Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Dalam industri inverter merupakan alat atau komponen yang cukup banyak
digunakan karena fungsinya untuk mengubah listrik DC menjadi
AC. Inverter digunakan untuk mengatur kecepatan motor-motor listrik/servo
motor atau bisa disebut converter drive. Cuma kalau untuk servo lebih dikenal
dengan istilah servo drive. Dengan menggunakan inverter, motor listrik menjadi
variable speed. Kecepatannya bisa diubah-ubah atau disetting sesuai dengan
kebutuhan.
Inverter seringkali disebut sebagai Variabel Speed Drive (VSD) atau Variable
Frequency Drive (VFD).
Didunia otomatisasi industri, inverter sangat banyak digunakan. Aplikasi ini
biasanya terpasang untuk proses linear (parameter yang bisa diubah-ubah).
Linear nya seperti grafik sinus, atau untuk sistem axis (servo) yang
membutuhkan putaran/aplikasi yang presisi.
Prinsip kerja inverter adalah mengubah input motor (listrik AC) menjadi DC dan
kemudian dijadikan AC lagi dengan frekuensi yang dikehendaki sehingga motor
dapat dikontrol sesuai dengan kecepatan yang diinginkan.
Fungsi Inverter adalah untuk merubah kecepatan motor AC dengan cara
merubah Frekuensi inputnya:
n = 120f/p
dimana : n = putaran per menit
f = frekuensi (Hz)
p = jumlah kutup
Torsi adalah gaya putar yang dihasilkan oleh motor listrik untuk memutar beban.
Semakin besar daya motor maka makin besar torsi yang dihasilkan dan makin
kuat motor menggerakkan beban, Torsi dapat ditambah dengan menggunakan
gear box (cara mekanis) dan Inverter (cara elektronik) selama satu menit.
Torsi lebih (over torsi) terjadi jika torsi beban lebih besar dari Torsi nominal, pada
80% aplikasi terjadi pada saat kecepatan rendah atau saat start.
Dunia listrik memang selalu mempunyai inovasi yang tidak akan berhenti.
berbagai alat dan juga teknologi listrik selalu berkembang salah satunya alat
yang bernama Invester, alat ini bisa kita temui di berbagai pabrik industri dan
bahkan di perkantoran. memang alat ini masih tergolong mahal namun
melihat fungsi dan kegunaan alat ini sangat membantu dan juga memangkas
uang biaya produksi.
Bagi anda yang belum begitu paham apa itu Inverter saya akan jelaskan
fungsi dan kerja Inverter. Inverter adalah salah satu alat untuk mengubah
arus AC ke DC untuk menyuplay listrik ke dinamo motor dengan arus DC, jadi
alat ini aslinya mempunyai multi fungsi, merubah AC ke DC kemudian
mengeluarkannya dengan arus AC kembali. semua ini dilakukan dengan
mengubah potensiner yang terdapat pada inverter tersebut. selain itu kita
dapat dengan gampang mengubah daya sesuai dengan keinginan kita.
Kalau anda Paham dengan cara kerja AC matic makan anda akan sedikit
paham menggunakan alat ini. karena inverter merupakan pengapliasian dan
AC matic serta pengapliasian dari trafo step up dan step down, dalam dunia
industri inverter ini sangat berperan penting karena motor pada industri
bekerja dengan mengatur ukuran supplay tegangan, untuk itulah inveter
sangat dibutuhkan.
Dalam rangkaian Inverter kita bisa merubah semua kebutuhan dari frekuensi,
ampere, high speed, low speed, torsi dan banyak lagi, semua ini bisa
dilakukan mudah dengan mengikuti panduan manual pada buku pedoman
yang di terbitkan oleh merk inverter tersebut. Protokol di implementasikan
setiap inveter juga berbeda-beda. Ada yang menggunakan Analog output
PLC, Profibus, Sysmac (Omron), USS, Controlnet dan lain-lain. itulah fungsi
inverter serta kegunaannya.
