Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
OLEH :
KELOMPOK VII
A3 - A
09.321.0623
09.321.0635
09.321.0637
09.321.0640
09.321.0641
09.321.0650
09.321.0651
Kanker uterus merupakan tumor ganas pada endometrium (lapisan rahim). Kanker ini
sering menyerang wanita di atas usia 50 tahun, tetapi dalam perkembangannya saat ini sudah
sering menyerang wanita di bawahnya akibat gaya hidup tidak sehat. Kanker ini bisa menyebar
(metastase) secara cepat dan pasti. Menyebarnya sel kanker ini bisa secara local (daerah rahim
saja) maupun menyebar ke bagian tubuh lainnya seperti kanalis servikalis, tuba falopii, ovarium,
daerah sekitar rahim, system getah bening atau bagian tubuh lain melalui pembuluh darah.
2. EPIDEMOLOGI
WHO dan Bank Dunia, 2005 memperkirakan setiap tahun, 12 juta orang di seluruh
dunia menderita kanker dan 7,6 juta di antaranya meninggal dunia. Jika tidak dikendalikan,
diperkirakan 26 juta orang akan menderita kanker dan 17 juta meninggal karena kanker pada
tahun 2030. Ironisnya, kejadian ini akan terjadi lebih cepat di negara miskin dan berkembang
(International Union Against Cancer /UICC, 2009).
Ditambahkan, kanker tertinggi yang diderita wanita Indonesia adalah kanker
payudara dengan angka kejadian 26 per 100.000 perempuan, disusul kanker leher rahim dengan
16 per 100.000 perempuan. Menurut data SIRS 2007, kasus kanker bronchus dan paru pada
pasien rawat inap sebesar 5,8% dari seluruh jenis kanker.
Salah satu faktor risiko yang menyebabkan tingginya kejadian kanker di Indonesia
yaitu prevalensi merokok 23,7%, obesitas umum penduduk berusia 15 tahun pada laki-laki
13,9% dan pada perempuan 23,8%. Prevalensi kurang konsumsi buah dan sayur 93,6%,
konsumsi makanan diawetkan 6,3%, makanan berlemak 12,8%, dan makanan dengan penyedap
77,8%. Sedangkan prevalensi kurang aktivitas fisik sebesar 48,2% (data Riskesdas tahun 2007).
3. ETIOLOGI
1. Usia, wanita dengan usia di atas 40 tahun sangat rentan terkena kanker rahim.
2. Hiperplasia endometrium, jaringan yang menghasilkan darah kotor, bila pada
kondisi upnormal.
3. Terapi sulih hormone, biasanya terapi ini digunakan untuk mengatasi gejalagejala monopouse, mencegah osteoporosis serta mengurangi gejala sakit jantung
dan stroke. Wanita yang mengkonsumsi estrogen tanpa progesterone memiliki
resiko yang lebih tinggi terkena kanker rahim sedangkan jika mengkonsumsi
estrogen dan progesterone memiliki resiko lebih rendah karena progesterone
melindungi rahim.
4. Obesitas, akan mengakibatkan tubuh menghasilkan estrogen dalam jaringan
lemak, estrogen tinggi meningkatkan resiko kanker rahim.
5. Diabetes, secara langsung memang tidak ada hubungannya tetapi dapat
menyebabkan frigid.
6. Hipertensi, ternyata tekanan darah tinggi bisa menjadi pencetus kanker rahim.
7. Tamoksifen, biasa dikonsumsi wanita untuk mencegah atau mengobati kanker
payudara. Resiko ini menyerupai resiko estrogen terhadap rahim.
8. Ras, kanker rahim lebih banyak dialami oleh wanita kulit putih.
9. Kanker kolorektal, atau kanker usus ternyata bisa menjadi pencetus kanker rahim.
10. Menarke, normalnya wanita mendapat haid pertama diusia 10-12 tahun, bila
dibawah usia tersebut sudah mendapat haid, hendaknya anda lebih waspada lagi
terhadap kanker rahim.
