Vous êtes sur la page 1sur 25

Inverter dalam otomatisasi industri

18.33Kitoma Indo2 komentar

Dalam industri inverter merupakan alat atau komponen yang cukup banyak
digunakan karena fungsinya untuk mengubah listrik DC menjadi
AC. Inverter digunakan untuk mengatur kecepatan motor-motor listrik/servo
motor atau bisa disebut converter drive. Cuma kalau untuk servo lebih dikenal
dengan istilah servo drive. Dengan menggunakan inverter, motor listrik menjadi
variable speed. Kecepatannya bisa diubah-ubah atau disetting sesuai dengan
kebutuhan.
Inverter seringkali disebut sebagai Variabel Speed Drive (VSD) atau Variable
Frequency Drive (VFD).
Didunia otomatisasi industri, inverter sangat banyak digunakan. Aplikasi ini
biasanya terpasang untuk proses linear (parameter yang bisa diubah-ubah).
Linear nya seperti grafik sinus, atau untuk sistem axis (servo) yang
membutuhkan putaran/aplikasi yang presisi.
Prinsip kerja inverter adalah mengubah input motor (listrik AC) menjadi DC dan
kemudian dijadikan AC lagi dengan frekuensi yang dikehendaki sehingga motor
dapat dikontrol sesuai dengan kecepatan yang diinginkan.
Fungsi Inverter adalah untuk merubah kecepatan motor AC dengan cara
merubah Frekuensi inputnya:
n = 120f/p
dimana : n = putaran per menit
f = frekuensi (Hz)
p = jumlah kutup

Proses di industri seringkali memerlukan tenaga


penggerak dari motor listrik yang perlu diatur kecepatan putarnya untuk
menghasilkan torsi dan tenaga/daya yang diinginkan.
Jika sebelumnya banyak menggunakan sistem mekanik, kemudian beralih ke
motor slip maka saat ini banyak menggunakan semikonduktor.
Tidak seperti softstarter yang mengolah level tegangan, inverter menggunakan
frekuensi tegangan masuk untuk mengatur speed motor seperti diketahui, pada
kondisi ideal (tanpa slip).

Merubah kecepatan motor dengan Inverter akan membuat:


Torsi lebih besar
Presisi kecepatan dan torsi yang tinggi
Kontrol beban menjadi dinamis untuk berbagai aplikasi motor
Dapat berkombinasi dengan PLC (Programmable Logic Control) untuk fungsi otomasi
dan regulasi
Menghemat energi
Menambah kemampuan monitoring
Hubungan manusia dengan mesin (interface ) lebih baik
Sebagai pengaman dari motor, mesin (beban) bahkan proses dll.

Torsi adalah gaya putar yang dihasilkan oleh motor listrik untuk memutar beban.
Semakin besar daya motor maka makin besar torsi yang dihasilkan dan makin
kuat motor menggerakkan beban, Torsi dapat ditambah dengan menggunakan
gear box (cara mekanis) dan Inverter (cara elektronik) selama satu menit.
Torsi lebih (over torsi) terjadi jika torsi beban lebih besar dari Torsi nominal, pada
80% aplikasi terjadi pada saat kecepatan rendah atau saat start.

Jika torsi inverter rendah akan mengakibatkan:


Dinamika gerakan rendah (tidak memungkinkan gerakan beban yg kompleks)
Motor sering overload (motor rusak atau thermal overload relay trip)
Hentakan mekanis (Mesin/beban rusak, perlu perawatan intensif)
Lonjakan arus (Motor rusak atau Breaker Trip)
Presisi dalam proses hilang
Proteksi tidak terjamin
Maka dapat disimpulkan, peranan inverter dalam proses suatu industri cukup
penting. Karena dalam proses di industri seringkali memerlukan tenaga
penggerak dari motor listrik yang perlu diatur kecepatan putarnya untuk
menghasilkan torsi dan tenaga/daya yang diinginkan.
Apakah Fungsi Inverter Sebenarnya dan kegunaannya?
Author : Kang Miftah Tag : Listrik On : 6/26/2014

Dunia listrik memang selalu mempunyai inovasi yang tidak akan berhenti.
berbagai alat dan juga teknologi listrik selalu berkembang salah satunya alat
yang bernama Invester, alat ini bisa kita temui di berbagai pabrik industri dan
bahkan di perkantoran. memang alat ini masih tergolong mahal namun
melihat fungsi dan kegunaan alat ini sangat membantu dan juga memangkas
uang biaya produksi.
Bagi anda yang belum begitu paham apa itu Inverter saya akan jelaskan
fungsi dan kerja Inverter. Inverter adalah salah satu alat untuk mengubah
arus AC ke DC untuk menyuplay listrik ke dinamo motor dengan arus DC, jadi
alat ini aslinya mempunyai multi fungsi, merubah AC ke DC kemudian
mengeluarkannya dengan arus AC kembali. semua ini dilakukan dengan
mengubah potensiner yang terdapat pada inverter tersebut. selain itu kita
dapat dengan gampang mengubah daya sesuai dengan keinginan kita.

Selain untuk mengubah arus inverter juga di manfaatkan untuk


menyetabilkan tegangan output jadi bisa di bilang kalau kita menggunakan
inverter tegangan yang di hasilkan tidak akan berubah-rubah, beda
dengan stabilizer yang hanya berfungsi untuk menyetabilkan arus tanda bisa
merubah tegangan, namun Inverter bisa merubah tegangan listrik.

Kalau anda Paham dengan cara kerja AC matic makan anda akan sedikit
paham menggunakan alat ini. karena inverter merupakan pengapliasian dan
AC matic serta pengapliasian dari trafo step up dan step down, dalam dunia
industri inverter ini sangat berperan penting karena motor pada industri
bekerja dengan mengatur ukuran supplay tegangan, untuk itulah inveter
sangat dibutuhkan.

Dalam rangkaian Inverter kita bisa merubah semua kebutuhan dari frekuensi,
ampere, high speed, low speed, torsi dan banyak lagi, semua ini bisa
dilakukan mudah dengan mengikuti panduan manual pada buku pedoman
yang di terbitkan oleh merk inverter tersebut. Protokol di implementasikan
setiap inveter juga berbeda-beda. Ada yang menggunakan Analog output
PLC, Profibus, Sysmac (Omron), USS, Controlnet dan lain-lain. itulah fungsi
inverter serta kegunaannya.

KONVERTER { KULIAH ELKTRONIKA INDUSTRI }


19.51

Ferry Yusmianto

3 comments

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

Arus listrik terdiri atas dua macam, yaitu arus searah (direct current) dan arus
bolak balik(alternating current). Kebutuhan sumber listrik yang dibutuhkan bisa
jadi berbeda dengan sumber listrik yang tersedia, termasuk juga pengaturan
karakteristik sumber listrik tersebut. Oleh karena itu dalam bab keenam ini
membahas tentang konverter. Konverter berfungsi untuk mengubah sinyal listrik
dari satu bentuk ke bentuk lain yang dibutuhkan. Terdapat empat macam
konverter, yaitu:
1.

