Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah kesehatan terus berkembang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta masyarakat yang dinamis, semakin memacu tenaga kesehatan untuk terus
meningkatkan kualitas diri dan pelayanan dalam upaya mencapai tujuan pembangunan
kesehatan.
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dalam lingkungan
sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara
adil, merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal diseluruh wilayah Republik
Indonesia.
Pencapaian tujuan diatas, didalam lingkungan pembangunan nasional yang sedang
dan atau diselenggarakan harus memiliki wawasan kesehatan, artinya program pembangunan
nasional tersebut harus memberikan konstribusi yang positif terhadap kesehatan, setidaktidaknya terhadap dua hal. Pertama terhadap pembentukan lingkungan sehat, kedua terhadap
pembentukan perilaku sehat adalah amanah diharapkan agar setiap program pembangunan
nasional yang diselenggarakan di Indonesia dapat memberikan konstribusi yang positif
terhadap terbentuknya lingkungan dan perilaku sehat tersebut (Depkas RI, 2001).
Oleh karena itu kesehatan merupakan harta yang sangat berharga, bagi seseorang
tanpa kesehatan berarti segala aktivitas akan berhenti dengan menyadari hal itu setiap orang
akan dituntut untuk meningkatkan dan mempertahankan kondisi tubuhnya yang kuat
sehingga tidak akan mudah diserang berbagai penyakit, diantaranya syndrom nefrotik.
Penyakit syndrom nefrotik merupakan salah satu masalah dimana angka kejadiannya
terbanyak pada anak berumur antara 3-4 tahun dengan perbandingan wanita : pria, 1 :
2.Menurut penelitian terdapat perbedaan bentuk sindrom nefrotik di Indonesia (Negara
tropis) dan negara maju. Di Negara maju umumnya sindrom nefrotik jenis kelainan minimal;
pada sindrom nefrotik ini kelainan terdapat pada tubulus, dan glumerulus tidak mengalami
gangguan fungsi. Di Indonesia umumnya sindrom nefrotik bukan kelainan minimal yang
menurut dugaan peneliti disebabkan karena berbagai infeksi yang pernah diderita pasien atau
gangguan gizi (malnutrisi) pada waktu lampau. Kekurangan gizi mengakibatkan menurunnya
daya tahan tubuh sehingga pasien mudah mendapat infeksi (Ngastiyah, 1997).
Berdasarkan data yang didapatkan dari bagian Rekam Medik ( RM ) Rumah Sakit
Umum Daerah H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba, pada tahun 2006 jumlah
pasien 4989
orang dan
kasus Sindrom
nefrotik
adalah
sebanyak
orang (
0,04
% ) dan satu orang ( 0,01 % ) diantaranya meninggal dunai. Sedangkan pada tahun 2007
jumlah pasien 6219 orangdan kasus Sindrom Nefrotik adalah sebanyak 7 orang ( 0,11 % )
dimana 6 orang ( 0,09 % ) berjenis kelamin laki-laki dan satu orang ( 0,01 % ) perempuan.
Berdasarkan data diatas menunjukkan adanya peningkatan pasien dengan kasus
sindrom nefrotik, oleh sebab itupenulis menyusun karya tulis dengan judul Asuhan
Keperawatan pada klien An. A dengan Sindrom Nefrotik di ruang perawatan Mawar RSUD
H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba.
B.
Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan asuhan kepera-
watan pada klien Anak dengan gangguan sistem perkemihan:Sindrom Nefrotik di ruang
Mawar Rumah Sakit Umum Daerah H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba.
a. Tujuan Khusus
b. Untuk memperoleh gambaran dalam pengkajian keperawatan anak dengan gangguan
sistem perkemihan :Sindrom Nefrotik
c. Untuk memperoleh gambaran dalam merumuskan diagnoskepera- watan anak
dengan gangguan sistem perkemihan: Sindrom Nefrotik
d. Untuk memperoleh gambaran dalam menyusun Rencana asuhan keperawatan anak
dengan gangguan sistem perkemihan : Sindrom Nefrotik
C.
Manfaat Penulisan
1. Sebagai
bahan
bacaan
ilmiah
dan
kerangka
perbandingan
untuk
D.
Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai
berikut :
1. Study Kepustakaan, dalam hal ini penulis mempelajari buku buku kepustakaan,
kumpulan mata kuliah dan bahan lain yang menunjang dalam pembahasan karya tulis
ini.
