Vous êtes sur la page 1sur 19

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Masalah kesehatan terus berkembang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi serta masyarakat yang dinamis, semakin memacu tenaga kesehatan untuk terus
meningkatkan kualitas diri dan pelayanan dalam upaya mencapai tujuan pembangunan
kesehatan.
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dalam lingkungan
sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara
adil, merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal diseluruh wilayah Republik
Indonesia.
Pencapaian tujuan diatas, didalam lingkungan pembangunan nasional yang sedang
dan atau diselenggarakan harus memiliki wawasan kesehatan, artinya program pembangunan
nasional tersebut harus memberikan konstribusi yang positif terhadap kesehatan, setidaktidaknya terhadap dua hal. Pertama terhadap pembentukan lingkungan sehat, kedua terhadap
pembentukan perilaku sehat adalah amanah diharapkan agar setiap program pembangunan
nasional yang diselenggarakan di Indonesia dapat memberikan konstribusi yang positif
terhadap terbentuknya lingkungan dan perilaku sehat tersebut (Depkas RI, 2001).
Oleh karena itu kesehatan merupakan harta yang sangat berharga, bagi seseorang
tanpa kesehatan berarti segala aktivitas akan berhenti dengan menyadari hal itu setiap orang
akan dituntut untuk meningkatkan dan mempertahankan kondisi tubuhnya yang kuat
sehingga tidak akan mudah diserang berbagai penyakit, diantaranya syndrom nefrotik.
Penyakit syndrom nefrotik merupakan salah satu masalah dimana angka kejadiannya
terbanyak pada anak berumur antara 3-4 tahun dengan perbandingan wanita : pria, 1 :
2.Menurut penelitian terdapat perbedaan bentuk sindrom nefrotik di Indonesia (Negara
tropis) dan negara maju. Di Negara maju umumnya sindrom nefrotik jenis kelainan minimal;

pada sindrom nefrotik ini kelainan terdapat pada tubulus, dan glumerulus tidak mengalami
gangguan fungsi. Di Indonesia umumnya sindrom nefrotik bukan kelainan minimal yang
menurut dugaan peneliti disebabkan karena berbagai infeksi yang pernah diderita pasien atau
gangguan gizi (malnutrisi) pada waktu lampau. Kekurangan gizi mengakibatkan menurunnya
daya tahan tubuh sehingga pasien mudah mendapat infeksi (Ngastiyah, 1997).
Berdasarkan data yang didapatkan dari bagian Rekam Medik ( RM ) Rumah Sakit
Umum Daerah H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba, pada tahun 2006 jumlah
pasien 4989

orang dan

kasus Sindrom

nefrotik

adalah

sebanyak

orang (

0,04

% ) dan satu orang ( 0,01 % ) diantaranya meninggal dunai. Sedangkan pada tahun 2007
jumlah pasien 6219 orangdan kasus Sindrom Nefrotik adalah sebanyak 7 orang ( 0,11 % )
dimana 6 orang ( 0,09 % ) berjenis kelamin laki-laki dan satu orang ( 0,01 % ) perempuan.
Berdasarkan data diatas menunjukkan adanya peningkatan pasien dengan kasus
sindrom nefrotik, oleh sebab itupenulis menyusun karya tulis dengan judul Asuhan
Keperawatan pada klien An. A dengan Sindrom Nefrotik di ruang perawatan Mawar RSUD
H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba.
B.

Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan asuhan kepera-

watan pada klien Anak dengan gangguan sistem perkemihan:Sindrom Nefrotik di ruang
Mawar Rumah Sakit Umum Daerah H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba.
a. Tujuan Khusus
b. Untuk memperoleh gambaran dalam pengkajian keperawatan anak dengan gangguan
sistem perkemihan :Sindrom Nefrotik
c. Untuk memperoleh gambaran dalam merumuskan diagnoskepera- watan anak
dengan gangguan sistem perkemihan: Sindrom Nefrotik
d. Untuk memperoleh gambaran dalam menyusun Rencana asuhan keperawatan anak
dengan gangguan sistem perkemihan : Sindrom Nefrotik

e. Untuk memperoleh gambaran dalam melaksanakan implementasi keperawatan anak


dengan gangguan sistem perkemihan : Sindrom Nefrotik
f. Untuk memperoleh gambaran dalam melaksanakan evaluasi kepera- watan anak
dengan gangguan sistem perkemihan : Sindrom nefrotik.