Chopper (konverter DC ke DC)

2.

Rectifier (konverter AC ke DC)

3.

Inverter (konverter DC ke AC)

4.

Cycloconverter (konverter AC ke AC)

Hasil konversi terdiri atas dua macam, yaitu fix output dan variable output.

CHOPPER
Chopper digunakan untuk mengatur atau mengubah tegangan searah menjadi
tegangan searah dengan tegangan masukan yang tetap sedangkan tegangan
keluarannya dapat di atur. Penggunaan:
pengendalian motor DC untuk peralatan pemindah yang cepat
kendaraan listrik
pengaturan eksitasi mesin-mesin listrik
pengendalian tegangan searah masukan untuk inverter
Ada dua macam cara pengolahan daya dari DC ke DC, yaitu tipe linier dan tipe
peralihan (switching). Tergantung dari jenis aplikasinya, masing masing tipe
memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun dalam perkembangannya, tipe
peralihan semakin populer terutama karena kelebihannya dalam mengubah daya
secara jauh lebih efisien dan pemakaian komponen yang ukurannya lebih kecil.
Dalam pembahasan ini, akan dibahas beberapa metodologi yang termasuk
dalam tipe peralihan, khususnya yang digunakan untuk mengubah daya DC-DC.
Untuk lebih memahami keuntungan dari tipe peralihan, kita lihat kembali prinsip
pengubahan daya DC-DC tipe linier seperti terlihat pada Gambar 1.
Pada tipe linier, pengaturan tegangan
keluaran dicapai dengan
menyesuaikan arus pada beban yang
besarannya tergantung dari besar
arus pada base-nya

Gambar 1. Pengubah tipe linier

transistor:
V0 = IL . RL
Dengan demikian pada tipe linier, fungsi transistor menyerupai tahanan yang
dapat diubah ubah besarannya seperti yang juga terlihat dalam Gambar 1. Lebih
jauh lagi, transistor yang digunakan hanya dapat dioperasikan pada batasan
liniernya (linear region) dan tidak melebihi batasan cutof dan selebihnya
(saturation region). Maka dari itu tipe ini dikenal dengan tipe linier. Walau tipe
linier merupakan cara termudah untuk mencapai tegangan keluaran yang
bervariasi, namun kurang diminati pada aplikasi daya karena tingginya daya
yang hilang (power loss) pada transistor (VCE*IL) sehingga berakibat rendahnya
efisiensi.

Sebagai alternatif, maka muncul tipe peralihan yang pada prinsipnya dapat
dilihat pada Gambar2.
Pada tipe peralihan, terlihat fungsi
transistor sebagai electronic
switch yang dapat dibuka (off) dan
ditutup (on).Dengan asumsi bahwa
switch tersebut

Gambar 2. Pengubah tipe peralihan

ideal, jika switch ditutup maka tegangan keluaran akan sama dengan tegangan
masukan, sedangkan jika switch dibuka maka tegangan keluaran akan menjadi
nol. Dengan demikian tegangan keluaran yang dihasilkan akan berbentuk pulsa
seperti pada Gambar3.
Besaran rata rata atau komponen DC dari
tegangan keluaran dapat diturunkan dari
persamaan berikut:

Gambar 3. Tegangan keluaran

Dari persamaan diatas terlihat bahwa tegangan keluaran DC dapat diatur


besarannya dengan menyesuaikan parameter D. Parameter D dikenal
sebagai Duty ratio yaitu rasio antara lamanya waktu switch ditutup (t on) dengan
perioda T dari pulsa tegangan keluaran, atau (lihat Gambar 3):
dengan 0 D 1. Parameter f adalah frekuensi peralihan (switching frequency)
yang digunakan dalam mengoperasikan switch. Berbeda dengan tipe linier, pada
tipe peralihan tidak ada daya yang diserap pada transistor sebagai switch. Ini
dimungkinkan karena pada waktu switch ditutup tidak ada tegangan yang jatuh
pada transistor, sedangkan pada waktu switch dibuka, tidak ada arus listrik
mengalir. Ini berarti semua daya terserap pada beban, sehingga efisiensi daya
menjadi 100%. Namun perlu diingat pada prakteknya, tidak ada switch yang
ideal, sehingga akan tetap ada daya yang hilang sekecil apapun pada komponen
switch dan efisiensinya walaupun sangat tinggi, tidak akan pernah mencapai
100%.
Pengubah daya DC-DC (DC-DC Converter) tipe peralihan atau dikenal juga
dengan sebutan DC Chopper dimanfaatkan terutama untuk penyediaan
tegangan keluaran DC yang bervariasi besarannya sesuai dengan permintaan
pada beban. Daya masukan dari proses DC-DC tersebut adalah berasal dari
sumber daya DC yang biasanya memiliki tegangan masukan yang tetap. Pada
dasarnya, penghasilan tegangan keluaran DC yang ingin dicapai adalah dengan
cara pengaturan lamanya waktu penghubungan antara sisi keluaran dan sisi
masukan pada rangkaian yang sama. Komponen yang digunakan untuk
menjalankan fungsi penghubung tersebut tidak lain adalah switch (solid state
electronic switch) seperti misalnya Thyristor, MOSFET, IGBT, GTO. Secara umum
ada dua fungsi pengoperasian dari DC Chopper yaitu penaikan tegangan dimana
tegangan keluaran yang dihasilkan lebih tinggi dari tegangan masukan, dan
penurunan tegangan dimana tegangan keluaran lebih rendah dari tegangan
masukan.
Bentuk untai chopper elementer dapat dilihat pada gambar di samping ini:

saklar S dapat diganti dengan SCR


atau transistor yang dioperasikan
sebagai sakelar. Untai ini hanya
cocok untuk beban resistif di mana
arus keluarannya yang halus tidak
diutamakan, atau untuk pemakaian
berdaya kecil di mana

