Vous êtes sur la page 1sur 26

ASKEP POST PARTUM

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


POST PARTUM
OLEH:
MASTURA ADAMA
K.10.01.006

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


MEGA BUANA PALOPO
TAHUN 2012-2013

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limapahan rahmat
dan hidaya-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Maternita
yang membahas tentang ASKEP Post Partum ini dapat terselesaikan sebelum
waktu yang ditargetkan.
Ucapan terima kasih penulis haturkan yang sebesar-besarnya kepada
Ibu Seniwati, S.St. Selaku dosen pembimbing mata kuliah Maternitas ini yang
telah memberikan tugas ini sebagai proses pembelajaran kepada seluruh
mahasiswa keperawatan STIKES Mega Buana angkatan 2012.
Dalam penulisan ASKEP ini penulis menyadari akan keterbatasan
kemampuan yang dimiliki, maka dari itu, penulis bersedia menerima saran
dan kritik yang membangun, guna perbaikan penyusunan tugas kedepannya.
Palopo 3, Oktober 2012
Penulis

Mastura Adama

DAFTAR ISI

A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

A.
B.

C.

D.
E.
F.

Kata
Pengantar
...........................................................................................
........................
Daftar
Isi
.......................................................................................................
........................
BAB I TINJAUAN TEORI
Pengertian
..........................................................................................
....................
Priode
Post
Partum
............................................................................................
Adaptasi Fisiologi dan Adaptasi Psikologis
...................................................
Pathway
................................................................................................
.......................
Pemeriksaan
Penunjang
.........................................................................................
Penatalaksanaan
........................................................................................
..................
Asuhan
Keperawatan
...............................................................................................
.
BAB II TINJAUAN KASUS
Pengkajian
................................................................................................
......................
Data
Fokus
........................................................................................................
............
Analisa
data
.........................................................................................................
........
Diagnosa
Keperawatan
............................................................................................
Rencana
Keperawatan
............................................................................................
Implementasi
............................................................................................
.....................

G. Evaluasi
....................................................................................................
........................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
.............................................................................................
.....................
B. Saran
......................................................................................................
.........................
DAFTAR
PUSTAKA
...................................................................................................
...............

BAB I
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Masa nifas atau masa purpenium adalah masa setelah partus selesai
dan berakhir setelah kira-kira 6 8 minggu (Manjoer, A dkk, 2001). Akan
tetapi seluruh alat genetal baruh pulih kembali seperti sebelumnya ada
kehamilan dalam waktu 3 bulan (Ilmu kebidanan, 2007). Masa nifas adalah
priode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan anak, ketika alat-alat reproduksi
tengah kembali ke kondisi normal (Barbara F. Weller,2005). Post partum
adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alatalat serta tidak tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung
kurang dari 24 jam (Saifuddin,2002). Masa purpenium dan masa nifas
dimulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan
tetapi seluruh alat genetal baru pulih kembali seperti sebelum ada kelahiran
dalam waktu 3 bulan (Siswosudarmo,2008). Jadi dapat disimpulkan bahwa
masa nifas atau post partum adalah masa setelah kelahiran bayi pervagina
dan berakhir setelah alat-alat kandungan kembali seperti semula tanpa
adanya komplikasi.
B. Priode Post Partum
Tahapan yang terjadi pada masa nifas menurut Saleha 2009 adalah sebagai
berikut:
1. Priode immediate post partum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam. Pada masa ini sering
terdapat masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu
bidan harus tetarur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran
lochea, teknan darah, dan suhu.

2. Priode early post partum antara 24 jam sampai 1 minggu


Pada fase ini dapat memastikan involasi uteri dalam keadaan normal, tidak
ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
3. Periode late post partum antara 1 minggu sampai 5 minggu
Pada priode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan seharihari serta konseling keluarga berencana.
C. Adaptasi Fisiologi dan Adaptasi Psikologis
Adaptasi yang terjadi pada masa post partum adalah:
1. Adaptasi fisiologis
Adaptasi atau perubahan yang terjadi pada ibu post partum normal yaitu:
a. System reproduksi:
Uterus
Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang nerkontraksi posisi
fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara umbilicus dan simfisis,
atau sedikit lebih tinggi. Dua hari kemudian, kurang lebih sama dan
kemudian mengerut, sehingga dalam dua minggu telah turun masuk
kedalam rongga pelvis dan tidak bisa diraba dari luar. Dalam keadaan
normal, uterus mencapai ukuran besar pada masa sebelum hamil sampai
dengan kurang 4 minggu, berat uterus setelah kelahiran kurang 1 kg sebagai
akibat ivolusi. Satu minggu setelah melahirkan beratnya menjadi kurang
lebih 500 gram, pada akhir minggu kedua setelah persalinan menjadi kurang
lebih 300 gram, setelah itu menjadi 100 gram atau kurang. Otot-otot uterus
segera berkontraksi setelah post partum.
Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
dalam masa nifas. Lochea dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
a) Lochea rubra atau cruenta.
Berisi darah segar dan sisi-sisi selaput ketuban, sel-sel desidua, serviks
kaseosa, lanugo han mekonium, selama dua hari post partum
b) Lochea sanguinolenta.
Berwarnah merah kuning berisi darah dan lendir, selama hari ke 3 hingga
hari ke 7 post partum.
c) Lochea serosa.
Berwarna kuning, cair tidak berdarah lagi, pada hari ke 7 hingga hari ke 14
post partum.
d) Lochea alba.