C.

Manfaat Penulisan
1. Sebagai

bahan

bacaan

ilmiah

dan

kerangka

perbandingan

untuk

pengembangan kualitas ilmu keperawatan dan tambahan kepustakaan.


2. Sebagai bahan bacaan dan petunjuk dalam menerapkan Asuhan Keperawatan
secara teoritis dan pengembangan kualitas pelayanan keperawatan khususnya
sindrom nefrotik.
3. Agar keluarga mengetahui cara merawat yang baik dan benar terhadap
penyakit sindrom nefrotik serta mengetahui cara pencegahannya.
4. Mendapat pengalaman nyata dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada
An. A yang menderita sindrom nefrotik sekaligus sebagai salah satu syarat
dalam menyelesaikan pendidikan program D III Keperawatan.

D.

Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai

berikut :
1. Study Kepustakaan, dalam hal ini penulis mempelajari buku buku kepustakaan,
kumpulan mata kuliah dan bahan lain yang menunjang dalam pembahasan karya tulis
ini.
2. Study Kasus, mempelajari isi kasus yang ada pada Rumah Sakit dengan teori yang
didapatkan pada pendidikan, pendekatan study kasus ini adalah proses keperawatan
yang komprehensif yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

3. Study Dokumentasi, dengan memperoleh data / informasi melalui catatan


Keperawatan, rekam medik dan dokumen penting yang ada hubungannya dengan
Asuhan Keperawatan dengan Sindrom nefrotik pada klien An. A.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.

Konsep Dasar Medis


1. Pengertian
Sindrom nefrotik berasal dari dua kata yaitu sindrom dan nefron, dimana sindrom itu

adalah kumpulan gejala dan nefron adalah satuan fungsional ginjal.


Sindrom nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh injury
glomerulus yang terjadi pada anak dengan karakteristik, proteinuria, hipoproteinuria,
hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema (Suriadi, 2001). Selanjutnya menurut Wong L.
Donna (2003) dijelaskan bahwa sindrom nefrotik adalah status klinis yang ditandai dengan
peningkatan permeabilitas membran glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan
kehilangan protein urinarius yang masiv.

2. Etiologi
Penyebab sindrom nefrotik secara pasti belum diketahui, akhir-akhir ini dianggap
sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi antigen- antibody. Umumnya
etiologi dibagi menjadi :
a. Sindrom nefrotik bawaan, diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi
maternofetal. Resisten terhadap semua pengobatan dengan gejala: edema pada masa
neonatus.
b. Sindrom nefrotik sekunder, disebabkan oleh:
1)

Malaria kuartana atau parasit lainnya

2)

Penyakit kolagen sistemik lupus erythematous, diseminata purpura


anafilaktoid.

3)

Glomerulonefritis akut, glomerulonefritis kronis, thrombosis vena


renalis.

4)

Bahan kimia seperti Trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas,


sengatan lebah, racun oakdan air raksa.

5)

Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemianefritis, membran


proliferatif dan hipokomplementemik.

c.

Sindrom nefrotik idiopatik, belum diketahui penyebabnya (Nagstiyah, 1997)


Sedangkan menurut Suriadi, (2001) mengemukakan penyebab sindrom nefrotrik

timbul setelah kerusakan glomerulus akibat (sistemik lupus erythematous, diabetes melitus,
dan skle cell disease); respon alergi, glomerulu nefritis dikaitkan dengan respon imun
(abnormal imunoglobulin).

3. Manifestasi klinik
Menurut Cecily L. Betz (2002) Tanda dan gejala yang timbul pada anak yang
mengalami sindrom nefrotik adalah sebagai berikut :
a.

Proteinuria

b.

