Vous êtes sur la page 1sur 29

ASKEP HIPOFISEKTOMI

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES BANYUWANGI
2014
ASKEP HIPOFISEKTOMI

Oleh
Kelompok 10

ABDURRAHMAN WAHID NIM 2012.02.048


DEFRI RESEFIANTO

NIM 2012.02.05

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES BANYUWANGI
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-nya kepada kita semua sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah dengan judul
ASKEP HIPOFISEKTOMI. Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu proses penulisan makalah ini dari awal hingga akhir.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekuranganya, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran bagi siapa saja yang membaca makalah ini. Tentunya
kritik dan saran yang bersifat membangun bagi makalah ini.
Penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membacanya dan sebagai wahana menambah pengetahuan serta pemikiran. Semoga Allah
Subhanahu Wataalah selalu tetap memberi rahmat dan hidayahnya kepada kita semuanya.
Banyuwangi, 27Maret 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................


KATA PENGANTAR ..........................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................
1.1

Latar Belakang...............................................................................................

1.2

Rumusan Masalah......

1.3 Tujuan.....
1.4

Ruang Lingkup...

1.5

Metode Penulisa..

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................
2.1 Anatomi Fisiologi................................................................................................
2.2 Definisi hipofisektomi.........................................................................................
2.3 Etiologi................................................................................................................
2.4 Manifestasi Klinik...............................................................................................
2.5 Patofisiologi.............................................................................................
2.6 Pemeriksaan fisik hipofisektomi...................................................................
2.7 Penatalaksanaan medis
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...................
3.1 Pengkajian............................................................................................................
3.2 Diagnosa Keperawatan............................
3.3 intervensi.........................................................................................
BAB IV PENUTUP.................................................................................................
4.1 Simpulan dan Saran.............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kelenjar hipofisis kadang disebut kelenjar penguasa karena hipofisis mengkoordinasikan
berbagai fungsi dari kelenjar endokrin lainnya. Beberapahormone hipofisis memiliki efek
langsung, beberapa lainnya secara sederhana mengendalikan kecepatan pelepasan hormonnya
sendiri melalui mekanisme umpan balik, oleh organ lainnya, dimana kadar hormone endokrin
lainnya dalam darah memberikan sinyal kepada hipofisis untuk memperlambat atau
mempercepat pelepasan hormonnya. Jenisnya ada Kelenjar hipofisis anterior dan posterior.
Hipofungsi kelenjar hipofisis ( Hipopituitarisme ) dapat terjadi akibat penyakit pada kelenjar
hipofisis sendiri atau pada hipotalamus ; namun demikian, akibat kedua keadaan ini pada
hakikatnya sama. Hipopituitarisme dapat terjadi akibat kerusakan lobus anterior kelenjar
hipofisis. Panhipopituitarisme ( penyakit simmond ) merupakan keadaan tidak adanya seleruh
sekresi hipofisis dan penyakit ini jarang dijumpai. Microsisi hipofisis pasca partus
( syndrome Sheehan ) merupakan penyebab lain kegagalan hipofisis anterior yang jarang.
Keadaan ini lebih cenderung terjadi pada wanita yang mengalami kehilangan darah, hipovolemia
dan hipotensi pada saat melahirkan.(Smeltzer, Suzanne.C. 2001. )
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi dari hipofisektomi (kelenjar pituitary)?
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.2.5
1.2.6
1.2.7

Apa etiologi dari hipofisektomi?


Bagaimana patofisiologi dari hipofisektomi?
Apa manifestasi klinis dari hipofisektomi?
Apa saja pemeriksaan diagnostic spesifik pada hipofisektomi?
Bagaimana penatalaksanaan dari hipofisektomi?
Bagaimana asuhan keperawatan dari pasien hipofisektomi?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum

a.

Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan


hipofisektomi.

1.3.2 Tujuan khusus


a.

Mahasiswa mampu mengetahui pengertian hipofisektomi..

b.

Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab hipofisektomi..

c.

Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa-diagnosa yang mungkin muncul pada


pasien hipofisektomi.

d.

Mahasiswa

mampu

memahami

penatalaksanaan

pada

pasien

dengan

hipofisektomi.
1.4

Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan makalah hanya meliputi pengertian anemia, patofisiologi,
komplikasi yang ditimbulkan tumor hipofisis, pemeriksaan penunjang, pencegahan,
penatalaksanaan medis dan asuhan keperawatan hipofisektomi.

1.5

Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah
deskriftif dengan pendekatan literatur.

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Fisiologi

Hipofise terletak di sella tursika, lekukan os spenoidalis basis cranii. Berbentuk oval
dengan diameter kira-kira 1 cm dan dibagi atas dua lobus anterior. merupakan bagian terbesar
dari hipofise kira-kira 2/3 bagian dari hipofis. Lobus anterior ini juga disebut adenohipofise.
Lobus posterior, menipakan 1/3 bagian hipofise dan terdiri dari jaringan saraf sehingga
disebut juga neurohipofise. Hipofise stalk adalah struktur yang menghubungkan lobus
posterior hipofise dengan hipotalamus. Struktur ini merupakan jaringan saraf.
Lobus intermediate (pars intermediate) adalah area diantara lobus anterior dan posterior,
fungsinya belum diketahui secara pasti, namun beberapa referensi yang ada mengatakan
lobus ini mungkin menghasilkan melanosit stimulating hormon (MSH). Secara histologis,
sel-sel kelenjar hipofise dikelompokan berdasarkan jenis hormon yang disekresi yaitu:
2.1.1. Sel-sel somatotrof
Bentuknya besar, mengandung granula sekretori, berdiameter 350-500 nm
dan terletak di sayap lateral hipofise. Sel-sel inilah yang menghasilkan hormon
somatotropin atau hormon pertumbuhan.
2.1.2. Sel-sel iactotroph
Juga mengandung granula sekretori, dengan diameter 27-350 nm,
menghasilkan prolaktin atau laktogen.
2.1.3. Sel-sel Tirotroph
Berbentuk polihadral, mengar.-'ung granula sekretori dengan diameter 50100 nm, menghasilkan TSH.
2.1.4

gonadotrof
diameter sel kira-kira 275-375 nm, mengandung granula sekretori,
menghasilakan FSH dan LH.

