Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Impetigo
Pengertian Impetigo
Etiologi
Epidemiologi
Pasien dapat lebih jauh menginfeksi dirinya sendiri atau orang lain
setelah menggaruk lesi. Infeksi seringkali menyebar dengan cepat
pada sekolah atau tempat penitipan anak atau juga pada tempat
dengan hygiene buruk atau tempat tinggal yang padat penduduk
(Cole, 1:2007).
Faktor Predisposisi
Manifestasi Klinik
Impetigo Krustosa
Tempat predileksi tersering pada impetigo krustosa adalah
di wajah, terutama sekitar lubang hidung dan mulut,
karena dianggap sumber infeksi dari daerah tersebut.
Tempat lain yang mungkin terkena, yaitu anggota gerak
(kecuali telapak tangan dan kaki), dan badan, tetapi
umumnya terbatas, walaupun penyebaran luas dapat
terjadi (Boediardja, 2005; Djuanda, 2005).
Biasanya mengenai anak yang belum sekolah. Gatal dan
rasa tidak nyaman dapat terjadi, tetapi tidak disertai gejala
konstitusi. Pembesaran kelenjar limfe regional lebih sering
disebabkan oleh Streptococcus.
Manifestasi Klinik
Impetigo Krustosa
Manifestasi Klinik
Impetigo Bulosa
Manifestasi Klinik
Impetigo Bulosa
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis Banding
1. Dermatitis atopi: keluhan gatal yang berulang atau
berlangsung lama (kronik) dan kulit kering; penebalan
pada lipatan kulit terutama pada dewasa (likenifikasi);
pada anak seringkali melibatkan daerah wajah atau
tangan bagian dalam.
2. Candidiasis (infeksi jamur candida): papul merah,
basah; umumnya di daerah selaput lender atau daerah
lipatan.
3. Dermatitis kontak: gatal pada daerah sensitive yang
kontak dengan zat-zat yang mengiritasi.
4. Diskoid lupus eritematus: lesi datar(plak), batas tegas
yang mengenai sampai folikel rambut.
5. Ektima: lesi berkrusta yang menutupi daerah ulkus (luka
dengan dasar dan dinding) dapat menetap selama
beberapa minggu dan sembuh dengan jaringan parut
bila infeksi sampai jaringan kulit dalam (dermis).
Diagnosis Banding
6. Herpes simpleks: vesikel berkelompok dengan dasar
kemerahan yang pecah menjadi lecet tertutupi oleh
krusta, biasanya pada bibir dan kulit.
7. Gigitan serangga: Terdapat papul pada daerah gigitan,
dapat nyeri.
8. Skabies: Papula yang kecil dan menyebar, terdapat
terowongan pada sela-sela jari, gatal pada malam hari.
9. Varisela: Vesikel pada dasar kemerahan bermula di
badan dan menyebar ke tangan, kaki, dan wajah; vesikel
pecah dan membentuk krusta; lesi terdapat pada
beberapa tahap (vesikel, krusta) pada saat yang sama
(Cole, 3:2007).
Komplikasi
Penatalaksanaan
1. Terapi nonmedikamentosa
Menghilangkan krusta dengan cara mandikan anak selama 20-30
menit, disertai mengelupaskan krusta dengan handuk basah
Mencegah anak untuk menggaruk daerah lecet. Dapat dengan
menutup daerah yang lecet dengan perban tahan air dan memotong
kuku anak
Lanjutkan pengobatan sampai semua luka lecet sembuh
Lakukan drainase pada bula dan pustule secara aseptic dengan
jarum suntik untuk mencegah penyebaran local
Dapat dilakukan kompres dengan menggunakan larutan NaCl 0,9%
pada impetigo krustosa.
Lakukan pencegahan seperti yang disebutkan pada point XI di
bawah
Penatalaksanaan
2.
Terapi medikamentosa
a. Terapi topikal
Pengobatan topikal sebelum memberikan salep antibiotik
sebaiknya krusta sedikit dilepaskan baru kemudian diberi
salep antibiotik. Pada pengobatan topikal impetigo
bulosa bisa dilakukan dengan pemberian antiseptik atau
salap antibiotik (mupirocin, fusidic acid, ratapamulin, dan
dicloxacilin).
(Djuanda, 57:2005).
Penatalaksanaan
2.
Terapi medikamentosa
b. Terapi sistemik
1. Penisilin dan semisintetiknya (pilih salah satu)
2. Eritromisin (bila alergi penisilin)
3. Clindamisin (alergi penisilin dan menderita saluran cerna)
4. Penggunaan terapi antibiotik sistemik lainnya
Pencegahan Impetigo
1. Cuci tangan segera dengan menggunakan air mengalir bila habis kontak
dengan pasien, terutama apabila terkena luka.
