Vous êtes sur la page 1sur 25

Askep Tumor Otak

Asuhan Keperawatan pada Tumor Otak

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Otak merupakan organ penting bagi kehidupan manusia yang terletak di
dalam rongga kranium. Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh
kurang lebih 100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu
serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), brainstein (batang otak) dan
diensefalon. Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 %
konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak
diperdarahi oleh 2 pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri vertebralis.
Dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling berhubungan dan membentuk
sistem anastomosis, yaitu sirkulus Willis.
Sebagai bagian dari organ tubuh manusia, otak dapat mengalami gangguan
yang dapat diakibatkan karena berbagai penyebab diantaranya tumor. Klien yang
menderita tumor otak akan mengalami gejala dan defisit neurologi yang
tergantung histologi, tipe, lokasi dan cara pertumbuhan tumor. Diagnosa awal
dari tumor sangat penting untuk mencegah kerusakan neurologis secara
permanen.
Melihat fenomena di atas, tumor otak merupakan penyakit yang menjadi
momok bagi manusia. Orang yang menderita tumor otak sering tidak menyadari
bahwa dia terkena tumor otak. Tiba-tiba saja penderita merasakan dan mengalami
nyeri kepala, kelainan pada syarafnya, pandangan kabur dan lain sebagainya

tergantung bagian otak mana yang terkena. Oleh karena itu penting bagi perawat
untuk mempelajari patofisiologi, manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan
asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien tumor otak beserta
keluarganya.
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan laporan pendahuluan ini adalah:
a.

Mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai tumor otak.

b.

Mengetahui tata laksana dan asuhan keperawatan pada klien tumor otak.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
a.

Tumor ialah Istilah umum yang mencakup setiap pertumbuhan benigna (jinak)
dalam setiap bagian tubuh. Pertmbuhan ini tidak bertujuan, bersifat parasit dan
berkembang dengan mengorbankan manusia yang menjadi hospesnya. (Sue
Hinchliff, kamus Keperawatan, 1997).

b.

Tumor otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu otak (Rosa
Mariono, MA, Standart asuhan Keperawatan St. Carolus, 2000)

c. Karsinoma otak (maligna) adalah neoplasma yang tumbuh di selaput otak.


d.

Neoplasama ialah sekumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang
tumbuh terus menerus secara terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan
sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh. (Patologi, dr. Achmad Tjarta 1973).

2.2 Anatomi Fisiologi


Susunan saraf adalah sistim yang mengontrol tubuh kita yang terus menerus
menerima, menghantarkan dan memproses suatu informasi dan bersama sistim
hormon, susunan saraf mengkoordinasikan semua proses fungsional dari berbagai
jaringan tubuh, organ dan sistim organ manusia.
Susunan saraf sadar (Voluntary nervous system) mengontrol fungsi yang dikendalikan
oleh keinginan atau kemauan kita. Saraf ini mengontrol otot rangka dan
menghantarkan impuls sensori ke otak. Melalui saraf ini kita dapat melakukan
gerakan aktif dan menyadari keadaan diluar tubuh kita dan secara sadar
mengendalikannya.
Susunan saraf otonom/ tak sadar (automatic nervous system) saraf ini menjaga organ

tubuh bagian dalam supaya berfungsi dengan baik seperti : hati, paru-paru, jantung
dan saluran cerna. Fungsi dasar yang penting bagi kehidupan seperti makan,
metabolisme, sirkulasi darah dan pernafasan dikendalikan dengan bantuan susunan
saraf otonom. Susunan saraf otonom dibagi menjadi susunan saraf simpatik
(menyebabkan tubuh dalam keadaan aktif) dan susunan saraf para simpatik (sistim
pengontrol konstruktif dan menyenangkan).
Serebrum terdiri dari dua hemisfer yaitu kiri dan kanan, empat lobus yaitu :
a.

Lobus frontal berfungsi mengontrol perilaku individu, membuat keputusan,


kepribadian dan menahan diri.

b.

Lobus parietal merupakan lobus sensori berfungsi menginterpretasikan


sensasi, berfungsi mengatur individu mampu mengetahui posisi dan letak
bagian tubuhnya.

c.

