Vous êtes sur la page 1sur 4

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS

NOMOR : 012/PER/DIR/II/2012
TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI KAMAR OPERASI
RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS
DIREKTUR RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS
Menimbang

: a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Royal Progress,
maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan Instalasi Kamar Operasi yang
bermutu tinggi;
b. bahwa agar pelayanan Instalasi Kamar Operasi di Rumah Sakit Royal Progress
dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan Direktur Rumah Sakit
Royal Progress sebagai landasan bagi penyelenggaraan pelayanan Instalasi
Kamar Operasi di Rumah Sakit Royal Progress;
c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas perlu ditetapkan Kebijakan
Pelayanan Instalasi Kamar Operasi Rumah Sakit Royal Progress dengan
Peraturan Direktur Rumah Sakit Royal Progress.

Mengingat

: 1.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 Tentang Rumah


Sakit;

2.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 Tentang


Klasifikasi Rumah Sakit;

3.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 147/MENKES/PER/I/2010 Tentang


Perijinan Rumah Sakit;

4.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No.HK.07.06/III/4437/09 Tentang Pemberian


Ijin Penyelenggaraan Perpanjangan (I) Kepada Yayasan Sejahtera Progress
untuk Menyelenggarakan Rumah Sakit Royal Progress;

5.

Keputusan Ketua Badan Pengurus Yayasan Sejahtera Progress Nomor


11/YSP/KHU/VIII/2010 tahun 2010 Tentang Struktur Organisasi Rumah Sakit
Royal Progress;

6.

Keputusan Ketua Badan Pengurus Yayasan Sejahtera Progress Nomor


021/YSP/10/ 2007 tahun 2007 Tentang Penunjukan Direktur Royal Progress
International Hospital.
MEMUTUSKAN:

Menetapkan :
Pertama

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS TENTANG


KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI KAMAR OPERASI RUMAH SAKIT
ROYAL PROGRESS.

Kedua

Dengan diberlakukannya Peraturan ini, maka Surat Keputusan Direktur Nomor


050/SK/DIR/VIII/2010 Tentang Kebijakan Pelayanan Instalasi Kamar Operasi
dinyatakan tidak berlaku.

Ketiga

Kebijakan Pelayanan Instalasi Kamar Operasi Rumah Sakit Royal Progress


sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kesatu sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Keputusan ini.

Keempat

Kebijakan Pelayanan Instalasi Kamar Operasi Rumah Sakit Royal Progress


sebagaimana dimaksud dalam Diktum Ketiga harus dijadikan acuan dalam
menyelenggarakan pelayanan Instalasi Kamar Operasi Rumah Sakit Royal Progress.

Kelima

Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di J a k a r t a
Pada tanggal 10 Februari 2012
Direktur,

Dr. Djoti Atmodjo, SpA , MARS

Lampiran
Peraturan Direktur RS Royal Progress
Nomor : 012/PER/DIR/II/2012
Tanggal : 10 Februari 2012

KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI KAMAR OPERASI


RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS

1. Kepada setiap pasien yang akan dilakukan tindakan operasi harus dilaksanakan informed consent
dan mendapat persetujuan tertulis.
2. Pelayanan di Instalasi Kamar Operasi harus selalu mengacu pada prinsip pengendalian dan
pencegahan infeksi untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
3. Setiap pasien saat tiba di Instalasi Kamar Operasi harus dilakukan pemeriksaan identifikasi
meliputi :
Identitas pasien
Jenis operasi
Lokasi yang akan dioperasi
Persetujuan tertulis
4. Setiap perluasan operasi harus mendapatkan persetujuan tertulis dari keluarga / penanggung jawab
pasien.
5. Bila terjadi bencana / hospital disaster plan, kamar operasi siap untuk berperan di dalam
penanggulangannya.
6. Instalasi Kamar Operasi wajib membuat jadwal operasi, baik elektif maupun cito, dan segera
menyampaikan informasi kepada pasien atau keluarganya / penanggung jawabnya bila ada
penundaan atau perubahan jadwal operasi.
7. Pelayanan anestesi (termasuk sedasi moderat dan dalam) harus memberikan tindakan medis yang
aman, efektif, berperikemanusiaan dan memuaskan bagi pasien berdasarkan ilmu kedokteran
mutakhir dan teknologi tepat guna dengan mendayagunakan SDM berkompeten dan profesional,
menggunakan peralatan dan obat obatan yang sesuai standar, pedoman dan rekomendasi profesi
anestesiologi.
8. Tim pengelola pelayanan anestesi yang bersumber dari luar Rumah Sakit harus diseleksi
berdasarkan persetujuan rekomendasi Direktur Rumah Sakit dan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
9. Dokter anestesi wajib membuat laporan anestesi pada rekam medis pasien.
10. Selama tindakan anestesi sampai dengan periode pemulihan pasca operasi dilakukan tindakan
monitoring status fisiologis yang sesuai dengan anestesi yang digunakan dan kondisi pasien.

11. Setiap dokter setelah selesai tindakan operasi wajib membuat laporan tertulis tindakan operasi
yang minimum memuat :
a. Diagnosa pasien operasi
b. Nama dokter bedah dan asisten
c. Nama prosedur
d. Spesimen bedah untuk pemeriksaan
e. Catatan spesifik komplikasi atau tidak adanya komplikasi selama operasi termasuk jumlah
kehilangan darah
f. Tanggal, waktu dan tanda tangan dokter yang bertanggungjawab

Direktur,

Dr. Djoti Atmodjo, SpA, MARS

Vous aimerez peut-être aussi