Ferry Yusmianto
3 comments
Arus listrik terdiri atas dua macam, yaitu arus searah (direct current) dan arus
bolak balik(alternating current). Kebutuhan sumber listrik yang dibutuhkan bisa
jadi berbeda dengan sumber listrik yang tersedia, termasuk juga pengaturan
karakteristik sumber listrik tersebut. Oleh karena itu dalam bab keenam ini
membahas tentang konverter. Konverter berfungsi untuk mengubah sinyal listrik
dari satu bentuk ke bentuk lain yang dibutuhkan. Terdapat empat macam
konverter, yaitu:
1.
2.
3.
4.
Hasil konversi terdiri atas dua macam, yaitu fix output dan variable output.
CHOPPER
Chopper digunakan untuk mengatur atau mengubah tegangan searah menjadi
tegangan searah dengan tegangan masukan yang tetap sedangkan tegangan
keluarannya dapat di atur. Penggunaan:
pengendalian motor DC untuk peralatan pemindah yang cepat
kendaraan listrik
pengaturan eksitasi mesin-mesin listrik
pengendalian tegangan searah masukan untuk inverter
Ada dua macam cara pengolahan daya dari DC ke DC, yaitu tipe linier dan tipe
peralihan (switching). Tergantung dari jenis aplikasinya, masing masing tipe
memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun dalam perkembangannya, tipe
peralihan semakin populer terutama karena kelebihannya dalam mengubah daya
secara jauh lebih efisien dan pemakaian komponen yang ukurannya lebih kecil.
Dalam pembahasan ini, akan dibahas beberapa metodologi yang termasuk
dalam tipe peralihan, khususnya yang digunakan untuk mengubah daya DC-DC.
Untuk lebih memahami keuntungan dari tipe peralihan, kita lihat kembali prinsip
pengubahan daya DC-DC tipe linier seperti terlihat pada Gambar 1.
Pada tipe linier, pengaturan tegangan
keluaran dicapai dengan
menyesuaikan arus pada beban yang
besarannya tergantung dari besar
arus pada base-nya
transistor:
V0 = IL . RL
Dengan demikian pada tipe linier, fungsi transistor menyerupai tahanan yang
dapat diubah ubah besarannya seperti yang juga terlihat dalam Gambar 1. Lebih
jauh lagi, transistor yang digunakan hanya dapat dioperasikan pada batasan
liniernya (linear region) dan tidak melebihi batasan cutof dan selebihnya
(saturation region). Maka dari itu tipe ini dikenal dengan tipe linier. Walau tipe
linier merupakan cara termudah untuk mencapai tegangan keluaran yang
bervariasi, namun kurang diminati pada aplikasi daya karena tingginya daya
yang hilang (power loss) pada transistor (VCE*IL) sehingga berakibat rendahnya
efisiensi.
Sebagai alternatif, maka muncul tipe peralihan yang pada prinsipnya dapat
dilihat pada Gambar2.
Pada tipe peralihan, terlihat fungsi
transistor sebagai electronic
switch yang dapat dibuka (off) dan
ditutup (on).Dengan asumsi bahwa
switch tersebut
ideal, jika switch ditutup maka tegangan keluaran akan sama dengan tegangan
masukan, sedangkan jika switch dibuka maka tegangan keluaran akan menjadi
nol. Dengan demikian tegangan keluaran yang dihasilkan akan berbentuk pulsa
seperti pada Gambar3.
Besaran rata rata atau komponen DC dari
tegangan keluaran dapat diturunkan dari
persamaan berikut:
Gambar xx
penapis/filter yang efisien tidak begitu penting. Untuk untai chopper dengan
menggunakan SCR, saklar S adalah SCR yang secara bergantian dibuka dan
ditutup 100 kali atau lebih tiap detiknya. Tegangan beban rata-rata Vo
dinyatakan sebagai berikut
Operasi dasar chopper
modulasi frekuensi pulsa : ton konstan, T variabel
modulasi lebar pulsa : ton variabel, T konstan
gabungan kedua cara di atas
gambar berikut ini memperlihatkan bentuk gelombang tegangan untuk modulasi
frekuensi pulsa
gambar berikut ini memperlihatkan bentuk gelombang untuk modulasi lebar
pulsa
pengontrolan lebar pulsa dengan frekuensi yang tetap cukup mudah dibuat
dengan menggunakan teknik logika untai terintegrasi digital, sedangkan untai
lebar pulsa variabel dengan frekuensi tetap lebih komplek dan agak sulit dibuat,
namun mempunyai beberapa keuntungan yaitu :
penapisan lebih efisien ;
tanggapan transien jauh lebih baik
gambar berikut ini memperlihatkan komponen tambahan untuk untai chopper
elementer, yang memungkinkan pemberian arus searah yang halus (smooth)
untuk beban dalam praktek. Dioda free wheeling (Dfw) memberi jalan bagi arus
beban ketika saklar S terbuka (open). Untai ini juga memperlihatkan pemakaian
tapis induktans Lf untuk memberikan arus beban DC yang cukup halus untuk
beberapa pemakaian tertentu.