Cairan putih selama dua minggu


(Siswosudarmo, 2008)
Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah timbunya trombosis, degenerasi,
dan nekrosis di tempat implatasi plasenta. Pada hari pertama tebal
endometrium 2,5 milimeter, mempunyai permukaan yang kasar akibat
pelepasan desidua, dan slaput janin. Setelah tiga hari mulai rata, sehingga
tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi plasenta
(Saleha,2009)
Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan,
ostium sksterna dapat dimasuki oleh dua hingga tiga jari tangan. Setelah
enam minggu post natal, serviks menutup. Karena robekan kecil-kecil yang
terjadi selama dilatasi, serviks tidak pernah kembali ke keadaan sebelum
hamil (nulipara) yang berupa lubang kecil seperti mata jarum.
Serviks hanya kembali pada keadaan tidak hamil yang berupa lubang
yang sudah sembuh. Tertutup tetapi terbentuk celah. Dengan demikian
osservivis wanita yang sudah pernah melahirkan merupakan salah satu
tanda yang menunjukkan riwayat kelahiran bayi lewat vagina (Farrer,2001)
Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses persalinan. Dan dalam beberapa hari pertama sesudah
proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur.
Setelah 3 minggu vagina kembali pada keadaan tidak hamil dan rugae dalam
vagina secara berangsur-ansur akan muncul kembali, sementara labia
menjadi menonjol. Himen mengalami ruptur pada saat melahirkan bayi
pervagina dan yang tersisa hanya sisa-sisa kulit yang disebut kurunkulae
mirtiformis. Orifisium vagina biasanya tetap sedikit membuka setelah wanita
tersebut melahirkan (Farrer 2001)
Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari
kelima, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya
sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan.
Relaksasi dasar panggul dan otot-otot abdomen juga dapat bertahan
(Farres,2001)
Mamae
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara
alami. Selama sembilan bulan kehamilan, jaringan pyudara tumbuh dan

b.

c.

d.

e.

f.

menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bayi baru lahir. Setelah


melahirkan ketika hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk
menghambatnya, kelenjar pituitary akan mengeluarkan prolaktin. Sampai
hari ke tiga setelah melahirkan, efek prolaktin payudara mulai bisa dirasakan
(Saleha 2009).
Sistem pencernaan
Selama 2 jam pasca persalinan kadang dijumpai pasien yang merasa
mual sampai muntah. Atasi hal ini dengan posisi tubuh yang memungkinkan
dapat mencegah terjadinya aspirasi kedalam saluran pernafasan dengan
setengah duduk atau tidur ditempat tidur. Perasaan haus pasti dirasakan
pasien, oleh karena itu hidrasi sangat diperlukan untuk mencegah dehidrasi
(Sulisyawanti, 2010)
Sistem perkemihan
Selama 2 sampai 4 jam pasca persalinan kandung kemih masih dalam
keadaan hipotonik akibat adanya alotaksis, sehingga sering dijumpai
kandung kemih dalam keadaan penuh dan mengalami pembesaran. Hal ini
disebabkan oleh tekanan pada kandung kemih dan uretra selama persalinan.
Kondisi ini dapat ringankan dengan selalu mengusahakan kandung
kemih tetap kosong selama persalinan untuk mencegah trauma. Setelah
melahirkan, kandung kemih sebaiknya tetap kosong guna mencegah uterus
berubah posisi. Uterus yang berkontraksi dengan buruk meningkatkan
perdarahan dan nyeri (Sulisyawati,2010).
Sistem muskuloskletal
Kadar MSH mengalami penurunan secara cepat setelah post partum.
Linea nigra dan closma gravidarum menghilang setelah melahirkan. Striae
gravidarum yang ada tumbuh pada abdomen, paha, payudara secara
berangsur-angsur menjadi garis putih kurang nyata, tapi tidak hilang secara
sempurna setelah post partum (Jansen, B.2005)
Sistem endokrin
Setelah plasenta lahir, estrogen dan progesteron mengalami
penurunan. Pada wanita tidak menyusui, estrogen meningkat dan mencapai
puncak follikuler pada minggu ketiga post partum yang mungkin kembali
proses mensturasi. Sedang pada wanita menyusui, proses kembalinya kadar
estrogen dan progesteron lebih lambat. Laktasi ditandai dengan adanya
peningkatan kadar prolaktin yang cepat dengan adanya proses menyusui.
Sedangkan pada wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin akan ditekan
dengan kembali pada keadaan normal seperti sebelum hamil.
Perubahan tanda-tanda vital

Dalam 2 jam pertama setelah persalinan, tekanan darah, nadi,


pernafasan akan berangsur kembali normal. Suhu pasien biasanya akan
mengalami sedikit peningkatan tapi masih dibawa 38 derajat celcius, hal ini
disebabkan oleh kurangnya cairan dan kelelahan. Jika intake cairan baik,
maka suhu akan berangsur normal kembali setelah 2 jam (Sulistywati,2010)
g. Sistem kardiovaskuler
Pada persalinan pervagina kehilangan darah sekitar 200 sampai 500 ml.
Setelah persalian Shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah pasien
akan relatif bertambah. Keadaan ini akan menjadikan beban pada jantung,
dan akan menimbulkan dekompensasio cordis, keadaan ini dapat diatasi
dengan mekanisme kompensasi dengan adanya hemo konsentrasi sehingga
volume darah kembali seperti awal (Sulityawati,2010)
2. Adaptasi psikologis
Priode ini terjadi dalam 3 tahap:
a. Taking in period
Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat
tergantung pada orang lain, fokus perhatian pada tubuhnya, itu lebih
mengingat pengalaman melahirkan dan persalian yang dialami, serta
kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.
b. Taking hold period
Berlangsung 3-4 hari post partum ibu lebih berkonsentrasi pada
kemampuannya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap
perawatan bayi. Pada masa ini ibu sangat sensitive, sehingga membutuhkan
bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.
c. Letting go period
Dialami setelah ibu dan bayi dirumah. Ibu mulai secara penuh
menerima tanggung jawab sebagai seorang ibu dan menyadari atau
merasakan kebutuhan bayi sangat bergangtung pada dirinya.

