Vous êtes sur la page 1sur 6

MAKALAH FITOTERAPI

TANIN, POLISAKARIDA DAN EFIKASI OPTIMASI

Disusun oleh :
Kelompok D (Kelas B)

Mida Pratiwi

K100120028

Nissa Nur Ichsani

K100120036

Subhan Rosyad Abidi

K100120037

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

1. TANIN
Tanin memiliki ukuran yang besar dan afinitas yang tinggi untuk berikatan dengan
protein serta memiliki kelarutan yang rendah dalam lemak, karenanya bioavailabilitas
dari tanin tidak begitu berarti. Sehingga, aktivitas dari tanin (dan tumbuh tumbuhan
yang mengandung tanin) harus dijelaskan pada istilah efek lokal. Bioavailabilitas yang
rendah dari tanin utuh ini penting, karena hidrolisis tanin yang terabsorpsi pada aliran
darah menyebabkan hepatotoksik. Banyak herbal akan menjadi beracun apabila tanin
memiliki bioavailabilitas yang tinggi. Dan juga tanin yang diinjeksikan secara subkutan
dapat menyebabkan kanker, sehingga akan menjadi hal yang menguntungkan apabila
tanin tidak dipenetrasikan pada kulit. Produk pemecahan dari tanin yang diproduksi di
usus oleh flora usus diabsorbsi dan mungkin menjelaskan beberapa penggunaan modern
dari tanin dan oligomeric procyanidin (OPC) yang mengandung herbal misalnya sebagai
antioksidan.
Dalam percobaan in vitro ditemukan bahwa asam ellagic dibebaskan dari tanin
terkondensasi pada pH 7-8 (bukan di pH 2) dan juga oleh mikroflora ketika kontak
dengan komponen usus buntu (asam ellagic memiliki antioksidan dan sifat antikanker).
Sekitar 95% dari penggunaan asam tannic secara oral adalah penguraian (dinilai oleh
ekskresi feses). Asam tannic adalah tanin yang terhidrolisis yang kemungkinan
melepaskan asam galat dan senyawa lain pada pembusukannya (dekomposisi). Tanin
terkondensasi dan polifenol teh hijau menunjukkan bentuk pembusukan (dekomposisi)
lebih kompleks tetapi mikroflora kembali menghasilkan senyawa fenolik dengan
bioavailabilitas yang lebih kecil.
Terpisah dari aktivitas antioksidannya yang dapat menjadi efek sistemik terutama
dari produk dekomposisi tanin, semua kemungkinan dari efek yang ada karena aktivitas
lokal pada tempat yang ditetapkan. Sedikit zat yang berkhasiat astringen dan
antihemoragic terkadang menunjukkan tanin yang mengandung herbal yang perlu
diragukan (dengan kata lain, tanin tidak diberikan secara oral, contohnya, astringen pada
jaringan paru-paru atau perdaraha uterus).
Seperti yang dinyatakan sebelumnya, OPC adalah bagian dari kelompok yang
dikenal sebagai pola dasar tannin. Produk dengan OPC yang tinggi seperti kulit kayu
pinus dan ekstrak biji anggur, kadang dikenal sebagai pycnogenol, mempunyai
kepopuleran yang dapat apat dinikmati sangat besar sebagai antioksidan. Kebanyakan

