Vous êtes sur la page 1sur 5

SIMETRI, Jurnal Ilmu Fisika Indonesia

Volume 1 Nomor 1(D) Mei 2012

Perubahan Dasar Perairan Estuari Sungai Kapuas


Kalimantan Barat (Studi Kasus: Bulan Januari s.d. April)
Muh.Ishak Jumarang1 , Muliadi1 , Nining Sari Ningsih2 , dan Safwan Hadi2
1
2

Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Indonesia; e-mail: ishakjumarang@yahoo.com
Program Studi Oseanografi FITB, ITB Bandung, Indonesia

Intisari: Telah dilakukan penelitian untuk mengkaji perubahan dasar perairan estuari sungai Kapuas yang dibangkitkan oleh pasang surut, gaya pembangkit angin dan discharge sungai. Pada studi ini digunakan model numerik hidrodinamika menggunakan MIKE 21 yang dikembangkan oleh DHI Water & Environment untuk mensimulasikan pola
sirkulasi arus. Simulasi dilakukan dengan skenario pasut, discharge sungai dan angin sebagai pembangkit. Hasil simulasi
menunjukkan bahwa dalam rentang waktu simulasi, muara sungai Kapuas umumnya mengalami pendangkalan dengan
ketebalan yang bervariasi. Perubahan ketebalan dasar perairan muara Sungai Kapuas pada bulan Januari s.d Februari
umumnya mengalami sedimentasi (pendangkalan) dengan perubahan ketebalan sekitar 3 s.d 27 mm. Pada bulan Maret,
secara umum hanya bagian hulu daerah model yang mengalami peningkatan pendangkalan hingga mencapai 45 mm.
Pendangkalan yang signifikan pada bulan Maret berlanjut hingga bulan April. pendangkalan semakin bergeser ke arah
muara hingga mencapai daerah sebelum delta besar pada daerah model.

Kata kunci: hidrodinamika, dasar perairan, pendangkalan, sungai Kapuas


Received : 10 April 2012; Accepted : 29 April 2012

PENDAHULUAN

alimantan Barat termasuk salah satu daerah


yang memiliki kondisi geografis yang mempuK
nyai ratusan sungai besar dan kecil sehingga dijuluki propinsi seribu sungai. Pada umumnya sungai
tersebut masih digunakan sebagai jalur angkutan alternatif utama jalur angkutan, walaupun prasarana
jalan darat telah dapat menjangkau sebagian besar kecamatan. Hal ini terjadi karena sungai masih
merupakan sarana transportasi murah yang dapat
menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya
di wilayah Kalimantan Barat. Selain itu, sungai merupakan sumber mata pecaharian keluarga dalam bidang
perikanan.
Salah satu sungai yang ada di Kalimantan Barat
yaitu Sungai Kapuas. Sungai Kapuas merupakan
sungai terpanjang di Indonesia dan berfungsi sebagai
salah satu sarana transportasi (alur pelayaran). Pontianak (ibukota Provinsi Kalimantan Barat) memiliki pelabuhan yang terletak di pinggir sungai tersebut. Alur pelayaran di sungai ini memiliki arti
penting bagi kapal-kapal besar yang menuju dan
meninggalkan pelabuhan kota Pontianak. Salah satu
kegunaan sarana transportasi ini adalah untuk pengangkutan minyak sawit dengan menggunakan kapal
tongkang dengan frekuensi yang cukup sering, disebabkan banyaknya perusahan kelapa Sawit di propinsi
tersebut. Kapal barang bertonase besar dengan angc 2012 SIMETRI

kutan kontainer juga menggunakan Sungai Kapuas sebagai alat transportasinya, disamping kapal PELNI
dan perahu-perahu nelayan.
Muara Sungai Kapuas dan perairan pantai sekitar muara merupakan alur pelayaran yang sering
mengalami pendangkalan yang membahayakan kapalkapal yang melaluinya. Pendangkalan ini terjadi
akibat adanya pengendapan dan pengangkutan material sedimen. Hal ini menyebabkan kedalaman
alur pelayaran minimum yang aman bagi pelayaran
sedalam + 6 meter sulit untuk dipertahankan, sehingga upaya pengerukan secara rutin sering dilaksanakan oleh pihak-pihak terkait yang tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat mengidentifikasi pola angkutan sedimen di muara sungai Kapuas dengan menggunakan metode numerik. Metode
numerik merupakan pendekatan yang dapat memberi
gambaran yang hampir sama dengan hasil pengukuran langsung dan sekaligus menghemat waktu dan biaya. Untuk mendapatkan model numerik yang baik,
dilakukan diferifikasi dengan hasil pengukuran langsung atau penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya.
Studi ini bertujuan untuk memodelkan dan
mengkaji perubahan dasarperairan estuari Sungai Kapuas yang dibangkitkan oleh pasang surut, angin dan
discharge sungai. Manfaat dari hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai input dalam peren1110-42

