Dan sesungguhnya di antara orang-orang yang berdoa, yaitu mereka yang
menasabkan diri mereka kepada orang-orang yang shalih. Maka mereka meminta kepada orang-orang terdahulu, dalam keadaan bodoh yang belum maju, fanatik buta, dengan akal yang mandul, pemahaman yang sakit dan hati yang sempit mencoba setiap yang baru, dan mengingkari setiap orang yang membawa hal yang baru. Yang bermanfaat. Dengan sebutan sesungguhnya itu bid’ah. dan sesungguhnya setiap bid’ah itu sesat tanpa membedakan antara macam-macam bid’ah dan seharusnya kita mengatakan sesungguhnya di antaranya ada bid’ah yang baik dan ada bid’ah yang buruk. Dan ini membutuhkan akal yang terang dan pandangan/pendapat yang cerdas cemerlang. Dan ini apa yang telah dibenarkan oleh ulama ushul salafiyah umat ini radiallahhu anhum seperti imam Izz bin Abdus Salam, Nawawi, Suyuthi, Mahalla dan ibnu Hajar. Dan hadis nabi yang menafsirkan bagian yang satu dengan bagian lainnya dan menyempurnakan bagian yang satu dengan bagian lainnya dan harus memandangnya dengan satu pandangan yang sempurna dan dari tafsirnya dengan ruh syari’ah dan pemahamannya disepakati di antara para ahli. Dan untuk ini kita menemukan banyak hadis-hadis mulia yang membutuhkan penafsiran dengan akal orang yang berakal dan fikiran yang cerdas, pemahaman yang lembut dan hati yang merasa. Yang digali dari perekat lautan syariah, menjaga kebutuhan umat dan kebutuhannya, menjalankannya dalam batasan-batasan qawaid syar’iyyah dan nash-nash Qur’aniyyah dan nabawiyyah yang tidak diperbolahkan keluar darinya. Dan contoh hadis ini: “setiap bid’ah sesat” maka sesungguhnya maksud dari perkataan bid’ah adalah yang jelek yang tidak termasuk di bawah ushul syar’i dan ketentuan ini dikeluarkan dalan hadis selain hadis ini. Seperti hadis; “Tidak ada shalat bagi orang yang tinggal dekat Mesjid, kecuali di Mesjid” Maka hadis ini mengandung pengertian yang sempit dalam “Tidak ada shalat bagi orang yang tinggal dekat Mesjid, kecuali di Mesjid” sesungguhnya keumumuman hadis mengandung ketentuan, dengan tidak ada shalat yang sempurna, dengan keluarnya perbedaan pendapat dalam masalah ini antara para ulama. Seperti hadis” Tidak ada shalat dengan hadirnya makanan” atau shalat yang semperna. Dan seperti hadis “tidaklah beriman salah seorang di antara kamu sampai ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya” mereka berkata atau iman yang sempurna. Dan seperti hadis “demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, dikatakan siapa ya Rasulullah ia bersabda: Barang siapa yang belum dipercaya tetangganya dengan taqwanya.” Dan seperti hadis “ tidak akan masuk surga orang yang mengadu domba” dan “Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan silaturrahmi dan orang yang durkaha kepada kedua orang tuanya” Maka ulama berkata sesungguhnya tidak masuk, tidak masuk pertama atau tidak masuk jika itu mustahil bagi akal. Dan hasil sesungguhnya mereka tidak menyimpang atas zhahirnya dan sesungguhnya mereka mengawali semua dengan berbagai macam ta’wil. Dan hadis bid’ah ini dari bab ini , maka keumuman hadis dan ahwal shahabah, mengandung maksud bid’ah yang buruk dan tidak digali dari ushul kulli. Dan dalam hadis ”barang siapa yang menunjukkan kebaikan maka baginya pahala dan pahala orang yang mengerjakannya sampai hari kiamat”. Dan dalam hadis “ bagimu sunnahku dan sunnah khulafaurrasyidin” dan Umar radialllahu anhu berkata dalam shalat tarawih “inilah nikmatnya bid’ah”.