Bila frekuensi switching di dalam jangkauan kilohertz, maka induktans yang
cukup kecil sering dianggap sudah mencukupi untuk mengurangi riak (riple).
Untuk pemakaian yang menghendaki riak yang sangat kecil, digunakan tapis L-C.
bila daya keluaran cukup besar dan menghendaki operasi paralel, maka
dimungkinkan penggunaan untai chopper paralel.
Jenis-jenis Chopper
Secara umum chopper dibagi menjadi empat jenis, yaitu:
1.
Konverter/Chopper Buck
2.
Konverter/chopper Boost
3.
Pengubah Buck-Boost
4.
Konverter/Chopper Buck
Gambar 4 menunjukkan rangkaian dasar dalam
metoda Buck. Dalam metoda ini, tegangan
keluaran akan lebih rendah atau sama dengan
tegangan masukan. Disamping itu, jika pada
pengoperasiannya arus yang mengalir melalui
induktor selalu lebih besar dari nol (CCM Continuous Conduction Mode),
Boost juga memiliki efisiensi tinggi, rangkaian sederhana, tanpa transformer dan
tingkat ripple yang rendah pada arus masukan. Namun juga Boost tidak memiliki
isolasi antara masukan dan keluaran, hanya satu keluaran yang dihasilkan, dan
tingkatan ripple yang tinggi pada tegangan keluaran. Aplikasi Boost mencakup
misalnya untuk perbaikan faktor daya (Power Factor), dan untuk penaikan
tegangan pada baterai
Pengubah Buck-Boost
Yang menarik untuk dicatat dari Buck-Boost adalah bahwa tegangan keluaran
memiliki tanda berlawanan dengan tegangan masukan. Oleh karena itu metoda
ini pun ditemui pada aplikasi yang memerlukan pembalikan tegangan (voltage
inversion) tanpa transformer. Walaupun memiliki rangkaian sederhana, metoda
Buck-Boost memiliki kekurangan seperti tidak adanya isolasi antara sisi masukan
dan keluaran, dan juga tingkat ripple yang tinggi pada tegangan keluaran
maupun arus keluaran.
Pengubah Boost-Buck atau Cuk
Cara lain untuk mengkombinasikan
metoda Buck dan Boost dapat dilihat pada
Gambar 7 dan dikenal dengan nama
Boost-Buck atau Cuk. Seperti halnya
metoda Buck-Boost, tegangan keluaran
yang dihasilkan dapat diatur menjadi lebih
tinggi atau lebih rendahdari tegangan
masukan. Persamaan tegangan yang
berlaku
Gambar 7. Pengubah
pada CCM pun sama dengan Buck-Boost (persamaan 6). Metoda Cuk juga
digunakan pada aplikasi yang memerlukan pembalikan tegangan (voltage
inversion) tanpa transformer, namun dengan kelebihan tingkatripple yang
rendah pada arus masukan maupun arus keluar.
Aplikasi Chopper Mengatur Kecepatan Motor DC
Pengendalian kecepatan putar motor DC dapat dilakukan dengan mengubah
besar tegangan terminal motor. Sistem pencincang tegangan DC (chopper)
adalah cara yang sederhana dan efisien dalam mengubah besar tegangan DC.