Retensi cairan dan edema yang menambah berat badan, edema perorbital,
edema dependen, pembengkakan genitalia eksterna, edema fasial, asites,
hernia inguinalis dan distensi badomen serta efusi pleural.

c.

Penurunan jumlah urine, urine gelap dan berbusa.

d.

Hematuria.

e.

Anoreksia.

f.

Diare

g.

Pucat

h.

Gagal tumbuh dan pelusitan otot untuk jangka panjang.

4. Patofisiologi
Menurut Suriadi, (2001) patofisiologi dari sindrom nefrotik adalah sebagai berikut :
a. Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada
hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Kelanjutan
dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya

albumin, tekanan osmotic plasma menurun sehingga cairan intravaskuler


berpindah ke dalam intertisiel. Perpindahan cairan tersebut menjadikan
volume cairan intravaskuler berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran
darah ke renal karena hipovolemia.
b. Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan
merangsang produksi rennin angiotensin dan peningkatan sekresi
antidiuretik hormone (ADH) dan sekresi aldosteron yang kemudian terjadi
retensi natrium dan air. Dengan retensi natrium dan air akan menyebabkan
edema.
c. Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari peningkatan
stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin atau
penurunan onkotik plasma.
d. Adanya hiperlipidemia juga akibat dari meningkatknya produksi lipoprotein.
e. Respon alergi, glumerulonefritis. Dikaitkan dengan respon imun (Abnormal
immunoglobulin).

5. Komplikasi
Menurut Cecily L. Betz (2002), komplikasi yang mungkin terjadi pada kasus
Syndrom Nefrotik adalah :
a.

Penurunan volume intravaskuler (syok hipovolemik)

b.

Kemampuan koagulasi yang berlebihan (thrombosis vena)

c.

Pemburukan pernafasan(berhubungan dengan retensi cairan).

d.

Kerusakan kulit

e.

Infeksi

f.

Peritonitis (berhubungan dengan asites)

g.

Efek samping steroid yang tidak diinginkan.

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Urine : Volume biasanya < dari 400 ml/ 24 jam (fase oliguri). Warna urine kotor,
sedimen kecoklatan menunjukkan adanya darah, hemoglobin, mioglobin, porfirin.
2) Darah, HB menurun karena adanya anemia. Hematokrit menurun. Natrium meningkat
tetapi dapat bervariasi. Kalium meningkat sehubungan dengan retensi.
b. Biopsi

ginjal

dilakukan

untuk

memperkuat

diagnose

(http:/keperawatan-

gum.blogospor.com/ 2008).

7. Penatalaksanaan
Menurut Suriadi, (2001), penatalaksanaan pada kasus sindrom nefrotik sebagai
berikut :
a. Diit tinggi protein
b. Pembatasan Sodium jika anak hipertensi
c. Antibiotik untuk mencegah infeksi

d. Terapi diuretik sesuai program


e. Terapi albumin jika intake oral dan out put urine kurang
f. Terapi prednison dengan dosis 2 mg/ kg BB/ hari sesuai program

B.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis untuk

dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan keperawatan yang dihadapi pasien baik
fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan. Tahapan ini mencakup 3 kegiatan
yaitu pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah kesehatan serta keperawatan
(Nur Salam, 2001 ).
Menurut Wong L Donna (2003) pengkajian data dasar yang dapat menunjang dan
didapatkan riwayat penyakit dengan cermat termasuk hal-hal berikut.
a. Lakukan pengkajian fisik, termasuk pengkajian luasnya edema.
b. Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat, terutamayang berhubungan dengan adanya
peningkatan berat badan saat ini dan kegagalan fungsi ginjal.
c. Observasi adanya manifestasi dari sindrom nefrotik; kenaikan berat badan, edema pada
wajah (khususnya disekitar mata) yang timbul pada saat bangun pagi, berkurang disiang
hari, penglihatan kabur, pembengkakan abdomen (acites), kesulitan bernafas (efusi
pleura), pembengkakan labial atau skrotal, edema mukosa usus yang menyebabkan
diare, mual/ muntah, enoreksia, absorbsi usus buruk, kulit pucat, peka rangsang, mudah
lelah, letargi, tekanan darah normal atau sedikit menurun ,kerentanan terhadap
infeksi, perubahan pada urine (penurunan volume urine, gelap dan berbau buah).
d. Pengkajian diagnositk dan pengujian misalnya analisa urine akan adanya protein,
silinder dan sel darah merah, analisa darah untuk protein serum (total, perbandingan
albumin), globulin kolesterol jumlah darah merah, natrium serum.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan tentang masalah ketidaktahuan dan
atau ketidakmampuan pasien atau klien baik dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
maupun dalam penanggulangan masalah kesehatan tersebut berhubungan dengan penyebab
atau gejala (Nur Salam, 2001).

