Vous êtes sur la page 1sur 45

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang PKL
Pendidikan tenaga kesehatan merupakan bagian integral dari
pembangunan Nasional di bidang kesehatan yang diarahkan untuk
mendukung upaya pencapaian derajat kesehatan masyarakat secara optimal.
Dalam kaitan ini pendidikan tenaga kesehatan diselenggarakan untuk
memperoleh tenaga kesehatan yang bermutu yang mampu mengemban tugas
untuk mewujudkan perubahan, pertumbuhan dan pembaruan dalam rangka
mmenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat.
Akademi Farmasi Sandi Karsa Makassar adalah salah satu akademi
kejuruan yang mendidik calon tenaga kesehatan di bidang farmasi yang
mampu bekerja dalam sistem pelayanan kesehatan secara terpadu. Oleh
karena itu, pihak akademi dengan pelayanan kefarmasian, memberikan
kesempatan kepada para mahasiswa untuk menerapkan keahlian farmasi yang
telah didapat dari akademi melalui Praktek Kerja Lapangan (PKL).
PKL adalah proses pembelajaran yang diadakan di luar akademi, yang
merupakan sarana pengenalan lapangan kerja, sehingga peserta didik dapat
mengetahui,

mendapatkan

informasi,

dan

melihat

secara

langsung

sebagaimana penerapan dari disiplin ilmu yang telah diajarkan dari


universitas.

1 | P T. M A RT I N A B E RT O T b k .

Industri farmasi merupakan salah satu tempat untuk melakukan


pekerjaan kefarmasian terutama menyangkut pembuatan, pengendalian
mutusediaan

farmasi,

pengadaan,

penyimpanan,

pendistribusian

dan

pengembangan obat. Untuk menghasilkan produk obat yang bermutu, aman


dan berkhasiatdiperlukan suatu tahap kegiatan yang sesuai CPOB yang
meliputi perencanaan, pengendalian dan pemantauan bahan awal, proses
pembuatan serta pengawasan terhadap mutu, peralatan yang digunakan,
bangunan, hygiene, sanitasi serta personalia yang terlibat di setiap proses
produksi.
CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik) adalah pedoman yang
dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan RI SK Menkes RI No.43/Menkes/SK/II/1998 sebagai suatu
persyaratan dan ketentuan bagi setiap industri farmasi untuk dilaksanakan.
Hal ini bertujuan agar masyarakat dapat terjamin keamanannya dalam
mengkonsumsi obat-obatan yang dihasilkan dan mendapatkan mutu obat
yang baik.
Berkaitan dengan pelaksanaan CPOB, sumber daya manusia (personil)
merupakan bagian penting dalam pembentukkan, penerapan sistem pemastian
mutu dan pembuatan obat yang baik, oleh sebab itu perlu mempersiapkan dan
membekali personil agar mempunyai keterampilan serta wawasan yang
luasmengenai industri farmasi dan penerapannya dalam segala aspek CPOB.
Berdasarkan hal tersebut, maka Akademi Farmasi Sandi Karsa bekerjasama

2 | P T. M A RT I N A B E RT O T b k .

dengan Pt. Martina Berto Tbk. yang telah mendapatkan sertifikat CPOB
untuk menyelenggarakan program Praktek Kerja Lapangan di bidang industri.
Dengan

adanya

Praktek

Kerja

Lapangan

diharapkan

dapat

menghasilkan tenaga kesehatan di bidang farmasi tingkat menengah yang


mampu bekerja dalam sistem pelayanan kesehatan. Pelaksanaan PKL pada
prinsipnya mempunyai tujuan sebagi berikut:
1. Meningkatkan memperluas dan memantapkan kemampuan peserta didik
sebagai bekal memasuki lapangan kerja yang sesuai dengan kebutuhan
program pendidikan yang ditetapkan.
2. Mengenal kegiatan industri secara menyeluruh baik ditinjau dari aspek
administrasi, teknis maupun sosial budaya.
3. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendapatkan
pengalaman kerja yang nyata dan langsung, secara terpadu di unit-unit
pelayanan kesehatan.
4. Menumbuh kembangkan

dan

menetapkan

sikap

etis

untuk

memasyarakatkan diri pada suasana lingkungan kerja yang sebenarnya.


5. Memberikan informasi kepada peserta didik untuk memasyarakatkan diri
pada suasana lingkungan kerja yang nyata.
6. Meningkatkan, memperluas dan memantapkan proses penyerapan
teknologi baru dari lapangan kerja ke universitas dan sebaliknya.
7. Memperoleh masukan dan umpan balik, guna memperbaiki dan
mengembangkan

serta

meningkatkan

penyelenggaraan

pendidikan

Akademi Farmasi Sandi Karsa Makassar.


8. Memberikan kesempatan kerja kepada peserta didik.
Setelah mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini mahasiswa
diharapkan mampu:
1. Memahami Tugas dan Fungsi Industri

3 | P T. M A RT I N A B E RT O T b k .

2. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan memotivasi


mahasiswa untuk memasuki dunia kerja.
B. Tujuan Pembuatan Laporan
Laporan peserta PKL disesuaikan dengan unit kerja yang digunakan
selama melaksanakan kegiatan PKL yang dibuat secara berkelompok.
Laporan yang dibuat harus disetujui oleh masing-masing pembimbing
teknis dari pihak unit kerja yang bersangkutan dari pembimbing supervisi dan
staf pengajar. Oleh karena pentingnya pembuatan laporan tersebut maka
disimpulkan bahwa tujuan pembuatan laporan antara lain:
1. Agar peserta PKL mampu memahami, memantapkan dan mengembangkan
pelajaran yang telah diperoleh di akademi dan diterapkan di lapangan
kerja.
2. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan memotivasi
mahasiswa untuk memasuki dunia kerja.
3. Mengumpulkan data guna kepentingan instuisi pendidikan maupun peserta
didik yang bersangkutan.
4. Menambah perbendaharaan perpustakaan sekolah untuk menunjang
penigkatan pengetahuan peserta didik angkatan berikutnya.

C. Waktu kunjungan Kegiatan kuliah lapang dilakukan pada :


Hari

: Selasa

Tanggal

: 17 Februari 2015

Pukul

: 09.00 - 12.00 WIB

D. Tempat Kunjungan
4 | P T. M A RT I N A B E RT O T b k .

Kegiatan kuliah lapang ini dilakukan ke PT. Martina Berto Tbk di


Jalan Pulokambing II No 1 Kawasan Industri Pulogadung Jakarta Timur.
Mahasiswa yang berkunjung ke PT. Martina Berto Tbk tersebut berjumlah 37
orang ditambah dengan 3 orang dosen.

BAB II
URAIAN UMUM
A. Industri Farmasi
1.
Pengertian Industri Farmasi
Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri KesehatanNo.
1799/Menkes/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari Mentri
5 | P T. M A RT I N A B E RT O T b k .

Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahanobat.


Pembuatan obat adalah seluruh tahapan kegiatan dalammenghasilkan obat
yang meliputi pengadaan bahan awal dan bahan pengemas, produksi,
pengemasan, pengawasan mutu, dan pemastian mutu sampai diperoleh
obat untuk di distribusikan.
Industri farmasi dibagi dalam dua kelompok yaitu industri padat
modal dan industri padat karya. Industri padat modal adalah industri yang
menggunakan mesin-mesin produksi dalam jumlah yang lebih besar
daripada jumlah tenaga kerjanya, sedangkan industri padat karya lebih
banyak menggunakan tenaga manusia dari pada tenaga mesin.
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi
yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi
atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk
manusia. Bahan obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tidak
berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat dengan standar dan
mutu sebagai bahan baku obat.
2. Izin Usaha Industri Farmasi
Izin usaha industri farmasi diberikan oleh Menteri Kesehatan dan
wewenang pemberian izin dilimpahkan oleh Badan Pengawasan Obat dan
Makanan (Badan POM). Izin ini berlaku seterusnya selama perusahaan
industri farmasi tersebut masih berproduksi dengan perpanjangan izin
setiap 5 tahun.
Sedangkan untuk industri farmasi yang modalnya berasal dari
Penanaman Modal Asing (PMA), izin masa berlakunya sesuai dengan

6 | P T. M A RT I N A B E RT O T b k .

