Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi keluarga
1.Friedman (1998)
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional serta individual memepunyai peran masing-masing
yang merupakan bagian dari keluarga.
2. ayekti (1994)
Keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara
orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau
seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri
atau adopsi, dan tinggal dalamsebuah rumah tangga.
3.Kamus webster (1993)
A social unit consisting of parent and the children they rear.
A group of people related by ancestry of marriage.
Sumardjan (1993)
Keluarga adalah sekelompok manusia yang para warganya ter ikat dengan jalur
keturunan.
4.Peraturan Pemerintah no.21 tahun 1994 tentang penyelenggaraan pembangunan
keluarga sejahtera
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau
suami, istri dan anaknya, suami dan anaknya, atau istri dengan anaknya.
5.Burgess dan Locke (1992)
Keluarga adalah unit sosial terkecil dari individu-individu yang diikat oleh
perkawinan (suami-istri), darah atau adopsi (orang tua-anak), dan dalam kasus keluarga
luas terlihat adanya nenek atau kakek dengan cucu.
Pertumbuhan
Beberapa aspek pertumbuhan fisik terus menjadi stabil dalam tahun prasekolah.
Waktu rata-rata denyut jantung dan pernapasan menurun hanya sedikit mendekati
90x/menit dan pernapasan 22-24x/menit. TD meningkat sedikit ke nilai rata-rata
95/58mmH. Berat badan anak meningkat kira-kira 2,5 kg per tahun, berat rata-rata pada
usia 5 tahun adalah kira-kira 21 kg, hampir 6 kali berat badan lahir. Prasekolah bertumbuh
2-3 inci per tahun, panjang mereka menjadi dua kali lipat panjang lahir pada usia 4
tahun,dan berada pada tinggi rata-rata 43 inci pada ulang tahun kelima mereka.
Perpanjangan tungkai kaki menghasilkan penampilan yang lebih kurus. Kepala sudah
mencapai 90% dari ukuran orang dewasa pada ulang tahun ke enam. Perbedaan kecil
terjadi antara jenis kelamin, walaupun anak laki-laki sedikit lebih besar dengan lebih
banyak otot dan kurang jaringan lemak. Kekurangan nutrisi umunya terjadi pada anak-anak
berusia dibawah 6 tahun adalah kekurangan vitamin A dan C serta zat besi. Konsumsi
karbohidrat dan lemak dalam jumlah yang sangat besar dari makanan yang berlemak bisa
menimbulkan kegemukan dan menjadikan anak prasekolah dalm kondisi sangat lapar.
Orang tua dan penberi pelayanan perlu membuat asaha secara sadar untuk membantu anak
prasekolah mengembangkan kebiasaan makan yang sehat dan mencegah defisiensi dan
kelebihan.
Perkembangan
1. Rasa keingintahuan tentang hal-hal yang berada dilingkungan semakin besar dan
dapat mengembangkan pola sosialisasinya.
2. Anak sudah mulai mandiri dalam merawat diri sendiri, seperti mandi, makan,
minum, menggosok gigi, BAK, dan BAB.
3. Mulai memahami waktu.
4. Penggunaan tangan primer terbentuk.
1.Perkembangan psikoseksual ( Sigmund Freud )
Fase berkembangan psikoseksual untuk anak usia sekolah masuk pada fase falik.
Selama fase ini, genitalia menjadi area yang menarik dan area tubuh yang sensitif. Anak
mulai mengetahui perbedaan jenis kelamin dengan mengetahui adanya perbedaan jenis
kelamin.
Negatif : Memegang genetalia
Oedipus complex
Positif : Egosentris: sosial interaksi
Mempertahankan keinginan
2.Perkembangan psikososial ( Eric Ericson )
Fase perkembangan psikososial pada anak usia prasekolah adalah inisiatf vs rasa
bersalah. Perkembangan ini diperoleh dengan cara mengkaji lingkungan melalui
kemampuan bereksplorasi terhadap lingkungannya. Anak belajar mengendalikan diri dan
memanipulasi
lingkungan.
