Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
JUDUL KASUS
: Asma Bronkial
KELOMPOK
: I (Satu)
NIK
NIK
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL KASUS
: Asma Bronkial
KELOMPOK
: I (Satu)
NIK
NIK
Mengetahui,
Ketua program studi ilmu keperawatan
Sekolah tinggi ilmu kesehatan
Sari mulia Banjarmasin
Dini RaRahmiyani,S.Kep.,Ns.,MPH
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karuniaNYA kami dapat menyelesaikan penyusunan kasus seminar kelompok di ruang perawatan
nuri yang berjudul ASMA BRONKIAL. Penulisan kasus seminar kelompok ini
merupakan salah satu tugas dan persaratan untuk menyelesaikan praktik pre ners II .
Dalam penyusunan kasus seminar kelompok ini kami merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik secara teknis penulisan maupun materi yang terkandung di
dalamnya, mengingat kami masih dalam proses pembelajaran dan dengan kemampuan
yang kami miliki. Untuk itu saran dan kritik dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan penyusunan kasus seminar kelompok ini.
Dalam menyelesaikan kasus seminar kelompok ini kami menyampaikan ucapan
terimakasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
kasus seminar kelompok ini khususnya kepada :
1. Ellina Sari , AMK , Selaku Preseptor klinik (PK) di RS Sari Mulia Banjarmasin
2. Ns. Ahmad Syahlani, S.Kep. MSN , Selaku Preseptor akademik (PA)
3. Rekan rekan kelompok satu yang bekerjasama menggerjakan kasus seminar
kelompok ini
Akhirnya kami berharap semoga Allah memberikan imbalan atas bantuan mereka
berikan dan semoga kasus seminar kelompok yang kami susun dapat bermanfaat.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Secara umum Status Asmatikus adalah penyakit asma yang berat disebabkan
oleh peningkatan respon dari trachea dan bronkus terhadap bermacam macam stimuli
yang ditandai dengan penyempitan bronkus atau bronkhiolus dan sekresi yang berlebih
lebihan dari kelenjar kelenjar di mukosa bronchus. Hal tersebut dikarenakan adanya
faktor yang mempengaruhi, baik dari faktor ekstrinsik dan instrinsik.
Di dalam Faktor Ekstrinsik memperlihatkan Asma yang timbul karena reaksi
hipersensitivitas yang disebabkan oleh adanya IgE yang bereaksi terhadap antigen yang
terdapat di udara ( antigen inhalasi ), seperti debu rumah, serbuk serbuk dan bulu
binatang, sedangkan pada faktor instrinsik nya memperlihatkan bahwa asma timbul
akibat infeksi baik itu virus, bakteri dan jamur, cuaca iritan, bahan kimia, emosional, dan
aktifitas yang berlebihan. Penyakit asma ini berlangsung dalam beberapa jam sampai
beberapa hari, yang tidak memberikan perbaikan pada pengobatan yang lazim. Status
asmatikus merupakan kedaruratan yang dapat berakibat kematian.
Asma diklasifikasikan sebagai penyakit, intermiten reversibel, obstruktif dari paruparu. Ini adalah berkembang masalah kesehatan di Amerika Serikat, dengan sekitar 20
juta orang terkena dampak.
Dalam 20 tahun terakhir, jumlah anak dengan asma telah meningkat nyata, dan
tidak terkemuka serius penyakit kronis pada anak-anak. Sayangnya, sekitar 75% anak
dengan asma terus memiliki masalah kronis di masa dewasa. Jumlah kematian setiap
tahunnya dari asma telah meningkat lebih dari 100% sejak tahun 1979 di Amerika
Serikat.
Asma adalah penyakit saluran udara yang ditandai oleh peradangan saluran napas
dan hyperreactivity (Meningkat tanggap terhadap berbagai pemicu). Hyper-reaktivitas
mengarah ke saluran napas karena onset akut kejang otot pada otot polos dari
tracheobronchial obstruksi pohon, sehingga mengarah ke lumen menyempit. Selain
kejang otot, terdapat pembengkakan mukosa, yang menyebabkan edema. Terakhir,
kelenjar lendir peningkatan jumlah, hipertrofi, dan mengeluarkan lendir tebal.