2.1.5

Sel-sel kortikotrof
diameter sel kira-kira 375-550 nm, merupakan granula terbesar,
menghasilkan ACTH.

2.1.6

Sel nonsekretori
terdiri atas sel kromofob. Lebih kurang 25% sel kelenjar hipofise tidak
dapat diwarnai dengan pewarnaan yang lazim digunakan dan karena itu disebut

sel-sel kromofob. Pewarnaan yang sering dipakai adalah carmosin dan erytrosin.
Sel foli-kular adalah selsel yang berfolikel.
Hipofise menghasilkan hormon tropik dan nontropik. Hon-non tropik akan mengontrol
sintesa dan sekresi hormon kelenjar sasaran sedangkan hormon nontropik akan bekerja
langsung pada organ sasaran. Kemampuan hipofise dalam mempengaruhi atau mengontrol
langsung aktivitas kelenjar endokrin lain menjadikan hipofise dijuluki master of gland.
Suatu kelnjar endokrin yang terletak di dasar tengkorak yang memegang peranan penting
dalam sekresi hormon dari semua organ - organ endokrin. Dapat di katakan sebagai kelenjar
pemimpin, sebab hormon hormon yang di hasilkannya memengaruhi pekerjaan kelenjar
lainnya. Kelenjar hipofise terdiri dari dua lobus yaitu : lobus anterior dan lobus posterior.
Kelenjar Hipofisis (pituitary) disebut juga master of gland atau kelenjar pengendali
karena menghasilkan bermacam-macam hormon yang mengatur kegiatan kelenjar lainnya.
Kelenjar ini berbentuk bulat dan berukuran kecil, dengan diameter 1,3 cm. Hipofisis dibagi
menjadi hipofisis bagian anterior, bagian tengah (pars intermedia), dan bagian posterior.

Gambar 1. hipofisis bagian anterior dan posterior


Hipofisis lobus anterior
Hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis lobus anterior dapat dilihat pada gambar 2.
Fungsi dan gangguannya dapat dilihat pada tabel 2.

Gambar.2 Hormon yang dihasilkan hipofisis lobus anterior beserta organ targetnya
Tabel 2. Macam-macam fungsi hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis lobus anterior dan
gangguannya.
Hormon yang dihasilkan
Hormon Somatotropin (STH), Hormon

Fungsi dan gangguannya


merangsang sintesis protein dan metabolisme

pertumbuhan (Growth Hormone / GH)

lemak, serta merangsang pertumbuhan tulang


(terutama tulang pipa) dan otot. kekurangan
hormon ini pada anak-anak-anak
menyebabkan pertumbuhannya terhambat
/kerdil (kretinisme), jika kelebihan akan
menyebabkan pertumbuhan raksasa
(gigantisme). Jika kelebihan terjadi pada saat
dewasa, akan menyebabkan pertumbuhan
tidak seimbang pada tulang jari tangan, kaki,
rahang, ataupun tulang hidung yang disebut
akromegali.

Hormon tirotropin atau Thyroid Stimulating

Mengontrol pertumbuhan dan perkembangan

Hormone (TSH)

kelenjar gondok atau tiroid serta merangsang


sekresi tiroksin

Adrenocorticotropic hormone (ACTH)

Mengontrol pertumbuhan dan perkembangan

aktivitas kulit ginjal dan merangsang kelenjar


adrenal untuk mensekresikan glukokortikoid
(hormon yang dihasilkan untuk metabolisme
karbohidrat)
Prolaktin (PRL) atau Lactogenic hormone

Membantu kelahiran dan memelihara sekresi

(LTH)

susu oleh kelenjar susu

Hormon gonadotropin pada wanita :


1.

Follicle Stimulating Hormone (FSH)

Merangsang pematangan folikel dalam


ovarium dan menghasilkan estrogen

2.

Luteinizing Hormone (LH)

Mempengaruhi pematangan folikel dalam


ovarium dan menghasilkan progestron

Hormone gonadotropin pada pria :


1.

FSH

Merangsang terjadinya spermatogenesis


(proses pematangan sperma)

2.

Interstitial Cell Stimulating Hormone

(ICSH)

Merangsang sel-sel interstitial testis untuk


memproduksi testosteron dan androgen

Hipofisis pars media


Tabel 3. jenis hormon serta fungsi hipofisis pars media
Hormone
MSH (Melanosit Stimulating Hormon)

Fungsi
Mempengaruhi warna kulit individu, dengan
cara menyebarkan butir melanin, apabila

hormon ini banyak dihasilkan maka


menyebabkan kulit menjadi hitam.

Hipofisis lobus posterior


Hormon yang dihasilkan hipofisis lobus posterior beserta organ targetnya dapat dilihat pada
gambar dan tabel dibawah ini.

Gambar.3 Hormon yang dihasilkan hipofisis lobus anterior beserta organ targetnya.