Motor DC dapat diatur kecepatan berdasarkan persamaan sbb :
Dengan N : kecepatan putar motor
V : tegangan terminal motor
Ia : arus jangkar
Ra : hambatan jangkar
k : konstanta
: banyaknya fluksi
Dalam kasus pengendalian kecepatan putar motor, tegangan terminal motor (V)
merupakan variabel yang dapat diatur untuk menghasilkan putaran yang
diinginkan. Dalam penelitian ini pengaturan besarnya dilakukan dengan proses
Chopper. Proses chopper dapat digambarkan sbb :
Gambar 1. Proses pengubahan tegangan DC ke DC dengan metode Chopper.
Besarnya tegangan output dinyatakan sebagai :
Gambar B
gelombang sinus. Nilai rata-rata (average value) dari gelombang sinus adalah nol
karena nilai positif dan negatipnya sama dan bergantian. Untuk memperoleh
nilai positip atau negatip yang rata maka salah satu gelombang sinus itu, positip
atau negatip harus di cancel.
Bentuk dasar rangkaian penyearah
setengah gelombang seperti terlihat
pada gambar C. Beban yang
membutuhkan sumber tenaga listrik
searah diwakili oleh
Gambar C
resistor. Sebuah dioda diletakkan seri atau berderet dengan beban sehingga arus
listrik hanya mengalir ke satu arah saja.
Gambar D menunjukkan apa yang
terjadi dalam circuit selama periode
setengah gelombang positip dari arus
listrik bolak-balik.
Gambar D
Gambar E
sehingga arus listrik tidak dapat mengalir dan pada beban tidak timbul
tegangan.
Dari gambar C, D, E jelas bahwa pada rangkaian penyearah setengah gelombang
arus listrik AC diubah menjadi arus pulsa DC. Sudah barang tentu arus listrik
pulsa DC tidak sesuai sebagai sumber energi bagi kebanyakan alat elektronik.
Yang dibutuhkan adalah arus listrik DC yang rata dan stabil.
Rangkaian penyearah setengah gelombang hanyalah merupakan prinsip dasar
catudaya. Pada paragraf berikutnya akan diketahui pengembangan prinsip dasar
catudaya diantaranya penyearah gelombang penuh (fullwave), penyearah
jembatan (ridge), penghalusan (filtering).
Kelemahan dari halfwave rectifier adalah arus listrik yang mengalir ke beban
hanya separuh dari setiap satu cycle. Hal ini akan menyulitkan dalam proses
filtering (penghalusan). Untuk mengatasi kelemahan ini adalah penyearah
gelombang penuh.
Rangkaian dasar penyearah gelombang
penuh seperti terlihat pada gambar.
Menggunakan dua dioda dan satu center
tape transformer. Jika titik tengah
transformer ditemukan maka tegangan di
kedua ujung lilitan sekunder berlawanan
fasa 180
Gambar F
derajat. Jadi ketika misalnya tegangan dititik A mengayun kearah positip diukur
dari titik tengah lilitan sekunder maka tegangan dititik B mengayun ke arah
negatif diukur dari titik yang sama. Mari kita lihat prinsip kerja penyearah
gelombang penuh ini. Gambar G menunjukkan ketika anoda D1 mendapat
tegangan positip, Anoda D2 mendapat tegangan negatip.
Pada kedudukan ini hanya D1 saja yang
konduksi atau terhubung singkat. Arus
listrik mengalir dari titik tengah sekunder
melalui beban, kemudian melalui D1 dan
kembali ketitik tengah melalui lilitan atas
sekunder.
Gambar G
Padahal D1 berfungsi seperti saklar atau switch yang menutup sehingga arus
listrik mengalir melalui beban disaat perioda positip dari gelombang sinus AC.
Gambar B menunjukkan apa yang terjadi selama setengah periode berikutnya
ketika polaritas berganti.
Anoda D1 mengayun kearah negatip
sementara anoda D2 mengayun kearah
positip. Akibatnya D1 menyumbat,
sebaliknya D2 konduksi atau terhubung
singkat. Pada keadaan ini arus listrik
mengalir dari titik
Gambar H
setengah sekunder melalui beban dan D2 kembali ketitik tengah setelah melalui
lilitan bawah sekunder.