Gambar xx

penapis/filter yang efisien tidak begitu penting. Untuk untai chopper dengan
menggunakan SCR, saklar S adalah SCR yang secara bergantian dibuka dan
ditutup 100 kali atau lebih tiap detiknya. Tegangan beban rata-rata Vo
dinyatakan sebagai berikut
Operasi dasar chopper
modulasi frekuensi pulsa : ton konstan, T variabel
modulasi lebar pulsa : ton variabel, T konstan
gabungan kedua cara di atas
gambar berikut ini memperlihatkan bentuk gelombang tegangan untuk modulasi
frekuensi pulsa
gambar berikut ini memperlihatkan bentuk gelombang untuk modulasi lebar
pulsa
pengontrolan lebar pulsa dengan frekuensi yang tetap cukup mudah dibuat
dengan menggunakan teknik logika untai terintegrasi digital, sedangkan untai
lebar pulsa variabel dengan frekuensi tetap lebih komplek dan agak sulit dibuat,
namun mempunyai beberapa keuntungan yaitu :
penapisan lebih efisien ;
tanggapan transien jauh lebih baik
gambar berikut ini memperlihatkan komponen tambahan untuk untai chopper
elementer, yang memungkinkan pemberian arus searah yang halus (smooth)
untuk beban dalam praktek. Dioda free wheeling (Dfw) memberi jalan bagi arus
beban ketika saklar S terbuka (open). Untai ini juga memperlihatkan pemakaian
tapis induktans Lf untuk memberikan arus beban DC yang cukup halus untuk
beberapa pemakaian tertentu.
Bila frekuensi switching di dalam jangkauan kilohertz, maka induktans yang
cukup kecil sering dianggap sudah mencukupi untuk mengurangi riak (riple).
Untuk pemakaian yang menghendaki riak yang sangat kecil, digunakan tapis L-C.
bila daya keluaran cukup besar dan menghendaki operasi paralel, maka
dimungkinkan penggunaan untai chopper paralel.
Jenis-jenis Chopper
Secara umum chopper dibagi menjadi empat jenis, yaitu:

1.

Konverter/Chopper Buck

2.

Konverter/chopper Boost

3.

Pengubah Buck-Boost

4.

Pengubah Boost-Buck atau Cuk

Konverter/Chopper Buck
Gambar 4 menunjukkan rangkaian dasar dalam
metoda Buck. Dalam metoda ini, tegangan
keluaran akan lebih rendah atau sama dengan
tegangan masukan. Disamping itu, jika pada
pengoperasiannya arus yang mengalir melalui
induktor selalu lebih besar dari nol (CCM Continuous Conduction Mode),

Gambar 4. Pengubah Buck

maka hubungan antara tegangan keluaran dengan tegangan masukan adalah


sebagai berikut:
V0 = D . Vin (4)
Keuntungan pada konfigurasi Buck antara lain adalah efisiensi yang tinggi,
rangkaiannya sederhana, tidak memerlukan transformer, tingkatan stress pada
komponen switch yang rendah, riak (ripple) pada tegangan keluaran juga rendah
sehingga penyaring atau filter yang dibutuhkan pun relatif kecil. Kekurangan
yang ditemukan misalnya adalah tidak adanya isolasi antara masukan dan
keluaran, hanya satu keluaran yang dihasilkan, dan tingkat ripple yang tinggi
pada arus masukan. Metoda Buck sering digunakan pada aplikasi yang
membutuhkan sistim yang berukuran kecil.
Konverter/chopper Boost
Jika tegangan keluaran yang dinginkan lebih
besar dari tegangan masukan, maka
rangkaian Boost dapat dipakai. Topologi Boost
terlihat pada Gambar 5. Pada operasi CCM,
tegangan keluaran dan tegangan masukan
diekspresikan seperti:

Gambar 5. Pengubah boost

Boost juga memiliki efisiensi tinggi, rangkaian sederhana, tanpa transformer dan
tingkat ripple yang rendah pada arus masukan. Namun juga Boost tidak memiliki
isolasi antara masukan dan keluaran, hanya satu keluaran yang dihasilkan, dan
tingkatan ripple yang tinggi pada tegangan keluaran. Aplikasi Boost mencakup
misalnya untuk perbaikan faktor daya (Power Factor), dan untuk penaikan
tegangan pada baterai
Pengubah Buck-Boost

Metoda Buck-Boost tidak lain adalah


kombinasi antara Buck dan Boost, seperti
terlihat pada Gambar 6, dimana tegangan
keluaran dapat diatur menjadi lebih tinggi
atau lebih rendah dari tegangan masukan.
Dalam operasi CCM, persamaan tegangan
yang dipakai adalah:

Gambar 6. Pengubah BuckBoost

Yang menarik untuk dicatat dari Buck-Boost adalah bahwa tegangan keluaran
memiliki tanda berlawanan dengan tegangan masukan. Oleh karena itu metoda
ini pun ditemui pada aplikasi yang memerlukan pembalikan tegangan (voltage
inversion) tanpa transformer. Walaupun memiliki rangkaian sederhana, metoda
Buck-Boost memiliki kekurangan seperti tidak adanya isolasi antara sisi masukan
dan keluaran, dan juga tingkat ripple yang tinggi pada tegangan keluaran
maupun arus keluaran.
Pengubah Boost-Buck atau Cuk
Cara lain untuk mengkombinasikan
metoda Buck dan Boost dapat dilihat pada
Gambar 7 dan dikenal dengan nama
Boost-Buck atau Cuk. Seperti halnya
metoda Buck-Boost, tegangan keluaran
yang dihasilkan dapat diatur menjadi lebih
tinggi atau lebih rendahdari tegangan
masukan. Persamaan tegangan yang
berlaku

Gambar 7. Pengubah

pada CCM pun sama dengan Buck-Boost (persamaan 6). Metoda Cuk juga
digunakan pada aplikasi yang memerlukan pembalikan tegangan (voltage
inversion) tanpa transformer, namun dengan kelebihan tingkatripple yang
rendah pada arus masukan maupun arus keluar.
Aplikasi Chopper Mengatur Kecepatan Motor DC
Pengendalian kecepatan putar motor DC dapat dilakukan dengan mengubah
besar tegangan terminal motor. Sistem pencincang tegangan DC (chopper)
adalah cara yang sederhana dan efisien dalam mengubah besar tegangan DC.
Motor DC dapat diatur kecepatan berdasarkan persamaan sbb :
Dengan N : kecepatan putar motor
V : tegangan terminal motor
Ia : arus jangkar
Ra : hambatan jangkar

k : konstanta
: banyaknya fluksi

Dalam kasus pengendalian kecepatan putar motor, tegangan terminal motor (V)
merupakan variabel yang dapat diatur untuk menghasilkan putaran yang
diinginkan. Dalam penelitian ini pengaturan besarnya dilakukan dengan proses
Chopper. Proses chopper dapat digambarkan sbb :
Gambar 1. Proses pengubahan tegangan DC ke DC dengan metode Chopper.
Besarnya tegangan output dinyatakan sebagai :

Dengan mensubstitusi dua persamaan di atas didapatkan :


Besaran T dibuat tetap, dan besaran Ton diatur sesuai kebutuhan kecepatan
putaran N. Dalam mengendalikan kecepatan motor digunakan besaran masukan
yang berupa selisih kecepatam motor dengan kecepatan yang diinginkan, biasa
disebut denganerror, dan laju perubahan kecepatan itu sendiri, biasa
disebut change of error. Terhadap kedua besaran ini dilakukan fuzifikasi.
Algoritma fuzi digunakan untuk menentukan besarnya T on berdasarkan hasil
fuzifikasi masukan tadi. Sinyal kendali terbut dihasilkan setelah dilakukan
defuzifikasi dengan menetapkan aturan keanggotaan keluaran tertentu.