D. Pathway

E. Pemerikasaan penunjang
Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo,2008:
1. Pemerikasaan umum: tensi,nadi,keluhan dan sebagainya
2. Keadaan umum: TTV, selera makan dll
3. Payudara: air susu, puting
4. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
5. Sekres yang keluar atau lochea
6. Keadaan alat kandungan
Pemeriksaan penunjang post partum menurut Manjoer arif dkk, 2001
1. Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum
2. Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta.
F. Penatalaksanaan
1. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8
jam pasca persalian. Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan kiri untuk
mencegah terjadinya trombosis dan tromboembloli. Pada hari ke 2
diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan dan hari ke 4 sampai sudah
diperbolehkan pulang.
2. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, sebaiknya makanmakanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan
buah-buahan
3. Miksi
Hendaknya kencing akan dilakukan sendiri akan secepatnya. Bila kandung
kemih panuh dan sulit tenang, sebaiknya dilakukan katerisasi. Dengan
melakukan mobilisasi secepatnya tak jarang kesulitan miksi dapat diatasi
(Mansjoer, A dkk, 2001).
4. Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3 sampai 4 hari pasca persalinan. Bila
terjadi opstipasi dan timbul koprostase hingga skibala tertimbun di rectum,
mungkin terjadi febris. Lakukan klisma atau berikan laksan per oral atatupun
per rektal. Dengan melakukan mobilisasi sedini mungkin tidak jarang
kesulitan defekasi dapat diatasi (Manjoer, A dkk, 2001)
5. Perawatan payudara
a. Dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras dan
kering sebagai persiapan untuk menyusui bayi.

b. Jika puting rata sejak hamil ibu dapat menarik-narik puting susu. Ibu harus
tetap menyusui agar puting selalu sering tertarik.
c. Puting lecet
Puting lecet dapat disebabkan cara menyusui atau perawatan payudara tidak
benar dan infeksi monilia. Penatalaksanaan dengan tekhnik menyusui yang
benar, puting harus kering saat menyusui, puting diberi lanolin. Monilia
diterapi dengan menyusui pada payudara yang tidak lecet. Bila lecetnya luas
menyusuinya ditunda 24 jam sampai 48 jam air susu ibu dikeluarkan dengan
atau pompa.
d. Payudara bengkak
Payudara bengkak disebabkan pengeluaran air susu yang tidak lancar karena
bayi tidak cukup sering menyusui atau terlalu cepat disapih.
Penatalaksanaan dengan menyusui lebih sering dan kompres hangat. Susu
dikeluarkan dengan pompa dan pemberian analgesic.

e.

Mastitis
Payudara tampak edema, kemerahan dan nyeri yang biasanya terjadi
beberapa minggu setelah melahirkan. Penatalaksanaan dengan kompres
hangat atau dingin, pemberian antibiotik dan analgesic, menyusui tidak
dihentikan.
f. Abses payudara
Pada payudara dengan abses air susu ibu dipompa, abses dinsisi, diberikan
antibiotik dan analgesic
g. Bayi yang tidak suka menyusu
Keadaan ini dapat disebabkan pancaran air susu ibu yang terlalu kuat
sehingga mulut bayi terlalu penuh, bingung puting pada bayi yang menyusui
diselang seling dengan susu botol, puting rata yang terlalu kecil dan bayi
mengantuk. Pancaran air susu ibu yang terlalu kuat diatasi dengan menyusui
lebih sering, memijat payudara sebelum menyusui, serta menyusui dengan
terlengtang dengan bayi ditaruh diatas payudara.
Pada bayi dengan bingung puting, hindari dengan emakaian dot btol
dan gunakan sendok atau pipet untuk memberikan pengganti air susu ibu.
Pada bayi mengantuk yang sudah waktunya diberikan air susu ibu, usahakan
agar bayi terbangun (Manjoer, A,dkk,2001)
6. Laktasi
Disamping air susu ibu merupakan makanan utama bayi yang tidak ada
bandingannya, menyusui bayi baik untuk menjelmakan rasa kasih sayang