11. Monopouse di atas 52 tahun, akan terjadi ketidakseimbangan hormonal, sehingga
jaringan menjadi lebih sensitive terhadap perubahan hormone, ini bisa menjadi
pencetus kanker rahim.
12. Tidak memiliki anak, bukan berarti mandul tetapi akibat faktor x wanita ini tidak
menginginkan keturunan, wanita seperti ini beresiko tinggi terjangkit kanker
rahim.
13. Kemandulan, wanita mandul beresiko tinggi terkena kanker rahim.
14. Terkena ovarium polikista, merupakan tumor indung telur yang berbenjol-benjol
dan dapat merambah ke jaringan rahim lainnya.
15. Polip endometrium, jaringan endometrium, jaringan endometrium yang tumbuh
bertangkai.
16. Untuk memperkecil resiko terkena kanker rahim, rutinlah menjalani pemeriksaan
panggul dan pap smear serta penyaringan (termasuk biopsy endometrium), agar
tanda-tanda abnormal bisa diketahui lebih awal apabila anda memiliki faktor
resiko.
PATOFISIOLOGI
Penyebabnya yang pasti tidak diketahui, tetapi tampaknya penyakit ini melibatkan
peningkatan kadar estrogen.
Salah
satu
fungsi
estrogen
yang
normal
adalah
merangsang
pembentukan
lapisan epitel pada rahim. Sejumlah besar estrogen yang disuntikkan kepada hewan percobaan di
laboratorium menyebabkanhiperplasia endometrium dan kanker.
Wanita yang menderita kanker rahim tampaknya memiliki faktor resiko tertentu. (faktor
resiko adalah sesuatu yang menyebabkan bertambahnya kemungkinan seseorang untuk
menderita suatu penyakit). Wanita yang memiliki faktor resiko tidak selalu menderita kanker
rahim, sebaliknya banyak penderita kanker rahim yang tidak memiliki faktor resiko. Kadang
tidak dapat dijelaskan mengapa seorang wanita menderita kanker rahim sedangkan wanita yang
lainnya tidak.
Struktur yang berdekatan pada abdomen dan panggul dan melalaui penyebaran benih
tumor melalui cairan poritoneal ke rongga abdomen dan rongga panggul; orites dapat terjadi dan
cairan yang mengandung sel-sel ganas melalui saluran limfe menuju fleura dan akhirnya
menyebabkan efusi pleura.
Kebanyakan kanker ovarium adalah dari tumor epitel kanker ovarium cenderung untuk
tumbuh dan menyebar perlahan-lahan (tanpa tanda dan gejala) sampai akhirnya menekan organorgan yang berbatasan atau distensi abdomen. Kanker dapat menginvasi permukaan bawah
omentum, hati dan organ lain. Rute penyebaran melalui limfe, aliran darah dan peritoneal. Pada
kanker ovari dapat terjadi distensi abdomen, sering berkemih, pleura efusion, mal nutrisi, nyeri
karena tekanan yang disebabkan oleh pertumbuhan tumor dan dapat menyababkan obstruksi
saluran urine, konstipasi, asites dengan sesak.
PATHWAY
KLASIFIKASI
-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laparoskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal
dari ovarium atau tidak, serta dapat menentukan sifat tumor tersebut.
b. USG
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor
berasal dari uterus, ovarium atau kandung kemih, dan dapat pula dibedakan antara
cairan rongga perut yang bebas atau tidak.
c. Rontgen
Untuk menentukan adanya masalah paru.
d. Pembedahan/biopsi
Pembedahan
Kebanyakan penderita akan menjalani histerektomi (pengangkatan rahim). Kedua tuba
falopii dan ovarium juga diangkat (salpingo-ooforektomi bilateral) karena sel-sel tumor bisa
menyebar ke ovarium dan sel-sel kanker dorman (tidak aktif) yang mungkin tertinggal
kemungkinan akan terangsang oleh estrogen yang dihasilkan oleh ovarium. .
