Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh
Kelompok 10
NIM 2012.02.05
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-nya kepada kita semua sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah dengan judul
ASKEP HIPOFISEKTOMI. Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu proses penulisan makalah ini dari awal hingga akhir.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekuranganya, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran bagi siapa saja yang membaca makalah ini. Tentunya
kritik dan saran yang bersifat membangun bagi makalah ini.
Penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membacanya dan sebagai wahana menambah pengetahuan serta pemikiran. Semoga Allah
Subhanahu Wataalah selalu tetap memberi rahmat dan hidayahnya kepada kita semuanya.
Banyuwangi, 27Maret 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
Latar Belakang...............................................................................................
1.2
Rumusan Masalah......
1.3 Tujuan.....
1.4
Ruang Lingkup...
1.5
Metode Penulisa..
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................
2.1 Anatomi Fisiologi................................................................................................
2.2 Definisi hipofisektomi.........................................................................................
2.3 Etiologi................................................................................................................
2.4 Manifestasi Klinik...............................................................................................
2.5 Patofisiologi.............................................................................................
2.6 Pemeriksaan fisik hipofisektomi...................................................................
2.7 Penatalaksanaan medis
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...................
3.1 Pengkajian............................................................................................................
3.2 Diagnosa Keperawatan............................
3.3 intervensi.........................................................................................
BAB IV PENUTUP.................................................................................................
4.1 Simpulan dan Saran.............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kelenjar hipofisis kadang disebut kelenjar penguasa karena hipofisis mengkoordinasikan
berbagai fungsi dari kelenjar endokrin lainnya. Beberapahormone hipofisis memiliki efek
langsung, beberapa lainnya secara sederhana mengendalikan kecepatan pelepasan hormonnya
sendiri melalui mekanisme umpan balik, oleh organ lainnya, dimana kadar hormone endokrin
lainnya dalam darah memberikan sinyal kepada hipofisis untuk memperlambat atau
mempercepat pelepasan hormonnya. Jenisnya ada Kelenjar hipofisis anterior dan posterior.
Hipofungsi kelenjar hipofisis ( Hipopituitarisme ) dapat terjadi akibat penyakit pada kelenjar
hipofisis sendiri atau pada hipotalamus ; namun demikian, akibat kedua keadaan ini pada
hakikatnya sama. Hipopituitarisme dapat terjadi akibat kerusakan lobus anterior kelenjar
hipofisis. Panhipopituitarisme ( penyakit simmond ) merupakan keadaan tidak adanya seleruh
sekresi hipofisis dan penyakit ini jarang dijumpai. Microsisi hipofisis pasca partus
( syndrome Sheehan ) merupakan penyebab lain kegagalan hipofisis anterior yang jarang.
Keadaan ini lebih cenderung terjadi pada wanita yang mengalami kehilangan darah, hipovolemia
dan hipotensi pada saat melahirkan.(Smeltzer, Suzanne.C. 2001. )
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi dari hipofisektomi (kelenjar pituitary)?
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.2.5
1.2.6
1.2.7
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
a.
b.
c.
d.
Mahasiswa
mampu
memahami
penatalaksanaan
pada
pasien
dengan
hipofisektomi.
1.4
Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan makalah hanya meliputi pengertian anemia, patofisiologi,
komplikasi yang ditimbulkan tumor hipofisis, pemeriksaan penunjang, pencegahan,
penatalaksanaan medis dan asuhan keperawatan hipofisektomi.
1.5
Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah
deskriftif dengan pendekatan literatur.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Fisiologi
Hipofise terletak di sella tursika, lekukan os spenoidalis basis cranii. Berbentuk oval
dengan diameter kira-kira 1 cm dan dibagi atas dua lobus anterior. merupakan bagian terbesar
dari hipofise kira-kira 2/3 bagian dari hipofis. Lobus anterior ini juga disebut adenohipofise.