Inisiatif
berkembang
dengan
teman
sekelilingnya.
Kemampuan anak berbahasa meningkat. Anak mulai menuntut untuk melakukan tugas.
Hasil akhir yang diperoleh adalah menghasilkan suatu prestasinya.
Perasaan bersalah akan timbul pada anak jika anak tidak mampu berpretasi. Rasa
bersalah dapat menyebabkan anak kurang bersosialisasi, lebih marah, mengalami regresi,
yaitu kembali ke perkembangan sebelumnya, misalnya mengompol dan menghisap
jempol.
3.Perkembangan kognitif ( Jean Piaget )
Fase berkembangan kognitif anak usia prasekolah adalah fase praoperasional.
Karakteristik utama perkembangan intelektual tahap ini didasari sifat egosentris.
Pemikiran di dominasi oleh apa yang dilihat, dirasakan dan dengan pengalaman lainnya.
Fase ini dibagi menjadi 2 yaitu:
1.Prokonseptual ( 2- 4 tahun )
benda/kejadian.
Anak
mulai
menggunakan
sinbulkata-kata,
o agrsif
2. Motorik
o
o
o
o
o
o
o
o
3.Ketakutan
o
o
o
o
o
Pengrusakan diri
Dikebiri
Gelap
Ketidaktahuan
Objek bayangan, tak dikenal.
4.Faktor kelahiran
Riwayat kelahiran dengan vakum ekstraksi atau forcep dapat menyebabkan
trauma kepala pada bayi sehingga beresiko terjadinya kerusakan jaringan otak.
5.Faktor pascanatal
Seperti lainnya pada masa prenatal, faktor yang berpengaruh terhadap
TUMBANG anak adalah gizi, penyakit kronis/ kelainan konginetal, lingkungan fisik dan
kimia, psikologis, endokrin, sosioekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi, dan obatobatan
E. Masalah-masalah pada anak usia prasekolah
1.Masalah kesehatan
Masalah kesehatan yang sering muncul pada anak prasekolah seperti; diare, cacar
air, difteri, dan campak.
No Masalah/ Penyakit
Manajemen
Komplikasi
Teraupetik
DanPertimbangan
Keperawatan
1.
Diare
Komplikasi:
(Gastroenterologi)
Agen
pembuka:
makanan
o
o
o
o
o
o
Dehidrasi
Renjatan hipovolemik
Hypocalanta
Intoleransi laktosa sekunder
Kejang
Malnutrisi energi protein
1.Memberikan
cairan
2,Diatetik
(pemberian
makanan)
Obat:
o
o
o
o
Anti sekresi
Anti spasmolitik
Pengeras tinjs
Antibiotik
suhu
tubuh
dan lender
Varicela (cacar air)
isolasi
pakaian
penularan:
kerak
kulit
o Infeksi
(bisu,
pada
tahap
selulitis,
kedua
pnemoni,
lation .
sepsis)
Encephalitis
4.Mengurangi
Varicela pnemoni
Peredaran varicela
gatal-gatal
Kronik atau tranesien
trombositopenia
5.Hindari
mengupas
kulit
kerak
yang
menggosok
terbentuk.
dan
membuat iritasi.
MK:
Tahap awal: demam
ringan,
malaise,
dan
gatal,
muncul
makula,
dengan
cepat
berkembang
menjadi
papula
menjadi
dan
vesikel
(dikelilingi
oleh
dasar
eritematosus
menjadi
gelembung,
mudah
kulit)
hadir
tingkatan
yang sama.
Distribusi: sentrifetal,
menyebar
ke
wajah
tungkai
dan
lengan.
Gejala: elevasi suhu
dari limfade nopaty,
3
menurut
lokasi
anatomi
Nasal :
Menyerupai flu, nasal
mengeluarkan serosan
mukous
pada test
serum)
Antibiotik (penisillin atau
erythromycin).