ketentuan dalam UU No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing


dan Peraturan Pelaksanaannya.
3. Pencabutan Izin Usaha Industri Farmasi
Pencabutan izin usaha industri farmasi dilakukan apabila industri
yang bersangkutan melakukan pelanggaran :
a) Melakukan pemindah tanganan hak milik izin usaha industri
farmasi dan perluasan tanpa izin.
b) Tidak menyampaikan informasi industri secara berturut-turut 3 kali
atau dengan sengaja menyampaikan informasi yang tidak benar.
c) Melakukan pemindahan lokasi usaha industri farmasi tanpa
persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Menteri Kesehatan
Republik Indonesia.
d) Dengan sengaja memproduksi obat jadi atau bahan baku yang tidak
memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku (obat palsu).
e) Tidak memenuhi ketentuan dalam izin usaha industri farmasi.
B. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
Industri farmasi merupakan industri yang memproduksi obat yang
amandan berkualitas. Untuk menjamin mutu obat yang berkualitas, maka
industri farmasi melakukan seluruh aspek rangkaian kegiatan produksinya
dengan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). CPOB
merupakan pedoman yang harus diterapkan dalam seluruh rangkaian
proses di industri farmasi dalam pembuatan obat jadi, sesuai dengan
keputusan Menteri Kesehatan RI No. 43/Menkes/SK/II/1988 tentang Cara
Pembuatan Obat yang Baik.
Pedoman CPOB bertujuan untuk menghasilkan produk obat yang
senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan sesuai
dengan tujuan penggunaannya. CPOB dilakukan secara menyeluruh dan
terpadu dengan mengadakan pengawasan baik sebelum, selama, dan

7 | P T. M A RT I N A B E RT O T b k .

sesudah proses produksi berlangsung untuk memastikan mutu produk obat


agar memenuhi standar yang telah ditetapkan. Jadi CPOB adalah suatu
konsep yang ditetapkan dalam industri farmasi mengenai langkah-langkah
atau prosedur yang dilakukan dalam suatuindustri farmasi untuk menjamin
mutu obat yang diproduksi dengan menerapkan Good Manufacturing
Practices dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan produksi, sehingga
obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang
ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Perkembangan yang sangat pesat dalam teknologi farmasi
menyebabkan perubahan perubahan yang sangat cepat pula dalam
konsep dan persyaratan CPOB. Konsep CPOB bersifat dinamis yang
memerlukan penyesuaian dari waktu ke waktu mengikuti perkembangan
teknologi dibidang farmasi.
Pedoman CPOB merupakan suatu pedoman bagi industri farmasi
mengenaisemua aspek-aspek dalam suatu industri farmasi untuk menjamin
mutu obat jadi Pedoman CPOB tahun 2006, meliputi 12 aspek antara lain:
ketentuan umum,personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan
higiene, produksi,pengawasan mutu, inspeksi diri, penanganan terhadap
keluhan dan penarikankembali obat dan obat kembalian, dokumentasi,
pembuatan dan analisaberdasarkan kontrak, kulifikasi dan validasi.
1) Manajemen Mutu
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) menyangkut
seluruhaspek produksi dan pengendalian mutu, bertujuan untuk menjamin
bahwaproduk obat yang dibuat senantiasa memenuhi persyaratan mutu
yangtelah disesuaikan dengan tujuan penggunaannya.

8 | P T. M A RT I N A B E RT O T b k .

Dalam ketentuan umum, ada beberapa landasan yang pentinguntuk


diperhatikan yaitu :
a. Pengawasan menyeluruh pada proses pembuatan obat untuk menjamin
bahwa konsumen menerima obat yang bermutu tinggi.
b. Mutu obat tergantung pada bahan awal, proses pembuatan dan
pengawasan mutu, bangunan, peralatan yang digunakan, dan
personalia.
Untuk

menjamin

mutu

suatu

obat

jadi

tidak

boleh

hanyamengandalkan pada suatu pengujian tertentu saja, melainkan semua


obat hendaknya dibuat dalam kondisi terkendali dan terpadu dengan
cermat.
CPOB merupakan pedoman yang dibuat untuk memastikan
agarsifat dan mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan syarat bahwa
standarmutu obat yang telah ditentukan tetap tercapai.
2) Personalia
Personalia karyawan semua tingkatan harus memiliki pengetahuan,
ketrampilan dan kemampuan sesuai tugasnya. Karyawan memiliki
kesehatan mental dan fisik yang baik sehingga mampu melaksanakan
tugasnya secara professional dan sebagaimana mestinya. Karyawan
mempunyai sikap dan kesadaran yang tinggi untuk mewujudkan CPOB.
Struktur organisasi harus sedemikian rupa sehingga bagian
produksi dan pengawasan mutu dipimpin oleh orang yang berlainan dan
tidak saling bertanggung jawab terhadap yang lain. Masing-masing harus
diberi wewenang penuh dan sarana yang cukup yang diperlukan untuk
dapat melaksanakan tugasnya secara efektif.
9 | P T. M A RT I N A B E RT O T b k .

Manajer produksi seorang apoteker yang cakap, terlatih dan


memiliki pengalaman praktis yang memadai dibidang industri farmasi dan
keterampilan

dalam

kepemimpinan

sehingga

memungkinkan

melaksanakan tugas secara profesional. Manajer produksi memiliki


wewenang dan tanggung jawab khusus penuh untuk mengelola produksi
obat. Manajer pengawasan mutu seorang apoteker yang cakap, terlatih,dan
memiliki pengalaman praktis yang memadai untuk memungkinkan
melaksanakan tugasnya secara professional. Manajer pengawasan mutu
diberi wewenang dan tanggung jawab penuh dalam seluruh tugas
pengawasan mutu yang dalam penyusunan, verifikasi dan pelaksanaan
seluruh

prosedur

pengawasan

mutu.

Manajer

pengawasan

mutu

adalahsatu-satunya yang memiliki wewenang untuk meluluskan bahan


awal, produk antara, produk ruahan dan obat jadi bila produk tersebut
sesuai dengan spesifikasinya, atau menolaknya bila tidak cocok
Dengan spesifikasinya, atau bila tidak dibuat sesuai dengan
prosedur yang disetujui dan kondisi yang ditentukan. Manajer produksi
dan

pengawasan

mutu

bersama-sama

bertanggung

jawab

dalam

penyusunan dan pengesahan prosedur-prosedur tertulis, pemantauan dan


pengawasan lingkungan pembuatan obat, kebersihan pabrik dan validasi
proses produksi, kalibrasi alat-alat pengukur, latihan personalia, pemberian
persetujuan dan dalam penyimpanan catatan.
3) Bangunan dan Fasilitas
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat memiliki ukuran,
rancang bangun, konstruksi, serta letak yang memadai agar memudahkan
dalam pelaksanaan kerja, pelaksanaan kebersihan, dan pemeliharaan yang

10 | P T . M A R T I N A B E R T O T b k .

baik. Tiap sarana kerja hendaknya memadai, sehingga setiap resiko


terjadinya kekeliruan, pencemaran silang dan berbagai kesalahan lain yang
dapat menurunkan mutu obat dapat dihindari.

BAB III
URAIAN KHUSUS
A. Sejarah PT. Martina Berto Tbk.
Martha Tilaar (lahir di Kebumen, Jawa Tengah, 4 September 1937,
umur 77 tahun) adalah seorang pengusaha Indonesia yang bergerak di
bidang kosmetika dan jamu dengan nama dagang Sariayu. Beliau menikah
dengan H.A.R Tilaar dan memiliki empat anak dengan nama Bryan Emil
Tilaar, Pinkan Tilaar, Wulan Tilaar dan Kilala Tilaar. Bekerja sama dengan
Kalbe Farma, ia membuat perusahaan kosmetika dan jamu Martina Berto.
Selain itu ia juga memiliki usaha kerajinan di Sentolo, Yogyakarta
bernama Prama Pratiwi Martha Gallery. Dia juga memiliki Kampung Jamu
Organik di Cikarang, Bekasi. Pada tahun 1977, PT Matina Berto berdiri
sebagai industri rumah dengan produk bermerek Sariayu. Pada tahun 1981,
perusahaan mendirikan pabrik modern pertama di Pulo Ayan, Pulogadung
Industrial Estate. Pada tahun 1986, pabrik kedua didirikan pada Pulo
Kambing, Pulogadung Industrial Estate. Pada tahun 1993, perusahaan
mengakuisisi pabrik kosmetik PT Cedefindo sebagai manufaktur kontrak

