Vous êtes sur la page 1sur 66

DINAS PENDAPATAN,

PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASE


(DPPKA) PROVINSI DIY

ALUR KEBIJAKAN FISKAL DAERAH


PENDAPATAN

Pendekatan Wil Pemb

PAD
1.Pajak
2.Retribusi
3.Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah Yg
dipisahkan

S INKRONI SASI

BUMN/BUMD
SWASTA

4. Lain-lain PAD sah

BELANJA

Infrastruktur:
Jalan
Jembatan
Pelabuhan
Bandara
Listrik
Telekomunikasi

BL
BTL

DANA DEKON/TP
APBD
PROV/KAB/KOTA

STIMULUS
PUBLIC INVESTMNT
PRIVATE INVESTMNT

SUBSIDI

benih, bibit, pupuk

BUMD
Dana Bergulir

Pembiayaan

BLUD

MENINGKATNYA
CITRA PELAYANAN PUBLIK

SUN

Pemanfaatan
Aset, Produktif

STIMULUS
Percepatan

EFISIEN

DANA PERIMBANGAN

IMB
Amdal
Ijin
Lokasi
HO

Pinjaman Daerah
/ Obligasi Daerah

KSP
BGS

PDRD
PUBLIC
INVESTMNT

PDRB
Perkapita

PDRB (Primer
Sekunder, Tersier)

ISU STRATEGIS
A. Kebijakan Keuangan Daerah

(Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan)


B. Mempertahankan Opini Wajar Tanpa
Pengecualian
C. Mensejajarkan Posisi Pendapatan,
Belanja dan Aset sebagai unsur
penilaian kinerja keuangan
D. Peraturan-peraturan baru di Keuangan
Daerah

KEBIJAKAN
PENDAPATAN, BELANJA
DAN PEMBIAYAAN
PROVINSI DIY TAHUN
2013

TITIK BERAT ARAH KEBIJAKAN


KEUANGAN DAERAH

Kebijakan pendapatan keuangan daerah provinsi DIY


diarahkan kepada ketersediaan dana yang berkelanjutan
dengan jumlah yang memadai.
Kebijakan belanja keuangan daerah Provinsi DIY
diarahkan untuk mendukung kebijakan dan prioritas
strategis, terutama untuk mendukung kebutuhan dana
program strategis yang memiliki nilai tambah (valueadded), sesuai capaian target visi dan misi lima tahun ke
depan.
Arah pembiayaan Provinsi DIY diarahkan untuk menutup
defisit dan mengalokasikan pada pos-pos pembiayaan.

KEBIJAKAN PENDAPATAN

Pendekatan Pelayanan kepada Wajib Pajak


Penggalian sumber-sumber pendapatan baru

(ekstensifikasi)
Mewujudkan Pengelolaan aset daerah yang
optimal berbasis Teknologi Informasi;
Peningkatan kinerja BUMD
Peningkatan Dana Perimbangan

Intensifikasi dan Ekstensifikasi


Pendapatan Daerah
Sumber :

1.
2.

3.

4.
5.
6.

Pajak Daerah : PKB, BBNKB, PBBKB, dan Pajak Pengambilan serta Pemanfaatan
Air Permukaan.
Retribusi Daerah : Retribusi Jasa Umum (plyn kesehatan dll), Retribusi Jasa Usaha
(sewa tanah dll) dan Retribusi Perizinan Tertentu (Retribusi Izin Pos dan
Telekomunikasi)
Hasil Perusahaan Milik Daerah (PMD) dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan yang meliputi hasil penyertaan modal pada PT. Anindya Mitra
Internasional, PD. Taru Martani, BPD DIY dan Badan Usaha Kredit Pedesaan
(BUKP).
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah dimaksudkan untuk menampung
penerimaan-penerimaan dari Pendapatan Asli Daerah
Penerimaan dari dana perimbangan yang meliputi: Bagi hasil pajak, bagi hasil bukan
Pajak, DAU, DAK dan penerimaan lain-lain.
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Yang Sah berasal dari Sumbangan dari
Badan/Lembaga/Organisasi Swasta Dalam Negeri dan dari Pendapatan Lain-lain.

LANJUTAN
Optimalisasi Aset Daerah
Pemerintah Provinsi DIY memiiki aset yang dapat lebih dioptimalkan
pemanfaatannya untuk pelayanan kepada masyarakat maupun
untuk peningkatan pendapatan. Optimalisasi aset daerah dapat
dicapai dengan perbaikan pengelolaan aset, peningkatan
kerjasama dengan pihak lain/swasta, dan pembentukan badan
usaha baru yang khusus untuk pengoptimalan aset daerah.
Disamping itu, optimalisasi aset DIY juga dapat dilaksanakan
melalui kerjasama dengan pihak lain/swasta.

Peningkatan Dana Perimbangan dan Bagi Hasil


Dana yang berasal dari DAU perlu dikelola dengan sebaik-baiknya,
meskipun relatif sulit untuk memperkirakan jumlah realisasinya
karena bergantung pada pemerintah pusat. Sedangkan bagi hasil
pajak provinsi dan pusat dapat diupayakan melalui intensifikasi
dan ekstensifikasi. Pendapatan bagi hasil sangat terkait dengan
aktivitas perekonomian daerah.

Langkah-langkah strategis untuk


meningkatkan PAD
Perbaikan Manajemen

Melalui perbaikan manajemen diharapkan setiap potensi


pendapatan daerah dapat direalisasikan. Manajemen yang
profesional dapat dicapai dengan peningkatan kualitas
sumberdaya manusia dan perbaikan serta penyederhaan
sistem dan prosedur. Perbaikan manajemen ini baik pada
internal Pemerintah Provinsi DIY maupun pada BUMD.
Peningkatan Investasi

Peningkatan investasi dapat didorong dengan membangun iklim


usaha yang kondusif bagi berlangsungnya investasi.