Bedrest total (pencegahan
miokarditis)
Tracheostomy untuk
3. Beri antibiotik,
sensitifitas; beri
amati sensitifitas
sakit
Pseudomembran
guineous
1.Lakukan isolasi
Manifestasi klinis:
Bervariasi
jika perlu
5.Beri perawatan
komplit untuk
memperoleh
Malaise,
tenggorokan
anorexia,
bedrest
sakit,
6.Atur kelembaban
untuk pencairan
diharapkan selama 24
optimum sekresi.
jam,
membran
7.Amati respirasi
untuk tanda-tanda
timbulnya
limfadenitis
jika
penyakitnya
parah
penghambatan
4.
jalan
udara,
gelisah,
cyanosis,
retraksi
dyspniec.
Rubeola (campak)
1.Yakinkan
vesikel-vesikel
adalah suatu proses
Komplikasi :
Jarang terjadi (arthritis, enchepalitis,
atau purpura); penyakit-panyakit
menular yang sering dijumpai pada
masa anak-anak; bahaya terbesar
adalah efek teratogenik pada janin.
panyakit yang
alami pada anakanak yang
terinfeksi.
2. Gunakan
sentuhan lembut
Transisi :
jika diperlukan.
Kontak
dengan
langsung
orang
yang
terinfeksi.
Masa inkubasi :
10-20 hari
Periode penularan :
Dari 4-5 hari setelah
ruam-ruam
muncul
awal
(catharal).
Manifestasi klinis :
Fase prodromal:
Tidak dijumpai pada
anak-anak,
namun
dan
dewasa
malaise,
anorexia,
konjungtivitis
coryza,
ringan,
sakit
kerongkongan, batuk,
3.Jauhkan anak
dari wanita hamil
dan
limfadenofaty.
hari
terjadinya
ruam.
Ruam :
Pertama kali muncul di
wajah
dan
dengan
segera menyebar ke
leher, lengan batang
tubuh
dan
kaki.
dengan
bercak-bercak
kemerahan
pupalar,
makulo
biasanya
kadang-
dan
limfadenopaty.
1.Hubungan keluarga
Pada usia prasekolah biasanya anak merasa cemburu dengan kehadiran anggota
keluarga baru (adik). Anak merasa tidak diperhatikan lagi oleh orang tua sehingga anak
sering membuat olah untuk mendapatkan perhatian orang tua.
2.Bahaya fisik
a.Kecelakaan
Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk bermain yang menghasilkan
ketrampilan tertentu. Meskipun tidak meninggalkan bekas fisik namunkecelakaan
dianggap sebagai kegagalan dan anak lebih bersikap hati-hati akan berbahaya bagi
psikologisnya sehingga anak akan takut terhadap kegiatan fisik. Jika hal ini terjadi bisa
berkembang menjadi masa malu.
b.Keracunan
Pada dasarnya usia prasekolah suka mencoba segala sesuatu yang dia lihat tanpa
mengetahui apakah itu berbahaya atau tidak.
3.Bahaya Psikologis
Perasaan bersalah akan timbul pada anak jika anak tidak mampu berprestasi. Rasa
bersalah dapat menyebabkan anak kurang bersosialisasi, lebih pemarah, mengalami regresi,
yaitu kembali ke perkembangan sebelumnya, misalnya mengompol dan menghisap jempol.
4.Gangguan tidur
Mimpi buruk adalah mimpi menakutkan yang terjadi selama tidur REM (rapid eye
movement). Seorang anak yang mengalami mimpi buruk biasanya akan benar-benar
terbangun dan dapat mengingat kembalimimpinya secara terperinci. Mimpi buruk yang
terjadi sewaktu-waktu adalah hal yang normal, dan satu-satunya tindakan yang perlu
dilakukan orang tua adalah menenangkan anak. Tetapi mimpi buruk yang sering terjadi
adalah abnormal dan bisa menunjukkan masalah psikis. Pengalamam yang menakutkan
(termasuk cerita menakutkan atau film tentang kekerasan di televisi) bisa menyebabkan
terjadinya mimpi buruk. Hal ini terutama sering ditemukan pada anak-anak yang berumur 34 th, karena mereka belum bisa membedakan antara khayalan dan kenyataan. Teror dimalam
hari adalah suatu keadaan dimana sesaat setelah tertidur anak setengah terbangun dengan
kecemasan yang luar biasa. Anak tidak dapat mengingat kembali apa yang atelah dialaminya.