11 | P T . M A R T I N A B E R T O T b k .

untuk internal dan eksternal. Pada tahun 1995, PT Martina Berto III
didirikan di Gunung Putri, Bogor.
Pada tahun 1996 PT Martina Berto menjadi pabrik kosmetik
pertama di Indonesia yang memperoleh 9001 certification.In ISO 2000,
perusahaan ini menjadi satu-satunya pendiri Global Compact PBB dari
Asia, juga mendapatkan sertifikat ISO 14001 dan sertifikat GMP: CPKB
(Cara Produksi kosmetika Yang Baik) dan CPOTB (Cara Produksi Obat
Tradisional Yang Baik). Pada tahun 2008, ia dianugerahi "Most Admired
Enterprise di ASEAN" kategori 'Inovasi' dari Asean Bussiness Forum.
Kinerja dan perkembangan PT Martina Berto memiliki pertumbuhan
begitu pesat, sejumlah penghargaan baik nasional maupun internasional
juga telah di tangan. Baru-baru ini, DR. Martha Tilaar diberikan
penghargaan oleh Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki Moon pada UN Global
Compact Leaders Summit di New York karena menjalankan perusahaan
yang memiliki program meliputi 10 prinsip Global Compact etika, seperti
hak asasi manusia, tenaga kerja, konservasi pengendapan, dan anti-korupsi
sejalan dengan delapan tujuan pembangunan millennium.
Pada tahun 1993, perusahaan mengakuisisi pabrik kosmetik PT
Cedefindo sebagai manufaktur kontrak untuk internal dan eksternal. Pada
tahun 1995, PT Martina Berto III didirikan di Gunung Putri, Bogor. Pada
tahun 1996 PT Martina Berto menjadi pabrik kosmetik pertama di
Indonesia yang memperoleh 9001 certification.In ISO 2000, perusahaan
ini menjadi satu-satunya pendiri Global Compact PBB dari Asia, juga
mendapatkan sertifikat ISO 14001 dan sertifikat GMP: CPKB (Cara
Produksi kosmetika Yang Baik) dan CPOTB (Cara Produksi Obat
12 | P T . M A R T I N A B E R T O T b k .

Tradisional Yang Baik). Pada tahun 2008, ia dianugerahi " Most Admired
Enterprise di ASEAN " kategori 'Inovasi' dari Asean Bussiness Forum.
B. Visi dan Misi PT. Martina Berto Tbk.
Visi PT. Martina Berto Tbk yaitu menjadi perusahaan kosmetik
dunia terdepan dengan nuansa ketimuran dan alami yang memanfaatkan
penelitian, pengembangan riset dan teknologi modern untuk memberikan
nilai tambah pada konsumen.
Misi PT. Martina Berto Tbk yaitu mengoperasikan sebuah
perusahaan kelas dunia dalam bidang kosmetik dan industri terkait
berdasarkan inovasi, yang akan menciptakan lapangan kerja dan
meningkatkan sumber daya manusia dengan konsep bisnis dan manajemen
modern yang sesuai untuk orang-orang Asia.
C. Produk
Sesuai dengan filosofi yang dianut Martha Tilaar Group, maka
produksi difokuskan pada perawatan kecantikan, berupa jamu, kosmetika,
dan minuman kesehatan dari bahan alami. Jumlah produk yang dihasilkan
oleh Martha Tilaar Group mencapai 700 item yang dikategorikan
berdasarkan jenis produk dan perusahaan pembuatnya. Beberapa contoh
produk tersebut ditampilkan dalam tabel.

Merek

Jenis Produk

Sari Ayu
Biokos/Caring

Kosmetika Tradisional dan Jamu


Perawatan kulit dewasa

Belia

Kosmetik Remaja
13 | P T . M A R T I N A B E R T O T b k .

PAC

(Professional

Artist Kosmetika artis profesional

Cosmetics)
Oil of Java
Berto/Slimming Tea

Minyak Aromatik
Minuman

Martina
Dewi Sri Spa

Jamu Indonesia
Produk perawatan kesehatan

Jamu Garden

Produk perawatan kesehatan dan

tubuh
Rudy Hadisuwarno
Perawatan Rambut
Sumber: Company Profile PT Sari Ayu Indonesia.
Perseroan dan anak perusahaan memiliki fasilitas produksi yang
terbagi ke dalam empat kategori, yaitu:
a. Kosmetika Cair
Kosmetika cair termasuk di dalamnya cairan pembersih muka,
pelembab, toner, alas bedak, body splash cologne, hair spray, dan
produk cair lainnya.
b. Kosmetika Kering
Kosmetika kering termasuk di dalamnya eye shadow, blush on,
loose powder dan compact powder dan produk kering lainnya.
c. Kosmetika Semi Padat
Kosmetika semi padat termasuk didalamnya lipstik, creamy
foundation, dan lain-lain.
d. Obat Tradisional
Obat tradisional termasuk di dalamnya masker, mangir, lulur, dan
teh herbal.
Selain pembagian kategori produk berdasarkan proses produksi,
Perseroan membagi produk-produk yang dimilikinya berdasarkan
kategori produk, yaitu: colour cosmetic, skin care, body care, hair care,
jamu (obattradisional), dan lain-lain. Berikut adalah histogram
penjualan bagi setiap kategori produk dalam tiga tahun terakhir:

14 | P T . M A R T I N A B E R T O T b k .

D. BAHAN BAKU
Perseroan melakukan pembelian bahan baku yang berasal dari
supplier internal dan eksternal. Sebagian dari bahan-bahan nabati
merupakan hasil budidaya tanaman di Kampoeng Djamoe Organik
(KADO). Berikut adalah persentase pasokan yang didapat dari dalam
negeri dan luar negeri berdasarkan kelompok bahan baku:
a) Bahan baku nabati: 100% didapat dari tanaman dalam negeri.
b) Bahan baku kimia: sekitar 97% berasal dari luar negeri dan sisanya
sekitar 3% dari dalam negeri.
c) Bahan baku kemas: sekitar 23% berasal dari luar negeri dan sisanya
sekitar 77% didapat dari dalam negeri. Bahan baku kemas yang berasal
dari luar negeri tersebut sebagian diimpor langsung oleh Perseroan dan
sebagian lagi dibeli dari agen lokal.
Perseroan tidak memiliki ketergantungan yang besar terhadap supplier
tertentu.
E. FASILITAS PRODUKSI

15 | P T . M A R T I N A B E R T O T b k .

Fasilitas Produksi Persoan dan anak perusahaan memiliki 2 (dua)


fasilitas produksi yang terletak di Indonesia. Mesin-mesin Perseroan dibeli
dari vendor yang memiliki reputasi internasional yang dapat dipercaya
seperti Lodige dari Jerman serta Kemwall dari Inggris. Dalam hal suku
cadang, Perseroan melakukan pembelian suku cadang sebagian besar pada
saat pembelian mesin, sehingga memiliki persediaan aman (safety stock).
Dengan demikian, frekuensi impor suku cadang Perseroan tidak sering
dilakukan.
a) Pabrik Pulo Kambing
Pabrik Pulo Kambing beroperasi sejak tahun 1986 dan memiliki
luas area sebesar 1 hektar dengan total luas bangunan lebih kurang
15.000 m2, yang terdiri dari pabrik dan kantor. Pabrik ini memiliki
kapasitas proses produksi sebesar 3.232 ton per tahun yang terdiri dari
Kosmetika Kering 115 ton, Kosmetika Semi Padat 48 ton, Kosmetika
Cair 3.069 ton.
b) Pabrik Cedefindo
Pabrik Cedefindo beroperasi sejak tahun 1988 dan memiliki luas
area sebesar 2,3 hektar dengan luas bangunan pabrik 6.100 m2. Pabrik
ini memiliki kapasitas produksi 6.341 ton pertahun yang dibagi menjadi
kosmetika kering sebesar 650 ton, kosmetika semi padat 8 ton,
kosmetika cair 5.684 ton.

F. PENGENDALIAN MUTU
Pada setiap tahap dari proses produksi dilakukan pengawasan mutu
yang mengacu kepada System Quality Assurance, dimulai dari bahan
baku, barang setengah jadi, produk jadi, hingga pengiriman ke distributor.
16 | P T . M A R T I N A B E R T O T b k .

