Vous êtes sur la page 1sur 26

BAB I

PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Mikromeritik merupakan ilmu yang mempelajari tentang ilmu dan
teknologi partikel kecil. Pengetahuan dan pengendalian ukuran, serta kisaran
ukuran partikel sangat penting dalam bidang farmasi.
Dalam bidang farmasi, zat-zat yang digunakan sebagai bahan obat
kebanyakan berukuran kecil dan jarang yang berada dalam keadaan optimum.
Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting dalam bidang
farmasi sebab merupakan penentu bagi sifat-sifat, baik sifat fisika, kimia dan
farmakologik dari bahan obat tersebut.
Secara klinik, ukuran partikel suatu obat dapat mempengaruhi
penglepasannya dari bentuk-bentuk sediaan yang diberikan secara oral,
parenteral, rectal, dan tropical. Formulasi yang berhasil dari suspensi, emulsi
dan tablet, dari segi kestabilan fisik, dan respon farmakologis, juga bergantung
pada ukuran partikel yang dicapai dari produk itu. Dalam bidang pembuatan
tablet dan kapsul, pengendalian ukuran partikel sangat penting sekali dalam
mencapai sifat aliran yang diperlukan dan pencampuran yang benar dari granul
dan serbuk.
Aplikasinya dalam bidang farmasi yaitu: sangat perlu untuk diketahui
karena sangat berpengaruh dalam bahan pembuatan obat. Dimana digunakan
untuk pengukuran partikel bahan obat. Jika partikel penyusun obat kecil, maka
semakin mudah diabsorbsi di dalam tubuh.
Pada percobaan ini, akan ditentukan diameter partikel dari asam
benzoat dengan menggunakan metode ayakan, metode ini merupakan metode
yang paling sederhana, tetapi relatif lama dari penentuan ukuran partikel.

MIRA ARIANA
150 2012 0391

JAFIS ADHA RIDHA M.

II. Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk melakukan pengukuran partikel
dengan metode pengayakan (shieving).

MIRA ARIANA
150 2012 0391

JAFIS ADHA RIDHA M.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Dasar Teori
Ilmu dan teknologi partikel kecil diberi nama oleh mikromeritik oleh
Dalle Valle. Dispersi koloid diartikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk
dilihat dengan mikroskop biasa, sedang partikel emulsi dan suspensi dari
farmasi serta serbuk halus berada dalam jangkauan mikroskopik optik. Partikel
yang mempunyai ukuran serbuk lebih kasar, granul tablet, dan garam granular
berada dalam kisaran ayakan (Martin, 1990).
Mikromeritik adalah ilmu yang mempelajari tentang partikel-partikel
kecil dispersi kolodial mempunyai sifat karakteristik yang partikel-partikelnya
tidak dapat dilihat di bawah mikroskop biasa. Sedangkan partikel-partikel dari
emulsi dan suspensi farmasi serta serbuk halus ukurannya berada dalam jarak
penglihatan mikroskop. Partikel-partikel yang ukurannya berada dalam jarak
penglihatan mikroskop. Partikel-partikel yang ukurannya besar serbuk kasar,
granulat tablet, atau granula garam ukurannya berada dalam jarak pengayakan
(Moechtar, 1990).
Dalam suatu kumpulan partikel lebih dari satu jenis ukuran (yakni
dalam suatu sampel polidispers), dua sifat penting yaitu: (1) bentuk dan luas
permukaan partikel, dan (2) kisaran ukuran dan banyaknya atau berat partikelpartikel yang ada dan, karenanya, luas permukaan total (Martin, 1990).
Untuk memulai setiap analisis ukuran partikel harus diambil dari
umumnya jumlah bahan besar (ditandai dengan junlah dasar) suatu contoh
yang representatif. Karenanya suatu pemisahan bahan awal dihindari oleh
karena dari suatu pemisahan, contoh yang diambil berupa bahan halus atau
bahan kasar. Untuk pembagian contoh pada jumlah awal dari 10-1000 g
MIRA ARIANA
150 2012 0391

JAFIS ADHA RIDHA M.