M. Ishak J., dkk./Perubahan Dasar Perairan . . .

SIMETRI Vol.1 No.1(D) Mei12

canaan dan pengendalian lingkungan di sekitar daerah


hilir Sungai Kapuas, sehingga pembangunan yang dilakukan merupakan pembangunan yang terencana dan
berwawasan lingkungan.
2
2.1

METODOLOGI

tum. Pada studi ini digunakan model numerik hidrodinamika 2 dimensi menggunakan MIKE 21 yang dikembangkan oleh DHI Water & Environment untuk mensimulasikan pola sirkulasi arus. MIKE 21 menggunakan fleksibel mesh dan telah banyak diaplikasikan
dalam bidang oseanografi, daerah coastal dan estuari.
Persamaan kontinuitas:

Model Hidrodinamika

Pergerakan massa air (hidrodinamika) di suatu perairan dapat dipelajari dengan menggunakan hukum
kekekalan massa (kontinuitas) dan kekekalan momen-

u h
v
h h
+
+
= hs
t
x
y

(1)

Persamaan momentum dalam arah x dan y:

h
u h
u2
h
vu

gh2 sx
bx
(hTxx ) (hTxy )
+
+
= f vh gh

+
+
+ hus S
t
x
y
x 20 x
0
0
x
y
h
v h
uv h
v2
gh2 sy
by
(hTxy ) (hTyy )
+
+
= fu
h gh

+
+
+ hvs S,
t
x
y
y
20 y
0
0
x
y

(2)
(3)

dengan t menyatakan waktu; u


dan v masing-masing
menyatakan kecepatan arus dalam arah xRdan y yang

dirata-ratakan terhadap kedalaman h


u = d udz dan
R
h
v = d vdz; adalah elevasi muka air laut; h = +d
adalah kedalaman total perairan; f = 2 sin parameter coriolis; g percepatan gravitasi bumi; densitas air; pa tekanan atmosfer; S adalah magnitudo discharge sungai. Tij menyatakan gesekan viskos masingv

) dan Tyy =
masing Txx = 2A xu , Txy = A( yu + x
v

2A y ; sx , sy adalah stress permukaan dalam arah x,


y dan bx , by adalah stress dasar dalam arah x dan y.

32 m1/3 /s dan untuk suku turbulensi horizontal digunakan koefisien Smagorinsky dengan nilai konstanta
0,28.
Simulasi dilakukan dengan skenario pasut, discharge
sungai dan angin sebagai pembangkit arus). Verifikasi elevasi hasil model dilakukan dengan menggunakan ORI.96 dan untuk kecepatan arus hasil model
diverifikasi dengan hasil prediksi Tidal Model Driver
(TMD). Titik - titik verifikasi tersebut diperlihatkan
Gambar 1. Pemilihan waktu cuplik pasang surut mengacu pada titik A pada Gambar 1.

2.2

Desain Simulasi

Daerah penelitian difokuskan di daerah hilir Sungai Kapuas, Propinsi Kalimantan Barat, dimana
daerah model meliputi 1 9 LU - 0 49 LS dan 108 109 4035 BT, seperti yang terlihat pada Gambar 1.
Data batimetri diperoleh dari peta batimetri Kalimantan - Pantai Barat, Dinas Hidro-Oseanografi tahun
2005. Daerah model didiskritisasi dengan jumlah elemen 10645 dengan ukuran grid bervariasi mulai 200 m
di bagian sungai dan muara - muara Sungai Kapuas
hingga 25 km di perairan dalam (Gambar 1).
Domain model terdiri dari tiga batas terbuka, yaitu
batas terbuka utara, barat dan selatan dan pada tiap
titik di batas terbuka ini digunakan elevasi pasang
surut yang diramalkan dengan Tidal Model Driver
(TMD). Discharge sungai (hulu) diberikan data sintetik yaitu 1568,7 m3 /s, sedangkan data angin diperoleh dari NCEP (National Centers for Environmental
Prediction) dan diberikan seragam untuk seluruh domain model tetapi bervariasi terhadap waktu. Koefisien gesekan dasar menggunakan koefisien Manning

