Vous êtes sur la page 1sur 4

Nama `

: JUAIRIA

NIM

: 07111001079

Dosen : Drs. Eko Budiwidjayanto. MSi


Administrasi Pembangunan Kelas A

Pendapatan, Penganggaran, dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara


A. Pendapatan Keuangan Negara
UU No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
sumber-sumber pendapatan APBN dan APBD
Sumber-sumber pendapatan APBN dan APBD ialah sebagai berikut:
1. Sumber pendapatan APBN:
Dari pajak:

pajak pertambahan nilai (PPn)

pajak penjualan atas barang-barang mewah (PPnBM)

pajak bumi dan bangunan (PBB)

pajak penghasilan (PPh)

Bea materai

Bea cukai

Bea export dan import

dari bukan pajak:


SDA dan MIGAS
Non migas (kehutanan, pertambangan umum, perikanan, dll)
Penerimaan negara bukan pajak (PNBP)
Laba BUMN
Hibah

2. Sumber pendapatan APBD:


pendapatan asli daerah:
pajak daerah
SUBROT0 (07111001016)

hasil kekayaan daerah yang dipisahkan


retribusi daerah
lain-lain
pinjaman daerah

B. Anggaran Pendapatan dan Belanja Lembaga Negara


Dalam mengatur perekonomian negara, tentunya dibutuhkan suatu sistem yang baik,
sistem tersebut adalah membuat suatu mekanisme yang mampu mengatur dan mengelola
penerimaan maupun pengeluaran negara dari segala sektor ekonomi. Maka disusunlah Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan
pemerintah negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). APBN berisi
daftar sistematis dan transparansi yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara
selama 1 tahun anggaran (1 Jan-31 Des).
APBN dibuat berdasarkan beberapa tahapan. Pemerintah mengajukan rancangan APBN
dalam bentuk RUU kepada DPR. Setelah melalui pembahasan, DPR menetapkan UU tentang
APBN selambat-lambatnya 2 bulan sebelum tahun anggaran dilaksanakan.
Penyusunan APBN dibuat berdasarkan 3 prinsip, yaitu:
1. Intensifikasi penerimaan anggaran dalam jumlah dan kecepatan penyaluran.
2. Intensifikasi penagihan dan pemungutan
3. Penuntutan ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh negara dan pemungutan denda
selain berdasarkan prinsip, Penyusunan APBN juga harus memenuhi azaz-azaz tertentu, yaitu:
1. Kemandirian, yaitu meningkatkan sumber penerimaan dalam negeri
2. Penghematan atau peningkatan efisiensi dan produktifitas.
3. Penajaman prioritas pembangunan
SUBROT0 (07111001016)

4. Menitikberatkan pada azaz-azaz dan UU negara.


Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN selambat-lambatnya 6 bulan setelah tahun
anggaran berakhir, presiden menyampaikan RUU tentang Pertanggungjawaban pelaksanaan
APBN kepada DPR berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPN)

C. Bentuk Pertanggungjawaban Keuangan Negara


UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, khususnya pasal 30-32 menjelaskan
tentang bentuk pertanggungjawaban keuangan negara. Dalam ketentuan tersebut, baik Presiden
maupun Kepala Daerah (Gubernur/Bupati /Walikota) diwajibkan untuk menyampaikan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD kepada DPR/DPRD berupa laporan keuangan
yang telah diperiksa oleh BPK selambat-lambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir
(Bulan Juni tahun berjalan). Laporan keuangan tersebut setidak-tidaknya berupa Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang mana
penyajiannya berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), dengan lampiran laporan
keuangan perusahaan negara/BUMN pada LKPP dan lampiran laporan keuangan perusahaan
daerah/BUMD pada LKPD.
Bentuk pertanggungjawaban keuangan negara dijelaskan secara rinci pada Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.
Khususnya pada pasal 2, dinyatakan bahwa dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan
APBN/APBD, setiap Entitas Pelaporan wajib menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan dan
Laporan Kinerja. Ketentuan ini tentunya memberikan kejelasan atas hirarki penyusunan laporan
keuangan pemerintah dan keberadaan pihak-pihak yang bertanggung-jawab didalamnya, serta
menjelaskan pentingnya laporan kinerja sebagai tambahan informasi dalam pertanggungjawaban
keuangan negara.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 ditetapkan bahwa pihak yang wajib
menyusun dan menyajikan laporan keuangan disebut dengan Entitas Pelaporan. Instansi

SUBROT0 (07111001016)

pemerintah yang termasuk entitas pelaporan adalah: (i) Pemerintah pusat, (ii) Pemerintah daerah,
(iii) setiap Kementerian Negara/Lembaga, dan (iv) Bendahara Umum Negara. Entitas pelaporan
adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban
berupa laporan keuangan. Sedangkan Entitas akuntansi adalah unit pemerintahan yang
berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan, namun laporan
keuangan yang dihasilkannya untuk digabungkan pada Entitas Pelaporan. Instansi yang termasuk
entitas akuntansi antara lain kuasa Pengguna Anggaran, termasuk entitas pelaksana Dana
Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan, untuk tingkat pemerintah pusat, serta SKPD, Bendahara
Umum Daerah (BUD) dan kuasa Pengguna Anggaran tertentu untuk tingkat pemerintah daerah.
Selain itu, entitas pelaporan juga wajib menyusun dan menyajikan laporan kinerja
sebagai tambahan informasi dalam pertanggungjawaban keuangan APBN/APBD. Laporan
kinerja

berisi

ringkasan

informasi

tentang input,

process,

output,

outcome,

benefit dan impact dari setiap kegiatan/program yang dijalankan oleh pemerintah, sehingga dapat
digunakan untuk mengetahui tingkat ekonomis, efisiensi dan efektifitas kegiatan/program
pemerintah.

SUBROT0 (07111001016)

Vous aimerez peut-être aussi