RANGKAIAN PENYEARAH (RECTIFIER CIRCUIT)


Bagian utama atau boleh dikatakan jantung suatu catudaya adalah rangkaian
penyearah yang mengubah gelombang sinus AC menjadi deretan pulsa DC. Ini
merupakan dasar atau langkah awal untuk memperoleh arus DC halus yang
dibutuhkan oleh suatu peralatan elektronik.
Gambar A

Gambar B

Penyearah setengah gelombang (halfwave rectifier)


Hampir sebagian besar peralatan elektronik menggunakan sumber daya listrik
220 volt/ 50 Hz dari PLN. Bentuk gelombang arus listrik AC dari PLN berbentuk

gelombang sinus. Nilai rata-rata (average value) dari gelombang sinus adalah nol
karena nilai positif dan negatipnya sama dan bergantian. Untuk memperoleh
nilai positip atau negatip yang rata maka salah satu gelombang sinus itu, positip
atau negatip harus di cancel.
Bentuk dasar rangkaian penyearah
setengah gelombang seperti terlihat
pada gambar C. Beban yang
membutuhkan sumber tenaga listrik
searah diwakili oleh

Gambar C

resistor. Sebuah dioda diletakkan seri atau berderet dengan beban sehingga arus
listrik hanya mengalir ke satu arah saja.
Gambar D menunjukkan apa yang
terjadi dalam circuit selama periode
setengah gelombang positip dari arus
listrik bolak-balik.

Gambar D

Anoda dari Katoda memperoleh gelombang positip, akibatnya dioda konduksi,


arus listrik mengalir melalui beban. Pada beban timbul tegangan positip
setengah gelombang. Jalannya arus listrik dari negatip AC menuju beban, dari
beban menuju ke katoda dioda dan kembali ke terminal positip AC.
Gambar E menunjukkan setengah
gelombang sinus berikutnya dari
AC. Di sini anoda D1 menerima
tegangan negatip akibatnya
dioda menyumbat

Gambar E

sehingga arus listrik tidak dapat mengalir dan pada beban tidak timbul
tegangan.
Dari gambar C, D, E jelas bahwa pada rangkaian penyearah setengah gelombang
arus listrik AC diubah menjadi arus pulsa DC. Sudah barang tentu arus listrik
pulsa DC tidak sesuai sebagai sumber energi bagi kebanyakan alat elektronik.
Yang dibutuhkan adalah arus listrik DC yang rata dan stabil.
Rangkaian penyearah setengah gelombang hanyalah merupakan prinsip dasar
catudaya. Pada paragraf berikutnya akan diketahui pengembangan prinsip dasar
catudaya diantaranya penyearah gelombang penuh (fullwave), penyearah
jembatan (ridge), penghalusan (filtering).

Gambar xx a. gelombang AC, b. hasil penyearah setengah gelombang

Penyearah gelombang penuh (fullwave rectifier)

Kelemahan dari halfwave rectifier adalah arus listrik yang mengalir ke beban
hanya separuh dari setiap satu cycle. Hal ini akan menyulitkan dalam proses
filtering (penghalusan). Untuk mengatasi kelemahan ini adalah penyearah
gelombang penuh.
Rangkaian dasar penyearah gelombang
penuh seperti terlihat pada gambar.
Menggunakan dua dioda dan satu center
tape transformer. Jika titik tengah
transformer ditemukan maka tegangan di
kedua ujung lilitan sekunder berlawanan
fasa 180

Gambar F

derajat. Jadi ketika misalnya tegangan dititik A mengayun kearah positip diukur
dari titik tengah lilitan sekunder maka tegangan dititik B mengayun ke arah
negatif diukur dari titik yang sama. Mari kita lihat prinsip kerja penyearah
gelombang penuh ini. Gambar G menunjukkan ketika anoda D1 mendapat
tegangan positip, Anoda D2 mendapat tegangan negatip.
Pada kedudukan ini hanya D1 saja yang
konduksi atau terhubung singkat. Arus
listrik mengalir dari titik tengah sekunder
melalui beban, kemudian melalui D1 dan
kembali ketitik tengah melalui lilitan atas
sekunder.

Gambar G

Padahal D1 berfungsi seperti saklar atau switch yang menutup sehingga arus
listrik mengalir melalui beban disaat perioda positip dari gelombang sinus AC.
Gambar B menunjukkan apa yang terjadi selama setengah periode berikutnya
ketika polaritas berganti.
Anoda D1 mengayun kearah negatip
sementara anoda D2 mengayun kearah
positip. Akibatnya D1 menyumbat,
sebaliknya D2 konduksi atau terhubung
singkat. Pada keadaan ini arus listrik
mengalir dari titik

Gambar H

setengah sekunder melalui beban dan D2 kembali ketitik tengah setelah melalui
lilitan bawah sekunder.
Perhatikan bahwa dalam rangkaian penyearah gelomang arus listrik mengalir
sepanjang satu perioda. Sedangkan dalam rangkaian penyearah setengah
gelombang arus listrik hanya mengalir selama setengah perioda saja.
Jadi penyearah gelombang penuh (fullwave rectifier) lebih baik dari penyearah
setengah gelombang (halfwave rectifier).
Penyearah type jembatan (bridge rectifier)

Rangkaian dasar penyearah type jembatan seperti terlihat pada gambar. Terdiri
atas satu transformer dan 4 (empat) dioda yang disusun sedemikian rupa
sehingga arus listrik hanya mengalir kesatu arah saja melalui beban. Circuit ini
tidak memerlukan sekunder bersenter tapi sebagaimana pada rangkaian
penyearah gelombang penuh. Bahkan transformator tidak diperlukan jika
tegangan DC yang dibutuhkan relatif sama dengan tegangan jaringan PLN,
misalnya. Artinya titik A dan B dapat dihubungkan langsung dengan jaringan
yang tersedia di rumah.
Transformator digunakan bila tegangan
DC yang dibutuhkan lebih kecil atau lebih
besar dari tegangan jaringan. Selain itu
adakalanya transformator digunakan
sebagai isolator antara tegangan jaringan
dengan tegangan rangkaian.