KEBIJAKAN BELANJA
DAERAH
Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
provinsi dan kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib,
urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam
bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan
bersama antara pemerintah daerah atau antar pemerintah
daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundangundangan.
Belanja penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk
melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat
dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan
dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan,
kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak
serta mengembangkan sistem jaminan sosial.
Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat diwujudkan
melalui prestasi kerja dalam pencapaian standar pelayanan
minimal sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
10

Lanjutan
..
Belanja Daerah disusun menurut urusan, organisasi, program
dan kegiatan serta akun belanja
Belanja Daerah menurut urusan pemerintahan disusun
berdasarkan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan pemerintah daerah yang terdiri atas :
urusan wajib dan urusan pilihan
Belanja Daerah menurut organisasi disusun berdasarkan
satuan kerja perangkat daerah yang bertanggungjawab
melaksanakan urusan tersebut dan bertindak sebagai pusatpusat pertanggungjawaban uang/barang
Belanja Daerah menurut program dan kegiatan disusun
sesuai dengan kebutuhan dalam rangka melaksanakan
urusan pemerintahan daerah yang menjadi tanggungjawab
satuan kerja perangkat daerah
Belanja Daerah menurut akun belanja sesuai dengan
kebutuhan satuan kerja perangkat daerah.
Penyusunan Anggaran Belanja untuk setiap program dan
kegiatan mempedomani SPM yang telah ditetapkan, ASB dan
standar satuan harga.

A. Kebijakan Belanja Tidak Langsung


1.

Belanja Pegawai
Penyediaan gaji pokok dan tunjangan PNS
Daerah disesuaikan dengan hasil rekonsiliasi
jumlah pegawai dan belanja pegawai dalam
penghitungan DAU 2012 dengan
memperhitungkan rencana kenaikan gaji pokok
dan tunjangan PNSD serta pemberian gaji ke-13
Memperhitungkan adanya tunjangan ketiga
belas PNSD dan CPNSD serta "accres' gaji dg
nilai sebesar 1%

Kebijakan Belanja Tidak Langsung (LANJUTAN)

2.

Bantuan Sosial

Pemberian bantuan dapat dalam bentuk uang


dan/atau barang

Pemberian bantuan sosial dilakukan setelah


memprioritaskan pemenuhan belanja urusan
wajib dengan memperhatikan asas keadilan,
kepatutan, rasionalitas dan manfaat untuk
masyarakat

Pemberian bantuan sosial dilakukan secara


selektif, memenuhi persyaratan penerima
bantuan, bersifat sementara dan tidak terus
menerus, kecuali dalam keadaan tertentu dapat
berkelanjutan dan sesuai tujuan penggunaan

Kebijakan Belanja Tidak Langsung (LANJUTAN)

3.

Belanja Bagi Hasil

Digunakan untuk menganggarkan


dana bagi hasil yang bersumber
dari pendapatan provinsi kepada
kabupaten/kota dan pemerintah
desa.
Merupakan pembagian
hasil/realisasi pendapatan dari
pajak daerah.

Kebijakan Belanja Tidak Langsung (LANJUTAN)

4.

Bantuan Keuangan

Digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan


yang bersifat umum atau khusus dari pemerintah
provinsi kepada kabupaten/kota dan pemerintah desa.
Belanja bantuan keuangan yang bersifat umum
diberikan dalam rangka peningkatan kemampuan
keuangan bagi kabupaten/kota dan atau desa
penerima bantuan.
Bantuan keuangan yang bersifat khusus dianggarkan
dalam rangka untuk membantu capaian
program/kegiatan prioritas yang dilaksanakan sesuai
urusan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota
atau dalam rangka akselerasi pembangunan desa.

Kebijakan Belanja Tidak Langsung (LANJUTAN)

5.

Belanja Tidak Terduga

Belanja Tidak Terduga ditetapkan secara


rasional dengan mempertimbangkan
realisasi tahun anggaran sebelumnya dan
perkiraan kegiatan-kegiatan yang
sifatnya tidak dapat diprediksi, diluar
kendali dan pengaruh pemerintah
daerah, serta sifatnya tidak
biasa/tanggap, yang tidak diharapkan
berulang dan belum tertampung dalam
bentuk program/kegiatan

B. Kebijakan Belanja Langsung


1. Program dan kegiatan yang diusulkan pada belanja langsung
disesuaikan dengan kebijakan umum APBD, prioritas dan plafon
anggaran sementara, dan Rencana Strategis SKPD
2. Peningkatan alokasi anggaran belanja yang direncanakan oleh
setiap SKPD harus terukur yang diikuti dengan peningkatan
kinerja pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
3. Belanja Pegawai. Penganggaran honorarium PNSD dan Non
PNSD memperhatikan asaas kepatutan, kewajaran dan
rasionalitas dalam pencapaian sasaran program dan kegiatan.
4. Belanja Barang dan Jasa.
- Penganggaran barang pakai habis sesuai kebutuhan nyata dan
memperkirakan barang persediaan tahun berjalan
- Penganggaran perjalanan dinas dilakukan secara selektif,
frekuensi dan jumlah harinya dibatasi serta memperhatikan
target kinerjanya.
- Priotitas menggunakan aset/fasilitas daerah.

4. Belanja Modal
- Pengadaan barang inventaris dilakukan secara selektif sesuai
dengan kebutuhan masing-masing SKPD
- Pengadaan barang ineventaris dilakukan setelah evaluasi dan
pengkajian terhadap barang-barang inventaris yang tersedia
- Khusus pembangunan gedung dan bangunan milik pemerintah
memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku (Perpres
Nomor 73 Tahun 2011 tentang Pembangunan Bangunan
Gedung Negara)
belanja
modal
meliputi
sebesar
harga
- Penganggaran
beli/bangun aset tetap ditambah seluruh belanja yang terkait
dengan pengadaan/pembangunan aset tetap dimaksud sampai
siap digunakan.

KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
Penerimaan

pembiayaan merupakan transaksi keuangan yang


dimaksudkan untuk menutupi defisit anggaran. Penyebab utama
terjadinya defisit adalah adanya kebutuhan pembangunan yang
semakin meningkat dari tahun ke tahun. Penerimaan utama
pembiayaan dalam rangka menutup defisit anggaran adalah
penerimaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun yang lalu (SiIPA),
sedangkan yang kedua berasal dari penerimaan piutang daerah dan
penerimaan dari biaya penyusutan kendaraan.
Pengeluaran pembiayaan diprioritaskan pada pengeluaran yang
bersifat wajib, antara lain untuk pembayaran hutang pokok yang telah
jatuh tempo. Setelah pengeluaran wajib terpenuhi, maka pengeluaran
pembiayaan diarahkan untuk penyertaan modal kepada BUMD yang
berorientasi keuntungan dan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat.

19

KEBIJAKAN BANTUAN
SOSIAL DAN HIBAH

(Berpedoman pd Permendagri 32
Tahun 2011 dan Permendagri 39
Tahun 2012)

Hibah
adalah
uang/barang atau jasa
kepada :
- pemerintah atau

pemberian
dari pemda

- pemerintah daerah lainnya,


- perusahaan daerah,
- masyarakat dan
-organisasi kemasyarakatan
yang
secara
spesifik
telah
ditetapkan
peruntukannya,
bersifat tidak wajib dan tidak
mengikat, serta tidak secara terus
menerus yang bertujuan untuk
menunjang penyelenggaraan
urusan pemerintah daerah

Bansos
adalah
pemberian
bantuan berupa uang/barang
dari pemda kepada :
- individu,
- keluarga,
- kelompok dan/atau
-Masyarakat
yang sifatnya tidak secara
terus menerus dan selektif
yang
bertujuan
untuk
melindungi dari kemungkinan
terjadinya resiko sosial

Ditujukan untuk menunjang pencapaian sasaran


program dan kegiatan pemerintah daerah
dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan,
rasionalitas, dan manfaat untuk masyarakat.

Kejadian atau peristiwa yang dapat menimbulkan


potensi terjadinya kerentanan sosial yang
ditanggung oleh individu, keluarga, kelompok
dan/atau masyarakat sebagai dampak krisis
sosial, krisis ekonomi, krisis politik, bencana, atau
fenomena alam yang jika tidak diberikan
belanja bantuan sosial akan semakin terpuruk
dan tidak dapat hidup dalam kondisi wajar.

P
E
M
B
E
R
I
A
N
H
I
B
A
H

P
E
M
B
E
R
I
A
N
B
A
N
S
O
S

Sekurang-kurangnya harus berdasar atas:


atas

K
R
I
T
E
R
I
A

PEMBERIAN
HIBAH

PEMBERIAN
BANSOS

Peruntukan secara spesifik telah ditetapkan;


Tidak wajib dan tidak mengikat;
Bersifat sementara dan tidak terus menerus
setiap tahun anggaran, kecuali ditentukan lain oleh
peraturan perundang-undangan;
Memenuhi persyaratan penerima hibah.

Lanjutan

1. Rehabilitating Sosial : Ditujukan utk memenuhi dan mengembangkan kemampuan


sesorang yg mengalami disfungsi sosial agr dpt melaksanakan fungsi sosialnya
secara wajar .merehabiltasi yang terkena disfungsi sosial.
2. Perlindungan Sosial : ditujukan utk mencegah dan menangani resiko dr guncangan
dan kerentanan sosial seseorang, keluarga, kel masyarakat agr kelangsungan
hidupnya dpt dipenuhi sesuai dgn kebutuhan dasar minimal....mencegah dan
menangani dr guncangan dan resiko sosial
3. Pemberdayaan Sosial : ditujukan utk menjadikan sesorang atau kel masyarakat yg
mengalami masalah sosial mempunyai daya sehingga mampu memenuhi kebutuhan
dasarnya.penanganan masalah sosial agar dapat memenuhi kebutuhan dasar.
4. Jaminan Sosial : merupakan skema yg melembaga utk menjamin penerima bantuan
agr dpt memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yg layak...dapat hidup layak.
5. Penangulangan Kemiskinan : merupakan kebijakan program dan kegiatan yg
dilakukan terhadap orang, keluarga, kel masyarakat yg tdk mempunyai atau
mempunyai sumber mata pencaharian dan tdk dpt memenuhi kebutuhan yg layak
bagi kemanusiaan...bagi yang tidak punya sumber mata pencaharian dan tdk mampu
memenuhi kebutuhan yang layak
6. Penanggulangan Bencana : merupakan serangkaian upaya yg ditujukan utk
rehabilitasi....merehabilitasi setelah terkena bencana

EVALUASI (2)
(3)REKOMENDASI

SKPD
TERKAIT
(6)

(1)

KEPALA
DAERAH

(3) MELALUI

PYSN
PYSN RKA
RKA

USULAN
TERTULIS
CALON
PENERIMA

(7)

RKA-PPKD
(UANG)

RKA-SKPD
(BRG/JASA)

(3)
(4) PERTIMB
ANGAN

(8)

TAPD

PYSN RKA(6)
(5)

KUA & PPAS

(9)

R-APBD

PERDA APBD

Hibah/Bansos berupa uang dianggarkan dalam kelompok belanja tidak


langsung, jenis belanja hibah/bansos, obyek, dan rincian obyek belanja
berkenaan pada PPKD.
Hibah berupa barang atau jasa dianggarkan dalam program dan
kegiatan, jenis belanja barang dan jasa, obyek belanja hibah
barang/jasa berkenaan, dan rincian obyek belanja hibah barang atau
jasa kepada pihak ketiga/masyarakat berkenaan pada SKPD.
Bansos berupa barang dianggarkan dalam program dan kegiatan,
jenis belanja barang, obyek belanja bansos barang berkenaan, dan
rincian obyek belanja bansos barang kepada pihak ketiga/masyarakat
berkenaan pada SKPD.
Rincian obyek belanja dicantumkan nama penerima dan besaran
hibah /bansos.

