penderitanya mengalami perasaan
bingung, canggung, hingga pingsan. Bahkan hipoglikemia berat dapat
menyebabkan kejang, koma dan bahkan kematian.
Pada orang dewasa dan anak-anak diatas usia 10 tahun, hipoglikemia
sebenarnya jarang terjadi kecuali sebagai akibat efek samping dari pengobatan
diabetes. Di luar itu, hipoglikemia juga bisa terjadi karena penggunaan obat lain,
kekurangan hormon atau enzim, atau karena adanya kondisi kesehatan lain seperti
tumor.
4.2 Epidemiologi
Karena definisi yang digunakan berbeda perbandingan kekerapan kejadian
hipoglikemia dari berbagai studi harus dilakukan dengan hati-hati. Sangat
bermanfaat untuk mencatat kekerapan kejadian hipoglikemia agar pengaruh
berbagai regimen terapi terhadap timbulnya hipoglikemia dan ciri-ciri klinik yang
menyebabkan pasien beresiko dapat dibandingkan. Dalam The Diabetes Control
and Complication Trial (DCCT) yang dilaksanakan pada pasien diabetes tipe 1,
kejadian hipoglikemia berat tercatat pada 60 pasien/tahun pada kelompok yang
mendapat terapi insulin intensif dibandingkan dengan 20 pasien/tahun pada pasien
16
disebabkan oleh insulin, konsentrasi keton di plasma tertekan dan mungkin tidak
mencapai kadar yang cukup di SSP, sehingga tidak dapat dipakai sebagai sumber
energy alternative.1
Pada individu yang mengalami hipoglikemia, respon fisiologi terhadap
glukosa darah tidak hanya membatasi makin parahnya metabolisme glukosa,
tetapi juga menghasilkan berbagai keluhan dan gejala yang khas. Petugas
kesehatan, pasien dan keluarganya belajar mengenai keluhan dan gejala tersebut
sebagai episode hipoglikemia dan dapat segera melakukan tindakan-tindakan
koreksi dengan memberikan glukosa oral atau bentuk karbohidrat refined yang
lain. Kemampuan mengenali gejala awal sangat penting bagi pasien diabetes yang
mendapat terapi insulin yang ingin mencapai dan mempertahankan kadar glukosa
darah normal atau mendekati normal. Terdapat keluhan yang menonjol diantara
pasien maupun pada pasien itu sendiri pada waktu yang berbeda. Walaupun
demikian pada umumnya keluhan biasanya timbul dalam pola tertentu, sesuai
komponen fisiologis dan respon fisiologis yang berbeda.1
Tabel 3. Keluhan dan gejala hipoglikemia akutyang sering dijumpai pada pasien
diabetes.1.3
Otonomik
Berkeringat
Neuroglikopenik
Bingung
Malaise
Mual
Jantung berdebar
Mengantuk
Sakit kepala
Tremor
Sulit berbicara
Lapar
Inkoordinasi
Perilaku yang berbeda
Gangguan visual
Parestesi
Pada pasien diabetes yang masih relative baru, keluhan dan gejala yang
terkait dengan system saraf otonomik seperti palpitasi, tremor, atau berkeringat
18
yang lebih menonjol dan biasanya mendahului keluhan dan gejala disfungsi
serebral yang disebabkan oleh neuroglikopeni, seperti gangguan konsentrasi atau
koma. Sakit kepala dan mual mungkin bukan merupakan keluhan malaise yang
khas. Pada pasien diabetes yang lama intensitas keluhan otonomik cenderung
berkurang atau menghilang. Hal tersebut menunjukkan kegagalan yang progresif
aktivasi system saraf otonomik. 1
Palpitation
19
20
dan sesudah 5 tahun hampir semua pasien mengalami gangguan atau kehilangan
respon. Penyebabnya sampai saat ini belum diketahui pasti tetapi tampaknya tidak
berkaitan dengan neuropati otonomik atau kendali glukosa darah yang ketat. Sel
alfa secara selektif gagal mendeteksi adanya hipoglikemia dan tidak dapat
menggunakan hipoglikemia sebagai rangsangan untuk mensekresi glukagon,
walaupun sekresi yang glukagon masih dapat dirangsang oleh perangsang lain
seperti alanin. Hipotesis yang paling meyakinkan adalah gangguan tersebut timbul
akibat terputusnya paracrine-insulin cross-talk didalam islet cell, akibat produksi
insulin endogen yang turun.1
Pada diabetes yang sudah lama sering dijumpai respon simpatoadrenal yang
berkurang walaupun dengan tingkat gangguan yang bervariasi. Respon epinefrin
terhadap rangsangan yang lain, seperti latihan jasmani tampaknya normal. Seperti
pada gangguan respon glukagon, kelainan tersebut merupakan kegagalan
mengenal hipoglikemia yang selektif.1
Pasien diabetes dengan respon glukagon dan epinefrin yang berkurang
paling rentan terhadap hipoglikemia. Hal tersebut terkait dengan hipoglikemia
yang tidak disadari karena hilangnya glucose counter regulation dan gangguan
respon simpatoadrenal.1
2 Hipoglikemia yang tidak disadari
Merupakan masalah yang sering terjadi pada pasien diabetes yang mendapat
terapi insulin. Segi epidemiologis melaporkan sekitar 25% pasien DMT 1
mengalami kesulitan mengenal hipoglikemia yang menetap atau berselang seling.