Gambar I

Gambar I menunjukkan jalannya aliran arus listrik selama periode positip AC


(sine wave). D1 an D2 konduksi. Arus listrik mengalir dari ujung lilitan bawah
sekunder melalui beban, D1, D2, dan kembali ke lilitan bawah sekunder.
Setengah perioda berikut polaritas
sinewave berganti seperti terlihat pada
gambar B. Ujung lilitan atas sekunder
sekarang menjadi negatip, ujung lilitan
bawah menjadi positif.D3 dan D4
konduksi. Pada kedudukan ini arus listrik

Gambar J

mengalir dari ujung lilitan atas sekunder


melalui beban, D3, D4 dan kembali lilitan
bawah sekunder. Dari gambar A dan B
nampak jelas arus listrik yang mengalir
melalui beban selalu dalam arah yang
sama.

Gambar K

Filtering (penghalusan)
Sebagaimana telah kita lihat pada
bab sebelumnya bahwa arus listrik
DC yang keluar dari dioda masih
berupa deretan pulsa-pulsa.
Tentu saja arus listrik DC semacam ini tidak cocok atau tidak dapat digunakan
oleh perangkat elektronik apapun.

Untuk itu perlu dilakukan suatu cara filtering agar arus listrik Dc yang masih
berupa deretan pulsa itu menjadi arus listrik DC yang halus/ rata. Ada beberapa
cara yang dapat dilakukan diantaranya dengan C filter, RC filter dan LC filter.
Pada bagianberikut hanya akan dibahas C filter (basic). Sedangkan RC maupun

LC filter merupakan pengembangan C filter yang fungsinya lebih menghaluskan


tegangan output dioda.
Capacitor sebagai filter
Filtering atau penghalusan yang paling sederhana ialah dengan menggunakan
capacitor yang dihubungkan seperti terlihat pada gambar. Tegangan input ratarata (average) 115 volt. Tegangan puncak 162 volt. mari kita lihat apa yang
terjadi ketika suatu capasitor ditambahkan pada output dioda.
Pada saat anoda D1 mendapat pulsa
positip, D1 langsung konduksi dan
capacitor mulai mengisi. Ketika capacitor
telah mencapai tegangan puncak D1
menyumbat karena katodanya lebih
positip daripada
anodanya.Kapasitor harus

Gambar L

membuang (discharge) muatannya melalui beban yang mempunyai resistan


tertentu. Oleh karenanya waktu discharge capacitor lebih lama dibanding waktu
yang dibutuhkan AC untuk melakukan satu periode (cycle). Akibatnya sebelum
capacitor mencapai nol volt diisi kembali oleh pulsa berikutnya.
Bagaimana bentuk tegangan DC
setelah difilter dengan capacitor
dapat dilihat pada
gambar M. Gambar atasmenunjukkan
output penyearah setengah
gelombang tanpa capacitor. Tampak
jelas tegangan rata-ratanya (E
average) hanya sitar 31% dari
tegangan puncak.

Gambar M

Ketika suatu capacitor ditambahkan maka bentuk tegangan outputnya seperti


terlihat pada gambar B. Di sini capacitor mencegah tegangan output mencapai
nol volt. Sehingga tegangan output rata-ratanya naik dibanding sebelumnya (no
capacitor).
Jika nilai capacitornya dibesarkan
atau ditambah maka bentuk
tegangan outputnya seperti terlihat
pada gambar C. Tampak jelas
tegangan rata-ratanya (E ave)
meningkat dibandingkan
sebelumnya (nilai capacitor yang
lebih besar diperlukan bila arus
listrik yang
dibutuhkan beban relatif besar.

Tegangan rata-rata (E ave)


Jika kita mengatakan tegangan AC ini 115
V, sesungguhnya yang kita sebutkan
adalah tegangan efektif (E rms).
Sedangkan tegangan puncaknya
(Epeak) adalah:

Gambar x

E peak = E rms x 1,414


E peak = 115 V x 1,414 = 162,6 V
Sedangkan tegangan rata-ratanya adalah 0 v karena positip dan negatip
bergantian (alternate). Yang dibutuhkan rangkaian elektronika adalah tegangan
rata-rata atau E ave. Untuk mendapatkan E ave maka salah satu gelombang AC
(positip / negatip) harus di clip / dipotong (lihat gambar).
E ave = E peak x 0,0318
E ave = 162,6 v x 0,318 = 51,7 v.
Output E ave pencatudaya setengah gelombang sukar difilter karena
mengandung ripple 50Hz
Pada catudaya type jembatan (bridge
rectifier) hubungan antara tegangan
puncak E peak dengan tegangan
rata-rata E ave sebagai berikut:

E peak = E rms x 1,414


E peak = 115v x 1,414 = 162,6v.
E ave = E peak x 0,636
E ave = 1,62,6v x 0,636 = 103,4v.
Dari perbandingan di atas tampak jelas bahwa output tegangan DC catudaya
type jembatan lebih besar dari type setengah gelombang. Walaupun ripple
frequency catudaya jembatan 120Hz, secara teknis mudah difilter atau disaring
dibanding ripple frequency 60Hz dari pencatudaya type setengah gelombang.
Penyearah terkendali
Kita ambil sebuah contoh rangkaian berikut.
Di sini, suatu SCR diposisikan sebagai sirkuit untuk mengendalikan daya ke suatu
beban dari suatu sumber arus bolak balik menjadi searah (satu jalan), paling
banyak kita hanya dapat mengirim setengah-gelombang daya ke beban, dalam
setengah putaran arus AC di mana polaritas sumber tegangan adalah positif
diatas dan negatif dibawah. Bagaimanapun, untuk mempertunjukkan konsep

dasar kendali waktu-sebanding sirkuit sederhana ini menjadi lebih baik daripada
sebuah pengendalian daya gelombang penuh (dimana diperlukan dua SCR).
Dengan tidak adanya pemicu pada
gerbang dan sumber tegangan
AC yang baik pada SCR yang
melampaui nilai tegangan maka SCR
tidak akan menyala. Hubungkan
gerbang SCR pada kutub positif
melalui suatu dioda pengoreksi