Perseoran juga telah menerapkan secara konsisten Sistem Manajemen


Mutu ISO 9001 sejak tahun 1996 dan Sistem Manajemen Lingkungan ISO
14001 sejak tahun 2000. Tujuan dari penerapan system ini adalah untuk
memenuhi Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction) dan kepedulian
terhadap lingkungan. Selain itu, pada tahun 2000 Perseroan juga telah
memperoleh sertifikat Good Manufacturing Practice yaitu: Cara
Pembuatan Kosmetika Yang Baik (CPKB) dan Cara Pembuatan Obat
Tradisional yang Baik (CPOTB). Dalam menjamin mutu produk,
Perseroan menggunakan alat-alat mutakhir pada pengujian laboratorium.
G. PEMASARAN
Pengembangan merek yang bervariasi merupakan strategi
Perseroan untuk memenuhi kebutuhan konsumen di pasar kosmetika dan
jamu yang sangat dinamis guna memperoleh dan meningkatkan market
share, mind share, dan heart share. Setiap merek diciptakan sedemikian
rupa dengan brand positioning yang berbeda-beda baik secara
demografis maupun psikografis, yaitu meliputi jenis kelamin pria dan
wanita, usia konsumen dari 15 tahun (remaja) sampai usia menengah (<50
tahun) dan segmen harga dari Premium (kelas sosial ekonomi A),
Menengah Keatas (kelas sosial ekonomi B), Menengah (kelas sosial
ekonomi C) dan Menengah Kebawah (Kelas sosial ekonomi D), lihat
grafik piramida dibawah ini:

17 | P T . M A R T I N A B E R T O T b k .

Sedangkan segmentasi secara psikografis meliputi: citra alami &


ketimuran atau citra modern (barat). Segmentasi yang cukup luas ini
diharapkan mampu mengikuti dinamika selama krisis ekonomi tahun 1997
1998 membuktikan bahwa pada saat produk impor menjadi begitu mahal
karena depresiasi rupiah, maka produk kosmetika yang diproduksi oleh
Perseroan di kelas menengah keatas mampu mengambil kesempatan
merebut pasar dengan substitusi impor, sedangkan produk-produk di
segmen menengah ke bawah mampu melayani konsumen yang terkena
imbas krisis ekonomi dan mengalami penurunan daya beli. Dengan kata
lain, Perseroan mempunyai merek-merek yang membangun citra dan nilai
(image & value builder) dan merek-merek yang membangun kuantitas
(volume builder) yang akan mampu menopang pertumbuhan Perseroan
dalam jangka panjang.
H. DISTRIBUSI

18 | P T . M A R T I N A B E R T O T b k .

Dalam strategi distribusi, Perseroan juga mengendalikan Channel


distribusi ke pasar modern maupun pasar konvensional melalui
departemen Trade Marketing yang ditata secara khusus untuk melengkapi
fungsi Consumer Marketing. Dari tahun ke tahun pertumbuhan pasar
modern selalu lebih tinggi dari pasar konvensional, sehingga kontribusinya
makin meningkat dari 20 tahun yang lalu sekitar 10% menjadi sekitar 40%
pada saat ini.
Pertumbuhan ini tentu harus disikapi dengan cermat karena pasar modern
mempunyai gaya manajemen yang berbeda dengan pasar konvensional,
dan juga biayanya lebih tinggi dengan adanya Trading Terms yang ditinjau
setiap tahun. Berbeda dengan perusahaan-perusahaan multinasional yang
biasanya fokus pada produk-produk dengan jumlah SKU sedikit dan
dipromosikan dengan dana besar melalui iklan (Above the Line),
Perseroan mempunyai keahlian dalam menangani lebih dari 1.000 SKU di
berbagai merek dengan dukungan promosi Below the Line yang
melibatkan ribuan tenaga promoter (beauty consultants, beauty advisers
dan Sales Promotion Girls) yang tersebar diseluruh Indonesia, sehingga
nilai edukasi terhadap konsumen relatif lebih tinggi dan lebih berjangka
panjang dibandingkan perusahaanperusahaan yang mengandalkan promosi
Above the Line saja. Perseroan juga memiliki unit Trade Marketing di
dalam Divisi Marketing yang khusus menangani trade Channel
management sehingga mampu membangun hubungan yang harmonis
dengan para penyalur dan outlet ritel serta merencanakan penjualan
disetiap channel secara lebih terarah dan cost-effective.

19 | P T . M A R T I N A B E R T O T b k .

Peta di bawah ini menggambarkan jangkauan jaringan distribusi Perseroan


di Indonesia.

I. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


Perseroan memiliki divisi penelitian dan pengembangan
tersendiri yang dikenal dengan Martha Tilaar Inovation Centre (MTIC).
Secara terus-menerus MTIC melakukan proses pengembangan dan
penciptaan formula untuk memenuhi permintaan pasar yang sangat
beragam dan kompetitif. Keunggulan MTIC, di samping kegiatan
pengembangan (development), seperti yang dilakukan industri kosmetik

20 | P T . M A R T I N A B E R T O T b k .

pada umumnya, juga terdapat banyak aktivitas riset (research). Di tahun


2012, beberapa kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan Produk
Dalam pengembangan produk, yang dilakukan adalah:
a. Formula baru
Formula baru di sini adalah formula yang sama sekali baru
dari formula yang digunakan pada produk sebelumnya.
Pengembangan formula baru dilakukan biasanya dikarenakan formula
yang lama ada kemungkinan tidak diizinkan lagi oleh peraturan untuk
digunakan dalam produk, sumber bahan baku untuk formula tersebut
sulit untuk didapat/menghentikan produksinya, adanya keputusan
manajemen untuk mencari formula baru karena alasan efisiensi
produksi, atau karena ditemukan bahan baru yang lebih aktif/baik
untuk produk.
Beberapa peluncuran produk yang menggunakan new formula adalah:
PAC Lip Colour Palette Sweetie Pink, PAC Lip Colour Coco Bunch,
PAC Lip Colour Palette Lovely Rose, Mirabella Fruity Colorfix 0108, Mirabella CF Duo Blusher 07, Mirabella CF Eye Shadow Trio 11,
Pesona SP Loose Powder 14018, Pesona Silky Shine Lipstick.
b. Subtitusi
Materi substitusi adalah materi yang selama ini sudah ada tapi belum
menjadi pilihan dalam pemakaiannya untuk proses produksi. Biasanya
alasan pemilihan penggunaan materi substitusi hampir sama dengan
alasan penggunaan formula baru. Beberapa peluncuran produk yang
menggunakan materi substitusi adalah: Sariayu Intensive Acne Care,
Sariayu Acne Care Lotion, Sariayu Tissue Sirih Wangi, Rudi
Hadisuwarno Shampoo Hair Loss Defence, Rudi Hadisuwarno
Shampoo Damage Defense, Rudi Hadisuwarno Conditioner Hair Loss
21 | P T . M A R T I N A B E R T O T b k .

Defense, Rudi Hadisuwarno Conditioner Damage Defense dan


Shampoo Dandruff Defense.

c. Kemasan Baru
Kemasan baru adalah meluncurkan produk yang secara tampilan beda
sama sekali dengan dengan produk sebelumnya. Biasanya kemasan
baru diluncurkan untuk penyegaran karena kemasan lama dianggap
sudah tidak menarik atau kurang praktis dalam pemakaiannya.
Beberapa peluncuran produk yang menggunakan kemasan baru
adalah: Sariayu Busa Acne Care Facial Form, Sariayu Eksotik Tanjung
Body Cologne, Sariayu Eksotik Tanjung Body Scrub, Sariayu Mangir
Jelita Nourishing Body Scrub, Cempaka Bali Spa Collection, Biokos
Dermabright Brightening Day Cream, Dewi Sri Spa Body Mist dan
Caring Color Happy Lips.
d. Kemasan Tambahan
Kemasan tambahan diluncurkan untuk memasuki segment lain karena
di luar segmen yang biasanya dilayani oleh produk tersebut atau untuk
memenuhi demand dari segment yang sudah ada tapi dengan ceruk
yang lebih spesifik lagi. Beberapa peluncuran produk yang
menggunakan kemasan tambahan adalah: Sariayu Eyeshadow Set
Frisian Flag, Sariayu Beauty Map, Sariayu Kit Trend Warna 12,
Sariayu Paket Acne Series, Sariayu Paket Beauty Spa, PAC Refill
Creamy Foundation, Belia Banded Mist Cologne dan Rudi
Hadisuwarno Banded Hair Growth Serum Free Hairloss Defense
Shampoo.

