Vous êtes sur la page 1sur 48

BAB 1

1.1.

Pengantar
Perkawinan monohibrid dapat disebut dengan pewarisan gen tunggal. Pengertiannya

adalah persilangan antar dua tetua dengan salah satu sifat yang dapat membedakan keduanya.
Diharapkan keturunan pertamanya (generasi F1) akan memiliki sifat dengan salah satu tetua jika
sifat tersebut dipengaruhi oleh alel dominan dan resesif serta tidak ada tautan seperti yang
ditemukan Mendel pada tanaman kapri (Pisum sativum).
Monohibrid adalah persilangan antara dua individu dari spesies yang sama dengan satu
sifat beda. Persilangan monohibrid ini sangat berkaitan dengan hukum Mendel I atau yang
disebut dengan hukum segregasi. Hukum ini berbunyi Pada pembentukan gamet, gen-gen yang
berpasangan akan dipisahkan (disegregasikan) ke dalam dua gamet (sel kelamin) yang
terbentuk". Gregor Mendel pertama kali mengetahui sifat monohibrid pada saat melakukan
percobaan penyilangan pada kacang ercis (Pisum sativum). Dari persilangan monohibrid inilah
Mendel merumuskan hukum Mendel I (hukum segregasi). Sesungguhnya pada masa hidup
Mendel belum diketahui zat yang menentukan pewarisan sifat (bahan genetik). Mendel
menyebut bahan genetik itu hanya sebagai faktor penentu (determinant) atau disingkat dengan
factor. Hukum Mendel I berlaku pada gametogenesis F1 x F1 itu memiliki genotif
heterozigot. Gen yang terletak dalam lokus yang sama pada kromosom, pada waktu
gametogenesis gen sealel akan terpisah, masing-masing pergi ke satu gamet.

1.2.

TUJUAN :
1. Membeuktikan adanya prinsip prinsip segresi dan berpasangan secara bebas
2. Membuktikan perbandingan Mandel 1:2 : 1 ( ratio genotip ) dan 3 : 1 ( ratio Fenotif)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS
Monohibrid adalah persilangan antara dua individu dari spesies yang sama dengan satu
sifat beda. Persilangan monohibrid ini sangat berkaitan dengan hukum Mendel I atau yang
disebut dengan hukum segregasi. Hukum ini berbunyi Pada pembentukan gamet, gen-gen yang
berpasangan akan dipisahkan (disegregasikan) ke dalam dua gamet (sel kelamin) yang
terbentuk". Gregor Mendel pertama kali mengetahui sifat monohibrid pada saat melakukan
percobaan penyilangan pada kacang ercis (Pisum sativum). Dari persilangan monohibrid inilah
Mendel merumuskan hukum Mendel I (hukum segregasi). Sesungguhnya pada masa hidup
Mendel belum diketahui zat yang menentukan pewarisan sifat (bahan genetik). Mendel
menyebut bahan genetik itu hanya sebagai faktor penentu (determinant) atau disingkat dengan
factor. Hukum Mendel I berlaku pada gametogenesis F1 x F1 itu memiliki genotif
heterozigot. Gen yang terletak dalam lokus yang sama pada kromosom, pada waktu
gametogenesis gen sealel akan terpisah, masing-masing pergi ke satu gamet
Mendel menggunakan tanaman kapri karena mudah dipelihara, dapat menghasilkan
banyak biji (banyak keturunan), mempunyai sifat-sifat yang dapat dibedakan antar varietas,
dapat diperbanyak secara selfing atau disilangkan, dan mudah tumbuh di daerah tempat tinggal
Mendel. Sebagai tanaman model untuk menunjukkan hasil persilangan monohibrid di daerah
tropis seperti Indonesia dapat digunakan tanaman kacang panjang dengan alasan yang sama
dengan Mendel dan mudah tumbuh di daerah tropis. Kacang panjang digunakan sebagai tanaman
model pengganti kapri karena lebih mudah tumbuh di Indonesia, dapat menghasilkan banyak
biji, mempunyai beberapa sifat yang membedakan antar varietas dan dapat disilangkan.
Genetika adalah cabang biologi yang mempelajari pewarisan sifat pada organism maupun
sub organism ( seperti virus dan prion ). Secara singkat dapat juga dikatakan bahwa genetika
adalah cabang ilmu tentang gen dan segala aspeknya. Meskipun orang biasanya menetapkan
genetika dimulai dengan ditemukannya kembali naskah artikel yang ditulis Gregor Mandel pada
tahun 1900, sebetulnya genetika sebagai ilmu pewarisan atau hereditas sudah dikenal sejak
masa prasejarah, seperti domestikasi dan pengembangan berbagai ras ternak dan kultivar
tanaman. Hukum pewarisan, mandel adalah hokum mengenai pewarisan sifat pada organism
yang dijabarkan oleh Gregor Johan Mandel dalam karyanya Percobaan mengenai persilangan
tanaman .

Setiap sifat dari makhluk hidup dikendalikan oleh sepasang factor keturunan yang
dikenal dengan nama gen. sepasang gen ini satu berasal dari induk jantan yang lainnya dari induk
betina. Gen yang sepasang ini disebut sel atau satu alela. Gen yang se alela akan memisahkan
pada waktu gametogenesis yang dikenal dengan prinsip segregasi secara bebas dab akan kembali
berpasang pasangan pada proses fertilisasi yang dikebenal dengan prinsip berpasangan secara
bebas.
1.2.Persilangan Monohibrida terbagi 2
Persilangan rnonohibrid dibedakan menjadi dua macam, yaitu persilangan monohibrid
dominan dan monohibrid intermediate :
1. Persilangan Monohibrid Dominan
Persilangan monohibrid dominan adalah persilangan dua individu sejenis yang memerhatikan
satu sifat beda dengan gen-gen yang dominan. Sifat dominan dapat dilihat secara mudah, yaitu
sifat yang lebih banyak muncul pada keturunan dari pada sifat lainnya yang sealel.Persilangan
monohibrid sudah diteliti oleh Mendel.Dari hasil penelitiannya dengan tanaman kacang
kapri.Jika tumbuhan berbatang tinggi disilangkan dengan tumbuhan sejenis berbatang pendek
menghasilkan F, tumbuhan berbatang tinggi, dikatakan bahwa batang tinggi merupakan sifat
dominan, sedangkan batang pendek merupakan sifat resesif. Jadi, pada F, dihasilkan keturunan
yang mempunyai sifat sama dengan sifat induk yang dominan. Rasio/perbandingan genotipe
pada F2 = 1 : 2 : 1, sedangkan rasio fenotipenya = 3 : l.

BAB III

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


3.1. Hasil Pengamatan
N

Frekuensi
Kel 1
Kel 2

Kel 3

Kel 4

12

13

14

11

Merah)
IIII
Mm (Merah- IIII IIII IIII 26

24

22

28

Putih)
IIII II
Mm
(Putih- IIII IIII IIII 12

13

14

11

Putih)
Perbandingan

38:12

37:13

36:14

29:11

Fenotip
Perbandingan

12:26:1

13:24:13

14:22:14

11:28:11

Genotip

o
1

Pasangan gen
MM

(Merah- IIII IIII

Dimana :
Fenotif :
14 / 50 x 100 % = 28
22 / 50 x 100 % = 44
14 / 50 x 100 % = 28
Jadi :
Genotif :
MM

: Mm : mm

:2

28 / 22 = 1,27
44 / 22 = 2

Tabulasi

:1

Keterangan

28 / 22 = 1,27
Perhitungan Chi square :
X2 = (d2/ e)
Perbandingan fenotip adalah 1 : 2 : 1
Perbandingan genotip adalah 1 : 1,57 : 1 atau frekuensi pasangan gennya adalah MM = 14, Mm
= 22 dan mm = 14.
O = observasi
e = Expectid value (nilai harapan)
d = deviation (penyimpangan)

O
E
D
d2 /e

MM
14
12,5
1,5
2,25/12,5=

Mm
22
25
-3
9/25 =

mm
14
12,5
1,5
2,25/12,5=

0,18

0,36

0,18

Jumlah
50
50
0,72

Maka :
X2 hitung = 0,72
X2 tabel = 5,99 ( dk 2, = 0,05)
Sehingga X2 hitung

<

X2 tabel = 0,72 <

5,99 = data diterima

Jadi tidak terdapat penyimpangan dalam percobaan dan perbandingan hukum mendel 1 : 2 : 1
terbukti.