digunakan apa yang disebut Pembagi Contoh piring berputar. Pada jumlah
dasar yang amat besar harus ditarik beberapa contoh dimana tempat
pengambilan contoh sebaiknya dipilih menurut program acak (Voigt, 1994).
Setiap kumpulan partikel biasanya disebut polidispersi. Karenanya
perlu untuk mengetahui tidak hanya ukuran dari suatu partikel tertentu, tapi
juga berapa banyak partikel-partikel dengan ukuran yang sama ada dalam
sampel. Jadi kita perlu sutau perkiraan kisaran ukuran tertentu yang ada dan
banyaknya atau berat fraksi dari tiap-tiap ukuran partikel, dari sini kita bisa
menghitung ukuran partikel rata-rata untuk sampel tersebut (Martin, 1990).
Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting dalam
farmasi, sebab ukuran partikel mempunyai peranan besar dalam pembuatan
sediaan obat dan juga terhadap efek fisiologisnya (Moechtar, 1990).
Pentingnya mempelajari mikromiretik, yaitu: (Parrot, 1970).
1. Menghitung luas permukaan
2. Sifat kimia dan fisika dalam formulasi obat
3. Secara teknis mempelajari pelepasan obat yang diberikan secara per oral,
suntikan dan topikal
4. Pembuatan obat bentuk emulsi, suspensi dan duspensi
5. Stabilitas obat (tergantung dari ukuran partikel).
Metode paling sederhana dalam penentuan nilai ukuran partikel adalah
menggunakan pengayak standar. Pengayak terbuta dari kawat dengan ukuran
lubang tertentu. Istilah ini (mesh) digunakan untuk menyatakan jumlah
lubang tiap inchi linear (Parrot, 1970).
Ukuran dari suatu bulatan dengan segera dinyatakan dengan garis
tengahnya. Tetapi, begitu derajat ketidaksimestrisan dari partikel naik,
bertambah sulit pula menyatakan ukuran dalam garis tengah yang berarti.
Dalam keadaan seperti ini, tidak ada garis tengah yang unik. Makanya harus
dicari jalan untuk menggunakan suatu garis tengah bulatan yang ekuivalen,
yang menghubungkan ukuran partikel dan garis tengah bulatan yang
MIRA ARIANA
150 2012 0391

JAFIS ADHA RIDHA M.

mempunyai luas permukaan, volume, dan garis tengah yang sama. Jadi, garis
tengah permukaan ds, adalah garis tengah suatu bulatan yang mempunyai luas
permukaan yang sama seperti partikel yang diperiksa (Martin, 1990).
Dalam beberapa hal digunakan juga istilah umum untuk menyatakan
derajat halus serbuk yang disesuaikan dengan nomor pengayak sebagai
berikut: (Anief, 1987).
1. serbuk sangat kasar adalah serbuk 5/8
2. serbuk kasar adalah serbuk 10/40
3. serbuk agak kasar adalah serbuk 22/60
4. serbuk halus adalah serbuk 85
5. serbuk sangat halus adalah serbuk 120
6. serbuk sangat halus sekali adalah serbuk 200/300
Kekuatan kompresif atau kekuatan pemecahan (crushing strength) dari
granul telah didapatkan dengan penempatan granul individual diantara
lempengan-lempengan dan memecahkannya dengan menggunakan suatu
beban kompresif. Pada banyak formulasi terdapat suatu rentangan optimum
dari rata-rata kekuatan pemecahan granul untuk ukuran granul tertentu
(Lachman, 1989).
Metode-metode yang digunakan untuk menentukan ukuran partikel:
(Martin, 1990).

Metode Mikroskopi
Dalam metode mikroskopi diameter rata-rata dari suatu emulsi
diperoleh dengan mengukur partikel secara acak dan memberikan batas
secara ditentukan karena partikel ini terletak secara acak diukur dengan
frekuensi diukur searah. Oleh karena itu dapat dianggap untuk

MIRA ARIANA
150 2012 0391

JAFIS ADHA RIDHA M.