Tidur sambil berjalan adalah suatu keadaan dimana dalam keadaan tertidur anak
bengkit dsari tempat tidurnya dan berjalan-jalan. Teror dimalam hari dan tidur sambil
berjalan biasanya berlangsung selama tidur dalam (Non REM) dan terjadi dalam 3 jam
pertama setelah anak tertidur. Tiap episode berlangsung dari beberapa detik sampai beberapa
menit. Teror dimalam hari sifatnya dramatis karena nak menjerit-jerit dan panik, keadaan ini
paling sering ditemukan pada anak yang berumur 3-8 th.
Untuk anak yang susah tidur bisa dilakukan beberapa tindakan berikut:
1. Ajak anak kembali ketempat tidurnya.
2. Berikan cerita yang pendek.
3. Tawari untuk ditemani oleh boneka atau selimut kesayangannya.
4. Gunakan lampu redup.
5. Masalah Pelatihan Buang Air (Toileting)
Pelatihan buang air besar biasanya mulai dilakukan pada saat anak berumur 2-3
tahun, sedangkan pelatihan buang air kecil dilakukan pada umur 3-4 tahun. Pada umur 5
tahun, kebanyakan anak sudah dapat melakukan buang air sendiri; melepas pakaian
dalamnya sendiri, membersihkan dan mengeringkan penis, vulva maupun anusnya sendiri
serta kembali memakai pakaian dalamnya sendiri. Tetapi sekitar 30% anak berusia 4 th dan
10% anak berusia 6 th masih mengompol pada malam hari.
Cara terbaik untuk menghindari masalah pelatihan buang air (toilet training) adalah
denganm mengenali kesiapan anak. Adapun tanda dari kesiapan anak adalah:
1. Selama beberapa jam pakaian dalamnya masih kering.
2. Anak menginginkan pakaian dalamnya diganti jika basah.
3. Anak menunjukkan ketertarikannya untuk duduk di atas Potty Chair (pispot khusus untuk
anak-anak) atau diatas toilet (jamban, kakus).
4. Anak mampu mengikuti petunjuk atau aturan lesan yang sederhana.
Kesiapan anak biasanya terjadi pada usia 24-36 bln.
Metode toilet training yang banyak digunakan adalah metode timing. Anak yang
tampaknya sudah siap diperkenalkan kepada potty chair dan secara bertahap diminta untuk
duduk diatasnya sebentar saja dalam keadaan berpakaian lengkap. Kemudian anak diminta
untuk melepaskan pakaian dalamnya sendiri, lalu duduk di atas potty chair selama tidak lebih
dari 5-10 mnt. Hal itu dilakukan sambil ibu memberikan penjelasan bahwa swkarang sudah
saatnya anak untuk melakukan BAB/BAK ditempatnya (maksudnya pada potty chair/kloset)
buka di pakaian dalam atau popok. Jika Anak sudah bisa melakukannya, ibu boleh
memberikan pujian ataupu hadiah. Tetapi jika anak belum bisa melakukannya, ibu sebaiknya
tidak memarahi ataupun menghukum anak. Metode timing efektif untuk anak-anak yang
memiliki jadwal BAB/BAK yang teratur.
Metode toilet training lainnya menggunakan boneka sebagai alat bantu. Kepada anak
yang sudah siap diajarkan cara-cara toilet training dengan menggunakan boneka sebagai
model. Ibu memberikan pujian kepada boneka karena pakaian dalamnya kering dan telah
berhasil melewati setiap proses toilet training. Kemudian ibu meminta anak untuk menirukan
proses toliet training dengan bonekanya secara berulang-ulang, anak juga diajari untuk
memuji bunekanya. Selanjutnya anak menirukan apa yang telah dilakukan oleh bonekanya
dan ibu memberikan pujian kepada anak. Jika anak tetap bertahan duduk di toilet sebaiknya
diangkat dan toilet training dicoba kembali setelah anak makan. Tetepi jika hal ini
berlangsung selama beberapa hari sebaiknya tolet traing ditunda selama beberapa minggu.