22 | P T . M A R T I N A B E R T O T b k .

Selain pengembangan produk, divisi penelitian dan pengembangan


juga melakukan standarisasi bahan baku.
2. Kolaborasi Riset
Salah satu kegiatan bagian R&D adalah menjamin keamanan dan
ketepatan manfaat dari bahan ekstrak baru, produk kosmetik dan produk
jamu yang diciptakannya. Untuk itu MTIC melakukan penelitian yang
mendalam secara in-vitro, in-vivo dan studi klinik sehingga produkproduk yang dipasarkan aman dan terbukti manfaatnya secara klinik.
Dalam rangka membantu para peneliti memanfaatkan hasil
penelitiannya serta meningkatkannya pada skala industri, MTIC bekerja
sama dengan dengan Kementerian Negara Riset dan Teknologi kembali
mengadakan RISTEKMTIC Award 2012, Yang sebelumnya telah diadakan
pada tahun 2007. Kegiatan ini dilakukan untuk menjembatani para peneliti
dari universitas ataupun lembagalembaga penelitian yang kurang
memahami keinginan konsumen dengan pihak industri yang pada
umumnya

kurang

memiliki

fasilitas

penelitian

yang

memadai.

Penganugerahan ajang ini dilaksanakan bertepatan dengan penutupan Hari


Kebangkitan Teknologi Nasional (HAKTEKNAS) yang ke-17 di Gedung
Sabuga, Bandung.
Sebagai upaya meningkatkan penggunaan bahan natural dalam
produk, MTIC bekerjasama dengan Universitas pemenang RISTEK-MTIC
Award 2012, yaitu Universitas Mulawarman dari Samarinda Kalimantan
Timur, Universitas Nusa Cendana dari Kupang, Nusa Tenggara Barat, dan
Institut Pertanian Bogor, Bogor untuk melakukan riset insentif terhadap

23 | P T . M A R T I N A B E R T O T b k .

tanaman khas di daerah masing-masing sehingga pada gilirannya hasil


penelitian
tersebut dapat mengangkat citra tanaman Nusantara disamping berguna
bagi kepentingan masyarakat serta dapat dikomersialkan.
3. Hasil Ekstrak Tanaman
Berbagai inovasi-inovasi bahan baku baru diciptakan melalui R&D
dan MTIC dengan memanfaatkan tanaman obat, kosmetik dan aromatik
Indonesia yang dipadukan dengan kearifan budaya bangsa dan warisan
leluhur yang diteliti dengan menggunakan kaedah-kaedah ilmiah. Hasil
penelitian dan inovasi tersebut diperoleh dalam bentuk bahan baku ekstrak
yang berasal dari sumber daya alam Indonesia (18 ekstrak) yang
selanjutnya dipadu dengan konsep kecantikan tradisional, gaya hidup
trendi masa kini serta penggunaan teknologi modern menjadi produk
kreatif dan inovatif Perseroan.
4. Paten
Pada tahun ini, dari hasil penelitian terhadap tanaman Indonesia
yang telah didaftarkan permohonan patennya, telah ada 4 (empat)
permohonan yang telah mendapatkan hak patennya (patent granted)
5. Presentasi dan Publikasi Ilmiah
Pada tahun 2012, R&D and MTIC mempresentasikan dan
mempublikasikan hasil-hasil penelitiannya di forumforum ilmiah nasional
dan internasional. Di tingkat nasional, telah dilakukan presentasi pada
Seminar Nasional Aspek Budaya, Kebijakan dan Filosofi Sains Jamu yang
diselenggarakan di IPB International Conference Center, Bogor. Di tingkat
internasional, hasil penelitian telah dipublikasikan pada acara IAB Women
in Science Internasional Symposium di

Selangor-Malaysia dan

International Conference on Biotechnology 2012, di IPB International

24 | P T . M A R T I N A B E R T O T b k .

Conference Center, Bogor. Selain itu, hasil- hasil penelitian juga


dipublikasikan di majalah kecantikan nasional seperti Salonpro.
J. STRUKTUR PERUSAHAAN DAN STRUKTUR ORGANISASI
Struktur perusahaan dari Martha Tilaar Group meliputi empat
kelompok besar yakni Unit Usaha Pemasaran, Unit Usaha Distribusi dan
Perdagangan, dan Unit Usaha Layanan. Masing-masing unit menaungi
beberapa perusahaan seperti yang terlihat pada gambar :

Sedangkan PT Sari Ayu Indonesia secara struktural dipimpin secara


keseluruhan oleh seorang Direktur,dan oleh kepala manajer cabang di
setiap cabang.PT Sari Ayu Indonesia memiliki 5 divisi utama yaitu :
a. Divisi Keuangan dan Akuntansi

25 | P T . M A R T I N A B E R T O T b k .

b. Divisi Pemrosesan Data Elektronik


c. Divisi Logistik dan Distribusi
d. Divisi Penjualan
e. Divisi Sumber Daya Manusia dan Masalah Umum

K. Tugas dan Tanggung Jawab Posisi Jabatan PT Sari Ayu Indonesia


Adapun tugas dan tanggung jawab dari masing-masing posisi
jabatan manajerial PT Sari Ayu Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Director
a. Mengawasi kinerja dan menerima laporan pertanggungjawaban
dari setiap Branch Manager.
b. Memberikan ide, saran maupun nasehat kepada Branch.
2. Manager
a. Mempertanggungjawabkan

hasil

kinerja

perusahaan

kepala

Komisaris.
b. Membina hubungan baik dengan seluruh stakeholder korporasi.
3. Branch Manager
a. Mengawasi kinerja dan menerima laporan pertanggungjawaban
dari seluruh divisi perusahaan.

26 | P T . M A R T I N A B E R T O T b k .

b. Merumuskan dan mengkomunikasikan pengembangan usaha dan


strategi bisnis jangka panjang perusahaan.
c. Memberikan masukan ide, saran dan nasehat bagi para supervisor
dalam mencapai kinerja paling optimal.
d. Melakukan evaluasi kinerja masing-masing departement dalam
perusahaan.
e. Mempertanggungjawabkan hasil kerja setiap departmen kepada
Director.
4. Finance & Accounting Supervisor
a. Merumusakan kebijakan dan strategi keuangan perusahaan untuk
mencapai tujuan strategi bisnis perusahaan.
b. Menerima dan mengevaluasi laporan keuangan dan

kinerja

keuangan perusahaan.
c. Merumuskan dan mengkomunikasian kebijakan dan standar
administrasi perusahaan.
d. Memastikan

standar

mutu

administrasi

mengikuti

standar

ISO2001:2000 perusahaan.
e. Memastikan ketaatan dan kepatuhan perusahaan dengan hukum
dan undang-undang yang berlaku.
f. Mempertanggungjawabkan kinerja departemen kepada Branch
Manager.
27 | P T . M A R T I N A B E R T O T b k .

5. Electronic Data Processing Supervisor


a. Merumuskan

strategi,

kebijakan,

standar

dan

prosedur

pemanfaatan teknologi informasi korporasi.


b. Mengelola, melayani dan menyediakan kebutuhan informasi
korporasi untuk mendukung fungsi dan tugas masing-masing divisi
dan perusahaan.
c. Mengembangkan dan memelihara teknologi informasi korporasi
dan perusahaan sesuai dengan kebutuhan dan sumber daya
korporasi.
d. Mempertanggungjawabkan hasil kinerja divisi kepada Branch
Manager.
6. Logistic & Distribution Supervisor
a. Merumuskan kebijakan dan strategi persediaan perusahaan untuk
mencapai tujuan strategi bisnis perusahaan.
b. Memelihara,
mengelola
dan
mengembangkan

fasilitas

penyimpanan perusahaan.
c. Melakukan kerjasama, koordinasi, pengawasan dan membina
hubungan baik dengan seluruh pemasok perusahaan.
d. Melakukan perencanaan, pengelolaan, pengendalian evaluasi
terhadap persediaan, standar mutu dan logistik perusahaan.
e. Mempertanggungjawabkan kinerja departemen kepada Branch
Manager
7. Sales Supervisor
a. Merumuskan strategi pemasaran produk-produk jasa perusahaan
untuk mencapai tujuan strategi bisnis perusahaan.