memberikan data statistik dengan pengamatan secara forestik dengan


mikroskop (Martin, 1990).
Bila partikelnya lebih kecil yaitu partikel dengan ukuran Angstrom.
Dari 10 1000 Angstrom (1 Angstrom = 0,001 mikrometer), mikroskop
ini mempunyai jelajah ukur dari 12 mikrometer sampai kurang lebih 100
mikrometer (Parrot, 1970).
Menurut metode mikroskopis, suatu emulsi atau suspensi, diencerkan
atau tidak diencerkan, dinaikkan pada suatu slide dan ditempatkan pada
pentas mekanik. Di bawah mikroskop tersebut, pada tempat di mana
partikel terlihat, diletakkan mikrometer untuk memperlihatkan ukuran
partikel tersebut. Pemandangan dalam mikroskop dapat diproyeksikan ke
sebuah layar di mana partikel-partikel tersebut lebih mudah diukur, atau
pemotretan bisa dilakukan dari slide yang sudah disiapkan dan
diproyeksikan ke layar untuk diukur (Martin, 1990).
Kerugian dari metode ini adalah bahwa garis tengah yang diperoleh
hanya dari dua dimensi dari partikel tersebut, yaitu dimensi panjang dan
lebar. Tidak ada perkiraan yang bisa diperoleh untuk mengetahui ketebalan
dari partikel dengan memakai metode ini. Tambahan lagi, jumlah partikel
yang harus dihitung (sekitar 300-500) agar mendapatkan suatu perkiraan
yang baik dari distribusi , menjadikan metode tersebut memakan waktu
dan jelimet. Namun demikian pengujian mikroskopis dari suatu sampel
harus selalu dilaksanakan, bahkan jika digunakan metode analisis ukuran
partikel lainnya, karena adanya gumpalan dan partikel-partikel lebih dari
satu komponen seringkali bisa dideteksi dengan metode ini (Martin, 1990).
Metode mikroskopi digunakan untuk partikel yang berukuran antara
0,5-100

. Metode ini digunakan untuk sediaan suspensi dan emulsi

(Parrot, 1970).

Metode Ayakan

MIRA ARIANA
150 2012 0391

JAFIS ADHA RIDHA M.

Metode ayakan adalah metode sederhana untuk mengukur ukuran


rata-rata dari partikel dengan ayakan standar (partikel-partikel kasar).
Ayakan terbuat dari kawat/lubang kawat yang diketahui ukurannya (Parrot,
1970).
Metode ini adalah metode yang paling sederhana dilakukan. Ayakan
dibuat dari kawat dengan lubang diketahui ukurannya. Istilah mesh
adalah nomor yang menyatakan jumlah luabang tiap inci. Ayakan standar
adalah ayakan yang telah dikalibrasi dan yang paling umum adalah ayakan
menurut standar Amerika (Parrot, 1970).
Diameter partikel yang melewati pengayak mesh 40 dan ditahan pada
pengayak mesh 60 (digunakan 40/60) dapat didefinisikan dalam pengayak
yang lebih besar. Misal 0,42 mm, beberapa partikel dapat dijelaskan
sebagai pengertian aritmatika dan lubang dua pengayak, misalnya
(0,42+0,25)/2 atau 0,335 mm. Ukuran partikel dapat juga dijelaskan
sebagai rata-rata geometrik dari dua lubang mesh (0,42-0,25)/2 atau 0,324
mm (Parrot,1970).
Biasanya pengayakan memiliki lubang berkotak-kotak. Dengan
sebuah lubang berkotak dengan sisi l,kristal halus dapat melewatinya jika
dimensinya tidak melewati 2. Ukuran rata- rata dari partikell melewati
suatu ayakan dan tertahan oleh ayakan lain hanya dapat di perkirakan dari
ukuran lubang, karena pembagian ukuran tergantung dari ukuran partikel
dan bagaimana partikel melewati lubang (Parrot, 1970).
Pengayak standar adalah pengayak yang disesuaikan. Jadi pengayak
mungkin digunakan untuk ukuran tertentu. Meskipun ada beberapa seri
pengayak, umumnya banyak digunakan dalam farmasi adalah pengayak
seri U.S (Parrot,1970).
Dalam penentuan ukuran partikel dengan pengayak, sekumpulan
pengayak dengan yang terkasar paling atas ditempatkan pada shaker dan
sampel bubuk dimasukkan pada pengayak bagian atas, bahan-bahan
MIRA ARIANA
150 2012 0391

JAFIS ADHA RIDHA M.

