Vous êtes sur la page 1sur 5

Bagaimana etiologi dan mekanisme: pusing, 1

Mekanisme anafilaksis melalui 3 fase, fase sensitisasi, aktivasi, dan efektor. Fase sensitisasi
merupakan waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE sampai diikat oleh reseptor
spesifik pada permukaan mastosit dan basofil, fase aktivasi adalah waktu selama terjadinya
pemaparan ulang dengan antigen yang sama sampai timbulnya gejala. Fase efektor adalah
waktu terjadi respon kompleks (anafilaksis) sebagai efek mediator yang dilepas sel
mast/basofil dengan aktivitas farmakologis.
Alergen masuk ditangkap makrofag makrofag mempresentasikan antigen tersebut
kepada limfosit T limfosit T mensekresikan sitokin (IL4,IL13) menginduksi limfosit B
berproliferasi menjadi sel plasma sel plasma memproduksi IgE spesifik untuk antigen
tersebut kemudian terikat pada reseptor permukaan sel mast dan basofil sel mast (di
jaringan) dan basofil (di darah) pecah dan melepas isinya yang berupa granula yang
menimbulkan reaksi pada paparan ulang.
Alergen yang sama masuk diikat oleh IgE spesifik memicu terjadinya reaksi segera
dengan pelepasan mediator vasoaktif antara lain histamin, serotonin, bradikinin, bahan
vasoaktif dari granul berupa performed mediator menghasilkan amin vasoaktif yang
menyebabkan vasodilatasi dan menghasilkan protease yang berperan dalam kerusakan
jaringan vasodilatasi menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial yang kemudian
menyebabkan pusing.
Obat apa saja yang bisa diperiksa dengan skin test dan bagaimana cara
pemeriksaannya? 2
Tes alergi dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain tes tusuk kulit (skin prick
test), uji gores (scratch test), tes kulit/intracutaneus test, tes tempel (patch test),
RAST/Radioallergosorbent Test. Pada pasien ini dilakukan tes kulit/intracutaneus test.
Cara pemeriksaan Intrakutaneus test : sejumlah 0,02 ml ekstrak alergen dalam 1 ml
semprit tuberkulin disuntikkan secara superfisial pada kulit sehingga timbul 3 mm
gelembung. Dimulai dengan konsentrasi terendah yang menimbulkan reaksi, kemudian
ditingkatkan berangsur masing-masing dengan konsentrasi 10 kali lipat sampai menimbulkan
indurasi 5-15 mm. Uji ini seringkali digunakan untuk titrasi alergen pada kulit.
Tes Kulit pada Pemberian Injeksi Antibiotik
1.
Tes kulit hanya direkomendasikan untuk antibiotik golongan penisilin, harus
menggunakan penisilin dan metabolitnya yang telah terbukti menimbulkan reaksi alergi.
2.
Tes kulit terhadap penisilin dengan metabolit determinan mayor dan minor
merupakan tes yang paling dipercaya untuk evaluasi IgE-mediated alergi penisilin. Nilai

ramal negatif tes kulit terhadap penisilin adalah mendekati 100%, dan nilai ramal prositif
adalah antara 40%-100%.
3.
Tes kulit memberikan bukti sensitisasi terhadap obat tertentu tetapi harus selalu
dinterpretasikan sesuai konteks klinis dan tidak digunakan untuk skrining alergi obat.
4.
Berhubung saat ini di Indonesia belum tersedia sediaan metabolit penisilin, maka
tes kulit untuk antibiotik tidak direkomendasikan. Jika diperlukan antibiotik secara
parenteral, maka diperlukan perangkat penanganan reaksi anafilaksis.
Bagaimana mekanisme bentol-bentol merah dan gatal bila makan ikan laut atau
udang? (Cari kandungan yang ada di ikan yang bisa menyebabkan alergi) 2
Alergi seafood bisa disebabkan oleh beberapa hal berikut: kandungan protein yang tinggi
pada seafood, faktor keturunan, tubuh yang intoleran terhadap protein .
Reaksi alergi makanan menimbulkan gambaran urtikaria yang gatal dan potensial menjadi
anafilaksis.
Alergen masuk lewat saluran cerna ditangkap makrofag makrofag mempresentasikan
antigen tersebut kepada limfosit T limfosit T mensekresikan sitokin (IL4,IL13)
menginduksi limfosit B berproliferasi menjadi sel plasma sel plasma memproduksi IgE
spesifik untuk antigen tersebut kemudian terikat pada reseptor permukaan sel mast dan
basofil sel mast (di jaringan) dan basofil (di darah) pecah dan melepas isinya yang berupa
granula yang menimbulkan reaksi pada paparan ulang.
Alergen yang sama masuk diikat oleh IgE spesifik memicu terjadinya reaksi segera
dengan pelepasan mediator vasoaktif antara lain histamin, serotonin, bradikinin
permeabilitas vaskular meningkat vasodilatasi eritema, histamin merangsang pruritic
agent (gatal)
Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal pemeriksaan laboratorium? Hb 12,5
gr%, leukosit: 11.000/mm3, diff.count: 0/4/7/70/18/1, LED: 10 mm/jam 2
Hb 12,5 normal
Leukosit meningkat (normal 5000-10.000)
Diff count basofil normal (0-1), eosinofil meningkat (1-3), neutrofil batang meningkat (26), neutrofil segmen normal (50-70), limfosit menurun (20-40), monosit menurun (2-8)
shift to the left (infeksi fase akut)
LED Metode Westergreen : Pria : 0 - 15 mm/jam, Wanita : 0 - 20 mm/jam
Metode Wintrobe : Pria : 0 - 9 mm/jam, Wanita 0 - 15 mm/jam normal