1
Pada asma, kapasitas total paru (TLC), kapasitas residu fungsional (FRC), dan sisa
volume (RV) meningkat, tetapi tanda penyumbatan saluran napas adalah pengurangan
rasio paksa expiratory volume dalam 1 detik (FEV1) dan FEV1 dengan kapasitas vital
paksa (FVC). Meskipun asma dapat disebabkan oleh infeksi (khususnya virus) dan iritasi
dihirup, hal itu sering terjadi hasil reaksi alergi.
Sebuah alergen (antigen) diperkenalkan untuk tubuh, dan kepekaan seperti
antibodiimunoglobulin E (IgE) terbentuk. LgE antibodi mengikat untuk sel mast jaringan
dan basofil di mukosa bronkiolus, jaringan paru-paru, dan nasofaring. Antigen-antibodi
reaksi melepaskan zat mediator primer seperti histamin dan zat bereaksi lambat dari
anaphylaxis (SRS-A) dan lain-lain. Ini menyebabkan mediator kontraksi kelancaran otot
dan edema jaringan. Selain itu, sel goblet mengeluarkan lendir tebal ke saluran udara
yang menyebabkan obstruksi. Asma intrinsik hasil dari semua penyebab lain kecuali
alergi, seperti infeksi (Khususnya virus), menghirup iritasi, dan penyebab lainnya atau
etiologi. The parasimpatis sistem saraf menjadi terangsang, yang meningkatkan nada
bronchomotor, mengakibatkan bronkokonstriksi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari Asma Bronchial ?
2. Apa etiologi dari Asma Bronchial ?
3. Apa fatofisiologi Asma Bronchial ?
4. Apa manifestasi klinis Asma Bronchial ?
5. Bagaimana komplikasi dari Asma Bronchial ?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari Asma Bronchial ?
C. TUJUAN
1. UMUM
Untuk mengetahui penanganan pada Asma Bronchial di RS SARI MULIA
Banjarmasin
2. KHUSUS
1. Menjelaskan definisi dari Asma Bronchial ?
2. Menjelaskan etiologi dari Asma Bronchial ?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Asma adalah kondisi jangka panjang yang mempengaruhi saluran nafas-saluran kecil
yang mengalirkan udara masuk ked an keluar dari paru-paru(dr. eleanoor bull, 2005).
Asma adalah suatu sindrom dengan ciri adanya obstruksi janan nafas yang bisa
terjadi spontan atau pada kondisi spontan(Harrison,).
B. Etiologi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2.
3.
4.
Intermiten
: Gejala kurang dari 1x/minggu dan serangan singkat
Persisten ringan : Gejala lebih dari 1x/minggu tapi kurang dari 1x/hari
Persisten sedang : Gejala terjadi setiap hari
Persisten berat : Gejala terjadi setiap hari dan serangan sering terjadi
C. Patofisiologi
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma adalah
spasme otot polos, edema dan inflamasi membran mukosa jalan udara, dan eksudasi
mucus intraliminal, sel-sel radang dan debris selular. Obstruksi menyebabkan
pertambahan resistensi jalan udara yang merendahkan volume ekspresi paksa dan
kecepatan aliran, penutupan prematur jalan udara, hiperinflasi paru, bertambahnya kerja
pernafasan, perubahan sifat elastik dan frekuensi pernafasan. Walaupun jalan udara
bersifat difus, obstruksi menyebabkan perbedaaan satu bagian dengan bagian lain, ini
berakibat perfusi bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi dan menyebabkan kelainan
gas-gas darah terutama penurunan pCO2 akibat hiperventilasi.
4
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan alergen
menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut, histamin dilepaskan.
Histamin menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histamin
berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik. Karena histamin juga merangsang
pembentukan mukkus dan meningkatkan permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi
kongesti dan pembengkakan ruang iterstisium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang sensitif
berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu mudah mengalami
degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon peradangan tersebut, hasil
akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan mukus, edema dan obstruksi aliran udara.
D. Manifestasi klinis
1.
2.
3.
4.
Mengi
Nafas pendek
Dada terasa sesak
Batuk (episodic/bervariasi)
5
E. Komplikasi
1. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
2. Chronic persisten bronhitis
3. Bronchitis
4. Pneumonia
5. Emphysema
6. Meskipun serangan asma jarang ada yang fatal, kadang terjadireaksi kontinu yang l
ebih berat, yang disebut status asmatikus, kondisi ini mengancam Hidup (Smeltzer &
Bare, 2002).
F. Pemeriksaan Penunjang
1.
Pemeriksaan sputum
Kristal kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinofil.
