Vous êtes sur la page 1sur 5

Asal Usul Papar Ujung

Part I
Di sebuah desa yang bernama Muara Tupuh, Kecamatan Laung Tuhup, Kabupaten Murung
Raya, ada sebuah batu yang bersusun yang menyerupai sebuah bendungan yang
menyeberangi sebuah sungai yang diberi nama Papar Laung, artinya dua batu yang disusun
oleh Ujung.
Konon kisah ini berawal dari kehidupan dua orang saudara kandung yang laki-laki bernama
Ujung sedangkan saudara perempuan atau adiknya bernama Suli, mereka tinggal di hutan
dan hidup dengan berladang, sepeninggal kedua orang tuanya Ujung dan Suli hidup sendiri
di hutan itu, mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari dari hasil berladang, ladang mereka
menghasilkan padi, sayur-sayuran dan buah-buahan yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari mereka, kadang-kadang Ujung pun pergi berburu, karena hutan yang
mereka tempati masih alami dan masih belum terjamah oleh manusia lain Ujung pun
dengan mudah mendapatkan hasil buruan seperti Rusa, Babi, Kijang, dan hewan-hewan lain
yang bisa mereka jadikan lauk.
Mereka berdua ditinggalkan orang tuanya sejak Ujung berusia empat belas tahun dan Suli
berusia sebelas tahun, kedua orang tua mereka meninggal karena sakit-sakitan dan
memang sudah berusia lanjut, setelah kedua orang tua meninggal Ujunglah yang
bertanggung jawab menjaga dan memelihara adiknya, Ujung sangat mencintai dan
menyayangi adiknya Suli, demikian juga sebaliknya Suli sangat menyayangi dan
menghormati kakaknya Ujung.
Waktu terus berjalan, Ujangpun tumbuh menjadi seorang lelaki dewasa yang memiliki wajah
tampan, dengan dua mata yang sayu tetapi tajam, dagu yang lancip dan memiliki belahan
di tengahnya, ia juga seorang lelaki yang gagah perkasa dan memiliki ilmu kedigjayaan
yang diturunkan oleh kedua orang tuanya.
Sulipun tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik jelita, dengan rambut yang panjang dan
hitam, kulit putih mulus, dibalik keanggunannya iapun memiliki ilmu kedigjayaan seperti
kakaknya Ujung yang juga diwarisinya dari kedua orang tuanya.
Pada suatu hari Ujung pergi ke dalam hutan untuk mencari daun palas yang akan dijadikan
atap gubuk tempat mereka berdua tinggal, sebelum berangkat ke dalam hutan si Ujung
berpesan kepada adiknya Suli untuk memasak nasi, memetik sayuran diladang dan
memasaknya. Juga memasak Rusa hasil buruannya kemarin sore. Sebagai adik yang
menurut kepada kakaknya Sulipun menyanggupi semua perintah kakaknya dengan ikhlas,
dan mengantarkan kepergian kakaknya dengan senyuman.
Berangkatlah si Ujung ke dalam hutan untuk mencari daun palas, setelah matahari berada
di tengah-tengah kepalanya dan merasa bahwa daun palas yang dicarinya sudah cukup
banyak, Ujungpun memutuskan untuk pulang ke gubuknya, setelah melalui perjalanan yang
melelahkan Ujungpun tiba di halaman gubuknya, dari luar tampak sunyi dan sepi, ia pikir
mungkin saja adiknya sedang sibuk di dapur menyiapkan makanan untuk makan siang
mereka berdua.
Ujung lalu masuk ke dalam gubuk dan mendapati adiknya Suli sedang duduk merenung di