Lobus posterior, menipakan 1/3 bagian hipofise dan terdiri dari jaringan saraf sehingga
disebut juga neurohipofise. Hipofise stalk adalah struktur yang menghubungkan lobus
posterior hipofise dengan hipotalamus. Struktur ini merupakan jaringan saraf.
Lobus intermediate (pars intermediate) adalah area diantara lobus anterior dan posterior,
fungsinya belum diketahui secara pasti, namun beberapa referensi yang ada mengatakan
lobus ini mungkin menghasilkan melanosit stimulating hormon (MSH). Secara histologis,
sel-sel kelenjar hipofise dikelompokan berdasarkan jenis hormon yang disekresi yaitu:
2.1.1. Sel-sel somatotrof
Bentuknya besar, mengandung granula sekretori, berdiameter 350-500 nm
dan terletak di sayap lateral hipofise. Sel-sel inilah yang menghasilkan hormon
somatotropin atau hormon pertumbuhan.
2.1.2. Sel-sel iactotroph
Juga mengandung granula sekretori, dengan diameter 27-350 nm,
menghasilkan prolaktin atau laktogen.
2.1.3. Sel-sel Tirotroph
Berbentuk polihadral, mengar.-'ung granula sekretori dengan diameter 50100 nm, menghasilkan TSH.
2.1.4
gonadotrof
diameter sel kira-kira 275-375 nm, mengandung granula sekretori,
menghasilakan FSH dan LH.
2.1.5
Sel-sel kortikotrof
diameter sel kira-kira 375-550 nm, merupakan granula terbesar,
menghasilkan ACTH.
2.1.6
Sel nonsekretori
terdiri atas sel kromofob. Lebih kurang 25% sel kelenjar hipofise tidak
dapat diwarnai dengan pewarnaan yang lazim digunakan dan karena itu disebut
sel-sel kromofob. Pewarnaan yang sering dipakai adalah carmosin dan erytrosin.
Sel foli-kular adalah selsel yang berfolikel.
Hipofise menghasilkan hormon tropik dan nontropik. Hon-non tropik akan mengontrol
sintesa dan sekresi hormon kelenjar sasaran sedangkan hormon nontropik akan bekerja
langsung pada organ sasaran. Kemampuan hipofise dalam mempengaruhi atau mengontrol
langsung aktivitas kelenjar endokrin lain menjadikan hipofise dijuluki master of gland.
Suatu kelnjar endokrin yang terletak di dasar tengkorak yang memegang peranan penting
dalam sekresi hormon dari semua organ - organ endokrin. Dapat di katakan sebagai kelenjar
pemimpin, sebab hormon hormon yang di hasilkannya memengaruhi pekerjaan kelenjar
lainnya. Kelenjar hipofise terdiri dari dua lobus yaitu : lobus anterior dan lobus posterior.
Kelenjar Hipofisis (pituitary) disebut juga master of gland atau kelenjar pengendali
karena menghasilkan bermacam-macam hormon yang mengatur kegiatan kelenjar lainnya.
Kelenjar ini berbentuk bulat dan berukuran kecil, dengan diameter 1,3 cm. Hipofisis dibagi
menjadi hipofisis bagian anterior, bagian tengah (pars intermedia), dan bagian posterior.
Gambar.2 Hormon yang dihasilkan hipofisis lobus anterior beserta organ targetnya
Tabel 2. Macam-macam fungsi hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis lobus anterior dan
gangguannya.
Hormon yang dihasilkan
Hormon Somatotropin (STH), Hormon
Hormone (TSH)
(LTH)
2.
FSH
2.
(ICSH)
Fungsi
Mempengaruhi warna kulit individu, dengan
cara menyebarkan butir melanin, apabila
Gambar.3 Hormon yang dihasilkan hipofisis lobus anterior beserta organ targetnya.
Oksitosin
Hormone
Fungsi
Menstimulasi kontraksi otot polos pada rahim
Hormon ADH
Abnormalitas protein G, penurunan ekspresi protein nm23, mutasi ras gen, delesi gen p53,
14 q, dan mutasi, kadar c-myc onkogen yang tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan
adenoma kelenjar hipofisis.