Lobus temporal berfungsi menginterpretasikan sensasi kecap, bau,


pendengaran dan ingatan jangka pendek.

d. Lobus oksipital bertanggung jawab menginterpretasikan penglihatan


gr. Otak menerima 20% dari curah jantung dam memerlukan sekitar 20%
pemakaian oksigen tubuh dan sekitar 400 kilokalori energi setiap harinya.
Otak merupakan jaringan yang peling banyak memakai energi dalam seluruh
tubuh dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa.
Dan 65% dari kebutuhan glukosa tubuh digunakan untuk metabolisme otak
yang mana 90% aerobic dan 10% anairobik. Bila otak tidak mendapat aliran
darah selama 3 6 menit akan timbul gangguan fungsional dan kerusakan
structural secara menetap. Otak berfungsi sebagai pusat integrasi dan
koordinasi organ-organ sensorik dan sistim efektor perifer tubuh, sebagai
pengatur informasi yang masuk, simpanan pengalaman, impuls yang keluar
dan tingkah laku. Dari dalam ke arah luar otak diselubungi oleh tiga lapisan
meningen, lapisan pelindung yang paling luar adalah tengkorak. Otak bukan
masa yang uniform, melainkan suatu organ yang sangat kompleks. Secara

fungsional dan anatomis otak dibagi menjadi tiga bagian yaitu :


a)

Batang otak yang menghubungkan medulla spinalis dengan serebrum


terdiri dari medulla oblongat, pons dan mesensefalon (otak tengah).
1.

Medulla oblongata adalah bagian otak yang langsung menyambung


dengan medulla spinalis. Berkas saraf yang berjalan disini berasal dari
serebrum dan berfungsi untuk pergerakan otot rangka. Di medula
oblongata berkas ini menyebrang ke sisi yang berlawanan yang disebut
jalan/ traktus poramidalis. Itu sebabnya jika kerusakan otak bagian kiri
akan menyebabkan kelumpuhan bagian kanan tubuh dan sebaliknya.
Selain traktus piramidalis ada kelumpuhan sel-sel saraf yang terdapat di
medulla oblongata yakni pusat otot yang mengontrol fungsi vital seperti
pernafasan, denyut jantung dan tonus pembuluh darah.

2. Pons berupa ninti (neucleus). Pons merupakan switch dari jalur yang
menghubungkan korteks serebri dan serebllum.
3.

Mesensefalon merupakan bagian otak yang sempit terletak antara


medulla oblongata dan diensefalon. Pada mesensefalon terdapat
formation retikularis, suatu rangkaian penting yang antara lain
mengatur irama tidur dan bantun, mengontrol refleks menelan dan
muntah.

b) Otak kecil (cerebelum)


Cerebellum terletak dibelakang fossa krenialis dan melekat ke bagian
belakang batang otak. Cerebllum berperan penting dalam menjaga
keseimbangan dan mengatur koordinasi gerakan yang diterima dari segmrn
posterior medulla spinalis yang memberi informasi tentang keregangan otot
dan tanda serta posisi-posisi sendi.
c) Otak besar (cerebrum)

Cerebrum adalah bagian otak yang paling besar dan terbagi atas dua
belahan yaitu : hemisper kiri dan kanan. Sebagian dari kedua hemisper
dipisahkan oleh pistula longitudinal dan sebagian dipersatukan oleh pita
serabut saraf yang melebar (korpus kolosum).
d) Diensefalon
Dibagi menjadi empat wilayah :
1) Thalamus
Thalamus merupakan stasiun pemancar yang menerima impuls ageren
dari seluruh tubuh lalu memprosesnya dan meneruskannya ke segmen
otak yang lebih tinggi. Kapsula interna yang terletak disekitar thalamus
berupa berkas saraf penting yang datang dari serebri dan dikompres
kedalam rongga yang kecil.
2) Hipotalamus
Hypothalamus merupakan pusat pengontrol susunan saraf otonom juga
mempengaruhi metabolisme, observasi makanan dan mengatur suhu
tubuh, karena letaknya sangat dekat dengan kelenjar pitviteri.
3) Subtalamus
Fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada
subtalamus dapat menimbulkan diskenisia diamatis yang disebut
nemibalismus yang ditandai oleh gerakan kaki atau tangan yang
terhempas kuat pada satu sis tubuh. Gerakan infontuler biasanya lebih
nyata pada tangan dan kaki.
4) Epitalamus
Epitalamus dengan sistim limbic dan berperan pada beberapa dorongan
emosi dasar dan integrasi informasi olfaktorius.
Pembuluh darah yang mendarahi otak tardiri dari :

a.