2. Jangan menggunakan pakaian yang sama dengan penderita
3. Bersihkan dan lakukan desinfektan pada mainan yang mungkin bisa
menularkan pada orang lain, setelah digunakan pasien
4. Mandi teratur dengan sabun dan air (sabun antiseptik dapat digunakan,
namun dapat mengiritasi pada sebagian kulit orang yang kulit sensitif)
5. Higiene yang baik, mencakup cuci tangan teratur, menjaga kuku jari tetap
pendek dan bersih
6. Jauhkan diri dari orang dengan impetigo
7. Cuci pakaian, handuk dan sprei dari anak dengan impetigo terpisah dari yang
lainnya. Cuci dengan air panas dan keringkan di bawah sinar matahari atau
pengering yang panas. Mainan yang dipakai dapat dicuci dengan disinfektan.
8. Gunakan sarung tangan saat mengoleskan antibiotik topikal di tempat yang
terinfeksi dan cuci tangan setelah itu.
Impetigo
Pengkajian
Keluhan Utama
Misalnya: luka garukan di regio lumbal posterior dekstra.
Pengkajian
Riwayat Pengobatan
Tanyakan, apakah pernah berobat ke dokter umum? Apakah keluhan
berkurang setelah diberi obat?
Riwayat Alergi
Kaji apakah pada riwayat alergi makanan atau obat atau jenis alergi
lainnya.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Kesadaran
: komposmentis
Keadaan Umum
: baik
Kepala/Leher
Thorak cor
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas
Genitalia
Pemeriksaan Fisik
Status Lokalis
Lokasi
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat:
Intervensi
Diagnosa 1
Kerusakan integritas kulit b/d lesi dan cedera mekanik
(garukan pada kulit yang gatal)
Intervensi:
1. Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang longgar
2. Potong kuku dan jaga kebersihan tangan klien
3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
4. Monitor kulit akan adanya kemerahan
5. Mandikan pasien dengan air hangat dan sabun (antiseptik)
6. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik topikal pada klien
7. Beri pengetahuan pada klien agar jangan menggaruk lukanya
Intervensi
Diagnosa 2
Resiko penyebaran infeksi b/d daya tahan tubuh menurun, malnutrisi,
proses inflamasi, dan prosedur infasif
Intervensi:
1. Monitor tanda dan gejala infeksi
2. Monitor kerentanan terhadap infeksi
3. Batasi pengunjung bila perlu
4. Instruksikan pengunjung untuk cuci tangan saat berkunjung dan
saat meninggalkan pasien
5. Pertahankan lingkungan aseptic selama pengobatan berlangsung
6. Berikan perawatan kulit pada area epidema
7. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas
8. Inspeksi kondisi luka
9. Berikan terapi antibiotik bila perlu
10.Ajarkan cara menghindari infeksi
Intervensi
Diagnosa 3
Gangguan citra tubuh b/d perubahan dalam penampilan sekunder
Intervensi:
1.
2.
Intervensi
Diagnosa 4
Cemas b/d perubahan status kesehatan
Intervensi:
1. Identifikasi kecemasan
2. Gunakan pendekatan yang menenangkan
3. Temani pasien untuk memberi keamanan dan mengurangi takut
4. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
5. Berikan informasi faktual tentang diagnosis, tindakan prognosis
6. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
Intervensi
Diagnosa 5
Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
Evaluasi
Evaluasi didasarkan pada kemajuan pasien dalam mencapai hasil
akhir yang ditetapkan yaitu meliputi:
Kesejahteraan fisik pasien dipertahankan.
Pasien akan mengembangkan koping yang efektif.
Setiap anggota keluarga akan melanjutkan pertumbuhan dan
perkembangan yang sehat.
Perawat dapat yakin bahwa perawatan berlangsung efektif jika
kesejahteraan fisik pasien dipertahankan.
Pasien dan keluarganya dapat mengatasi masalahnya secara efektif,
dan setiap anggota keluarga dapat meneruskan pola pertumbuhan
dan perkembangan yang sehat
Etiologi
Ruam disebabkan oleh roseola dan erythema infectiosum
(penyakit fith) adalah tidak berbahaya dan biasanya mereda tanpa
pengobatan. Ruam disebabkan campak, rubella, dan cacar air
menjadi tidak umum karena anak mendapatkan vaksin.