Penelitian in vitro membuktikan peranan estrogen dalam menginduksi terjadinya
hiperplasia hipofisis dan replikasi laktotroph. Terbukti produk PTTG (Pituitary tumor
transforming gene) menyebabkan transformasi aktifitas dan menginduksi sekresi dasar bFGF,
sehingga memodulasi angiogenesis hipofisis dan formasi tumor. PTTG ini diinduksi oleh
estrogen.
Penyebab tumor hipofisis tidak diketahui. Sebagian besar diduga tumor hipofisis hasil
dari perubahan pada DNA dari satu sel, menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak terkendali.
Cacat genetik, sindroma neoplasia endokrin multipel tipe I dikaitkan dengan tumor hipofisis.
Namun, account cacat ini hanya sebagian kecil dari kasus-kasus tumor hipofisis. Selain itu,
tumor hipofisis didapat dari hasil penyebaran (metastasis) dari kanker situs lain. Kanker
payudarapada wanita dan kanker paru-paru pada pria merupakan kanker yang paling umum
untuk menyebar ke kelenjar pituitari. Kanker lainnya yang menyebar kekelenjar pituitari
termasuk kanker ginjal, kanker prostat, melanoma,dan kanker pencernaan. Meskipun
sebagian besar tumor pituitari adalah jinak, tapi jika tidak didiagnosa secara dini dapat
membesar dan menyebabkan hilangnya penglihatan, berdampak pada otak dan pituitari.
Tumor harus dibuang apabila menekan otak atau menekan saraf optik.
Tumor pituitari bisa ditangani dengan berbagai cara. Operasi pengangkatan tumor atau
hipofisektomi adalah penanganan pilihan.
Operasi pengangkatan tumor adalah penanganan pilihan. Operasi pituitari endoskopi pada
umumnya digunakan untuk membuang tumor pituitari dan memasukkan alat ke dalam otak
melalui hidung. Metode dengan invasi minimal ini dikenal sebagai pendekatan
transsphenoidal.
Karena torehan kadang dilakukan pada gusi gigi atas, di balik bibir atas, atau di belakang
hidung, maka tidak meninggalkan bekas luka di bagian luar. Dengan pendekatan invasi
minimal, rasa sakit pasca-operasi berkurang dan rawat-inap di rumah sakit serta waktu
penyembuhan lebih pendek.
Prosedur yang memanfaatkan teknologi endoskopi juga memungkinkan dokter ahli bedah
THT untuk secara jelas melihat kelenjar pituitari dan struktur anatomi lainnya, sehingga
reseksi lesi dapat lebih akurat.
2.4 Patofisiologi
Lebih dari 90% kelenjar harus dihilangkan sebelum tanda-tanda klinis hipopituetarisma
bermanifestasi. Perubahan patologi bergantung apa penyebabnya. Pada kasus-kasus yang
disebabkan oleh nekrosis istemik, bagian awal nekrosis koagulatif diganti oleh jaringan
parut.
Efek klinis hipopituitarisme tergantung pada apakah pasien tersebut anak-anak atau
dewasa.
Hipopituitarisme pada anak-anak mengakibatkan kegagalan perkembangan yang
porposiaonal akibat tidak adanya hormon pertumbuhan (dwarfisme hipofisis). Anak-anak ini
memiliki kecerdasan normal dan tetap seperti anak-anak , gagal berkembang secara seksual.
Gambaran klinis dwarfisme hipofisis yang sama terjadi pada anak-anak yang lahir dengan
kelainan reseptor organ akhir terhadap hormone pertumbuhan (dwarfisme hipofisis). Pasien
memiliki kadar hormone pertumbuhan yang normal di dalam serum.
Pada orang dewasa, hipopituitarisme terutama ditandai dengan efek defisiensi
gonadotropin. Pada wanita, terjadi amenore dan infertilitas ; pada pria, terjadi infertilitas dan
impotensi. Defisiensi tirotropin dan kortikotropin dapat mengakibatkan atropi tiroid dan
korteks adrenal. Meskipun demikian, penurunan sekresi tiroksin dan kortisol jarang cukup
berat untuk menyebabkan manisfestasi klinis. Defisiensi hormone pertumbuhan saja
menimbulkan sedikit kelainan pada orang dewasa.