Terdapatnya
Spiral
Curschman,
yakni
spiral
yang
merupakan
silinder
sel-sel
cabang-cabang bronkus Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
Terdapatnya neutrofil eosinofil
2.
Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi, sedangkan
Foto rontgen
6
Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada serangan asma,
gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru berupa rradiolusen yang bertambah, dan
pelebaran rongga interkostal serta diagfragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat
komplikasi, kelainan yang terjadi adalah:
Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah
Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan gambaran yang bertambah.
Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat pada paru.
4.
Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan penurunan tekanan sistolenya
dan bila lebih rendah dari 20%, seluruh pasien menunjukkan penurunan tekanan sistolik.
Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi terjadi pada seluruh asma,
FRC selalu menurun, sedangan penurunan TRC sering terjadi pada asma yang berat.
5.
Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat dibagi atas tiga
bagian dan disesuaikan dengan gambaran emfisema paru, yakni :
Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke kanan dan rotasi searah
jarum jam
Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat RBBB
Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES, dan VES atau terjadinya
relatif ST depresi.
G. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non
farmakologik dan pengobatan farmakologik.
1.
a.
b.
Fisioterapi
Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat
dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.
2.
Pengobatan farmakologik
a)
Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan jarak antara
semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk obat ini adalah
metaproterenol ( Alupent, metrapel ).
b)
Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan bila
golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada orang dewasa
diberikan 125-200 mg empatkali sehari.
c)
Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik, harus
diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol ( beclometason dipropinate )
dengan disis 800 empat kali semprot tiap hari. Karena pemberian steroid yang lama
mempunyai efek samping maka yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan
ketat.
d)
Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak . Dosisnya
berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
e)
Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari. Keuntunganya
dapat diberikan secara oral.
f)
3.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
1.
a.
Breathing
Circulation
Dissability
Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan neurologi
dengan memeriksa atau cek kesadaran, reaksi pupil.
2.
a.
berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali sampai kepada sesak yang hebat yang disertai
gangguan kesadaran.
Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu serangan. Pada serangan
asma bronkial yang ringan dan tanpa adanya komplikasi, keluhan dan gejala tak ada yang
khas. Keluhan yang paling umum ialah : Napas berbunyi, Sesak, Batuk, yang timbul
secara tiba-tiba dan dapat hilang segera dengan spontan atau dengan pengobatan,
meskipun ada yang berlangsung terus untuk waktu yang lama.
b.
Pemeriksaan Fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung diagnosis
asma dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna untuk mengetahui
penyakit yang mungkin menyertai asma, meliputi pemeriksaan :
1)
2)
Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit,
kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya bekas
atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut, kelembaban dan
kusam.
3)
Thorak
a)
Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya peningkatan
diameter anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat dan irama pernafasan serta
frekwensi peranfasan.
b)
Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.
c)
Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma
menjadi datar dan rendah.
d)
Auskultasi.
10
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari 4 detik
atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan Wheezing.
c.
Sistem pernafasan
1)
Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan seterusnya menjadi
produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi kental. Warna dahak jernih atau putih
tetapi juga bisa kekuningan atau kehijauan terutama kalau terjadi infeksi sekunder.
2)
3)
4)
Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang memanjang disertai ronchi
kering dan wheezing.
5)
Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada inspirasi bahkan
mungkin lebih.
6)
Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter anteroposterior rongga dada
yang pada perkusi terdengar hipersonor.
Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-otot bantu napas
(antar iga, sternokleidomastoideus), sehingga tampak retraksi suprasternal, supraclavikula
dan sela iga serta pernapasan cuping hidung.
7)
Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan dangkal dengan
bunyi pernapasan dan wheezing tidak terdengar(silent chest), sianosis.
d.
Sistem kardiovaskuler
1)
2)
Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun, gangguan irama jantung.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN ASMA YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tachipnea, peningkatan
produksi mukus, kekentalan sekresi dan bronchospasme.
11
8.
9.
N
O
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Bersihan jalan
RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN
KRITERIA HASIL
(NOC)
Setelah dilakukan
INTERVENSI (NIC)
NIC :
tindakan keperawatan
Airway Management
berhubungan dengan
selama 3 x 24 jam,
tachipnea, peningkatan
pasien mampu :
produksi mukus,
kekentalan sekresi dan
bronchospasme.