3.2. Pembahasan

Setiap sifat dari makhluk hidup dikendalikan oleh sepasang factor keturunan yang
dikenal dengan nama gen. sepasang gen ini satu berasal dari induk jantan yang lainnya dari induk
betina. Gen yang sepasang ini disebut sel atau satu alela. Gen yang se alela akan memisahkan
pada waktu gametogenesis yang dikenal dengan prinsip segregasi secara bebas dab akan kembali
berpasang pasangan pada proses fertilisasi yang dikebenal dengan prinsip berpasangan secara
bebas.
Susunan gen yang menentukan suatu individu disebut genotif. Genotif suatu indiividu
diberi symbol dengan huruf dobel. Karena individu itu umumnya diploid. Genotig meiliki
sepasang gen. gen gen tersebut terletak pada lokus yang bersesuaian dari kromosom yang
homolog. Sepasang gen yang terletak pada posisi yang sama pada pasangan kromosom disebut
alel. Jadi, alel merupakan anggota dari sepasang gen missal MM = gen untuk warna merah, Mm
= gen untuk warna Merah Putih, mm = gen untuk warna Putih. Sifat suatu individu yang
genotifnya terdiri dari gen gen yang sama daritiap jenis gen disebut homozygote, misalnya
RR,rr,TT,AABB,aabb dan sebagainya. Homozygote dominan terjadi bila individu bergenotif RR,
AA, TT, sedangkan homozygote resesif bila individu bergenotif rr,aa, dan sebagainya.
Perbandingan genotif dan fenotif yang diperoleh adalah Fenotif :
14 / 50 x 100 % = 28
22 / 50 x 100 % = 44
14 / 50 x 100 % = 28
Jadi :
Genotif :
MM

: Mm : mm

:2

28 / 22 = 1,27
44 / 22 = 2

:1

28 / 22 = 1,27

Dan jika dibandingkan dengan hasil kelompok lain maka, terjadi pola
penyebaran pasangan gen yang bervariasi, dimana kelompok kami (kelompok 3) merupakan
kelompok dengan perbandingan genotipenya (1 : 1,57 : 1) yang tidak melebihi perbandingan
fenotipe (1 : 2:1) sehingga bisa dikatakan mendekati hukum mendel I, namun jika dibandingkan
dengan kelompok 1 maka data mereka lebih signifikan dan mendekati rasio fenotipe pada hukum
Mendel I yaitu 1 : 2,16 : 1. Begitu juga dengan kelompok lainnya rata-rata mampu membuktikan
hukum Mendel I.
Yang dimaksud dengan Segregation of Genes adala gen yang terletak dalam lokus yang
sama pada kromosom, pada waktu gametogenesis gen se-alel akan terpisah, masing-masing pergi
ke satu gamet.

BAB IV
KESIMPULAN
1. Perkawinan monohibrid dapat disebut dengan pewarisan gen tunggal. Pengertiannya
adalah persilangan antar dua tetua dengan salah satu sifat yang dapat membedakan
keduanya.
2. Setiap sifat suatu organisme dikendalikan oleh satu pasang faktor keturunan yang
dinamakan gen (pada waktu itu Mendel belum mengenal gen); yaitu satu faktor dari
induk jantan dan satu faktor dariinduk betina.

3. Setiap pasangan faktor keturunan menunjukkan bentuk alternatif sesamanya, misalnya


bulat atau kisut. Kedua bentuk alternatif ini disebut alel.
4. Apabila pasangan faktor keturunan terdapat bersama-sama dalam satu tanaman, faktor
dominan akan menutup faktor resesif.
5. Pada saat pembentukan gamet, yaitu pada proses meiosis, pasangan faktor atau masingmasing alel akan memisah secara bebas.
6. Individu galur murni mempunyai pasangan sifat (alel) yang sama, yaitu dominan atau
resesif saja.
7. Hasil dari penelitian setiap kelompok mendapatkan persilangan yang berbeda beda
walaupun warnanya sama karena persilangannya diambil secara acak.
8. Pasangan gen Merah merah dengan Putih putih memiliki frekuensi yang sama . yakni
14, sedangkan pada gen Merah putih memiliki frekuensi lebih besar disbanding dengan
gen yang lain yakni 22.
9. Jadi perkawinan silang monohibrida yang memiliki warna yang sama memiliki gen yang
sama sedangkan dengan berbeda warna mendapatkan frekuensi yang beda juga.

BAB 1
1.1.

Pengantar
Hukum pewarisan Mendel adalah hokum mengenai pewarisan sifat pada organism

dijabarkan oleh Gregor Johan. Mendel dalam karyanya Percobaan mengenai persilangan
Tanaman , Hukum ini terdiri darai dua bagian :
1. Hukum pemisahan ( segregation ) dan Mandel juga dikenal sebagai Hukum pertama
mandel
2. Hukum Berpasangan secara bebas ( Independen Assortment ) dari mendel juga dikenal
sebagai Hukum kedua Mendel.

Dari hipotesis tersebut, Mendel membuat kesimpulan yang disebut Hukum I mendel dan
Hukum II Mendel. Kedua hokum Mendel tersebut merupakan prinsip dasar dari genetika.
Hukum I Mendel (Hukum segregasi atau hukum pemisahan alel-alel dari suatu gen yang
berpasangan).Pada pembentukkan sel kelamin (gamet), pasangan-pasangan alel memisah secara
bebas. Hukum II Mendel (Hukum pengelompokkan gen secara bebas atau asortasi), menyatakan
bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang
sifat secara bebas, tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain. Dengan kata
lain, alel dengan gen sifat yang berbeda tidak saling memengaruhi. Hal ini menjelaskan bahwa
gen yang menentukan e.g. tinggi tanaman dengan warna bunga suatu tanaman, tidak saling
memengaruhi.
1.2.
Tujuan
1. Membuktikan perbandingan Mendel ( perbandingan fenotif F2 ) 9 : 3 : 3 :1

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Hukum pewarisan Mendel adalah hokum mengenai pewarisan sifat pada organism
dijabarkan oleh Gregor Johan. Mendel dalam karyanya Percobaan mengenai persilangan
Tanaman , Hukum ini terdiri darai dua bagian :
3. Hukum pemisahan ( segregation ) dan Mandel juga dikenal sebagai Hukum pertama
mandel
4. Hukum Berpasangan secara bebas ( Independen Assortment ) dari mendel juga dikenal
sebagai Hukum kedua Mendel.

Dari hipotesis tersebut, Mendel membuat kesimpulan yang disebut Hukum I mendel dan
Hukum II Mendel. Kedua hokum Mendel tersebut merupakan prinsip dasar dari genetika.
Hukum I Mendel (Hukum segregasi atau hukum pemisahan alel-alel dari suatu gen yang
berpasangan).Pada pembentukkan sel kelamin (gamet), pasangan-pasangan alel memisah secara
bebas. Hukum II Mendel (Hukum pengelompokkan gen secara bebas atau asortasi), menyatakan
bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang
sifat secara bebas, tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain. Dengan kata
lain, alel dengan gen sifat yang berbeda tidak saling memengaruhi. Hal ini menjelaskan bahwa
gen yang menentukan e.g. tinggi tanaman dengan warna bunga suatu tanaman, tidak saling
memengaruhi
Hukum

Mendel

II

(Independent

Assortment

of

Genes)

Hukum Mendel II disebut juga hukum asortasi. Menurut hukum ini, setiap gen / sifat dapat
berpasangan secara bebas dengan gen / sifat lain. Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet
pada persilangan dihibrid.

Persilangan Dihibrid
P1

BBKK

(Biji bulat berwarna kuning)


G1

BK

F1

Bbkk
(Biji keriput Hijau)

Bk

BbKk

P2

BbKk

G2

BK, Bk, bK,bk

BbKk
BK, Bk, bK,bk

Pada waktu pembentukan gamet parental ke-2, terjadi penggabungan bebas (lebih tepatnya
kombinasi bebas) antara B dan b dengan K dan k. Asortasi bebas ini menghasilkan empat macam
kombinasi gamet, yaitu BK, Bk, bK, bk. Proses pembentukan gamet inilah yang menggambarkan
fenomena Hukum Mendel II.
Hukum Pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme yang
dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya 'Percobaan mengenai Persilangan
Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian:
1.

Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama
Mendel, dan

2.

Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga dikenal
sebagai Hukum Kedua Mendel.

BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

No Kombinasi

Genotif

Fenotif

Model Gen
1.

Putih

Mmhh

Putih

Putih

Rati

Tab

ulasi

Kel

Frekuensi
Kel Kel

ket
Kel

IIII

1
13

2
7

3
5

4
7

IIII

12

kuning

Kuning2.

Kuning
Merah
Merah

MMHh

Merah
hijau

3.

Hijau

Kuning
Putih

mmHh

Putih

4.

Hijau

Kuning
Merah

MmHh

Hijau

Kuning
Merah

MmHH

8.

13

10

13

16

12

IIII

Merah

Hijau

Hijau

Hijau
Putih

mmHH

Putih

III
IIII
IIII

IIII

IIII

13

13

Hijau

Hijau

Hijau
Merah

Mmhh

Merah

Putih

Kuning-

Kuning

Kuning
Merah-

MMHH

Merah

9.

12

IIII

Putih

7.

Merah

IIII
II

Hijau

Putih

6.

Hijau

Putih

5.

Putih

Merah
Hijau

Hijau

Hijau
Merah

MMhh

Merah

Merah

Kuning-

Kuning

Kuning

Rasio Fenotif :
Perbandingan fenotipenya adalah :

Merahkuning + Putih Kuning = 5


Merah Hijau + MerahKuning = 5
Putih Hijau + Putih Kuning = 7
Merah Hijau + Putih Kuning = 13
Merah Hijau + Putih Hijau = 9
Putih Hijau + Putih Hijau = 4
PutihKuning + Putih-Kuning = 5
Merah-Hijau + Merah Hijau = 1
MerahKuning + Merah-Kuning = 1
Rasio Genotif :
Mmhh : MMHh : mmHh : MmHh : MmHH : mmHH : mmhh : MMHH : MMhh
5

13

Hukum Mendel II Perbandingan fenotipenya :


9

= MMHH, MMHh, MmHH, MmHh = 28

= Mmhh, MMhh

=6

= mmHh, mmHH

= 11

= mmhh

=5

Maka :
28
3
6
3

= 9,33

=2

5
9:3:3:1

11
3
5
3

= 3,66

= 1,66

Jadi Perbandingan Genotipe pada percobaan ini adalah 9, 33 : 2 : 3,66 : 1,66

Perhitungan Chi-square :
X2 = (d2/ e)
Perbandingan genotip adalah 9:3:3:1
Perbandingan genotip percobaan adalah 9,33 : 2 : 3,66 : 1,66 atau frekuensi pasangan gennya
adalah :
MMHH, MMHh, MmHH, MmHh

= 28

Mmhh, MMhh

=6

mmHh, mmHH

= 11

mmhh

=5

Maka :
O = observasi
e = Expectid value (nilai harapan)
9
x 50
16

= 28,125

3
x 50
16

= 9,375

3
x 50
16

= 9,375

1
x 50
16

= 3,125

d = deviation (penyimpangan)
MMHH

MMhh

mmHH

mmhh

Jumlah

28

11

50

28,125

9,375

9,375

3,125

50

d= O-e

0,125

-3,375

1,625

1,875

X2 = d2 /e

(0,125)2/28,125

(-3,375)2/9,375

(1,625)2/9,375

(1,875)2/3,125

X2 =

2,62222

0,000556

1,215

0,28167

1,125

atau :
Pasangan
Gen
MMHH

MMhh

mmHH

mmhh

fo

Fh

fo-fh

(fo-fh)2

(f0-fh)2
h

28

11

9
x 50 =
16
28,125
3
x 50 =
16
9,375
3
x 50 =
16
9,375
1
x 50 =
16
3,125
Jumlah

0,125

0,015625

0,000556

-3,375

11,39

1,215

1,625

2,64

0,28167

1,875

3,5156

1,125
X2 = 2,62225

Maka :
X2 hitung = 2,62225
X2 tabel = 7,82 ( dk 3, = 0,05)
Sehingga X2 hitung

<

X2 tabel = 2,62225

<

7,82 = data diterima dengan

berbeda signifikan
Jadi tidak terdapat penyimpangan dalam percobaan ini dan perbandingan hukum Mendel
II 9 : 3 : 3 : 1 terbukti, dimana Rasio Genotipnya adalah 9,33 : 2 : 3,66 : 1,66 serta nilai X 2 hitung
nya adalah 2,62225.

3.2. Pembahasan
Dihibrid adalah persilangan dua individu dengan dua sifat beda atau lebih yang
menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotip dan genotip tertentu. Pada percobaannya,
Mendel melakukan persilangan kacang ercis galur murni yang memiliki biji bulat warna kuning
dengan galur murni yang memiliki biji keriput warna hijau. Sifat bulat dan kuning dominan
terhadap sifat keriput dan hijau, sehingga menghasilkan seluruh F1 berupa kacang ercis berbiji
bulat dengan warna biji kuning
Hukum Pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme yang
dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya 'Percobaan mengenai Persilangan
Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian:
3.

Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama
Mendel, dan

4.

Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga dikenal
sebagai Hukum Kedua Mendel.

Rasio Fenotif :

Perbandingan fenotipenya adalah :


Merahkuning + Putih Kuning = 5
Merah Hijau + MerahKuning = 5
Putih Hijau + Putih Kuning = 7
Merah Hijau + Putih Kuning = 13
Merah Hijau + Putih Hijau = 9
Putih Hijau + Putih Hijau = 4
PutihKuning + Putih-Kuning = 5
Merah-Hijau + Merah Hijau = 1
MerahKuning + Merah-Kuning = 1
Rasio Genotif :
Mmhh : MMHh : mmHh : MmHh : MmHH : mmHH : mmhh : MMHH : MMhh
5

13

Hukum Mendel II Perbandingan fenotipenya :


9

= MMHH, MMHh, MmHH, MmHh = 28

= Mmhh, MMhh

=6

= mmHh, mmHH

= 11

= mmhh

=5

Maka :
28
3

= 9,33

5
9:3:3:1

6
3

=2

11
3
5
3

= 3,66

= 1,66

Jadi Perbandingan Genotipe pada percobaan ini adalah 9, 33 : 2 : 3,66 : 1,66

Berdasarkan data kelompok yang peroleh, jika dibandingkan dengan tiga kelompok
lainnya yaitu kelompok 1, 2, dan 4 terjadi pola penyebaran pasangan gen yang bervariasi,
dimana kelompok kami (kelompok 3) merupakan kelompok dengan perbandingan genotipenya
Mmhh : MMHh : mmHh : MmHh : MmHH : mmHH : mmhh : MMHH : MMhh
5

13

Hukum Mendel II Perbandingan fenotipenya :