28 | P T . M A R T I N A B E R T O T b k .

b. Mengembangkan usaha dan produk jasa dalam bidang jasa


kecantikan melalui kerjasama dengan pihak lain.
c. Meningkatkan citra korporasi dan merek dagang
d. Menentukan kebijakan-kebijakan dan mengawasi
waralaba perusahaan.
e. Meningkatkan potensi penjualan produk-produk

kinerja

perusahaan

dan pengembangan pasar baru. Melakukan survey pasar untuk


mengali keburuhan, keinginan, dan harapan konsumen.
f. Melakukan kerjasama dan membina hubungan baik dengan
channel member perusahaan.
g. Mempertanggungjawabkan kinerja departemen kepada Branch
Manager.
8. Human Resource & General Affair Supervisor
a. Merumuskan kebijakan-kebijakan umum personalia korporasi
sesuai dengan undang-undang dan peraturan pemerintah.
b. Melakukan seleksi dan perekrutan sumber daya manusia korporasi.
c. Menyusun program evaluasi kinerja, reward and punishment
umum korporasi untuk kesejahteraan karyawan.
d. Mempertanggungjawabkan hasil kerja divisi kepada Branch
Manager.
L. Empat pilar dari PT. Martina Berto Tbk.
Pilar dari PT. Martina Berto Tbk ini terinspirasi oleh nilai dan
budaya Timur, Founder dan Chairwoman Martha Tilaar Group, DR. (H.C.)
Martha Tilaar yang selalu memiliki semangat untuk terus menggali
kekayaan alam dan budaya Indonesia untuk mempercantik wanita
Indonesia dan dunia. Semangat tersebut dituangkan dalam 4 Pilar Martha
Tilaar Group yang menjadi landasan dalam setiap kegiatan grup
perusahaan dan setiap unit bisnis yang dijalankan Martha Tilaar Group.
1. Beauty Culture

29 | P T . M A R T I N A B E R T O T b k .

Martha Tilaar Group begitu peduli pada kelestarian budaya


Indonesia, dan kepedulian ini diwujudkan lewat penciptaan rangkaian
warna tata rias Trend Warna Sariayu setiap tahun. Sejak tahun 1987, Trend
Warna Sariayu telah menjadi barometer dan kiblat tata rias wanita
Indonesia. Selain dengan hadirnya Trend Warna Sariayu, peran serta dan
dukungan Martha Tilaar Group dalam industri kreatif dan budaya
Indonesia, salah satunya seperti yang terlihat pada ajang Jember Fashion
Carnaval (JFC) dan penggunaan konsep SPA Indonesia sebagai sarana
melepas lelah serta menyegarkan pikiran dan tubuh, menjadi wujud
penerapan Beauty Culture.
2. Beauty Education
Martha Tilaar Group yakin, berbagi ilmu pada masyarakat yang
tertarik pada dunia kecantikan menjadi salah satu upaya mempercantik
wanita Indonesia dan dunia. Karena itu, Martha Tilaar Group terus berbagi
pendidikan kecantikan dengan mendirikan lembaga belajar, mengadakan
beauty class, hingga bekerjasama dengan instansi pendidikan dan
pemerintah dalam memperluas wawasan masyarakat, khususnya wanita
Indonesia, mengenai kecantikan alami. Puspita Martha International
Beauty School, diharapkan tidak hanya dapat menciptakan tenaga terampil
profesional yang mampu menghasilkan pekerjaan bagi dirinya sendiri,
tetapi juga mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain.
Beauty Class yang meliputi langkah demi langkah tata rias yang baik dan
benar, motivasi, kepribadian, tata busana, serta jiwa enterepreneurship.
Martha Tilaar Group juga bekerjasama dengan Universitas Indonesia
mendirikan Magister S2 Herbal UI agar Indonesia sebagai negara dengan
30 | P T . M A R T I N A B E R T O T b k .

kekayaan alam terbesar kedua setelah Brazil memiliki industri herbal yang
maju dan menghasilkan devisa negara. Dan sejak tahun 2007
menyelenggarakan Martha Tilaar Innovatin Center (MTIC) Award yang
bekerjasama dengan Kementrian Riset dan Teknologi dan didukung oleh
Sariayu, yaitu sebuah penghargaan bagi kegiatan penelitian dan karya tulis
mengenai riset berbahan alam yang bermanfaat bagi dunia kecantikan dan
kesehatan, yang tetap memperhatikan prinsip-prinsip ramah lingkungan.
3. Beauty Green
Kecantikan sejati terpancar dari dalam hati. Dan salah satu wujud
hati yang cantik adalah hati yang memiliki kepedulian pada lingkungan
sekitar. Meyakini hal tersebut, Martha Tilaar Group pun berkomitmen
untuk ikut menjaga dan melestarikan lingkungan hijau untuk kehidupan
yang lebih baik denngan membangun Kampoeng Djamoe Organik
(KaDO) pada tahun 1997. KaDO merupakan sebuah lahan konservasi bagi
tanaman obat, kosmetik, dan aromatik (TOKA) khas Indonesia yang
dibangun di atas lahan hijau seluas 10 hektar di tengah kawasan industri
Cikarang. Langkah visioner DR. (H.C.) Martha Tilaar terhadap lingkungan
ini mendapat perhatian dari PBB dan mendapatkan pernghargaan dari
United Nation Global Compact. Tidak hanya menjadi tempat wisata yang
dapat dikunjungi masyarakat, KaDO juga memberikan Pelatihan Petani
Organik Seluruh Indonesia dari seluruh provinsi Indonesia dan membekali
petani dengan pendidikan dan praktek langsung mengenai organic
farming, mulai dari pengolahan tanah, pembibitan, panen, hingga produksi
dan pendistribusiannya.

31 | P T . M A R T I N A B E R T O T b k .

Martha Tilaar Group juga mengimplementasikan Green Science.


Green Science merupakan sebuah konsep dari produk Sariayu Putih
Langsat yang mencakup 4 hal, yang memperhatikan kelestarian
lingkungan, yaitu Green Resources (penggunaan bahan dasar alami),
Green Development (proses pengembangan ramah lingkungan), Green
Process (proses produksi yang aman, efisien, dan ramah lingkungan), dan
Green Output (hasil produk yang aman dan ramah lingkungan). Martha
Tilaar Group juga berkomitmen mengajak masyarakat untuk turut
melakukan Pelestarian Bumi Bersama WWF Indonesia, di mana untuk
setiap pembelian produk Sariayu Trend Warna, konsumen turut
berkontribusi dalam pelestarian alam Indonesia.
4. Empowering Women
Martha Tilaar Group memiliki program pemberdayaan wanita
lewat beragam dukungan dan pelatihan, diantaranya melalui program Jamu
Gendong yang memberi pelatihan bagi para wanita yang berprofesi
sebagai penjual jamu gendong, program Wanita Terampil Mandiri yang
memberi pelatihan bagi para wanita di daerah pasca bencana, program
Miss Indonesia yang merupakan ajang pencarian role model bagi generasi
muda yang cantik, cerdas, dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi,
serta program Balisari Spa Training Center yang merupakan pusat
pelatihan terapis spa profesional di kawasan Kuta, Bali, yang bertujuan
memberdayakan wanita muda agar terhindar dari women trafficking yang
banyak terjadi di daerah miskin dan tertinggal.
M. Pengujian Produk

32 | P T . M A R T I N A B E R T O T b k .

Alat cawal digunakan untuk memasukan bedak ke tempat bedak.


Ada bahan kosmetik yang dibuat kemudian diletakkan di luar agar terkena
sinar matahari. Hal ini bertujuan menguji ketahanan dari produk tersebut,
semakin kuat berada pada suhu luar atau terkena sinar matahari maka
kosmetik tersebut akan tahan terhadap suhu luar. Development kosmetik
merupakan pengujian dalam skala macam produk yang digunakan dalam
skala industri besar.
N. Laboratorium Uji
1. Quality Control merupakan laboratorium yang digunakan untuk
pengujian produk kosmetik.
2. Quality Control Processing juga dibutuhkan dalam proses
produksi, seperti pelembab dan pembersih.
3. Laboratorium steaming digunakan untuk pemanasan agar lipstick
dapat mengkilap.
4. Dry kosmetik bertujuan mengeringkan produk kosmetik.
5. Powder processing digunakan untuk pembuatan bedak dalam
industri.

