Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
33
34
35
stratigrafi
regional
dimaksudkan
untuk
memberikan
gambaran umum dari beberapa formasi yang erat hubungannya dengan stratigrafi
daerah penelitian dan diuraikan dari satuan yang tua ke satuan yang lebih muda.
36
Menurut Peta Geologi Lembar Purwokerto dan Tegal, Jawa (Djuri, Samodra, Amin
dan Gafoer, 1996), urutan stratigrafi regional daerah penelitian dari yang tua ke yang
muda tersusun atas Formasi Rambatan, Formasi Halang, dan Batuan Terobosan.
2.2.1
Formasi Rambatan
Formasi Rambatan tersusun atas serpih, napal, batupasir gampingan, dan
37
batulempung
gampingan,
sisipan
konglomerat,
batulanau,
dan
2.2.2
Formasi Halang
Formasi Halang tersusun atas batupasir andesit, konglomerat tufan dan napal,
bersisipan batupasir. Formasi ini berumur Miosen Akhir dan memiliki ketebalan
hingga 800 meter (Djuri, Samodra, Amin dan Gafoer, 1996). Menurut Kastowo dan
Suwarna (1996) di dalam Stratigraphic Lexicon ofIndonesia, Formasi Halang
tersusun atas perselingan batupasir, batulempung, napal, dan tuf dengan interkalasi
breksi. Formasi ini diendapkan dalam lingkungan submarine fan pada kedalaman
neritik, dan terbentuk pada fore arc basin, dengan ketebalan berkisar antara 400 700
meter. Oleh Safarudin (1982), bagian bawah formasi ini berumur Miosen (N15
N16), dan bagian atas berumur Miosen (N15 N18).
Sedangkan menurut Ratman dan Robinson (1996), Formasi Halang tersusun
atas batupasir andesit yang resisten dan konglomerat tufan dengan sisipan napal.
Formasi ini membentuk karakteristik punggungan-punggungan dengan tinggi
mencapai 1260 meter, dan pada ketinggian yang lebih rendah membentuk lembah
lembah sempit dan curam. Formasi Halang diendapkan secara selaras di atas Formasi.
Rambatan dan ditindih secara selaras oleh Fm. Kumbang. Berdasarkan hubungan
38
yang berumur Miosen Akhir (Djuri, Samodra, Amin dan Gafoer, 1996). Berdasarkan
umur di atas, diperkirakan bahwa retas lempeng dan retas diorit ini dapat
disebandingkan dengan pembagian retas Zona Pegunungan Serayu Utara menurut
Van Bemmelen (1973) di dalam Martono (1992), berupa retas gabro dan dioritporfirit
dengan ciri holokristalin dan tekstur porfiritik. Dimana varitas basa adalah
gabroporfirit dan yang menengah adalah diorit porfirit, dengan peralihan di antara
keduanya. Ada indikasi diferensiasi ke arah alkalin. Batuan ini lazim mengandung
inklusi batuan yang diterobosnya
39
2.2.4
Tak Teruai pada daerah penitian yaitu berupa breksi gunungapi, lava, dan tuff
berumur berumur plistosen, sebarannya membentuk dataran dan perbukitan.
2.2.5
Aluvium
Menurut Djuri, Samodra, Amin dan Gafoer, 1996, Aluvium pada daerah
penelitian berupa kerikil, pasir, lanau, dan lempung, sebagai endapan sungai dan
pantai dengan tebal hingga 150 m. Memiliki umur Holosen.
2.3.1
Tektonik
Miosen
Atas
(Mio-Pliosen)
dimulai
dengan
40
sesar yang terjadi adalah sesar naik, sesar sesar geser-jurus, dan sesar normal.
Sesar naik di temukan di daerah barat dan timur daerah ini, dan berarah hampir
barat-timur, dengan bagian selatan relatif naik. Kedua-duanya terpotong oleh
sesar geser.
yang menganan dan ada pula yang mengiri. Sesar geser-jurus ini memotong
struktur lipatan dan diduga terjadi sesudah perlipatan. Sesar normal yang terjadi
di daerah ini berarah barat-timur dan hampir utara-selatan, dan terjadi setelah
perlipatan. Di daerah selatan Pegunungan Serayu terjadi suatu periode transgresi
yang diikuti oleh revolusi tektogenetik sekunder.