Kemampuan mengenal hipoglikemia mungkin tidak absolute dan keadaan
hipoglikemia unawareness yang parsial juga dijumpai. Dari sekitar 25% pasien
yang
sebelumnya
menyatakan
dirinya
tidak
mengalami
hipoglikemia
21
berat dan cara penanggulangannya. Berbagai keadaan klinis yang terkait dengan
hipoglikemia yang tidak disadari dapat dilihat dalam tabel 4.1
Tabel 4. Keadaan klinis yang terkait dengan hipoglikemia yang tidak
disadari (Heller, 2003)
Keadaan klinis
Diabetes yang lama
Kendali metabolic yang ketat
Kemungkinan mekanisme
Tidak diketahui
Hipoglikemia
yang
berulang
Alcohol
Episode nocturnal
gangguan
utama
transmisi
neuron
Penekanan respon otonomi respon
Gangguan kognisi
Tidur menyebabkan gejala awal
simpatoadrenal
Kemampuan abstrak belum cukup
Perubahan perilaku
Gangguan kognisi
Respon otonomik berkurang
Sensitivitas adrenergic berkurang
Usia lanjut
jalur
Alkohol
Pasien dan kerabatnya harus diberi informasi tentang potensi bahayanya
22
3. Bila belum sadar, dilanjutkan infus maltosa 10% atau glukosa 10%
kemudian diulang 25 cc glukosa 40% sampai penderita sadar.
4. Injeksi metil prednisolon 62,5 125 mg intravena dan dapat diulang.
Dapat dikombinasi dengan injeksi fenitoin 3 x 100 mg intravena atau
fenitoin oral 3 x 100 mg sebelum makan.
5. Injeksi efedrin 25 -50 mg (bila tidak ada kontra indikasi) atau injeksi
glukagon 1 mg intramuskular. Kecepatan kerja glukagon sama dengan
24
25
Kadar glukosa darah yang dibawah 70 mg/dL pada saat gejala terjadi, dan normal
kembali setelah makan, maka mengkonfirmasikan diagnosis hipoglikemia. Tes
toleransi glukosa oral tidak lagi digunakan untuk mendiagnosis hipoglikemia
reaktif karena pemeriksaan ini dianggap malah memicu gejala hipoglikemik.
Penyebab dan pengobatan
Penyebab sebagian besar kasus hipoglikemia reaktif masih diperdebatkan
hingga kini. Beberapa peneliti menyebutkan bahwa orang-orang tertentu mungkin
lebih sensitif terhadap hormon-hormon normal tubuh seperti epinefrin, yang
menyebabkan banyaknya muncul gejala hipoglikemia. Sedangkan peneliti lainnya
menyakini bahwa hipoglikemia reaktif disebabkan karena minimnya sekresi
26
27
Obat-obatan
Obat-obatan, termasuk beberapa jenis obat yang digunakan untuk mengobati
diabetes, menjadi penyebab hipoglikemia yang paling umum. Obat lain yang
dapat menyebabkan hipoglikemia, antara lain:
Jika menggunakan obat akan menyebabkan kadar glukosa darah Anda turun, maka
dokter mungkin akan menghentikan, menggantikan atau mengubah dosisnya.
Minuman beralkohol
Minum minuman beralkohol dapat menyebabkan hipoglikemia. Kerusakan tubuh
akibat alkohol akan menyebabkan terganggunya fungsi hati dalam menaikkan
kadar glukosa darah. Hipoglikemia yang disebabkan karena minum alkohol bisa
berakibat fatal dan serius.
Penyakit kritis
Beberapa jenis penyakit yang mempengaruhi hati, jantung atau ginjal dapat
menyebabkan hipoglikemia. Sepsis, yang merupakan infeksi berat, dan kelaparan
adalah penyebab lain dari hipoglikemia. Dalam kasus ini, mengobati penyakit atau
penyebab lainnya akan mengatasi hipoglikemia.