antara ibu dan anak. Setelah partus pengaruh menekan dari estrogen dan
progesteron terhadap hipofisis hilang. Timbul pengaruh lactogen hormon
prolaktin kembali dan pengaruh oksitosin mengakibatkan miop telium
kelenjar susu berkontraksi sehingga terjadi pengeluaran air susu. Umumnya
produksi air susu ibu berlansung betul pada hari kedua dan ketiga pasca
persalinan. Pada hari pertama air susu mengandung kolostrum yang
merupakan cairan kuning lebih kental daripada susu, mengandung banyak
protein dan globulin.
7. Perasaan mulas
Sesudah partus akibat kontraksi uterus kadang sangat mengganggu selama
2 3 hari pasca persalinan dan biasanya lebih sering pada multipara
dibanding primipara. Perasaan mulas lebih terasa saat menyusui, dapat pula
timbul bula masih ada sisah selaput ketuban, sisa plasenta atau giumpalan
darah dalam cavum uteri. Pasien dapat diberikan analgesic atau sedative
(Mansjoer, A dkk, 2001)
8. Latihan senam
Dapat diberikan mulai hari kedua misalnya: ibu terlentang lalu kedua kaki
ditekuk, kedua tangan ditaruh diatas dan menekan perut. Lakukan
pernafasan dada lalu pernafasan perut. Dengan posisi yang sama angkat
bokong lalu tarung kembali. Kedua kaki diluruskan dan disilangkan, lalu
kencangkan otot seperti menahan miksi dan defekasi. Duduklah pada kursi
perlahan bungkukkan badan sambil tangan berusaha menyentuh tumit.
9. Dianjurkan untuk mengambil cuti hamil
10. Pemeriksaan pasca persalinan:
a. Pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi, keluahan dll
b. Keadaan umum
: suhu, selera makan dll
c. Payudara
: air susu ibu, puting susu
d. Dinding perut
: perinium, kandung kemih, rektum
e. Sekret yang keluar misalnya loche, flour albus

f.
1.
2.
3.
4.

Nasehat untuk ibu post natal


Sebaiknya bayi disusui
Bawakan bayi untuk imunisasi
Lakukanlah keluarga berencana
Fisiotrapi post natal sangat baik bila diberikan

G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Data Dasar

a.
b.
c.
d.
e.

f.

Keluhan utama: sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut
bergerak
Riwayat kehamilan: umur kehamilan, serta riwayat penyakit menyertai
Riwayat persalinan: tempat persalinan, bormal atau terdapat komplikasi,
keadaan bayi, keadaan ibu.
Riwayat nifas masa lalu: pengeluaran air susu ibu lancar atau tidak, berat
badan bayi, riwayat keluarga berencana atau tidak
Pemeriksaan fisik: keadaan umum pasien, abdomen, saluran cerna, alat
kemih, lochea, vagina, perinium dan rektum, ekstrimitas kemampuan
perawatan diri
Pemeriksaan psikososial: respon dan persepsi keluarga, status psikologis
ayah, respon keluarga terhadap bayi.

2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis, pembesaran jaringan
atau distensi efek-efek hormonal
b. Ketidak efektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan,
pengalaman sebelumnya, tingkat dukungan, karaktristik payudara
c. Resiko tinggib terhadap cedera berhubungan dengan biokimia efek anastesi,
profil darah abnormal
d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan,
penurunan hemoglobin, prosedur invasive, pecah ketuban, malnutrisi
e. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan efek hormonal, trauma
mekanis, edema jaringan, efek anastesiditandai dengan distensi kandung
kemih
f. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
penurunan masukan atau penggantian tidak adekuat kehilangan cairan
berlebih
g. Kontipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek progesteron,
dehidrasi, nyeri perical ditandai dengan perubahan bising usus, feses kurang
dari biasanya.

h. Kurang pengetahuan atau kebutuhan belajar mengenai perawatan diri dan


bayi berhubungan dengan kurang pemahaman, salah intervensi, tidak tau
sumber-sumber
i. Keterbatasan gerak dan aktifitas berhubungan dengan nyeri luka jahitan
perineum.

3. Rencana Keperawatan
N
Diagnosa
Rencana tindakan
Rasional
o Keperawata Tujuan/kreteria
Intervensi
n
hasil
Kaji ulang skala
Mengidentifika
1 Nyeri akut
Setelah
berhubungan diberikan asuhan nyeri
si kebutuhan
dengan
keperawatan
dan intervensi
trauma
diharapkan nyeri Anjurkan ibu agar yang tepat
Untuk
mekanis,
ibu berkurang
menggunakan
pembesaran
dengan
tekhnik relaksasi
mengalihkan
jaringan atau menunjukkan
dan distraksi rasa perhatian dan
distensi efek- skla nyeri 0-1,
nyeri
rasa nyeri
efek
ibu mengatakan Motivasi untuk
yang
hormonal
nyerinya
mobilisasi sesuai
dirasakan
berkurang atau
indikasi
hilang, tidak
Memperlancar
merasa nyeri
saat mobilisasi
pengeluaran
dan TTV dalam Berikan kompres
lochea,
batas normal
hangat
mempercepat
involusi, dan
Celegasi
mengurangi
pemberian
nyeri secara
analgetik
bertahap
Meningkatkan
sirkulasi pada
perineum
Melonggarkan
sistem saraf
perifer
sehingga rasa

Ketidak
efektifan
menyusui
berhubungan
dengan
tingkat
pengetahuan
, pengalaman
sebelumnya,
tingkat
dukungan,
karaktristik
payudara

Setelah
diberikan asuhan
keperawatan,
diharapkan ibu
dapat mencapai
kepuasan
menyusui
dengan ibu
mengungkapaka
n proses situasi
menyusui, bayi
mendapat air
susu ibu yang
cukup

Kaji ulang tingkat


pengetahuan dan
pengalaman
ibu
tentang menyusui
sebelumnya
Demonstrasikan
dan tinjau ulang
teknik menyusui

Resiko tinggi
terhadap
cedera
berhubungan
dengan
biokimia efek
anastesi,
profil darah
abnormal

Setelah
diberikan asuhan
keperawatan
diharapkan
cedera pada ibu
tidak terjadi
dengan
menunjukkan ibu
dapat
mendemonstrasi
kan prilaku
unsur untuk
menurunkan
faktor resiko,
melindungi
harga diri bebas

