Vous êtes sur la page 1sur 12

AIR BERSIH DAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI

2.3.2 Syarat Air Bersih


A. Persyaratan Fisika
Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan fisik seperti berikut :
1. Jernih atau tidak keruh (kekeruhan)
Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari bahan tanah liat. Semakin banyak
kandungan koloid maka air semakin keruh. Derajat kesatuan dinyatakan dengan satuan unit.
2. Tidak berwarna (warna)
Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan
lain yang berbahaya bagi kesehatan.
3. Rasa
Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit, atau asin
menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam
tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam
anorganik.
4. Tidak berbau
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau
busuk mengandung bahan-bahan organik yang sedang mengalami dekomposisi (penguraian) oleh
mikroorganisme air.

5. Temperatur normal (suhu)


Air yang baik harus memiliki temperatur sama dengan tempertur udara (20C sampai dengan 60C).
Air yang secara mencolok mempunyai temperatur di atas atau di bawah temperatur udara berarti
mengandung zat-zat tertentu (misalnya fenol yang terlarut di dalam air cukup banyak) atau sedang
terjadi proses tertentu (proses dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme yang menghasilkan
energi) yang mengeluarkan atau 17 menyerap energi dalam air.
6. Jumlah Zat Padat Terlarut (TDS)
TDS biasanya tersdiri atas zat organik, garam anorganik dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka
kesadahan akan naik. Efek TDS ataupun kesadahan terhadap kesehatan tergantung pada spesies
kimia penyebab masalah tersebut.
B. Persyaratan Kimia
Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia menurut berikut ini :
1. pH netral
Derajat keasaman air harus netral, tidak boleh bersifat asam maupun basa. Air yang mempunyai pH
rendah akan bersifat asam, sedangkan pH tinggi akan bersifat basa. Air yang murni mempunyai pH =
7, pH di bawah 7 akan bersifat asam sedangkan pH di atas 7 akan bersifat basa.

2. Tidak mengandung bahan kimia beracun


Air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia beracun seperti sianida, sulfida, fenolik.
3. Tidak mengandung ion-ion logam
Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam atau ion logam seperti Fe, Mg, Ca, K, Hg, Zn, Mn,
Cl, Cr, dan lain-lain.
4. Kesadahan rendah
Tingginya kesadahan berhubungan dengan garam-garam yang terlarut di dalam air terutama garam
Ca dan Mg.
5. Tidak mengandung bahan organik
Kandungan bahan organik dalam air dapat terurai menjadi zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan.
Bahan-bahan organik itu seperti, NH_4,
dan
.
C. Persyaratan Mikrobiologi
Persyaratan mikrobiologis yang harus dipenuhi oleh air dapat diketahui melalui uji
bakteriologis. Pada umumnya uji bakteriologis yang harus dipenuhi oleh air sebagai berikut (Pitojo
dan Purwantoyo, 2003) :
1. Tidak

mengandung

bakteri

patogen,

misalnya

bakteri Escherichia

coli, Shigella

dysenteriae, Salmonella typhi, Salmonella parathypi, Vibrio cholerae. Bakteri-bakteri ini mudah
tersebar melalui air (transmitted by water).
2. Tidak

mengandung

bakteri

non-patogen,

seperti Actinomycetes, Phytoplankton

coliform,

Ciadocera, Coliform, Fecal streptococci, Iron bakteri.


D. Persyaratan Radioaktif
Apapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama, yakni menimbulkan kerusakan pada sel
yang terpapar (Purbowarsito 2011).