BB
Hipersekresi
GH
Hipersekresi
GH
Pertumbuhan
tulang memanjang /
tubuh tinggi
( gigantisme)
MK : Perubahan citra
tubuh
MK : Harga diri
rendah
pembesaran jari,
tangan,lidah,rahang & hidung,
organ2 dalam (mis. kardiomegali)
sel sel hipofisis lainnya rusak
Penekanan sel
tumor
mandibula tumbuh berlebihan dan
gigi menjadi terpisah pisah
b) Pada laki-laki biasanya asimptomatik atau timbul impotensi atau daya sexual
yang
menurun. Karena perbedaan gejala tersebut maka tumor ini pada laki-laki biasanya
ditemukan jika sudah menimbulkan efek kompresi pada struktur yang berdekatan.
2. Adenoma yang bersekresi growth hormone
Gejala timbul secara gradual karena pengaruh meningginya kadar GH secara
kronik.Dari sejumlah kasus menunjukkan bahwa gejala yang timbul lebih karena
efek kompresi lokal dari masa tumor, bukan karena gangguan somatiknya. Gejala
dini berupa:
a)
b)
c)
d)
e)
3. Adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)Kecuali untuk tumor yang
bersekresi TSH, yang menunjukkan gejala :
a) hypertiroidism glycoprotein secreting adenoma tidak memberikan gejala yang
spesifik sehubungan dengan hipersekresinya, sehingga adenoma ini biasanya
baru ditemukan sesudah memberikan efek kompresi pada struktur didekatnya
seperti chiasma optikum atau tangkai hipofisis.
b) Hipertiroid yang disebabkan oleh TSH adenoma berbeda dengan Graves
disease,graves disease merupakan penyakit yang diturunkan, dimana terdapat
resistensiyang efektif terhadap hormon tiroid yang menyebabkan pengaruh
umpan balik negatif dari hormon tiroid atau TSH lemah, sehingga timbul
hipersekresi TSH.Kelainan ini sering bersamaan dengan bisu tuli, stipled
epiphyse dan goiter, iniyang membedakan dengan hipertiroid akibat adanya
adenoma.
c) Pada hipertiroid akibat TSH adenoma, biasanya lebih banyak mengenai
wanita,gejala lainnya yaitu gangguan lapang pandang, pretibial edema dan kadar
ditandai
dengan
truncal
obesity,
hipertensi,
hirsutisme
dan
ekstremitas bawah.
2.8 Pemeriksaan diagnostic
2.8.1
Pada rontgen foto lateral tengkorak terlihat sella turcica membesar, lantai sella
menipisdan membulat seperti balon. Jika pertumbuhan adenomanya asimetrik maka
padalateral foto tengkorak akan menunjukkan double floor. Normal diameter AP
darikelenjar hipofisis pada wanita usia 13-35 tahun < 11 masing-masing, sedang
b)
2.8.2
Adenoma Fungsional
a) Adenoma yang bersekresi Prolaktin
Penilaian kadar serum prolactin, kadar serum lebih dari 150 ng/ml biasanya
berkorelasi dengan adanya prolactinomas. Kadar prolactin antara 25-150 ng/ml terjadi
pada adanya kompresi tangkai hipofisis sehingga pengaruh inhibisi dopamin
berkurang, juga pada stalk effect (trauma hypothalamus, trauma tungkai hipofisis karena
operasi).