Menurut Wong L Donna (2003) diagnosa keperawatan pada kasus sindrom nefrotik
yang mungkin di dapatkan sebagai berikut :
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan akumulasi cairan dalam jaringan
c. Risiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan kehilangan
protein dan cairan, edema.
d. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan menurunnya imunitas, kelebihan beban cairan.
e. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema, penurunan
pertahanan tubuh
f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan nafsu
makan
g. Gangguan bodi image berhubungan dengan perubahan penampilan.
h. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
i. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit serius.

3. Perencanaan
Perencanaan adalah pengkajian yang sistematis dan identifikasi masalah dan
penentuan tujuan, tindakan dan penilaian rangkaian Asuhan Keperawatan pada pasien
berdasarkan analisis Pengkajian agar masalah kesehatan Keperawatan pasien dapat diatasi
(Nur salam, 2001).
Adapun perencanaan pasien dengan Sindrom Nefrotik menurut Wong L. Donna
(2004) adalah :
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan akumulasi cairan dengan tujuan tidak
menunjukkan bukti-bukti akumulasi cairan atau bukti dan akumulasi cairan yang
ditunjukkan pasien minimum.
Adapun intervensi yang direncanakan adalah sebagi berikut :
1)

Kaji masukan yang relatif terhadap keluarn

2)

Kaji perubahan edema

3)

Uji urine untuk berat jenis, albumin

4)

Tampung spesimen untuk pemeriksaan laboratorium

5)

Berikan kortikosteroid seusia indikasi

6)

Berikan diuretik bila diinstruksikan

7)

Batasi cairan sesuai indikasi

b. Risiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan kehilangan


protein dan cairandengan tujuan tidak ada bukti kehilangan cairan intravaskuler atau syok
hipovolemia yang ditunjukkan anak.
Adapun intervensi yang direncanakan adalah sebagi berikut :
1)

Pantau tanda-tanda vital

2)

Kaji kulaitas dan frekuensi nadi

3)

Laporkan adanya penyimpangan dari normal

4)

Berikan albumin bergaram rendah

c. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh menurun, kelebihan beban
cairan dengan tujuan anak tidak menunjukkan bukti-bukti/ tanda infeksi.
Adapun intervensi yang direncanakan adalah sebagai berikut :
1)

Lindungi anak dari kontak dengan individu yang terinfeksi

2)

Observasi asepsis medis

3)

Jaga anak agar tetap hangat dan kering

4)

Pantau suhu untuk bukti awal infeksi

5)

Ajari orang tua tentang tanda dan gejala infeksi

d. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema, penurunan


pertahanan tubuh dengan tujuan kulit anak tidak menun- jukkan kemerahan atau iritasi.
Adapun intervensi yang direncanakan adalah sebagai berikut :
1)

Berikan perawatan kulit

2)

Hindari pakaian ketat

3)

Topang organ edema, seperti skrotum

4)

Rubah posisi dengan sering

5)

Gunakan penghilang tekanan atau matras atau tempat tidur penahan


tekanan sesuai kebutuhan.

e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kehilangan nafsu


makan dengan tujuan anak mengkonsumsi jumlah makanan bernutrisi yang adekuat.
Adapun intervensi yang direnca- nakan adalah sebagai berikut :
1)

Beri diit yang bergizi

2)

Batasi natrium selama edema dan terapi steroid

3)