2.4 Escherichia coli


Bakteri merupakan mikroorganisme bersel tunggal yang memiliki kemiripan dengan sel
tanaman, tetapi tidak memiliki klorofil. Bakteri berbentuk batang dikenal dengan nama bacil,
sedangkan yang berbentuk bulat digolongkan dalam bentuk coccus. Bentuk bakteri spiral dikenal
sebagai sprillum (Purnawijayanti 2001, h. 53). Bakteri Escherichia colimerupakan bakteri fakultatif
anaerobik bersifat Gram

negatif, berbentuk

batang

termasuk

dalam

family Enterobacteriaceae. Bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherich ini dapat ditemukan
dalam usus besar pada manusia dan hewan sebagai flora normal. Pertama dijumpai pada tahun
1885, bakteri ini kemudian dikenal bersifat komensal maupun berpotensi patogen. Bakteri Escherichia

terdiri dari 2 spesies yaitu: Escherichia coli dan Escherichia hermanii. Eschericia coli bersifat unik
karena dapat menyebabkan infeksi pada usus (Jawetz et al 1994, h. 163). Kebanyakan tempat yang
sering mengalami infeksi klinis adalah saluran air kemih, sistem biliary dan tempat lain dalam rongga
perut tetapi beberapa tempat anatomi (bakteremia, kelenjar prostat, paru-paru, tulang, meningen)
dapat menjadi tempat penyakit (Brooks G F et al 2005, h. 357). Bila Escherichia coli masuk di organ
lain misalnya saluran kemih, akan menyebabkan penyakit yaitu infeksi saluran kemih (Arisman 2012,
h. 93).

2.4.1 Klasifikasi Bakteri Escherichia coli


Escherichia coli dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

2.4.2

Kingdom

: Bacteria

Filum

: Proteobacteria

Kelas

: Gamma Proteobacteria

Ordo

: Enterobacteriales

Famili

: Enterobacteriaceae

Genus

: Escherichia

Spesies

: Escherichia coli

Morfologi Escherichia coli


Escherichia coli adalah kuman berbentuk batang pendek Gram negatif
dengan ukuran 0,4 0,7 m X 1 - 4 m, sebagian besar gerak positif dan beberapa
strain

mempunyai

suasana aerobic atau

kapsul

(Jawetz

et

al

1994,

h.

fakultatif an-aerobic. Escherichia

163).

Tumbuh

pada

colimempunyai

sifat

menekan pertumbuhan bakteri proteolitik yang lain dalam usus, memproduksi


polipeptida yang bersifat baktericidal yang disebut Colicin yang bisa membunuh
bakteri lainnya yang tidak bertanggung jawab, produksi vitamin B komplek dalam
usus manusia, Colicin mirip Marcescim pada bakteri Serratia (Ratnasari, E dan
Rosmiyyati, A 2011).

Gambar 2.1 Escherichia coli

Gambar 2.2 Pewarnaa Gram Escherichia coli


2.4.3 Fisiologi
Escherichia coli tumbuh baik hampir pada semua media yang biasa dipakai di
laboraturium Mikrobiologi, pada media yang dipergunakan untuk isolasi bakteri
enterik, sebagian besar strainEscherichia coli tumbuh sebagai koloni yang meragi
laktosa. Escherichia coli bersifat mikroaerofilik. Beberapa strain bila ditanam pada
agar darah menunjukkan hemolisis tep beta pada media EMB menghasilkan warna
kemilau metallic sheen green. Beberapa tes biokimia yang dipakai untuk diagnostik
bakteri Escherichia coli (Dikutip dari G.I. Barrow and R.K.A. Feltham 1993, hh. 135136).
Tabel 2.1 : Tes Uji biokimia
TES
REAKSI
Motilitas
-/+
Pigmen Kuning
Pigmen Merah
MacConkay
+
Simmons citrate
Christensens citrate
-/+
Urea
Gelatin hydrolysis
Growth in KCN medium
-

H2S (PbAc paper)


H2S from TSI
Gluconate
Malonate
ONPG
Phenylalanine
Arginine dihydrolase
Lysin dihydrolase
Ornithine decarboxylase
Selenite reduction
Casein hydrolysis
DNase production
Carbohydrates
(water
pepton
medium),
Gas
Glucosa
Adonitol
Arabinose
Cellobiose
Dulcitol
Glycerol
Inositol
Lactosa
Maltosa
Mannitol
Raffinose
Rhamnose
Salicin
Sorbitol
Sucrosa
Trehalose
Xylose
Starch
MR tes (37C) 2hari
MR tes (37C) 4hari
VP tes (37C) 2hari
VP tes (37C) 4hari
Indole