2.3.2
periode tektonik sebelumnya, yang juga disertai dengan aktivitas vulkanik, yang
penyebaran endapan-endapannya cukup luas, dan umumnya disebut Endapan
Vulkanik Kuarter.
2.3.3
menghasilkan adanya gaya kompresi ke bawah akibat beban yang sangat besar,
yang dihasilkan oleh endapan vulkanik selama Kala Plio-Plistosen. Hal tersebut
menyebabkan berlangsungnya keseimbangan isostasi secara lebih aktif terhadap
41
blok sesar yang telah terbentuk sebelumnya, bahkan sesar-sesar normal tipe horst
dan graben ataupun sesar bongkah atau sesar menangga dapat saja terjadi. Sesarsesar menangga yang terjadi pada periode inidapat dikenal sebagai gawir-gawir
sesar yang mempunyai ketinggian ratusan meter dan menoreh kawah atau kaldera
gunung api muda, seperti gawir sesar di Gunung Beser, dan gawir sesar pada
kaldera Gunung Watubela.
Situmorang, dkk (1976), menafsirkan bahwa struktur geologi di Pulau
Jawa umumnya mempunyai arah baratlaut-tenggara ,sesuai dengan konsep
Wrench Fault Tectonics Moody and Hill (1956) yang didasarkan pada model shear
murni.
42
utama (conjugate set of primary shear fractures) yang nantinya mengontrol posisi
aktivitas volkanik. Pada akhir Paleosen kompresi agak berkurang, hal ini
menyebabkan terjadinya penurunan (subsidence), dan pada kala Eosen endapan
laut dangkal menempati bagian sedimen Paleosen Awal yang telah tererosi.
Selama Oligosen terjadi penurunan muka air laut secara tajam di seluruh
dunia yang menyebabkan erosi pada blok yang paling tinggi dan bersamaan
dengan itu, terendapnya material erosi ini di blok yang lebih rendah (Ratman dan
Robinson, 1996). Sedangkan menurut Martono (1992) Gejala tektonik tertua yang
ditemukan di daerah ini ditunjukkan oleh proses pembentukan batuan Paleogen,
yang diduga berlangsung sampai Oligosen. Terjadinya pencampuradukan tektonik
yang melibatkan barbagai jenis batuan, termasuk sedimen yang sedang dalam
proses pengendapan, memberikan kesan bahwa batuan Paleogen tersebut
terbentuk di dalam zona tunjaman (subduksi). Menurut Van Bemmelen (1949),
pada Oligosen Miosen, geantiklin bagian utara mengalami penurunan yang
terjadi akibat naiknya geantiklin bagian selatan. Penurunan ini terjadi sampai intra
Miosen Tengah, saat itu terjadi reaksi gravitasional yang menyebabkan geantiklin
bagian selatan patah, sayap utara geantiklin tersebut tergelincir ke arah depresi
geosinklin.
Miosen Awal merupakan kala yang tenang dengan penaikan muka air laut
dan pembentukan terumbu di sekitar dan pada bagian blok sesar yang tererosi.
Orogenesis merupakan ciri-ciri Miosen Tengah, dengan adanya pendesakan
kembali dari selatan, kompresi blok sesar dan sedimen-sedimen yang
menindihnya, aktivitas volkanik di sepanjang kekar-kekar gerus gunting yang
43
44
meningkat disertai unsur tektonik hingga membentuk pola struktur geologi seperti
sekarang ini.
Pada zaman Kuarter dicirikan lagi dengan aktivitas volkanik di sepanjang
kekar-kekar gerus gunting utama. Pada zaman ini kompresi sudah sangat
berkurang, tapi belum sepenuhnya berhenti. Sebelum dan selama aktivitas
volkanik, pengubahan volkanik di bawah Gunung Slamet dan Kompleks
Gunungapi Dieng menyebabkan terbentuknya zona kompresi di antara dua kubah
yang menghasilkan pendesakan (thrusting) dan perlipatan sedimen laut Miosen.
Di atas kubah volkanik sendiri, pengangkatan dan pengekaran tensional yang
menyertainya menyebabkan penyesaran normal beberapa sedimen Miosen.
Dari Kuarter Akhir hingga sekarang terdapat pengangkatan di beberapa
daerah dan penurunan di tempat-tempat lainnya. Daerah utama penurunan adalah
di utara bagian tengah Jawa, yang terjadi disepanjang kekar-kekar gerus utama
vertikal.