diklasifikasi saat melewati satu pengayak dan tertahan pada batasan


pengayak yang lebih halus. Diameter partikel dipertimbangkan sebagai
ukuran dari lubang dalam pengayak yang lebih besar atau lebih halus, atau
ukuran pada aritmetika atau geometrik yang berarti pada lubang pada dua
pengayak. Ukuran manapun yang dipilih, seharusnya diterapkan dan
digunakan selama pembelajaran. Batas yang digunakan pengayak dalam
pengukuran ukuran partikel adalah 44 (Parrot,1970).
Menurut metode U.S.P. untuk menguji kehalusan serbuk suatu massa
sampel tertentu ditaruh suatu ayakan yang cocok dan digoyangkan secara
mekanik. Serbuk tersebut digoyang-goyangkan selama waktu tertentu, dan
bahan yang melalui satu ayakan ditahan oleh ayakan berikutnya yang lebih
halus serta dikumpulkan, kemudian ditimbang (Martin, 1990).
Suatu metode yang paling sederhana, tetapi relatif lama dari
penentuan ukuran partikel adalah metode analisis ayakan. Di sini
penentunya adalah pengukuran geometrik partikel. Sampel diayak melalui
sebuah susunan menurut meningginya lebarnya jala ayakan penguji yang
disusun ke atas. Bahan yang akan diayak dibawa pada ayakan teratas
dengan lebar jala paling besar. Partikel, yang ukurannya lebih kecil
daripada lebar jala yang dijumpai, berjatuhan melewatinya. Mereka
membentuk bahan halus (lolos). Partikel yang tinggal kembali pada
ayakan, membentuk bahan kasar. Setelah suatu waktu ayakan tertentu
(pada penimbangan 40-150 g setelah kira-kira 9 menit) ditentukan melalui
penimbangan, persentase mana dari jumlah yang telah ditimbang ditahan
kembali pada setiap ayakan (Parrot, 1970).
Cara ini untuk mengukur ukuran partikel secara kasar. Bahan yang
akan diukur partikelnya ditaruh di atas ayakan dengan nomor mesh yang
lebih tinggi. Perlu diingat bahwa ayakan dengan nomor mesh rendah
mempunyai ukuran lubang relatif besar dibandingkan dengan ayakan
dengan nomor mesh tinggi (Parrot, 1970).

MIRA ARIANA
150 2012 0391

JAFIS ADHA RIDHA M.

Metode Sedimentasi
Ukuran partikel ukuran sampai kecil seperti pula Hukum Stoke:
semua yang akan diukur didispensikan dalam cairan dimana bahan
tersebut tidak larut dalam sampel, kemudian sampel diuapkan dan
residunya ditimbang tiap sampel untuk partikel kecil (Parrot, 1970).
Untuk partikel ukuran di bawah pengayak, seperti yang sering
diperhitungkan dalam farmasi, metode sedimentasi didasarkan pada
persamaan stokes. Serbuk yang dihitung ditahan dalam zat cair yang mana
bahan tersebut tidak dapat larut. Suspensi diletakkan di dalam sebuah pipet
yang mana sampel dapat tenggelam dari kedalaman tertentu pada waktu
yang beragam. Sampel ini diuapkan dan sisanya ditimbang (Parrot,1970).
Beberapa metode berdasarkan sedimentasi digunakan. Beberapa
diantaranya yang penting adalah: metode pipet, metode timbangan, dan
metode hidrometer (Martin, 1990).
Cara ini pada prinsipnya menggunakan rumus sedimentasi Stocks.
Metode yang digunakan dalam penentuan partikel cara sedimentasi ini
adalah metode pipet, metode hidrometer dan metode malance (Parrot,
1970).
Ukuran partikel dari ukuran saringan seperti salah satunya seringkali
disangkutkan dalam bidang farmasi. Metode sedimentasi di dasarklan pada
hukum Stoke, serbuk yang akan diukur disuspensikan dalam cairan,
dimana serbuk tidak dapat larut. Suspensi ini ditempatkan pada sebuah
pipet yang bervariasi. Sampel ini diuapkan untuk dikeringkan dan
residunya ditimbang. Setiap sampel ditarik

yang mempunyai ukuran

partikel; yang lebih kecil dari yang dihubungkan dengan kecepatan.