Respiratory
status : Ventilation
Respiratory
status : Airway patency
Aspiration
Control,
Posisikan pasien
Identifikasi pasien
12
Dengan kriteria
hasil :
Lakukan fisioterapi
perlu
Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara
Keluarkan sekret
Auskultasi suara
mengeluarkan sputum,
tambahan
Lakukan suction
pada mayo
Menunjukkan jalan
nafas yang paten (klien
tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam
Berikan
Berikan pelembab
cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
abnormal)
Mampu
Monitor respirasi
dan status O2
mengidentifikasikan dan
mencegah factor yang
dapat menghambat jalan
nafas
Gangguan
Setelah dilakukan
pertukaran gas
tindakan keperawatan
berhubungan dengan
selama 3 x 24 jam,
perubahan membran
pasien mampu :
kapiler alveolar
Respiratory
13
NIC :
Airway Management
Respiratory
Status : ventilation
Vital Sign
Status
Posisikan pasien
Identifikasi pasien
Dengan kriteria
nafas buatan
Mendemonstrasikan
Lakukan fisioterapi
peningkatan ventilasi
hasil :
perlu
adekuat
Keluarkan sekret
Memelihara
Auskultasi suara
tambahan
tanda distress
pernafasan
Lakukan suction
pada mayo
Mendemonstrasikan
bial perlu
Berika bronkodilator
Barikan pelembab
udara
dyspneu (mampu
cairan mengoptimalkan
mengeluarkan sputum,
keseimbangan.
dan status O2
Monitor respirasi
lips)
Tanda tanda
vital dalam rentang
normal
Respiratory Monitoring
respirasi
Catat pergerakan
dada,amati kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan,
retraksi otot supraclavicular dan
intercostal
seperti dengkur
Monitor kelelahan
Auskultasi suara
Tentukan kebutuhan
Auskultasi suara
Setelah dilakukan
efektif berhubungan
tindakan keperawatan
dengan penyempitan
selama 3 x 24 jam,
bronkus
pasien mampu :
15
NIC :
Airway Management
Respiratory
status : Ventilation
Respiratory
status : Airway patency
Vital sign
Status
Posisikan pasien
Identifikasi pasien
Dengan Kriteria
nafas buatan
Hasil :
Lakukan fisioterapi
perlu
Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara
Keluarkan sekret
Auskultasi suara
mengeluarkan sputum,
tambahan
Lakukan suction
pada mayo
Menunjukkan
Berikan
Berikan pelembab
cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
abnormal)
Tanda Tanda
Monitor respirasi
dan status O2
Terapi Oksigen
nadi, pernafasan)
16
abnormal
Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab
dari perubahan vital sign
4
Setelah dilakukan
hati berhubungan
tindakan keperawatan
dengan proses
selama 3 x 24 jam,
penyakit.
pasien mampu :
Pain Level,
Pain control,
Comfort level
Dengan Kriteria
Hasil :
Mampu
mengontrol nyeri (tahu
penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
Melaporkan
bahwa nyeri berkurang
dengan menggunakan
manajemen nyeri
Mampu
18
NIC :
Pain Management
Lakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
Observasi reaksi
nonverbal dari ketidaknyamanan
Gunakan teknik
komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri
pasien
Kaji kultur yang
mempengaruhi respon nyeri
Evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
Evaluasi bersama pasien
dan tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri
masa lampau
Bantu pasien dan
keluarga untuk mencari dan
menemukan dukungan
Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
Kurangi faktor
presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan
penanganan nyeri (farmakologi,
non farmakologi dan inter
personal)
Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
Monitor penerimaan
pasien tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration
Tentukan lokasi,
19
Cemas
Setelah dilakukan
berhubungan dengan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam,
20
NIC :
Anxiety Reduction
(penurunan kecemasan)
pasien mampu :
Anxiety
Gunakan pendekatan
yang menenangkan
control
Nyatakan dengan
Coping
Impulse
pasien
control
Dengan Kriteria
Hasil :
Jelaskan semua
Klien mampu
mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala
cemas
Pahami prespektif
Temani pasien untuk
mengurangi takut
Mengidentifikasi,
Berikan informasi
mengungkapkan dan
menunjukkan tehnik
tindakan prognosis
Dengarkan dengan
rub
penuh perhatian
Identifikasi tingkat
kecemasan
kecemasan
Dorong keluarga
Bantu pasien
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
21
Instruksikan pasien
mengurangi kecemasan
6
Ketidakseimbang
Setelah dilakukan
NIC :
tindakan keperawatan
Nutrition Management
kebutuhan tubuh
selama 3 x 24 jam,
berhubungan dengan
pasien mampu :
Nutritional
Status : food and Fluid
makanan
Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
Nutritional
pasien.
Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
Anjurkan pasien untuk
Dengan Kriteria
Hasil :
Adanya
Berat badan
ideal sesuai dengan
tinggi badan
Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
Tidk ada tanda
tanda malnutrisi
Menunjukkan
peningkatan fungsi
pengecapan dari
menelan
22
Tidak terjadi
yang berarti
dibutuhkan
Nutrition Monitoring
BB pasien dalam batas
normal
Monitor adanya
penurunan berat badan
Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
Monitor interaksi anak
atau orangtua selama makan
Monitor lingkungan
selama makan
Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak selama jam
makan
Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan mudah patah
Monitor mual dan
muntah
Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan kadar Ht
Monitor makanan
kesukaan
Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
23
Monitor pucat,
kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
Monitor kalori dan
intake nuntrisi
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila lidah
dan cavitas oral.
Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
7
Kurang
Setelah dilakukan
NIC :
pengetahuan
tindakan keperawatan
berhubungan dengan
selama 3 x 24 jam,
Berikan penilaian
faktor-faktor pencetus
pasien mampu :
asma.
Kowlwdge :
disease process
Kowledge :
health Behavior
Dengan Kriteria
Hasil :
Jelaskan patofisiologi
dari penyakit dan bagaimana hal
ini berhubungan dengan anatomi
dan fisiologi, dengan cara yang
Pasien dan
keluarga menyatakan
tepat.
Gambarkan tanda dan
pemahaman tentang
penyakit, kondisi,
Gambarkan proses
penyakit, dengan cara yang tepat
Identifikasi
keluarga mampu
melaksanakan prosedur
benar
keluarga mampu
menjelaskan kembali
kosong
Sediakan bagi keluarga
lainnya
Intoleransi
Setelah dilakukan
NIC :
aktivitas berhubungan
tindakan keperawatan
Activity Therapy
selama 3 x 24 jam,
Kolaborasikan dengan
dan ketidakseimbangan
pasien mampu :
Energy
conservation
Activity
tolerance
Self Care :
mampu dilakukan
Bantu untuk memilih
ADLs
Dengan Kriteria
Hasil :
Berpartisipasi
mengidentifikasi dan
peningkatan tekanan
Mampu
diinginkan
melakukan aktivitas
Bantu untuk
secara mandiri
26
Defisit perawatan
diri berhubungan
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
NIC :
Self Care assistane : ADLs
Monitor kemempuan
klien untuk perawatan diri yang
mandiri.
Monitor kebutuhan klien
untuk alat-alat bantu untuk
Dengan Kriteria
Hasil :
Klien terbebas
dari bau badan
Menyatakan
kenyamanan terhadap
kemampuan untuk
melakukan ADLs
Dapat
melakukan ADLS
dengan bantuan
yang dimiliki.
Dorong untuk
melakukan secara mandiri, tapi
beri bantuan ketika klien tidak
mampu melakukannya.
Ajarkan klien/ keluarga
untuk mendorong kemandirian,
untuk memberikan bantuan hanya
jika pasien tidak mampu untuk
27
melakukannya.
Berikan aktivitas rutin
sehari- hari sesuai kemampuan.
Pertimbangkan usia klien
jika mendorong pelaksanaan
1
0
Resiko infeksi
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
prosedur invasif
selama 3 x 24 jam,
aktivitas sehari-hari.