2. Study Kasus, mempelajari isi kasus yang ada pada Rumah Sakit dengan teori yang
didapatkan pada pendidikan, pendekatan study kasus ini adalah proses keperawatan
yang komprehensif yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
2. Etiologi
Penyebab sindrom nefrotik secara pasti belum diketahui, akhir-akhir ini dianggap
sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi antigen- antibody. Umumnya
etiologi dibagi menjadi :
a. Sindrom nefrotik bawaan, diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi
maternofetal. Resisten terhadap semua pengobatan dengan gejala: edema pada masa
neonatus.
b. Sindrom nefrotik sekunder, disebabkan oleh:
1)
2)
3)
4)
5)
c.
timbul setelah kerusakan glomerulus akibat (sistemik lupus erythematous, diabetes melitus,
dan skle cell disease); respon alergi, glomerulu nefritis dikaitkan dengan respon imun
(abnormal imunoglobulin).
3. Manifestasi klinik
Menurut Cecily L. Betz (2002) Tanda dan gejala yang timbul pada anak yang
mengalami sindrom nefrotik adalah sebagai berikut :
a.
Proteinuria
b.
Retensi cairan dan edema yang menambah berat badan, edema perorbital,
edema dependen, pembengkakan genitalia eksterna, edema fasial, asites,
hernia inguinalis dan distensi badomen serta efusi pleural.
c.
d.
Hematuria.
e.
Anoreksia.
f.
Diare
g.
Pucat
h.
4. Patofisiologi
Menurut Suriadi, (2001) patofisiologi dari sindrom nefrotik adalah sebagai berikut :
a. Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada
hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Kelanjutan
dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya
5. Komplikasi
Menurut Cecily L. Betz (2002), komplikasi yang mungkin terjadi pada kasus
Syndrom Nefrotik adalah :
a.
b.
c.
d.
Kerusakan kulit
e.
Infeksi
f.
g.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Urine : Volume biasanya < dari 400 ml/ 24 jam (fase oliguri). Warna urine kotor,
sedimen kecoklatan menunjukkan adanya darah, hemoglobin, mioglobin, porfirin.
2) Darah, HB menurun karena adanya anemia. Hematokrit menurun. Natrium meningkat
tetapi dapat bervariasi. Kalium meningkat sehubungan dengan retensi.
b. Biopsi
ginjal
dilakukan
untuk
memperkuat
diagnose
(http:/keperawatan-
gum.blogospor.com/ 2008).
7. Penatalaksanaan
Menurut Suriadi, (2001), penatalaksanaan pada kasus sindrom nefrotik sebagai
berikut :
a. Diit tinggi protein
b. Pembatasan Sodium jika anak hipertensi
c. Antibiotik untuk mencegah infeksi
B.
dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan keperawatan yang dihadapi pasien baik
fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan. Tahapan ini mencakup 3 kegiatan
yaitu pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah kesehatan serta keperawatan
(Nur Salam, 2001 ).
Menurut Wong L Donna (2003) pengkajian data dasar yang dapat menunjang dan
didapatkan riwayat penyakit dengan cermat termasuk hal-hal berikut.
a. Lakukan pengkajian fisik, termasuk pengkajian luasnya edema.
b. Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat, terutamayang berhubungan dengan adanya
peningkatan berat badan saat ini dan kegagalan fungsi ginjal.
c. Observasi adanya manifestasi dari sindrom nefrotik; kenaikan berat badan, edema pada
wajah (khususnya disekitar mata) yang timbul pada saat bangun pagi, berkurang disiang
hari, penglihatan kabur, pembengkakan abdomen (acites), kesulitan bernafas (efusi
pleura), pembengkakan labial atau skrotal, edema mukosa usus yang menyebabkan
diare, mual/ muntah, enoreksia, absorbsi usus buruk, kulit pucat, peka rangsang, mudah
lelah, letargi, tekanan darah normal atau sedikit menurun ,kerentanan terhadap
infeksi, perubahan pada urine (penurunan volume urine, gelap dan berbau buah).
d. Pengkajian diagnositk dan pengujian misalnya analisa urine akan adanya protein,
silinder dan sel darah merah, analisa darah untuk protein serum (total, perbandingan
albumin), globulin kolesterol jumlah darah merah, natrium serum.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan tentang masalah ketidaktahuan dan
atau ketidakmampuan pasien atau klien baik dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
maupun dalam penanggulangan masalah kesehatan tersebut berhubungan dengan penyebab
atau gejala (Nur Salam, 2001).
Menurut Wong L Donna (2003) diagnosa keperawatan pada kasus sindrom nefrotik
yang mungkin di dapatkan sebagai berikut :
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan akumulasi cairan dalam jaringan
c. Risiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan kehilangan
protein dan cairan, edema.
d. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan menurunnya imunitas, kelebihan beban cairan.
e. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema, penurunan
pertahanan tubuh
f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan nafsu
makan
g. Gangguan bodi image berhubungan dengan perubahan penampilan.
h. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
i. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit serius.
