Vous êtes sur la page 1sur 15

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PASIEN DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM
PRAKTIK KLINIK RUANG BAYI EDELWAIS RSUD NGUDI WALUYO WLINGI
MINGGU KE - V

DISUSUN OLEH
TRIYONO (1211005)

MENGETAHUI,
TANGGAL :

TANGGAL :
CI INSTITUSI

CI LAHAN

______________________________
NIK.

______________________________
NIP.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU PENDIDIKAN
PATRIA HUSADA BLITAR
2015
LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIK KLINIK RUANG BAYI EDELWAIS RSUD NGUDI WALUYO WLINGI
MINGGU V DENGAN PASIEN ASFIKSIA NEONATORUM
A. Pengertian
Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam
uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan,
persalinan atau segera lahir (Prawiro Hardjo, Sarwono, 1997).

Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak bisa bernafas
secara spontan dan adekuat (Wroatmodjo,1994).
Asfiksia Neonatotum adalah keadaan dimana bayi baru lahir yang tidak dapat
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini biasanya disertai
dengan keadaan dimana hipoksia dan hiperapneu serta sering berakhir dengan asidosis
(Santoso NI, 1992).
Asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan dengan
sempurna,

sehingga

tindakan

perawatan

dilaksanakan

untuk

mempertahankan

kelangsungan hidup dan mengatasi gejala lanjut yang mungkin timbul. Untuk
mendapatkan hasil yang memuaskan, beberapa faktor perlu dipertimbangkan dalam
menghadapi bayi dengan asfiksia.
B. Etiologi
Menurut pedoman Depkes RI Santoso NI, 1995. Ada beberapa faktor etiologi dan
predisposisi terjadinya asfiksiaa, antara lain sebagai berikut:
a. Faktor Ibu
Hipoksia ibu akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.
Hipoksia ibu dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian analgetika atau
anesthesi dalam gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak karena pendarahan,
hipertensi karena eklamsia, penyakit jantung dan lain-lain.
b. Faktor Placenta
Yang meliputi solutio plasenta, pendarahan pada plasenta previa, plasenta
tipis, plasenta kecil, plasenta tak menempel pada tempatnya.
c. Faktor Janin dan Neonatus
Meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit ke leher, kompresi tali pusat
antara janin dan jalan lahir, gemelli,IUGR, kelainan kongenital dan lain-lain.
d. Faktor Persalinan

Meliputi partus lama, partus tindakan dan lain-lain (Ilyas Jumiarni, 1995).
C. Patofisiologi
Selama kehidupan di dalam rahim, paru janin tidak berperan dalam pertukaran gas
oleh karena plasenta menyediakan oksigen dan mengangkat CO2 keluar dari tubuh janin.
Pada keadaan ini paru janin tidak berisi udara, sedangkan alveoli janin berisi cairan yang
diproduksi didalam paru sehingga paru janin tidak berfungsi untuk respirasi. Sirkulasi
darah dalam paru saat ini sangat rendah dibandingkan dengan setelah lahir. Hal ini
disebabkan oleh karena konstriksi dari arteriol dalam paru janin. Sebagian besar sirkulasi
darah paru akan melewati Duktus Arteriosus (DA) tidak banyak yang masuk kedalam
arteriol paru.
Segera setelah lahir bayi akan menariknafas yang pertama kali (menangis), pada
saat ini paru janin mulai berfungsi untuk respirasi. Alveoli akan mengembang udara akan
masuk dan cairan yang ada didalam alveoli akan meninggalkan alveoli secara bertahap.
Bersamaan dengan ini arteriol paru akan mengembang dan aliran darah kedalam paru
akan meningkat secara memadai. Duktus Arteriosus (DA) akan mulai menutup bersamaan
dengan meningkatnya tekanan oksigen dalam aliran darah. Darah dari jantung kanan
(janin) yang sebelumnya melewati DA dan masuk kedalam Aorta akan mulai memberi
aliran darah yang cukup berarti kedalam arteriole paru yang mulai mengembang DA akan
tetap tertutup sehingga bentuk sirkulasi extrauterin akan dipertahankan.
Pada saat lahir alveoli masih berisi cairan paru, suatu tekanan ringan diperlukan
untuk membantu mengeluarkan cairan tersebut dari alveoli dan alveoli mengembang
untuk pertama kali. Pada kenyataannya memang beberapa tarikan nafas yang pertama
sangat diperlukan untuk mengawali dan menjamin keberhasilan pernafasan bayi
selanjutnya. Proses persalinan normal (pervaginam) mempunyai peran yang sangat
penting untuk mempercepat proses keluarnya cairan yang ada dalam alveoli melalui
ruang perivaskuler dan absorbsi kedalam aliran darah atau limfe. Gangguan pada
pernafasan pada keadaan ini adalah apabila paru tidak mengembang dengan sempurna
(memadai) pada beberapa tarikan nafas yang pertama. Apnea saat lahir, pada keadaan ini
bayi tidak mampu menarik nafas yang pertama setelah lahir oleh karena alveoli tidak
mampu mengembang atau alveoli masih berisi cairan dan gerakan pernafasan yang
lemah, pada keadaan ini janin mampu menarik nafas yang pertama akan tetapi sangat