NIC :
Infection Control (Kontrol
infeksi)
pasien mampu :
Bersihkan
Immune Status
Risk control
lain
Dengan Kriteria
Hasil :
Pertahankan teknik
isolasi
Klien bebas
dari tanda dan gejala
bila perlu
infeksi
Menunjukkan
Batasi pengunjung
Instruksikan pada
kemampuan untuk
mencegah timbulnya
infeksi
Jumlah
leukosit dalam batas
normal
Gunakan sabun
Menunjukkan
perilaku hidup sehat
kperawtan
Gunakan baju,
Pertahankan
Ganti letak IV
Gunakan kateter
Tingkatkan intake
nutrisi
Berikan terapi
Monitor hitung
granulosit, WBC
Monitor kerentanan
terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Saring pengunjung
Partahankan teknik
Pertahankan teknik
isolasi k/p
Berikan perawatan
Inspeksi kondisi
Dorong masukkan
Dorong masukan
cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien
Ajarkan cara
menghindari infeksi
Laporkan
kecurigaan infeksi
positif
30
Laporkan kultur
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. Pengkajian
Hari/tanggal pengkajian : Jumat 13 Maret 2015
A. IDENTITAS
1. IDENTITAS KLIEN
Nama
: Tn. J
Jenis kelamin
Umur
: Laki-laki
: 35 thn
Pendidikan
: Sma
Alamat
Status perkawinan
Agama
: Sudah menikah
: Islam
Suku/bangsa
: Banjar
Tanggal masuk RS
: 13 Maret 2015
Diagnosa medis
: Asma Bronkial
: 00.77.52
: Ny. F
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
: 30 thn
Pekerjaan
: Perawat
Alamat
31
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
Klien mengeluh sesak saat bernafas.
2. Riwayat kesehatan / Penyakit sekarang
Klien mengeluh sesak nafas sejak tanggal 13 maret 2015 pagi dan diantar ke
IGD RS Sari Mulia Banjarmasin pada siang hari.
3. Riwayat kesehatan / Penyakit dahulu
Klien mempunyai riwayat sesak nafas 6 bulan yang lalu dan penah masuk
RS
M6
V5
Vital Sign
TD
: 130/70
: 80x/m
: 36x/m
: 38,2 C
2. Kulit
Elastisitas kulit baik, torgur kulit < 2 detik, kulit tampak lembab dan elastis
serta tidak ditemukan adanya pembengkakan dan kemerahan.
32
Palpasi
Perkusi
Aktivitas dan
Istirahat
Mandi
Di rumah
1 2 3 4
Menggosok gigi
Toilet
Berpindah
Mobilisasi di tempat
tidur
Mengganti pakaian
34
Tidur
Di rumah sakit
1 2 3 4
Keterangan
0 : Mandiri
1 : memerlukan bantuan dan pengawasan oang lain
2 : memerlukan bantuan/ pengawasan bimbingan sederhana
3 : memerlukan bantuan dan pengawasan orang lain dan alat bantu
4 : Tergantung secara total
2. Personal Hygiene
Di rumah : Mandi 2x sehari pagi dan sore, gosok gigi 2x sehari, ganti baju 2x
sehari.
Di RS : Sejak masuk s/d sekrang klien belum ada mandi, cuma gosok gigi
1x dan ganti baju setelah diseka pada pagi hari.
3. Nutrisi
Di rumah : Pola makan 3x sehari dengan lauk pauk yang bervariasi.
Di RS : Pola makan 3x sehari dengan diet bubur biasa, namun hanya
mampu menghabiskan setengah pori saja.
4. Eliminasi
Di rumah : Pola BAB 1x sehari, biasnya pada pagi hari, pola BAK 2-3x sehari.
Di RS : Eliminasi alvi (BAB) belum ada, Eliminasi BAK sering 2x.
5. Psikososial
Di rumah : Bisa beraktifitas seperti biasanya.
Di RS : Adanya keterbatasan saat ingin berkonsultasi karena keadaan klien
merasa aktifitasnya berkurang.
6. Seksualitas
Pemahaman klien terhadap fungsi seksual baik, klien berjenis kelamin
laki-laki dan klien tidak mengalami gangguan pada sistem reproduksinya.
35
7. Spritual
Klien beragama islam dan selama dirawat klien dapat melaksanakan sholat.
E. DATA FOKUS
Data Subjektif (DS) : Klien mengeluh sesak saat bernafas
Data Objektif (DO)
Inspeksi
Perkusi
Auskultasi
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada hasil lab
G. TERAPI FARMAKALOGI
Infs RL DS 2:1
20tpm
Inj Amifollin
1 amp/hari
Somerol
2x 125 mg
DATA
MASALAH
ETIOLOGI
o.
1
.
DS :
Ketidak
efektipan
Peningkatan
produksi sputum
RR : 30x/menit
secret (+)
Terpasang
selang
O2
liter/menit
2
DS :
.
Gangguan
Perubahan
membran
alveolar
sesak
DO :
Takikardi
Penurunan CO2
Warna kulit abnormal(pucat)
Frekuensi
dan
kedalaman
nafas abnormal
3
DS :
.
tidak
mampu
37
Adanya
akumulasi sekret
kapiler
38
39