Pengendapan karena semua partikel dengan ukuran yang lebih panjang
akan jatuh ke level bawah dari ujung pipet (Parrot, 1970).
Untuk menggunakan hukum Stokes, suatu syarat selanjutnya adalah
bahwa aliran dari medium dispersi sekitar partikel ketika partikel
MIRA ARIANA
150 2012 0391

JAFIS ADHA RIDHA M.

mengendap adalah laminar atau streamline. Dengan kata lain laju


sedimentasi dari suatu partikel tidak boleh sedemikian cepat sehingga
terjadi turbnulensi, karena ini sebaliknya akan mempengaruhi sedimentasi
dari partikel (Martin, 1990).
Partikel dari serbuk obat mungkin berbentuk sangat kasar dengan
ukuran kurang lebih 10.000 mikron atau 10 milimikron atau mungkin juga
sangat halus mencapai ukuran koloidal, 1 mikron atau lebih kecil. Agar
ukuran partikel serbuk ini mempunyai standar, maka USP menggunakan
suatu batasan dengan istilah very coarse, coarse, moderately coarse, fine
and very fine, yang dihubungkan dengan bagian serbuk yang mempu
melalui lubang-lubang ayakan yang telah distandarisasi yang berbeda-beda
ukurannya, pada suatu periode waktu tertentu ketika diadakan pengadukan
dan biasanya pada alat pengaduk ayakan secara mekanis (Voigt, 1994).

Metode Elutriasi
Metode elutriasi dari ukuran partikel yang di luar adalah kebalikan
dari sedimentasi. Udara akan dimasukkan ke dalam sebuah bagian kolom
selanjutnya yang berisi sampel yang diukur (Parrot, 1970).
Metode elutriasi dari pengukuran partikel adalah kebalikan dari
metode sedimentasi. Udara diberikan ke dalam bagian bawah sebuah
kolom yang berisi sampel yang diukur. Di bagian atas kolom terdapat
filter/saringan untuk menampung bahan-bahan. Udara masuk ke kolom
dengan kecepatan yang sudah diketahui dan terbawa bersama partikelpartikel, lebih kecil daripada ukuran tertentu dan saat kecepatan ditambah,
partikel-partikel yang lebih besar terbang menuju ke filter (Parrot, 1970).

Metode Sentrifugasi
Metode sentrifugasi digunakan hanya untuk penentuan dari ukuran
pada setiap partikel baik atau molekul yang tinggi. Pada umumnya
diameter itu dapat dihitung dengan persamaan stokes dengan kecepatan
sentrifugal (Parrot, 1970).

MIRA ARIANA
150 2012 0391

JAFIS ADHA RIDHA M.

Sentrifugal digunakan hanya untuk menentukan ukuran partikel yang


sangat halus atau polimer besar molekul tinggi. Pada dasarnya diameter
dapat dihitung dengan persamaan Stokes, dengan konstanta gravitasi
digantikan oleh akselarasi sentrifugal w2 X, dimana w adalah kecepatan
singular dalam waktu radian per unit dengan X adalah jarak partikel dari
pusat rotasi (Parrot, 1970).

II. Uraian Bahan


1

Asam Benzoat (Ditjen POM, 1979 : 49)


Nama resmi

: ACIDUM BENZOICUM

Sinonim

: Asam Benzoat

RM/BM

: C7H6O2 / 122,12

Rumus struktur

MIRA ARIANA
150 2012 0391

COOH

JAFIS ADHA RIDHA M.

Pemerian

: Hablur halus dan ringan, tidak berwarna dan tidak


berbau

Kelarutan

: Larut dalam lebih kurang 350 bagian air, dalam


lebih kurang 3 bagian etanol (95 %) P, dalam 8
bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan

: Sebagai sampel/zat uji

III. Prosedur Kerja (Anonim, 2013)


a

Mengukur diameter partikel menurut metode pengayakan


- Susun beberapa ayakan dengan nomor tertentu berurutan dari atas ke
-

bawah makin besar nomor ayakan yang bersangkutan.


Masukkan 100 g granul paracetamol ke dalam ayakan paling atas

pada bobot tertentu yang ditimbang seksama.


Diayak serbuk yang bersangkutan selama 3 menit pada getaran tertentu

pada alat shaker.


Ditimbang serbuk yang terdapat pada masing-masing ayakan.
Buat kurva distribusi
bobot diatas / dibawah ayakan.

MIRA ARIANA
150 2012 0391

JAFIS ADHA RIDHA M.

