Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Penyaji
dr. Rama Gindo imansuri
Pembimbing
Dr. Marzuqi S. SpOG
I. REKAM MEDIS
A. Anamnesis
1. Identifikasi
Nama
: Ny. A
Med.Rec.
: 384022
Umur
: 32 tahun
Suku bangsa
: Jawa
Agama
: Islam
Pendidikan
: SLTA
Pekerjaan
: Rumah tangga
Alamat
MRS
2. Riwayat perkawinan
Kawin 1 kali: lama 15 tahun
3. Riwayat Reproduksi
Menars 13 tahun, lama haid 5 hari, siklus haid 28 hari, teratur
4. Riwayat kehamilan/melahirkan
1. Aterm, Spontan, Dukun, 2001, Laki-laki, BB ??, Sehat
2. Aterm, Spontan, Dukun, 2007, Perempuan, BB ??, Sehat
3. Aterm, Spontan, Bidan, 2014, Perempuan, BB 3300 gr, Sehat
5. Riwayat penyakit dahulu :
(-)
6. Riwayat gizi/sosioekonomi :
Sedang
7. Anamnesis Khusus
Keluhan utama: habis melahirkan dengan perdarahan
Riwayat perjalanan penyakit:
4 jam SMRS os habis melahirkan bayi perempuan di bidan, spontan,
langsung menangis, berat badan 3300 gram, tembuni/ari-ari lahir lengkap.
Namun setelah melahirkan os mengeluh keluar darah dari kemaluan, berwarna
merah segar, banyaknya 4 - 5 kali ganti kain basah. Os kemudian dirujuk ke
RSAM. Selama dalam perjalanan ke RS os mengeluh badannya terasa lemas
dan pandangan mata terasa gelap.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Status Present
a. Keadaan umum
Kesadaran
: Apatis
Tipe badan
: astenikus
Berat badan
: 57 kg
Tinggi badan
: 156 cm
Tekanan darah/Nadi
: 70/palpasi
Nadi
: Filiformis
Pernafasan
: 14 x/menit
Suhu
: 35,3C
b. Keadaan khusus
Kepala
Leher
Toraks
Ekstremitas
Vulva
Edema (-)
2. Pemeriksaan obstetri
Pada pemeriksaan obstetri saat masuk rumah sakit tanggal 14 Oktober 2014
pukul 21.30 WIB didapatkan :
- Pemeriksaan luar : Abdomen, datar, lemas, simetris, tinggi fundus uteri tidak
teraba, perdarahan aktif (-).
- Pemeriksaan dalam : Teraba uterus di liang vagina, Ring cervix (-)
D. Diagnosa kerja
P3A0 post partum spontan dengan HPP dini e.c inversio uteri
E. Prognosis
Ibu
: dubia
F. Terapi
- Observasi tanda vital, perdarahan
- Informed Consent
- IVFD 2 line :
- RL : Hes : NaCl = 2 : 1 : 1
- RL + oksitosin 20 IU gtt xx/menit
- O2 5 liter/menit
- Inj. Metyl Ergometrin 1 amp
- R/ Reposisi Manual
- R/ Pemasangan balon Sayba
- Kateter menetap
- Cek lab DR transfusi jika Hb 8 g/dl s/d Hb 8 g/dl
- Lapor Konsulen jaga dr. Marzuqi S. SpOG
Saran :
-
Laporan Reposisi
14.10.2014
Pk. 22.00 WIB : Tindakan dimulai
dilakukan reposisi dengan cara:
Tangan kanan dimasukkan ke dalam vagina secara obstetrik, uterus didiorong
balik ke dalam kavum uteri sampai kembali ke rongga abdomen
Tangan kiri menahan pada fundus uteri
Teraba fundus uteri 3 jari di bawah pusat
Dilanjutkan pemasangan tampon beserta pemberian uterotonika
Setelah selesai pemasangan tampon dilakukan evaluasi ulang, fundus uteri teraba
1 jari bawah pusat, kontraksi baik
Pada inspekulo didapatkan robekan pada serviks uteri arah jam 4 dan 9, robekan
dijahit satu-satu dengan vicryl 3.0
Luka episiotomi dijahit jelujur dengan vicryl 2.0
Pk. 22.45 WIB : Tindakan selesai
Diagnosis pra tindakan
: P3A0 post partum spontan 4 jam (diluar) dengan HPP dini e.c
inversio uteri
Diagnosis pasca tindakan : Post Reposisi Manual a.i HPP dini e.c Inversio uteri
Tindakan
: Reposisi Uterus
II. PERMASALAHAN
A. Apakah penyebab terjadinya inversio uteri pada penderita ini?
B. Apakah penatalaksanaan kasus ini sudah tepat?
C. Bagaimana mencegah agar tidak terjadi inversio seperti kasus ini?
Inversio uteri ringan: jika fundus uteri terputar balik menonjol ke dalam
kavum uteri, tetapi belum keluar dari kavum uteri.
2.
Inversio uteri sedang: jika fundus uteri terbalik masuk ke dalam vagina.
3.
Inversio uteri berat: bila semua bagian fundus uteri bahkan terbalik dan
sebagian sudah menonjol keluar vagina atau vulva.
Derajat
satu
(inversio uteri
subtotal/inkomplit): bila
fundus uteri
bila
Derajat tiga (inversio uteri prolaps): bila fundus uteri sudah menonjol
keluar dari vulva.
Inversio uteri akut: suatu inversio uteri yang terjadi segera setelah
kelahiran bayi atau plasenta sebelum 24 jam pertama
2.
Inversio uteri subakut: yaitu inversio uteri yang terjadi antara 24 jam
pertama sampai 4 minggu setelah persalinan.
3.
Inversio uteri kronis: yaitu inversio uteri yang terjadi selama lebih
dari 4 minggu ataupun sudah didapatkan gangren.
Relaksasi miometrium
b.
c.
Pemberian MgSO4
d.
Atonia uteri
plasenta
dimulai
dari
tengah
sehingga
terjadi
hematoma
dalam segmen bawah rahim dan vagina sehingga uterus terangkat ke atas
3. Tali pusat di luar vulva sering bertambah panjang
4. Sering terjadi perdarahan sekonyong-konyong
Untuk mengetahui apakah plasenta telah lepas dari tempat implantasinya
dapat dipakai beberapa perasat:4
1. Perasat Kustner
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri
menekan daerah suprasimfisis. Bila tali pusat ini masuk lagi ke dalam vagina
berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus. Bila panjang tali pusat tetap
dan tdak masuk lagi berarti plasenta telah lepas dari dinding uterus.
2. Perasat Strassmann
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri
mengetok fundus uteri. Bila terasa getaran pada tali pusat yang diregangkan ini
berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus. Bila tidak terasa getaran
berarti plasenta telah lepas dari dinding uterus.
3. Perasat Klein
Wanita tersebut disuruh mengedan. Tali pusat tampak turun ke bawah. Bila
pengedanan dihentikan dan tali pusat masuk kembali ke dalam vagina berarti
plasenta belum lepas dari dinding uterus.
Proses persalinan yang dilakukan pada pasien ini sudah sesuai dengan prosedur,
demikian juga dengan pelepasan plasenta. Pada penderita ini pengeluaran plasenta
terjadi 20 menit setelah bayi lahir. Setelah bayi lahir
dilanjutkan dengan
managemen aktif kala III dan didapatkan tanda-tanda lepas plasenta (fundus uteri
naik menjadi sepusat, perubahan bentuk uterus dari diskoid menjadi globuler, tali
pusat bertambah panjang). Pada saat dilakukan pelepasan plasenta, plasenta lahir
bersama jaringan endometrium. Pada kasus ini dijumpai masih ada bagian
plasenta yang menempel dengan endomerium dan tempat implantasi plasenta
terletak di fundus uteri.
Uterus yang mengalami inversio sering dapat dikembalikan ke posisi yang
normal. Jika uterus yang inversio itu tidak dapat dikembalikan ke posisi normal
dengan manipulasi vagina maka tindakan laparatomi dapat dilakukan. Pada kasus
ini tindakan reposisi dilakukan dengan anestesi umum setelah melakukan
perbaikan keadaan umum dengan mengatasi syok hipovolemiknya. Banyak
kepustakaan menyebutkan bahwa kasus inversio uteri merupakan kasus gawat
darurat dan harus dilakukan reposisi
mengingat bahaya perdarahan dan infeksi yang dapat mengancam nyawa ibu.