Tabel 4. jenis hormon serta fungsi dari hipofisis posterior

Oksitosin

Hormone

Fungsi
Menstimulasi kontraksi otot polos pada rahim

Hormon ADH

wanita selama proses melahirkan


Menurunkan volume urine dan meningkatkan
tekanan darah dengan cara menyempitkan
pembuluh darah

2.2 Definisi Hipofisektomi


Hipofisektomi adalah operasi pengangkatan hipofisa (kelenjar pituitari). Hal ini paling
sering dilakukan untuk mengobati tumor, terutama tumor craniopharyngioma. Kadangkadang digunakan untuk mengobati sindrom Cushing karena adenoma hipofisis. Hal ini juga
diterapkan dalam ilmu saraf (dalam percobaan dengan hewan laboratorium) untuk
memahami fungsi hipofisis.
Kelenjar Hipofise adalah suatu kelenjar yang terletak di dasar tengkorak dibawah
Hypothalamus yang memegang peranan penting dalam sekresi hormon dari semua organorgan endokrin. Hormon yang diproduksi sebagai Stimulator dan provokator organ organ lain
sehingga mampu aktif. Kemampuan hipofise dalam mempengaruhi atau mengontrol
langsung aktivitas kelenjar endokrin lain menjadikan hipofise dijuluki master of gland
Tumor.
2.3 Etiologi
Hingga saat ini dikenal 2 hipotesis tentang asal tumor hipofisis yaitu: 1).Adanya kelainan
intrinsik dalam kelenjar hipofisis sendiri, 2). Sebagai hasil stimulasi yang terus menerus oleh
hormon hipotalamus atau faktor.
Kemajuan biologi molekuler membuktikan tumor ini berasal dari monoklonal, yang timbul
dari mutasi sel tunggal diikuti oleh ekspansi klonal. Neoplasia hipofisis merupakan proses
multi-step yang meliputi disregulasi pertumbuhan sel atau proliferasi, diferensiasi dan
produksi hormon. Ini terjadi sebagai hasil aktifasi fungsi onkogen setelah inaktifasi gen
tumor supresor. Proses aktivasi fungsi onkogen merupakan hal yang dominan, karenanya
gangguan allel tunggal dapat menyebabkan perubahan fungsi sel.
Inaktifasi tumor supresor bersifat resesif, karenanya kedua gen allel harus terlibat untuk
mempengaruhi fungsi seluler. Heterogenitas defek genetik ditemukan pada adenoma hipofisis
sesuai dengan proses neoplastik multi step.

Abnormalitas protein G, penurunan ekspresi protein nm23, mutasi ras gen, delesi gen p53,
14 q, dan mutasi, kadar c-myc onkogen yang tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan
adenoma kelenjar hipofisis.
Penelitian in vitro membuktikan peranan estrogen dalam menginduksi terjadinya
hiperplasia hipofisis dan replikasi laktotroph. Terbukti produk PTTG (Pituitary tumor
transforming gene) menyebabkan transformasi aktifitas dan menginduksi sekresi dasar bFGF,
sehingga memodulasi angiogenesis hipofisis dan formasi tumor. PTTG ini diinduksi oleh
estrogen.
Penyebab tumor hipofisis tidak diketahui. Sebagian besar diduga tumor hipofisis hasil
dari perubahan pada DNA dari satu sel, menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak terkendali.
Cacat genetik, sindroma neoplasia endokrin multipel tipe I dikaitkan dengan tumor hipofisis.
Namun, account cacat ini hanya sebagian kecil dari kasus-kasus tumor hipofisis. Selain itu,
tumor hipofisis didapat dari hasil penyebaran (metastasis) dari kanker situs lain. Kanker
payudarapada wanita dan kanker paru-paru pada pria merupakan kanker yang paling umum
untuk menyebar ke kelenjar pituitari. Kanker lainnya yang menyebar kekelenjar pituitari
termasuk kanker ginjal, kanker prostat, melanoma,dan kanker pencernaan. Meskipun
sebagian besar tumor pituitari adalah jinak, tapi jika tidak didiagnosa secara dini dapat
membesar dan menyebabkan hilangnya penglihatan, berdampak pada otak dan pituitari.
Tumor harus dibuang apabila menekan otak atau menekan saraf optik.
Tumor pituitari bisa ditangani dengan berbagai cara. Operasi pengangkatan tumor atau
hipofisektomi adalah penanganan pilihan.
Operasi pengangkatan tumor adalah penanganan pilihan. Operasi pituitari endoskopi pada
umumnya digunakan untuk membuang tumor pituitari dan memasukkan alat ke dalam otak
melalui hidung. Metode dengan invasi minimal ini dikenal sebagai pendekatan
transsphenoidal.
Karena torehan kadang dilakukan pada gusi gigi atas, di balik bibir atas, atau di belakang
hidung, maka tidak meninggalkan bekas luka di bagian luar. Dengan pendekatan invasi
minimal, rasa sakit pasca-operasi berkurang dan rawat-inap di rumah sakit serta waktu
penyembuhan lebih pendek.

Prosedur yang memanfaatkan teknologi endoskopi juga memungkinkan dokter ahli bedah
THT untuk secara jelas melihat kelenjar pituitari dan struktur anatomi lainnya, sehingga
reseksi lesi dapat lebih akurat.
2.4 Patofisiologi
Lebih dari 90% kelenjar harus dihilangkan sebelum tanda-tanda klinis hipopituetarisma
bermanifestasi. Perubahan patologi bergantung apa penyebabnya. Pada kasus-kasus yang
disebabkan oleh nekrosis istemik, bagian awal nekrosis koagulatif diganti oleh jaringan
parut.
Efek klinis hipopituitarisme tergantung pada apakah pasien tersebut anak-anak atau
dewasa.
Hipopituitarisme pada anak-anak mengakibatkan kegagalan perkembangan yang
porposiaonal akibat tidak adanya hormon pertumbuhan (dwarfisme hipofisis). Anak-anak ini
memiliki kecerdasan normal dan tetap seperti anak-anak , gagal berkembang secara seksual.
Gambaran klinis dwarfisme hipofisis yang sama terjadi pada anak-anak yang lahir dengan
kelainan reseptor organ akhir terhadap hormone pertumbuhan (dwarfisme hipofisis). Pasien
memiliki kadar hormone pertumbuhan yang normal di dalam serum.
Pada orang dewasa, hipopituitarisme terutama ditandai dengan efek defisiensi
gonadotropin. Pada wanita, terjadi amenore dan infertilitas ; pada pria, terjadi infertilitas dan
impotensi. Defisiensi tirotropin dan kortikotropin dapat mengakibatkan atropi tiroid dan
korteks adrenal. Meskipun demikian, penurunan sekresi tiroksin dan kortisol jarang cukup
berat untuk menyebabkan manisfestasi klinis. Defisiensi hormone pertumbuhan saja
menimbulkan sedikit kelainan pada orang dewasa.