Sangat penting untuk memberika pujian kepada anak yang telah berhasil melakukan
toilet training. Setelah pola BAB/BAK stabil secara perlahan pujian mulai dikurangi.
Memaksa anak untuk BAB/BAK di toilet dengan kekerasan tidak efektif dan bisa
menyebabkan ketegangan pada hubungan ibu-anak.
luas.
Anjurkan orang tua untuk mendaftarkan anak ke play group atau TK.
Tekankan tentang pentingnya pengaturan waktu.
Anjurkan orang tua untuk menawarkan pilihan-pilihan ketika anak sedang ragu/bimbang.
Perubahan pada anak usia 3.5 th : anak akan menjadi kurang koordinasi, gelisah dan
2.Usia 5 tahun
Masa tenang pada anak
Siapkan anak untuk memasuki lingkungan sekolah
Pastikan kelengkapan imunisasi lingkungan sekolah
H. Stimulasi bermain untuk tumbuh kembang anak
1.Definisi bermain
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarelauntuk memperoleh
kesenangan/ kepuasan. Bermain merupakan cermin kemampuan fisik, intelektual, emosional,
dan sosial. Bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena bermain, anak akan
berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa
yang dapat dilakukannya, dan mengenalwaktu, jarak, serta suara. (Wong, 2000)
2.Fungsi permainan pada anak
Fungsi utama bermain adalah menstimulasi perkembangan anak, antara lain:
1. Perkembangan sensori-motorik
2. Perkembangan intelektual
3. Perkembangan sosial
4. Perkembangan kreativitas
5. Perkembangan kreasi diri
6. Perkembangan moral
7. Bermain sebagai terapi
8. Tujuan bermain
Melalui fungsi yang terurai diatas pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan sebagai berikut:
Untuk melanjutkan tumbang yang normal pada saat sakit anak mengalami gangguan
dalam tumbang.
Mengekspresikan perasaan, keinginan dan fantasi serta idenya.
Mengembangkan kreatrifitas dan kemampuan menyelesaikan masalah. Permainan akan
menstimulasi daya pikir, imajinasi, dan fantasinya untuk menciptakan sesuatu seperti
yang ada dalam pikirannya pada saat melakukan permainan anak akan dihadapkan pada
masalah dalam konteks permainannya, semakin lama ia bermain dan semakin tertantang
untuk dapat menyelesaikannya dengan baik.
Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat di RS. Stress
yang dialami anak di RS tidak dapat dihindarkan sebagai mana juga yang dialami orang
tuanya untuk itu yang penting adalah bagaimana menyiapkan anak dan orang tua untuk
dapat beradaptasi denga stresor yang dialaminya di RS secara efektif.
3.Alat dan jenis permainan yang cocok untuk anak usia prasekolah (>3-6 th)
Sejalan denga tumbangnya anak prasekolah mempunyai kemampuan motorik kasar dan
halus yang lebih matang daripada anak usia toddler. Anak sudah lebih aktif, kreatif dan
imajinatif. Demikian juga kemampuan berbicara dan berhubungan sosial dengan temannya
semakin meningkat.
Oleh karena itu jenis permainan yang sesuai adalah asosiatif play, dramatik play dan skill
play. Anak melakukan permainan bersama-sama dengan temannya denga komunikasi yang
sesuai dengan kemampuan bahasanya. Anak juga sudah mampu memainkan peran orang tertentu
yang diidentifikasikannya seperti ayah, ibu dan bapak atau ibu gurunya. Permainan yang
menggunakan kemampuan motorik (skill play) banyak dipilih anak prasekolah. Untuk itu jenis
alat pewrmainan yang diberikan pada anak, misal: sepeda, mobil-mobilan, alat olah raga,
berenang dan permainan balok-balok besar, dll.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A Pengkajian
1. Pengkajian yang berhubungan dengan keluarga
Identitas
1.Nama pasien
Dimaksudkan agar dapat mengenali klien sehingga mengurangi kekeliruan
dengan pasien lain.