b) Adenoma yang bersekresi growth hormone
Pengukuran kadar GH tidak bisa dipercaya karena sekresi hormon ini yang berupa
cetusan, walaupun pada keadaan adenoma. Normal kadar basal Gh <1 ng/ml,
pada penderita acromegali bisa meningkat sampai > 5 ng/ml, walaupun pada
penderita biasanya tetap normal. Pengukuran kadar somatemedin C lebih bisa dipercaya,
karenakadarnya yang konstan dan meningkat pada acromegali. Normal kadarnya 0,67
U/ml, pada acromegali mebningkat sampai 6,8 U/ml. Dengan GTT kdar GH akan ditekan
sampai < 2 ng/ml sesudah pemberian glukosa oral (100 gr), kegagalan penekanan ini
menunjukkan adanya hpersekresi dari GH. Pemberian GRF atau TRH perdarahan
infusakan meningkatkan kadar GH, pada keadaan normal tidak. Jika hipersekresi telah
ditentukan maka pastikan sumbernya dengan MRI, jika dengan MRI tidak
terdapatsesuatu adenoma hipofisis harus dicari sumber ektopik dari GH.
c) Adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)
Hormon TSH, LH dan FSH masing-masing terdiri dari alpha dan beta
subarakhnoidunit, alpha subarakhnoid unitnya sama untuk ketiga hormon,sedangkan
betasubarakhnoid unitnya berbeda. Dengan teknik immunohistokimia yang spesfik bisa
diukur kadar dari alpha subarakhnoid unit atau kadar alpha dan beta subarakhnoid
unit.Pada tumor ini terdapat peninggian kadar alpha subarakhnoid unit, walaupun
padaadenoma non fungsional 22% kadar alpha subarakhnoid unitnya juga meningkat.
MRIdengan gadolinium, pada pemeriksaan ini tidak bisa dibedakan antara adenoma
yangsatu dengan yang lainnya
d) Adenoma yang bersekresi ACTH
CRH dilepaskan dari hipotalamus dan akan merangsang sekresi ACTH dari
adenihipofisis, ACTH akan meningkatkan produksi dan sekresi cortisol dari
adrenalcortex yang selanjutnya dengan umpan balik negatif akan menurunkan ACTH.
Pada kondisi stres fisik dan metabolik kadar cortisol meningkat, secara klinik sulit
mengukur ACTH, maka cortisol dalam sirkulasi dan metabolitnya dalam urine digunakan
untuk status diagnose dari keadaan kelebihan adrenal. Cushingssyndroma secara klinik
mudah dikenal tapi sulit untuk menentukan etiologinya.
Pengukuran plasma kortisol, kortisol urine dan derifatnya seacra basal maupun
dalam respon terhadap dexametason, maupun penetuan plasma ACTH, bisa dipakai untuk
menentukan apakah penyakitnya primer adrenal, hipofisis atau sumber keganasan ektopi.
Jika data tersebut seimbang maka diperlukan pengukuran CRH dan
test perangsangan CRH dengan pengukuran ACTH dan cortisol perifer atau pada aliran
vena sinus petrosus bilateral untuk membuktikan adanya Cushings disease. Jika sudah
ditentukan sumbernya hipofisis, akan lebih sulit lagi menentukan bagian hipofisis yang
mana yang memproduksi hipersereksi ACTH.
2.8.3
radiasi
melengkapi
operasi
dalam
mencegah
perkembangan
Kriteria Diagnostic
Ketika melakukan diagnosis, pemeriksa akan bertanya tentang riwayat keluarga
apakah
sebelumnya
ada
yang
pernah
mengalami
tumor
kelenjar
pituitary,
tanda tumor hipofisis dan masalah kesehatan lainnya. Sebuah ujian neurologis meliputi
cek penglihatan, pendengaran, keseimbangan, koordinasi dan reflex.Dengan adanya
tanda-tanda yang disebutkan muncul pada pasien pemeriksa dapat mencurigai pasien
tersebut mengalami adanya tumor dan ditambah lagi pada pemeriksaan berikut
a. Pengujian biokimia
Kadar hormon dapat diukur dalam darah atau sampel urin melalui tes laboratorium
yang mendeteksi kelebihan produksi atau kekurangan. Seringkali, kelebih hormon
stimulasi.