dangkal dan tidak efektif untuk memenuhi kebutuhan O2 tubuh. keadaan tersebut bisa
terjadi pada bayi kurang bulan, asfiksia intrauterin, pengaruh obat yang dikonsumsi ibu
saat hamil, pengaruh obat-obat anesthesi pada operasi sesar.
Dalam hal respirasi selain mengembangnya alveoli dan masuknya udara kedalam
alveoli masih ada masalah lain yang lebih panjang, yakni sirkulasi dalam paru yang
berperan dalam pertukaran gas. Gangguan tersebut antara lain vasokonstriksi pembuluh
darah paru yang berakibat menurunkan perfusi paru. Pada bayi asfiksia penurunan perfusi
paru seringkali disebabkan oleh vasokonstriksi pembuluh darah paru, sehingga oksigen
akan menurun dan terjadi asidosis. Pada keadaan ini arteriol akan tetap tertutup dan
Duktus Arteriosus akan tetap terbuka dan pertukaran gas dalam paru tidak terjadi.
Selama penurunan perfusi paru masih ada, oksigenasi ke jaringan tubuh tidak
mungkin terjadi. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan tergantung dari
berat dan lamanya asfiksia, fungsi tadi dapat reversible atau menetap, sehingga
menyebabkan timbulnya komplikasi, gejala sisa, ataupun kematian penderita. Pada
tingkat permulaan, gangguan ambilan oksigen dan pengeluaran CO2 tubuh ini mungkin
hanya menimbulkan asidosis respiratorik. Apabila keadaan tersebut berlangsung terus,
maka akan terjadi metabolisme anaerobik berupa glikolisis glikogen tubuh. Asam organik
yang terbentuk akibat metabolisme ini menyebabkan terjadinya gangguan keseimbangan
asam basa berupa asidosis metabolik. Keadaan ini akan mengganggu fungsi organ tubuh,
sehingga mungkin terjadi perubahan sirkulasi kardiovaskular yang ditandai oleh
penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung. Secara singkat dapat disimpulkan
bahwa pada penderita asfiksia akan terlihat tahapan proses kejadian yaitu menurunnya
kadar PaO2 tubuh, meningkat PCO2, menurunnya pH darah dipakainya sumber glikogen
tubuh dan gangguan sirkulasi darah. Perubahan inilah yang biasanya menimbulkan
masalah dan menyebabkan terjadinya gangguan pada bayi saat lahir atau mungkin
berakibat lanjut pada masa neonatus dan masa pasca neonatus.
Hipoksia janin atau bayi baru lahir sebagai akibat dari vasokonstriksi dan
penurunan perfusi pru yang berlanjut dengan asfiksia, pada awalnya akan terjadi
konstriksi Arteriol pada usus, ginjal, otot dan kulit sehingga penyediaan Oksigen untuk
organ vital seperti jantung dan otak akan meningkat. Apabila askfisia berlanjut maka
terjadi gangguan pada fungsi miokard dan cardiac output. Sehingga terjadi penurunan
penyediaan oksigen pada organ vital dan saat ini akan mulai terjadi suatu Hypoxic

Ischemic Enchephalopathy (HIE) yang akan memberikan gangguan yang menetap pada
bayi sampai dengan kematian bayi baru lahir. HIE ini pada bayi baru lahir akan terjadi
secara cepat dalam waktu 1-2 jam, bila tidak diatasi secara cepat dan tepat (Aliyah Anna,
1997).
D. Gejala Klinik
Gejala klinik Asfiksia neonatorum yang khas meliputi :

Pernafasan terganggu

Detik jantung berkurang

Reflek / respon bayi melemah

Tonus otot menurun

Warna kulit biru atau pucat

E. Diagnosis
Asfiksia pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia atau hipoksia
janin. Diagnosa anoksia / hipoksia dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukan
tanda-tanda gawat janin untuk menentukan bayi yang akan dilahirkan terjadi asfiksia,
maka ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatikan.

Denyut Jantung Janin


Frekuensi normal ialah 120 sampai 160 denyutan per menit, selama his

frekuensi ini bisa turun, tetapi diluar his kembali lagi kepada keadaan semula.
Peningkatan kecepatan denyutan jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi
apabila frekuensinya turun sampai dibawah 100/menit, dan lebih-lebih jika tidak
teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.