-/+
-/+
-/+
-/+
-/+
-/+
+
-/+
+
-/+
+
+
-/+
+
-/+
+
-/+
+
+
+
+
+

Sumber : G.I. Barrow and R.K.A.Feltham 1993

2.4.4

Habitat
Habitat Escherichia coli hidup sebagai flora normal pada usus manusia dan
hewan, tapi dapat ditemukan pada tumbuhan, sayuran atau buah-buahan yang
tercemar. Escherichia coli flora normal keluar melalui tinja, bila keluar usus (bila

sering) akan menjadi patogen yang dapat menyebabkan infeksi saluran kencing.
Lainnya

dapat

menyebabkan

meningitis,

septicemia,

endocarditis,

dermatitis. Escherichia coli yang patogen diusus dilihat dari antigennya, misalnya
Entero PathogenicEscherichia coli (EPEC). Perbedaannya dengan Escherichia
coli adalah dengan melihat perbedaan struktur antigennya (O Ag dan K
Ag).Escherichia coli mempunyai komponen Antigen yaitu : Somatik Ag (O Ag), ada
badan bakteri dan bersifat termostabil; Capsuler Ag (K Ag), pada bagian luar bakteri
bersifat termolabil; Flagella Ag (H Ag), bersifat termolabil (tidak tahan panas)
(Ratnasari, E dan Rosmiyyati, A 2011).
2.4.5 Epidemiologi

Epidemiologi Escherichia

coli

enterohemoragik (EHEC)

kini

merupakan emerging cause keracuanan makanan di Amerika serikat dan Kanada.


Reservoir utama Escherichia coli enterohemoragik (EHEC) adalah ternak lembu dan
sapi. Di Amerika Serikat, diperkirakan telah terjadi 100.000 kasus pencemaran
akibat shiga-toxin-producing Escherichia coli pertahun, dan hampir 50% didominasi
oleh galur selain O157:H7. Sementara, Escherichia coli enterotoksigenik (ETEC)
dan galur lain menyebabkan angka kesakitan hingga lebih dari 150.000 setahun.
Pada tingkat dunia, Escherichia coli enterotoksigenik (ETEC) telah mengakibatkan
lebih dari 600 juta kasus diare setahun dengan korban meninggal 700.000 anak
balita, terutama di negara berkembang.Travellers diarrhoea juga disebabkan
oleh Escherichia coli (Arisman 2012, h. 93).
2.4.6

Patogenesis
Patogenesis Escherichia coli sejauh ini, ada 4 kelas Escherichia coli yang
bersifat enterovirulen. Keempat kelas tersebut adalahEscherichia coli entero
patogenik

(EPEC), Escherichia

colienterotoksigenik

(ETEC), Escherichia

coli enteroinvasif (EIEC), danEscherichia coli enterohemoragik (EHEC). Escherichia


colienteropatogenik (EPEC) menyebabkan diare yang parah pada bayi, meskipun
mekanismenya belum dapat dijelaskan. Escherichia colienterotoksigenik (ETEC)
menghasilkan dua jenis toksin yang bersifat stabil dan agak labil terhadap panas dan

menyebakan diare pada anak dan bayi, yaitu penyakit mirip dengan kolera (di
daerah

endemis

kolera)

dantravellers

diarrhoea (ditularkan

lewat

air

dan

makanan). Escherichia colienteroinvasif (EIEC) menginvasi dan berproliferasi di


dalam sel epitel mukosa sehingga tidak jarang menimbulkan colonic epithelial cell
death.
1. Escherichia coli enterotoksigenik (ETEC)
Escherichia

coli enterotoksigenik

(ETEC)

adalah

penyebab

utama travellers

diarrhea dan infantile diarrhea di negara berkembang. Diare pada kasus ini berupawatery
diarrhea, dengan gradasi keparahan berkisar dari ringan sampai parah. Patogenesis diare oleh
famili Escherichia coli enterotoksigenik (ETEC) berkaitan dengan enterotoksin yang dihasilkannya.
Toksin itu sendiri terbagi menjadi heat labile toxins (struktur dan fungsi mirip sekali dengan toksin
yang disekresikan oleh Vibrio cholera) dan heat stable toxins.