b. Scan Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI, standar tes pencitraan untuk tumor hipofisis, menggunakan medan magnet dan
gelombang radio untuk menghasilkan gambar. MRI scan sangat berguna dalam
mendiagnosis tumor hipofisis. Kadang-kadang cairan khusus disuntikkan ke dalam aliran
darah untuk membedakan tumor dari jaringan sehat.MRI dapat dengan mudah
mengidentifikasi tumor besar (macroadenomas) dari kelenjar hipofisis maupun untuk
mengidentifikasi tumor yang paling kecil (microadenomas). Tapi MRI mungkin tidak
mendeteksi banyak microadenomas lebih kecil dari 3 milimeter (kira-kira delapan inci).
Antara 5 persen dan 25 persen dari orang sehat memiliki beberapa minor abnormal pada
kelenjar hipofisis yang muncul di MRI scan.
c. Biopsy
Sebuah biopsi (mengambil contoh tumor dan memeriksanya di bawah mikroskop)
mungkinkadang-kadang dianjurkan untuk verifikasi definitif. Pituitary tumor dapat
diperiksa di bawah mikroskop sebelum atau setelah pembedahan untuk menentukan jenis
tumor.
2.9 Prognosis
Pituitary tumor biasanya dapat disembuhkan. Hipofisis adenomas yang mengeluarkan
adrenocorticotropic hormon sering memiliki komplikasi yang kuat untuk kambuh.
Sekitar 5% dari hipofisis adenomas menginvasi jaringan terdekat dan tumbuh dalam ukuran
Komplikasi
Komplikasi akan muncul jika adenoma hipofisis tidak ditangani segera walaupun
sesungguhnya
adenoma
hipofisis
ini
bersifat
jinak,
namun
karena
tidak
mendapatkan penanganan yang baik, adenoma akan bermetastasi pada organ lain yang
akanmennimbulkan kanker dan organ yang terdekat dapat diserang adalah otak
yangmengakibatkan menjadi tumor ataupun kanker otak.Komplikasi pada pembedahan
Hemoragik, peningkatan CSS, diabetes insipidus, infeksi pasca oprasi.
2.11
Penatalaksanaan medis
a) Jika di jumpai tumor hipofisis. Sebaiknya di usahakan reseksi tumor tranfenoida.
b) Jika terdapat bukti hiperfungsi hipofisis namun tomor tidak dapat di temukan maka
sebagai gantinya dapat di lakukan radiasik kobait pada kelenjar hipofisis.
c) Kelebihan kortisol juga dapat di tanggulangi dengan adrenolektomi total dan di ikuti
pemberian kortisol dosis fisiologi.
d) Bila kelebihan kortisol disebabkan oleh neoplasma di susul kemotrapy pada penderita
dengan karsinoma atau terapi pembedahan.
e) Di gunakan obat dengan jenis metyropone, amino gluthemide yang bisa mengsekresi
kortisol.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR HIPOFISIS
3.1. Pengkajian
a.
Identitas
Terjadi pada wanita dan pada laki-laki dengan pefalensi seimbang dan mempunyai
insiden puncak antara usia 20 dan 30 tahun.
b. Keluhan Utama
Klien mengeluhkan sakit kepala pada keduanya, atau di tengah dahi kabur atau
penglihatan ganda; kehilangan samping (perifer) visi, ptosis yang disebabkan oleh
tekanan pada saraf yang menuju ke mata, perasaan mati rasa pada wajah, demensia,
perasaan mengantuk, kepala membesar, makan berlebih atau berkurang.
c. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan kepalanya sering mengalami sakit pada kepalanya, dan pandangan
kabur.
d. Riwayat penyakit dahulu
Kaji apakah sebelumnya klien pernah mengalami tumor pada bagian tubuh, Kaji apakah
klien pernah mengalami cedera kepala berat ataupun ringan.
e. Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah keluarga pernah menderita penyakit tumor hipofisis.