Penatalaksanaan meliputi: 1,3,5,7,10
- Perbaikan keadaan umum dan mengatasi komplikasi
- Reposisi manual: Cara Jones, Johnson, OSullivan
- Reposisi Operatif Transabdominal: cara Huntington, Haultain
- Reposisi Operatif Transvaginal: cara Spinelli, Kustner, Junizaf
Penatalaksanaan inversio uteri pada penderita ini sudah tepat karena langsung
dilakukan
reposisi
uterus
tanpa
menunda
terlalu
lama.
Keberhasilan
penatalaksanaan inversio uteri tergantung dari deteksi penyakit yang dini dan
penanganan yang cepat karena semakin lama uterus terbalik semakin sulit untuk
ditempatkan pada fornik posterior vagina. Sementara itu cairan dibiarkan mengalir
cepat, dan tangan operator menutup introitus untuk mencegah keluar cairan.
Dinding vagina mulai teregang dan fundus uteri mulai terangkat. Setelah inversio
kemudian ditarik ke atas secara bertahap sampai fundus uteri kembali pada
posisinya semula. Selain tarikan ke atas maka dorongan dari luar ( pervaginam )
oleh asisten akan mempermudah pelaksanaan prosedeur tersebut.
E. Reposisi operatif cara Haultin
Pada reposisi dengan cara Haultin, dilakukan insisi longitudinal sepanjang
dinding posterior uterus dan melalui cincin kontriksi. Jari kemudian dimasukkan
melalui insisi ke titik di bawah fundus uteri yang terbalik dan diberikan tekanan
pada fundus atau tekanan secara simultan dari tangan asisten. Bila reposisi telah
komplit, luka insisi dijahit dengan jahitan terputus dengan chromic.
F. Reposisi operatif cara Spinelli
Tindakan operatif menurut Spinelli dilakukan pervaginam yaitu dengan cara
dinding anterior vagina dibuat tegang berlawanan dengan arah tarikan dari
retraktor dan dilakukan insisi transversal tepat di atas portio anterior. Kemudian
plika kandung kemih dipisahkan dari serviks dan segmen bawah rahim. Insisi
mediana dibuat melalui serviks pada jam 12, secara komplit membagi cincin
konstriksi. Insisi dilakukan pada linea mediana sampai fundus uteri. Uterus
dibalik dengan cara telunjuk mengait ke dalam insisi pada permukaan
endometrium yang terbuka dan membuat tekanan yang berlawanan dengan ibu
jari pada bagian peritoneal. Uterus kemudian direposisi.
IV. KESIMPULAN
1. Terjadinya inversio uteri pada kasus ini bisa karena
plasenta (tali pusat relatif
adanya
kelainan pada
Pertolongan persalinan dan pelepasan plasenta pada kasus ini sudah mengacu
pada protokol yang ada tetapi mungkin belum adekuat. Pada saat terjadinya
inversi uteri penanganan yang dilakukan telah sesuai dengan protokol dan
dilakukan reposisi uterus pada penderita.
V. RUJUKAN
1.
Cunningham FG. Inversion of the Uterus. In: Williams Obstetric 22 nd ed. McGraw Hill, 2002:833834.
2.
Eastman Nj, Hellman LM. Inversion of the uterus. In William obstetrics. 18 th ed, New York:
Appleton & Lange, 1989: 1005-1010.
3.
Chamberlain G, Steer P. Turnbulls Obsteric. 3th ed, London: Churchill Livingstone, 2002: 620-3.
4.
Sarwono
Wiknjosastro H. Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi pertama, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2000: 162-9
6.
7.
Donald I. Inversion of the uterus. In: Practical obstetric problems. 4 th edition, London: LloydLuke, 1974: 731-738
8.
Taber, Ben-zion MD. Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Edisi kedua. Jakarta: EGC, 1994:444447.
9.
10. WHO. Managing Complications in Pregnancy and Childbirth A Guide for Midwife anf Doctors.
Department of Reproductive Health and Research. WHO, www. reproline.jhu.edu. 2000.
11. Supono. Ilmu kebidanan. Edisi pertama. Bagian Obstetri & Ginekologi RSU/FK UNSRI, 1984;
156-157, 174-176.