yang normal (untuk mencegah arus balik yang melalui gerbang SCR, yang ada
didalam gerbang katoda resistor), akan memberikan SCR untuk dipicu dengan
seketika pada permulaan positif setengah-putaran.
Kita dapat menunda pemicu SCR dengan menyisipkan beberapa resistansi ke
dalam gerbang sirkuit, serta meningkatkan jumlah penurunan sumber tegangan
yang diperlukan sebelum adanya arus gerbang secukupnya untuk memicu SCR
tersebut. Dengan kata lain, jika kita membuat pemicu SCR yang lebih tinggi
untuk elektron mengaliri sepanjang gerbang dengan menambahkan suatu
resistansi, Sumber tegangan
AC akan menjangkau suatu yang lebih
tinggi menunjuk pada siklus sebelumnya
akan adanya arus gerbang mencukupi
untuk menyalakan SCR yang terpasang.
Hasilnya terlihat seperti gambar
disamping ini:
Dengan setengah gelombang sinus
memotong sampai ke suatu tingkat
derajat yang lebih besar dengan
menunda pemicu SCR, daya rata-rata
menerima beban lebih sedikit (daya
yang diberikan lebih sedikit waktunya
dalam suatu siklus). Dengan adanya
variabel rangkaian gerbang resistor seri,
kita dapat membuat
penyesuaian pada waktu perpotongan daya. Kenyataannya, rencana kendali ini
mempunyai suatu pembatasan yang penting. Dalam menggunakan sumber AC,
bentuk gelombang untuk SCR yang memicu isyarat dibatasi
kendalinya pada awal setengah putaran
bentuk gelombang. Dengan kata lain, tidak
ada cara lain untuk untuk menunggu sampai
puncak gelombang untuk memicu SCR itu.
Alat-alat ini dapat melawan daya hanya

untuk titik dimana SCR menghidupkan pada


semua puncak gelombang :
Tingkat ambang picu pintu apapun akan menyebabkan sirkuit ke pemicu sama,
bahkan saat puncak sumber tegangan AC menggerakkan cukup untuk memicu
SCR tersebut. Hasilnya tidak akan ada daya ke beban.
Suatu solusi ingenious pada dikendala kendali ini ditemukan di penambahan
suatu kapasitor yang bergeser ke sirkuit:
Bentuk gelombang yang lebih kecil
pada grafik menunjukkan adalah
sumber tegangan ke seberang
kapasitor tersebut. Untuk
kepentingan menggambarkan
pergeseran fasa, kita sedang
mengumpamakan suatu kondisi
tentang perlawanan kendali
maksimum di mana
SCR sama sekali tidak memicu arus beban, jadi untuk apa menyimpan arus kecil
sebagai kendali kapasitor dan resistor. Tegangan kapasitor akan menjadi phaseshifted dari 0o ke 90o laju di belakang sumber daya arus bolak balikbentuk
gelombang. Ketika tegangan phase-shifted ini menjangkau suatu tingkatan
cukup tinggi maka SCR akan terpicu.
Diumpamakan pada waktu tertentu tegangan yang cukup menyeberang ke
kapasitor untuk memicu SCR dan menghasilkan arus beban bentuk gelombang
yang akan terlihat seperti dibawah ini:
Sebab bentuk gelombang
kapasitor akan meningkat setelah
daya AC bentuk gelombang yang
utama telah mencapai puncaknya,
itu terjadi karena untuk memicu
SCR pada suatu ambang pintu
pengukur di luar puncak tersebut
begitu diberikan arus beban
gelombang lebih lama dibanding kenyataannya dengan sirkiut yang lebih
sederhana tersebut. Pada kenyataannya, bentuk tegangan gelombang kapasitor
sedikit lebih rumit dari apa yang ditunjukkan disini, bentuk sinusoidal nya
disimpangkan setiap kali SCR terpasang mengunci. Bagaimanapun, apa yang
sedang digambarkan di sini menjadi tindakan pemicu yang tertunda oleh phaseshifting jaringan RC dengan demikian suatu bentuk gelombang disederhanakan,
tidak disimpang seperti yang minta dengan baik.
SCR boleh juga dipicukan atau ditembak" dengan sirkuit yang lebih rumit.
Sedangkan sirkuit sebelumnya adalah suatu aplikasi yang cukup sederhana
seperti suatu kendali lampu, pengendali motor industri besar sering bersandar

pada metoda pemicu yang lebih canggih. Kadang-Kadang, denyut trafo


digunakan untuk memasangkan suatu sirkuit yang memicu pada katode dan
gerbang dari suatu SCR untuk menyediakan isolasi elektrik antara pemicu dan
rangkaian daya :
Ketika beberapa SCR digunakan untuk
mengendalikan daya, katode sering
tidakterhubung secara elektris
secarabersama-sama.
Contoh ini menjadi penyearah jembatan yang dikendalikan seperti dibawah ini :
Dimanapun penyearah jembatan sirkuit dan
ralat dioda ( atau dalam hal ini, ralat SCR)
harus terpasang terbalik. SCR1 dan SCR3
harus ditembak; tertembak secara
serempak, dan demikian juga SCR2 dan
SCR4 harus dipasangkan secara bersama
sebagai pasangan. Sebagai catatan,
meskipun penghembus SCR ini tidak
membagi koneksi katode yang sama,
maksudnya tidak akan bekerja pada koneksi
gerbang parallel yang masing-masing
menghubungkan sumber tegangan tunggal
untuk memicu keduanya.
Walaupun sumber tegangan yang dipicu ditunjukkan pada pemicu SCR4 dan
tidak pada pemicu SCR2, sebab keduanya thyristors tidak membagi suatu
koneksi katode umum ke acuan yang memicu tegangan. Denyut trafo yang
menghubungkan keduanya thyristor gerbang ke suatu sumber tegangan
memicu untuk bekerja secara umum.
Ingat bahwa sirkit ini hanya
menunjukkan koneksi gerbang untuk
kedua keluaran dari empat SCR.
Denyut trafo dan sumber pemicu
untuk SCR1 dan SCR3 dari denyut
nadi sumber tegangan yang
dihilangkan untuk lebih sederhana.
Penyearah jembatan yang
dikendalikan tidaklah membatasi
pada desain phasa-tunggal. dalam
sistem kontrol industri, Daya AC yang
tersedia dalam format tiga phase
secara efisiensi lebih maksimum
sedangkan solid-state
kendali sirkuit dibangun untuk
mengambil keuntungan.

Suatu sirkuit arus pengoreksi yang dikendalikan oleh tiga phase dibangun
dengan SCR, tanpa denyut nadi trafo atau untaian pemicu yang akan terlihat
seperti gambar di atas.