H
I
B
A
H

B
A
N
S
O
S

PERTANGGUNGJAWABAN

PELAPO
RAN
DAN
PERTAN
GGUNG
JAWAB
AN

Penerima hibah berupa


uang menyampaikan
laporan kpd KDH melalui
PPKD tembusan SKPD
terkait
Penerima hibah
bertanggungjawab secara
formal dan material atas
penggunaan hibah yang
diterimanya

Penerima hibah berupa


barang/jasa
menyampaikan Lap kpd
KDH melalui SKPD terkait.
Hibah berupa barang yg
belum diserahkan kpd
penerima hibah sampai
dengan akhir tahun
anggaran berkenaan,
dilaporkan sebagai
persediaan dalam neraca
daerah

PEMDA
a. usulan calon
b. daftar penerima hibah
c. NPHD
d. pakta integritas penerima hibah
e. bukti transfer uang atau bukti serah
terima barang/jasa

PENERIMA
a.Lap. penggunaan hibah
b.Surat
peryataan
tanggungjawab
penggunaan hibah
c.Bukti pengeluaran yg lengkap dan sah
catatan :
a dan b disampaikan kepada KDH
sedangkan c disimpan oleh penerima
sebagai objek pemeriksaan.

PELAPO
RAN
DAN
PERTAN
GGUNG
JAWABA
N

Penerima bansos
berupa uang
menyampaikan laporan
kepada KDH melalui
PPKD tembusan SKPD
terkait
Penerima bansos
bertanggungjawab
secara formal dan
material atas
penggunaan bansos
yang diterimanya
Penerima bansos
berupa barang/jasa
menyampaikan laporan
kepada KDH melalui
SKPD terkait.
Bansos berupa barang
yg belum diserahkan
kepada penerima
bansos sampai dengan
akhir tahun anggaran
berkenaan, dilaporkan
sebagai persediaan
dalam neraca daerah

PERTANGGUNGJAWABAN
PEMDA
a. usulan calon
b. daftar penerima bansos
c. pakta integritas penerima
bansos
d. bukti transfer uang atau bukti
serah terima barang/jasa
PENERIMA
a.Lap. penggunaan bansos
b.Surat peryataan tanggungjawab
penggunaan bansos
c.Bukti pengeluaran yg lengkap
dan sah
catatan :
a dan b disampaikan kepada
KDH
sedangkan c.disimpan oleh
penerima sebagai objek
pemeriksaan.

LRA SKPD
KONSOLIDASI

LRA SKPD

BELANJA
LANGSUNG
JENIS BELANJA
BARANG DAN JASA
OBJEK BELANJA:
1.HIBAH BARANG/JASA
YG AKAN DISERAHKAN
KPD PIHAK
KETIGA/MASY
2.BANSOS BARANG YG
AKAN DISERAHKAN
KPD PIHAK
KETIGA/MASY
3.BARANG & JASA
LAINNYA

BELANJA TIDAK
LANGSUNG
JENIS BELANJA:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

BELJ. PEGAWAI
BELJ. BUNGA
BELJ. SUBSIDI
BELJ. HIBAH
BELJ. BANSOS
BELJ BAGI
HASIL
7. BELJ .BANTUAN
KEUANGAN
8. BELJ .TDK
TERDUGA

LRA PEMDA
KONVERSI (SAP)

BELANJA
OPERASI

1.BELJ. PEGAWAI
2.BELJ. BARANG
3.BELJ. BUNGA
4.BELJ. SUBSIDI
5.BELJ. HIBAH
6.BELJ.
BANTUAN
SOSIAL

1. SKPD terkait melakukan monev atas

pemberian hibah dan bansos.

2. Hasil monev disampaikan kpd KDH dgn

tembusan kpd SKPD yg mempunyai


tugas dan fungsi pengawasan.

3. Dalam

hal hasil monev terdapat


penggunaan hibah atau bansos yg tdk
sesuai dgn usulan yg telah disetujui,
penerima
hibah
atau
bansos
yg
bersangkutan dikenakan sanksi sesuai
dgn peraturan perundang-undangan.

Tata cara penganggaran, pelaksanaan dan


penatausahaan, pertanggungjawaban dan
pelaporan serta monev hibah dan bansos
diatur lebih lanjut dengan PERKADA
Pemda yg telah menetapkan PERKADA yg
mengatur pengelolaan pemberian hibah dan
bansos sebelum berlakunya Permendagri ini
harus disesuaikan dengan Permendagri ini
paling lambat tanggal 31 Desember 2011
Pemda dapat menganggarkan hibah dan
bansos apabila telah menetapkan PERKADA.

Mengatasi permasalahan pelaksanaan

o
o

pemberian hibah
dan bantuan sosial yang bersumber dari APBD atas
implementasi Permendagri No. 32 Tahun 2011 antara lain :
Penegasan penggunaan nomenklatur Obyek dan Rincian
Obyek belanja Hibah dan Bantuan Sosial
Pengaturan kembali Nama dan besaran pemberian Hibah
dan Bantuan Sosial kpd masing2 penerima dicantumkan
pada lampiran tersendiri dlm Perkada ttg Penjabaran
APBD
Mengakomodasi pemberian Bantuan Sosial kpd individu
dan/atau keluarga yang tidak dapat direncanakan
sebelumnya

HIBAH

Pasal 11 & 11A PMDN


32/2011

REVISI

Hibah
berupa
uang
dianggarkan
dalam
kelompok belanja tidak
langsung, jenis belanja
hibah, obyek, dan rincian
obyek belanja berkenaan
pada PPKD.
Rincian
obyek
belanja
dicantumkan
nama
penerima
dan
besaran
hibah.