9

= MMHH, MMHh, MmHH, MmHh = 28

= Mmhh, MMhh

=6

= mmHh, mmHH

= 11

= mmhh

=5

Maka :
28
3
6
3

= 9,33

=2

5
9:3:3:1

11
3

= 3,66

yang tidak melebihi perbandingan fenotipe ( 9:3:3:1 ) sehingga bisa dikatakan mendekati
hukum mendel II, namun jika dibandingkan dengan kelompok 1 maka data mereka lebih
signifikan dan mendekati rasio fenotipe pada hukum Mendel II .Begitu juga dengan kelompok
lainnya rata-rata mampu membuktikan hukum Mendel II
(Hukum pengelompokkan gen secara bebas atau asortasi).Pada pembentukkan sel
kelamin (gamet), alel mengadakan kombinasi secara bebas sehingga sifat yang muncul dalam
keturunannya beraneka ragam. Hukum ini berlaku untuk persilangan dengan dua sifat beda
(dihibrid) atau lebih (polihibrid).
Dalam kondisi normal, persilangan monohibrida menghasilkan perbandingan
individu keturunan 3 : 1 atau 1 : 2 : 1, dan persilangan dihibrida menghasilkan individu
keturunan 9 : 3 : 3 : 1. Dalam prakteknya, hasil persilangan Mendel dapat menghasilkan
perbandingan individu yang tidak tepat. Pada persilangan dihibrida, dapat dihasilkan
perbandingan yang merupakan variasi dari perbandingan 9 : 3 : 3 : 1 yaitu 12 : 3 : 1; 9 ; 7 atau 15
: 1. Meskipun demikian, perbandingan tersebut tetap mengikuti aturan Hukum Mendel. Oleh
karena itu, hasil perbandingan tersebut dikatakan sebagai penyimpangan semu Hukum Mendel.
Penyimpangan tersebut terjadi karena adanya beberapa gen yang saling memengaruhi
dalam menghasilkan fenotip. Meskipun demikian, perbandingan fenotip tersebut masih
mengikuti prinsip-prinsip Hukum Mendel. Penyimpangan semu Hukum Mendel tersebut
meliputi: interaksi gen, kriptomeri, polimeri, epistasis-hipostasis, gen-gen komplementer, gen
dominan rangkap dan gen penghambat.
Misalnya, pada ayam dijumpai empat macam bentuk pial (jengger), antara lain: jengger
berbentuk ercis atau biji (pea) dengan genotip rrP-; jengger dengan belah atau tunggal (single)
dengan genotip rrpp, jengger berbentuk mawar atau gerigi (rose) dengan genotip Rpp, dan
jengger berbentuk sumpel (walnut), dengan genotip R-P-. Perhatikan Gambar 5.4.

Gambar 5.4 Empat macam pial ayam yang berbeda (a) Walnut (b) Pea, (c) Rose, dan (d) Single

Pada persilangan ayam berpial rose (mawar) dengan ayam berpial pea (biji), semua
keturunan F1nya berpial walnut (sumpel). Agar lebih memahaminya, perhatikanlah diagram
persilangan berikut.

Dari persilangan ayam berpial rose dan pea, dihasilkan fenotip baru yaitu walnut atau sumpel.
Apa yang menyebabkan terbentuknya pial walnut? Pial walnut muncul karena interaksi 2 pasang
alel (gen) yang dominan. Sementara itu, persilangan antara sesama ayam berpial walnut

dihasilkan 4 macam pial yaitu walnut, rose, pea, dan 1 pial yang baru yaitu single dengan
perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Pial tunggal terjadi karena adanya 2 pasang alel (gen) yang resesif.

BAB IV
KESIMPULAN
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organismeyang
dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya
X2 hitung = 2,62225
X2 tabel = 7,82 ( dk 3, = 0,05)
Sehingga X2 hitung

<

X2 tabel = 2,62225

<

7,82 = data diterima dengan

berbeda signifikan
Jadi tidak terdapat penyimpangan dalam percobaan ini dan perbandingan hukum Mendel
II 9 : 3 : 3 : 1 terbukti, dimana Rasio Genotipnya adalah 9,33 : 2 : 3,66 : 1,66 serta nilai X 2 hitung
nya adalah 2,62225.
Dihibrid adalah persilangan dua individu dengan dua sifat beda atau lebih yang
menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotip dan genotip tertentu. Pada percobaannya,
Mendel melakukan persilangan kacang ercis galur murni yang memiliki biji bulat warna kuning
dengan galur murni yang memiliki biji keriput warna hijau. Sifat bulat dan kuning dominan

terhadap sifat keriput dan hijau, sehingga menghasilkan seluruh F1 berupa kacang ercis berbiji
bulat dengan warna biji kuning

BAB I
1.2.

Pengantar
Alel merupakan bentuk alternative sebuah gen yang terdapat pada lokus ( tempat

tertentu ) atau bias dikatakan alel adalah gen gen yang menempati atau terletak pada lokus
yang sama pada kromosom homolog yang mempunyai tugas berlawanan untuk suatu sifat tertntu
( Susanto, Agus Hery, 2011 ).
Surya ( 1984 ) mendefinisikan alel sebagai dari sepasang yang memiliki pengaruh
berlawanan. Misalnya gen B memiliki peran untuk menumbuhkan karakteristik pigmen tasi kulit
sevara normal. Gen B dapat membentuk melanin karena diekspresikan sepenuhnya pada
penampakan fisik organism. Dalam hal ini gen B menimbulkan karakteristik yang dominan. Apa
bila gen B bermutasi maka akan berubah menjadi b, sehingga pigmentasi kulit secara normal,
tidak dapat dilakukan gen b menimbulkan karakteristik yang berbeda, yaitu resesif. Karakteristik
resesif ini menumbuhkan karakteristik albinisme ( tidak terbentuk melanin ), contohnya yang
lainnya, misalnya :
1.K alelnya k, untuk rambut keriting dan lurus
2.H alelnya h , untuk kulit hitam dan putih dan sebagainya.

2.2. Tujuan
Mengenal beberapa sifat keturunan pada manusia yang ditemukan oleh pengaruh alel
ganda dan mencoba menetapkan genotif dirinya sendiri.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Alel merupakan bentuk alternative sebuah gen yang terdapat pada lokus ( tempat tertentu ) atau
bias dikatakan alel adalah gen gen yang menempati atau terletak pada lokus yang sama pada
kromosom homolog yang mempunyai tugas berlawanan untuk suatu sifat tertntu ( Susanto, Agus
Hery, 2011 ).
Surya ( 1984 ) mendefinisikan alel sebagai dari sepasang yang memiliki pengaruh
berlawanan. Misalnya gen B memiliki peran untuk menumbuhkan karakteristik pigmen tasi kulit
sevara normal. Gen B dapat membentuk melanin karena diekspresikan sepenuhnya pada
penampakan fisik organism. Dalam hal ini gen B menimbulkan karakteristik yang dominan. Apa
bila gen B bermutasi maka akan berubah menjadi b, sehingga pigmentasi kulit secara normal,
tidak dapat dilakukan gen b menimbulkan karakteristik yang berbeda, yaitu resesif. Karakteristik
resesif ini menumbuhkan karakteristik albinisme ( tidak terbentuk melanin ), contohnya yang
lainnya, misalnya :
1.K alelnya k, untuk rambut keriting dan lurus

2.H alelnya h , untuk kulit hitam dan putih dan sebagainya.


Sebuah gen dapat memiliki lebih dari sebuah alel. Alel alell disebut alel ganda
( Multiple allele ), sedangkan peristiwa dimana sebuah gen dapat menyebabkan inkompatibilitas,
yaitu kegagalan tanaman untuk fertilisasi setelah menyerbukan sendiri atau persilangan.
Peristiwa inkompatibilitasi ini disebabkan pada tepung sari sama dengan alel pada sel telur,
sehingga tepung sari yang terdapat pada kepala putik tidak dapat membentuk buluh tepung sari
( Murniati ,2010 )
Alel ganda ( Multiple alelo murphi ) adalah beberapa alel lebih dari satu gen yang
menempati lokus sama pada kromosom homolognya. Dilihat dari pengaruh gen pada fenotif, alel
memiliki pengaruh yang saling berlawanan dalam pengekspresikan suatu sifat. Didalam suatu
lokus, terdapat sepasang atau lebih alel. Bila terdapat terpasang alel dalam suatu lokus, maka
disebut alel tunggal. Bila terdapat lebih dari satu pasang alel dalam satu lokus, maka disebut alel
ganda atau multiple alelomorphi ( Bintang Galai , 2012 )
Alel ganda terjadi karena timbulnya mutasi gen. tetapi gen yang bermutasi tidak selalu
menghasilkan varian yang sama. Umpanya, gen A bermutasi menjadi a 1 atau a 2 atau a 3, yang
masing masing menghasilkan fenotif yang berlainan. Dengan demikian mutasi gen A adapat
menghasilkan 4 maca, varian, sedangkan anggota alelnya bukan hanya 2 ( dua ), tetapi ada 4
( empat ) yaitu : A, a1,a2, dan a3. Alel yang anggotanya lebih dari dua disebut alel ganda ( Anang
Asep, 2011 ).
Pada multiple alelmorfhi, terjadi perbedaan sifat pengekspresikan suatu gen. dua gen
yang terjadi terdapat dalam lokus yang sama akan dapat memunculkan ekspresi yang berbeda ,
karena adanya interaksi antara kedua gen tersebut. Interaksi tersebut dapat berupa permulaan
sifat yang dominan pada satu gen ( menutupi sifat lain ), atau bercampurnya pemunculan sifat
gen yang ada sehingga memunculkan sifat kombinasi antara gen gen tersebut / seimbang
( Bintang, Galai, 2012 ).
Alel IA dan IB masing masing mengendalikan pembentukan antigen A dan antigen B,
sedangkan alel IO tidak membentuk antigen. Antigen atau aglutinogen adalah elikoprotein yang
terdapat pada memberan sel sel darah merah. Perbedaan antara antigen A dan antigen B hanya
pada residu gulanya yaitu masing masing asetil galaktosianin dan galaktosa. Penggumpalan sel