Sepasang pembuluh darah karotis : denyut pembuluh darah besar ini dapat
kita raba dileher depan, sebelah kiri dan kanan dibawah mandibula, sepasang
pambuluh darah ini setelah masuk ke rongga tengkorak akan bercabang
menjadi tiga :
a) Sebagian menuju ke otak depan (arteri serebri anterior)
b) Sebagian menuju ke otak belakang (arteri serebri posterior)
c) Sebagian menuju otak bagian dalam (arteri serebri interior)
Ketiganya akan saling berhubungan melalui pembuluh darah yang disebut
arteri komunikan posterior.

b. Sepasang pembuluh darah vertebralis : denyut pembuluh darah ini tidak dapat
diraba oleh karna kedua pembuluh darah ini menyusup ke bagian samping
tulang leher, pembuluh darah ini mendarahi batang otak dan kedua otak kecil,
kedua pembuluh darah teersebut akan saling berhubungan pada permukaan
otak pembuluh darah yang disebut anastomosis.
2.3 Etiologi
Penyebab tumor otak belum diketahui pasti, tapi dapat diperkirakan karena :
a. Genetik
Tumor susunan saraf pusat primer nerupakan komponen besar dari beberapa
gangguan yang diturunkan sebagi kondisi autosomal, dominant termasuk sklerasis
tuberose, neurofibromatosis.
b. Kimia dan Virus
Pada binatang telah ditemukan bahwa karsinogen kimia dan virus menyebabkan
terbentuknya neoplasma primer susunan saraf pusat tetapi hubungannya dengan
tumor pada manusia masih belum jelas.

c. Radiasi
Pada manusia susunan saraf pusat pada masa kanak-kanak menyebablkan
terbentuknya neoplasma setelah dewasa.
d. Trauma
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma selaput
otak). Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma susunan saraf pusat belum
diketahui.
2.4 Klasifikasi
Berdasarkan jenis tumor
a. Jinak
a)

Acoustic neuroma

b)

Meningioma

c)

Pituitary adenoma

d)

Astrocytoma (grade I)

b. Malignant
a)

Astrocytoma (grade 2,3,4)

b)

Oligodendroglioma

c)

Apendymoma

c. Berdasarkan lokasi
a)

Tumor intradural
1)

Ekstramedular

a.

Cleurofibroma

b.

Meningioma

2)

b)

Intramedular
a.

Apendymoma

b.

Astrocytoma

c.

Oligodendroglioma

d.

Hemangioblastoma

Tumor ekstradural
Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, prostal,
tiroid, paruparu, ginjal dan lambung.

2.5 Manifestasi klinis


a.

Gejala serebral umum


Dapat berupa perubahan mental yang ringan (Psikomotor asthenia), yang
dapat dirasakan oleh keluarga dekat penderita berupa: mudah tersinggung,
emosi, labil, pelupa, perlambatan aktivitas mental dan sosial, kehilangan
inisiatif dan spontanitas, mungkin diketemukan ansietas dan depresi. Gejala
ini berjalan progresif dan dapat dijumpai pada 2/3 kasus
a)

Nyeri Kepala
Diperkirakan 1% penyebab nyeri kepala adalah tumor otak dan 30%
gejala awal tumor otak adalah nyeri kepala. Sedangkan gejala lanjut
diketemukan 70% kasus. Sifat nyeri kepala bervariasi dari ringan dan
episodik sampai berat dan berdenyut, umumnya bertambah berat pada

malam hari dan pada saat bangun tidur pagi serta pada keadaan dimana
terjadi peninggian tekanan tinggi intrakranial. Adanya nyeri kepala
dengan psikomotor asthenia perlu dicurigai tumor otak.
b)

Muntah
Terdapat pada 30% kasus dan umumnya meyertai nyeri kepala. Lebih
sering dijumpai pada tumor di fossa posterior, umumnya muntah bersifat
proyektif dan tak disertai dengan mual.

c) Kejang
Bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada
25% kasus, dan lebih

dari 35% kasus pada stadium lanjut.

