Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Indonesia; e-mail: ishakjumarang@yahoo.com
Program Studi Oseanografi FITB, ITB Bandung, Indonesia
Intisari: Telah dilakukan penelitian untuk mengkaji perubahan dasar perairan estuari sungai Kapuas yang dibangkitkan oleh pasang surut, gaya pembangkit angin dan discharge sungai. Pada studi ini digunakan model numerik hidrodinamika menggunakan MIKE 21 yang dikembangkan oleh DHI Water & Environment untuk mensimulasikan pola
sirkulasi arus. Simulasi dilakukan dengan skenario pasut, discharge sungai dan angin sebagai pembangkit. Hasil simulasi
menunjukkan bahwa dalam rentang waktu simulasi, muara sungai Kapuas umumnya mengalami pendangkalan dengan
ketebalan yang bervariasi. Perubahan ketebalan dasar perairan muara Sungai Kapuas pada bulan Januari s.d Februari
umumnya mengalami sedimentasi (pendangkalan) dengan perubahan ketebalan sekitar 3 s.d 27 mm. Pada bulan Maret,
secara umum hanya bagian hulu daerah model yang mengalami peningkatan pendangkalan hingga mencapai 45 mm.
Pendangkalan yang signifikan pada bulan Maret berlanjut hingga bulan April. pendangkalan semakin bergeser ke arah
muara hingga mencapai daerah sebelum delta besar pada daerah model.
PENDAHULUAN
kutan kontainer juga menggunakan Sungai Kapuas sebagai alat transportasinya, disamping kapal PELNI
dan perahu-perahu nelayan.
Muara Sungai Kapuas dan perairan pantai sekitar muara merupakan alur pelayaran yang sering
mengalami pendangkalan yang membahayakan kapalkapal yang melaluinya. Pendangkalan ini terjadi
akibat adanya pengendapan dan pengangkutan material sedimen. Hal ini menyebabkan kedalaman
alur pelayaran minimum yang aman bagi pelayaran
sedalam + 6 meter sulit untuk dipertahankan, sehingga upaya pengerukan secara rutin sering dilaksanakan oleh pihak-pihak terkait yang tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat mengidentifikasi pola angkutan sedimen di muara sungai Kapuas dengan menggunakan metode numerik. Metode
numerik merupakan pendekatan yang dapat memberi
gambaran yang hampir sama dengan hasil pengukuran langsung dan sekaligus menghemat waktu dan biaya. Untuk mendapatkan model numerik yang baik,
dilakukan diferifikasi dengan hasil pengukuran langsung atau penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya.
Studi ini bertujuan untuk memodelkan dan
mengkaji perubahan dasarperairan estuari Sungai Kapuas yang dibangkitkan oleh pasang surut, angin dan
discharge sungai. Manfaat dari hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai input dalam peren1110-42
METODOLOGI
tum. Pada studi ini digunakan model numerik hidrodinamika 2 dimensi menggunakan MIKE 21 yang dikembangkan oleh DHI Water & Environment untuk mensimulasikan pola sirkulasi arus. MIKE 21 menggunakan fleksibel mesh dan telah banyak diaplikasikan
dalam bidang oseanografi, daerah coastal dan estuari.
Persamaan kontinuitas:
Model Hidrodinamika
Pergerakan massa air (hidrodinamika) di suatu perairan dapat dipelajari dengan menggunakan hukum
kekekalan massa (kontinuitas) dan kekekalan momen-
u h
v
h h
+
+
= hs
t
x
y
(1)
h
u h
u2
h
vu
gh2 sx
bx
(hTxx ) (hTxy )
+
+
= f vh gh
+
+
+ hus S
t
x
y
x 20 x
0
0
x
y
h
v h
uv h
v2
gh2 sy
by
(hTxy ) (hTyy )
+
+
= fu
h gh
+
+
+ hvs S,
t
x
y
y
20 y
0
0
x
y
(2)
(3)
) dan Tyy =
masing Txx = 2A xu , Txy = A( yu + x
v
32 m1/3 /s dan untuk suku turbulensi horizontal digunakan koefisien Smagorinsky dengan nilai konstanta
0,28.
Simulasi dilakukan dengan skenario pasut, discharge
sungai dan angin sebagai pembangkit arus). Verifikasi elevasi hasil model dilakukan dengan menggunakan ORI.96 dan untuk kecepatan arus hasil model
diverifikasi dengan hasil prediksi Tidal Model Driver
(TMD). Titik - titik verifikasi tersebut diperlihatkan
Gambar 1. Pemilihan waktu cuplik pasang surut mengacu pada titik A pada Gambar 1.
2.2
Desain Simulasi
Daerah penelitian difokuskan di daerah hilir Sungai Kapuas, Propinsi Kalimantan Barat, dimana
daerah model meliputi 1 9 LU - 0 49 LS dan 108 109 4035 BT, seperti yang terlihat pada Gambar 1.
Data batimetri diperoleh dari peta batimetri Kalimantan - Pantai Barat, Dinas Hidro-Oseanografi tahun
2005. Daerah model didiskritisasi dengan jumlah elemen 10645 dengan ukuran grid bervariasi mulai 200 m
di bagian sungai dan muara - muara Sungai Kapuas
hingga 25 km di perairan dalam (Gambar 1).
Domain model terdiri dari tiga batas terbuka, yaitu
batas terbuka utara, barat dan selatan dan pada tiap
titik di batas terbuka ini digunakan elevasi pasang
surut yang diramalkan dengan Tidal Model Driver
(TMD). Discharge sungai (hulu) diberikan data sintetik yaitu 1568,7 m3 /s, sedangkan data angin diperoleh dari NCEP (National Centers for Environmental
Prediction) dan diberikan seragam untuk seluruh domain model tetapi bervariasi terhadap waktu. Koefisien gesekan dasar menggunakan koefisien Manning
3.1
1110-43
(Gambar 6).
3.2
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
[9]
KESIMPULAN
[10]
[11]
1110-44
1110-45
1110-46