2.Umur
Mengetahui umur pasien sehingga dapat mengklarifikasi adanya faktor resiko
pada epilepsi karena faktor umur dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
penatalaksanaan untuk epilepsi.
3.Agama dan suku bangsa
Mengetahui kepercayaan dan adat istiadat pasien dan keluarga sehingga dapat
mempermudah dalam melaksanakan tindakan sesuai dengan agama dan kepercayaan dari
pasien dan keluarganya.
4.Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman dari anggota keluarga
terutama orang tua dalam memberi informasi perencanaan pulang bagi anak sekolah
dengan masalah kesehatan epilepsi.
5.Komposisi keluarga
Dimaksudkan untuk mengetahui silsilah dari beberapa generasi, apakah terdapat
anggota keluarga yang terkena penyakit yang serupa/penyakit turunan.
6.Tipe keluarga
Pengkajian tipe keluarga dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar perhatian
dan peraswatan yang diberikan pada anggota atau anak yang mengalami sakit.
7.Pekerjaan
Mengetahui tingkat ekonomi keluarga pasien. Hal ini perlu dikaji untuk
mengetahui kesanggupan keluarga untuk memodifikasi proses penyembuhan penyakit
pada anak dan pemanfaatan sarana kesehatan bagi anak yang sakit.
8.Alamat
Untuk megetahui pasien tinggal dimana dan untuk menghindari kekeliruan bila
ada dua orang pasien dengan nama yang sama serta untuk keperluan kunjungan rumah
bila diperlukan.
9.Aktivitas rekreasi keluarga
Untuk mengetahui seberapa jauh keluarga memenfaatkan aktifitas rekreasi
keluarga yang digunakan untuk menghilangkan kepenatan dalam kehidupan sehariharinya.
Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.
3. Riwayat keluarga inti.
4. Riwayat keluarga sebelumnya.
Lingkungan
1. Karakteristik rumah.
2. Karakteristik lingkungan.
3. Mobilitas keluarga.
4. Hubungan keluarga dengan lingkungan.
5. Sistem sosisl yang mendukung.
Struktur keluarga
1. Pola komunikasi.
2. Pengambilan keputusan.
3. Peran anggota keluarga.
4. Nilai-nilai yang berlaku di keluarga.
5. Pengkajian yang berhubungan dengan anak usia sekolah
Identitas anak.
Riwayat kehamilan sampai kelahiran.
Riwayat kesehatan bayi sampai saat ini.
Kebiasaan saat ini (pola perilaku dan kegiatan sehari-hari).
Tumbang saat ini (termasuk kemampuan yang dicapai).
Pemeriksaan fisik.
Pengkajian data fokus meliputi:
1. Bagaimana karakteristik teman bermain.
2. Bagaimana lingkungan bermain.
3. Berapa lama anak menghabiskan waktunya di sekolah.
4. Bagaimana stimulasi terhadap tumbang anak dan adakah sarana yang dimiliki.
5. Bagaimana temperamen anak saat ini.
6. Bagaimana pola anak jika menginginkan suatu barang.
7. Bagaimana pola orang tua menghadapi permintaan anak.
8. Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini.
9. Kegiatan apa yang diikuti anak selain di sekolah.
10. Sudahkah anak memperoleh imunisasi ulangan selain di sekolah.
11. Pernahkah mendapat kecelakaan selama di sekolah atau di rumah saat bermain.
12. Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa ini.
13. Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah, apa jenisnya.