2. Escherichia coli enteroinvasif (EIEC)


Escherichia coli enteroinvasif (EIEC) dapat menginfeksi sel-sel epitel mukosa usus sehingga
menyebabkan terjadinya watery diarrhea, disentri, demam, muntah, kram, dan nyeri perut hebat,
serta tenesmus. Tinja kerap mengandung darah (lekosit dan eritrosit).
3. Escherichia coli enteropatogenik (EPEC)
Escherichia coli enteroaggregatif (EAEC), dan diffusely adherent Escherichia coli (DAEC)
menyebabkan diare berair dan disentri.
4. Escherichia coli enterohemoragik (EHEC)
Mampu

mengeluarkan shiga

like

toxins,

yang

menyebabkan

dua

macam

sindrom,

yaitu hemorrhagic colitis dan hemolytic uremic syndrome (HUS) diare berdarah. Toksin ini pula yang
bertanggung jawab terhadap gejala sisa sistemik (systemic sequale) akibat penyakit ini (Arisman
2012, hh. 93-94).

2.4.7

Gejala klinis
Inkubasi berlangsung selama 12 jam hingga 3 hari. Gejala timbul 18-48 jam setelah
menyantap makanan yang tercemar berupa nyeri dan diare, terkadang disertai oleh demam serta
muntah. Beberapa faktor dalam pencegahan infeksi Escherichia coli, seperti keasaman lambung,
keutuhan flora, dam motilitas usus. Bayi yang diberikan ASI kemungkinan untuk mengalami diare
akibat bakteri tersebut kecil sekali karena di dalam ASI terkandung faktor pelindung (Arisman 2012,
hh. 94-95).

1. Escherichia coli enterotoksigenik (ETEC)

Periode inkubasi Escherichia coli enterotoksigenik (ETEC) berkisar dari 1-2


hari, kemudian berlanjut dengan timbulnya diare berair (watery diarrhea), tanpa
disertai darah, lendir, atau lekosit. Menyebabkan mual hingga muntah, tetapi
sebagian besar penderita tidak disertai demam. Penyakit ini bersifat selflimited, biasanya gejala ini akan lenyap sendiri dalam kurun waktu kurang dari 5 hari.
2. Escherichia coli enteropatogenik (EPEC)
Escherichia coli enteropatogenik (EPEC) yang menyerang terutama bayi dan
anak, menyebabkan diare berair. Jika keadaan ini menjadi parah pada anak-anak,
akan terjadi dehidrasi yang (seandainya situasi berubah kronik) mengarah pada
gagal pertumbuhan.
3. Escherichia coli enteroinvasif (EIEC)

Gejala yang ditimbulkan oleh Escherichia coli enteroinvasif (EIEC) berkisar dari
diare berair ringan (mild watery diarrhea) hingga kolitis hemoragik yang parah.
Setelah masa inkubasi 1-5 hari dilalui, diare berair terjadi dan kerap diikuti oleh kram
perut serta muntah. Pada kebanyakan pasien, diare berdarah biasanya muncul 1-2
hari setelah gejala pertama timbul, tetapi tidak terkait dengan keberadaan lekosit
dalam tinja. Demam sering kali menjangkit sepertiga kasus, sementara penyakit ini
berlangsung selama 4-10 hari.
4. Escherichia coli enterohemoragik (EHEC)
Escherichia coli enterohemoragik (EHEC) tak mungkin diisolasi dari tubuh
penderita ketika HUS telah terjadi. Hemolytic-uremic syndrome terdiri atas trias
mikroangiopati akibat anemia hemolitik, trombositopenia, dan insufiensi ginjal.
Sindrom ini biasanya terjadi pada minggu kedua (kisaran 2-14 hari) perjalanan
penyakit, bahkan tidak jarang timbul setelah diare sembuh. Ketika HUS terjadi,
penderita tampak pucat, sangat lemah, gelisah, serta oliguri atau anuri pada
pemeriksaan. Gagal ginjal kronis (GGK) akan terjadi pada sebanyak 10% penderita
HUS. Hemolytic-uremic syndrome adalah penyebab kematian pada 3-5 % penderita
GGK (Arisman 2012, hh. 94-95).
2.4.8