INVERTER
Fungsi sebuah inverter adalah untuk merubah tegangan input DC menjadi
tegangan output AC dengan tegangan tetap maupun tegangan variabel, bahkan
dimungkinkan mengatur frekuensi outputnya. Pengaturan besar tegangan dapat
dilakukan dengan 2 cara. Pertama, dengan mengatur tegangan input DC dari
luar tetapi lebar waktu penyaklaran tetap. Kedua, mengatur lebar waktu
penyaklaran dengan tegangan input DC tetap. Pada cara yang kedua besar
tegangan AC efektif yang dihasilkan merupakan fungsi dari pengaturan lebar
pulsa penyaklaran. Cara inilah yang disebut dengan Pulse Width
Modulation (PWM). Secara garis besar, rangkaian inverter dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu:
(a) Inverter sumber arus dan (b) Inverter sumber tegangan. Inverter sumber
arus disuplai langsung dari sumber arus. Idealnya sumber arus tersebut memiliki
impedansi internal tak terhingga. Inverter sumber tegangan disuplai langsung
dari sumber tegangan. Idealnya, sumber tegangan yang digunakan memiliki
impedansi dalam nol yang akan mengantarkan arus konstan tak terbatas.
Tegangan bolak-balik pada terminal
A-B (gambar 10) dihasilkan dari
kombinasi penyaklaran komponen
penyaklaran daya yang bersilangan.
Dengan asumsi penomoran
komponen penyaklaran daya seperti
gambar 10, maka ketika g1 dan g2
berlogika 1

Gambar Model Inverter

(Q1 dan Q2 ON), arus akan mengalir dari Q1 ke Q2 melewati beban sehingga
tegangan antara terminal A dan B akan positif (VAB = +VDC). Ketika g3 dan g4
berlogika 1 (Q3 dan Q4 ON), arus mengalir dari Q3 ke Q4 melalui beban
sehingga VAB = -VDC. Hubungan kombinasi penyaklaran komponen dan
penyaklaran daya terhadap tegangan keluaran inverter ditunjukkan pada tabel.
Tabel 1 dibawah ini Kombinasi penyaklaran komponen penyaklaran daya dan
tegangan keluaran inverter.
Pasangan 1

Pasangan 2

Tegangan keluaran

Q1

Q4

Q2

Q3

VAB

ON

OFF

ON

OFF

+ VDC

OFF

ON

OFF

ON

- VDC

OFF

ON

ON

OFF

ON

OFF

OFF

ON

Tiap pasangan komponen penyaklaran daya yang dirangkai seri tidak boleh ON
bersamaan karena akan menyebabkan hubungan pendek pada inverter. Inverter
sumber tegangan menjadi tiga macam, yaitu:
1. Inverter dengan tegangan penyearah terkontrol
2. Inverter dengan tegangan searah berubah melalui chopper
3. Inverter PWM dengan tegangan penyearah tetap
Hal ini dimaksudkan untuk membangkitkan sinyal PWM untuk mengajarkan
inverter sumber tegangan jenis ketiga di atas. Konfigurasi inverter sumber
tegangan ketiga menggunakan sumber tegangan DC konstan dari penyearah
tetap. Besar tegangan AC efektif (Vrms) dikendalikan oleh inverter dengan PWM
melalui pengubahan indeks modulasi. Konfigurasi ini mempunyai tingkat
kerumitan lebih tinggi dibandingkan konfigurasi lainnya karena memerlukan
rangkaian pembangkit sinyal PWM dengan frekuensi dan tegangan yang dapat
diubah. inverter dapat dikelompokkan dalam dua kelompok utama, yaitu inverter
sumber tegangan (VSI=Voltage Source Inverter) dan inverter sumber arus
(CSI=Current Source Inverter). Inverter VSI adalah inverter yang dicatu dari
sumber tegangan searah. Idealnya sumber ini mempunyai impedansi dalam nol
dan memberi arus tak terbatas pada tegangan terminal tetap. Inverter CSI dicatu
dari sumber arus searah. Idealnya sumber ini mempunyai impedansi dalam tak
berhingga dan memberi tegangan tak terbatas pada arus keluaran tetap.
Pada dasarnya Inverter VSI dapat digunakan untuk mencatu motor AC dengan
pengaturan tegangan dan frekuensi. Inverter sumber tegangan menjadi tiga
macam, yaitu:
1. Inverter dengan tegangan penyearah terkontrol
2. Inverter PWM dengan tegangan penyearah tetap
3. Inverter dengan tegangan searah berubah melalui chopper.
Inverter menjadi tiga kelompok utama, yaitu:
a. Inverter tegangan berubah (VVI=Variable Voltage Inverter)
b. Inverter sumber arus (CSI)
c. Inverter PWM
Ketiga inverter tersebut mempunyai karakteristik keluaran berbeda-beda. Khusus
untuk inverter PWM mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Penyearah memberikan tegangan DC tetap. Karena inverter menerima
tegangan tetap, maka amplitudo keluarannya juga tetap. Inverter mengatur
lebar pulsa tegangan keluaran sebagaimana halnya frekuensi.

b.

Bentuk gelombang yang baik memerlukan sedikit penapisan (filtering).

c.

Motor berjalan secara halus pada kecepatan rendah dan tinggi.

d.

Inverter PWM dapat menjalankan beberapa motor secara jajar.

Ketiga kelompok tersebut masing-masing menghasilkan faktor daya yang


berbeda. Faktor daya pada inverter VVI dan CSI menurun mengikuti kecepatan,
sedangkan pada inverter PWM mempunyai faktor daya mendekati satu pada
seluruh tingkat kecepatan.
Inverter berdasarkan pada jenis penyearah dan inverter yang digunakan, sebagai
berikut:
a. Inverter sumber tegangan modulasi lebar pulsa (PWM VSI) dengan
penyearah dioda
b.

Inverter sumber tegangan gelombang persegi dengan penyearah thyristor.

c.

Inverter sumber arus (CSI) dengan penyearah thyristor.

Bahwa banyak penerapan dalam industri sering memerlukan pengaturan


tegangan. Hal ini dapat diatasi dengan teknik sebagai berikut:
a.

Tegangan searah masukan bervariasi

b.

Regulasi tegangan inverter

c.

Syarat volt/frekuensi tetap

Metode yang paling efisien untuk mengatur tegangan keluaran adalah


memasukkan pengaturan PWM ke dalam inverter (karena inverter PWM
mempunyai faktor daya mendekati satu pada seluruh tingkat kecepatan motor
AC). Teknik yang umum digunakan adalah:
a.

PWM tunggal (single pulse width modulation)

b.

PWM jamak (multiple pulse width modulation)

c.

PWM sinusoida

d.

PWM modifikasi sinusodia

e.