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Struktur Organisasi
Dewan komisaris
Presiden Komisaris
Martha Tilaar
Komisaris
Ratna Handana
Komisariss independen
Kusmayanto Kadiman

33 | P T . M A R T I N A B E R T O T b k .

Komite Audit
Ketua
Kusmayanto Kadiman
Anggota
Philipu
Direksi
Direktur Utama
Bryan David Emil
Direktur
Handiwidjaja
Samuel Eduard Pranata
Anita Dwiyana
Sekretaris Perseroan
Handiwidjaja

Brand

Research

Internal audit

Manufacturing International

Finance

Corporate social

B. Bangunan dan Personalia


1. Bangunan Pabrik
Bangunan dan fasilitas harus dipilih pada lokasi yang sesuai,
dirancang,dibangun, dan dipelihara sesuai kaidah, yaitu sebagai berikut :
a. Upaya yang efektif harus dilakukan untuk mencegah kontaminasi dari
lingkungan sekitar dan hama.
b. Produk kosmetik dan produk perbekalan kesehatan rumah tangga yang
mengandung bahan yang tidak berbahaya dapat menggunakan sarana
34 | P T . M A R T I N A B E R T O T b k .

dan peralatan yang sama secara bergilir asalkan dilakukan usaha


pembersihan dan perawatan untuk menjamin agar tidak terjadi
kontaminasi silang dan risiko campur baur.
c. Garis pembatas, tirai plastik penyekat yang fleksibel berupa tali atau pita
dapatdigunakan untuk mencegah terjadinya campur baur.
d. Hendaknya disediakan ruang ganti pakaian dan fasilitasnya. Toilet harus
terpisah dari area produksi guna mencegah terjadinya kontaminasi.
e. Apabila memungkinkan hendaklah disediakan area tertentu, seperti
penerimaan material, pengambilan contoh material, penyimpanan barang
datang dan karantina, gudang bahan awal, penimbangan dan penyerahan,
pengolahan, penyimpanan

produk

ruahan,

pengemasan,

karantina

sebelum produk dinyatakan lulus, gudang produk jadi, tempat bongkar


muat, laboratorium,tempat pencucian peralatan.
f. Permukaan dinding dan langit-langit hendaknya halus dan rata serta
mudah dirawat dan dibersihkan. Lantai di area pengolahan harus
mempunyai permukaan yang mudah dibersihkan dan disanitasi.
g. Bangunan

hendaknya

mendapat

penerangan

yang

efektif

dan

mempunyai ventilasi yang sesuai untuk kegiatan dalam bangunan.


h. Pipa, fittting lampu, lubang ventilasi dan perlengkapan lain di area
produksi harus dipasang sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya
ceruk yang sukar dibersihkan dan sebaiknya dipasang di luar area
pengolahan.
i. Laboratorium hendaknya terpisah secara fisik dari area produksi.

35 | P T . M A R T I N A B E R T O T b k .

j. Area gudang hendaknya mempunyai luas yang memadai dengan


penerangan yang sesuai, diatur dan diberi perlengkapan sedemikian rupa
sehingga memungkinkan menyimpan bahan dan produk dala keadaan
kering,bersih dan rapi.
k. Area gudang hendaknya harus memungkinkan pemisahan antara
kelompok material dan produk yang dikarantina.
l. Area khusus dan terpisah hendaklah tersedia untuk penyimpanan
bahanyang mudah terbakar dan bahan yang mudah meledak, zat yang
sangat beracun, bahan yang ditolak atau ditarik serta produk kembalian.
m. Apabila diperlukan hendaknya disediakan gudang khusus dimana suhu
dankelembabannya dapat dikendalikan serta terjamin keamanannya
n. Penyimpanan

bahan

pengemas

barang

cetakan

hendaklah

ditatasedemikian rupa sehingga masing-masing berada di tempat yang


berbedadan terpisah untuk

mencegah terjadinya campur baur

2. Personalia
a. Personalia harus dalam keadaan sehat untuk melaksanakan tugas yang
dibebankan kepadanya. Hendaknya dilakukan pemeriksaan kesehatan
secarateratur untuk semua personil bagian produksi yang terkait dengan
proses pembuatan.
b. Semua personil harus melaksanakan higiene perorangan.
c. Setiap personil yang pada suatu ketika mengidap penyakit atau
menderitaluka terbuka atau yang dapat merugikan kualitas tidak
36 | P T . M A R T I N A B E R T O T b k .

diperkenankanmenangani bahan baku, bahan pengemas, bahan dalam


proses dan produk jadi.
d. Setiap

personil

diperintahkan

untuk

melaporkan

setiap

keadaan

(sarana, peralatan atau personil) yang menurut penilaian mereka dapat


merugikan produk, kepada penyelia.
e. Hindari bersentuhan langsung dengan bahan atau produk yang
diprosesuntuk

mencegah

terjadinya

kontaminasi.

Personil

harus

mengenakan pakaian kerja, tutup kepala serta menggunakan alat pelindung


sesuai dengan tugasnya.Merokok, makan-minum, mengunyah atau
menyimpan makanan, minuman,rokok atau barang lain yang mungkin
dapat mengkontaminasi, hanya bolehdi daerah tertentu dan dilarang di area
produksi, laboratorium, gudang atauarea lain yang mungkin dapat
merugikan mutu produk.
f. Semua personil yang diizinkan masuk ke area produksi harus
melaksanakan higiene perorangan termasuk mengenakan pakaian kerja
yang memadai
3. Peralatan dan Perlengkapan
a. Peralatan / perlengkapan harus dijaga dalam keadaan bersih.
b. Pembersihan

dengan

cara

basah

atau

vakum

lebih

dianjurkan.

Udara bertekanan dan sikat hendaknya digunakan dengan hati-hati dan


sedapat mungkin dihindari karena menambah risiko pencemaran produk.
4. Sanitasi dan Higiene
Sanitasi dan higiene hendaknya dilaksanakan untuk mencegah
terjadinyakontaminasi terhadap produk yang diolah. Pelaksanaan sanitasi dan
37 | P T . M A R T I N A B E R T O T b k .

higiene hendaknya mencakup personalia, bangunan, mesin-mesin dan peralatan


serta bahan awal.
5. Produksi
Seluruh kebutuhan dan kegiatan dalam proses produksi hendaknya
diawasi pula untuk menjamin terciptanya produk yang terjamin mutu dan
keamanannya.
a. Air untuk Produksi
1) Air harus mendapat perhatian khusus karena merupakan bahan
penting.Peralatan untuk memproduksi air dan sistem pemasokannya
harus dapatmemasok air yang berkualitas. Sistem pemasokan air
hendaknya disanitasisesuai Prosedur Tetap.
2) Air yang digunakan untuk produksi sekurang-kurangnya berkualitas
air minum. Mutu air yang meliputi parameter kimiawi dan
mikrobilologi harusdipantau secara berkala, sesuai prosedur tertulis
dan setiap ada kelainanharus segera ditindak lanjuti dengan tindakan
koreksi.
3) Pemilihan metoda pengolahan air seperti deionisasi, destilasi atau
filtrasi tergantung dari persyaratan produk. Sistem penyimpanan
maupun pendistribusian harus dipelihara dengan baik.
4) Perpipaan hendaklah dibangun sedemikian rupa sehingga terhindar
daristagnasi dan resiko terjadinya pencemaran.

b. Verifikasi Material (Bahan)


38 | P T . M A R T I N A B E R T O T b k .