2.5 Path Way


Adenoma primer :
- sel penghasl hormone
- sel penghasil GH, ACTH,
Prolakter

BB

Hipersekresi
GH

Hipersekresi
GH
Pertumbuhan
tulang memanjang /
tubuh tinggi
( gigantisme)
MK : Perubahan citra
tubuh

Kelenjar hipofisis ( hipofisektomi)

MK : Harga diri
rendah

pembesaran jari,
tangan,lidah,rahang & hidung,
organ2 dalam (mis. kardiomegali)
sel sel hipofisis lainnya rusak

Umpan balik kelenjar


sasaran :
- peningkatan kadar TSH
- kelenjar tiroid menurun

Penekanan sel
tumor
mandibula tumbuh berlebihan dan
gigi menjadi terpisah pisah

Tumor kecil jinak


MK : Perubahan sensori
perseptual
MK : nyeri
kepala

2.6 Manifestasi klinis


2.6.1 Hipofisis non fungsional
a) Nyeri kepala
b) Karena perluasan tumor ke area supra sella, maka akan menekan chiasma optikum,timbul
gangguan lapang pandang bitemporal. Karena serabut nasal inferior yang terletak pada
aspek inferior dari chiasma optik melayani lapang pandang bagian temporal superior
(Wilbrands knee), maka yang pertama kali terkena adalah lapang pandang quadrant
bitemporal superior. Selanjutnya kedua pupil akan menjadi atrophi.
c) Jika tumor meluas ke sinus cavernosus maka akan timbul kelumpuhan NIII, IV, VI,V2,
V1, berupa ptosis, nyeri wajah, diplopia. Oklusi dari sinue akan menyebabkan proptosis,
chemosis dan penyempitan dari a. karotis (oklusi komplit jarang).
d) Tumor yang tumbuh perlahan akan menyebabkan gangguan fungsi hipofisis
yang progressif dalam beberapa bulan atau beebrapa tahun berupa :
1. Hypotiroidism, tidak tahan dingin, myxedema, rambut yang kasar
2. Hypoadrenalism, hipotensi ortostatik, cepat lelah
3. Hypogonadism, amenorrhea (wanita), kehilangan libido dan kesuburan
4. Diabetes insipidus, sangat jarang
Walaupun gangguan lapang pandang bitemporal dan hypopituitarism yang
berjalan progresif merupakan gejala klinik yang khas pada tumor ini, kadang-kadang
adenoma hipofisis yang besar memberikan gejala yang akut akibat adanya perdarahan atau
Infark. Tumor intrakranial yang paling sering menimbulkan perdarahan adalah adenoma
hipofisis. Adanya perdarahan yang besar ke dalam tumor hipofisis akan menyebabkan
gejala nyeri kepala yang tiba-tiba, penurunan kesadaran gangguan penglihatan dan
insufisiensi adrenal yang akut. Pasien yang menderita abcess pada hipofisis akan memberi
gejala yang sama disertai demam. Menurut Wilson sekitar 3% makro adenoma
menunjukkan Pituitary apoplexi.
2.6.2

Manifestasi Klinis Adenoma Fungsional


1. Adenoma yang bersekresi Prolaktin
a) Hyperprolactinemia pada wanita didahului amenorhoe, galactorhoe,kemandulan
dan osteoporosis.

b) Pada laki-laki biasanya asimptomatik atau timbul impotensi atau daya sexual

yang

menurun. Karena perbedaan gejala tersebut maka tumor ini pada laki-laki biasanya
ditemukan jika sudah menimbulkan efek kompresi pada struktur yang berdekatan.
2. Adenoma yang bersekresi growth hormone
Gejala timbul secara gradual karena pengaruh meningginya kadar GH secara
kronik.Dari sejumlah kasus menunjukkan bahwa gejala yang timbul lebih karena
efek kompresi lokal dari masa tumor, bukan karena gangguan somatiknya. Gejala
dini berupa:
a)
b)
c)
d)
e)

Ukuran sepatu dan baju membesar


Lalu timbul visceromegali
Hiperhidrosis,
Macroglossia,
Muka yang kasar dan skin tags yaitu perubahan pada cutis dan jaringan
subcutisyang lambat berupa fibrous hyperplasia terutama ditemukan pada jarijari, bibir,telinga dan lidah. Adanya skin tags ini penting karena hubungannya
dengankeganasan pada kolon.

3. Adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)Kecuali untuk tumor yang
bersekresi TSH, yang menunjukkan gejala :
a) hypertiroidism glycoprotein secreting adenoma tidak memberikan gejala yang
spesifik sehubungan dengan hipersekresinya, sehingga adenoma ini biasanya
baru ditemukan sesudah memberikan efek kompresi pada struktur didekatnya
seperti chiasma optikum atau tangkai hipofisis.
b) Hipertiroid yang disebabkan oleh TSH adenoma berbeda dengan Graves
disease,graves disease merupakan penyakit yang diturunkan, dimana terdapat
resistensiyang efektif terhadap hormon tiroid yang menyebabkan pengaruh
umpan balik negatif dari hormon tiroid atau TSH lemah, sehingga timbul
hipersekresi TSH.Kelainan ini sering bersamaan dengan bisu tuli, stipled
epiphyse dan goiter, iniyang membedakan dengan hipertiroid akibat adanya
adenoma.
c) Pada hipertiroid akibat TSH adenoma, biasanya lebih banyak mengenai
wanita,gejala lainnya yaitu gangguan lapang pandang, pretibial edema dan kadar

serum immunoglobulim stimulasi tiroid jumlahnya sedikit.d) Adenoma yang


bersekresi ACTH.
d) Biasanya menyerang wanita sekitar usia 40 tahun
e) Khas

ditandai

dengan

truncal

obesity,

hipertensi,

hirsutisme

(wanita),hyperpigmentasi, diabetes atau glukosa intoleran, amenorrhea, acne,


striaeabdominal, buffallo hump dan moon facies. Kelainan endokrinologik yang
berat ini sudah muncul pada tahap sangat dini dari tumornya yang menyulitkan
dalam mendeteksi dan identifikasi sumbernya.
2.7 Pemeriksaan fisik pada hipofisektomi
2.7.1 Pemeriksaan fisik
2.7.1.1
Inspeksi
Klien tampak mengalami pembesaran yang abnormal pada seluruh bagian tubuh
(jika timbul saat usia dini) Klien tampak mengalami akromegali atau pembesaran yang
abnormal pada ujung-ujung tubuh seperti kaki, tangan, hidung, dagu (timbul pada saat
usia dewasa) Kulit klien tampak pucatTerdapat penumpukan lemak di punggung,
wajah.Klien tampak mengalami diplopia (pandangan ganda)Tampak atropi pada pupil
Klien tampak susah membedakan warna.Klien tampak susah menggerakkan organ-organ
tubuh karena kelemahan otot.
2.7.1.2
Palpasi
Terdapat nyeri kepala, Terdapat kelemahan otot tonus otot Ekstremitas atas

dan

ekstremitas bawah.
2.8 Pemeriksaan diagnostic
2.8.1

Adenoma Hipofisis non fungsional:


a)

Pada rontgen foto lateral tengkorak terlihat sella turcica membesar, lantai sella
menipisdan membulat seperti balon. Jika pertumbuhan adenomanya asimetrik maka
padalateral foto tengkorak akan menunjukkan double floor. Normal diameter AP
darikelenjar hipofisis pada wanita usia 13-35 tahun < 11 masing-masing, sedang

b)

pada yanglainnya normal < 9 masing-masing.


MRI dan CT scan kepala, dengan MRI gambarana.carotis dan chiasma tampak
lebih jelas, tetapi untuk gambaran anatomi tulang dari sinus sphenoid CT scan lebih
baik.c. Test stimulasi fungsi endokrin diperlukan untuk menentukan gangguan fungsi
darikelenjar hipofisis.

2.8.2

Adenoma Fungsional
a) Adenoma yang bersekresi Prolaktin
Penilaian kadar serum prolactin, kadar serum lebih dari 150 ng/ml biasanya
berkorelasi dengan adanya prolactinomas. Kadar prolactin antara 25-150 ng/ml terjadi
pada adanya kompresi tangkai hipofisis sehingga pengaruh inhibisi dopamin
berkurang, juga pada stalk effect (trauma hypothalamus, trauma tungkai hipofisis karena
operasi).
b) Adenoma yang bersekresi growth hormone
Pengukuran kadar GH tidak bisa dipercaya karena sekresi hormon ini yang berupa
cetusan, walaupun pada keadaan adenoma. Normal kadar basal Gh <1 ng/ml,
pada penderita acromegali bisa meningkat sampai > 5 ng/ml, walaupun pada
penderita biasanya tetap normal. Pengukuran kadar somatemedin C lebih bisa dipercaya,
karenakadarnya yang konstan dan meningkat pada acromegali. Normal kadarnya 0,67
U/ml, pada acromegali mebningkat sampai 6,8 U/ml. Dengan GTT kdar GH akan ditekan
sampai < 2 ng/ml sesudah pemberian glukosa oral (100 gr), kegagalan penekanan ini
menunjukkan adanya hpersekresi dari GH. Pemberian GRF atau TRH perdarahan
infusakan meningkatkan kadar GH, pada keadaan normal tidak. Jika hipersekresi telah
ditentukan maka pastikan sumbernya dengan MRI, jika dengan MRI tidak
terdapatsesuatu adenoma hipofisis harus dicari sumber ektopik dari GH.
c) Adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)
Hormon TSH, LH dan FSH masing-masing terdiri dari alpha dan beta
subarakhnoidunit, alpha subarakhnoid unitnya sama untuk ketiga hormon,sedangkan
betasubarakhnoid unitnya berbeda. Dengan teknik immunohistokimia yang spesfik bisa
diukur kadar dari alpha subarakhnoid unit atau kadar alpha dan beta subarakhnoid
unit.Pada tumor ini terdapat peninggian kadar alpha subarakhnoid unit, walaupun
padaadenoma non fungsional 22% kadar alpha subarakhnoid unitnya juga meningkat.
MRIdengan gadolinium, pada pemeriksaan ini tidak bisa dibedakan antara adenoma
yangsatu dengan yang lainnya
d) Adenoma yang bersekresi ACTH
CRH dilepaskan dari hipotalamus dan akan merangsang sekresi ACTH dari
adenihipofisis, ACTH akan meningkatkan produksi dan sekresi cortisol dari
adrenalcortex yang selanjutnya dengan umpan balik negatif akan menurunkan ACTH.
Pada kondisi stres fisik dan metabolik kadar cortisol meningkat, secara klinik sulit