Tinjau ulang kadar


hemoglobin serta
kehilangan darah
sewaktu
melahirkan,
observasi dan
catat tanda
anemia
Anjurkan
mobilisasi dan
latihan dini secara
bertahap
Kaji ada
hiperfleksia sakit
kepala atau
gangguan

Anjurkan ibu
mengeringkan
puting setelah
menyusui

nyeri
berkurang.
Membantu
dalam
mengidentifika
si kebutuhan
saat ini agar
memberikan
intervensi
yang tepat.
Posisi yang
tepat biasanya
mencegah
luka atau
pecah puting
yang dapat
merusak dan
mengganggu
Agar
kelembaban
pada patudara
tetap dalam
batas normal
Dapat
mengetahui
kesengjangan
kondisi ibu dan
intervensi
yang cepat
dan tepat

Meningkatkan
sirkulasi dan
aliran darah ke
ekstremitas
bawah
Bahaya

dari komplikasi

Resiko tinggi
terhadap
infeksi
berhubungan
dengan
trauma
jaringan,
penurunan
hemoglobin,
prosedur
invasive,
pecah
ketuban,
malnutrisi

Perubahan

penglihatan

eklamsi ada
diatas 72 jam
post partum
sehingga
dapat
diketahui dan
diintraksikan
Kaji lochea
Untuk dapat
Setelah
diberikan asuhan kontraksi uterus,
mendeteksi
keperawatan
dan kondisi jahitan tanda infeksi
diharapkan
episiotomi
lebih dini dan
infeksi pada ibu
mengintervens
Sarankan pada
tidak terjadi
i dengan tepat
Pembalut yang
ditandai dengan ibu agar
ibu dapat
mengganti
lembab dan
mendemonstrasi pembalut tiap 4
banyak darah
kan teknik untuk jam
merupakan
menurunkan
media yang
resiko infeksi,
menjadi
Pantau tandadan tidak
tempat
terdapat tandatanda vital
perkembangbi
tanda infeksi
akan kuman.
Lakukan rendam Peningkatan
bokong
suhu lebih dari
38 C
menandakan
Sarankan ibu
infeksi
membersihkan per Untuk
ineal dari depan
memperlancar
ke belakang.
sirkulasi ke
perineum dan
mengurangi
edema
Membantu
mencegah
kontaminasi
rektal melalui
vagina
Kaji dan catat
Mengetahui
Setelah

eliminasi urin
berhubungan
dengan efek
hormonal,
trauma
mekanis,
edema
jaringan, efek
anastesiditan
dai dengan
distensi
kandung
kemih

diberikan asuhan
keperawatan
diharapkan ibu
tidak mengalami
gangguan
eliminasi/ buang
air kecil ditandai
dengan Ibu
dapat berkemih
sendiri dalam 6
8 jam post
pasrtum, tidak
merasa sakit
saat buang air
kecil, jumlah
urine 1,5 2
liter/hari

Resiko tinggi
terhadap
kekurangan
volume
cairan
berhubungan
dengan
penurunan
masukan
atau
penggantian
tidak adekuat
kehilangan
cairan
berlebih

Setelah
diberikan asuhan
keperawatan ibu
diharapkan tidak
kekurangan
volume
cairan ditandai
dengan cairan
masuk dan
keluar seimbang,
hemoglobin dal
am batas normal
(12,0 sampai
16,0 gr/dl)

cairan masuk dan


keluar tiap 24 jam

balance cairan
pasien
sehingga
Anjurkan
diintervensi
berkemih 6-8 jam
dengan tepat
Melatih ototpost partum
Berikan teknik
otot
merangsang
perkemihan
berkemih seperti
Agar kencing
rendam duduk,
aliran air keran
yang tidak
Kolaborasi
dapat keluar,
pemasangan
bisa
kateter
dikeluarkan
sehingga tidak
ada retensi
Mengurangi
distensi
kandung
kemih
Ajarkan ibu agar Memberi
massage sendiri
rangsangan
fundus uteri
pada uterus
agar
berkontraksi
Pertahankan
kuat dan
cairan peroral 1,5- mengontrol
2 liter/hari
perdarahan.
Observasi
Mencegah
perubahan
terjadinya
suhu,nadi,tekanan dehidrasi
darah
Periksa ulang
Peningkatan
kadar hemoglobin suhu dapat
memperhebat
dehidrasi
Penurunan
hemoglobin

Kontipasi
berhubungan
dengan
penurunan
tonus otot,
efek
progesteron,
dehidrasi,
nyeri perical
ditandai
dengan
perubahan
bising usus,
feses kurang
dari biasanya

Setelah
diberikan asuhan
keperawatan
diharapkan
konstipasi tidak
terjadi pada ibu
ditandai dengan
ibu dapat buang
air besar
maksimal hari
ketiga post
partum, feces
lembek

Kurang
pengetahuan
atau
kebutuhan
belajar
mengenai
perawatan
diri dan bayi
berhubungan
dengan
kurang
pemahaman,
salah
intervensi,
tidak tau
sumber-

Setelah
diberikan asuhan
keperawatan
diharapkan
pengetahuan ibu
tentang
perawatan dini
dan bayi
bertambah,
dengan kreteria
ibu dapat
mengungkapkan
kebutuhan ibu
pada masa post
partum dan
dapat

tidak boleh
melebihi 2
gram% /100dl
Membantu
meningkatkan
prestaltik
gastrointestina
l