3.1

HASIL DAN PEMBAHASAN


Verifikasi Elevasi Muka Air dan Arus

Verifikasi elevasi muka air laut dan pola arus dilakukan


pada tiga titik verifikasi berbeda yaitu titik 1, 2 dan 3.
Sedangkan verifikasi acuan waktu cuplik pasang surut
dilakukan pada satu titik verifikasi yaitu titik A. (Lihat Gambar 1). Elevasi muka air dan pola arus hasil
model diverifikasi dengan hasil prediksi Tidal Model
Driver (TMD).
Elevasi muka air laut hasil model pada ketiga titik
pengamatan secara umum menunjukkan kesesuaian
yang cukup baik dengan hasil prediksi model pasut global ORI.96 baik phasa maupun amplitudonya
(Gambar 2, 3 dan 4).
Pola sirkulasi arus hasil model di titik 1 cenderung
lebih kecil dibandingkan dengan hasil model prediksi
TMD. Pola sirkulasi arus hasil model di titik 2 menunjukkan kesesuaian dengan hasil model prediksi TMD
(Gambar 5). Sebaliknya, pada titik 3 pola arus lebih
besar dibandingkan dengan hasil model prediksi TMD

1110-43

M. Ishak J., dkk./Perubahan Dasar Perairan . . .

SIMETRI Vol.1 No.1(D) Mei12

(Gambar 6).
3.2

UCAPAN TERIMA KASIH


Pada kesempatan ini perkenankan kami menyampaikan
terima kasih kepada:

Perubahan Batimetri Muara Sungai


Kapuas

Pola perubahan batimetri Muara Sungai Kapuas yang


diperoleh dari hasil simulasi model menggunakan gaya
pembangkit pasang surut, debit sungai dan angin
disajikan per bulan. Perubahan batimetri muara
sungai diketahui berdasarkan perubahan ketebalan
dasar muara sungai. Dari hasil simulasi akan terlihat daerah yang mengalami abrasi/terkikis dan daerah
akrasi/pengendapan. Daerah abrasi ditunjukkan oleh
nilai perubahan yang bertanda minus, demikian pula
sebaliknya.
Perubahan ketebalan dasar perairan muara Sungai Kapuas pada bulan Januari s.d Februari umumnya mengalami sedimentasi (pendangkalan) dengan
perubahan ketebalan sekitar 3 s.d 27 mm (Gambar 7
dan 8). Daerah muara sungai yang mengalami pengikisan yaitu pada daerah percabangan anak sungai Kapuas yang terletak pada bagian hulu daerah model
yang dianalisis.
Pada bulan Maret, secara umum hanya bagian hulu
daerah model yang mengalami peningkatan pendangkalan hingga mencapai 45 mm. Pada daerah percabangan anak sungai tetap mengalami pengikisan.
Pengikisan pada daerah percabangan anak sungai
Kapuas mencapai ketebalan 51 mm dan terjadi sebelum percabangan. Aktifitas sedimentasi di daerah
dekat percabangan anak sungai tersebut menunjukkan
bahwa suplai air dari anak sungai berperan sebagai penyebab terjadinya pengikisan. Sedangkan pada
daerah muara sungai yang dekat dengan mulut muara
cenderung mengalami perubahan ketebalan yang hampir sama dengan perubahan pada bulan Januari dan
Februari (ketebalan sedimentasi sekitar 15 mm) (Gambar 9).
Pendangkalan yang signifikan tersebut pada bulan
April semakin bergerak ke arah muara hingga mencapai daerah sebelum delta besar pada daerah model.
Hal ini menunjukkan bahwa material sedimen semakin
jauh diendapkan ke daerah muara seiring dengan peningkatan sedimentasi di daerah hulu daerah model.
Proses sedimentasi tersebut ditunjukkan pada Gambar 10.
4