popularitas ini didasarkan pada karya ilmuwan Perancis Masquelier dan salah satu
keistimewaan dari ini adalah bioavaibilitas yang tinggi dari OPC yang bahkan dikatakan
dapat melintasi penghalang darah-otak.
Masquelier melakukan studi farmakokinetik pada OPC menggunakan senyawa label
radioaktif. Berdasarkan studi ini, ia menyimpulkan bahwa OPC memiliki bioavaibilitas
yang baik dan melintasi pembuluh darah otak. Namun, bioavaibilitas OPC yang diamati
oleh Masquelier memungkinkan produk dengan dekomposisi yang lebih kecil, karena
studinya hanya mengukur radioaktivitas. Penelitian OPC secara in vitro membutuhkan
peninjauian kembali (ini tidak berarti mengatakan bahwa ekstrak pinus atau ekstark biji
anggur tidak aktif setelah diberikan dosis oral).
Teh hijau kaya akan polifenol seperti epigallocatechin (EGC) dan epigallocatechin
gallate (EGCG). Teh hitam difermentasi dari teh hijau. Selama fermentasi, polifenol
sederhana mengalami polimerisasi yang mengarah ke molekuler yang lebih kompleks
seperti theaflavin dan therarubigens (BM 500-3000). Teh hijau dan hitam memiliki
aktifitas antioksidan in vitro tetapi teh hijau lima kali lebih poten daripada teh hitam.
Penambahan susu tidak menimbulkan efek. Sebaliknya, eksperimen dengan manusia
menggunakan dosis oral menunjukkan bahwa:
Teh hijau dan teh hitam menyebabkan peningkatan yang signifikan dalam aktivitas
antioksidan dalam plasma.
Teh hijau hanya sekitar 50% lebih kuat dari teh hitam secara in vivo
Efeknya cepat, mencapai efek puncak pada sekitar 30 menit setelah konsumsi teh
hijau dan 50 menit untuk teh hitam.
Menambahkan susu akan menghancurkan efek tanin.
Polifenol dalam teh mengalami dekomposisi yang mendadak dalam usus dan
molekuler antioksidan yang lebih kecil kemudian diserap. Hal ini menjelaskan aktivitas
yang serupa pada teh hijau dan teh hitam secara in vivo. Penambahan susu menyebabkan
ikatan protein menghambat dekomposisi polifenol. Ini berarti bahwa hanya teh tanpa
susu yang akan memberikan aktivitas antioksidan secara signifikan pada aliran darah.
Namun, penelitian ini tidak memantau aktivitas antioksidan plasma setelah lebih dari
beberapa jam. Ada kemungkinan bahwa kompleks tanin-protein yang terbentuk setelah

penambahan susu terdekomposisi di bagian bawah dari usus dan aksi bakteri pada tanin
dibebaskan (atau hanya kerusakan spontan) menyebabkan penyerapan antioksidan
fenolat dari usus ke dalam aliran darah.
Efek antioksidan yang diamati dalam plasma adalah karena penyerapan dari fenolat
teh yang tidak berubah. EGC dan EGCG terdeteksi dalam plasma sukarelawan yang
sehat 90 menit setelah mereka mengonsumsi kapsul yang mengandung ekstrak teh hijau.
Namun, seperti yang diharapkan pada molekul polar yang besar, tingkat deteksi
koresponden hanya 0,2-2,0% dari jumlah terabsorbsi. Hal ini masih perlu ditetapkan jika
jumlahnya cukup untuk memberikan efek antioksidan yang signifikan atau apakah
produk dekomposisi polifenol teh hijau malahan memainkan peran utama sebagai
antioksidan.
Penelitian pada EGCG ditemukan bahwa EGCG stabil dalam saluran pencernaan
bagian atas tetapi terurai sampai batas tertentu oleh bakteri dalam usus besar. Sekitar
40% dari 50 mg dosis EGCG diberikan secara oral kepada tikus dan diekresikan melalui
feses. Namun, sejumlah kecil katekin dalam teh terdeteksi dalam jaringan darah pada
tikus. Percobaan pada hewan lain dan manusia menunjukkan bahwa katekin teh memiliki
efek lokal menguntungkan terhadap flora usus dan menurunkan produk yg menyebabkan
pembusukan. Hal ini sesuai dengan efek dari tanin terhadap pertumbuhan bakteri.