Anjurkan pasien
untuk melakukan
ambulasi sesuai
toleransi dan
meningkatkan
secara progresif
Pertahankan diet
Makanan
reguler dengan
kudapan diantara
seperti buah
makanan, tingkat dan sayuran
an makan buah
membantu
dan sayuran
meningkatkan
Anjurkan ibu BAB
pristaltik usus
pada Wc duduk
Kolaborasi
Mengurangi
pemberian
rasa nyeri
laksantia
Untuk
supositoria
mencegah dan
stres perineal
Berikan informasi Membantu
tentang perwatan mencegah
dini (perawatan
infeksi,
perineal)
mempercepat
perubahan
penyembuhan
fisiologi, lochea,
dan berperan
perubahan peran, pada adaptasi
istirahat, keluarga yang positif
berencana
dari
Berikan informasi perubahan
tentang
fisik dan
perawatan bayi
mental
yaitu perawatan
Menambah
tali pusat, ari,
memandikan dan
pengetahuan
imunisasi
ibu tentang

sumber

Keterbatasan
gerak dan
aktifitas
berhubungan
dengan nyeri
luka jahitan
perineum

Sarankan agar
melakukan
perawatan
aktivitas yang
mendemonstrasik bayi
perlu dilakukan
an apa yang
dan alasannya
sudah diperlajari
seperti
Memperjelas
perawatan bayi,
menyusui,
pemahaman
perawatan
ibu tentang
perineum
apa yang
sudah
dipelajari
Anjurkan
Meningkatkan
Setelah
diberikan asuhan mobilisasi dan
sirkulasi dan
keperawatan
latihan dini secara aliran darah ke
diharapkan
bertahap
ekstremitas
KIE perawatan
gerak dan
bawah

Mempercepat
aktifitas
luka jahitan
terkoordinasi
perinium
kesembuhan
dengan kreteria
luka sehingga
sudah tidak
memudahkan
nyeri pada luka
gerak aktivitas
jahitan pada
saat duduk, luka
jahitan perinium
sudah tidak sakit
atau nyeri
berkurang

BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 30 Agustus 2012 pukul 19:00 dengan
hasil sebagai berikut:
1. Identitas
a. Identitas Klien

b.

2.
a.

b.
c.

d.

e.
f.

Nama
: Ny S
Umur
: 32 tahun
Suku bangsa
: Indonesia
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: URT
Alamat
: Palopo, Rt 1 Rw 3
Identitas suami
Nama
: Tn R
Umur
: 34 tahun
Suku bangsa
: Indonesia
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Pedagang
Alamat
: Palopo
Riwayat Keperwatan
Persepsi terhadap persalian : Ibu datang ke klinik karena ingin melahirkan,
ibu tidak begitu tahu tentang persalinan, ibu mengatakan bahwa persalinan
ini tidak menimbulkan perubahan, ibu berharap bahwa persalinan dapat
berjalan lancar, ibu mengatakan tinggal bersama suami dan kedua anaknya,
ibu mengatakan bahwa keluarga dan orang tua adalah orang yang paling
penting dalam hidupnya, ibu mengatakan bahwa anggota keluarga bersikap
baik terhadap keadaannya saat ini, dan ibu juga mengatakan bahwa sudah
siap untuk bersalin sekarang.
Riwayat mensturwasi: menarehe umur 13 tahun, siklus teratur selama 7
hari, tidak ada keluhan, hari pertaha haid terakhir 12 desember 2011.
Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu: G2P1A0, ibu mengatakan
dari kehamilan pertama tidak mengalami gangguan dan berjalan lancar, dua
persalinan sebelumnya juga berlangsung secara normal di Puskesmas dan
dibantu bidan, kehamilan sekarang juga tidak mengalami masalah.
Kehamilan sekarang : G3P2A0 3 hari 38 minggu, sudah imunisasi tetanus 1
dan tetanus 2, ANC 6 kali selama hamil, tidak ada keluhan selama hamil,
hanya sering ingin merasa buang air kecil, tidak melakukan pengobatan
selama hamil, adakan pergerakan janin sejak umur 4 bulan, rencana
perawatan bayi sendiri.
Kesanggupan dalam merawat bayi: brest care, nutrisi, keluarga berencana,
menyusui, namun ibu tidak paham mengenai senam nifas.
Persalinan sekarang : mulai kontraksi pada tanggal 30 agustus 2012 pukul
03.00 WITA secara teratur selama 3 kali dalam 10 menit, keluar darah lendir
dari vagina.

g.

h.

3.

4.
a.
b.

c.

d.
e.

f.

5.