Pengaturan penempatan fasa (phase displacement)

Pembangkitan Sinyal PWM Sinusoida Satu Fasa Secara Analog


Indeks modulasi adalah perbandingan antara amplitudo maksimum sinus (Ar)
dan amplitudo maksimum segitiga (Ac). Indeks modulasi dirumuskan:

M = Ar/Ac (1)
dengan M = Indeks modulasi
Ar = Amplitudo maksimum sinus
Ac = Amplitudo maskimum segitiga
Indeks modulasi yang nilainya antara 0 sampai 1 akan menentukan lebar pulsa
tegangan rata-rata dalam satu periode.
Prinsip kerja pembangkitan sinyal PWM sinusoida satu fasa (gambar 1) adalah
mengatur lebar pulsa mengikuti pola gelombang sinusoida. Sinyal sinus dengan
frekuensi fr dan amplitudo maksimum Ar sebagai referensi digunakan untuk
memodulasi sinyal pembawa segitiga dengan frekuens i fc dan amplitudo
maksimum Ac. Sebagai sinyal pembawa, frekuensi sinyal segitiga harus lebih
tinggi dari pada sinyal pemodulasi (sinyal sinus). Frekuensi sinyal referensi
menentukan frekuensi keluaran inverter. Sinyal pembangkit yang bersesuaian
dengan gambar 1 dan gambar 2 diperoleh dengan cara sebagai berikut:
a. Sinyal g1 diperoleh dengan membandingkan sinyal referensi sin(t) dan
sinyal
pembawa sgt(t):
b. Sinyal g3 diperoleh dengan membandingkan sinyal referensi -sin(t) dan
sinyal pembawa sgt(t):

atau

c. Sinyal g2 = -g3
d. Sinyal g4 = -g1
Gambar 2. Pembangkitan PWM sinusoida satu fasa secara analog.

Sedangkan tegangan sesaat keluaran inverter PWM sinusoida satu fasa adalah
sebagai berikut:
Pada setengah periode positif, keluaran tegangan ditentukan oleh sinyal g1 dan
g2.

Pada setengah periode negatif, keluaran tegangan ditentukan oleh sinyal g3 dan
g4.

Berdasarkan persamaan (3) dan (5), maka pembangkitan sinyal PWM sinusoida
satu fasa dapat dilakukan dengan menggunakan 2 buah sinyal sinus (sin(t) dan
-sin(t)) dan 1 sinyal segitiga. Sedangkan berdasarkan bersamaan (3) dan (8),
pembangkitan sinyal PWM sinusoida satu fasa dapat dilakukan dengan
menggunakan 1 sinyal sinus (sin(t)) dan 2 sinyal segitiga (sgt(t) dan sgt(t).
Metode kedua akan digunakan pada tesis ini.
Besar tegangan AC efektif yang dihasilkan tergantung pada lebar pulsa. Nilai
tegangan efektifnya dirumuskan sebagai berikut:

Cycloconverter (AC to AC)


Cycloconverter atau bisa juga disebut dengan cycloinverter berfungsi
untuk konversi suatu bentuk gelombang AC, menjadi gelombang AC yang lain
untuk frekuensi lebih tinggi atau yang lebih rendah. Cycloconverter yang telah
dirancang sebagian besar untuk aplikasi tiga fasa, sekalipun bisa juga dibuat
untuk satu fasa. Kelebihan utama cycloconverter adalah kehilangan daya
konduksi maju (forward conduction) yang rendah. Hal ini karena konverter
tegangan AC frekuensi tinggi ke tegangan AC frekuensi rendah tidak memerlukan
filter cycloconverter.
Problem utama cycloconverter adalah sangat tidak praktis, sehingga praktis
jarangdigunakan di lapangan. Problem yang lain adalah munculnya noise atau
harmonik pada penggunaan switch gelombang AC, yang besarnya dipengaruhi
oleh frekuensiinput gelombang. Munculnya harmonik yang nilainya variabel ini
menyulitkan desain filternya.
Input cycloconverter di buat tetap, baik amplitudo tegangan maupun frekuensi,
sedangkan outputnya dibuat variabel (amplitudo dan frekuensi). Output
cycloconverter umumnya didesain berdaya besar (orde Megawatt). Komponen
utama yang digunakan sebagai pengendali umumnya menggunakan SCR,
sekalipun dalam beberapa aplikasi daya rendah lebih dipilih TRIAC.
Ilustrasi cycloconverter terdiri dari 6 group untuk rangakian setengah gelombang
tiga phasa. Setengah untuk tiga grup adalah menghubungi grup positif
A+,B+,C+, dan setengah lainnya menghubungi grup negatif A-,B-,C-. fungsi
grup positif untuk membawa arus pembawa selama setengah cycle positif untuk
keluaran gelombang frekuensi, dan grup negatif membawa arus pembawa
selama setengah cycle negatif untuk keluaran gelombang frekuensi.
Gambar-gambar di bawah ini menunjukkan konsep Cycloconverter 1 fasa ke 1 fasa.
Gambar a menunjukan rangkaian

Gambar a

utama daya untuk sebuah


cycloconverter 1 fasa ke 1 fasa.
Dalam efek ini dua macam converter
yaitu dua pengontrol rectifier dan
memakai common center tapp trafo
seperti sumber.
Gambar b adalah rangkaian
cycloconverter 1 fasa ke 1 fasa
dengan menggunakan dua
sumber tegangan yang tadinya
merupakan sebuah trafo.

Gambar b

Gambar-gambar di bawah ini menunjukkan konsep Cycloconverter 3 fasa ke 1


fasa.
Rangkaian untuk cycloconverter 3
fasake 1 fasa ditunjukkan dalam
gambar 8.11a dimana dapat dilihat
dua bentuk pengontrol rectifier
membentuk dua macam converter
yaitu jembatan 3 fasa rectifier .
Sepasang tanda terminal a dan a, b
dan b, c dan c saling berhubungan
dan berkoneksi ke suplay 3 fasa.
Rangkaian ekuivalennya ditunjukkan
dalam gambar 8.11b.

Gambar a
Gambar b

Penelitian cycloconverters yang baru adalah, cycloconverter digunakan pada


langkahkedua, yaitu dengan input berupa DC. Langkah pertama
adalah mengkonversi DC kegelombang AC kotak. Masukan DC yang tersedia
dikonversi ke gelombang AC kotak frekuensi tinggi (orde 10 kHz atau yang lebih
tinggi). Gelombang kotak ini akanterisolasi dengan trafo frekuensi
tinggi. Frekuensi tinggi Gelombang kotak ACtersebut menginduksi di
trafo sekunder dan digunakan untuk manyatukan frekuensi rendah AC. Sebagai
ilustrasi dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar x. Inverter terpisah trafo frekuensi tinggi jenis cycloconverter


Gambar gelombang fasa ditunjukkan

pada gambar di samping. Rangkaian


DC-AC frekuensi tinggi beroperasi
dengan beda fasa 180 dan
menghasilkan tegangan keluaran
gelombang square. Pada bagian
cycloconverter dua bagian sinyal
pemacu (positif dan negatif) untuk
menjaga SA1, SB1, SA2 dan SB2
pada tegangan keluaran positif ,Vo,
Pasangan (SA1+, SB2+) dan (SB1+,SA2+)
akan beroperasi dengan beda fasa
180 untuk menghasilkan setengah
gelombang PWM positif. Pasangan
(SA1-, SB2-) dan (SB1-,SA2-) akan
beroperasi dengan beda fasa 180
untuk menghasilkan setengah
gelombang PWM negatif.

Vous aimerez peut-être aussi