dapur sambil memainkan rambutnya yang hitam dan panjang, Ujung memerintahkan Suli
untuk menyiapkan makanan, sementara ia pergi mandi kesumur belakang gubuk mereka.
Sulipun menyiapkan makanan, setelah Ujung selesai mandi dan berpakaian iapun
menghampiri adiknya Suli yang sedang menyiapkan makanan, tapi ia terkejut saat melihat
nasi yang dimasak Suli ternyata sangat sedikit, padahal sebelum berangkat berburu iakan
sudah berpesan agar Suli memasak nasi yang banyak, saat ia bertanya kepada Suli
mengapa nasi yang ia masak sangat sedikit, Sulipun hanya diam dan tersenyum, ia
mengajak kakaknya makan bersama, dengan perasaan yang masih bertanya-tanya karena
bingung akan sikap adiknya Suli, Ujungpun terpaksa makan karena perutnya memang
sangat lapar sekali.
Selesai makan Suli membereskan piring-piring, mangkok, gelas dengan mencucinya di
sumur belakang gubuk mereka. Sementara Ujungpun pergi ke ladang mereka untuk
melihat-lihat keadaan tumbuhan yang hidup diladangnya, begitulah kegiatan yang dilakukan
oleh Ujung dan adiknya Suli, Ujung bertugas memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka
dengan berladang dan berburu, sementara Suli adiknya dirumah mempersiapkan makanan
dan mengurusi pekerjaan rumah lainnya, walaupun hidup di hutan dan apa adanya mereka
nampak berbahagia karena bisa saling tolong menolong dan melengkapi satu sama lain.
Keesokan harinya Ujungpun berangkat lagi untuk mencari daun palas, tapi seperti hari
sebelumnya iapun berpesan lagi kepada adiknya Suli agar memasak nasi yang banyak
dengan sayur dan lauk yang banyak pula.
Setelah berpesan kepada Suli iapun berangkat ke dalam hutan, tanpa kenal lelah Ujung
mencari daun palas, ia membutuhkan banyak daun palas untuk atap gubuk mereka yang
sudah harus diganti dengan daun-daun palas yang baru, setelah beberapa Ujung mencari
daun palas ia pun merasa sangat lelah dan lapar. Walaupun daun-daun palas yang di
dapatnya sekarang belum cukup untuk atap rumah mereka, ia pun memutuskan pulang dan
besok pagi ia akan mencari daun palas lagi ke hutan. Setelah berjalan cukup lama iapun
sampai di halaman gubuk mereka seperti hari sebelumnya gubuk mereka tampak sunyi dan
sepi, iapun masuk dan mendapati adiknya Suli sedang duduk merenung sambil menyisir
rambutnya yang hitam panjang.
Tanpa menegur Suli, Ujungpun langsung pergi ke sumur belakang gubuk mereka untuk
mandi, selesai mandi Ujung berpakaian dan setelah selesai berpakaian Ujung menghampiri
adiknya Suli, dan menyuruh Suli mempersiapkan makanan, Sulipun mencuci tangannya dan
segera mempersiapkan makanan untuk mereka berdua, sementara adiknya Suli
mempersiapkan makanan, ia mengamati apa yang dilakukan adiknya, ia kembali terkejut
saat melihat makanan yang dimasak adiknya sangat sedikit, setelah selesai mempersiapkan
makanan, Sulipun mengajak kakaknya untuk makan, seperti biasanya dengan perasaan
yang bertanya-tanya karena bingung dengan apa yang dilakukan Suli karena tak menuruti
perintahnya. Ujungpun makan karena merasa perutnya masih lapar iapun meminta nasi,
sayur, dan lauk lagi kepada Suli, dan anehnya apa yang diminta Ujung masih ada, entah
dari mana Suli mendapatkan semuanya, merasa dipermainkan oleh adiknya Suli, Ujung pun
berniat membalas perbuatan adiknya Suli......

Asal Usul Papar Ujung

Part II

Besoknya pagi-pagi sekali Ujung sudah berangkat kedalam hutan untuk mencari daun palas,