Beberapa faktor penyebab terjadinya ruam popok ( diaper rash,
diaper dermatitis, napkin dermatitis ), antara lain:
Faktor kelembaban.
Gejala Klinis
Patofisiologi
Penatalaksanaan
Pengkajian
Pola sensori
Pemeriksaan fisik
(status kesehatan umum, pemeriksaan head to toe,
pemeriksaan penunjang)
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d kerusakan kulit /
jaringan
2. Gangguan integritas kulit b/d kerusakan permukaan kulit
karena destruksi jaringan
3. Gangguan mobilitas fisik, kerusakan
Intervensi
Diagnosa 1
Gangguan rasa nyaman nyeri b/d kerusakan kulit / jaringan
Intervensi:
Intervensi
Diagnosa 2
Gangguan integritas kulit b/d kerusakan permukaan kulit karena
destruksi jaringan.
Intervensi:
Cuci sisi dengan sabun ringan, cuci dan minyai dengan krim.
Rasional: kulit graft baru dan sisi donor yang sembuh
memerlukan perawatan khusus
Intervensi
Diagnosa 3
Evaluasi
Keefektifan tindakan.
Morbili
Pengertian Morbili
Etiologi
Epidemiologi
Patofisiologi
Secara sederhana dan dengan pembuatan pohon masalah,
patofisiologi morbili dapat dijelaskan sebagai berikut :
Patologi Anatomi
Pada organ limfoid dijumpai
Hiperplasia folikuler yang nyata
Sentrum germinativum yang besar
Sel Warthin-Finkeldey
Sel datia berinti banyak yang tersebar secara acak
Sel ini memiliki nukleus eosinofilik dan jisim inklusi dalam
Sitoplasma
Sel ini merupakan tanda patognomonik campa
Pada bercak Koplik dijumpai:
Nekrosis
Neutrofil
Neovaskularisasi
Manifestasi Klinik
Manifestasi Klinik
Stadium erupsi
Coryza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema / titik merah
dipalatum durum dan palatum mole. Terjadinya eritema yang berbentuk
makula papula disertai dengan menaiknya suhu tubuh. Eritema timbul
dibelakang telinga dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan
bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan primer pada
kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Terdapat pembesaran kelenjar getah
bening disudut mandibula dan didaerah leher belakang. Juga terdapat
sedikit splenomegali, tidak jarang disertai diare dan muntah. Variasi dari
morbili yang biasa ini adalah Black Measles yaitu morbili yang disertai
perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(hiperpigmentasi) yang bisa hilang sendiri.
Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit
yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk
morbili. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam
kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi.
Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi
Komplikasi
Pencegahan
1. Imunusasi aktif
Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup yang telah
dilemahkan. Vaksin hidup yang pertama kali digunakan adalah Strain Edmonston
B. Pelemahan berikutnya dari Strain Edmonston B. Tersbut membawa
perkembangan dan pemakaian Strain Schwartz dan Moraten secara luas. Vaksin
tersebut diberikan secara subkutan dan menyebabkan imunitas yang
berlangsung lama.
Imunusasi pasif dengan serum oarng dewasa yang dikumpulkan, serum stadium
penyembuhan yang dikumpulkan, globulin placenta (gama globulin plasma) yang
dikumpulkan dapat memberikan hasil yang efektif untuk pencegahan atau
melemahkan campak. Campak dapat dicegah dengan serum imunoglobulin
dengan dosis 0,25 ml/kg BB secara IM dan diberikan selama 5 hari setelah
pemaparan atau sesegera mungkin.
Pengobatan
Terdapat indikasi pemberian obat sedatif, antipiretik untuk
mengatasi demam tinggi. Istirahat ditempat tidur dan
pemasukan cairan yang adekuat. Mungkin diperlukan
humidikasi ruangan bagi penderita laringitis atau batuk
mengganggu dan lebih baik mempertahanakan suhu ruangan
yang hangat.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Darah
Penetalaksanaan Teraupetik
Pemberian vitamin A
Morbili
Pengkajian
A. Identitas diri :
B. Riwayat Imunisasi
C. Kontak dengan orang yang terinfeksi
D. Pemeriksaan Fisik :
1) Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia
2) Kepala : sakit kepala
3) Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan hidung
(pada stad eripsi ).
4) Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit.
5) Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler pada
leher, muka, lengan dan kaki (pada stad. Konvalensi), evitema, panas (demam).
6) Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi, sputum
7) Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.
Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare
9) Status Nutrisi : intake output makanan, nafsu makanan
E. Keadaan Umum : Kesadaran, TTV
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
1.
2.
3.
4.
5.