sel darah merah menerima sebagai reaksi terhadap antigen darah donor. Antigen yang terbentuk
dalam serum adalah antigen A pada golongan darah B, antigen B pada golongan darah A, dan
terbentuk keduanya pada golongan darah O atau tidak terbentuk antibody pada golongan darah
AB. Antigen menggumpal antigen A dan Antigen B.menggumpal antigen B , oleh karena itu
golongan darah AB disebut Resipien Universal dan golongan darah O disebut donor Universal .
hubungan antara alel IA dengan IB bersifat kodominan dan keduanya bersifat dominan terhadap
alel IO. Genotif pada system golongan darah ABO serta antigen antibodinya.
Golongan darah

Genotype

Antigen dalam sel darah Antibodi


merah

serum

dalam

IAIA / IAIO

Antigen A

Anti B

IBIB / IBIO

Antigen B

Anti A

AB

IAIB

Antigen A

Tidak ada

IOIO

Antigen B

Anti A, Anti B

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A . Percobaan I: Rambut di ruas jari tengah, jari tangan
Alel

Hasil

ganda

Pribadi

Kel I

Kel 2

Kel 3

Kel 4

Hasil Kelas
Jumla Presentase
h

H1
H2
H

2
3

2/22x 100 %

10

= 9,09 %
10/22 x100%
= 45,45 %

H4
H5

10

10/22x

100

% = 45,45 %

Dengan menggunakan sebuah loupe, tiap orang praktikum mengamati sisi atas dan jari
tangannya sendiri, perhatikan dengan seksama apakah pada segmen digitalis tengah dari jari
jari tangan tampak jelas tumbuh rambut. Sifat ini ditentukan oleh sebuah seri alel ganda.
H1 = Rambut terdapat pada semua jari. Ibu jari tidak jelas
H2 = Rambut pada jari kelingking , manis dan tengah
H3= Rambut pada jari manis dan tengah
H4 = rambut pada jari manis saja
H5 = Tiada rambut pada semua empat jari
Dominan dari alel alel adalah
H1H2H3H4H5.
B. Menetapkan Golongan Darah
Test Untuk

Hasil

Pribadi Kel

( diberi tanda X )
Golongan darah

1
1

Kel

Kel

Ke

Hasil Kelas

l4

Juml Presentase

ah
5

55/22x100 %
= 22,72 %

Golongan darah

7/22x100 % =
31,81 %

Golongan darah

AB

2/22x100 % =
9,09 %

Golongan darah
O

8/22 x 100 %
= 36,36 %

Rh positif
Rh negatif

Golongan darah ABO yang ditentukan oleh Landsteiner dalam tahun 1900 dan factor Rh
yang ditemukan oleh Landsteiner bersama Wiener dalam tahun 1942 juga ditentukan oleh alel

ganda. Untuk golongan darah tipe ABO misalnya dikenal alel ganda I A,IB, dan IO harus dipahami
pengertian tentang antigen zat inti ( anti bodi ) dan aglutinasi ( proses penggumpalan darah ).
Meskipun semua praktikum sebenarnya telah mengetahui golongan darah masing masing.
Namun dalam percobaan ini mereka belajar menetapkan sendiri golongan darahnya. Disediakan
3 macam anti serum, yaitu serum A, anti serum B, anti serum Rh ( D + ). Dengan bantuan
dibawah ini saudara akan mengetahui golongan darah saudara yaitu :

Bila diteteskan dengan


Serum anti A saja
Serum anti B saja
Anti A dan Anti B
Anti A dan Anti B
Anti Rh ( D )+

Aglutinasi
Ada
Ada
Ada
Tidak ada
Ada

Golongan darah
A
B
AB
O
Rh+

BAB I
1.2.

Pengantar

Sidik jari (bahasa Inggris: fingerprint) adalah hasil reproduksi tapak jari baik yang
sengaja diambil, dicapkan dengan tinta, maupun bekas yang ditinggalkan pada benda karena
pernah tersentuh kulit telapak tangan atau kaki. Kulit telapak adalah kulit pada bagian telapak
tangan mulai dari pangkal pergelangan sampai kesemua ujung jari, dan kulit bagian dari telapak
kaki mulai dari tumit sampai ke ujung jari yang mana pada daerah tersebut terdapat garis halus
menonjol yang keluar satu sama lain yang dipisahkan oleh celah atau alur yang membentuk
struktur tertentu.
Identifikasi sidik jari, dikenal dengan daktiloskopi adalah ilmu yang mempelajari sidik
jari untuk keperluan pengenalan kembali identitas orang dengan cara mengamati garis yang
terdapat pada guratan garis jari tangan dan telapak kaki. Daktiloskopi berasal dari bahasa
Yunani yaitu dactylos yang berarti jari jemari atau garis jari, dan scopeinyang artinya mengamati
atau

meneliti.

Kemudian

dari

pengertian

itu

timbul

istilah

dalam

bahasa

Inggris, dactyloscopy yang kita kenal menjadi ilmu sidik jari. Fleksibilitas dari gelombang pada
kulit berarti tidak ada dua sidik jari atau telapak tangan yang sama persis pada setiap detailnya.
Pengenalan sidik jari melibatkan seorang pakar, atau sebuah sistem pakar komputer, yang
menentukan apakah dua sidik jari berasal dari jari atau telapak yang sama.

1.2.

Tujuan

Mengenal beberapa sifat keturunan pada manusia yang ditemukan oleh pengaruh alel ganda
dan mencoba menetapkan genotif dirinya sendiri.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


A . Percobaan I: Rambut di ruas jari tengah, jari tangan
Alel

Hasil

ganda

Pribadi

Kel I

Kel 2

Kel 3

Kel 4

Hasil Kelas
Jumla Presentase
h

H1
H2
H

2/22x 100 %

10

= 9,09 %
10/22 x100%
= 45,45 %

H
H5

10

10/22x

100

% = 45,45 %
Dengan menggunakan sebuah loupe, tiap orang praktikum mengamati sisi atas dan jari
tangannya sendiri, perhatikan dengan seksama apakah pada segmen digitalis tengah dari jari
jari tangan tampak jelas tumbuh rambut. Sifat ini ditentukan oleh sebuah seri alel ganda.
H1 = Rambut terdapat pada semua jari. Ibu jari tidak jelas
H2 = Rambut pada jari kelingking , manis dan tengah
H3= Rambut pada jari manis dan tengah
H4 = rambut pada jari manis saja
H5 = Tiada rambut pada semua empat jari
Dominan dari alel alel adalah
H1H2H3H4H5.
B. Menetapkan Golongan Darah
Test Untuk

Hasil

Pribadi Kel

( diberi tanda X )

Kel

Kel

Ke

Hasil Kelas

l4

Juml Presentase
ah

Golongan darah

55/22x100 %
= 22,72 %

Golongan darah

7/22x100 % =
31,81 %

Golongan darah

AB

2/22x100 % =
9,09 %

Golongan darah

8/22 x 100 %
= 36,36 %

Rh positif
Rh negatif

Golongan darah ABO yang ditentukan oleh Landsteiner dalam tahun 1900 dan factor Rh
yang ditemukan oleh Landsteiner bersama Wiener dalam tahun 1942 juga ditentukan oleh alel
ganda. Untuk golongan darah tipe ABO misalnya dikenal alel ganda I A,IB, dan IO harus dipahami
pengertian tentang antigen zat inti ( anti bodi ) dan aglutinasi ( proses penggumpalan darah ).
Meskipun semua praktikum sebenarnya telah mengetahui golongan darah masing masing.
Namun dalam percobaan ini mereka belajar menetapkan sendiri golongan darahnya. Disediakan
3 macam anti serum, yaitu serum A, anti serum B, anti serum Rh ( D + ). Dengan bantuan
dibawah ini saudara akan mengetahui golongan darah saudara yaitu :
Bila diteteskan dengan
Serum anti A saja
Serum anti B saja
Anti A dan Anti B
Anti A dan Anti B
Anti Rh ( D )+