setelah merasa daun palas yang di dapatnya sudah cukup untuk atap gubuk mereka berdua
apabila digabungkan dengan daun-daun palas yang sudah didapatnya dua hari yang lalu,
Ujangpun memutuskan pulang, tapi terlebih dahulu ia mengikat daun-daun palas yang
sangat banyak itu menjadi satu ikatan sehingga terlihat sangat sedikit.
Setelah berjalan cukup lama, iapun sampai di depan gubuk mereka, Sulipun menyambut
kedatangan kakaknya dengan gembira, tapi ia merasa heran karena daun-daun palas yang
dibawa kakaknya sangat sedikit, ia pun bertanya-tanya dalam hatinya, mengapa daun-daun
palas yang didapatkan kakaknya sangat sedikit, padahal kakaknya Ujung mencari daundaun palas tersebut selam tiga hari berturut-turut dari pagi sampai siang hari, tapi
mengapa daun-daun palas yang di dapatnya hanya sedikit ?, padahal di hutan tempat
mereka tinggal terdapat banyak daun palas dan tidak susah untuk mencarinya, menurut
Suli seharusnya kakaknya bisa mendapatkan daun-daun palas yang sangat banyak untuk
atap gubuk mereka, tapi mengapa kakaknya Ujung hanya mendapatkan daun-daun palas
yang sangat sedikit, apakah yang dilakukan kakaknya selama tiga hari, apa benar selama
tiga hari tersebut ia ia mencari daun palas, kalau benar mengapa daun-daun palas yang
didapatkannya sangat sedikit tidak sesuai dengan lamanya pergi mencari daun-daun palas
tersebut, jika kakaknya pergi tidak untuk mencari daun palas apa yang dilakukan kakaknya
selama tiga hari berturut-turut, apakah ia pergi berburu, tapi mengapa tiap kali ia pulang
tak pernah membawa hasil buruan, padahal bila memang kakaknya Ujung pergi untuk
berburu, ia pasti akan mendapatkan hasil buruan, karena di hutan tempat mereka tinggal
masih sangat banyak hewan-hewan seperti Kijang, Rusa, Babi dan hewan-hewan lain yang
bisa di jadikan hewan buruan, lalu ke mana dan apa yang dilakukan kakaknya selama tiga
hari berturut-turut dari pagi sampai siang hari.
Bagai macam pertanyaan memenuhi otak Suli, karena merasa sangat penasaran iapun
bertanya kepada kakaknya Ujung, mengapa daun-daun palas yang di dapat kakaknya
sangat sedikit ?, Ujungpun tersenyum mendengar pertanyaan adiknya Suli, ia menjawab
bahwa itu hanyalah penglihatan adiknya saja, ia mendapatkan daun-daun palas sangat
banyak dan cukup untuk atap gubuk mereka berdua.
Ujungpun menyuruh Suli membuka ikatan tali daun-daun palas tersebut, sambil membuka
ikatan daun-daun palas tersebut Suli duduk diatasnya, pada saat ikatan daun-daun palas
tersebut terlepas Sulipun terpental keatas, padahal pada saat itu sulis hanya mengenakan
kain sarung sebagai penutup badannya tanpa menggunakan pakaian dalam, sehingga pada
saat sarungnya terlepas Ujung bisa dengan jelas melihat bagian-bagian tubuh Suli yang
seharusnya tidak boleh ia lihat, Sulipun merasa malu kepada kakaknya karena telah melihat
bagian-bagian tubuhnya yang seharusnya tidak boleh dilihat oleh orang lain kecuali dirinya
sendiri, karena malu iapun berlari menjauhi kakaknya dengan menggunakan kesaktiannya,
Ujungpun menggunakan kesaktiannya untuk mengejar adiknya Suli, dengan kesaktiannya ia
membuat papar (susunan) batu untuk menghalangi adiknya Suli, tetapi Suli sudah terlanjur
merasa sangat malu kepada kakaknya ia tak membiarkan kakaknya bisa mengejar langkahlangkahnya, dengan menggunakan kekuatannya pula ia menghancurkan paparan batu yang
dibuat oleh Ujung untuk menghalangi kepergiannya, mereka saling kejar-mengejar yang
menurut cerita orang-orang mereka sampai ke negeri Cina. Setelah sampai di negeri Cina
merekapun terpisah tidak ada yang tau kemana perginya Ujung, setelah mengetahui bahwa
kakaknya Ujung tak lagi mengejarnya, Sulipun berjalan pelan dan menemukan sebuah
sungai di Cina, karena merasa haus iapun berlari ke arah sungai tersebut dan meminum
airnya, setelah rasa hausnya hilang timbul keinginan dihatinya untuk mandi di sungai