1) Semua pasokan bahan awal (bahan baku dan bahan pengemas)


hendaklahdiperiksa

dan

diverifikasi

mengenai

pemenuhannya

terhadap spesifikasiyang telah ditetapkan dan dapat ditelusuri sampai


dengan produk jadinya.
2) Contoh

bahan

awal

hendaklah

diperiksa

secara

fisik

mengenai pemenuhannya terhadap spesifikasi ditetapkan, dan harus


dinyatakan lulussebelum digunakan.
3) Bahan awal harus diberi label yang jelas.
4) Semua bahan harus bersih dan diperiksa kemasannya terhadap
kemungkinan terjadinya kebocoran, lubang atau terpapar.
c. Pencatatan Bahan
1) Semua bahan hendaklah memiliki catatan yang lengkap mengenai
nama bahan yang tertera pada label dan pada bukti penerimaan,
tanggal penerimaan, nama pemasok, nomor batch dan jumlah.
2) Setiap penerimaan dan penyerahan bahan awal hendaklah dicatat dan
diperiksa secara teliti kebenaran identitasnya.

d. Material Ditolak (Reject)


Pasokan bahan yang tidak memenuhi spesifikasi hendaknya
ditandai,dipisah dan untuk segera diproses lebih lanjut sesuai Prosedur
Tetap.
e. Sistem Pemberian Nomor Batch
1) Setiap produk antara, produk ruahan, dan produk akhir hendaklah
diberinomor

identitas

produksi

(nomor

bets)

yang

dapat

39 | P T . M A R T I N A B E R T O T b k .

memungkinkan penelusuran kembali riwayat produk untuk produk


yang sama untuk menghindari kebingungan / kekacauan.
2) Bila memungkinkan, nomor bets hendaknya dicetak pada etiket wadah
dan bungkus luar.
3) Catatan pemberian nomor bets hendaknya dipelihara.
f. Penimbangan dan Pengukuran
1) Penimbangan

hendaknya

dilakukan

di

tempat

tertentu

menggunakan peralatan yang telah dikalibrasi.


2) Semua pelaksanaan penimbangan dan pengukuran harus dicatat dan
dilakukan pemeriksaan ulang oleh petugas yang berbeda.
g. Prosedur dan Pengolahan
1) Semua bahan awal harus lulus uji sesuai spesifikasi yang ditetapkan.
2) Semua prosedur pembuatan harus dilaksanakan sesuai prosedur tetap
tertulis.
3) Semua

pengawasan

selama

proses

yang

diwajibkan

harus

dilaksanakan dan dicatat.


4) Produk ruahan harus diberi penandaan sampai dinyatakan lulus oleh
Bagian Pengawasan Mutu.
5) Perhatian

khusus

hendaknya

diberikan

kepada

kemungkinan

terjadinya kontaminasi silang pada semua tahap proses produksi.


6) Hendaknya

dilakukan

pengawasan

yang

seksama

terhadap

kegiatan pengolahan yang memerlukan kondisi tertentu, misalnya


pengaturan suhu,tekanan, waktu dan kelembaban.
7) Hasil akhir proses produksi harus dicatat.
40 | P T . M A R T I N A B E R T O T b k .

h. Produk Kering
Penanganan bahan dan produk kering memerlukan perhatian
khusus dan bila perlu dilengkapi dengan sistem pengendali debu, atau
sistem hampa udarasentral atau cara lain yang sesuai.
i. Produk Basah
1) Cairan, krim, dan lotion harus diproduksi sedemikian rupa untuk
mencegah dari kontaminasi mikroba dan kontaminasi lainnya.
2) Penggunaan sistem produksi dan transfer secara tertutup sangat
dianjurkan.
3) Bila digunakan sistem perpipaan untuk transfer bahan dan produk
ruahan

harus dapat dijamin bahwa sistem yang digunakan mudah

di bersihkan.
j. Produk Aerosol
1) Pembuatan aerosol memerlukan pertimbangan khusus karena sifat
alami dari sediaan ini.
2) Pembuatan harus dilakukan dalam ruang khusus yang dapat menjamin
terhindarnya ledakan atau kebakaran
k. Pelabelan dan Pengemasan
1) Lini pengemasan hendaklah diperiksa sebelum dioperasikan. Peralatan
harus bersih dan berfungsi baik. Semua bahan dan produk jadi dari
kegiatan pengemasan sebelumnya harus dipindahkan.
2) Selama proses pelabelan dan pengemasan berlangsung, harus diambil
contoh secara acak dan diperiksa.

41 | P T . M A R T I N A B E R T O T b k .

3) Setiap lini pelabelan dan pengemasan harus ditandai secara jelas


untuk mencegah campur baur.
4) Sisa label dan bahan pengemas harus dikembalikan ke gudang dan
dicatat.Bahan pengemas yang ditolak harus dicatat dan diproses lebih
lanjut sesuaidengan Prosedur Tetap.
l.

Karantina dan Pengiriman ke Gudang Produk Jadi) Produk Jadi,


Semua produk jadi harus dikarantina terlebih dahulu. Setelah
dinyatakanlulus uji oleh bagian Pengawasan Mutu, barulah dimasukkan ke
gudang produk jadi. Selanjutnya produk dapat didistribusikan.

6. Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu merupakan semua upaya pemeriksaan dan
pengujianyang dilakukan sebelum, selama dan setelah pembuatan
kosmetik untuk menjaminagar kosmetik yang diproduksi senantiasa
memenuhi persyaratan yang telahditetapkan. Bila belum tersedia fasilitas
uji, dapat dilakukan pengujian denganmenunjuk laboratorium yang
terakreditasi.

Untuk

menjamin

kebebasan

dalammenetapkan

keputusannya, maka Bagian Pengawasan Mutu merupakan bagian yang


terpisah dari bagian produksi.Pengawasan mutu meliputi:
a. Pengambilan contoh (sampling), pemeriksaan dan pengujian terhadap
bahanawal produk dalam proses, produk antara, produk ruahan dan
produk jadisesuai spesifikasi yang ditetapkan. Pengambilan contoh
hendaklah dilakukanoleh tenaga yang terlatih dan diberi kewenangan

42 | P T . M A R T I N A B E R T O T b k .

untuk tugas tersebut, guna menjamin contoh yang diambil senantiasa


sesuai dengan indentitas dan kualitas bets yang diterima
b. Program pemantauan lingkungan, tinjauan terhadap dokumentasi
bets, program pemantauan contoh pertinggal, pemantauan mutu
produk di peredaran, penelitian stabilitas dan menetapkan spesifikasi
bahan awal dan produk jadi agar senantiasa memenuhi standar yang
ditetapkan.
7. Dokumentasi
a. Bila terjadi atau ditemukan suatu kekeliruan dalam dokumen
hendaknya dilakukan pembetulan sedemikian rupa sehingga naskah
aslinya harus tetap terdokumentasi.
b. Bila dokumen merupakan instruksi, hendaknya ditulis langkah demi
langkah dalam bentuk kalimat perintah.
c. Dokumen hendaklah diberi tanggal dan disahkan.
d. Salinan dokumen hendaklah diberikan kepada pihak-pihak yang
terkaitdan pendistribusiannya dicatat.
e. Semua dokumen hendaknya direvisi dan diperbaharui secara
berkala,dokumen yang sudah tidak berlaku segera ditarik kembali dari
pihak-pihak terkait untuk diamankan

43 | P T . M A R T I N A B E R T O T b k .

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan yang dilakukan ke PT. Martina Berto Tbk di
Pulo Gadung dapat diperoleh wawasan dan pengetahuan serta pengalaman
yang lebih luas tentang dunia kerja nyata serta dapat melihat secara
langsung proses pekerjaan komestik yang dilakukan di perusahaan yang
dikunjungi tersebut hingga sampai ke konsumen.
B. Saran
Dari beberapa kegiatan yang dilakukan di PT. Martina Berto Tbk.
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas produksi, ada beberapa saran
yang perlu diperhatikan guna meningkatkan kualitas produk yang
dihasilkan, antara lain :
Penerapan Prinsipprinsip CPOB di PT. Martina Berto Tbk hendaknya
senantiasa ditingkatkan sehingga mutu produk yang dihasilkan dapat
dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya. Selain itu, perlu dilakukan
pelatihan CPOB secara berkesinambungan serta pendidikan berkelanjutan
bagi seluruh personi luntuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
yang ada sehingga produk yang dihasilkan terjamin mutunya.

DAFTAR PUSTAKA
44 | P T . M A R T I N A B E R T O T b k .

Ansel HC. 1998. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi . Edisi IV. Diterjemahkan
oleh Farida Ibrahim. Jakarta: UI Press.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik
Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan. Ikatan Apoteker
Indonesia. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Mentri Kesehatan
Republik Indonesia No.1799/MENKES/PER/XII/2010 Tentang Industri
Farmasi. Ikatan Apoteker Indonesia. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995 Farmakope Indonesia. Edisi
IV. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta.
PT. Martina Berto Tbk. 2012. Local Wisdom Go Global. Laporan Tahunan 2012.
Jakarta

45 | P T . M A R T I N A B E R T O T b k .

Vous aimerez peut-être aussi