Kekurangan hormone
Kekurangan hormon dapat menyebabkan hipoglikemia pada anak-anak kecil,
tetapi jarang terjadi pada orang dewasa. Kekurangan kortisol, hormon
pertumbuhan, glukagon, atau epinefrin dapat menyebabkan hipoglikemia puasa.
Pemeriksaan laboratorium terhadap kadar hormon akan menentukan diagnosis dan
pengobatannya. Bila memang itu penyebabnya, maka mungkin akan dilakukan
terapi pengganti hormon.
28
Tumor
Insulinomas adalah insulin-producing tumor pada pankreas. Insulinomas dapat
menyebabkan hipoglikemia dengan meningkatkan kadar insulin terlalu tinggi
dalam kaitannya dengan kadar glukosa darah. Tumor ini jarang terjadi dan
biasanya tidak menyebar ke bagian tubuh lain. Uji laboratorium dapat
menentukan penyebab pastinya. Pengobatan dimulai dari langkah jangka pendek
untuk mengatasi hipoglikemia dan tindakan medis untuk mengangkat tumor.
Kondisi yang terjadi pada masa bayi dan kanak-kanak.
Anak-anak jarang mengalami hipoglikemia. Jika mereka mengalaminya,
penyebabnya mungkin :
Defisiensi
enzim
yang
mempengaruhi
metabolisme
karbohidrat.
* Alat pengukur gula darah pribadi tidak bisa digunakan untuk mendiagnosis
hipoglikemiareaktif.
29
glukoneogenesis
merupakan
mekanisme
hipoglikemia
utama.
kerja
anti-insulin,
oleh
karena
berkurangnya
perangsangan
30
menekan
glukoneogenesis
melalui
penghambatan
enzim
bayi
(-ketoacid
oxidase
deficiency)
bertanggungjawab
terhadap
dari
pengurangan
ketersediaan
prekursornya
juga
merupakan
kemungkinan mekanisme. Penyakit ini sering disebut maple syrup urine disease
atau branched chain ketoaciduria (BCKA), adalah suatu autosomal recessive.
Karakteristik ini dilaporkan pada 1 dari 300.000 kelahiran hidup. Manifestasi
klinik termasuk gangguan pertumbuhan, muntah, hipertonisitas, lemah, apnea, dan
kejang-kejang. Gangguan neurologik berasal dari penumpukan metabolite pada
sistem syaraf dari pada terhadap defek enzim per se. Pembatasan makanan yang
mengandung asam amino yang tidak sesuai bisa memperlambat penyakit ini,
tetapi pemberian diet tidak praktis.
32
33
34
Tes glukagon mungkin lebih aman dari tantangan dengan tolbutamid oleh
karena ia menghindari kemungkinan induksi hipoglikemia berat. Kadar insulin
plasma secara bermakna meningkat pada orang normal yang menerima 1 mg
glukagon intramuskular (mis. kadar mencapai 200 U/ml pada 5-10 menit), tetapi
nilai yang dicapai pasien dengan insulinoma lebih besar. Tes glukagon dan
tolbutamid lebih berguna dari pada tantangan leusin dalam menegakkan diagnosis
insulinoma.
Tes toleransi glukosa tidak berguna pada diagnosis banding fasting
hypoglycemia, tetapi amat membantu dalam membedakan beberapa tipe
nonfasting (reactive) hypoglycemia.
Pada penanggulangan kedaruratan seperti diutarakan diatas, pendekatan
terbaik adalah memberikan glukosa intravena. Pada beberapa kasus pemberian
glukagon intramuskular membantu jika tersedia glikogen cadangan.
70-99 mg/dL
Setelah makan
70-140 mg/dL
Target glukosa darah pada orang dengan diabetes
Sebelum makan
70-130 mg/dL
Sumber:AmericanDiabetesAssociation.StandardsofMedicalCarein
Diabetes2008.DiabetesCare.2008;31:S12S54.
Untuk orang dengan diabetes, glukosa darah di bawah 70 mg/dL adalah
hipoglikemia
35
DAFTAR PUSTAKA
1
Sudoyo, A, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V. Jakarta:
Internal Publishing
AmericanDiabetesAssociation.StandardsofMedicalCareinDiabetes
2008.DiabetesCare.2008;31:S12S54.
http://www.drugs.com/cg/non-diabetic-hypoglycemia.html
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3388042/
www.nlm.nih.gov/medlineplus/tutorials/hypoglycemia/db099105.pdf
36
37