o Hibah
berupa
uang
dianggarkan dalam kelompok
belanja tidak langsung, jenis
belanja hibah, obyek/rincian
obyek
belanja
hibah
kepada:
Pemerintah;
Pemerintah daerah
lainnya;
Perusahaan daerah;
Masyarakat; dan
Organisasi
kemasyarakatan.
o

Rincian nama penerima dan


besaran hibah dicantumkan
dalam Lampiran Perkada ttg
Penjabaran
APBD
secara

BANSOS

BANTUAN
SOSIAL

Pemerintah daerah dapat memberikan bantuan sosial


kepada :
o Individu, keluarga, dan/atau masyarakat yg
mengalami keadaan yg tdk stabil sebagai akibat
dari krisis sosial, ekonomi, politik, bencana atau
fenomena alam agar dapat memenuhi kebutuhan
hidup minimum.
Lembaga non pemerintahan bidang pendidikan,
keagamaan, dan bidang lain yg berperan untuk
melindungi individu, kelompok, dan/atau masyarakat
dari kemungkinan terjadinya resiko sosial.
Pasal 23 Permendagri

BANTUAN SOSIAL

Pasal 23A Revisi


Bantuan sosial berupa uang kepada individu dan/atau keluarga

terdiri dari :
yang direncanakan, dan
dialokasikan kepada individu dan/atau keluarga yang sudah
jelas nama, alamat penerima dan besarannya pada saat
penyusunan APBD.
yang tidak dapat direncanakan sebelumnya :
dialokasikan untuk kebutuhan akibat resiko sosial yang tidak
dapat diperkirakan pada saat penyusunan APBD yang apabila
ditunda penanganannya akan menimbulkan resiko sosial yang
lebih besar bagi individu dan/atau keluarga yang bersangkutan.
Pagu alokasi anggaran yang tidak dapat direncanakan
sebelumnya tidak melebihi pagu alokasi anggaran yang
direncanakan

BANTUAN SOSIAL

Pasal 30 PMDN 32/2011

Bantuan sosial berupa uang


dicantumkan dalam RKA-PPKD
dianggarkan dalam kelompok
belanja tidak langsung, jenis
belanja bantuan sosial, obyek,
dan rincian obyek belanja
berkenaan pada PPKD

Dalam rincian obyek belanja


dicantumkan nama penerima
dan besaran bantuan sosial

REVISI
o Bantuan sosial berupa uang
dianggarkan dalam kelompok
belanja tidak langsung, jenis
belanja bantuan sosial, obyek
belanja bantuan sosial, dan
rincian obyek belanja bantuan
sosial pada PPKD, meliputi:
individu dan/atau keluarga;
masyarakat; dan
lembaga non pemerintahan.

Pasal 30 Permendagri

Pasal 30A (Revisi)


Kepala

Daerah mencantumkan daftar nama


penerima, alamat penerima dan besaran bantuan
sosial dalam Lampiran III Peraturan Kepala Daerah
tentang Penjabaran APBD, tidak termasuk bantuan
sosial kepada individu dan/atau keluarga yang
tidak direncanakan.
Format Lampiran III Peraturan Kepala Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran I.1 Peraturan Menteri ini, sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala
Daerah tentang Penjabaran APBD.

BANTUAN SOSIAL

Pasal 32 (lama)
o

Penyaluran/penyerahan
Bantuan Sosial didasarkan
pada
daftar
penerima
Bantuan
Sosial
yang
tercantum dalam keputusan
KDH
Pencairan bantuan sosial
berupa
uang
dilakukan
dengan cara pembayaran
langsung (LS).
Penyaluran Dana Bantuan
Sosial kepada penerima
bantuan sosial dilengkapi
dengan kuitansi sebagai
bukti
penerimaan
uang
bantuan sosial.

o Penyaluran dan/atau penyerahan bantuan sosial


didasarkan pada daftar penerima bantuan sosial
yang tercantum dalam KDH), kecuali bantuan
sosial kepada individu dan/atau keluarga
yang tidak dapat direncanakan sebelumnya
o Penyaluran/penyerahan bantuan sosial kepada
individu dan/atau keluarga yang tidak dapat
direncanakan sebelumnya didasarkan pada
permintaan tertulis dari individu dan/atau
keluarga yang bersangkutan atau surat
keterangan dari pejabat yang berwenang
serta mendapat persetujuan KDH setelah
diverifikasi oleh SKPD terkait.
o Pencairan bantuan sosial berupa uang dilakukan
dengan cara pembayaran langsung (LS).
o Penyaluran dana bantuan sosial kepada
penerima bantuan sosial dilengkapi dengan
kuitansi bukti penerimaan uang bantuan sosial.

Pasal 32 Permendagri 32/2011

PROSES PEMBERIAN HIBAH


CALON
PENERIMA
HIBAH

USULAN
TERTULIS

KDH
SKPD
TERKAIT

EVALUASI

REKOMENDASI
PERTIMBANGAN

TAPD
DIBAHAS BERSAMA

PERSETUJUAN
BERSAMA

PERKDH APBD

KUA/PPAS
RAPBD

DPRD
DIBAHAS BERSAMA

PERSETUJUAN
BERSAMA

PERDA APBD

LAMPIRAN III
KEP KDH
(NAMA2 PENERIMA)

DOKUMEN
PENCAIRAN HIBAH

NPHD

TRANSFER

PROSES PEMBERIAN BANSOS YG DIRENCANAKAN


CALON
PENERIMA
BANSOS

USULAN
TERTULIS

KDH
SKPD
TERKAIT

EVALUASI

REKOMENDASI
PERTIMBANGAN

TAPD
DIBAHAS BERSAMA

PERSETUJUAN
BERSAMA

PERKDH APBD

KUA/PPAS
RAPBD

DPRD
DIBAHAS BERSAMA

PERSETUJUAN
BERSAMA

PERDA APBD

LAMPIRAN III
KEP KDH
(NAMA2 PENERIMA)

