Vous êtes sur la page 1sur 2

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Atrial fibrilasi didefinisikan sebagai irama jantung yang abnormal.
Aktivitas listrik jantung yang cepat dan tidak beraturan mengakibatkan
atrium bekerja terus menerus menghantarkan implus ke nodus AV sehingga
respon ventrikel menjadi ireguler. Atrial fibrilasi dapat bersifat akut maupun
kronik dan umumnya terjadi pada usia di atas 50 tahun (Berry and Padgett,
2012).
Literatur lain menyebutkan atrial fibrilasi (AF) merupakan salah satu
kondisi aritmia yang paling umum terjadi pada usia diatas 75 tahun (Barrett,
Martin, Storrow, 2011). Kejadian atrial fibrilasi meningkat dengan
bertambahnya usia (Patrick, 2002). Pada abad ke-21 ini semakin meningkat
jumlah pasien dengan diagnosa atrial fibrilasi (Alfred, Jennife, Steven,
Devender, 2012). Pada tahun 2001, jumlah pasien dengan atrial fibrilasi
mencapai 2,3 juta di Amerika dan 4, 5 juta pasien di Eropa. Dan
diperkirakan kejadian atrial fibrilasi akan terus meningkat 0,1% setiap
tahunnya pada populasi umur 40 tahun ke atas, 1,5% pada wanita, dan 2%
pada lansia dengan umur lebih dari 80 tahun (Camm, Kirchhof, Lip,
Schotten, Irene, Ernst, Gelder et al 2010). Angka kejadian atrial fibrilasi di
dunia pada tahun 2010 diperkirakan 2,66 miliar dan pada tahun 2050
diperkirakan sejumlah 12 miliar jiwa. Dalam dua decade ini angka kematian
akibat atrial fibrilasi meningkat (Department Health and Human Services
USA, 2010).
Di Amerika, lebih dari 850,000 orang dirawat di rumah sakit karena
aritmia setiap tahunnya. Atrial fibrilasi mengenai kurang lebih 2,3 juta orang
di amerika utara dan 4,5 juta orang di eropa, terutama yang berusia lanjut.
Di Amerika, kira-kira 75 % orang yang terkena atrial fibrilasin berusia 65
tahun atau bahkan lebih tua. Atrial fibrilasi merupakan aritmia yang paling
sering terjadi dengan prevalensi 0,4 % pada golongan usia <65 tahun dan
meningkat 10 % pada kelompok usia > 75 tahun. Di Amerika Utara,
1

prevalensi atrial fibrilasi diperkirakan meningkat dua sampai tiga kali lipat
pada tahun 2050 (Department Health and Human Services USA, 2010).
Kejadian Atrial fibrilasi dapat terjadi pada jantung normal, namun
umumnya lebih sering terjadi pada penyakit jantung (Shay, 2010). Penyebab
atrial fibrilasi yang paling sering terjadi adalah akibat; penyakit jantung
iskemik, penyakit jantung hipertensi, kelainan katup mitral, perikarditis,
kardiomiopati, emboli paru, pneumonia, penyakit paru obstruksi kronik, kor
pulmonal. Pada beberapa kasus tidak ditemukan penyebabnya (Patrick,
2002).
Namun dapat dipastikan bahwa atrial fibrilasi sebagai salah satu
penyumbang kematian dan kesakitan dewasa ini. Atrial fibrilasi juga
memberikan dampak terjadinya stroke, demensia, gagal jantung dan
kematian (Benjamin, Chen, Bild, 2009). Akibat yang ditimbulkan oleh atrial
fibrilasi akan meningkatkan risiko terjadinya stroke pada pasien pasca
mengalami atrial fibrilasi dan juga meningkatkan risiko kematian. Selain itu
pasien pasca atrial fibrilasi akan mengalami penurunan kualitas hidup
(Craig, Coleman, Michael, William, 2009).
Sehingga perlu perhatian dan penangan kusus oleh tenaga medis
di emergency department salah satunya perawat guna meminimalkan angka
kesakitan dan kematian yang ditimbulkan oleh atrial fibrilasi (Aliot,
Breithardt, Brugada, 2010). Dan perawat dituntut untuk memberikan
perhatian kepada kondisi pasien.

Vous aimerez peut-être aussi