Kala persalinan: kala I mulai persalinan tanggal 30 agustus 2012 pukul


06.00 WITA selama 11 jam, kala II mulai tanggal 30 agustus 2012 pukul
17.05 WITA. Berjenis kelamin perempuan, apgar score menit pertama 9,5
menit berikutnya 10, Kala III mulai tanggal 30 agustus 2012 pukul 17.10
WITA, tinggi fundus uteri sejajar pusar, kontraksi uterus baik, lama kala III
yaitu 5 menit, kelahiran plasenta spontan, kotiledon lengkap, selaput
lengkap, perdarahan selama persalinan kurang lebih 80cc, Kala IV keadaan
umum baik, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 84x/menit, pernafsan 20
x /menit, suhu 36 C. Tinggi fundus uteri 1 cm dibawah pusat, kontraksi
uterus baik, perdarahan 90 cc. Perineum episotomi heacting 1.
Keadaan bayi: berat badan lahir 3,4 kg, tinggi badan 49 cm, Lingkar dada 30
cm, lingkar kepala 32 cm, pusat normal, anus berlubang, dan tidak ada
kelainan
Post Partum Sekarang
Keadaan umum ibu baik, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 84x/menit,
pernfasan 20x/menit, suhu 36 C, tinggi Tinggi fundus uteri 1 cm dibawah
pusat, kontraksi uterus baik, perdarahan 90 cc. Perineum episotomi heacting
1. Keadaan bayi: berat badan lahir 3,4 kg, tinggi badan 49 cm, Lingkar dada
30 cm, lingkar kepala 32 cm, pusat normal, anus berlubang, dan tidak ada
kelainan
Kebutuhan Dasar Khusus
Pola nutrisi: pola makan baik, ibu makan 3x sehari dengan lauk dan sayur,
dan tidak ada makanan ataupun sayuran yang tidak disukai
Pola eliminasi: ibu mengatakan buang air kecil 5 x hingga 6 x sehari, warna
kuning kecoklatan dan tidak ada keluahan, buang air besar 1 x sehari
berwarna kecoklatan, baunya khas, dan lembek.
Pola personal hygien: ibu mengatakan mandi 3x sehari dengan sabun, sikat
gigi 2 x sehari dengan pasta gigi, dan keramas setiap 2 atau 3 hari sekali
dengan memakai shampo
Pola istirahat tidur: ibu mengatakan tidur sehari 7-8 jam.
Pola aktifitas dan latihan: ibu mengatakan bahwa dirinya sebagai ibu rumah
tangga dan suaminya yang bekerja sebagai pedagang sayur untuk
membiayai hidup keluarganya, ibu tidak pernah melakukan olahraga, saat
waktu luang digunakan untuk berkumpul bersama keluarga menonton
televisi
Pola kebiasaan yang memepengaruhi kesehatan: ibu mengatakan tidak
merokok, tidak meminum minuman keras, dan tidak mengalami
ketergantunagan terhadap obat-obatan
Pemeriksaan fisik

Keadaan umum: baik, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 84x/menit,


pernafasan 20x/menit suhu 36 C, berat badan 57 kg, tinggi badan 154 cm.
Sistem penglihatan: posisi mata simetris, kelopak mata simetris, pergerakan
mata normal, konjuntiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, cornea tidak ada
kelainan
Sirkulasi jantung: tidak ada bunyi tambahan dan irama bunyi jantung
teratur, tidak ada sakit dibagian dada sebeklah kiri
Sistem pencernaan: keadaan mulut ada ceries gigi dan tidak terdapat gigi
palsu
Sistem uro genetalia: buang air kecil 5-6 x sehari terkontrol, sekitar lebih
1000cc, warna kuning kecoklatan.
Sistem integumen: turgor kulit sedang, warna kulit sawo matang, tidak
kontaraktur pada ekstremitas, tidak ada kedulitan pada pergerakan
ekstermitas,
Dada dan aksila: mamae membesar, areola mamae berwarna kecoklatan,
papilla mamae menonjol, colostrum belum keluar.
6. Pemeriksan Khusus Abdomen dan Genetalia
Abdomen: Inpeksi : tidak terdapat bekas luka dan bekas operasi, linea alba,
Palpasi : tinggi fundus uteri 1 cm dibawah pusat, kontraksi uterus baik atau
keras
Genetalia: Inspeksi: terdapat ipisotomi lateralis, lochea berwarnah merah
sebanyak kurang lebih 200cc, berbau khas, tidak ada oedema. Palpasi: tinggi
fundus uteri setinggi pusar, kondisi vesica urinari baik, tidak terjadi distensi
B. Data Fokus
Dari pengakajian yang dilakukan diperolah data sebagai berikut:
Data Obyektif: tekanan darah 130/80 mmHg, pernafasan 20x /menit, nadi 84
x/menit, suhu 36 C, ibu terlihat meringis kesakitan, terdapat heacting 1 pada
perineum ibu terpasang infuse pada tangan sebelah kiri
Data subyektif: ibu mengatakan nyeri pada luka bekas jahitan skala nyeri 6,
ibu mengatakan aktifitas gerak terganggu karena saat bergerak terasa sakit
C. Analisa Data Pasien
Dari data yang telah diperoleh, maka dapat diperoleh analisa data sebagai
berikut:
1. Data obyektif: terdapat heacting pada perineum, itu terlihat meringis
menahan sakit. Data obyektif ibu mengatakan terasa nyeri pada bekas
jahitan skala nyeri 6. Diagnosa keperawatan: nyeri akut berhubungan
dengan trauma perineum, jahitan perineum

2. Data obyektif: terdapat heacting 1 pada perinium. Data subyektif: ibu


mengatakan aktifitas gerak terganggu karena saat bergerak terasa sakit.
Diagnosa keperawatan: keterbatasan aktifitas gerak berhubungan dengan
nyeri pada luka jahitan perineum.
3. Data obyektif: ibu terpasang infuse pada tangan kiri, terdapat luka heacting
1 pada perineum. Data subyektif: tidak ada. Diagnosa keperawatan : Resiko
infeksi behubungan dengan tindakan invasive, jahitan perineum.