Alergen masuk ditangkap makrofag makrofag mempresentasikan antigen tersebut


kepada limfosit T limfosit T mensekresikan sitokin (IL4,IL13) menginduksi limfosit B
berproliferasi menjadi sel plasma sel plasma memproduksi IgE spesifik untuk antigen
tersebut kemudian terikat pada reseptor permukaan sel mast dan basofil mengaktivasi
transkripsional gen sitokin sitokin sitokin disekresikan proses inflamasi dengan
pengerahan leukosit leukosit >>
Epidemiologi 2
Insiden anafilaksis sangat bervariasi, di Amerika Serikat disebutkan bahwa angka
kejadian anafilaksis berat antara 1-3 kasus/10.000 penduduk, paling banyak akibat
penggunaan antibiotik golongan penisilin dengan kematian terbanyak setelah 60 menit
penggunaan obat. Insiden anafilaksis diperkirakan 1-3/10.000 penduduk dengan mortalitas
sebesar 1-3/1 juta penduduk.Sementara di Indonesia, khususnya di Bali, angka kematian dari
kasus anafilaksis dilaporkan 2 kasus/10.000 total pasien anafilaksis pada tahun 2005 dan
mengalami peningkatan prevalensi pada tahun 2006 sebesar 4 kasus/10.000 total pasien
anafilaksis.
Anafilaksis dapat terjadi pada semua ras di dunia. Beberapa sumber menyebutkan
bahwa anafilaksis lebih sering terjadi pada perempuan, terutama perempuan dewasa muda
dengan insiden lebih tinggi sekitar 35% dan mempunyai risiko kira-kira 20 kali lipat lebih
tinggi dibandingkan laki-laki. Berdasarkan umur, anafilaksis lebih sering pada anak-anak dan
dewasa muda, sedangkan pada orang tua dan bayi anafilaksis jarang terjadi.
Tatalaksana 2
A.
1.
2.
3.

Penanganan Utama dan segera :


Hentikan pemberian obat / antigen penyebab.
Baringkan penderita dengan posisi tungkai lebih tinggi dari kepala.
Berikan Adrenalin 1 : 1000 ( 1 mg/ml )
Segera secara IM pada otot deltoideus, dengan dosis 0,3 0,5 ml (anak : 0,01
ml/kgbb), dapat diulang tiaplima menit, pada tempat suntikan atau sengatan dapat diberikan
0,1 0,3 ml
Pemberian adrenalin IV apabila terjadi tidak adarespon pada pemberian secara IM,
atau terjadi kegagalan sirkulasi dan syok, dengan dosis ( dewasa) : 0,5 ml adrenalin 1 : 1000
( 1 mg / ml ) diencerkan dalam 10 ml larutan garam faali dan diberikan selama 10 menit.
4. Bebaskan jalan napas dan awasi vital sign ( Tensi, Nadi, Respirasi ) sampai syok teratasi.
5. Pasang infus dengan larutan Glukosa faali bila tekanan darah systole kurang dari 100
mmHg.
6. Pemberian oksigen 5-10 L/menit
7. Bila diperlukan rujuk pasien ke RSU terdekat dengan pengawasan tenaga medis.
B. Penanganan Tambahan :

1. Pemberian Antihistamin :
Difenhidramin injeksi 50 mg, dapat diberikan bila timbul urtikaria.
2. Pemberian Kortikosteroid :
Hydrokortison inj 7 10 mg / kg BB, dilanjutkan 5 mg / kg BB setiap 6 jam atau
deksametason 2-6 mg/kgbb. untuk mencegah reaksi berulang.
Antihistamin dan Kortikosteroid tidak untuk mengatasi syok anafilaktik.
3. Pemberian Aminofilin IV, 4-7 mg/kgbb selama 10-20 menit bila terjadi tanda tanda
bronkospasme,
dapat
diikuti
dengan
infuse
0,6
mg
/kgbb/jam,
atau
brokodilatator aerosol (terbutalin, salbutamo ).
C. Penanganan penunjang :
1. Tenangkan penderita, istirahat dan hindarkan pemanasan.
2. Pantau tanda-tanda vital secara ketat sedikitnya pada jam pertama.
SKDI 2
Reaksi anafilaktik 4A

Reaksi Hipersensitivitas
Tipe I
(Anafilaksis yang
diperantarai IgE)

Riwayat alergi makanan


Riwayat atopi

Sensitisasi alergen
Pajanan ulang alergen
(Ceftriaxone pada tes
kulit)
Fase aktivasi

Pelepasan mediatormediator kimia dari sel


mast

Bronkokonstri
ksi

Vasodilatasi
perifer
sistemik

Gejala:
Sesak napas
Pusing
Keringat dingin
Takikardi
Tekanan darah
menurun
Kehilangan
kesadaran

Syok
Anafilaktik
Tatalaksana

Peningkatan
permeabilitas
kapiler

Vous aimerez peut-être aussi