Diperkirakan 2% penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak. Perlu


dicurigai penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak bila:
1)

Bangkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun

2)

Mengalami post iktal paralisis

3)

Mengalami status epilepsy

4)

Resisten terhadap obat-obat epilepsy

5)

Bangkitan disertai dengan gejala TTIK lain

6)

Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak dikorteks, 50%


pasen dengan astrositoma, 40% pada pasen meningioma, dan 25%
pada glioblastoma.

d) Gejala Tekanan Tinggi Intrakranial


Berupa keluhan nyeri kepala di daerah frontal dan oksipital yang timbul
pada pagi hari dan malam hari, muntah proyektil dan enurunan

kesadaran. Pada pemeriksaan diketemukan papil udem. Keadaan ini perlu


tindakan segera karena setiap saat dapat timbul ancaman herniasi. Selain
itu dapat dijumpai parese N.VI akibat teregangnya N.VI oleh TTIK.
Tumor-tumor yang sering memberikan gejala TTIK tanpa gejala-gejala
fokal maupun lateralisasi adalah meduloblatoma, spendimoma dari
ventrikel III, haemangioblastoma serebelum dan craniopharingioma.
b. Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi:
a) Lobus frontal
1) Menimbulkan gejala perubahan kepribadian
2)

Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontra


lateral, kejang fokal

3) Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia


4)

Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster


kennedy

5) Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia


b) Lobus parietal
1)

Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi


homonym

2)

Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada
girus angularis menimbulkan gejala sindrom gerstmanns

c) Lobus temporal
1)

Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang


didahului dengan aura atau halusinasi

2)

Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan


hemiparese

3)

Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan


gejala choreoathetosis, parkinsonism.

d) Lobus oksipital
1)

Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan


penglihatan

2)

Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia


berkembang menjadi hemianopsia, objeckagnosia

e) Tumor di ventrikel ke III


Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala
menimbulkan obstruksi dari cairan serebrospinal dan terjadi peninggian
tekanan intrakranial mendadak, pasen tiba-tiba nyeri kepala, penglihatan
kabur, dan penurunan kesadaran
f)

Tumor di cerebello pontin angie


1) Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma
2)

Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya


berupa gangguan fungsi pendengaran

3)

Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari daerah
pontin angel

g) Tumor Hipotalamus
1) Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe

2)

Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan


perkembangan

seksuil

pada

anak-anak,

amenorrhoe,dwarfism,

gangguan cairan dan elektrolit, bangkitan


h) Tumor di cerebelum
1)

Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat


erjadi disertai dengan papil udem

2)

Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan


spasme dari otot-otot servikal

i)

Tumor fosa posterior


1)

Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai


dengan

nystacmus,

medulloblastoma.

biasanya

merupakan

gejala

awal

dari

2.7 Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gangguan neurologik pada
tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor : gangguan fokal
disebebkan oleh tumor dan kenaikan tekanan intracranial.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi
atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan
dengan gangguan serebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai gejala perunahan kepekaan neuron dihubungkan dengan
kompesi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Bebrapa tumor
membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga
memperberat ganggguan neurologist fokal.
Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor :
bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan
perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.
Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang
disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan
volume intracranial dan meningkatkan tekanan intracranial. Obstruksi sirkulasi cairan
serebrospinal

dari

ventrikel

lateral

ke

ruangan

subaraknoid

menimbulkan

hidrosefalus.
Peningkatan tekanan intracranial akan membahayakan jiwa. Mekanisme kompensasi
memerlukan waktu lama untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tak berguna
apabila tekanan intrakranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah

intracranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi


sel-sel parenkim, kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus
atau serebelum yang timbul bilagirus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior
melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan
mesensenfalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ketiga.
Kompresi medula oblogata dan henti pernafasan terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intracranial yang cepat adalah
bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi), dan gangguan
pernafasan.
2.8 Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat kita temukan pada pasien yang menderita tumor otak
ialah :
a.

Gangguan fisik neurologist

b. Gangguan kognitif
c.