Perhatikan bahwa dalam rangkaian penyearah gelomang arus listrik mengalir
sepanjang satu perioda. Sedangkan dalam rangkaian penyearah setengah
gelombang arus listrik hanya mengalir selama setengah perioda saja.
Jadi penyearah gelombang penuh (fullwave rectifier) lebih baik dari penyearah
setengah gelombang (halfwave rectifier).
Penyearah type jembatan (bridge rectifier)
Rangkaian dasar penyearah type jembatan seperti terlihat pada gambar. Terdiri
atas satu transformer dan 4 (empat) dioda yang disusun sedemikian rupa
sehingga arus listrik hanya mengalir kesatu arah saja melalui beban. Circuit ini
tidak memerlukan sekunder bersenter tapi sebagaimana pada rangkaian
penyearah gelombang penuh. Bahkan transformator tidak diperlukan jika
tegangan DC yang dibutuhkan relatif sama dengan tegangan jaringan PLN,
misalnya. Artinya titik A dan B dapat dihubungkan langsung dengan jaringan
yang tersedia di rumah.
Transformator digunakan bila tegangan
DC yang dibutuhkan lebih kecil atau lebih
besar dari tegangan jaringan. Selain itu
adakalanya transformator digunakan
sebagai isolator antara tegangan jaringan
dengan tegangan rangkaian.
Gambar I
Gambar J
Gambar K
Filtering (penghalusan)
Sebagaimana telah kita lihat pada
bab sebelumnya bahwa arus listrik
DC yang keluar dari dioda masih
berupa deretan pulsa-pulsa.
Tentu saja arus listrik DC semacam ini tidak cocok atau tidak dapat digunakan
oleh perangkat elektronik apapun.
Untuk itu perlu dilakukan suatu cara filtering agar arus listrik Dc yang masih
berupa deretan pulsa itu menjadi arus listrik DC yang halus/ rata. Ada beberapa
cara yang dapat dilakukan diantaranya dengan C filter, RC filter dan LC filter.
Pada bagianberikut hanya akan dibahas C filter (basic). Sedangkan RC maupun
Gambar L
Gambar M
Gambar x
dasar kendali waktu-sebanding sirkuit sederhana ini menjadi lebih baik daripada
sebuah pengendalian daya gelombang penuh (dimana diperlukan dua SCR).
Dengan tidak adanya pemicu pada
gerbang dan sumber tegangan
AC yang baik pada SCR yang
melampaui nilai tegangan maka SCR
tidak akan menyala. Hubungkan
gerbang SCR pada kutub positif
melalui suatu dioda pengoreksi
yang normal (untuk mencegah arus balik yang melalui gerbang SCR, yang ada
didalam gerbang katoda resistor), akan memberikan SCR untuk dipicu dengan
seketika pada permulaan positif setengah-putaran.
Kita dapat menunda pemicu SCR dengan menyisipkan beberapa resistansi ke
dalam gerbang sirkuit, serta meningkatkan jumlah penurunan sumber tegangan
yang diperlukan sebelum adanya arus gerbang secukupnya untuk memicu SCR
tersebut. Dengan kata lain, jika kita membuat pemicu SCR yang lebih tinggi
untuk elektron mengaliri sepanjang gerbang dengan menambahkan suatu
resistansi, Sumber tegangan
AC akan menjangkau suatu yang lebih
tinggi menunjuk pada siklus sebelumnya
akan adanya arus gerbang mencukupi
untuk menyalakan SCR yang terpasang.
Hasilnya terlihat seperti gambar
disamping ini:
Dengan setengah gelombang sinus
memotong sampai ke suatu tingkat
derajat yang lebih besar dengan
menunda pemicu SCR, daya rata-rata
menerima beban lebih sedikit (daya
yang diberikan lebih sedikit waktunya
dalam suatu siklus). Dengan adanya
variabel rangkaian gerbang resistor seri,
kita dapat membuat
penyesuaian pada waktu perpotongan daya. Kenyataannya, rencana kendali ini
mempunyai suatu pembatasan yang penting. Dalam menggunakan sumber AC,
bentuk gelombang untuk SCR yang memicu isyarat dibatasi
kendalinya pada awal setengah putaran
bentuk gelombang. Dengan kata lain, tidak
ada cara lain untuk untuk menunggu sampai
puncak gelombang untuk memicu SCR itu.