mengukur ACTH, maka cortisol dalam sirkulasi dan metabolitnya dalam urine digunakan
untuk status diagnose dari keadaan kelebihan adrenal. Cushingssyndroma secara klinik
mudah dikenal tapi sulit untuk menentukan etiologinya.
Pengukuran plasma kortisol, kortisol urine dan derifatnya seacra basal maupun
dalam respon terhadap dexametason, maupun penetuan plasma ACTH, bisa dipakai untuk
menentukan apakah penyakitnya primer adrenal, hipofisis atau sumber keganasan ektopi.
Jika data tersebut seimbang maka diperlukan pengukuran CRH dan
test perangsangan CRH dengan pengukuran ACTH dan cortisol perifer atau pada aliran
vena sinus petrosus bilateral untuk membuktikan adanya Cushings disease. Jika sudah
ditentukan sumbernya hipofisis, akan lebih sulit lagi menentukan bagian hipofisis yang
mana yang memproduksi hipersereksi ACTH.
2.8.3

Therapy/ tindakan penanganan


Gambaran Radiographic : MRI adalah prosedur terbaik untuk mengevaluasi
patologihipofisis, pencitraan jaringan lunak tanpa gangguan dari lingkungan kurus dari
sella dan menghasilkan gambit dalam setiap bidang
a. Pengobatan :
Pengobatan adenoma hipofisis dimulai dengan koreksi elektrolit disfungsidan
penggantian hormon hipofisis, jika perlu, segera setelah spesimen darah
diagnostik telah terkirim. Penggantian hormon tiroid atau adrenal adalah sangat
penting. Steroid penggantian harus cukup untuk situasi stres, termasuk periode
perioperatif.Tujuan perawatan berbeda sesuai dengan aktivitas fungsional tumor.
Untuk tumor endokrinaktif, pendekatan yang agresif terhadap normalisasi
hipersekresi sangat penting sekaligus mempertahankan fungsi hipofisis normal. Hal
ini biasanya dapat dicapai dengan bedaheksisi, tetapi beberapa Prolaktinoma lebih
baik dikontrol secara medis.Untuk nonsecreting tumor, pengobatan diarahkan bedah
pengurangan efek massa bertanggung jawab atas gejala, dengan tetap menjaga fungsi
hipofisis. Meskipun bedahreseksi lengkap diinginkan, yang radiosensitivity tumor ini
mengundang subtotal debulkingdiikuti dengan terapi radiasi untuk mengurangi risiko
kekambuhan atau keganasan.Adenomas asimtomatik insidentil tidak memerlukan
intervensi tetapi harus diikuti dengan pemeriksaan secara berkala bidang visual dan

MRI. Timbulnya gejala atau MRI dokumentasi pertumbuhan indikasi untuk


perawatan.
b. Pembedahan
Keberhasilan dan keselamatan pendekatan transsphenoidal membuat prosedur
pilihan untuk menghilangkan adenomas. Kebanyakan tumor lunak dan gembur,dan
transsphenoidal akses, meskipun terbatas, memungkinkan untuk penghapusan
lengkap bahkan jika ada suprasellar signifikan ekstensi atau sella tidak diperbesar.
Tingkat kematian kurang dari 1%. Mayor morbiditas, termasuk stroke, kehilangan
penglihatan,meningitis, CSF bocor, atau cranial palsy, kurang dari 3,5%. Diabetes
insipidus permanen muncul setelah operasi dalam 2 sampai 5% dari pasien dan
diperlakukan oleh penggantinya.
c. Terapi radiasi
Terapi

radiasi

melengkapi

operasi

dalam

mencegah

perkembangan

ataukekambuhan. Standar teknik radiasi melibatkan penggunaan tiga bidang (bidang


menentang sejajar dengan bidang koronal) atau teknik rotasi untuk menghindari dosis
yang tidak perludi lobus temporal. Dosis 4.500-5.000 cGy disampaikan dalam
pecahan 180-cGydisarankan. Secara umum, pasien dengan tumor subtotally resected
diberikan terapi radiasi.Walaupun radiasi mengurangi risiko kekambuhan atau
penundaan kambuhnya setelah brutototal reseksi, kita ikuti serial pasien dengan MRI
scan dan pemeriksaan bidang visual danmenahan radiasi kecuali ada tumor
didokumentasikan regrowth.Untuk tumor termasuk kelenjar pituitary adenoma
hipofisis, prolactinoma dan penyakitCushings, keputusan yang berkaitan dengan
pengobatan untuk tumor kelenjar hipofisis bergantung pada pemahaman lengkap
tentang risiko bersaing vs manfaat untuk pengobatan yang berbeda. Pilihan untuk
perawatan tumor kelenjar pituitari dapat mencakup operasi,Radio surgery dan gamma
pisau.
2.8.4