Jika ditemukan sel-sel kanker di dalam kelenjar getah bening di sekitar tumor, maka kelenjar
getah bening tersebut juga diangkat. Jika sel kanker telah ditemukan di dalam kelenjar getah
bening, maka kemungkinan kanker telah menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Jika sel kanker belum menyebar ke luar endometrium (lapisan rahim), maka penderita tidak
perlu menjalani pengobatan lainnya.
2.
Terapi penyinaran (radiasi)
Digunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel kanker.
Terapi penyinaran merupakan terapi lokal, hanya menyerang sel-sel kanker di daerah yang
disinari.
Pada stadium I, II atau III dilakukan terapi penyinaran dan pembedahan. Penyinaran bisa
dilakukan sebelum pembedahan (untuk memperkecil ukuran tumor) atau setelah
pembedahan (untuk membunuh sel-sel kanker yang tersisa).
Ada 2 jenis terjapi penyinaran yang digunakan untuk mengobati kanker rahim:
- Radiasi eksternal : digunakan sebuah mesin radiasi yang besar untuk mengarahkan sinar
ke daerah tumor. Penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 kali/minggu selama beberapa
minggu dan penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit. Pada radiasi eksternal tidak ada zat
radioaktif yang dimasukkan ke dalam tubuh.
- Radiasi internal : digunakan sebuah selang kecil yang mengandung suatu zat radioaktif,
yang dimasukkan melalui vagina dan dibiarkan selama beberapa hari. Selama menjalani
radiasi internal, penderita dirawat di rumah sakit.
3.
Kemoterapi Pada terapi hormonal digunakan zat yang mampu mencegah sampainya
hormon ke sel kanker dan mencegah pemakaian hormon oleh sel kanker. Hormon bisa
menempel pada reseptor hormon dan menyebabkan perubahan di dalam jaringan rahim.
Sebelum dilakukan terapi hormon, penderita menjalani tes reseptor hormon. Jika jaringan
memiliki reseptor, maka kemungkinan besar penderita akan memberikan respon terhadap
terapi hormonal.
Terapi hormonal merupakan terapi sistemik karena bisa mempengaruhi sel-sel di seluruh
PROGNOSIS
Karsinoma uterus yang tidak dapat diobati atau tidak memberikan respons terhadap
pengobatan 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul gejala. Pasien yang
menjalani histerektomi dan memiliki rasio tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi
karena lewat deteksi dini dapat diobati dengan radioterapi. Setelah histerektomi radikal,
terjadinya 80% rekurensi dalam 2 tahun.
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan bagaimana
pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.
Pengkajian data dasar.
a. Aktivitas dan istirahat
Gejala:
Kelemahan atau keletihan akibat anemia
Perubahan pada pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari.
Adanya faktor-faktor yang memengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas, dan keringat malam.
Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan dan tingkat stress tinggi.
b. Integritas ego
Gejala:
Faktor stress, merokok, minum alcohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan
religious atau spiritual, masalah tentang lesi cacat, pembedahan, menyangkal diagnosis,
pembedahan, menyangkal diagnosis, dan perasaan putus asa.
c. Eliminasi
Pengkajian eliminasi yang dapat dilakukan oleh perawat adalah sebagai berikut.
Pada kanker serviks: perubahan pada pola defekasi, perubahan eliminasi urinalis,
misalnya nyeri.
Pada kanker ovarium didapat tanda haid tidak teratur, sering berkemih, menopause
i. Seksualitas
Gejala: perubahan pola respons seksual, keputihan (jumlah karakteristik, bau),
perdarahan sehabis senggama (pada kanker servix).
j. Interaksi sosial
Gejala: ketidaknyamanan atau kelemahan sistem pendukung.
k. Penyuluhan
Gejala: riwayat kanker pada keluarga, sisi primer: penyakit primer, riwayat pengobatan
sebelumnya.