BAB III
CARA KERJA
I. Alat Dan Bahan

Alat Yang Dipakai


Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah Ayakan (No. Mesh
35, 40, 60, 120, 170, dan 230), Cawan porselin, Kuas, Sendok tanduk,
Timbangan.

Bahan Yang Digunakan

MIRA ARIANA
150 2012 0391

JAFIS ADHA RIDHA M.

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Aluminium foil,


Asam benzoat 100 gr, Kertas perkamen, Kertas timbang.
II. Langkah Percobaan
1

Mengukur diameter partikel menurut metode pengayakan


- Disusun beberapa ayakan dengan nomor tertentu berurutan dari
-

atas ke bawah makin besar nomor ayakan yang bersangkutan.


Dimasukkan 100 g asam benzoat ke dalam ayakan paling atas

pada bobot tertentu yang ditimbang seksama.


Diayak serbuk yang bersangkutan selama 10 menit pada getaran 60

rpm pada alat shaker.


Ditimbang serbuk yang terdapat pada masing-masing ayakan.
Dibuat kurva distribusi
bobot diatas / dibawah ayakan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
I. Hasil Percobaan Dan Perhitungan
A. Tabel Pengamatan
tertinggal
No.

Ukuran pori

Berat

Ayakan

rata-rata

tertinggal

tertinggal

35/40

0,46 mm

16,835 gr

19,729

pori
9,07 mm

40 /60

0,335 mm

14,15 gr

16,582

5,55 mm

MIRA ARIANA
150 2012 0391

ukuran

JAFIS ADHA RIDHA M.

60/120

0,1875 mm

18,52 gr

21,703

4,06

mm

120/170

0,0665 mm

17,62 gr

20,649

1,37

mm

170/230

0,075 mm

6,82 gr

7,992

0,59 mm

85,33 gr

20,64 mm

B. Perhitungan
Ukuran pori masing-masing ayakan
- Ukuran pori no. Ayakan 35 =
- Ukuran pori no. Ayakan 40 =
- Ukuran pori no. Ayakan 60 =
- Ukuran pori no. Ayakan 120 =
- Ukuran pori no. Ayakan 170 =
- Ukuran pori no. Ayakan 230 =

0,50 mm
0,42 mm
0,250 mm
0,125 mm
0,088 mm
0,063 mm

Ukuran pori rata-rata


-

Ukuran pori rata-rata 35/40

ukuran pori 35+ukuran pori 40


2

Ukuran pori rata-rata 40 /60

0,50 mm+ 0,42 mm


2

0,46 mm

ukuran pori 40+ukuran pori 60


2
=

MIRA ARIANA
150 2012 0391

0,42mm+ 0,250 mm
2
JAFIS ADHA RIDHA M.

=
-

Ukuran pori rata-rata 60/120

0,335 mm

ukuran pori 60+ukuran pori120


2

Ukuran pori rata-rata 120/170

0,250 mm+ 0,125 mm


2

0,1875 mm

ukuran pori 120+ukuran pori 170


2

Ukuran pori rata-rata 170/230

0,125mm+ 0,088 mm
2

0,0665 mm

ukuran pori 170+ukuran pori 230


2

0,088 mm+ 0,063 mm


2

0,075 mm

Berat tertinggal rata-rata

MIRA ARIANA
150 2012 0391

JAFIS ADHA RIDHA M.

Berat tertinggal rata-rata 35/40

brt trtinggl 35+brt trtinggl 40


2

20,07 gr +13,60 gr
2

16,835 gr

Berat tertinggal rata-rata 40 /60

brt trtinggl 40+ brt trtinggl 60


2

13,60 gr +14,70 gr
2

14,15

Berat tertinggal rata-rata 60/120

gr

brt trtinggl 60+brt trtinggl 120


2

=
Berat tertinggal rata-rata 120/170 =

14,70 gr +22,34 gr
2
18,52

gr

brt trtinggl 120+brt trtinggl 170


2

MIRA ARIANA
150 2012 0391

JAFIS ADHA RIDHA M.