3. Perencanaan
Perencanaan adalah pengkajian yang sistematis dan identifikasi masalah dan
penentuan tujuan, tindakan dan penilaian rangkaian Asuhan Keperawatan pada pasien
berdasarkan analisis Pengkajian agar masalah kesehatan Keperawatan pasien dapat diatasi
(Nur salam, 2001).
Adapun perencanaan pasien dengan Sindrom Nefrotik menurut Wong L. Donna
(2004) adalah :
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan akumulasi cairan dengan tujuan tidak
menunjukkan bukti-bukti akumulasi cairan atau bukti dan akumulasi cairan yang
ditunjukkan pasien minimum.
Adapun intervensi yang direncanakan adalah sebagi berikut :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
2)
3)
4)
c. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh menurun, kelebihan beban
cairan dengan tujuan anak tidak menunjukkan bukti-bukti/ tanda infeksi.
Adapun intervensi yang direncanakan adalah sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)
5)
2)
3)
4)
5)
2)
3)
Tuliskan bantuan anak, orang tua dan ahli gizi dalam formulasi diet
4)
5)
f. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan dengan tujuan anak
mendiskusikan perasaan dan masalah dan anak mengikuti aktivitas yang sesuai dengan
kemampuan.
Adapun intervensi yang direncanakan adalah sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)
h.
1)
2)
3)
4)
5)
serius dengan tujuan keluarga menunjukkan pemahaman tentang penyakit dan terapinya.
Adapun intervensi yang direncanakan adalah sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan, untuk memperoleh perencanaan yang efektif dituntut pengetahuan dan
keterampilan yang luas dari tenaga perawat untuk memberikan keperawatan yang baik dan
bermutu yang telah ditentukan dan direncanakan.
a. Melaksanakan rencana keperawatan segala informasi yang tercakup dalam
rencana keperawatan merupakan dasar atau pedoman didalam intervensi
keperawatan.
b. Mengidentifikasi reaksi tanggapan klien dituntun upaya yang baik tidak tergesagesa cermat dan teliti agar menemukan reaksi klien sebagai akibat dari tindakan
keperawatan yang diberikan dengan melihat akan sangat membantu perawat
dalam mengidentifikasi reaksi klien yang mungkin menunjukkan adanya
penyimpangan.
b.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
c.
1)
2)
3)
Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh menurun, kelebihan beban
2)
3)
4)
d.
e.
1)
2)
3)
f.
1)
2)
3)
Beri makanan dalam porsi sedikit pada awalnya agar anak mau makan
4)
Gangguan
citra
tubuh
berhubungan
dengan
perubahan
penampilan dengan
g.
sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)
5)
h.
2)
3)
HE tentang penyakit
5. Evaluasi
Merupakan hasil akhir dari proses keperawatan dimana membe- rikan gambaran
tentang hasil yang diharapkan telah tercapai atau tidak, proses yang kontinu untuk menjamin
kualitas dan ketetapan perawatan diberikan, dilakukan dengan meninjau respon pasien untuk
menentukan keefektifan rencana keperawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien (Nur
Salam, 2001).
Adapun hasil akhir/ evaluasi yang diharapkan pada pasien sindrom nefrotik
menurut Wong L. Donna (2003) adalah :
a. Pasien tidak menunjukkan bukti-bukti akumulasi atau bukti akumulasi cairan yang
ditunjukkan pasien minimum.
b. Bukti kehilangan cairan intravaskuler atau syok hipovolemik yang ditunjukkan
anak minimum atau tidak ada
c. Anak dan keluarga menerapkan praktek sehat yang baik; anak tidak menunjukkan
bukti-bukti infeksi
d. Kulit anak tidak menunjukkan kemerahan atau iritasi
e. Anak mengkonsumsi sejumlah makanan bernutris yang adekuat
f. Anak mendiskusikan perasaan dan masalah, anak mengikuti aktivitas yang sesuai
dengan minat dan kemampuan.
g. Anak melakukan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan, anak mendapatkan
istirahat yang adekuat
h. Keluarga menunjukkan pemahaman tentang penyakit dan terapinya.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Smeltzer, Suzanne C., Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8. Volume 2. Jakarta : EGC
2.
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 2. Jakarta : Media
Aesculapius
3.
Sudoyo, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FK UI.
4.
Surjadi dan Rita Yuliani. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Ed. 2. Jakarta :
Sugeng Seto
5.
Wong, Donna L. 2006. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Ed. 6. Jakarta : EGC.
6.
Potter, Patricia A. Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fudamental Keperawatan :
Konsep, Proses dan Praktis Volume 2. EGC :Jakarta
7.
8.
9.
10.