Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN
A. Pengertian Interaksi Sosial
Interaksi sosial tersusun dalam frasa endosentris atributif, dimana terdiri
atas konstituen-konstituen tidak setara. Konstituen-konstituen itu tidak dapat
dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau.
Berinteraksi telah menjadi pola kehidupan mahluk hidup di muka bumi
ini, terutama pada manusia yang sebaik-baiknya penciptaan sempurna diantara
mahluk-mahluk ciptaan ALLAH swt. sebagaimana firman-Nya dalam Q.S.
at-Tin/95: 4,
Terjemahannya:
Sesungguhnya
kami
yang sebaik-baiknya .
Telah
menciptakan
manusia
dalam
bentuk
2
3
Kun Maryanti dan Juju Suryawati, Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas X Kurikulum 2013,
(Jakarta: Esis, 2007), h.29.
4
B. Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: Andi Offset, 2003), h 65.
5
Sunaryo, Psikologi untuk Keperawatan, (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,2004),
h.268
4) Akomodasi (accomodation)
Akomodasi berarti adanya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam
interaksi antara orang perorangan atau kelompok manusia dalam kaitannya
dengan norma sosial dan nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat. usahausaha untuk mencapal suatu kestabilan.
Secara umum, akomodasi adalah suatu cara untuk menyelesaikan
pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan
kepribadiannya.6
C. Pengaruh Sosial Media Terhadap Interaksi Sosial
Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi informasi saat ini,
maka pola kehidupan bermasyarakat juga ikut berkembang, diantaranya adalah
kegiatan berinteraksi dalam jaringan atau media sosial yang difasilitasi oleh
jaringan nirkabel via internet. Ada beberapa macam fasilitas berkomunikasi ria
yang diciptakan oleh fendor-fendor IT diantaranya, Facebook, Path, Tweeter,
Skype, dll.
Berbagai macam sosial media ini menjadikan para netizen atau pengguna
internet dapat saling berinteraksi tanpa harus bertemu fisik.
Beberapa waktu yang lalu, di Inggris terdengar rencana untuk
memasukkan Twitter sebagai salah satu kurikulum di Sekolah. Hal ini bisa saja
terjadi karena Twitter sendiri merupakan sebuah microblog yang dapat digunakan
6
untuk menuliskan status secara singkat. Coba bayangkan jika seorang guru
memiliki semua akun Twitter siswanya, pastinya guru akan selalu mengetahul
update terbaru dan siswanya. Dengan adanya hal itu guru bisa mengetahui apa
yang sedang dilakukan siswanya atau bahkan mengetahui perasaaan siswanya
melalui status yang dibuat di dalam Twitter atau Facebook. Bahkan di Australia,
Twitter telah menjadi kurikulum wajib karena dinilai berrnanfaat dalam latihan
tugas menulis esai.7
Tapi, pemanfaatan sosial media dalam berinteraksi tidak selamanya
memberikan kemudahan dan kenyamanan dalam berinteraksi. Contohnya pada
penggunaan jejaring sosial Facebok. Tidak jarang pula komunikasi Facebook
menuai problematika, saling melecehkan, hingga akhirnya berujung di meja hijau,
Ini dikarenakan perilaku yang memang ada di dunia nyata dengan lebih
mudah lagi ditranslasikan di dunia maya. Siapa sangka pula seseorang berani
berkomentar sinis dan frontral di Facebook, tetapi itu mungkin tidak terjadi jika
keduanya sama-sama berada di dunia maya. Irulah salah satu kemudahan dan
sekaligus kelemahan yang digusung Internet, terkesan kontrol sosial lebih Iemah
meskupun jika dilihat dari kasus-kasus yang kemudian terjadi ini justru menjadi
pembelajaran bahwa kontrol sosial lebih lemah.8
Ridwan Sanjaya, dkk., Parenting untuk Pornografi di Internet,(Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo,2010) h. 70
8
Dominikus Juju dan Feri Sulianta, Hitam Putih Facebook, (Jakarta: Elex Media Komputindo,
2010), h.54