Aglutinasi
Ada
Ada
Ada
Tidak ada
Ada

Golongan darah
A
B
AB
O
Rh+

JIKA separuh dari sejumlah anak dalam suatu keluarga besar ternyata mempunyai
golongan darah B, seperempat AB dan Seperampat lagi A, maka kemungkinan genotif orang tua,
anak anakitu adalah
B, AB, A.
Kemungkinan genotif golongan darah B : IBIB, IBI0

Kemungkinan genotif golongan darah A : IAIA, IAI0


Genotif golongan darah AB : IAIB
Jadi genotif orang tuanya: IBI0 x IAIB
Anaknya: IAIB, IBIB, IAI0, IBI0
Fenotif orang tuanya : Golongan darah B dan AB
Hal ini berarti golongan darah orang tuanya heterozigot. Misalnya Golongan darah ayah
A heterozigot dan ibu B heterozigot.
IAI0 x IBI0
Maka anaknya: IAIB, IAI0, IBI0 , I0I0
25% anaknya bergolongan darah AB
25% anaknya bergolongan darah A
25% anaknya bergolongan darah B
25% anaknya bergolongan darah O
JIKA:
1. Ibu Rh-, anak pertama Rh+. Kemungkinan anak kedua:
a). ayah Rh- Rh-

ibu Rh+ Rh-

2x Rh+ Rh(50%)

, 2x Rh- Rh(50%)

Anak ke-2 Rh- = 50%


b).

50% sama dengan perhitungan bagian a

c).

Kemungkinan 50% akan menderita Eritroblastosi fetalis jika anak ke-2 nya itu

Rh+ lagi, sebab jika anak ke-2 Rh+ , si ibu yang ber Rh- akan menggumpalkan anak ke-2
sebagai bentuk antibodi si ibu.

Golongan darah sistem MN, serum atau plasma darah orang tidak mengandung zat anti M
maupun anti N, berhubungan dengan itu, golongan darah sistem MN tidak diperlukan untuk
keperluan transfusi darah, karena tidak ada bahaya penggumpalan plasma.
Agar tidak terjadi Inkompatibilitas dalam golongan darah ABO, kemungkinan yang lebih
menguntungkan adalah perempuan yang bergolongan darah A dengan laki-laki yang bergolongan
darah O karena zat anti dari serum darah ibu tidak bertemu dengan antigen dari eritrosit bayi
dalam kandungan.

BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan

praktikum yang telah dilakukan maka kita bias menyimpulkan bahwa

penentuan golongan darah merupakan suatu bentuk pembuktian bahwa dalam suatu kromosom
terdapat alel, dimana dialel alel tersebut saling berpasangan. Dan untuk mencari kemungkinan
kemungkinan yang terjadi pada golongan darah keterunan berikutnya, kita bias menghitungnya
dengan cara melakukan persilangan secara dihibrid. Dimana setiap golongan darah memiliki dua
alel. Namun dalam penentuan golongan darah ini, tidak berdasarkan dominan ataupun resesif
seperti persilangan dihibrid sebelumnya yang telah kita lakukan praktikum sebelumnya.
Selain itu dengan mengetahui karakteristik dari suatu golongan darah, kita bisa
mengetahui darah mana yang bisa digunakan untuk menjadi donor suatu darah resipien dan
darah mana yang tidak bisa menjadi donor.

BAB 1
1.2.

Pengantar

Salah satu aspek yang penting pada organisme hidup adalah kemampuannya untuk
melakukan reproduksi dan dengan demikian dapat melestarikan jenisnya. Pada organisme yang
berbiak

secara

seksual,

individu

baru

adalah

hasil

kombinasi

informasi

genetis

yangdisumbangkan oleh 2 gamet yang berbeda yang berasal dari kedua parentalnya.
Mendel adalah seorang yang genius dan telah berhasil dalam percobaan-percobaannya pada
bidang hibridasi. Mendel telah berhasil menyusun beberapa postulatnya, sebagai berikut:
a. Sifat materai herediter berupa benda atau partikel dan bukan berupa cairan atau homurai.
b. Sifat tersebut berpasangan.
c. Sifat yang tertutup dapat muncul kembali, artinya sifat yang resesif akan terlihat ekspresinya
dalam keadaan yang tertentu.
Mendel mempunyai suatu hukum yaitu hukum segregasi: sifat materai herediter (genetisnya)
alel yang bersegregasi satu & yang lainnya akan nampak dalam bentuk gamet. Dan hukum

Independerae

Assortment

segregasi

dari

sepasang

alel

tersebut

bebas

dalam

hal

penggabungannya kemudian kembali. Syarat-syarat hukum mendel yaitu Survival gamet sama,
Survival zygote sama & Survival embrio sama.

1.2.

Tujauan

1. Mengaetahui pola sulur jari tangan


2.Menguji perbandingan genetic pola sulur populasi mahasiswa dalam satu kelas ( dengan
menggunakan Chi-Square )

BAB II
TINJAUAN TEORI
Pola sidik jari selalu ada dalam setiap tangan dan bersifat permanen. Dalam artian, dari
bayi hingga dewasa pola itu tidak akan berubah sebagaimana garis tangan. Setiap jari pun
memiliki pola sidik jari berbeda. Ada empat pola dasar Dermatoglyphic tentang sidik jari yang
perlu diketahui, yakni Whorl atau Swirl, Arch, Loop, dan Triradius. Selain itu hanyalah variasi
dari kombinasi keempat pola ini.
Setiap orang mungkin saja memiliki Whorl, Arch, atau Loop di setiap ujung jari (sidik
jari) yang berbeda, mungkin sebuah Triradius pada gunung dari Luna dan di bawah setiap jari,
dan kebanyakan orang ada juga yang mempunyai dua Whorl atau Loop di tangan lainnya. Polapola dapat juga ditemukan pada ruas kedua dan ketiga di setiap jari.
1. Whorl Whorl bisa berbentuk sebuah Spiral, Bulls-eye, atau Double Loop. Whorl adalah
titik-titik menonjol dan kontras, dan bisa dilihat dengan mudah. Cetakan Spiral dan Bulls-eye
adalah persis sebangun dalam interpretasinya, namun yang kedua memberikan sedikit lebih
banyak fokus.

2. Arch Pola ini bisa terlihat sebagai sebuah Flat Arch, atau Tented Arch. Perhatikan setiap
pola Arch menaik sangat tinggi.
3. Loop Loop dapat menaik ke arah ujung jari, atau menjatuh ke arah pergelangan tangan.
Common Loop bergerak ke arah ibu jari, sementara Radial Loop (Loop terbalik) bergerak
mengarahkan ujung pemukulnya ke sisi lengan.
a. Loop Umum (Common Loop) Tipe paling umum dari sidik jari adalah Common Loop.
Cetakan ini mengungkap kemampuan untuk menggunakan berbagai ide dari berbagai sumber
ide, dan mencampurnya dengan gaya yang unik.
b. Loop Memusat (Radial Loop) Sebuah cetakan menukik yang memasuki dan berangkat
dari sisi ibu jari tangan disebut Radial Loop (kadang-kadang disebut Reverse Loop, atau Inventor
Loop). Jika Common Loop menunjukkan campuran gaya-gaya lain, Radial Loop
mengungkapkan kemampuan untuk menciptakan sebuah gaya atau sistem yang sama sekali baru.
c. Double Loop Double Loop kebanyakan disalahpahami oleh hampir semua penandaan
Dermatoglyphic. Pada umumnya, menginterpretasikan Double Loop sama seperti dengan Whorl.
4. Triradius Triradius (juga disebut Delta) dapat digunakan untuk menunjuk dengan
tepat pusat dari setiap gunung. Gunung-gunung itu kemudian bisa dilihat sebagai terpusat,
kecenderungan, atau berpindah.
Frekuensi dari berbagai pola sidik jari sangat bervariasi dari satu jari dengan jari lainnya.
Kira-kira 15% dari bentuk sidik jari pada ujung jari adalah tipe lengkung. Bentuk sosol kira-kira
65-70% dan kira-kira 25-30% adalah tipe lingkaran.. Untuk mendapatkan jumlah perhitungan
rigi maka rigi dari semua jari-jari dijumlahkan. Pada perempuan rata-rata jumlah rigi adalah
127., sedangkan pada laki-laki 144.
Perhitungan banyak nya rigi dilakukan mulai dari triradius sampai ke pusat dari pola sidik
jari. Klasifikasi dari bentuk sidik jari tersebut dimuka didasarkan atas banyaknya triradius, yaitu
titik-titik dari mana rigi-rigi menuju ke tiga arah dengan sudut kira-kira . Bentuk sidik jari yang
paling sederhana ialah lengkung, yang tidak mempunyai triradius, sehingga tidak dapat
dilakukan perhitungan rigi. Dua buah triradius terdapat pada bentuk lingkaran, sedangkan bentuk

