Vous êtes sur la page 1sur 5

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Interaksi Sosial
Interaksi sosial tersusun dalam frasa endosentris atributif, dimana terdiri
atas konstituen-konstituen tidak setara. Konstituen-konstituen itu tidak dapat
dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau.
Berinteraksi telah menjadi pola kehidupan mahluk hidup di muka bumi
ini, terutama pada manusia yang sebaik-baiknya penciptaan sempurna diantara
mahluk-mahluk ciptaan ALLAH swt. sebagaimana firman-Nya dalam Q.S.
at-Tin/95: 4,



Terjemahannya:
Sesungguhnya
kami
yang sebaik-baiknya .

Telah

menciptakan

manusia

dalam

bentuk

Menurut Prof.Dr. Serjono Soekarto, interaksi sosial adalah hubungan


timbal-balik antara indvidu dengan individu, individu dengan kelompok, dan
antara kelompok dengan kelompok.1
Interaksi sosial adalah hubungan dinamis yang mempertemukan orang
dengan orang, kelompok dengan kelompok, maupun orang dengan kelompok
manusia2.
1

Soejono Dirdjosiswmo, Asas-asas Sosiologi (Bandung:Armico,1985), h.58

John Lewis Gillin mengemukakan bahwa interaksi sosial merupakan

hubungan-hubungan sosial dinamis yang menyangkut hubungan antar individu,


antara individu dan kelompok, atau antar kelompok3.
Selanjutnya, Walgito mengemukakan bahwa interaksi sosial adalah
hubungan timbal balik antara individu satu dengan individu lain, individu satu
dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, individu dengan
kelompok, atau kelompok dengan kelompok.4
Setelah meninjau beberapa definisi dia atas, maka Interaksi sosial dalam
pemahaman penulis adalah kegiatan yang di dalamnya terjadi pertukaran
informasi antara satu orang dengan orang lain, dua orang dengan kelompok atau
kelompok dengan kelompok dalam lingkaran ruang dan waktu
B. Bentuk Interaksi Sosial
Interaksi sosial dalam kehidupan bermasyarakat merupakan suatu kegiatan
natural, tanpa harus ada pendiktean khusus dalam melakukannya. Tapi perlu kita
ketahui bahwa, ada 4 bentuk interaksi sosial menurut Soerjono Soekanto, yaitu
Kerja sama (cooperation) persaingan (competition), pertentangan atau pertikaian
(conflict). dan akomodasi (accomodation) atau penyesuaian diri.5
1) Kerja sama (cooperation)

2
3

baharuddin, Sosiologi dan Pendidikan, (Jakarta:Genta Ghalia Indonesia,2008), h.17

Kun Maryanti dan Juju Suryawati, Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas X Kurikulum 2013,
(Jakarta: Esis, 2007), h.29.
4
B. Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: Andi Offset, 2003), h 65.
5
Sunaryo, Psikologi untuk Keperawatan, (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,2004),
h.268

Kerja sama (cooperation) merupakan salah satu bentuk interaksi sosial


yang utama. Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang per orang atau
kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Timbulnya
kerja sama karena kesada ran adanya kepentingan bersama. Kerja sama bertambah
kuat apabila ada musuh bersama atau ancaman bersama. Kerja sama juga dapat
bersifat agresif apabila kelompok mengalami kekecewaan dan perasaan tidak
puas. Kebudayaan adalah hal yang mendorong terjadinya kerja sama. Bentuk
kerja sama masyarakat Indonesia yang tradisional disebut gotong royong.
2) Persaingan (competiton)
Persaingan (competition) adalah suatu proses sosial di mana individu atau
kelompok manusia yang bersaing, mencari keuntungan melalui bidang kehidupan
yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum dengan cara
menarik perhatian publik atau mempertajam prasangka yang telah ada. Tipe
persaingan adalah bersifat pribadi (rivalry) dan bersifat tidak pribadi. Bentuk
persaingan, antara lain persaingan ekonomi, persaingan kebudayaan, persaingan
kedudukan dan peranan, serta persaingan ras.
3) Pertentangan atau Pertikaian (conflict)
Pertentangan atau pertikaian (conflict) adalah suatu proses sosial di mana
individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan
menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan atau kekerasan.

4) Akomodasi (accomodation)
Akomodasi berarti adanya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam
interaksi antara orang perorangan atau kelompok manusia dalam kaitannya
dengan norma sosial dan nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat. usahausaha untuk mencapal suatu kestabilan.
Secara umum, akomodasi adalah suatu cara untuk menyelesaikan
pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan
kepribadiannya.6
C. Pengaruh Sosial Media Terhadap Interaksi Sosial
Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi informasi saat ini,
maka pola kehidupan bermasyarakat juga ikut berkembang, diantaranya adalah
kegiatan berinteraksi dalam jaringan atau media sosial yang difasilitasi oleh
jaringan nirkabel via internet. Ada beberapa macam fasilitas berkomunikasi ria
yang diciptakan oleh fendor-fendor IT diantaranya, Facebook, Path, Tweeter,
Skype, dll.
Berbagai macam sosial media ini menjadikan para netizen atau pengguna
internet dapat saling berinteraksi tanpa harus bertemu fisik.
Beberapa waktu yang lalu, di Inggris terdengar rencana untuk
memasukkan Twitter sebagai salah satu kurikulum di Sekolah. Hal ini bisa saja
terjadi karena Twitter sendiri merupakan sebuah microblog yang dapat digunakan
6

Sunaryo, Psikologi untuk Keperawatan, (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,2004),


h.269-270

untuk menuliskan status secara singkat. Coba bayangkan jika seorang guru
memiliki semua akun Twitter siswanya, pastinya guru akan selalu mengetahul
update terbaru dan siswanya. Dengan adanya hal itu guru bisa mengetahui apa
yang sedang dilakukan siswanya atau bahkan mengetahui perasaaan siswanya
melalui status yang dibuat di dalam Twitter atau Facebook. Bahkan di Australia,
Twitter telah menjadi kurikulum wajib karena dinilai berrnanfaat dalam latihan
tugas menulis esai.7
Tapi, pemanfaatan sosial media dalam berinteraksi tidak selamanya
memberikan kemudahan dan kenyamanan dalam berinteraksi. Contohnya pada
penggunaan jejaring sosial Facebok. Tidak jarang pula komunikasi Facebook
menuai problematika, saling melecehkan, hingga akhirnya berujung di meja hijau,
Ini dikarenakan perilaku yang memang ada di dunia nyata dengan lebih
mudah lagi ditranslasikan di dunia maya. Siapa sangka pula seseorang berani
berkomentar sinis dan frontral di Facebook, tetapi itu mungkin tidak terjadi jika
keduanya sama-sama berada di dunia maya. Irulah salah satu kemudahan dan
sekaligus kelemahan yang digusung Internet, terkesan kontrol sosial lebih Iemah
meskupun jika dilihat dari kasus-kasus yang kemudian terjadi ini justru menjadi
pembelajaran bahwa kontrol sosial lebih lemah.8

Ridwan Sanjaya, dkk., Parenting untuk Pornografi di Internet,(Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo,2010) h. 70
8
Dominikus Juju dan Feri Sulianta, Hitam Putih Facebook, (Jakarta: Elex Media Komputindo,
2010), h.54

Vous aimerez peut-être aussi