Gangguan tidur dan mood

d. Disfungsi seksual
2.9 Pemeriksaan Penunjang
a. Arterigrafi atau Ventricolugram; untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem
ventrikel dan cisterna.
b. CT SCAN; Dasar dalam menentukan diagnosa.
c.

Radiogram; Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur,


penebalan dan klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang mengapur; dan posisi
selatursika.

d. Elektroensefalogram (EEG); Memberi informasi mengenai perubahan kepekaan


neuron.
e.

Ekoensefalogram; Memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra


serebral.

f. Sidik otak radioaktif; Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat


radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang
menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif
2.10

Penatalaksanaan
Tumor otak yang tidak terobati menunjukkan arah kematian, salah satu
akibat dari peningkatan TIK atau dari kerusakan otak yang disebabkan tumor.
Pasien-pasien dengan kemungkinan tumor otak harus di evaluasi dan di obati
segera bila memungkinkan sebelum kerusakan neurologis tidak dapat berubah.
Tujuannya adalah mengangkat dan memusnahkan semua tumor atau
banyak kemungkinan tanpa meningkatnya penurunan neurologic ( paralisis,
kebutaan ) atau tercapainya gejala-gejala dengan mengangkat sebagian
(dekompresi). Salah satu variasi pengobatan dapat digunakan ; pendekatan
spesifik bergantung pada tipe tumor, lokasinya dan kemampuan untuk dicapai
dengan mudah. Pada beberapa pasien, kombinasi ini data digunakan sebagai
modal.
Pendekatan

Pembedahankonvensional

memerlukan

insisi

tulang

(kraniotomi). Pendekatan ini digunakan umum untuk mengobati pasien


meningioma, neuroma akustik, astrositoma, kistik pada serebelum, kista koloid
pada ventrikel ketiga, tumor congenital seperti kista dermoid dan beberapa
granuloma. Untuk pasien-pasien dengan glioma malignant, pengangkatan tumor
secara menyeluruh, dan pengobatan tidak mungkin, tetapi dapat masuk akal
dengan tindakan yang mencakup pengurangan tekanan intra cranial ( TIK ),
mengangkat jarngan nekrotik dan mengurangi bagian yang besar dari tumor,

yang secara teori meninggalkan sedikit sel yang tertinggal atau menjadi resisten
terhadap radiasi atau kemoterapi.
Pendekatan stereotaktik meliputi penggunaan kerangka tiga dimensi yang
mengikuti lokasi tumor yang sangat tepat, kerangka stereotaktik dan studi
pencitraan multiple ( sinar-x CT ) yang lengkap digunakan untuk menentukan
lokasi tumor dan memeriksa posisinya. Laser atau radiasi dapat dilepaskan
dengan pendekatan stereotaktik. Radioisotope dapat juga ditempelkan langsung
ke dalam tumor untuk menghasilkan dosis tinggi pada radiasi tumor
(brakhiterapi) sambil meminimalkan pengaruh pada jaringan otak di sekitarnya.
Penggunaan Pisau Gammadilakukan pada bedah radio sampai dalam,
untuk tumor yang tidak dapat di masukkan obat, tindakan tersebut sering
dilakukan sendiri. Lokasi yang tepat dilakukan dengan menggunakan pendekatan
stereotaktik dan melalui laporan pengujian dan posisi pasien yang tepat. Dosis
sangat tinggi radiasi akan di lepaskan pada luas bagian yang kecil. Keuntungan
metoda ini adalah tidak membutuhkan insisi pembedahan, kerugiannya adalah
waktu yang lambat diantara pengobatan dan hasil yang di harapkan.
Kemoterapi dan terapi sinar radiasi eksternal dimana digunakan hanya
salah satu model atau dikombinasi dengan pendekatan seperti gambaran diatas.
Terapi radiasi, merupakan dasar pada pengobatan beberapa tumor otak, juga
menurunkan timbulnya kembali tumor yang tidak lengkap. Trasplantasi sumsum
tulang aulog intravena digunakan pada beberapa pasien yang akan menerima
kemoterapi atau terapi radiasi, karena keadaan ini penting sekali untuk menolong
pasien terhadap adanya keracunan pada sumsum tulang sebagai akibat dosis
tinggi kemoterapi dan radiasi. Sumsum tulang pasien di aspirasi sedikit, biasanya
dilakukan pada kepala iliaka dan di simpan. Pasien yang menerima dosis
kemoterapi dan terapi radiasi yang banyak, akan menghancurkan sejumlah besar
sel-sel keganasan (malignant). Sumsum tulang kemudian diinfus kembali setelah
pengobatan lengkap. Kortikosteroid boleh digunakan sebelum pengobatan sesuai
diperkenankannya penggunaan obat ini, yang didasari melalui evaluasi diagnostic

dan kemudian menurunkan edema serebral dan meningkatkan kelancaran serta


pemulihan lebih cepat.
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1.