2. POLISAKARIDA
Pada beberapa literatur herbal modern, peran dari polisakarida
sebagai agen peningkat kekebalan memiliki peran yang besar,
utamanya dalam konteks herbal seperti Echinacea. Namun, satusatunya bukti untuk hal ini adalah dengan penelitian secara in vitro.
Polisakarida merupakan polimer yang berdasarkan pada gula dan
asam uronic yang ditemukan pada seluruh tanaman terutama sebagai
komponen dari dinding sel. Namun, beberapa tamanan umunya
memiliki polisakarida yang terakumulasi. Beberapa ekstraks herbal
dipreparasi dalam 50% etanol atau yang lebih kuat dan tidak akan
mengandung

jumlah

yang

signifikan

dari

polisakarida

karena

ketidaklarutannya pada etanol. Karena memiliki molekul dengan


kelarutan besar pada air yang mungkin dapat membawa ikatan ion,
polisakarida memiliki bioavailabilitas yang rendah (tapi tidak nol).
Pertimbangan farmakokinetik mengklaim bahwa apabila ramuan yang
akan digunakan sebagai sumber polisakarida harus kaya akan
senyawa ini, preparasi dilakuakan dengan cara mengawetkan atau
ekstraksi polisakarida dan diberikan dalam dosis yang cukup untuk
mengimbangi bioavailabilitasnya yang rendah. Pertimbangan tersebut
hanya berlaku pada kasus tertentu dan kemungkinan tidak berlaku
pada dosis oral dari tiap preparasi Echinacea. Polisakarida yang tidak
terserap masuk dalam usus besar dimana mereka akan dipecah oleh
flora usus (dan mungkin memiliki efek pada keseimbangan flora).
Preparasi seluruh daun aloe vera tampaknya menjadi sumber yang
baik dari polisakarida aktif, asalkan preparasinya mengandung kadar
tinggi dari Acemannan (hampir 1%). Acemannan adalah polisakarida
yang ditemukan dibawah kulit daun aloe vera dan seringnya tidak
ditemukan pada gel aloe atau juice karena daun terluar tidak
menggabung atau enzim yang digunakan selama pembuatan telah
dihancurkan Acemannan. Dosis 50-100 ml per hari dari konsentrasi ini
dapat memberikan dosis yang signifikan

pada Acemannan. Sedikit

pengetahuan, studi klinik tidak terkontrol, 29 pasien AIDS menerima


juice dari seluruh daun aloe vera, yang terpenting asam lemak dan
nutrisi. Dosis aloe setara pada 1200 mg Acemannan per hari. Nilai
karnofsky ditingkatkan 100% pada pasien setelah 180 hari. Meskipun
studi ini memiliki banyak rancangan yang kurang, hal tersebut
menunjukkan bahwa tipe preparasi sebagai sumber polisakarida layak
pada studi lebih lanjut. Sumber potensial lain yang kaya akan
polisakarida meliputi beragam spesies jamur seperti Ganoderma dan
Lentinus.

3. EFIKASI OPTIMASI (Pengoptimalan Khasiat)

Pembahasan diatas harus jelas mengenai pengetahuan mengenai


faktor

yang

mempengaruhi

bioavailabilitas

dapat

menyebabkan

penggunaan obat herbal yang lebih efektif. Khususnya, karakteristik


flora usus dapat mengoptimalkan khasiat pada

banyak pengobatan

herbal yang perlu dipahami dengan lebih baik. Faktor usus ini mungkin
menggaris bawahi pentingnya diet sehat dan asupan serat yang cukup
yang dapat menyebabkan flora usus menjadi sehat. Persoalan lainnya
yang harus dipertimbangkan dalam konteks pengoptimalan khasiat
meliputi :

Hubungan dengan makanan :


1. Polifenol harus dijauhkan dari makanan karena akan bereaksi
dengan protein
2. Komponen yang dihidrolisis oleh asam lambung harus diberikan
bersama makanan
3. Komponen yang rusak oleh asam lambung harus dijauhkan dari
makanan
Saponin dapat digunakan untuk meningkatkan absorbsi dan
kelarutan
Beberapa makanan dapat digunakan untuk menghindari
biotransformasi usus, contohnya jus anggur
Frekuensi dosis harus berdasarkan bioavalibilitas dan metabolisme.

Vous aimerez peut-être aussi