Tuliskan bantuan anak, orang tua dan ahli gizi dalam formulasi diet

4)

Beri lingkungan yang menyenangkan (bersih dan rileks pada saat


makan)

5)

Beri makanan yang spesial dan disukai anak

f. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan dengan tujuan anak
mendiskusikan perasaan dan masalah dan anak mengikuti aktivitas yang sesuai dengan
kemampuan.
Adapun intervensi yang direncanakan adalah sebagai berikut :
1)

Gali perasaan dan masalah mengenai penampilan

2)

Dorong aktivitas dalam batas normal

3)

Dorong sosialisasi dengan individu tanpa intoleransi

4)

Gali area minat dan dorong kelanjutannya.

g. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan/ kelemahan dengan tujuan anak


melakukan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan dan anak mendapatkan istirahat/
tidur yang adekuat.

Adapun intervensi yang direncanakan adalah sebagai berikut :

h.

1)

Pertahankan tirah baring awal bila terjadi edema hebat

2)

Seimbangkan istirahat dan aktivitas

3)

Rencanakan dan berikan aktivitas tenang

4)

Instruksikan anak untuk istirahat bila ia mulai merasa lelah

5)

Berikan periode tanpa gangguan.

Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit

serius dengan tujuan keluarga menunjukkan pemahaman tentang penyakit dan terapinya.
Adapun intervensi yang direncanakan adalah sebagai berikut :
1)

Kenali masalah keluarga dan kebutuhan akan informasi.

2)

Tekankan dan jelaskan penjelasan professional kesehatan tentang kondisi anak.

3)

Ulangi informasi sesering mungkin

4)

Bantu keluarga menginterpretasikan perilaku bayi atau anak serta responnya.

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan, untuk memperoleh perencanaan yang efektif dituntut pengetahuan dan
keterampilan yang luas dari tenaga perawat untuk memberikan keperawatan yang baik dan
bermutu yang telah ditentukan dan direncanakan.
a. Melaksanakan rencana keperawatan segala informasi yang tercakup dalam
rencana keperawatan merupakan dasar atau pedoman didalam intervensi
keperawatan.
b. Mengidentifikasi reaksi tanggapan klien dituntun upaya yang baik tidak tergesagesa cermat dan teliti agar menemukan reaksi klien sebagai akibat dari tindakan
keperawatan yang diberikan dengan melihat akan sangat membantu perawat
dalam mengidentifikasi reaksi klien yang mungkin menunjukkan adanya
penyimpangan.

c. Mengevaluasi tanggapan dari reaksi klien dengan cara membandingkan terhadap


syarat-syarat dengan hasil yang diharapkan langkah ini merupakan langkah yagn
pertama terpenuhi bila perawat telah mencapai tujuan. Syarat yang kedua adalah
intervensi dapat diterima klien.
Adapun implementasi menurut Wong L. Donna (2003) pada kasus sindrom nefrotik
adalah :
a.

Kelebihan volume cairan berhubungan dengan akumulasi cairan dengan implementasi

adalah sebagi berikut :

b.

1)

Ukur dan catat masukan dan haluaran dengan akurat

2)

Timbang berat badan setiap hari

3)

Ukur lingkar abdomen pada umbilikus

4)

Pantau edema disekitar mata

5)

Perhatikan derajat pitiing bila ada

6)

Perhatikan warna dan tekstur kulit.

Risiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan

kehilangan protein dan cairandengan implementasi sebagi berikut :

c.

1)

Kaji kulaitas dan frekuensi nadi

2)

Ukur tekanan darah

3)

Berikan albumin bergaram rendah

Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh menurun, kelebihan beban

cairan dengan implementasi sebagai berikut :


1)

Tempatkan anak dalam ruang yang tidak terinfeksi

2)

Batasi hubungan dengan individu yang mengalami infeksi

3)

Ajari pengunjung tentang perilaku pencegahan infeksi yang tepat

4)

Gunakan teknik mencuci tangan yang baik

d.

Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema, penurunan

pertahanan tubuh dengan implementasi sebagai berikut :

e.