22,34 gr +12,90 gr
2

=
Berat tertinggal rata-rata 170/230 =

17,62 gr

brt trtinggl 170+brt trtinggl 230


2

12,90 gr +0,74 gr
2

6,82 gr

% tertinggal
-

% tertinggal 35/40

brt trtinggl rata } over {sum {brt trtinggl rata 100

% tertinggal 40 /60

16,835
100
85,33

19,729

brt trtinggl rata } over {sum {brt trtinggl rata 100

% tertinggal 60/120

14,15
100
85,33

16.582

brt trtinggl rata } over {sum {brt trtinggl rata 100

MIRA ARIANA
150 2012 0391

JAFIS ADHA RIDHA M.

% tertinggal 120/170

18,52
100
85,33

21,703

brt trtinggl rata } over {sum {brt trtinggl rata 100

% tertinggal 170/230

17,62
100
85,33

20,649

brt trtinggl rata } over {sum {brt trtinggl rata 100

6,82
100
85,33

7,992

% tertinggal x ukuran pori


-

% tertinggal x ukuran pori 35/40

tertinggal uk . pori

19,729 0,46

9,07

=
% tertinggal x ukuran pori 40 /60

tertinggal uk . pori

16,582 0,335

=
% tertinggal x ukuran pori 60/120 =

=
% tertinggal x ukuran pori 120/ 170 =
=

MIRA ARIANA
150 2012 0391

tertinggal uk . pori
21,703 0,1875

5,55

4,06
tertinggal uk . pori

20,649 0,0665
JAFIS ADHA RIDHA M.

1,37

=
% tertinggal x ukuran pori 170/ 230 =

tertinggal uk . pori

7,992 0,075

0,59

DAV (diameter rata-rata)


tertinggal ukuran pori
dav
=
100
=

20,64 gr
100

0,2064 mm

C. Kurva Distribusi Asam Benzoat

Kurva Distribusi Asam Benzoat


25,000
21,703

20,000 19,729
15,000

20,649

16,582

10,000

7,992

5,000
0
35/40

MIRA ARIANA
150 2012 0391

40/60

60/120

120/170

170/230

JAFIS ADHA RIDHA M.

II. Pembahasan
Mikromeritik biasanya diartikan sebagai ilmu dan teknologi tentang
partikel kecil. Pengertian ini sangat penting untuk diketahui oleh mahasiswa
farmasi khususnya dalam membahas obat sediaan padat seperti kapsul, tablet,
granul, sirup kering. Ukuran partikel dapat dinyatakan dengan berbagai cara.
Ukuran diameter rata-rata, ukuran luas permukaan rata-rata, volume rata-rata,
volume rata-rata dan sebagainya. Pada umumnya pengertian ukuran partikel
disini adalah ukuran diameter rata-rata.
Pada percobaan kali ini, ayakan digunakan untuk mengukur ukuran
partikel. Ayakan disusun dari atas ke bawah berdasarkan no.mesh terkecil ke
no.mesh terbesar. Dalam percobaan ini digunakan ayakan dengan no.mesh 35,
40, 60, 120, 170, dan 230. No.mesh 35 memiliki diameter ayakan sebesar 0,50
MIRA ARIANA
150 2012 0391

JAFIS ADHA RIDHA M.

mm, no.mesh 40 memiliki diameter sebesar 0,42 mm, no.mesh 60 memiliki


diameter sebesar 0,250 mm, no.mesh 120 memiliki diameter sebesar 0,125
mm, no.mesh 170 memiliki diameter sebesar 0,088 mm dan no.mesh 230
memiliki diameter sebesar 0,062 mm.
Ayakan disusun dimulai dari no.mesh 35 pada urutan di atas, lanjut pada
no.mesh 40, 60, 120, 170, dan no.mesh 230 pada urutan paling bawah, metode
ayakan ini mampu mengayak bahan sampai sehalus 0,18 mm. Pengayak
digetarkan oleh mesin penggerak / penggetar yang diatur pada kecepatan 60
rpm untuk menghindari agar partikel besar tidak dapat melewati ayakan akibat
terlalu tingginya intensitas pengayakan, begitupun sebaliknya. Ayakan
dijalankan selama kurang lebih 10 menit.
Dari hasil percobaan diperoleh ukuran pori rata-rata no.ayakan
adalah

0,46 mm , ukuran pori rata-rata no.ayakan

0,335 mm , ukuran pori rata-rata no.ayakan


, ukuran pori rata-rata no.ayakan

120/170

60/120

40 /60

35/40
adalah

adalah 0,1875 mm

adalah

0,0665 mm , dan

ukuran pori rata-rata no.ayakan 170/230 adalah 0,075 mm .