sosok memiliki sebuah triradius. Jika bagian yang terbuka dari bentuk sosok menuju kea rah
ujung jari, maka bentuk sosok dinamakan sosok radial. Tetapi jika bagian yang terbuka itu
menuju ke pngakal jari, maka bentuk sosok disebut sosok ulnar.

BAB III
HASIL DAN PPEMBAHASAN
Tabel I: Hasil Pengamatan
Tabel II : Jari Tangan pada kelompok IV

No Nama
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Fitri
Remli
Nila
Dwi
Ivan
Natali
Jumlah

Jumlah tiap jenis pola sulur jari


Arch
Loop
Whorl
9
1
10
9
1
10
10
10
58
2

Jumlah
10
10
10
10
10
10
50

Ket

Table III : Perhitungan Chi Square


O = observasi
e = Expectid value (nilai harapan)
karena dikatakan pola penyebaran didunia adalah Arch 5%, Loop 70% dan Whorl 25%, sehingga
untuk nilai harapannya kita pakai berdasarkan pola penyebaran tersebut.
5
x 60
=3
100
70
x 60
= 42
100
25
x 60
= 15
100
d = deviation (penyimpangan)

O
E
d= O-e
X2 = d2 /e

Arch
0
3
-3
(-3)2/3 =

Loop
54
42
12
(12)2/42 =

Whorl
6
15
-9
(-9)2/15 =

3,428

5,4

RUMUS KEMUNGKINAN ( )
Keterangan:
Jumlah
Penyimpangan deviasi
Espected. Angka harapan
Obseved, angka yang diperoleh

Jumlah
60
60
X2= 11,828

db= Derajat kebebasan


k= Jumlah kelas, jenis sidik jari

Tabel X2
Derajat

Kemungkinan

kebebasa

0.99

0.90

0.70

0.50

0.30

0.10

0.05

0.01

0.001

0.0002

0.016

0.15

0.46

1.07

2.71

3.84

6.64

10.83

0.02

0.21

0.71

1.39

2.41

4.61

5.99

9.21

13.82

0.12

0.58

1.42

2.37

3.67

6.25

7.82

11.35

16.27

0.30

1.06

2.20

3.36

4.88

7.78

9.49

13.28

18.47

0.55

1.61

3.00

4.35

6.06

9.24

11.07

15.09

20.52

0.87

2.20

3.83

5.35

7.23

10.65

12.59

16.81

22.46

1.24

2.83

4.67

6.36

8.38

12.02

14.07

18.48

24.32

1.65

3.49

5.53

7.31

9.59

13.36

15.51

20.09

26.73

2.09

4.17

6.39

8.34

10.05

14.68

16.92

21.67

27.88

2.56

4.37

7.27

9.34

11.78

15.99

18.31

23.21

29.59

3
4

7
8
9
10

Pembahasan
Bentuk sidik jari terdiri atas tiga yaitu sidik jari yaitu busur (arch), sangkutan (loop), dan
lingkaran (whorl). Bentuk pokok tersebut terbagi lagi menjadi beberapa sub-group, yaitu bentuk
busur terbagi menjadi plain arch dan tented arch, bentuk sangkutan terbagi menjadi ulnar loop

dan radial loop, sedangkan bentuk lingkaran terbagi menja di plain whorl, central pocket loop
whorl, double loop whorl, dan accidental whorl. Perbedaan utama dari ketiga bentuk pokok
tersebut terletak pada keberadaan core dan delta pada lukisan sidik jarinya. (Amara,2012)
Loop (sangkutan) adalah bentuk sidik jari dimana satu garis atau lebih datang dari satu sisi
lukisan, melereng, menyentuh atau melintasi suatu garis bayangan yang ditarik antara delta dan
core, berhenti atau cenderung berhenti ke arah sisi semula.
Arch (busur) merupakan bentuk sidik jari yang semua garis-garisnya datang dari satu sisi
lukisan, mengalir atau cenderung mengalir ke sisi yang lain dari lukisan itu, dengan
bergelombang naik di tengah-tengah. (Amara, 2012).
Whorl (lingkaran) adalah bentuk sidi jari, mempunyai dua delta dan sedikitnya satu garis
melingkar di dalam pattern area, berjalan di depan kedua delta. Jenis whorl terdiri dari Plain
whorl, Central pocket loop whorl, Double loop whorl, dan Accidental whorl.

Arch

Loop

Whorl

Gambar 1: Tipe Sidik Jari Manusia (Amara,2012)


Tiga dalil atau aksioma yang melandasi daktiloskopi, yaitu, sidik jari setiap orang tidak
sama, sidik jari manusia tidak berubah selama hidup, sidik jari dapat dirumuskan dan
diklasifikasikan secara matematis.
Hasil yang diperoleh dari pengamatan terhadap variasi individu pada masing-masing
manusia berbeda,hal ini terlihat bahwa pengamatan pola sidik jari Elisa, Mira , dan Novelina

dimana masing-masing terdapat pola sidik jari yang sama dalam 1 tangan Kanan dengan tipe
Loop.
Pola sulur dari kesepuluh jari tangan saya tidak sama terdapat pola yang berbeda yaitu
sembilan bertipe Loop dan satu bertipe whorl. Untuk tipe perbandingan tangan kanan
terdapat Lima tipe sulur Loop, sedangkan untuk tangan kiri tipe sulur terdiri dari empat
berbentuk loop dan satu berbentuk whorl.
Hasil praktikum yang diperoleh untuk pola sulur terbanyak di kelas yaitu pola loop.
Frekuensi masing-masing pada pola sidik jari di kelas A2 yaitu:
Pola Arch:

7
=
0,14 = 14 %
50

Pola Loop:

35
=0,7
50

Pola Whorl:

= 70 %

8
=0,16=
50

16 %

Terjadi penyimpangan yang signifikan, hal ini disebabkan karena ketidak telitian
mahasiswa dalam menentukan pola sulur. Dan meskipun mahasiswa sudah melakukannya
dengan benar, penyimpangan tersebut terjadi karena berbedanya tipe-tipe pola pada masingmasing individu

BAB IV
KESIMPULAN
Pola sulur pada suatu individu dapat berbeda beda di setiap jari masing masing. Tapi
pada umumnya pada kesepuluh jari-jari tersebut memiliki pola sulur yang sama. Dan pada
umumnya pola sulur yang dimiliki adalah pola sulur whorl.

Whorl (lingkaran)

adalah bentuk sidi jari, mempunyai dua delta dan sedikitnya satu garis melingkar di dalam
pattern area, berjalan di depan kedua delta. Jenis whorl terdiri dari Plain whorl, Central pocket
loop whorl, Double loop whorl, dan Accidental whorl.

BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu aspek yang penting pada organisme hidup adalah kemampuannya untuk
melakukan reproduksi dan dengan demikian dapat melestarikan jenisnya. Pada organisme yang
berbiak

secara

seksual,

individu

baru

adalah

hasil

kombinasi

informasi

genetis

yangdisumbangkan oleh 2 gamet yang berbeda yang berasal dari kedua parentalnya.
Mendel adalah seorang yang genius dan telah berhasil dalam percobaan-percobaannya
pada bidang hibridasi. Mendel telah berhasil menyusun beberapa postulatnya, sebagai berikut:
a. Sifat materai herediter berupa benda atau partikel dan bukan berupa cairan atau homurai.
b. Sifat tersebut berpasangan.
c. Sifat yang tertutup dapat muncul kembali, artinya sifat yang resesif akan terlihat ekspresinya
dalam keadaan yang tertentu.
Mendel mempunyai suatu hukum yaitu hukum segregasi: sifat materai herediter
(genetisnya) alel yang bersegregasi satu & yang lainnya akan nampak dalam bentuk gamet. Dan
hukum Independerae Assortment segregasi dari sepasang alel tersebut bebas dalam hal
penggabungannya kemudian kembali. Syarat-syarat hukum mendel yaitu Survival gamet sama,
Survival zygote sama & Survival embrio sama.

B.Tujuan :
1. Membuktikan adanya prinsip segregasi dan berpasangan secara Bebas
2. Membuktikan perbandingan Mendel 1 : 2 : 1 (ratio genotip) dan 3 : 1 (ratio fenotip)

BAB II
TINAJUAN TEORI
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada
organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya 'Percobaan mengenai
Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian:
1. Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama
Mendel, dan
2. Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga dikenal
sebagai Hukum Kedua Mendel.
Dari hipotesis tersebut, Mendel membuat suatu kesimpulan yang disebut Hukum I
Mendel dan Hukum II Mendel. Kedua hukum Mendel tersebut merupakan prinsip dasar dari
genetika
Hukum I Mendel (Hukum segregasi atau hukum pemisahan alel-alel dari suatu gen yang
berpasangan).Pada pembentukkan sel kelamin (gamet), pasangan-pasangan alel memisah secara
bebas. Hukum ini berlaku untuk persilangan dengan satu sifat beda (monohibrid). Secara garis
besar, hukum ini mencakup tiga pokok:
1. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter turunannya.
Ini adalah konsep mengenai dua macam alel; alel resisif (tidak selalu nampak dari luar,

dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya w dalam gambar di sebelah), dan alel dominan
(nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf besar, misalnya R).
2. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan (misalnya ww dalam
gambar di sebelah) dan satu dari tetua betina (misalnya RR dalam gambar di sebelah).
3. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda (Sb dan sB pada gambar 2), alel
dominan (S atau B) akan selalu terekspresikan (nampak secara visual dari luar). Alel
resesif (s atau b) yang tidak selalu terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang
dibentuk pada turunannya.
Hukum II Mendel (Hukum pengelompokkan gen secara bebas atau asortasi), menyatakan
bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang
sifat secara bebas, tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain. Dengan kata lain, alel dengan
gen sifat yang berbeda tidak saling memengaruhi. Hal ini menjelaskan bahwa gen yang
menentukan e.g. tinggi tanaman dengan warna bunga suatu tanaman, tidak saling memengaruhi.

Persilangan monohybrida
Dalam hukum mendel I yang dikenal dengan The Law of Segretation of Allelic Genes atau
Hukum Pemisahan Gen yang Sealel dinyatakan bahwa dalam pembentukan gamet, pasangan alel
akan memisah secara bebas. Peristiwa pemisahan ini terlihat ketika pembetukan gamet individu
yang memiliki genotif heterozigot, sehingga tiap gamet mengandung salah satu alel tersebut.
Dalam ini disebut juga hukum segregasi yang berdasarkan percobaan persilangan dua individu
yang mempunyai satu karakter yang berbeda. Berdasarkan hal ini, persilangan dengan satu sifat
beda akan menghasilkan perbandingan fenotif 12, yaitu ekspresi gen dominan : resesif = 3 : 1.
Namun kadang-kadang individu hasil perkawinan tidak didominasi oleh salah satu induknya.
Dengan kata lain, sifat dominasi tidak muncul secara penuh. Peristiwa ini menunjukkan adanya
sifat intermedier.
Dalam membicarakan satu sifat tertentu, kita hanya menggambarkan pasangan kromosom
dengan yang bersangkutan saja, tetapi bukan berarti bahwa kromosom-kromosom dan gen-gen

yang lain tidak ada dalam sel itu. Ada sifat yang disebut dominan, yaitu apabila kehadiran gen
yang mengawasi sifat ini menutupi ekspresi gen yang lainnya yaitu resesif, sehingga sifat yang
terakhir ini tidak tampak.
Dalam percobaannya Mendel menggunakan tanaman ercis untuk melihat adanya
perbedaan dalam ukuran pohon, misalnya adanya variasi tinggi yang 0,45 meter sampai 1 meter.
Sifat-sifat tersebut memperlihatkan perbedaan yang kontras sehingga memudahkan untuk
mengamati.
Pada waktu mendel mengadakan persilangan antara kedua varietas tersebut dimana yang
satu tinggi dan yang lain pendek, maka Mendel mendapat hasil berikut: Persilangan antara jantan
dan betina pada ercis bersegresi sehingga ratio fenotifnya adalah tinggi, sedangkan keturunan F2
akan memisah dengan perbandingan fenotif yaitu tinggi : pendek = 3 : 1. Sedangakn ratio
genotifnya adalah TT : Tt : t = 1 : 2 : 1., yaitu satu tumbuhan ercis homozigot, dan dua tumbuhan
ercis heterozigot dan satu tumbuhan ercis pendek

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar Sel Allium sp. dengan mikroskop cahaya perbesaran 10x10

Fase-fase yang terjadi dari hasil pengamatan anda dan fase mitosis mana yang paling
banyak ditemukan adalah tidak dapat melihat fase pembelahan yang terjadi pada akar bawang
dikarenakan mikroskop yang kami gunakan memiliki keterbatasan dari segi Perbesaran lensa,
pengamatan mikroskop yang kami lakukan hanya sampai pada perbesaran 10x10, sementara
menurut prosedur kerja praktikum harus menggunakan mikroskop perbesaran 1000x. Selain itu,
faktor lainnya juga disebabkan oleh karena kami tidak menggunakan pewarna, tidak melakukan
perendaman selama 6 jam dan juga tidak adanya proses pengovenan. Hal ini lah yang mungkin
mengakibatkan kromosom tidak jelas terlihat.
Kedudukan kromosom akar bawang pada fase metafase ditandai dengan kromosom yang
berada di bidang tengah sel. Fiksasi dengan asam asetat glacial 45% dalam kulkas 5 0C selama 15
menit dilakukan untuk mematikan jaringan tanpa menyebabkan terjadinya perubahan pada
komponen sel (Gunarso ,1988). Asam asetat glasial mempunyai efektifitas yang baik
terhadap jariangan Allium sp. HCl digunakan untuk proses hidrolisis yaitu untuk
melunakkan dinding sel agar mudah dilakukan squash sehingga saat diberi pewarna, sehingga
pewarnanya dapat diserap oleh benang- benang kromatin. Selain itu, hidrolisis dilakukan untuk
mendapatkan sel-sel yang menyebar dalam pengamatan kromosom. Penyebaran sel merupakan
akibat dari lamela tengah yang larut pada jaringan meristem yang belum kuat . Untuk
menumbuhkan akar bawang yang kemudian akar bawang ini yang akan dijadikan bahan
pengamatan kromosom.
pewarna.

Pada saat melakukan pengamatan ini, kami tidak menggunakan

BAB IV
KESIMPULAN
Pada praktikum dalam pengamatan kromosom ini menggunakan bahan bawang. Hal ini
dikarenakan kromosom pada bawang terlihat besar besar, sehingga dapat lebih mudah diamati.
Namun dalam praktikum kali ini tidak ada satu kelompok pun yang dapat menemukan
kromososm. Hal ini dikarenakan terjadi kesalahan teknik, yaitu pada lensa mikroskop okuler
yang perbesaran besar tidak dapat digunakan, karena terdapat jamur.
Meskipun kromosom pada bawang besar-besar, tetap saja kromosom itu merupakan
benda yang sangat kecil. Sehingga perbesaran yang digunakan haruslah perbesaran yang besar.

Vous aimerez peut-être aussi