DOKUMEN
PENCAIRAN BANSOS

TRANSFER

PROSES PEMBERIAN BANSOS YG TDK DPT


DIRENCANAKAN SEBELUMNYA
PERMINTAAN
TERTULIS/SRT
KET

CALON
PENERIMA
BANSOS

KDH
SKPD
TERKAIT

REKOMENDASI
EVALUASI

DPRD
NAMA PENERIMA
& BESARAN

PPKD

DOKUMEN
PENCAIRAN BANSOS

MELAKUKAN
PENGAWASAN

TRANSFER/PENYERAHAN TUNAI

Pasal 35a
PPKD membuat rekapitulasi penyaluran

bantuan sosial kepada individu dan/atau


keluarga yang tidak dapat direncanakan
sebelumnya paling lambat tanggal 5 Januari
tahun anggaran berikutnya.
Rekapitulasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) memuat nama penerima, alamat dan
besaran bantuan sosial yang diterima oleh
masing-masing individu dan/atau keluarga.

BANTUAN SOSIAL

Pasal 36 (Lama)

REVISI

Pertanggungjawaban pemerintah
daerah atas pemberian bantuan
sosial meliputi:
usulan
dari calon penerima
bantuan sosial kepada kepala
daerah;
keputusan kepala daerah tentang
penetapan
daftar
penerima
bantuan sosial;
pakta integritas dari penerima
bantuan sosial yang menyatakan
bahwa bantuan sosial yang
diterima akan digunakan sesuai
dengan usulan; dan
bukti transfer/penyerahan uang
atas pemberian bantuan sosial
berupa uang atau bukti serah
terima barang atas pemberian
bantuan sosial berupa barang.

Pertanggungjawaban pemerintah daerah


atas pemberian bantuan sosial meliputi:
a. Usulan/permintaan tertulis dari calon
penerima bantuan sosial atau surat
keterangan
dari
pejabat
yang
berwenang kepada kepala daerah;
b. keputusan
kepala
daerah
tentang
penetapan daftar penerima bantuan
sosial;
c. pakta integritas dari penerima bantuan
sosial yang menyatakan bahwa bantuan
sosial yang diterima akan digunakan
sesuai dengan usulan; dan
d. bukti transfer/penyerahan uang atas
pemberian bantuan sosial berupa uang
atau bukti serah terima barang atas
pemberian bantuan sosial berupa barang.
Pertanggungjawaban dimaksud huruf
b dan huruf c dikecualikan terhadap
bantuan sosial bagi individu dan/atau
keluarga
yang
tidak
dapat
direncanakan sebelumnya.

LAMA

BARU

Pasal 42

Pasal 42

(1) Tata cara penganggaran, pelaksanaan


dan penatausahaan, pertanggungjawaban
dan pelaporan serta monitoring dan
evaluasi hibah dan bantuan sosial diatur
lebih lanjut dengan peraturan kepala
daerah.

(1)Tata cara penganggaran, pelaksanaan


dan penatausahaan, pertanggungjawaban
dan pelaporan serta monitoring dan
evaluasi hibah dan bantuan sosial diatur
lebih lanjut dengan peraturan kepala
daerah.

(2)
Pemerintah daerah yang telah
menetapkan peraturan kepala daerah
yang mengatur pengelolaan pemberian
hibah dan bantuan sosial sebelum
berlakunya Peraturan Menteri ini harus
menyesuaikan dengan Peraturan Menteri
ini paling lambat 31 Desember 2011.

(2)dihapus

(3)
Pemerintah
daerah
dapat
menganggarkan hibah dan bantuan sosial
apabila telah menetapkan peraturan
kepala daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2).

(4)
Dalam hal pengelolaan hibah
dan/atau bantuan sosial tertentu diatur lain
dengan peraturan perundang-undangan,
maka pengaturan pengelolaan dimaksud
dikecualikan dari Peraturan Menteri ini.

(3)
Pemerintah
daerah
dapat
menganggarkan hibah dan bantuan sosial
apabila telah menetapkan peraturan kepala
daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).

Catatan:
Pengaturan terkait dengan pengelolaan hibah dan/atau bansos yang oleh peraturan perundang-undangan diatur lain
dikecualikan dari skema permendagri 32 tahun 2011.

LAMA

BARU

Pasal 43

Pasal 43

Dengan berlakunya Peraturan Menteri


ini:
a.Pemberian hibah dan bantuan sosial
untuk tahun anggaran 2011 tetap dapat
dilaksanakan
sepanjang
telah
dianggarkan dalam APBD/Perubahan
APBD tahun anggaran 2011.
b.Penganggaran, pelaksanaan dan
penatausahaan,
pelaporan
dan
pertanggungjawaban serta monitoring
dan evaluasi pemberian hibah dan
bantuan sosial mulai tahun anggaran
2012 berpedoman pada Peraturan
Menteri ini.

Dengan berlakunya Peraturan Menteri


ini penganggaran, pelaksanaan dan
penatausahaan,
pelaporan
dan
pertanggungjawaban serta monitoring
dan evaluasi pemberian hibah dan
bantuan sosial mulai tahun anggaran
2013 berpedoman pada Peraturan
Menteri ini.

Catatan:
Pemberlakuan peraturan menteri ini mulai tahun anggaran 2013.