tersebut, setelah melihat keadaan di sekelilingnya aman dan tak ada orang yang melihat
dirinya ada di situ, iapun melepaskan sarungnya dan pada saat ia melepaskan sarungnya
tubuhnya polos tanpa menggunakan apapun juga, kulitnya yang putih dan mulus
memancarkan cahaya putih yang memenuhi seluruh negeri Cina, konon inilah sebabnya
mengapa orang-orang Cina memiliki kulit putih dan mulus, setelah selesai mandi Sulipun
mengenakan sarungnya kembali, iapun melanjutkan perjalanannya hingga akhirnya ia
sampai di Afrika karena ia merasa tidak terlalu suka dengan tempat tersebut iapun tidak
melakukan apa-apa dan meneruskan perjalanannya hingga akhirnya iapun sampai di
Indonesia kembali, pada saat berjalan-jalan iapun menemukan sungai karena merasa
sangat haus Sulipun meminum air sungai tersebut dan membiarkan kakinya berendam ke
dalam sungai tersebut ia mengangkat sarungnya sedikit dan betisnya yang panjang, putih
dan mulus pun terlihat sehingga memancarkan cahaya putih karena pantulan sinar matahari
walaupun sinar putihnya tak sebenderang sinar putih waktu ia membuka sarungnya di
negeri Cina, setidaknya negara Indonesia mendapatkan sinar putih dari bagian tubuh Suli
yaitu betisnya, karena itulah orang-orang Indonesia memiliki kulit sawo matang, kulit yang
tidak hitam tidak juga terlalu putih. Setelah merasa puas merendam kakinya, Sulipun terus
berjalan melanjutkan perjalanannya, hingga ia merasa lelah dan menemukan sebuah
gubuk, iapun berjalan ke arah gubuk tersebut dan karena merasa sangat lelah dan
mengantuk iapun tertidur di gubuk tersebut.
Pada saat Suli bangun iapun terkejut melihat keadaan disekitarnya, di depannya tersedia
makanan, nasi, sayur, lengkap dengan lauk-pauknya ia lalu berdiri dan melihat keluar tidak
ada siapa-siapa selain dirinya, iapun kembali ke dalam gubuk, karena merasa sangat lapar
iapun memakan makanan yang ada dihadapannya sampai habis, setelah selesai makan
iapun pergi kebelakang gubuk tersebut untuk mencuci piring, setelah selesai mencuci piring
Suli kembali ke dalam gubuk.
Suli merasa sangat penasaran siapakah orang yang telah memasak masakan yang telah ia
makan tadi, karena rasa penasaran tersebut Suli akhirnya tetap tinggal di gubuk tersebut
sampai ia tau siapa orang yang memiliki gubuk tersebut.
Suli terus menunggu kedatangan si pemilik gubuk tempatnya berada sekarang, setelah hari
sudah mulai siang, matahari memancarkan sinarnya, dari kejauhan Suli melihat sebuah
sosok yang sepertinya seorang lelaki, semakin dekat sosok tersebut semakin jelas wajah si
pemilik gubuk tersebut, Suli sangat terkejut ketika menyadari bahwa orang yang kini ada di
hadapanya ada Ujung kakaknya, yang ia kira selama ini sudah tak lagi mencarinya dan
bahkan sudah tidak di dunia ini lagi, melihat sikap Suli yang diam karena merasa kaget
Ujungpun menyentuh bahunya, menyadarkannya dari lamunan dan kebingungannya,
Ujungpun menceritakan semua yang ia lakukan, bahwa sebenarnya selama ini ia terus
mengikuti Suli tanpa sepengetahuan Suli, ia tidak mau Suli tahu kalau ia mengikuti Suli,
karena kalau Suli tahu suli pasti akan berlari menjauhinya, karena Suli merasa sangat
merindukan kakaknya iapun memeluk kakaknya sambil menangis dan meminta maaf
kepada kakaknya, Ujung merasa terharu dan ikut menitikkan air mata kebahagiaannya, ia
merasa bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena sekarang ia bisa kembali hidup
bersama-sama lagi dengan adiknya seperti dulu.
Setelah peristiwa tersebut Ujung dan Suli kembali hidup bersama, sampai sekarang bila air
dalam sungai Laung yang menuju ke Muara Tupuh surut maka akan nampak papar Ujung
tersebut, apabila kita ingin ke Muara Tupuh pada waktu air surut kita akan melewatinya,
papar tersebut disebut juga kahem kumpai atau riam yang penuh dengan rumput kumpai. *

**
Isen Mulang Petehku

Vous aimerez peut-être aussi