Alat-alat ini dapat melawan daya hanya
Suatu sirkuit arus pengoreksi yang dikendalikan oleh tiga phase dibangun
dengan SCR, tanpa denyut nadi trafo atau untaian pemicu yang akan terlihat
seperti gambar di atas.
INVERTER
Fungsi sebuah inverter adalah untuk merubah tegangan input DC menjadi
tegangan output AC dengan tegangan tetap maupun tegangan variabel, bahkan
dimungkinkan mengatur frekuensi outputnya. Pengaturan besar tegangan dapat
dilakukan dengan 2 cara. Pertama, dengan mengatur tegangan input DC dari
luar tetapi lebar waktu penyaklaran tetap. Kedua, mengatur lebar waktu
penyaklaran dengan tegangan input DC tetap. Pada cara yang kedua besar
tegangan AC efektif yang dihasilkan merupakan fungsi dari pengaturan lebar
pulsa penyaklaran. Cara inilah yang disebut dengan Pulse Width
Modulation (PWM). Secara garis besar, rangkaian inverter dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu:
(a) Inverter sumber arus dan (b) Inverter sumber tegangan. Inverter sumber
arus disuplai langsung dari sumber arus. Idealnya sumber arus tersebut memiliki
impedansi internal tak terhingga. Inverter sumber tegangan disuplai langsung
dari sumber tegangan. Idealnya, sumber tegangan yang digunakan memiliki
impedansi dalam nol yang akan mengantarkan arus konstan tak terbatas.
Tegangan bolak-balik pada terminal
A-B (gambar 10) dihasilkan dari
kombinasi penyaklaran komponen
penyaklaran daya yang bersilangan.
Dengan asumsi penomoran
komponen penyaklaran daya seperti
gambar 10, maka ketika g1 dan g2
berlogika 1
(Q1 dan Q2 ON), arus akan mengalir dari Q1 ke Q2 melewati beban sehingga
tegangan antara terminal A dan B akan positif (VAB = +VDC). Ketika g3 dan g4
berlogika 1 (Q3 dan Q4 ON), arus mengalir dari Q3 ke Q4 melalui beban
sehingga VAB = -VDC. Hubungan kombinasi penyaklaran komponen dan
penyaklaran daya terhadap tegangan keluaran inverter ditunjukkan pada tabel.
Tabel 1 dibawah ini Kombinasi penyaklaran komponen penyaklaran daya dan
tegangan keluaran inverter.
Pasangan 1
Pasangan 2
Tegangan keluaran
Q1
Q4
Q2
Q3
VAB
ON
OFF
ON
OFF
+ VDC
OFF
ON
OFF
ON
- VDC
OFF
ON
ON
OFF
ON
OFF
OFF
ON
Tiap pasangan komponen penyaklaran daya yang dirangkai seri tidak boleh ON
bersamaan karena akan menyebabkan hubungan pendek pada inverter. Inverter
sumber tegangan menjadi tiga macam, yaitu:
1. Inverter dengan tegangan penyearah terkontrol
2. Inverter dengan tegangan searah berubah melalui chopper
3. Inverter PWM dengan tegangan penyearah tetap
Hal ini dimaksudkan untuk membangkitkan sinyal PWM untuk mengajarkan
inverter sumber tegangan jenis ketiga di atas. Konfigurasi inverter sumber
tegangan ketiga menggunakan sumber tegangan DC konstan dari penyearah
tetap. Besar tegangan AC efektif (Vrms) dikendalikan oleh inverter dengan PWM
melalui pengubahan indeks modulasi. Konfigurasi ini mempunyai tingkat
kerumitan lebih tinggi dibandingkan konfigurasi lainnya karena memerlukan
rangkaian pembangkit sinyal PWM dengan frekuensi dan tegangan yang dapat
diubah. inverter dapat dikelompokkan dalam dua kelompok utama, yaitu inverter
sumber tegangan (VSI=Voltage Source Inverter) dan inverter sumber arus
(CSI=Current Source Inverter). Inverter VSI adalah inverter yang dicatu dari
sumber tegangan searah. Idealnya sumber ini mempunyai impedansi dalam nol
dan memberi arus tak terbatas pada tegangan terminal tetap. Inverter CSI dicatu
dari sumber arus searah. Idealnya sumber ini mempunyai impedansi dalam tak
berhingga dan memberi tegangan tak terbatas pada arus keluaran tetap.