3.2. Pemeriksaan fisik
3.2.1
Inspeksi :
a. klien tampak mengalami pembesaran yang abnormal pada seluruh bagian tubuh
(jika timbul saat usia dini)
b. Klien tampak mengalami akromegali atau pembesaran yang abnormal pada
ujung-ujung tubuh seperti kaki, tangan, hidung, dagu (timbul pada saat usia
c.
d.
e.
f.
g.
3.2.1
dewasa)
Kulit klien tampak pucat
Terdapat penumpukan lemak di punggung, wajah.
Klien tampak mengalami diplopia (pandangan ganda)
Tampak atropi pada pupil Klien tampak susah membedakan warna
Klien tampak susah menggerakkan organ-organ tubuh karena kelemahan otot
Palpasi :
a. Terdapat nyeri kepala
b. Terdapat kelemahan otot tonus otot
c. Ekstremitas atas 444 dan ekstremitas bawah 444.
sekresi ADH.
Kelemahan berhubungan dengan ketidak mampuan menyokong tubuh di tandai dengan
d)
betres total.
Risiko cidera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan di tandai
dengan diplopia.
3.4. Intervensi
3.4.1. Gangguan Citra Tubuh yang Berhubungan
dengan Perubahan Struktur Tubuh dan Fungsi Tubuh Akibat Defisiensi
Gonadotropin dan Defisiensi Hormon Pertumbuhan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam, klien memiliki kembali
citra tubuh yang positif dan harga diri yang tinggi.
Kriteria Hasil :
a. Klien dapat Melakukan kegiatan penerimaan
b. Klien dapat berpenampilan misalnya: kerapian, pakaian, postur tubuh, pola makan,
kehadiran diri.
Intervensi :
a) Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan.
Rasional : Kita dapat mengkaji sejauh mana tingkat penolakan terhadap kenyataan akan
kondisi fisik tubuh, untuk mempercepat teknik penyembuhan / penanganan.
b) Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan,
prognosa kesehatan.
Rasional : Dengan mengetahui proses perjalanan penyakit tersebut maka klien secara
bertahap akan mulai menerima kenyataan.
c) Tingkatkan komunikasi terbuka, menghindari kritik / penilaian tentang perilaku klien.
Rasional : Membantu untuk tiap individu untuk memahami area dalam program sehingga
salah pemahaman tidak terjadi.
Intervensi :
a)
Rasional : Rasa percaya diri meningkat, pasien menerima kenyataan akan penampilan
tubuh.
b)
Rasional : Pasien akan merasa berarti, dihargai, dihormati, serta diterima oleh lingkungan.
3.4.3.
BAB 4
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kelenjar hipofisis medula kelenjar yang sangat penting bagi tubuh manusia, kelenjar ini
mengatur fungsi dari kelenjar tiroid, kelenjar adrenal, ovarium dan testis, kontrol
laktasi,kontraksi uterine sewaktu melahirkan dan tumbuh kembang yang linear, dan
mengatur osmolalitas dan volume dari cairan intravascular dengan memelihara resorpsi cairan
di ginjal.Kelenjar hipofisis terdiri dari 2 lobus, lobus anterior dan lobus posterior, pada lobus
anterior kelenjar ini terdapat 5 tipe sel yang memproduksi 6 hormon peptida. Sedangkan pada
DAFTAR PUSATAKA
refrensi Anatomi fisiologi untuk mahasiswa keperawatan edisi:3
Doenges, E. M, Mary F.M, Alice C.G, (2002), Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
Smeltzer C. Suzanne, Bare G. Brendo, (2002), Keperawatan Medikal Bedah, vol. 3, EGC :
Jakarta.
Price dan Wilson, editor dr. Huriawati Hartano, dkk. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis dan
Proses- proses Penyakit Edisi 6 Vol. Jakarta : EGC
Doenges, Marilynn E., dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Hall and Guyton, (1997), Fisiologi Kedokteran, EGC : Jakarta.
Noer Sjaifullah H. M, (1999), Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, FKUI, Jakarta.
https://www.singhealth.com.sg/PatientCare/Overseas-Referral/bh/Procedures/Pages/PituitaryTumours-Treatment.aspx