Mekanisme Dalam Air Ketuban

Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada
prosentase kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan terus timbul
kewaspadaan. Adanya mekonium dalam air ketuban pada prosentase kepala dapat
merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan
mudah.

Pemeriksaan PH Pada Janin


Dengan menggunakan amnioskopi yang dimasukkan lewat serviks dibuat

sayatan kecil pada kulit kepala janin dan diambil contoh darah janin. Darah ini
diperiksa pH-nya adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun
sampai dibawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya. Dengan penilaian pH
darah janin dapat ditemukan derajat asfiksia yaitu :
Tabel Penilaian pH Darah Janin

NO Hasil Sikor Apgar

Derajat Asfiksiaa

Nilai pH

1.

03

Berat

< 7,2

2.

46

Sedang

7,1 7,2

3.

7 10

Ringan

> 7,2

Sumber : Wiroatmodjo, 1994

Dengan Menilai Apgar Skor


Cara yang digunakan untuk menentukan derajat asfiksiaa yaitu dengan

penilaian APGAR. Apgar mengambil batas waktu 1 menit karena dari hasil
penyelidikan sebagian besar bayi baru lahir mempunyai apgar terendah pada umur
tersebut dan perlu dipertimbangkan untuk melakukan tindakan resusitasi aktif.
Sedangkan nilai apgar lima menit untuk menentukan prognosa dan berhubungan

dengan kemungkinan terjadinya gangguan neurologik di kemudian hari. Ada lima


tanda (sign) yang dinilai oleh Apgar, yaitu :
Tabel Penilaian Apgar

Tanda-tanda Vital Nilai = 0

1.

Nilai = 1

Nilai = 2

Appearance Seluruh tubuh biru Badan merah, kaki Seluruh

tubuh

atau putih

biru

kemerah-merahan

Tidak ada

Kurang dari

Lebih dari

100 x/ menit

150 x/ menit

Batuk dan bersin

(warna kulit)

2.

Pulse
(bunyi

jantung)

3.

4.

Grimance

Tidak ada

Menyeringai

(reflek)

Lunglai

Fleksi ekstremitas

Activity

Tidak ada

Fleksi kuat, gerak


aktif

(tonus otot)

5.

Respirotary

Lambat atau tidak Menangis


ada

kuat

atau keras

effort
(usaha bernafas)

Dari kelima tanda diatas yang paling penting bagi jantung karena peninggian
frekuensi jantung menandakan prognosis yang peka. Keadaan akan memburuk bila frekuensi
tidak bertambah atau melemah walaupun paru-paru telah berkembang. Dalam hal ini pijatan
jantung harus dilakukan. Usaha nafas adalah nomor dua. Bila apnea berlangsung lama dan

ventilasi yang dilakukan tidak berhasil maka bayi menderita depresi hebat yang diikuti
asidosis metabolik yang hebat. Sedang ketiga tanda lain tergantung dari dua tanda penting
tersebut.
Ada 3 derajat Asfiksiaa dari hasil Apgar diatas yaitu :

Nilai Apgar 7-10, Vigorous baby atau asfiksia ringan.


Bayi dalam keadaan baik sekali. Tonus otot baik, seluruh tubuh kemerah-

merahan. Dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.

Nilai Apgar 4-6 Mild Moderat atau asfiksia sedang.


Pada pemeriksaan fisik akan dilihat frekuensi jantung lebih dari 100 kali

permenit, tonus otot kurang baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.

Nilai Apgar 0-3, asfiksia Berat


Pada pemeriksaan ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100 kali permenit,

tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada.
F. Penatalaksanaan Medis

Pelaksanaan resusitasi

Membuka jalan nafas

Mencegah kehilangan suhu tubuh / panas

Pemberian tindakan vtp (ventilasi tekanan positif)

Pemberian obat-obatan penunjang

G. Komplikasi

Sembab Otak

Pendarahan Otak

Anuria atau Oliguria

Hyperbilirubinemia

Obstruksi usus yang fungsional

Kejang sampai koma

Komplikasi akibat resusitasinya sendiri : Pneumonthorax


(Wirjoatmodjo, 1994 : 168)

H. Prognosa
a. Asfiksia ringan / normal : Baik
b. Asfiksia sedang tergantung kecepatan penatalaksanaan bila cepat prognosa baik.
c. Asfiksia berat badan dapat menimbulkan kematian pada hari-hari pertama, atau
kelainan syaraf permanen. Asfiksia dengan pH 6,9 dapat menyebabkan kejang
sampai koma dan kelainan neurologis yang permanent misalnya cerebal palsy,
mental retardation
(Wirjoatmodjo, 1994 : 68).
I. Pemeriksaan Laboratorium
a. Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari :

Hb (normal 15-19 gr%) biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb cenderung


turun karena O2 dalam darah sedikit.

Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct) karena


bayi preterm imunitas masih rendah sehingga resiko tinggi.

Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct)

Distrosfiks pada bayi preterm dengan post asfiksi cenderung turun karena
sering terjadi hipoglikemi.

b. Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksi terdiri dari :

pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis


metabolik.

PCO2 (normal 35-45 mmHg) kadar PCO2 pada bayi post asfiksia
cenderung naik sering terjadi hiperapnea.

PO2 (normal 75-100 mmHg), kadar PO2 pada bayi post asfiksia cenderung
turun karena terjadi hipoksia progresif.

HCO3 (normal 24-28 mEq/L)

Urine

Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :

Natrium (normal 134-150 mEq/L)

Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L)

Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)

Photo thorax

Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.

J. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi


1. Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 sehubungan dengan post asfiksiaa berat
Intervensi
1)

Letakkan bayi terlentang dengan alas yang data, kepala lurus, dan leher sedikit

tengadah/ekstensi dengan meletakkan bantal atau selimut diatas bahu bayi sehingga bahu
terangkat 2-3 cm
2)

Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung bila perlu.

3)

Observasi gejala kardinal dan tanda-tanda cyanosis tiap 4 jam

4)

Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian O2 dan pemeriksaan kadar gas darah

arteri.
2. Resiko terjadinya hipotermi sehubungan dengan adanya proses persalinan yang lama
dengan ditandai suhu tubuh dibawah 36 C
Intervensi
1)

Letakkan bayi terlentang diatas pemancar panas (infant warmer)

2)

Singkirkan kain yang sudah dipakai untuk mengeringkan tubuh, letakkan bayi diatas

handuk / kain yang kering dan hangat.


3)

Observasi suhu bayi tiap 6 jam.

4)

Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian Infus Glukosa 5% bila ASI tidak

mungkin diberikan

3. Resiko gangguan penemuan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan reflek menghisap


lemah
Intrvensi
1)

Lakukan observasi BAB dan BAK jumlah dan frekuensi serta konsistensi

2)

Monitor turgor dan mukosa mulut.

3)

Monitor intake dan out put.

4)

Beri ASI/PASI sesuai kebutuhan

5)

Lakukan control berat badan setiap hari.


4. Resiko terjadinya infeksi sehubungan penurunan daya tahan tubuh bayi.

Intervensi
1)

Lakukan teknik aseptik dan antiseptik dalam memberikan asuhan keperawatan

2)

Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.

3)

Pakai baju khusus/ short waktu masuk ruang isolasi (kamar bayi)

4)

Lakukan perawatan tali pusat dengan triple dye 2 kali sehari.

5)

Jaga kebersihan (badan, pakaian) dan lingkungan bayi.

6)

Observasi tanda-tanda infeksi dan gejala kardinal

7)

Hindarkan bayi kontak dengan sakit.

8)

Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian antibiotik.


5. Resiko terjadinya hipoglikemia sehubungan dengan metabolisme yang meningkat

Intervensi
1)

Berikan nutrisi secara adekuat dan catat serta monitor setiap pemberian nutrisi.

2)

beri selimut dan bungkus bayi serta perhatikan suhu lingkungan

3)

Observasi gejala kardinal (suhu, nadi, respirasi)


6. Gangguan hubungan interpersonal antara bayi dan ibu sehubungan dengan perawatan
intensif.

Intervensi
1)

Jelaskan para ibu / keluarga tentang keadaan bayinya sekarang.

2)

Bantu orang tua / ibu mengungkapkan perasaannya.

3)

Orientasi ibu pada lingkungan rumah sakit.

4)

Tunjukkan bayi pada saat ibu berkunjung (batasi oleh kaca pembatas).

5)

Lakukan rawat gabung jika keadaan ibu dan bayi jika keadaan bayi memungkinkan.

DAFTAR PUSTAKA
Allen Carol Vestal, 1998, Memahami Proses Keperawatan, EGC : Jakarta
Aminullah Asril,1994, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina pustaka Sarwono Prawirohardjo:
Jakarta.
Aliyah Anna, dkk. 1997, Resusitasi Neonatal, Perkumpulan perinatologi Indonesia
(Perinasia): Jakarta
Effendi Nasrul, 1995, Pengantar Proses Keperawatan, EGC : Jakarta

Hasan Rusepno, dkk 1981, Penata Laksanaan Kegawat Daruratan Pediatrik, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.
Ilyas Jumlarni, 1995, Diagnosa Keperawatan, EGC : Jakarta.
Margareth. G.M, 1998, Intrudcutory Pediatric Nursing,Lippincott : New York
Rustam Mochtar, 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi, EGC : Jakarta.
Wahidiyat Iskandar, dkk. 1991, Diagnosis Fisik Pada Anak, Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia : Jakarta.

Vous aimerez peut-être aussi