Intervensi
Diagnosa 1
Resiko penyebaran infeksi bd/ organisme virulen
Intervensi:
Intervensi
Diagnosa 2
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d adanya batuk
Intervensi:
Intervensi
Diagnosa 3
Gangguan integritas kulit b/d adanya rash
Intervensi:
Intervensi
Diagnosa 4
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak memadai
Intervensi:
Intervensi
Diagnosa 5
Gangguan aktivitas diversional b/d isolasi dari kelompok sebaya
Intervensi:
Evaluasi
1.
2.
3.
4.
5.
Rubella
Pengertian Rubella
Saat ini, sebagian besar infeksi rubella terjadi pada priawanita dewasa usia muda dan bukan pada anak-anak. Hal ini
memicu bahaya laten yang mungkin akan berdampak pada
anak-anak yang akan mereka miliki di masa datang.
Gejala lain dari rubella, yang sering ditemui pada remaja dan
orang dewasa, termasuk: sakit kepala, kurang nafsu makan,
conjunctivitis ringan (pembengkakan pada kelopak mata dan
bola mata), hidung yang sesak dan basah, kelenjar getah
bening yang membengkak di bagian lain tubuh, serta adanya
rasa sakit dan bengkak pada persendian (terutama pada wanita
muda). Banyak orang yang terkena rubella tanpa menunjukkan
adanya gejala apa-apa.
Pencegahan
Vaksin rubella tidak boelh diberikan kepada wanita hamil atau wanita yang
akan hamil dalam jangka waktu satu bulan sesudah pemberian vaksin.
Wanita hamil yang tidak kebal terhadap rubella harus menghindari orang
yang mengidap penyakit ini harus diberikan vaksinasi setelah melahirkan
sehingga dia akan kebal terhadap penyakit ini di kehamilan berikutnya
Masa Inkubasi
Penanganan
Rubella tidak dapat ditangani dengan antibiotik karena AB tidak
dapat digunakan untuk mengatasi infeksi virus Wanita hamil yang
terkena rubella harus segera menghubungi dokter spesialis.
Penanganan di rumah
Varisela
Pengertian Varisela
Etiologi
Manifestasi Klinis
Patofisiologi
Patofisiologi
Hal lain yang harus dijelaskan, setelah infeksi primer VZV bertahan
hidup dengan cara menjadi dormant di system saraf sensorik,
terutama Geniculatum, Trigeminal, atau akar Ganglia Dorsalis dan
dormant. Mekanisme imunologi host gagal menekan replikasi virus,
namun VZV diaktifkan kembali jika mekanisme host gagal
menampilkan virus. Kadang kadang terjadi setelah ada trauma
langsung. Viremia VZV sering terjadi bersama dengan herpes
zoster. Virus bermigrasi dari akar saraf sensoris dan menimbulkan
kehilangan sensoris pada dermatom dan rash yang nyeri dan khas.
Penatalaksanaan
Ensefalitis
Pengkajian
Diagnosa Keperawatan
1.
2.
3.
4.
Intervensi
Diagnosa 1
Gangguan integritas kulit b/d Trauma
Intervensi:
Anjurkan mandi secara teratur
Hindari menggaruk lesi
Gunakan pakaian yang halus/lembut
Intervensi
Diagnosa 2
Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d kerusakan kulit /
jaringan
Intervensi:
Intervensi
Diagnosa 3
Potensial penularan infeksi b/d kerusakan perlindungan kulit
Intervensi:
Lakukan isolasi (strict isolation) :
Prosedur strict isolation :
a. Ruangan tersendiri; pintu harus selalu tertutup. Klien yang terinfeksi
karena organisme yang sama dapat ditempatkan dalam ruangan yang
sama.
b. Gunakan masker, pakaian khusus, dan sarung tangan bagi semua orang
yang masuk kedalam ruangan.
c. Selalu cuci tangan setelah menyentuh klien atau benda-benda yang
kemungkinan terkontaminasi serta sebelum memberikan tindakan
kepada klien lain.
d. Semua benda-benda yang terkontaminasi dibuang atau dimasukan
kedalam tempat khusus dan diberi label sebelum dilakukan
dekontaminasi atau diproses ulang kembali
Intervensi
Diagnosa 4
Kurang pengetahuan b/d salah interpretasi informasi
Intervensi:
Ajarkan pada orang tua dalam melakukan perawatan
terhadap anaknya di ruamah tentang hal-hal di atas.
Evaluasi
Masalah gangguan intebritas kulit dikatakan teratasi apabila :
Krusta berkurang
SEKIAN
Terimakasih