Riwayat Keperawatan, riwayat mengalami cidera kepala sebelumnya, riwayat


menderita infeksi susunan saraf pusat, keluhan sakit kepala khususnya pada saat
bangun, muntah pada saat bangun tidur tanpa adanya disertai nausea, penglihatan
ganda, penurunan secara akut penglihatan, dan penurunan lapang pandang.

2. Pemeriksaan fisik, penurunan kesadaran, koma, pupil melebar atau pinpoint dan
tidak beraksi terhadap sinar, pupiledema, kelemahan saraf cranial VI, penurunan
kekuatan motorik, hemiparesis / hemiplagia, ketidakmampuan mengikuti
instruksi, disorientasi, keterbatasan menerima sensani ; hyperesthesia ;
asterognogsis ; agnosia ; apraksia ; agraphia ; aphasia ; broecha atau wernicke,
disarthia, disfungsi saraf cranial, jalan ataksia, aktifitas kejang.
3.

Psikososial / usia, jenis kelamin, pekerjaan, peran dan tanggung jawab strategi
koping yang biasa digunakan, kecemasan, ketakutan penerimaan kondisi.

4. Pengetahuan klien / keluarga , pengetahuan umum, pre dan postoperasi, prognosis


dan kemungkinan antisipasi dengan hal-hal yang biasa terjadi .
3.2 Diagnosa Keperawatan
1.

Perubahan perfusi Jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan


intra cranial

2. Resiko kurang perawatan diri, kebersihan, makan eliminasi dan atau mobilisasi
berhubungan dengan gangguan kognitif dan atau neurologi

3. Kecemasan berhubungan dengan menerima ancaman biologi atau psikologi


4.

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses


penyakit dan penatalaksanaan perawatan di rumah

3.3 Perencanaan dan Pelaksanaan


1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan intra cranial
Tujuan :
Klien akan mempertahankan perfusi jaringan serebral secara adekuat
Rencana dan Tindakan :
a.

Kaji tingkat kesadaran setiap 4 jam sampai 5 jam.

b. Gunakan pengkajian GCS untuk pengkajian secara cepat


c.

Kaji kualitas dan kekuatan otot wajah dan ekstremitas setiap 4 jam sampai 5
jam.

d.

Monitor tekanan darah, denyut nadi dan pernafasan dan lakukan pemeriksaan
neurologi setiap 2 jam sampai 4 jam.

e.

Monitor dan intervensi tanda-tanda peningkatan tekanan intra cranial

f.

Pertahankan tindakan untuk mengatasi kejang

g.

Pertahankan lingkungan yang aman ( gunakan sisi penghalang tepat tidur,


pengikatan yang lembut )

h. Pertahankan lingkungan yang tenang.


i.

Perika teperatur rectal setiap 2 jam sampai 4 jam.

j.

Berikan obat-obatan sebagaimana programnya.

k. Monitor adanya perubahan mental dan kepribadian.


2.

Resiko kurang perawatan diri, kebersihan, makan eliminasi dan atau mobilisasi

berhubungan dengan gangguan kognitif dan atau neurologi


Tujuan :
Klien akan melakukan perawatan diri untuk memenuhi kebutuhannya
Rencana dan Tindakan :
a.

Kaji derajat kemampuan klien untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari :


mandi, makan, eliminasi dan mobilitas.

b. Monitor untuk tanda perkembangan kecacatan.


c.

Bantu dalam perawatan diri sesuai kebutuhan.

d. Pertahankan diet sebagaimana instruksi.


e.
f.

Bantu dalam pemasukan nutrisi ssesuai kebutuhan.