D. Diagnosa Keperawatan
Dari beberapa data yang ditemukan dalam pengkajian, maka diperoleh 3
diagnosa yang ada, yaitu:
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma perineum, jahitan perineum
2. Keterbatasan aktifitas gerak berhubungan dengan nyeri pada luka jahitan
perineum
3. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive, jahitan perineum
E. Rencana Keperawatan
N Diagnosa
Rencana Tindakan
o Keperawa Tujuan/Krite
intervensi
tan
ria
Kaji ulang skala
1 Nyeri akut
Setelah
berhubung dilakukan
nyeri
an dengan
asuhan
trauma
keperawatan
perineum,
selama 3x24 Ajarkan teknik
jahitan
jam nyeri
relaksasi
perineum
berkurang
atau hilang
Motivasi untuk
dengan
kreteria hasil
mobilisasi
pasien
merasa tidak
nyeri lagi

Berikan kompres

Rasional

Mengidentifika
si kebutuhan
dan intervensi
yang tepat
Untuk
mengalihkan
perhatian dan
rasa nyeri
yang
dirasakan
Memperlancar
pengeluaran
lochea,
mempercepat
involusi, dan
mengurangi

hangat

nyeri secara
bertahap
Celegasi
Meningkatkan
pemberian
sirkulasi pada
analgetik
perineum
Melonggarkan
sistem saraf
perifer
sehingga rasa
nyeri
berkurang
Anjurkan
Meningkatkan
Keterbatasa Setelah
n aktifitas
dilakukan
mobilisasi dan
sirkulasi dan
gerak
perawatan
latihan dini secara aliran darah ke
berhubung 3x24 jam
bertahap
ekstremitas
an dengan
aktifitas dapat KIE perawatan
bawah

Mempercepat
nyeri pada
berjalan
luka jahitan
luka jahitan dengan baik
perinium
kesembuhan
perineum
tanpa
luka sehingga
gangguan
memudahkan
Anjurkan keluarga gerak aktivitas
denmgan
kriteria hasil
untuk membantu Agar ibu
ibu dapat
ibu dalam
merasa dapat
beraktifitas
melakukan
diperhatikan
secara
aktifitas
oleh
nyaman dan
keluarganya
nyeri tidak
dirasakan lagi
Kaji lochea
Untuk dapat
Resiko
Setelah
infeksi
dilakukan
kontraksi uterus,
mendeteksi
berhubung asuhan
dan kondisi
tanda infeksi
an dengan keperawatan
jahitan episiotomi lebih dini dan
tindakan
selama 3x24
menginterven
Sarankan pada
invasive,
jam tidak
si dengan
jahitan
ditemukan
ibu agar
tepat
Pembalut yang
perineum
tanda infeksi
mengganti
dengan
pembalut tiap 4
lembab dan
kriteria hasil
jam
banyak darah
infeksi tidak
merupakan

terjadi, TTV
dalam batas
normal

F. Implementasi
N
Hari/tgl
o

Jumat/
31
agustus
2012

Jam

08.0
0
08.0
0
08.0
0
08.1
5

media yang
menjadi
Pantau tandatempat
tanda vital
perkembangbi
akan kuman.
Peningkatan
Lakukan rendam
suhu lebih dari
bokong
38 C
menandakan
infeksi
Untuk
Sarankan ibu
memperlancar
membersihkan pe sirkulasi ke
rineal dari depan
perineum dan
ke belakang.
mengurangi
edema
Membantu
mencegah
kontaminasi
rektal melalui
vagina

N
Implementasi
o
D
x
I Kaji ulang skala
nyeri
Ajarkan teknik
relaksasi
Motivasi untuk
mobilisasi
Berikan kompres
hangat
Celegasi
pemberian
analgetik

Evaluasi
Tindakan

Klien
mengatakan
masih nyeri,
Klien
mengatakan
nyeri terasa
ringan saat
melakukan
teknik
relaksasi
Klien

Para
f

08.0
0

Jumat/31
agustus
2012

07.1
5

08.3
0
08.0
0

Jumat 31
agustus
2012

08.0
0

10.3
0

08.0
0
09.3
0
10.1
5

mengatakan
nyeri terasa
berkurang
setelah
pemberian
obat
analgetik
II Anjurkan
Klien
mobilisasi dan
mengatakan
latihan dini secara sudah bisa
bertahap
sedikit
KIE perawatan
melakukan
luka jahitan
pergerakan
perinium
Luka sudah
Anjurkan keluarga mengalami
untuk membantu
penyembuha
ibu dalam
n
melakukan
Keluarga
aktifitas
klien
mengerti
akan instruksi
perawat
III Kaji lochea
Warna lochea
kontraksi uterus,
merah
dan kondisi jahitan kekuningan
episiotomi
dan tidak
Sarankan pada ibu terdapat
agar mengganti
tanda infeksi
pembalut tiap 4
Ibu
jam
mengatakan
Pantau tandamenggati
tanda vital
pembalut tiap
Lakukan rendam
4 jam
bokong
TTV dalam
Sarankan ibu
batas normal
membersihkan per Ibu
ineal dari depan ke mengatakan
belakang.
membersihka
n perineal

dari depan ke
belakang

G. Evaluasi Hasil
N Hari/tang
o
gal
1
Senin/3
september
2012

Jam
08.00

No
Dx
I

Senin 3
September
2012

DX
II

Senin/3
september

DX
III

Evaluasi Hasil
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x24
jam maka hasil yang dicapai:
S: Klien mengatakan nyeri
sudah berkurang dan tidak
dirasakan lagi
O: Klien sudah tidak terlihat
meringis lagi
A: Masalah teratasi
P: Hentikan tindakan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x24
jam maka hasil yang
diperoleh:
S: Ibu mengatakan sudah
tidak merasakan nyeri lagi
saat beraktifitas
O: Ibu sudah bebas
melakukan pergerakan
A: Masalah teratasi
P: Hentikan tindakan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x24

Paraf

2012

jam maka hasil yang


diperoleh :
S:
O: tidak terdapat tandatanda infeksi
A: Masalah teratasi
P: Hentikan tindakan

Vous aimerez peut-être aussi