KASUS
Seorang ibu membawa anaknya (An. T) yang berusia 5 tahun ke puskesmas dengan
keluhan anak BAB encer dan buang air besar lebih dari 8 kali dalam 10 jam terakhir dan di sertai
gatal gatal anak lemas dan tidak mau makan dari hasil pemeriksaan di dapat TTV anak tidak
normal /kurang dari normal dan pada kulit anak di temukan bercak putih,jamur pada kulit
punggung .dari penuturan ibu,bahwa anaknya hipeeraktif dalam beraktivitas,dan lingukungan
rumah dari ibu berada dekat dengan sungai yaitu 50 meter sehingga sebagian besar aktifitas
warga di sekitar termasuk ibu penderita d lakukan di sungai tersebut seperti menycuci,mandi dll.
DATA FOKUS
DO: BAB encer
MASALAH
Gangguan
ETIOLOGI
diare
keseimbangan
Buang air besar lebih dari 8
cairan
dan elektrolit
kali
DS: anak pucat
TTV kurang dari normal
DO: anak sering gatal gatal
Gangguan
kulit
DIAGNOSA
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada An. T b/d ketidakmampuan keluarga
dalam mengenal masalah diare
2. Gangguan tumbuh kembang pada An. T berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga
mengenal dampak hospitalisas.
SKORING:
DIAG NOSA
NO KRETRIA
1
Sifat msalah:
NILAI
3
Ancaman kesehatan
Keadaan sejahtera
Kemungkinan masalah dapat di2
BOBOT
1
ubah:
1
Skala: mudah
0
Sebagian
Tidak dapat
Kemungkinan masalah dapat di3
cegah:
1
2
Skala:
tnggi
1
Cukup
2
Rendah
1
Menonjolnya msalah:
0
Skala:
Masalah
berat
harus
segera di tangani
Ada msalah tapi tidak perlu di
tangani.
Msalah tidak di rasakan
Diagnosa I
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada anak b/d ketidakmampuan keluarga
dalam mengenal masalah diare.
1. Sifat masalah : 2/31=2/3
2. Kemungkinan msalah dapat di ubah: 2/22=2
3. Potensi msalah dapat di cegah : 3/31=1
4. Menonjolnya msalah : 2/21=1
TOTAL= 1+2+2/3+1=11/3=4.7
Diagnosa II
Gangguan tumbuh kembang pada An. T berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga
mengenal dampak hospitalisasi
1. Sifat masalah : 3/31=1
2. Kemungkinan msalah dapat di ubah: 1/22=1
3. Potensi msalah dapat di cegah : 2/31=2/3
4. Menonjolnya msalah : 2/21=1
TOTAL= 1+1+2/3+1=11/3=3,1
INTERVENSI
Diagnosa
Gangguan
Intervensi
keseimbangan
1. Memberikan
b/d
keluarga
ketidakmampuan
dalam
mengenal
masalah diare.
penjelasan
tentang
diare
kepada keluarga
2. Membantu
keluarga
dalam
mengenal
masalah diare
3. Membantu
keluarga
untuk
mengambil
yang
dapat
meningkatkan
ketidak
mampuan
pengobatan diare
1. Memberikan penjelasan tentang hospitalisasi
kepada keluarga
2. Membantu
keluarga
dalam
mengenal
masalah hospitalisasi
3. Membantu
keluarga
untuk
mengambil
yang
kesehatan
untuk
hospitalisasi
EVALUASI
dapat
meningkatkan
mengatasi
dampak
Intervensi
1.Memberikan
penjelasan
Evaluasi
tentang1.Keluarga mampu mengenal masalah diare
keluarga
keluarga
tindakan
untukyang
dapat
meningkatkan
kesehatan
untuk
terhadapmencegah diare
penanganan diare
4.Keluarga
4.Membantu
keluarga
mampu
memanfaatkan
fasilitas
kesehatan
untuk
mencegah diare
keluarga
dalam
menciptakan
mengambil
tindakan
DAFTAR PUSTAKA
Soetjiningsih (1994), Tumbuh Kembang Anak, Bagian Kesehatan Anak FK Udayana, Jakarta.
EGC,
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC.
: KEPERAWATAN KOMUNITAS
DI SUSUN OLEH :
NPM / NAMA : 2009010068/ MUAMAR