Pemeriksaan Laboratoris

Untuk isolasi dan identifikasi kuman Escherichia coli dari bahan pemeriksaan
klinik dipakai metode dan media sesuai dengan metode untuk kuman enterik lain.
Deteksi sebagian besar strain Escherichia colipatogen memerlukan metode khusus
untuk mengidentifikasi toksin yang dihasilkan. Sampai saat ini metode yang ada
masih memerlukan tes dengan binatang percobaan dan kultur jaringan yang cukup
mahal dan kurang praktis. Beberapa metode baru berdasarkan tes imunologi dan
teknik hibridasi DNA sudah dikembangkan, tetapi belum beredar di pasaran luas,
misalnya: tes Elisa (enzyme-linked immunosorbent assay) particle agglutination
methods Co-agglutination dengan protein AStaphylococus aureus yang telah
berikatan dengan antibodi terhadap enterotoksin Escherichia coli, hibridasi DNADNA pada koloni kuman atau langsung pada specimen tinj (Jawetz et al 1994, h.
165).
2.4.9 Penanganan
Penanganan

keracunan

makanan

yang

dilatarbelakangi

oleh

familiEscherichia coli pada prinsipnya serupa dengan pengobatan gastroenteritis


bakterial lain, terutama yang bersifat suportif, yaitu mempertahankan keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh. Pada kasus ringan-sedang cukup diberi ORT (Oral
Rehydration Therapy). Jika ORT tak dapat diberikan atau dehidrasi sudah berada
pada tingkat yang parah, berikan cairan intravena. Obat antimotilitas tidak
diperkenankan, sementara pemberian antibiotik harus menanti hasil biakan.
Pengobatan sementara (presumptive therapy) dengan menggunakan antibiotik tidak
dianjurkan karena potensi kejadian HUS yang besar, terutama jika berhadapan
dengan E.coli 0157:H7 (CS. Wong, 2000). Profilaksistravelers diarrhea dengan
bismuth subsalisilat, trimetoprim, dan sulfametoksazol pada anak tidak dianjurkan
karena potensi akumulasi asam salisilat serta reaksi alergi. Selain itu, belum ada
bukti kajian ilmiah terhadap manfaat penggunaan antibiotik untuk pengobatan EHEC
dan EIEC (Arisman 2012, h. 96).
2.4.10 Pengobatan

Kuman Escherichia coli yang diisolasi dari infeksi di dalam masyrakat


biasanya sensitif terhadap obat-obat antimikroba yang digunakan untuk organisme
negatif Gram, meskipun terdapat juga strain-strain resisten, terutama pada pasien
dengan riwayat pengobatan antibiotika sebelumnya. Pada pasien-pasien dengan
diare, perlu dijaga keseimbangan cairan dan elektrolitnya.
2.4.11 Pencegahan
Anak yang menderita diare akibat E.coli serotipe 0157:H7 tidak diperbolehkan
kembali berkumpul dengan teman sebaya sebelum diare membaik dan dua kultur
tinja negatif. Bagi mereka yang sering berpergian ke wilayah endemis, travelers
diarrhea akan tercegah jika mereka tidak mengkonsumsi es, selada, sayuran
mentah, dan buah yang tidak dikupas sendiri. Selain itu, hindari minuman berkarbon
dan usahakan tidak mengkonsumsi daging setengah matang (Arisman 2012, h. 97).