2. DIAGNOSA
1. Ansietas yang berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan
femininitas, dan perubahan bentuk tubuh.
2. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan seksuaitas, fertilitas, serta
hubungan dengan pasangan dan keluarga.
3. Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi lainnya.
4. Kurangnya pengetahuan tentang kurangnya terpajan informasi dan perawatan diri.
5. Pk perdarahan berghubungan dengan perubahan epitel uteri ditandai dengan pendarahan
diluar siklus haid
Tujuan & KH
Setelah
dilakukan
keperawatan
selama
Intervensi
tindakan
X
takut
Nadi (60-100x/menit)
Pernapasan
(16-
20x/mnt)
Secara umum pasien
MANDIRI
1.
tinjau
pengalaman
Rasional
ulang
klien
identifikasi
rasa
takut
dan
kesalahan konsep
apakah
telah
berdasarkan pada
pengalaman pada
dokter
atau
1. Membantu dalam
dukungan
kanker.
2. Meskipun
mampu
tampak rileks
beradaptasi atau
menyusaikan diri
diagnostic
dengan
atau
fase
pengobata.
KOLABORASI
3.
Rujuk
ibu/orang
terdekat
pada
program
bila
efek
terapi,
tetapi
banyak
klien
memerlukan
dukungan
tambahan selama
periode ini
3. Kelompok
pendukung
biasanya
sangat
menguntungkan,
baik untuk klien
maupun
orang
terdekat,
memberikan
kontak
dengan
ibu
dengan
kanker
pada
berbagai
tindakan
pengobatan
dan
pemulihan.
4. Mungkin perlu
untuk
memulai
dan
mempertahankan
struktur
psikososial
positif
bila
system
pendukung orang
terdekat
2.
Setelah
dilakukan
keperawatan
tindakan
selama
1. Motivasi
diskusi
tentang
atau
terganggu.
1. Dapat
membantu
menurunkan
pemecahan masalah
masalah
mengalami
mempengaruhi
atau
pengobatan
penerimaan
pada
peran
ibu
pengobataan
tangga,
merangsang
gangguan
citra
tubuh dengan KH :
Klien
mengungkapkan
pemahaman tentang perubahan
tubuh,penerimaan diri dalam
situasi yang sedang dialami.
rumah
orang
tua
atau
sebagainya.
2. Akui
kesulitan
dilakukan
asuhan
perasaan
ibu
dan
berikan
informasi
bahwa
pun
konseling
sering
proses
adaptasi.
1. Perhatikan pola
berkemih
diharapkan
awasi
terjadi
kemajuan penyakit
2. Memvalidasi
dialami,
atau
memberikan
dalam
Setelah
yang
3.
itu
urine.
2.
kandung
4. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan Intervensi
dan
keluaran
terjadi.
perlu
izin
untuk
5. EVALUASI
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, et. al.. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC
Cunningham, Gary, et.al..2005. Obstetri Williams. Jakarta: EGC
Doenges, E. Marilynn. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman untuk Perencanaan
dan Dokumentasi Perawatan Klien Edisi 2. Jakarta : EGC.
Mansjoer, A, (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 1, Jakarta , Media
Aesculapius.
Wiknjosastro , Hanifa. 2002. Ilmu Kandungan Edisi ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Drawirohardjo
Varney, Helen, et.al. 2001. Buku Saku Bidan. Jakarta : EGC.
http://indodiabetes.com/penanganan-diabetes-pada-ibu-hamil.html#ixzz14YlNIqXk
http://www.askep-askeb.cz.cc/2010/07/ibu-hamil-dengan-diabetesmellitus.html#ixzz14YkO05aG
http://www.kalbe.co.id/?mn=news&tipe=detail&detail=19542
http://darsananursejiwa.blogspot.com/2010/02/askep-kehamilan-dengan-diabetes.html