Pada dasarnya Inverter VSI dapat digunakan untuk mencatu motor AC dengan
pengaturan tegangan dan frekuensi. Inverter sumber tegangan menjadi tiga
macam, yaitu:
1. Inverter dengan tegangan penyearah terkontrol
2. Inverter PWM dengan tegangan penyearah tetap
3. Inverter dengan tegangan searah berubah melalui chopper.
Inverter menjadi tiga kelompok utama, yaitu:
a. Inverter tegangan berubah (VVI=Variable Voltage Inverter)
b. Inverter sumber arus (CSI)
c. Inverter PWM
Ketiga inverter tersebut mempunyai karakteristik keluaran berbeda-beda. Khusus
untuk inverter PWM mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Penyearah memberikan tegangan DC tetap. Karena inverter menerima
tegangan tetap, maka amplitudo keluarannya juga tetap. Inverter mengatur
lebar pulsa tegangan keluaran sebagaimana halnya frekuensi.
b.
c.
d.
c.
b.
c.
b.
c.
PWM sinusoida
d.
e.
M = Ar/Ac (1)
dengan M = Indeks modulasi
Ar = Amplitudo maksimum sinus
Ac = Amplitudo maskimum segitiga
Indeks modulasi yang nilainya antara 0 sampai 1 akan menentukan lebar pulsa
tegangan rata-rata dalam satu periode.
Prinsip kerja pembangkitan sinyal PWM sinusoida satu fasa (gambar 1) adalah
mengatur lebar pulsa mengikuti pola gelombang sinusoida. Sinyal sinus dengan
frekuensi fr dan amplitudo maksimum Ar sebagai referensi digunakan untuk
memodulasi sinyal pembawa segitiga dengan frekuens i fc dan amplitudo
maksimum Ac. Sebagai sinyal pembawa, frekuensi sinyal segitiga harus lebih
tinggi dari pada sinyal pemodulasi (sinyal sinus). Frekuensi sinyal referensi
menentukan frekuensi keluaran inverter. Sinyal pembangkit yang bersesuaian
dengan gambar 1 dan gambar 2 diperoleh dengan cara sebagai berikut:
a. Sinyal g1 diperoleh dengan membandingkan sinyal referensi sin(t) dan
sinyal
pembawa sgt(t):
b. Sinyal g3 diperoleh dengan membandingkan sinyal referensi -sin(t) dan
sinyal pembawa sgt(t):
atau
c. Sinyal g2 = -g3
d. Sinyal g4 = -g1
Gambar 2. Pembangkitan PWM sinusoida satu fasa secara analog.
Sedangkan tegangan sesaat keluaran inverter PWM sinusoida satu fasa adalah
sebagai berikut:
Pada setengah periode positif, keluaran tegangan ditentukan oleh sinyal g1 dan
g2.
Pada setengah periode negatif, keluaran tegangan ditentukan oleh sinyal g3 dan
g4.
Berdasarkan persamaan (3) dan (5), maka pembangkitan sinyal PWM sinusoida
satu fasa dapat dilakukan dengan menggunakan 2 buah sinyal sinus (sin(t) dan
-sin(t)) dan 1 sinyal segitiga. Sedangkan berdasarkan bersamaan (3) dan (8),
pembangkitan sinyal PWM sinusoida satu fasa dapat dilakukan dengan
menggunakan 1 sinyal sinus (sin(t)) dan 2 sinyal segitiga (sgt(t) dan sgt(t).
Metode kedua akan digunakan pada tesis ini.
Besar tegangan AC efektif yang dihasilkan tergantung pada lebar pulsa. Nilai
tegangan efektifnya dirumuskan sebagai berikut:
Gambar a
Gambar b
Gambar a
Gambar b