LAMPIRAN I.1 : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR :
TANGGAL
:

Lampiran
III :

PERATURAN KEPALA
DAERAH
Nomor
:
Tanggal
:

DAFTAR NAMA PENERIMA, ALAMAT DAN BESARAN


ALOKASI HIBAH YANG DITERIMA

NO
1

NAMA PENERIMA
2

1
2
3
4
d
Dst

ALAMAT PENERIMA
3

JUMLAH (Rp)
4

LAMPIRAN I.2 : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR :
TANGGAL
:

Lampiran
IV:

PERATURAN KEPALA
DAERAH
Nomor
:
Tanggal
:

DAFTAR NAMA PENERIMA, ALAMAT DAN BESARAN


ALOKASI BANTUAN SOSIAL YANG DITERIMA

NO
1

NAMA PENERIMA
2

1
2
3
4
d
Dst

ALAMAT PENERIMA
3

JUMLAH (Rp)
4

PEDOMAN UMUM
PENYUSUNAN APBD
TAHUN 2013

SINKRONISASI

UU PAKET PENGELOLAAN KEUANGAN


UU 25/2004 UU 17/2003 UU 1/2004 UU 15/2004 UU 33/2004

PP
PP

PP
PP

PP
PP

PP
PP
PERMENDAGRI
PERMENDAGRI 13/2006

UU 32/2004
Pasal
Pasal 222
222
Pasal
Pasal 237
237

PERMENDAGRI
PERMENDAGRI 59/2007
59/2007

PP
PP 58/2005
58/2005

PERMENDAGRI
PERMENDAGRI 21/2011
21/2011

Omnibus
Regulation

PERMENDAGRI
PERMENDAGRI 55/2008
PERMENDAGRI 37/2012

Pemerintahan
Pemerintahan
Daerah
Daerah

PERDA
PERDA 4 Th 2007
PERGUB
PERGUB 42
42 2010
2010 &
& 13
13 2011
2011

SINKRONISASI
KEBIJAKAN PEMERINTAH
DAERAH DENGAN
KEBIJAKAN PEMERINTAH
PRINSIP
PENYUSUNAN APBD

SUBSTANSI
PERMENDAGRI
NO 37 TAHUN
2012

KEBIJAKAN
PENYUSUNAN APBD

TEKNIS
PENYUSUNAN APBD

HAL-HAL KHUSUS
LAINNYA

SINKRONISASI KEBIJAKAN PUSAT DAERAH

Penyusunan KUA dan PPAS harus


berpedoman pada RKPD tahun 2013
dan prioritas Nasional dalam RKP
tahun 2013, dengan memperhatikan
prioritas pembangunan daerah dan
kemampuan keuangan daerah

PRINSIP PENYUSUNAN
Sesuai
dengan
kebutuhan
penyelenggaraan pemerintahan daerah,
tepat waktu sesuai tahapan dan jadwal,
transparan, partisipatif, memperhatikan
rasa keadilan dan kepatutan, serta tidak
bertentangan dengan kepentingan umum,
peraturan yang lebih tinggi dan peraturan
daerah lainnya

KEBIJAKAN PENYUSUNAN
PENDAPATAN DAERAH
Tidak

diperkenankan
menganggarkan
penerimaan pajak daerah dan retribusi
daerah yang peraturan daerah (perda) nya
bertentangan dengan Undang-Undang 28
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah dan/atau perdanya telah
dibatalkan.

Kebijakan

memberatkan
usaha.

penganggaran
masyarakat dan

tidak
dunia

Lanjutan ..
BELANJA DAERAH

Belanja daerah disusun untuk mendanai urusan


pemerintahan daerah yang menjadi kewenangan
pemerintah daerah, yang terdiri dari urusan wajib dan
urusan pilihannya.

Urusan wajib didasarkan atas Standar Pelayanan


Minimal (SPM) yang telah ditetapkan.

Belanja hibah dan Bansos.


Tatacara penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan dan pertanggungjawaban serta monitoring
dan evaluasi pemberian hibah dan bansos yang
bersumber dari APBD harus mempedomani PERKADA
yang telah disesuaikan dengan peraturan perundangundangan.

Lanjutan ..

Belanja kebutuhan barang milik daerah


didasarkan atas perencanaan kebutuhan
dengan memperhatikan standarisasi sarana
dan prasarana kerja pemerintahan daerah
sesuai peraturan perundang-undangan.

Lanjutan ..
PEMBIAYAAN DAERAH
Perhitungan SILPA tahun berjalan:
SILPA Tahun Berjalan positif, pemerintah daerah
harus memanfaatkannya untuk penambahan
program dan kegiatan prioritas yang dibutuhkan,
volume program dan kegiatan yang telah
dianggarkan, dan/atau pengeluaran pembiayaan.
SILPA Tahun Berjalan negatif, pemerintah daerah
melakukan pengurangan bahkan penghapusan
pengeluaran pembiayaan yang bukan merupakan
kewajiban daerah, pengurangan program dan
kegiatan
yang
kurang
prioritas
dan/atau
pengurangan volume program dan kegiatannya

TEKNIS PENYUSUNAN

Penetapan APBD Tahun Anggaran 2013 tepat


waktu, paling lambat tanggal 31 Desember
2012, sesuai jadwal dan tahapan proses
penyusunan APBD

Kegiatan yang anggaran telah diarahkan


penggunaannya, selain mencantumkan lokasi
kegiatan,
juga
mencantumkan
sumber
pendanaannya, seperti Dana Bagi Hasil Dana
Reboisasi (DBH-DR), Dana Alokasi Khusus,
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus,
Hibah, Bantuan Keuangan yang bersifat
khusus, Pinjaman Daerah serta sumber
pendanaan lainnya yang kegiatannya telah
ditentukan

HAL-HAL KHUSUS LAINNYA

Pemerintah daerah secara konsisten dan


berkesinambungan harus mengalokasikan
anggaran pendidikan sekurang-kurangnya
20% (dua puluh persen) dari belanja daerah,
sesuai
amanat
peraturan
perundangundangan,
termasuk
dana
Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) yang bersumber
dari APBD

Dana BOS yang bersumber dari APBN


diperuntukkan bagi penyelenggaraan satuan
pendidikan dasar sebagai pelaksana program
wajib
belajar
sembilan
tahun,
yang
penggunaannya mengacu pada peraturan
perundang-undangan

Lanjutan ..