Kriteria Diagnostic
Ketika melakukan diagnosis, pemeriksa akan bertanya tentang riwayat keluarga
apakah

sebelumnya

ada

yang

pernah

mengalami

tumor

kelenjar

pituitary,

hiperparatiroidisme(kelenjar paratiroid yang terlalu aktif), hipoglikemia (gula darah


rendah) atau tumor kelenjar pankreas.Pada pemeriksaan fisik mengidentifikasi tanda-

tanda tumor hipofisis dan masalah kesehatan lainnya. Sebuah ujian neurologis meliputi
cek penglihatan, pendengaran, keseimbangan, koordinasi dan reflex.Dengan adanya
tanda-tanda yang disebutkan muncul pada pasien pemeriksa dapat mencurigai pasien
tersebut mengalami adanya tumor dan ditambah lagi pada pemeriksaan berikut
a. Pengujian biokimia
Kadar hormon dapat diukur dalam darah atau sampel urin melalui tes laboratorium
yang mendeteksi kelebihan produksi atau kekurangan. Seringkali, kelebih hormon
stimulasi.
b. Scan Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI, standar tes pencitraan untuk tumor hipofisis, menggunakan medan magnet dan
gelombang radio untuk menghasilkan gambar. MRI scan sangat berguna dalam
mendiagnosis tumor hipofisis. Kadang-kadang cairan khusus disuntikkan ke dalam aliran
darah untuk membedakan tumor dari jaringan sehat.MRI dapat dengan mudah
mengidentifikasi tumor besar (macroadenomas) dari kelenjar hipofisis maupun untuk
mengidentifikasi tumor yang paling kecil (microadenomas). Tapi MRI mungkin tidak
mendeteksi banyak microadenomas lebih kecil dari 3 milimeter (kira-kira delapan inci).
Antara 5 persen dan 25 persen dari orang sehat memiliki beberapa minor abnormal pada
kelenjar hipofisis yang muncul di MRI scan.
c. Biopsy
Sebuah biopsi (mengambil contoh tumor dan memeriksanya di bawah mikroskop)
mungkinkadang-kadang dianjurkan untuk verifikasi definitif. Pituitary tumor dapat
diperiksa di bawah mikroskop sebelum atau setelah pembedahan untuk menentukan jenis
tumor.

2.9 Prognosis
Pituitary tumor biasanya dapat disembuhkan. Hipofisis adenomas yang mengeluarkan
adrenocorticotropic hormon sering memiliki komplikasi yang kuat untuk kambuh.
Sekitar 5% dari hipofisis adenomas menginvasi jaringan terdekat dan tumbuh dalam ukuran

besar.Metastasis tumor hipofisis sangat jarang terjadi. Namun, karsinoma hipofisis


dapat bermetastasis dan berhubungan dengan prognosis yang buruk.
2.10

Komplikasi
Komplikasi akan muncul jika adenoma hipofisis tidak ditangani segera walaupun
sesungguhnya

adenoma

hipofisis

ini

bersifat

jinak,

namun

karena

tidak

mendapatkan penanganan yang baik, adenoma akan bermetastasi pada organ lain yang
akanmennimbulkan kanker dan organ yang terdekat dapat diserang adalah otak
yangmengakibatkan menjadi tumor ataupun kanker otak.Komplikasi pada pembedahan
Hemoragik, peningkatan CSS, diabetes insipidus, infeksi pasca oprasi.
2.11

Penatalaksanaan medis
a) Jika di jumpai tumor hipofisis. Sebaiknya di usahakan reseksi tumor tranfenoida.
b) Jika terdapat bukti hiperfungsi hipofisis namun tomor tidak dapat di temukan maka
sebagai gantinya dapat di lakukan radiasik kobait pada kelenjar hipofisis.
c) Kelebihan kortisol juga dapat di tanggulangi dengan adrenolektomi total dan di ikuti
pemberian kortisol dosis fisiologi.
d) Bila kelebihan kortisol disebabkan oleh neoplasma di susul kemotrapy pada penderita
dengan karsinoma atau terapi pembedahan.
e) Di gunakan obat dengan jenis metyropone, amino gluthemide yang bisa mengsekresi
kortisol.

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR HIPOFISIS

3.1. Pengkajian
a.

Identitas
Terjadi pada wanita dan pada laki-laki dengan pefalensi seimbang dan mempunyai
insiden puncak antara usia 20 dan 30 tahun.

b. Keluhan Utama
Klien mengeluhkan sakit kepala pada keduanya, atau di tengah dahi kabur atau
penglihatan ganda; kehilangan samping (perifer) visi, ptosis yang disebabkan oleh
tekanan pada saraf yang menuju ke mata, perasaan mati rasa pada wajah, demensia,
perasaan mengantuk, kepala membesar, makan berlebih atau berkurang.
c. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan kepalanya sering mengalami sakit pada kepalanya, dan pandangan
kabur.
d. Riwayat penyakit dahulu
Kaji apakah sebelumnya klien pernah mengalami tumor pada bagian tubuh, Kaji apakah
klien pernah mengalami cedera kepala berat ataupun ringan.
e. Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah keluarga pernah menderita penyakit tumor hipofisis.
3.2. Pemeriksaan fisik
3.2.1

Inspeksi :
a. klien tampak mengalami pembesaran yang abnormal pada seluruh bagian tubuh
(jika timbul saat usia dini)
b. Klien tampak mengalami akromegali atau pembesaran yang abnormal pada
ujung-ujung tubuh seperti kaki, tangan, hidung, dagu (timbul pada saat usia
c.
d.
e.
f.
g.

3.2.1

dewasa)
Kulit klien tampak pucat
Terdapat penumpukan lemak di punggung, wajah.
Klien tampak mengalami diplopia (pandangan ganda)
Tampak atropi pada pupil Klien tampak susah membedakan warna
Klien tampak susah menggerakkan organ-organ tubuh karena kelemahan otot

Palpasi :
a. Terdapat nyeri kepala
b. Terdapat kelemahan otot tonus otot
c. Ekstremitas atas 444 dan ekstremitas bawah 444.

3.3 Diagnosa keperawatan


a)

Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


gangguan metabolic ( hipermetabolik) di tandai dengan nafsu makan menurun.
b) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi air di tandai dengan peningkatan
c)

sekresi ADH.
Kelemahan berhubungan dengan ketidak mampuan menyokong tubuh di tandai dengan

d)

betres total.
Risiko cidera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan di tandai
dengan diplopia.