DAFTAR PUSTAKA
Arisman 2012, Keracunan Makanan: Buku Ajar Ilmu Gizi, EGC, Jakarta.
Arikunto, S 2010, Prosedur Penelitian, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Brooks G F, Butel JS, Morse SA. Jawetz, Melnick, & Adelbergs Medical
2005. Microbiology. revisi edition. United States: The McGraw-Hill Companies Inc.
Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Chandra, B 2007, Pengantar Kesehatan Lingkungan , EGC, Jakarta.
Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang, 2012. Tentang Data Kasus Diare Yang Terjadi Di
Jombang.
dr. Suparyanto, M.Kes 2013. Sekilas Tentang Penyakit Diare. Diakses pada tanggal 24
Maret 2014. http://dr-suparyanto.blogspot.com/2013/05/sekilas-tentang-penyakitdiare.html.
G.I. Barrow and R.K.A. Feltham, 1993. Cowan and Steel Manul For The Identification Of
Medical Bacteria. Third Edition. Cambridge University Press.
Effendi Hefni, 2003. Telaah Kualitas Air, Yogyakarta : Kanisius. p 17
Hidrosfer Perairan Darat. 2011. Diakses pada tanggal 9 Februari
2014.http://geoenviron.wordpress.com/2011/12/23/ hidrosfer_perairan-darat
Jawetz E., J. L. Melnick, E. A. Adelberg, G. F. Brooks, J. S. Butel, L. N. Ornston,
1994, Mikrobiologi Kedokteran, ed. 20, University of California, San Francisco.

Katiho.Angela Suryani ,Woodford B.S Joseph, Nancy S.H Malonda. n.d.Gambaran Kondisi Fisik
Sumur Gali di Tinjau dari Aspek Kesehatan Lingkungan dan Perilaku Pengguna Sumur Gali
di Kelurahan Sumompo Kecamatan Tuminting Kota Manado Diakses pada tanggal 05
Januari 2014.

Lidiawati.Indri.2012.Sungai adalah. Diakses pada tanggal 08 Januari


2014 http://www.pusat-definisi.com/2012/11/sungai-adalah.htm.
Noor.Djauhari.2012.Genetika Sungai. Diakses pada tanggal 5 Februari
2014. http://Geografi-geografi.blogspot.com/2012/03/ genetika-sungai.html.
Notoatmodjo, S 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, edk rev, Rineka Cipta, Jakarta.
Nursalam, 2011, Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan, edk
rev2, Selemba Medika, Jakarta Selatan.
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
492/Menkes/PER/IV/2010.Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Diakses pada tanggal
10 November 2013http://www.depkes.go.id/index..
Peraturan pemerintah No.82 tahun 2001 tentang pengelolaan kuliatas air dan pengendalian
pencemaran
air. http://www.slideshare.net/ignoramus/pp-no-82-th-2001-ttg-pengelolaankualitas-air-dan-pengendalian-pencemaran-air. Diakses pada tanggal 12 November 2013.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syaratsyarat Dan Pengawasan Kualitas Air.
Pitojo, s. Purwantoyo, E. 2003. Deteksi Pencemaran Air Minum. Aneka Ilmu. Demak

Purnawijayanti, A 2001, Sanitasi, Higiene, dan Keselamatan Kerja dalam Pengolahan


Makanan, Yogyakarta
Purbowarsito, H 2011,Uji Bakteriologis Air Sumur, skripsi, universitas Airlangga Surabaya.
Ratnasari.E & Rosmiyyati.A. 2011. Buku Praktikum Bakteriologi, D3 Analis Kesehatan
STIKes ICME Jombang
Rekompak n.d -Pedoman Perencanaan Pengadaan Air Bersih PedesaanProgram JRFRekompak. Diakses Pada Tanggal 30 Desember 2013 http://www.
rekompakjrf.org/download/Pedoman%20Desain%20Penyediaan%20Air%20
Bersih(26-4-10).pdf.
Rismunandar, 2001. Air Fungsi dan Kegunaanya Bagi Pertanian, Bandung : SinarBaru Algaesindo.
p2

Siska 2012. Definisi sungai, danau, rawa, air tanah,dan laut Diakses pada tanggal 19 Desember
2013.http://matakristal. com/definisi-sungai-danau-rawa-air-tanah-dan-laut.

Sugianto Tantri, 2012. Identifikasi Bakteri Patogen. Diakses Pada Tanggal 30


2013. http://tantri-sugianto.blogspot.com/2012/07/v-behaviorurl defaul tvmlo.html.

Suriawiria, U 2008, Mikrobiologi Air, PT. Alumni, Bandung.

Januari

Vous aimerez peut-être aussi