Ambulasi sebagaimana yang di toleransi, bantu sesuai dengan kebutuhan
dengan kursi roda, walker atau tongkat.

g.

Jika klien tidak dapat ambulasi bantu dan ajarkan klien untuk alih posisi,
batuk dan nafas dalam setiap 2 jam.

h. Tinggikan bagian kepala tempat tidur 30-45 dejarat.


i.

Lakukan latihan pergerakan sendi aktif atau pasif terhadap seluruh


ekstremitas setiap 4-5 jam.

3. Kecemasan berhubungan denganmenerima ancaman biologi atau psikologi


Tujuan :
Klien akan memperlihatkan penurunan tingkat kecemasan

Rencana dan Tindakan :


a.

Observasi tanda dan gejala kecemasan dan ketakutan, catat ekspresi verbal
maupun nonverbal.

b.

Gali perasaan, anjurkan klien untuk mendiskusikan ketakutan, diagnosa


penyakit dan terapi yang diberikan

c.

Berikan dukungan emosional.

d. Jelaskan secara sederhana tentang hal yang ditanyakan klien


e.

Bantu klien untuk mengatasi kecemasan, berikut alternative cara untuk


mengatasi kecemasan seperti bimbingan imagenery, teknik relaksasi.

4.

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit dan
penatalaksanaan perawatan di rumah
Tujuan :
Klien memperlihatkan peningkatan pengetahuan
Rencana dan Tindakan :
a.

Observasi tingkat pemahaman tentang proses penyakit dan pengobatan yang


diberikan

b.

Tekankan kepada dokter untuk menjelaskan penyakit, penyabab, gejala dan


pengobatan

c.

Anjurkan kepada klien untuk bertanya

d.

Diskusikan obat-obatan : nama, dosis, frekuensi pemberian, tujuan, efek


toksik atau efek samping

e.

Jelaskan kebutuhan untuk menghindari minum obat secara berlebihan tanpa


pemeriksaan dokter

f.

Jelaskan kebutuhan untuk mempertahankan keseimbangan diet

g.

Jelaskan kebutuhan terapi

3.4 Evaluasi
1.

Perubahan perfusi Jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intra


cranial
Kriteria Evaluasi :
a.

Memperlihatkan tanda-tanda neurologi dalam batas normal

b. Sadar dan berorientasi


c.
2.

Tidak mengalami peningkatan tekanan intra cranial

Resiko kurang perawatan diri, kebersihan, makan eliminasi dan atau mobilisasi
berhubungan dengan gangguan kognitif dan atau neurologi
Kriteria Evaluasi :
a.

Memiliki kulit, rambut, mulut dan genitalia yang bersih

b. Terpenuhi keinginan untuk eliminasi


c.

Elakukan pergerakan pada ekstremitas

3. Kecemasan berhubungan dengan menerima ancaman biologi atau psikologi


Kriteria Evaluasi :
a.

Klien tampak tenang dan dapat mengemukakan perasaan dan perhatiannya.

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit dan
penatalaksanaan perawatan di rumah
Kriteria evaluasi :
a.

Mengungkapkan secara verbal pengetahuannya tentang penatalaksanaan


perawatan di rumah, proses penyakit dan pengobatannya.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sebagai bagian dari organ tubuh manusia, otak dapat mengalami gangguan yang dapat
diakibatkan karena berbagai penyebab diantaranya tumor. Klien yang menderita tumor
otak akan mengalami gejala dan defisit neurologi yang tergantung histologi, tipe, lokasi
dan cara pertumbuhan tumor. Diagnosa awal dari tumor sangat penting untuk mencegah
kerusakan neurologis secara permanen.
DAFTAR PUSTAKA
A.K. Muda, Ahmad, (2003). Kamus Lengkap Kedokteran. Edisi Revisi. Jakarta :
Gitamedia Press.
Syaifuddin.(1997). Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Edisi 2. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran (EGC).
Tarwoto, Watonah, dan Eros Siti Suryati. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: CV Sagung Seto
Y. D. Hartanto, S.kep., Ns. (2009). Laporan Pendahuluan Tumor Cerebri. Jakarta :
blogspot.com
Suddart, Brunner (2000). Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC

Vous aimerez peut-être aussi