3.4. Intervensi
3.4.1. Gangguan Citra Tubuh yang Berhubungan
dengan Perubahan Struktur Tubuh dan Fungsi Tubuh Akibat Defisiensi
Gonadotropin dan Defisiensi Hormon Pertumbuhan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam, klien memiliki kembali
citra tubuh yang positif dan harga diri yang tinggi.
Kriteria Hasil :
a. Klien dapat Melakukan kegiatan penerimaan
b. Klien dapat berpenampilan misalnya: kerapian, pakaian, postur tubuh, pola makan,
kehadiran diri.
Intervensi :
a) Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan.
Rasional : Kita dapat mengkaji sejauh mana tingkat penolakan terhadap kenyataan akan
kondisi fisik tubuh, untuk mempercepat teknik penyembuhan / penanganan.
b) Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan,
prognosa kesehatan.
Rasional : Dengan mengetahui proses perjalanan penyakit tersebut maka klien secara
bertahap akan mulai menerima kenyataan.
c) Tingkatkan komunikasi terbuka, menghindari kritik / penilaian tentang perilaku klien.
Rasional : Membantu untuk tiap individu untuk memahami area dalam program sehingga
salah pemahaman tidak terjadi.

3.4.2. Dx : Harga diri Rendah berhubungan dengan Perubahan Penampilan Tubuh.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam, harga diri
meningkat.
Kriteria hasil :
a.
b.

Mengungkapkan hasil perasaan dan pikiran mengenai diri.


Mengidentifikasikan dua atributif positif mengenai diri.

Intervensi :
a)

Bina hubungan saling percaya perawat dan klien.

Rasional : Rasa percaya diri meningkat, pasien menerima kenyataan akan penampilan
tubuh.
b)

Tingkatkan interaksi sosial.

Rasional : Pasien akan merasa berarti, dihargai, dihormati, serta diterima oleh lingkungan.
3.4.3.

Dx : Gangguan Persepsi Sensori (Penglihatan) berhubungan dengan Kesalahan


Interpertasi Sekunder, Gangguan Transmisi, Impuls.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam, penglihatan berangsurangsur membaik.
Kriteria Hasil :
a) Menunjukkan tanda adanya penurunan gejala yang menimbulkan gangguan persepsi
sensori
b) Mengidentifikasi dan menghilangkan faktor resiko jika mungkin.
Intervensi :
a) Kurangi penglihatan yang berlebih.
Rasional : Mengurangi tingkat ketegangan otot mata, meningkatkan relaksasi mata.
b) Orientasikan terhadap keseluruhan bidang (orang, tempat, waktu).
Rasional : Untuk mengetahui faktor penyebab melalui tes sensori indera penglihatan.
c) Sediakan waktu untuk istirahat bagi klien tanpa gangguan.

Rasional : Meningkatkan kepekaan indera penglihatan melalui stimulus indera


khususnya penglihatan.

BAB 4
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kelenjar hipofisis medula kelenjar yang sangat penting bagi tubuh manusia, kelenjar ini
mengatur fungsi dari kelenjar tiroid, kelenjar adrenal, ovarium dan testis, kontrol
laktasi,kontraksi uterine sewaktu melahirkan dan tumbuh kembang yang linear, dan
mengatur osmolalitas dan volume dari cairan intravascular dengan memelihara resorpsi cairan
di ginjal.Kelenjar hipofisis terdiri dari 2 lobus, lobus anterior dan lobus posterior, pada lobus
anterior kelenjar ini terdapat 5 tipe sel yang memproduksi 6 hormon peptida. Sedangkan pada

lobus posterior dilepaskan 2 macam hormon peptida.Pituitary tumor, pertumbuhan abnormal


yang berkembang di kelenjar hipofisis di otak,hampir selalu non cancerous (jinak).
Tumor Hipofisis adalah pertumbuhan sel abnormal yang berkembang di kelenjar hipofisis.
Sebagian besar tumor hipofisis (adenomas) tidak menyebar di luar tengkorak (non metastatic)
dan biasanya masih terbatas pada kelenjar pituitari atau di dekatnya jaringan otak. Pituitary
tumor cukup umum dan sering di diagnosis melalui scan MRI yang dilakukan untuk alasan lain.
Sekitar 10% dari seluruh tumor intrakranial merupakan tumor hipofisis, terutama
terdapat pada usia 20-50 tahun, dengan insiden yang ditemukan seimbang pada laki-laki dan
wanita.Tumor hipofisis terutama timbul pada lobus anterior hipofisis, sedangkan pada
lobus posterior (neurohipofisis) jarang terjadi. Tumor ini biasanya bersifat jinak.
1.2. Saran
Dengan di susunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat
menelaah dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah ini sehingga sedikit banyak bisa
menambah pengetahuan pembaca. Di samping itu kami juga mengharapkan saran dan kritik dari
para pembaca sehingga kami bisa berorientasi lebih baik pada lagi.

DAFTAR PUSATAKA
refrensi Anatomi fisiologi untuk mahasiswa keperawatan edisi:3
Doenges, E. M, Mary F.M, Alice C.G, (2002), Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
Smeltzer C. Suzanne, Bare G. Brendo, (2002), Keperawatan Medikal Bedah, vol. 3, EGC :
Jakarta.
Price dan Wilson, editor dr. Huriawati Hartano, dkk. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis dan
Proses- proses Penyakit Edisi 6 Vol. Jakarta : EGC
Doenges, Marilynn E., dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Hall and Guyton, (1997), Fisiologi Kedokteran, EGC : Jakarta.

Noer Sjaifullah H. M, (1999), Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, FKUI, Jakarta.
https://www.singhealth.com.sg/PatientCare/Overseas-Referral/bh/Procedures/Pages/PituitaryTumours-Treatment.aspx

Vous aimerez peut-être aussi