Setelah itu, ditimbang berat asam benzoat yang tertinggal pada ayakan
tersebut. Pada no.ayakan
16,835 gr

35/40 , berat rata-rata yang tertinggal adalah

dan % yang tertinggal

19,729 gr . Pada no.ayakan

berat rata-rata yang tertinggal adalah

14.15 gr

40 /60 ,

dan % yang tertinggal

16,582 gr . Pada no.ayakan 60/120 , berat rata-rata yang tertinggal adalah


18,52 gr

MIRA ARIANA
150 2012 0391

dan % yang tertinggal

21,703 gr . Pada no.ayakan

120/ 170 ,

JAFIS ADHA RIDHA M.

berat rata-rata yang tertinggal adalah


20,6449 gr . Pada no.ayakan

adalah 6,82 gr

17,62 gr

dan % yang tertinggal

170/ 230 , berat rata-rata yang tertinggal

dan % yang tertinggal 7,992 gr .

Kemudian, % tertinggal dikali dengan ukuran pori rata-rata. Pada


no.ayakan

35/40

hasilnya

5,55 mm , pada no.ayakan


120/170

hasilnya

9,07 mm , pada no.ayakan

60/120

hasilnya

40 /60

hasilnya

4,06 mm , pada no.ayakan

1,37 mm , dan pada no.ayakan

170/230

hasilnya

0,59 mm
Setelah itu % tertinggal dikalikan dengan ukuran pori rata-rata yaitu
20,64 mm . Lalu kita menentukan diameter rata-rata dari asam benzoat 100

gr, yaitu 0,2064 mm .


Berdasarkan literatur (Handbook of Pharmaceutical Excipient, 1994)
diperoleh diameter rata-rata dari asam benzoat adalah

20 m=0,02mm .

Sedangkan, pada saat praktikum, diperoleh data diameter rata-rata dari asam
benzoat adalah 0,2064 mm (tidak sesuai dengan literatur).

MIRA ARIANA
150 2012 0391

JAFIS ADHA RIDHA M.

Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa faktor kesalahan pada saat
melakukan praktikum, antara lain :

Adanya sebagian bahan yang terbuang ketika diayak ataupun ditimbang.


Pengukuran yang kurang teliti.
Banyak bahan yang tertinggal pada ayakan.

MIRA ARIANA
150 2012 0391

JAFIS ADHA RIDHA M.

BAB V
PENUTUP
I. Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut :
-

Diameter rata-rata dari asam benzoat, yaitu 0,2064 mm .

II. Saran
Sebaiknya percobaan ini dilakukan dengan metode lain agar diperoleh
perbandingan yang lebih jelas antara metode satu dengan lainnya.

MIRA ARIANA
150 2012 0391

JAFIS ADHA RIDHA M.

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M., (2000), Ilmu Meracik Obat, UGM Press, Yogyakarta, 33, 34.
Anonim. 2007. Farmasi Fisika. Universitas Muslim Indonesia. Makassar
Cammarata, S. (1995),Farmasi Fisika. UI-Press.Jakarta
Ditjen POM. Farmakope Indonesia Edisi III. DepKes : Jakarta, 1979.
Dogra, S.K. 1984. Kimia Fisika dan Soal-Soal. Universitas Indonesia:Jakarta
Effendi, I., (2003), Penuntun Praktikum Farmasi Fisika I, Jurusan Farmasi,
Universitas Hasanuddin.
Leon, Lachman.1989. Teori dan Praktek Farmasi Industri, UI Press. Jakarta.
Martin, A., (1990), Farmasi Fisika, Buku II, UI Press, Jakarta, 1022-1023, 10361038.
Moechtar., (1990), Farmasi Fisika, UGM Press, Yogyakarta, 169.
Parrot, L,E., (1970), Pharmaceutical Technologi, Burgess Publishing Company,
Mineapolish, 11, 12.
R. Voight., (1994), Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi V, Penerbit Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Roth, Herman J.,(1994), Analisis Farmasi, UGM Press, Yogyakarta.

MIRA ARIANA
150 2012 0391

JAFIS ADHA RIDHA M.

Vous aimerez peut-être aussi