1. Ibu Dr. Eng. Nining Sari Ningsih, Prof. Dr. Safwan


Hadi, Ph.D, Saudari Dian Martha yang telah bersedia
membimbing kami ditengah kesibukan mereka berdua
2. Direktur Eksekutif I-MHERE Universitas Tanjungpura atas perjuangan dan pengorbanan beliau bersama anggota timnya sehingga Program IMHERE dapat terlaksana dengan baik pada tiga
tahun terakhir.
3. Dekan Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura yang
telah memfasilitasi dengan baik terselenggaranya
kegiatan I-MHERE selama tiga tahun.
4. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah
membiayai penelitian ini.
5. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1]

Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting, dan M.J. Sitepu, 1996,


Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan lautan
Secara Terpadu, PT. Pradnya Paramita

[2]

Ditjen Pembangunan Daerah, Depdagri, 1998, Pedoman


Perencanaan dan Pengelolaan Pesisir Terpadu

[3]

Hadi, S., N.S. Ningsih, dan A. Tarya, 2006, Study in


sesional Variation of Cohecive Suspended Sediment
Transport in Estuari of Mahakam Delta by Using a
Numerical Model, Jurnal Teknik Sipil, Vol. 13, No. 1

[4]

Hutabarat dan Evans, 1984, Pengantar Oseanografi, UI


Press, Jakarta

[5]

Jumarang, M. I., Muliadi, dan A. Ihwan, 2008, Pola


sirkulasi Arus Tiga Dimensi Perairan Pantai Kalimantan
Barat, Journal Aplikasi Fisika FMIPA Haluoleo
University, Vol. 4 No.1, hal. 1-9

[6]

Ningsih, N.S., B. Priyono, S. Hadi, dan A. Tarya, 2007,


Studi Awal Pemodelan Numerik Transpor Sedimen 2D
Horisontal di Estuari Mahakam, Jurnal Teknologi Mineral,
Vol. XIV, No.2

[7]

Nontji, 1987, Laut Nusantara, Penerbit Djambatan,


Jakarta

[8]

Pathirana, K.P.P., C.S. Yu, and J. Berlamont, 1994,


Modelling Cohesive Sediment Transport in Tidal Waters,
Hydro-Port 94, International Conference on
Hydro-Technical Engineering for Port and Harbor
Construction, Yokosuka, Japan, October 19-21 1994

[9]

Simpson, J.H., 1997, Physical Processes in the ROFI


Regime, Journal of Marine Systems, 12

KESIMPULAN

Dalam rentang waktu simulasi, muara sungai Kapuas


umumnya mengalami pendangkalan dengan ketebalan
yang bervariasi. Pengendapan material sedimen terjadi hanya sampai pada daerah sebelum delta sungai
Kapuas, bahkan pada mulut muara bagian utara terjadi proses abrasi (pengikisan material dasar sungai)

[10]

Supriharyono, 2000, Pelestarian dan Pengelolaan Sumber


Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis, PT. Gramedia
Pustaka Utama

[11]

Uncles, R.J. and J.A. Stephens, 1998, Sediment Transport


in the Humber-Ouse Estuary, UK, during May 1994,
Physics of Estuary and Coastal Seas, Dronkers & Scheffers
(eds) Balkema, Rotterdam

1110-44

M. Ishak J., dkk./Perubahan Dasar Perairan . . .

SIMETRI Vol.1 No.1(D) Mei12

Gambar 4: Verifikasi elevasi hasil model (merah) terhadap


TMD (biru) di Titik 3

Gambar 1: Titik verifikasi ditandai dengan nomor 1, 2,


dan 3, acuan waktu cuplik pasang surut ditandai dengan
titik A

Gambar 5: Verifikasi arus hasil model (merah) terhadap


TMD (biru) di titik 2
Gambar 2: Verifikasi elevasi hasil model (merah) terhadap
TMD (biru) di Titik 1

Gambar 3: Verifikasi elevasi hasil model (merah) terhadap


TMD (biru) di Titik 2

Gambar 6: Verifikasi arus hasil model (merah) terhadap


TMD (biru) di titik 3

1110-45

M. Ishak J., dkk./Perubahan Dasar Perairan . . .

SIMETRI Vol.1 No.1(D) Mei12

Gambar 7: Pola perubahan batimetri pada bulan Januari


di muara. Studi kasus flokulasi

Gambar 10: Pola perubahan batimetri pada bulan April


di muara. Studi kasus flokulasi

Gambar 8: Pola perubahan batimetri pada bulan Februari


di muara. Studi kasus flokulasi

Gambar 9: Pola perubahan batimetri pada bulan Maret


di muara. Studi kasus flokulasi

1110-46

Vous aimerez peut-être aussi