1)

Bersihkan dan bedaki permukaan kulit beberapa kali perhari

2)

Bersihkan permukaan kulit dengan kapas halus

3)

Bersihkan kelopak mata yang mengalami edema

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kehilangan nafsu

makan dengan implementasi sebagai berikut :

f.

1)

Beri suplemen vitamin dan besi sesuai indikasi

2)

Beri makanan spesial dan disukai anak

3)

Beri makanan dalam porsi sedikit pada awalnya agar anak mau makan

4)

Beri makanan dengan cara yang menarik.

Gangguan

citra

tubuh

berhubungan

dengan

perubahan

penampilan dengan

implementasi sebagai berikut :


1) Tunjukkan aspek positif dari penampilan dan bukti penurunan edema
2) Jelaskan pada anak dan orang tua bahwa gejala berhubungan dengan terapi
steroid akan berkurang bila obat berkurang.
3) Beri umpan balik positif sehingga anak merasa diterima
4) Gali area minat dan dorong kelanjutannya

g.

Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan/ kelemahan dengan implementasi

sebagai berikut :
1)

Pertahankan tirah baring awal bila terjadi edema hebat

2)

Seimbangkan istirahat dan aktivitas

3)

Rencanakan dan berikan aktivitas tenang

4)

Instruksikan anak untuk istirahat bila ia mulai merasa lelah

5)

Berikan periode tanpa gangguan.

h.

Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit

serius dengan sebagai berikut :


1)

Kaji pemahaman keluarga tentang diagnosa dan rencana perawatan

2)

Gunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan pemahaman keluarga


tentang penyakit dan terapinya

3)

HE tentang penyakit

5. Evaluasi
Merupakan hasil akhir dari proses keperawatan dimana membe- rikan gambaran
tentang hasil yang diharapkan telah tercapai atau tidak, proses yang kontinu untuk menjamin
kualitas dan ketetapan perawatan diberikan, dilakukan dengan meninjau respon pasien untuk
menentukan keefektifan rencana keperawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien (Nur
Salam, 2001).
Adapun hasil akhir/ evaluasi yang diharapkan pada pasien sindrom nefrotik
menurut Wong L. Donna (2003) adalah :
a. Pasien tidak menunjukkan bukti-bukti akumulasi atau bukti akumulasi cairan yang
ditunjukkan pasien minimum.
b. Bukti kehilangan cairan intravaskuler atau syok hipovolemik yang ditunjukkan
anak minimum atau tidak ada
c. Anak dan keluarga menerapkan praktek sehat yang baik; anak tidak menunjukkan
bukti-bukti infeksi
d. Kulit anak tidak menunjukkan kemerahan atau iritasi
e. Anak mengkonsumsi sejumlah makanan bernutris yang adekuat
f. Anak mendiskusikan perasaan dan masalah, anak mengikuti aktivitas yang sesuai
dengan minat dan kemampuan.
g. Anak melakukan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan, anak mendapatkan
istirahat yang adekuat
h. Keluarga menunjukkan pemahaman tentang penyakit dan terapinya.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Smeltzer, Suzanne C., Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8. Volume 2. Jakarta : EGC

2.

Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 2. Jakarta : Media
Aesculapius

3.

Sudoyo, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FK UI.

4.

Surjadi dan Rita Yuliani. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Ed. 2. Jakarta :
Sugeng Seto

5.

Wong, Donna L. 2006. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Ed. 6. Jakarta : EGC.

6.

Potter, Patricia A. Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fudamental Keperawatan :
Konsep, Proses dan Praktis Volume 2. EGC :Jakarta

7.

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman Untuk


Perencanaan Dan Pendekumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC.

8.

NANDA International. 2012. Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications


2012-2014. Jakarta : EGC

9.

Bulecheck, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, J. McCloskey.


2012.Nursing Interventions Classification (NIC). Fifth Edition. Iowa : Mosby Elsavier.

10.

Jhonson,Marion. 2012. Iowa Outcomes Project Nursing Classification (NOC). St.


Louis ,Missouri ; Mosby.

Vous aimerez peut-être aussi