Pendanaan
untuk
organisasi
cabang olahraga profesional tidak
dianggarkan dalam APBD 2013
karena menjadi tanggung jawab
induk organisasi cabang olahraga
dan/atau
organisasi
olahraga
profesional yang bersangkutan,
sejalan amanat Undang-undang
Nomor 3 Tahun 2003 tentang
Sistem Keolahragaan Nasional

Hal-hal yang perlu perhatian dalam


penyusunan KUA PPAS 2013 :
Penerimaan SKPD atau unit kerja pada SKPD yang telah menerapkan

Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPKBLUD), dianggarakan pada akun pendapatan, kelompok pendapatan
PAD, jenis pendapatan Lain-lain PAD yang Sah, obyek pendapatan
BLUD, rincian obyek pendapatan BLUD.
Penganggaran dana bagi hasil Cukai Hasil Tembakau dialokasikan
dengan mempedomani Peraturan Menteri Keuangan mengenai
perkiraan alokasi DBH Tahun Anggaran 2013. Dalam hal peraturan
menteri tersebut belum ditetapkan, maka penganggaran dana bagi
hasil cukai tembakau didasarkan pada alokasi tahun 2012 dengan
memperhatikan realisasi tahun 2011.
Penganggaran Dana Alokasi Khusus (DAK) menunggu penetapan
dalam Peraturan Menteri Keuangan tentang Alokasi DAK Tahun
Anggaran 2013. Dalam hal peraturan menteri tersebut belum terbit,
maka alokasi anggaran untuk DAK belum bisa dianggarkan.

Penganggaran dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dialokasikan dengan

mempedomani Peraturan Menteri Keuangan mengenai alokasi dana BOS Tahun


Anggaran 2013. Dalam hal peraturan menteri tersebut belum ditetapkan, maka
penganggaran dana BOS didasarkan pada alokasi tahun 2012.
Program dan kegiatan yang diusulkan mempedomani SPM yang telah ditetapkan,
Analisis Standar Belanja (ASB), dan standar satuan harga.
Penganggaran honorarium bagi PNSD dan Non PNSD memperhatikan asas
kepatutan, kewajaran, dan rasionalitas dalam pencapaian sasaran program dan
kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan waktu pelaksanaan kegiatan dalam rangka
mencapai target kinerja kegiatan dimaksud. Pemberian honorarium dibatasi dan
hanya didasarkan pada pertimbangan bahwa keberadaan PNSD dan Non PNSD
dalam kegiatan tersebut benar-benar memiliki peranan dan kontribusi nyata
terhadap efektifitas pelaksanaan kegiatan dimaksud.
Penganggaran uang untuk diberikan kepada pihak ketiga/masyarakat hanya
diperkenankan untuk penganggaran hadiah pada kegiatan yang bersifat
perlombaan atau penghargaan atas suatu prestasi.
Penganggaran belanja barang pakai habis disesuaikan dengan kebutuhan nyata
yang didasarkan atas pelaksanaan tugas dan fungsi SKPD, jumlah pegawai dan
volume pekerjaan serta memperhitungkan sisa persediaan barang Tahun
Anggaran 2012.

Penganggaran untuk pengadaan barang (termasuk berupa asset tetap) yang

akan diserahkan atau dijual kepada pihak ketiga/masyarakat pada tahun


anggaran berkenaan, dianggarkan pada jenis belanja barang dan jasa.
Pengangaran belanja perjalanan dinas dalam rangka kunjungan kerja dan
studi banding, baik perjalanan dinas dalam negeri maupun perjalanan dinas
luar negeri, dilakukan secara selektif, frekuensi dan jumlah harinya dibatasi
serta memperhatikan target kinerja dari perjalanan dinas dimaksud sehingga
relevan dengan substansi kebijakan pemerintah daerah.
Penganggaran untuk menghadiri pendidikan dan pelatihan, bimbingan teknis
atau sejenisnya yang terkait dengan pengembangan sumber daya manusia
Pimpinan dan anggota DPRD serta pejabat/staf pemerintah daerah, yang
tempat penyelenggaraanya di luar daerah harus dilakukan sangat selektif
dengan mempertimbangkan urgensi dan kompetensi serta manfaat yang
akan diperoleh. Dalam rangka orientasi dan pendalaman tugas Pimpinan
dan anggota DPRD agar berpedoman pada Permendagri No. 57 Tahun 2011
tentang Pedoman Orientasi dan Pendalaman Tugas Anggota DPRD Provinsi
dan DPRD Kabupaten/Kota.

Penganggaran untuk penyelenggaraan kegiatan rapat, pendidikan dan

pelatihan, bimbingan teknis atau sejenisnya diprioritaskan untuk


menggunakan fasilitas asset daerah, seperti ruang rapat atau aula yang
sudah tersedia milik pemerintah daerah.
Untuk kebutuhan pendanaan dalam mendukung terlaksananya tugas dan
fungsi Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TPPKK), dianggarkan pada program dan kegiatan SKPD yang secara
fungsional terkait dengan pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga.
Pemerintah daerah tidak diperkenankan menganggarkan belanja tali asih
kepada PNSD dan penawaran kepada PNSD yang pensiun dini dengan
uang pesangon.
Sinergi antara Pemerintah Pusat dengan Daerah, antara lain :
- Pencapaian MDGs seperti kesetaraan gender, HIV/AIDS dan malaria
- Program rehabilitasi dan perlindungan sosial bagi para lansia dan
pembentukkan Komda Lansia
- Forum koordinasi Pimpinan Daerah
- Pengamanan Persandian
- Penerapan e-KTP
- Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia

Matur
nuwun

DPPKA
PROVINSI
DIY

Terima Kasih
Atas
Perhatiannya

Vous aimerez peut-être aussi